Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
ADE FATHUR RIDHOI 1510711015
\
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UPN Veteran JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
perkenan-Nya saya dapat menyusun makalah ini sehingga dapat terselesaikan makalah
mengenai Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Decompression Sickness. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
partisipasi, baik moril maupun materil dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi keperawatan. Selain
itu, makalah ini juga dibuat untuk bahan pembelajaran mengenai Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Decompression Sickness
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari
isi, materi, maupun penyajiannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran
dan masukkan dari pembaca untuk perbaikan.
i
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN ................................................................................................ 14
4.2 SARAN ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Pembaca dapat memahami Asuhan Keperawatan pada Klien Decompression
Sickness.
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
1.2.2.1 Pembaca mengetahui pengertian decompression sickness
1.2.2.2 Pembaca mengetahui prevalensi decompression sickness
1.2.2.3 Pembaca mengetahui faktor risiko decompression sickness
1.2.2.4 Pembaca mengetahui etiologi decompression sickness
1.2.2.5 Pembaca mengetahui klasifikasi decompression sickness
1
1.2.2.6 Pembaca mengetahui patofisiologi decompression sickness
1.2.2.7 Pembaca mengetahui manifestasi klinis decompression sickness
1.2.2.8 Pembaca mengetahui pemeriksaan penunjang decompression
sickness
1.2.2.9 Pembaca mengetahui komplikasi decompression sickness
1.2.2.10 Pembaca mengetahui penatalaksanaan medis decompression
sickness
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Penyakit dekompresi adalah suatu kecelakaan yang timbul akibat penurunan tekanan
lingkungan yang mendadak. (Simanungkalit, Susan H. Perpustakaan UI)
Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit atau kelainan yang disebabkan oleh pelepasan
dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase terlarut dalam darah atau jaringan-
jaringan akibat penurunan tekanan disekitarnya. (Tjahjadi. 1995 dalam Analisis Kesehatan
Dan Keselamatan Lingkungan Kerja Penyelam Tradisional (Safety Health Environment
Analysis For Traditional Divers)
2.2 PREVALENSI
Berbagai penyakit dan kecelakaan dapat terjadi pada nelayan dan penyelam tradisional,
hasil penelitian Depkes RI tahun 2006 di Pulau Bungin, Nusa Tenggara Barat ditemukan
57,5% nelayan penyelam menderita nyeri persendian, 11,3% menderita gangguan
pendengaran ringan sampai ketulian. Di Kepulauan Seribu ditemukan 41,37% nelayan
penyelam menderita barotrauma atau perdarahan akibat tubuh mendapat tekanan yang
berubah secara tiba-tiba pada beberapa organ/jaringan serta 6,91% penyelam menderita
kelainan dekompresi yang di sebabkan tidak tercukupinya gas nitrogen akibat penurunan
tekanan yang mendadak, sehingga menimbulkan gejala sakit pada persendian, susunan
syaraf, saluran pencernaan, jantung, paru-paru dan kulit. (Sukbar, La Dupai, Sabril
Munandar. 2016)
2.4 ETIOLOGI
Decompression sickness mungkin juga disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya,
adalah pembentukan gelembung dalam darah atau jaringan sepanjang atau setelah penurunan
tekanan lingkungan. Bekerja di daerah udara tekan juga bisa menyebabkan penyakit
dekompresi. Menurut Naval Safety Center yang ditulis oleh Ibu Kelsey Leo, waktu
menyelam seperti menyelam terlalu lama dan menyelam terlalu cepat bisa memicu penyakit
ini. Salah satu alasan utama pendakian cepat adalah
Mungkin karena panik Pendakian terkendali tidak boleh lebih dari 10 meter per menit untuk
menghindari DCS. Saat permukaan terlalu cepat, bisa menyebabkan tekanan tinggi kemudian
gelembung nitrogen terbentuk dalam darah. Setelah pembentukan gelembung nitrogen dari
darah akan meluas dan terkumpul ke dalam sendi, jaringan dan bagian tubuh lainnya.
Gelembung bisa menghalangi sirkulasi darah yang akan menyebabkan kematian. (Bulmann
1984 dalam Christina L. Javier. Decompression of Sickness).
2.5 KLASIFIKASI
Secara umum, ada 2 jenis penyakit dekompresi dibagi berdasarkan beratringannya gejala
dan untuk pengobatan :
4
1. Tipe I, (pain only beds) yang melibatkan otot, kulit, dan limfatik, yang
lebih ringan dan tidak biasanya mengancam nyawa.
2. Tipe II (serious), kadang-kadang mengancam kehidupan, dan
mempengaruhi berbagai sistem organ. The sumsum tulang belakang
terutama rentan, daerahrawan lainnya termasuk otak, sistem pernapasan
(misalnya, emboli paru), dansistem peredaran darah (misalnya, gagal
jantung, syok kardiogenik). Mengacu pada sendi lokal atau nyeri otot
akibat penyakit dekompresi tetapi seringdigunakan sebagai sinonim untuk
setiap komponen dari gangguan. (Bennett, Mike. 2004. Azhari bahar. 2009)
2.6 PATOFISIOLOGI
Selama menyelam, udara dihirup pada tekanan yang lebih besar dari biasanya,
menyebabkan peningkatan jumlah nitrogen yang terlarut dalam jaringan tubuh. Semakin lama
dan dalam menyelam, semakin besar jumlah nitrogen yang akan dilarutkan sampai semua
jaringan jenuh. Selama pendakian, nitrogen harus dihilangkan saat tekanan ambien menurun.
Idealnya, selama pendakian yang direncanakan dengan pengurangan tekanan ambien yang
terkendali, nitrogen berdifusi ke gradien tekanan dari jaringan ke darah vena dan masuk ke
alveoli untuk dihembuskan. Namun, jika laju pendakian terlalu besar, gas bisa keluar dari
larutan dan membentuk gelembung dalam jaringan. Gelembung dapat menyebabkan
kerusakan melalui distorsi jaringan, penyumbatan vaskular atau stimulasi mekanisme
kekebalan yang menyebabkan edema jaringan, hemokonsentrasi dan hipoksia. (Bennet,
michael, Dr. Decompression illness. 2006)
5
8. Kusam, dalam, berdenyut, sakit gigi jenis sakit di sendi, tendon, atau tisuue
(tikungan)
9. Gerakan ekstremitas terbatas dengan suara berderak saat sendi bergerak
1. Laboratorium
Pada penderita yang dicurigai mengalami penyakit dekompresi yang disertai
dengan perubahan status mental, maka hal-hal yang pelu dievaluasi adalah kadar
glukosa darah, darah lengkap, kadar natrium, magnesium, kalsium, dan fosfor,
saturasi oksigen, kadar etanol dan skrining obat-obatan lainnya, level
karboksihemoglobin.
Pada penderita yang dicurigai mengalami penyakit dekompresi yang disertai
dengan syok, maka hal-hal yang perlu dievaluasi adalah kadar glukosa darah, darah
lengkap, elektrolit dan ureum kreatinin, asam laktat, PT/aPTT/INR, level
karboksihemoglobin
2. Radiologi
6
a. Foto toraks, untuk mencari bukti adanya pneumotoraks, pneumomediastinum,
emfisema subkutis, pneumoperikardium, perdarahan alveolar, dan
menurunnya aliran darah pulmoner yang disebabkan oleh emboli pulmoner
nirogen.
b. CT Scan kepala, jika status mental tidak membaik dengan menggunakan terapi
hiperbarik, pertimbangkan etiologi lain.
c. MRI, untuk melihat ada tidaknya lesi fokal medulla spinalis, atau kerusakan
jaringan otak akibat embolisasi gas arterial
3. Pemeriksaan penunjang lainnya, meliputi EKG dan/atau evaluasi saturasi oksigen
(http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-
Penyakit-Dekompresi.pdf)
2.9 KOMPLIKASI
Dapat berupa paralisis residual, nekrosis miokardial, dan beberapa komplikasi lainnya
akibat iskemik. (http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-
Penyakit-Dekompresi.pdf)
7
c) Pemberian steroid deksametason 10 sampai 20 mg secara intravena, kemudian
dilanjutkan 4 mg setiap 6 jam.
d) Diazepam ( 5-10 mg ) jika pasien mengalami pusing, ketidakstabilan dan
gangguan visual terkait dengan kerusakan labirin (vestibular) pada telinga bagian
dalam.
e) Dilantin (Fenitoin) diberikan IV 50 mg / menit selama 10 menit untuk 500 mg
pertama dan kemudian 100 mg setiap 30 menit setelahnya untuk memantau
konsentrasi darah yang dipertahankan 10 sampai 20 mcg / mL. Jika lebih dari 25
mcg / mL beracun. Beberapa orang memberikan aspirin 600 mg sebagai anti-
platelet.
f) DCS dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan dalam jaringan sehingga
antikoagulan tidak boleh digunakan secara rutin dalam pengobatan DCS. Satu
pengecualian untuk aturan ini adalah kasus kelemahan ekstremitas bawah.
Heparin molekul berat rendah (LMWH) harus digunakan untuk semua pasien
dengan ketidakmampuan berjalan pada setiap tingkat kelumpuhan ekstremitas
bawah yang disebabkan oleh DCS neurologis. Enoxaparin 30 mg atau setara
diberikan secara subkutan setiap 12 jam, dimana harus dimulai sesegera mungkin
setelah cedera untuk mengurangi risiko trombosis vena dalam (DVT) dan emboli
paru pada pasien lumpuh.
g) Terapi in-air recompression dalam ruang hiperbarik merupakan terapi di mana
penderita harus ada disuatu ruangan bertekanan tinggi dan bernafas dengan
oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih besar dari pada udara atmosfer
normal.
(Rijadi, R.M. Kesehatan Kelautan TNI AL. P: 89-103)
8
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 ILUSTRASI KASUS
Pasien datang ke rumah sakit di antar oleh rekannya dalam keadaan tidak sadar. Rekan pasien
yang mengantar mengatakan 30 menit yang lalu pasien menyelam di pantai dan setelah
dipermukaan tidak lama kemudian pasien pingsan. Setelah sadar pasien mengeluh mengalami
kelemahan ekstremitas bawah setelah menyelam, sesak, nyeri pada persendian, dan nyeri
kepala, dan mati rasa pada ekstremitas bawah. Hasil tanda-tanda vital didapatkan, TD :
90/80mmHg, RR: 24x/mnt, N: 100x/mnt, S : 35,50C. Hasil lab didapatkan, Leukosit 8.200/ul,
Eritrosit: 5,10 juta/ul, Hb: 16%, Trombosit: 198.000/ul, Glukosa test: 111mg/Dl. Tampak
parapharese inferior, aktivitas pasien selalu dibantu keluarga, napas cepat. Hasil radiologi,
foto thorax terdapat emboli pada paru-paru. Hasil MRI, terdapat nekrosis iskemik metafisis
dan diafisis sum-sum tulang. Kekuatan otot :
5555 5555
1111 1111
9
16%, Trombosit: 198.000/ul, Glukosa
test: 111mg/Dl
6. Kekuatan otot : 5555 5555
1111 1111
10
Leukosit 8.2000/ul,
Eritrosit: 5,10 juta/ul,
Hb: 16%, Trombosit:
198.000/ul, Glukosa
test: 111mg/Dl.
3. Tampak parapharese
inferior
4. Aktivitas pasien
selalu dibantu
keluarga,
5. Hasil MRI, terdapat
nekrosis iskemik
metafisis dan diafisis
sum-sum tulang
6. Kekuatan otot :
5555 5555
1111 1111
11
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular (00085)
2. Ketidaefektifan pola napas b.d gangguan neuromuskular (00032)
12
hilang hyperbaric
Ketidaefektifan pola Setelah dilakukan Manajemen jalan napas (3140)
napas b.d gangguan tindakan keperawatan 1. Posisikan pasien untuk
neuromuskular selama 3x24 jam. memaksimalkan
(00032) Masalah ventilasi
ketidakefektifan pola 2. Auskultasi suara napas
napas teratasi. Dengan 3. Monitor status
kriteria hasil: pernapasan dan
1. Keluhan sesak oksigenasi
berkurang Monitor pernapasan (3350)
2. Hasil TTV 1. Monitor kecepatan,
dalam batas irama, kedalaman dan
normal, RR: 16- kesulitan bernafas
24x/mnt 2. Catat pergerakan dada,
3. Hasil foto ketidaksimetrisan,
thorax, emboli penggunaan otot-otot
tidak ada atau bantu nafas
berkurang 3. Monitor pola nafas
4. Tidak ada 4. Monitor saturas oksigen
penggunaan
otot-otot bantu Kolaborasi
nafas 1. Dengan dokter dalam
5. Tidak ada pemberian terapi
pengunaan nafas oksigen
cuping hidung
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit atau kelainan yang disebabkan oleh
pelepasan dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase terlarut dalam
darah atau jaringan-jaringan akibat penurunan tekanan disekitarnya. Manifestasi yang
paling umum mencakup parestesia, hypesthesia, nyeri sendi. Tanda dan gejala yang
lebih serius meliputi kelemahan motorik, ataksia, dispnea, disfungsi sfingter uretra
dan dubur, syok dan kematian. Penggunaan oksigen dengan tekanan untuk
mempercepat difusi gas dan resolusi gelembung, alasan untuk pengobatan dengan
oksigen hiperbarik (HBO2) mencakup pengurangan langsung volume gelembung.
4.2 SARAN
Kepada penyelam agar lebih memperhatikan hal-hal yang dapat
membahayakan diri, dan berlatih kepada penyelam profesional dan berpengalaman.
Kepada instansi mengadakan seminar dan pelatihan dari persiapan menyelam
hingga teori-teori yang digunakan dalam menyelam dan pertolongan pertama pada
decompression sickness.
Kepada masyarakat awam agar segera dibawa ke Rumah sakit atau pelayanan
kesehatan terdekat apabila terjadi decompression sickness pada rekannya agar
mendapat pertolongan pertama.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://powcs.med.unsw.edu.au/sites/default/files/powcs/group/2006DivingMedicine.
pdf , diakses pada 25 Mei 2017)
Bennett, Mike. Handbook of diving and Hyperbaric Medicine, The Prince of Wales Hospital
Oktober 2004.2.
Lippincott, William & Wilkins. 2008. Multisystem Disorder. Wolters Kluwer (available
from:
https://books.google.co.id/books?id=bzJzBhfvWIEC&pg=PA442&dq=complication+
of+decompression+of+sickness&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiWifexwIrUAhUERI8
KHdudBn4Q6AEIJjAA#v=onepage&q=%20decompression%20of%20sickness&f=fa
lse )
Moorhead, Sue, Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2016. Nursing
Rijadi, R.M. Penyakit Dekompresi. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Lembaga
https://books.google.co.id/books?id=trFI0pzT-
DIC&pg=PA443&lpg=PA443&dq=laboratory+evaluation+decompression+sickness&source
=bl&ots=6kR0htxyI4&sig=K73DavFVzEcP7ZFw912Q9XO3fYw&hl=id&sa=X&redir_esc=
y#v=onepage&q=laboratory%20evaluation%20decompression%20sickness&f=false
2015. Diagnosis Keperawatan "Definisi dan Klasifikasi 2015 -2017". Edisi 10. EGC: Jakarta