You are on page 1of 5

WORKSHOP FGD BPJS

A. Dispepsia
Definisi : Rasa tidak nyaman / nyeri di sekitar ulu hati, disertai rasa mual,
kembung, cepat kenyang dan kurang nafsu makan.
Dispepsia dibagi menjadi 2 :
Dispepsia organik : Gastritis, ulcus pepticum, dll ( ditunjukkan dengan
hasil endoskopi yang abnormal )
Dispepsia fungsional : Hasil endoskopi normal
Tanda alarm :
Kasus sakit pertama kali pada usia > 45 thn
Berat badan turun ( berkurang 10% pada 3 bln terakhir)
Pucat
Perdarahan sal. Cerna (muntah darah / BAB hitam)
Muntah terus menerus
Terapi empirik diberikan selama 2-4 minggu, jika tidak ada perbaikan makan
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang.
Urea breath test : test untuk menentukan ada tidaknya helocobacter pylori
sbg penyebab dispepsia organik.
Terapi/ :
Tukak lambung : PPI selama 6-8 mng
GERD : PPI selama 8 mng
Kanker lambung : operasi
Dispepsia dng etiologi helicobacter pylori : Amoxcicilin 2x1 gr,
claritromycin 2x500 mg (atau metronidazol 3x500 mg), omeprazol
2x20 mg ;diberikan selama 10-14 hari
Melena pada gastritis/ulcus : PPI kemudian cek darah dan rencana
endoskopi. 30% kasus melena biasanya sembuh sendiri.
Mukoprotektor : sukralfat, rebemipide ( untuk ulcus bisa untuk terapi
jangka panjang dan proteksi lebih dalam )
Obat prokinetik (Domperidon, Metoklopramid) : untuk keluhan
kembung dan begah, tidak perlu selalu ada keluhan mual.
Pemberian OMZ tidak perlu dikombinasi dengan ranitidin, karena OMZ sudah
memblok 3 pintu sekresi asam lambung, sedangkan ranitidin hanya dapat
memblok 1 pintu. Kecuali untuk pasien dengan ekstra pengeluaran asam
lambung di malam hari, maka ranitidin dapat diberikan sebelum tidur
malam.
Makanan yang dapat memperlambat pengosongan lambung : cokelat, keju,
kue tart, dll.

B. Serumen
Definisi : Kumpulan sekresi dari kelenjar Sebacea, kel. Seruminosa dan sel
epitel yang terlepas.
Etiologi :
1. Faktor genetik
2. Liang telinga yang kecil
3. Kebiasaan mengorek telinga, sehingga semakin mengaktifkan kelenjar
lain
Faktor resiko :
1. Kebiasaan membersihkan telinga terlalu dalam
2. Dermatitis kronik liang telinga luar (keluhan gatal namun tidak ada
kelainan)
Keratitis obturans : dinding telinga mengalami erosi yg lama kelamaan
menutupi serumen, gambaran berlapis-lapis seperti bawang, pada kasus ini
spooling tdk bisa dilakukan dan perlu dirujuk ke THT.
Pada kasus infeksi tidak boleh dilakukan spooling, apalgi pada candidiasis
karena dapat menyebabkan komplikasi perforasi membran timpani sehingga
air bisa masuk ke telinga tengah.
Spooling : dengan memasukkan spuit 20 cc dan needle pada air hangant
kemudian arahkan ke superior, jangan ke inferior karena di sana terdapat
N.Vagus (bisa menyebabkan pingsan). Komplikasi : otitis eksterna dan tuli
konduktif.
Karbol gliserin sbg pelunak serumen dapat digunakan selama 1 mng.
Pada kasus tuli mendadak hanya ada waktu 1 minggu agar bisa full recovery.
Hati-hati pada tinitus, bisa jadi adalah pertanda terjadinya tuli.

C. Rhinitis Alergica
Etiologi : genetik, tungau, bulu binatang, dll.
Dapat disensitasi oleh alergen spesifik.
Jenis :
Intermiten : < 4 hari dalam 1 mng
Th/ antihistamin, observasi selama 2 minggu
Persisten : > 4 gari dalam 1 mng
Th/ antihistamin + oral/intranasal dekongestan atau kortikosteroid
oral.
Perbedaan rhinitis dengan common cold :
o Rhinitis : Mulai usia < 20 thn,, tidak ada demam, tes alergi uji tusuk
negatif
o Common cold : Demam (+)
Alergic shiners : area kehitaman di bawah kelopak mata; ciri khas pada
pasien rhinitis alergi.
dd/ rhinitis alergica : sinusitis akut, sinusitis alergi, rhinitis non alergi, dan
rhinosinusitis viral.

D. Common Cold / Nasofaringitis


Merupakan proses inflamasi > 12 mng.
Etiologi : rhinovirus.
Keluhan : Bersin, batuk, demam, dan sakit tenggorokan.
PF :
Faring terkadang hiperemis
TTV bisa normal (demam/tdk demam)
dd/
Rhinitis alergi ; beda etiologi
Sinusitis akut; ada nyeri tekan fascial
Sinusitis kronik; ada anosmia atau hiposmia
Tonsilitis; ada pembengkakan tonsil, ada nyeri tekan KGB di leher
Penanganan sekunder : istirahat yang cukup dan pake masker saat terinfeksi.
Antihistamin generasi 1 seperti CTM memiliki efek samping mengentalkan
sekret, maka dari itu lebih baik menggunakan loratadin atau cetirizin.
KI oral dekongestan : penyakit jantung, hipertensi dan glukoma.
Komplikasi : OMA, asma, sinusitis akut, BP, pneumonia, PPOK eksaserbasi
akut.

E. Bells Palsy
Etiologi : belum diketahui, bisa autoimun, inflamasi, inflamasi yang menekan
saraf atau infeksi virus.
Symptom :
Nyeri tajam di belakang telinga atau daerah telinga
Mata perih atau pandangan kabur
Gangguan pengecapan
Tidak ada gangguan sensorik (baal, kesemutan, dll)
Factor resiko : DM, kehamilan, riwayat infeksi saluran cerna dan nafas,
paparan dingin, dan riwayat bells palsy sebelumnya.
DM menyebabkan kadar gula tinggi sehingga terjadi neuropati, jika mengenai
N.VII maka bisa terjadi bells palsy.
Pemerikasaan penunjang : GDP dan GD2PP, EMG (jika setelah 2 mng tidak
ada perbaikan).

Terapi :
1. Prednison : 1 mg/KgBB (max 60 mg/KgBB) dibagi 3 dosis
Diberikan selama 6 hari, kemudian di-tappering off, hari ke-11 terapi
dihentikan.
2. Acyclovir : 400 mg (5x1) diberikan selama 10 hari, jika dicurigai
penyebabnya adalah herpes zooster maka dosis yg digunakan 800 mg.
3. Facial exercise, untuk mengembalikan fungsi otot wajah seperti
semula. Caranya sama seperti tes untuk diagnosa, dilakukan secara
kontinu.
Komplikasi :
Mata kering
Ulcus kornea

F. Tension Type Headache (TTH)


Simptom :
Rasa seperti ditekan, diikat, umumnya bilateral
Pemicu stress kemudian menjadi kronik sehingga muncul terus
Tegang di leher atau tengkuk
Tidak ada mual, atau kembung
Etiologi :
Stress, cemas, depresi
Disfungsi oromandibular
Sering minum obat pereda nyeri kepala Drug overuse headache
Anamnesis :
Nyeri di sekitar frontal dan oksipital
Umumnya saat bangun tidur
Nyeri tidak berdenyut dan tidak ada mual
dd/
Migrain ( unilateral dan nyeri terasa berdenyut )
Cluster headache : nyeri seperti ditusuk/nyeri hebat, bisa sampai
keluar air mata. Th/ O2 10 L dng sungkup.
Sinusitis
Tumor
Nyeri kepala servikogenik : disebabkan karena perubahan struktur
tulang leher akibat terlalu sering menunduk atau melihat komputer.
Observasi selama 2 minggu, jika tidak ada perbaikan bisa dirujuk.
Komplikasi :
Rebound headache ( disebabkan terlalu banyak konsusmsi obat TTH )
Ulcus peptikum ( disebabkan terlalu banyak pemakaian NSAID )

You might also like