Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing:
dr. Hj. Pujiati Abbas Sp.A
Disusun oleh:
Arif Patriana
012116336
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
Revisi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
A. IDENTITAS PENDERITA
Demam dirasakan sejak 1 hari yang lalu pada hari senin malam, kemudian ibu
memberi obat paracetamol yang dibeli di apotik kemudian membaik pada selasa
paginya. Selasa siang pasien bangun tidur dengan keadaan mata mendelik, tanpa
tangisan, dan kejang pada tangan sampai akhirnya dibawa ke IGD RSISA dengan
keadaan masih kejang. Kejang berlangsung selama 10 menitan. Dari IGD
mendapatkan obat yang dimasukkan lewat anus kemudian tersadar, tidak kejang
lagi, dan pasien menangis.
Keluhan setelah tersadar, pasien BAB cair dengan ampas 2x, BAK normal
berwarna kuning, pilek disangkal, batuk disangkal. Tetapi setelah dirawat
diabngsal keluhan BAB cair sudah menjadi keras. Pasien sebelumnya tidak
pernah menderita penyakit seperti ini, hanya saja ketika gigi tumbuh pasien sering
demam tidak sampai kejang dan dengan pemberian paracetamol langsung turun
demamnya. Pasien tidak ada alergi obat dan makanan,
Pasien mengeluh ketika menangis dan berbicara, bibir lebih dominan mencong ke
kiri, mengerutkan dahi simetris, menggelembungkan pipi dominan kiri, membuka
dan menutup mata simetris, lidah sejajar ditengah.
Ayah pasien bekerja di terminal dan ibu pasien bekerja menjadi tukang
laundry. Berobat dengan fasilitas umum.
Kesan ekonomi: Kurang.
C. DATA KHUSUS
1. Riwayat Perinatal
Minum ASI sampai sekarang. Diselingi susu formula sejak usia 5 bulan.
Makanan pendamping ASI diberikan mulai usia 6 bulan berupa sereal bayi.
Nafsu makan dan minum cukup baik. Pasien lebih suka mengonsumsi susu
botol, dalam sehari 3-4 gelas botol.
Kesan: Kualitas dan kuantitas cukup.
5. Campak - 9 bulan
D. PEMERIKSAAN FISIK
KESAN UMUM
Keadaan Umum: Composmentis, aktif, tidak kejang
Keadaan Tubuh :
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Kepala : mesocephale
Kulit : tidak sianosis, ptechie (-), turgor < 2 detik
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (+), mucosa hiperemis (+)
Telinga: discharge (-), nyeri tekan tragus (-)
Mulut : sianosis (-), bibir kering (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-),
Leher : simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku kuduk (-)
Tenggorokan : hiperemis (-), T1-T1
Thorax
Paru-paru :
Inspeksi : Hemithorax dextra sama dengan sinistra
Palpasi : Strem femitus dextra dan sinistra simetris
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : SD Vesikuler, suara tambahan : wheezing (-/-), ronki (-)
Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat, tidak melebar
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, tidak tampak gerak peristaltik
Auskultasi : bising usus (+), Normal
Revisi
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Genitalia : laki-laki, tidak ada kelainan
Extremitas : Atas (ka/ki) Bawah (ka/ki)
Capilary refill : < 2 < 2
Kekuatan : 5 5
Klonus : (-)
2. Kedipan mata
- pada sisi yang lumpuh kedipan mata lambat, tidak gesit dan Tidak
tidak kuat. Disebut Lagoftalmos
4. Sudut mulut
Revisi
- Sudut mulut pada sisi yang lumpuh tampak lebih rendah Y. Pada sisi
kiri yang
rendah
5. Mengerutkan dahi
6. Mengerutkan alis
7. Menutup mata
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium saat di RSISA tanggal 8 september 2017 :
DARAH RUTIN
Hemoglobin 9,7 gr/dl
Hematocrit 30,9 %
Leukosit 21,14 ribu/uL
Trombosit 242 ribu/uL
Eritrosit 3,73 juta/uL
Golongan darah B/rhesus +
Diff count
Eosinofil% 0%
Basofil% 0,2%
Neutrofil% 61,2 %
Limfosit% 28,5%
Monosit% 9,6%
IG% 0,5%
Index eritrosit
MCV 82,3 fl
MCH 26 pg
MCHC 31,6 g/dl
LED
LED 1 --
LED 2 --
KIMIA
Natrium 130.8 mmol/L
Kalium 4,27 mmol/L
Chlorida 101.3 mmol/L
IMUNOSEROLOGI WIDAL
Salmonella Typhi O Positif 1/160
Sal. Parathyphi A O Negatif
Sal. Parathyphi B O Positif 1/160
Sal. Parathyphi C O Negatif
Salmonella Thypi H Negatif
Sal. Parathyphi A H Negatif
Sal. Parathyphi B H Negatif
Sal. Parathyphi C H Negatif
ASSESMENT
a) Kejang Demam Simpleks
b) Paralisis nervus VII
c) Gizi Baik
Revisi
Initial plans :
Kejang demam Simpleks
Ip Dx : S : -
O : Pemeriksaan Elektrolit, pungsi lumbal
Initial plans :
Revisi
Ip Tx : - infus 2A N 10 tpm
- Inj CPZ 15 mg 1x1
- Fortison 2x25 mg 1x1
Kebutuhan cairan menurut darrow BB : 10,5 kg
10x 100 = 1000 kgbb/hr
0,5x 50 = 25 kgbb/hr
Total kebutuhan cairan : 1025/hari
Banyaknya tetes permenit
=(1025 x 15)/(24 x60) = 11 tpm
Ip Mx : Tanda vital (HR, RR, Suhu)
Ip Ex :
o Tirah baring
o Minum obat teratur
o Makan makanan bergizi
o Penyinaran dengan infra merah diusahakan tegak lurus
dengan daerah yang diterapi yaitu pada daerah wajah sisi
kiri sampai belakang telinga, dengan jarak lampu antara
35cm. Lamanya waktu penyinaran 15 menit disesuaikan
dengan kondisi pasien
o Rehabilitasi fasial secara komprehensif dilakukan dalam 4
bulan setelah onset terbukti memperbaiki fungsi pasien
dengan paralisis fasialis.
o Konsultasi ke bagian lain, seperti Telinga Hidung
Tenggorok dan kardiologi perlu dipertimbangkan apabila
terdapat kelainan pemeriksaan aufoskop atau
pembengkakan glandula parotis dan hipertensi secara
berurutan pada pasien.
Initial plans
Gizi baik
Ip Dx : S : kualitas dan kuantitas makan sehari-hari
O : berat badan pasien, Z score