You are on page 1of 12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.

1, Maret 2015

PENGARUH TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)


TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI

Hendri Fajri Rofacky, Faridah Aini

Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran


Email: nick_farida@yahoo.co.id

ABSTRACT
SEFT including relaxation techniques mind-body therapy that combine of the bodys
system (energy medicine) and spiritual therapies using tapping on certain points on body.
SEFT help individuals free from emotional distress (negative energy), which is the cause of
increased blood pressure in patient with hypertension. This study aims to analyze the
effect of spiritual emotional freedom technique (SEFT) toward blood pressure on patient
with hypertension. This study used quantitative approach with quasi-experimental method
and non-eqiuvalent control group design. The population in this study was all with
hypertension as many as 148 people. The sampling technique used purposive sampling.
There were 30 respondents as samples were divided into two group: 15 respondents as
the intervention group and 15 respondents as the control group. Data instrument used
mercury sphygmomanometer, stethoscope and observation sheet. The result of analysis
by using independent t-test found that the p-value of 0,000 (systole) and the p-value of
0,019 (diastole). it can be concluded that there is influence of a spiritual emotional
freedom technique (SEFT) toward blood pressure on patient with hypertension. The
spiritual emotional freedom technique (SEFT) therapy can be used as an appropriate
alternative treatment and practically in patient with hypertension.
Keywords: Spiritual emotional freedom technique (SEFT), Blood Pressure, Hypertension

ABSTRAK
SEFT termasuk teknik relaksasi yang penggabungan teknik sistem tubuh dan terapi
spiritual menggunakan menekan pada titik-titik tertentu pada tubuh. SEFT bantuan individu
bebas dari tekanan emosional (energi negatif), yang merupakan penyebab meningkatnya
tekanan darah pada pasien dengan hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh spiritual teknik kebebasan emosional (SEFT) terhadap tekanan darah pada
pasien hipertensi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
kuasi-eksperimen dan desain kelompok kontrol non-eqiuvalent. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua dengan hipertensi sebanyak 148 orang. Teknik sampling yang digunakan
purposive sampling. Ada 30 responden sebagai sampel dibagi menjadi dua kelompok: 15
responden sebagai kelompok intervensi dan 15 responden sebagai kelompok kontrol.
Instrumen data yang digunakan sphygmomanometer merkuri, stetoskop dan lembar
observasi. Hasil analisis dengan menggunakan t-test independen menemukan bahwa nilai
p 0,000 (sistole) dan nilai p dari 0,019 (diastole), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan bermakna sebelum dan setelah terapi SEFT. Terapi spiritual teknik kebebasan
emosional (SEFT) dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif yang tepat dan praktis
pada pasien hipertensi.
Kata kunci: SEFT, Tekanan darah, Hipertensi

41
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

PENDAHULUAN penurunan aliran darah ke ginjal,


menyebabkan pelepasan renin. Renin
Hipertensi adalah penyebab kematian
merangsang pembentukan angiotensin I
karena stroke dan faktor yang
dan kemudian mengubah ke angiotensin
memperberat infark miokard (serangan
II, suatu vasokonstriktor kuat yang pada
jantung). Kondisi tersebut merupakan
gilirannya merangsang skeresi
gangguan yang paling umum pada
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
tekanan darah, hipertensi merupakan
ini menyebabkan peningkatan volume
gangguan asimptomatik yang sering
intrvaskuler. Semua faktor tersebut
terjadi ditandai dengan peningkatan
cenderung memutuskan keadaan
tekanan darah secara persisten (Potter &
hipertensi (Smeltzer & Bare, 2002).
Perry, 2006). Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah Kegelisahan, ketakutan, nyeri,
persisten dimana tekanan sistoliknya di dan stress emosional dapat
atas 140 mmHg dan tekanan mengakibatkan stimulasi simpatis yang
diastoliknya 90 mmHg (Smeltzer & Bare, meningkatkan frekuensi denyut jantung,
2002). curah jantung dan resistensi vaskuler.
Efek simpatis ini meningkatkan tekanan
Menurut data dari badan
darah. Kegelisahan meningkatkan
kesehatan dunia WHO tahun 2000,
tekanan darah sebesar 30 mmHg (Potter
hipertensi telah menjangkiti 26,4%
& Perry, 2009).
populasi dunia dengan perbandingan
26,6% pada pria dan 26,1% pada wanita. Hipertensi dapat berakibat fatal
Dari 26,4% populasi dunia itu, negara jika tidak dikontrol dengan baik atau
berkembang menyumbang 2/3 populasi biasa disebut dengan komplikasi.
yang terjangkit hipertensi sedangkan Komplikasi hipertensi terjadi karena
negara maju hanya menyumbangkan kerusakan organ yang diakibatkan
sepertiganya saja (Yogiantoro, 2006). peningkatan tekanan darah sangat tinggi
dalam waktu lama. Tingginya tekanan
Berbagai faktor seperti
darah yang lama tentu saja akan
kecemasan dan ketakutan dapat
merusak pembuluh darah di seluruh
mempengaruhi respon pembuluh darah
tubuh, yang paling jelas pada mata,
terhadap rangsang vasokontriktor.
jantung, ginjal dan otak. Maka
Individu dengan hipertensi sangat
konsekuensi yang biasa pada hipertensi
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
yang lama tidak terkontrol adalah
tidak diketahui dengan jelas mengapa
gangguan penglihatan, oklusi koroner,
hal tersebut bisa terjadi. Pada saat
gagal ginjal, dan stroke. Selain itu
bersamaan dimana sistem saraf simpatis
jantung membesar karena dipaksa
merangsang pembuluh darah sebagai
meningkatkan beban kerja karena saat
respon rangsang emosi, kalenjar adrenal
memompa melawan tingginya tekanan
juga terangsang mengakibatkan
darah (Smeltzer & bare, 2002).
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal mensekresi epinefrin, yang Tujuan tiap program
menyebabkan vasokontriksi. Korteks penanganan bagi setiap penderita
adrenal mensekresi kortisol dan steroid hipertensi adalah mencegah terjadinya
lainnya, yang dapat memperkuat respon morbiditas dan mortalitas penyerta
vasokonstriktor pembuluh darah. dengan mencapai dan mempertahankan
Vasokontriksi yang mengakibatkan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg

42
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

(Smeltzer & bare, 2002). Menurut marlia menurun, Demikian relaksasi akan
(2009) penanganan hipertensi secara membuat kondisi seseorang dalam
umum yaitu secara farmakologis dan non keadaan rileks atau tenang, dalam
farmakologis. Penanganan farmakologis mekanisme autoregulasi, relaksasi dapat
terdiri atas pemberian obat yang bersifat menurunkan tekanan darah melalui
diuretik, simpateik, beta-bloker, dan penurunan denyut jantung dan Total
vasodilator dengan memperhatikan Peripheral Resistance (Corwin, 2009).
mekanisme kerja dan tingkat kepatuhan. Terapi spiritual emotional
Penanganan farmakologis dianggap freedom technique (SEFT) termasuk
masyarakat mempunyai efek samping tehnik relaksasi, merupakan salah satu
yang dimana efek samping tersebut bentuk mind-body therapy dari terapi
bermacam-macam tergantung dari obat komplementer dan alternatif
yang di gunakan. Pengobatan hipertensi keperawatan SEFT merupakan teknik
saat ini belum efektif karena hanya penggabungan dari sistem energy tubuh
menurunkan prevalensi sebesar 8%. (energy medicine) dan terapi spiritual
Harga obat yang relatif mahal sering dengan menggunakan tapping pada titik-
menjadi alasan masyarakat untuk titik tertentu pada tubuh. Terapi SEFT
berhenti melakukan pengobatan, hal bekerja dengan prinsip yang kurang lebih
tersebut dapat memicu terjadinya sama dengan akupuntur dan akupresur.
kekambuhan hipertensi itu sendiri di Ketiganya berusaha meerangsang titik-
samping efek samping yang berbahaya. titik kunci pada sepanjang 12 jalur
Penanganan non-farmakologis yaitu energy (energy meridian) tubuh.
meliputi penurunan berat badan, olah Bedanya dibandingkan denga metode
raga teratur, diet rendah lemak & garam, akupuntur dan akupresur adalah teknik
berhenti merokok & mengkonsumsi SEFT menggunakan unsur spiritual, cara
alkohol, dan terapi komplementer. yang digunakan lebih aman, lebih
Penanganan non-farmakologis juga tidak mudah, lebih cepat dan lebih sederhana,
mempunyai efeksamping yang karena SEFT hanya menggunakan
berbahaya seperti penanganan ketukan tingan (tapping) (Zainuddin,
farmakologis. Sehingga, masyarakat 2009).
lebih menyukai penanganan secara non-
farmakologis daripada farmakologi. Teknik ini menggabungkan
sistem energy tubuh (energy medicine)
Lipsky, at al. (2008) menyatakan dan terapi spiritual yang digunakan
bahwa tekanan darah tinggi dapat sebagai salah satu teknik terapi untuk
diturunkan melalui perubahan gaya mengatasi masalah emosional dan fisik
hidup diantaranya manajemen stres yaitu dengan melakukan ketukan ringan
dimana stres dapat meningkatkan (tapping) pada titik syaraf (meridian
tekanan darah. Salah satu caranya tubuh). Spiritual dalam SEFT adalah doa
adalah dengan teknik relaksasi. yang diafirmasikan oleh klien pada saat
Relaksasi merupakan salah satu teknik akan dimulai hingga sesi terapi berakhir,
pengolahan diri yang didasarkan pada yaitu fase set-up, tune-in,dan tapping.
cara kerja sistem saraf simpatis dan Pada fase iset-up, klien diminta untuk
parasimpatis. Relaksasi ini mampu berdoa kepada tuhan yang maha esa
menghambat stres atau ketegangan jiwa dengan penuh rasa khusyu, ikhlas
yang dialami seseorang sehingga menerima dan kita pasrahkan
tekanan darah tidak meninggi atau

43
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

kesembuhannya pada tuhan yang maha tenang dan rileks. Kondisi tersebut akan
esa. Pada fase tune-in, di lakukan mempengaruhi kerja jantung dengan
dengan cara merasakan rasa sakit yang cara menurunkan curah jantung yang
dialami, lalu mengarahkan pikiran ke akan berimbas pada penurunan tekanan
tempat rasa sakit, dan secara darah.
bersamaan dibarengi dengan hati dan Peneliti melakukan pengukuran
mulut menucapkan doa. Bersamaan tekanan darah terhadap 10 orang
dengan tune-in ini dilakukan fase ketiga tersebut pada tanggal 13 Juni 2014,
yaitu tapping. Pada proses ini (tune-in ternyata 7 dari 10 orang masih
yang dilakukan bersamaan dengan mengalami hipertensi. Usaha mereka
tapping), yang akan menetralisir emosi lakukan belum begitu efektif untuk
negatif atau rasa sakit fisik. Klien juga menurunkan tekanan darah. Peneliti juga
diminta mengucapkan doa dengan menanyakan tentang terapi spiritual
kalimat tertentu ketika setiap titik-titik emotional freedom technique (SEFT)
meridian diketuk ringan selama tapping kepada 10 orang tersebut. Hasilnya dari
(Zainuddin, 2009). 10 orang tersebut semuanya belum
Mills (2012) menjelaskan bahwa pernah mendapatkan terapi spiritual
teknik relaksasi memiliki efek sama emotional freedom technique (SEFT).
dengan obat anti hipertensi dalam SEFT merupakan salah satu terapi
menurunkan tekanan darah. Prosesnya relaksasi yang bisa diajdikan alternatif
yaitu dimulai dengan membuat otot-otot untuk menangani hipertensi. Menurut
polos pembuluh darah arteri dan vena Lane (2009) yang menunjukkan bahwa
menjadi rileks bersama dengan otot-otot menstimulasi secara manual pada titik
lain dalam tubuh. Efek dari relaksasi akupuntur dapat mengontrol kortisol. Hal
otot-otot ini menyebabkan kadar ini sesuai dengan penelitian Dawson,
neropinefrin dalam darah menurun. Otot- Garrret & audrey (2012) dalam the
otot yang rileks ini akan menyebarkan Journal of Nervous and Mental Disease
stimullus ke hipotalamus sehingga jiwa yang mencoba menggunakan EFT
dan organ dalam manusia merasakan dalam menurunkan kortisol pada stress,
ketenangan dan kenyamanan. Situasi ini berdasarkan hasil penelitian tersebut
akan menenkan sistem saraf simpatik EFT mampu menurunkan kadar kortisol
sehingga produksi hormon epinefrin dan sebesar -24.39 %. Dengan menurunnya
norepinefrin dalam darah menurun. kadar kortisol Kondisi tersebut akan
Penurunan kadar norepinefrin dan mempengaruhi kerja jantung dengan
epinefrin dalam darah menyebabkan cara menurunkan curah jantung yang
kerja jantung untuk memompa darahpun akan berimbas pada penurunan tekanan
akan menurun sehingga tekanan darah darah.
ikut menurun. Hal ini sejalan dengan Berdasarkan fenomena di atas
hasil penelitian Lane, (2009) yang peneliti tertarik untuk meneliti tentang
menunjukkan bahwa menstimulasi pengaruh terapi spiritual emotional
secara manual pada titik akupuntur freedom technique (SEFT) terhadap
dapat mengontrol kortisol, menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
rasa sakit, memperlambat denyut di Wilayah kerja Puskesmas Bergas,
jantung, menurunkan kecemasan, Kecamatan Bergas, Kabupaten
mengontrol sistem saraf otonom Semarang.
sehingga dapat menciptakan rasa

44
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

Tabel 1. Rerata Tekanan Darah (mmHg) Tabel 2. Rerata Tekanan Darah (mmHg)
Sebelum Diberikan Terapi SEFT) pada Sesudah Diberikan Terapi SEFTpada
Kelompok Intervensi dan Kontrol Kelompok Intervensi dan Kontrol

Kelompok Variabel n Rerata SD Kelompok Variabel n Rerata SD


Intervensi TD 15 158,93 11,781 Intervensi TD 15 157,93 11,407
Sistole Sistole
TD 15 88,67 9,408 TD 15 88,00 8,799
Diastole Diastole

Kontrol TD 15 157,60 10,615 Kontrol TD 15 158,20 9,807


Sistole Sistole
TD 15 93,27 7,732 TD 15 93,93 9,543
Diastole Diastole

METODE PENELITIAN Penderita hipertensi yang tidak sedang


menjalani terapi komplementer lainya
Penelitian ini menggunakan desain
(latihan otot progresif, terapi musik,
quasi-eksperimental. Rancangan yang
refleksiologi dsb); 4) Penderita hipertensi
digunakan adalah quasi eksperimen pre
mampu berkomunikasi dengan baik.
dan post control group design.
Adapun kriteria eksklusinya: 1) Penderita
Rancangan ini digunakan untuk
hipertensi yang mengalami penurunan
membandingkan hasil intervensi dimana
kesadaran; 2) Penderita hipertensi yang
desain ini dibagi menjadi dua kelompok
memiliki komplikasi seperti Gagal
yaitu kelompok kontrol dan kelompok
Jantung, Gagal Ginjal, DM; 3) Penderita
intervensi yang keduanya diukur
hipertensi yang tidak termasuk dalam
sebelum dan sesudah diberikan terapi
kategori krisis hipertensi. Instrumen
spiritual emotional freedom technique
yang digunakan adalah
(SEFT) dengan pengambilan sampel
sphigmomanometer air raksa dan
tidak dilakukan secara acak atau
stetoscope. Uji beda dengan t-test ini
random. Populasi pada penelitian ini
digunakan untuk menganalisis
adalah penderita hipertensi yang tinggal
perbedaan rata-rata hasil tekanan darah
di wilayah Kerja Puskesmas Bergas
sebelum dilakukan terapi spiritual
Kecamatan Bergas Kabupaten
emotional freedom technique (SEFT).
Semarang, yaitu pada bulan April 2014
terdapat sejumlah 148 orang penderita
hipertensi. Peneliti menetapkan jumlah HASIL
keseluruhan sampel adalah 30 penderita Tekanan Darah Sebelum Diberikan
hipertensi, dimana untuk kelompok terapi SEFT pada Kelompok Intervensi
intervensi 15 dan kelompok kontrol 15. dan Kontrol.
Dan, tehnik sampling yang digunakan
pada penelitian ini adalah purposive Berdasarkan Tabel 1 dapat
sampling. Kriteria inklusi pada penelitian diketahui bahwa pada kelompok
ini, yaitu: 1) Penderita hipertensi primer; intervensi sebelum diberikan terapi
2) Penderita hipertensi yang tidak spiritual emotional freedom technique
mengkonsumsi obat anti hipertensi; 3) (SEFT) rata-rata TD sistole penderita

45
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

hipertensi sebesar 158,93 dengan Berdasarkan Uji t (table 3), didapatkan


standar deviasi 11,781 mmHg, nilai t hitung untuk TD sistole sebesar
sedangkan rata-rata TD diastole-nya 2.662 dengan p-value sebesar 0.019,
sebesar 88,67 dengan standar deviasi sedangkan t hitung untuk TD diastole
9,409 mmHg. Adapun pada kelompok sebesar 1,540 dengan p-value sebesar
kontrol sebelum perlakuan rata-rata TD 0,146. Terlihat bahwa p-value tersebut
sistolenya sebesar 157,60 dengan kurang dari (0,05). Ini menunjukkan
standar deviasi 10,615, sedangkan rata- bahwa ada perbedaan secara bermakna
rata TD diastole-nya 93,27 dengan terhadap penderita hipertensi pada
standar deviasi 7,732 mmHg. kelompok intervensi sebelum dan
setelah diberikan terapi spiritual
emotional freedom technique (SEFT)
Tekanan Darah Sesudah Diberikan
terapi SEFT pada Kelompok Intervensi Perbedaan Tekanan Darah Sebelum
dan Kontrol. dan Sesudah Perlakuan pada
Kelompok Kontrol
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui
bahwa pada kelompok intervensi Tabel 4 menunjukkan bahwa pada
sesudah diberikan terapi spiritual kelompok kontrol yang tidak diberikan
emotional freedom technique (SEFT), terapi spiritual emotional freedom
rata-rata TD sistole sebesar 157,93 technique (SEFT), antara sebelum dan
dengan standar deviasi 11,407 mmHg, sesudah perlakuan memiliki selisih
sedangkan rata-rata TD diastole-nya peningkatan TD sistole sebesar 0,6
sebesar 88,00 dengan standar deviasi mmHg, selisih peningkatan TD diastole
8,799 mmHg. Adapun pada kelompok sebesar 0,66 mmHg.
kontrol sebelum perlakuan rata-rata TD Berdasarkan Uji t, didapatkan
sistole-nya sebesar 158,20 dengan nilai t hitung untuk TD sistole sebesar
standar deviasi 9,807, sedangkan rata- 0,668 dengan p-value sebesar 0,515,
rata TD diastole-nya 93,93 dengan sedangkan t hitung untuk TD diastole
standar deviasi 9,543 mmHg. sebesar 0,638 dengan p-value sebesar
Perbedaan tekanan darah sebelum 0,534. Terlihat bahwa p-value tersebut
dan sesudah diberikan terapi spiritual lebih besar dari (0,05). Ini
emotional freedom technique (SEFT) menunjukkan bahwa tidak ada
pada Kelompok Intervensi perbedaan secara bermakna baik

Tabel 3. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi SEFT pada
Kelompok Intervensi

Variabel Intevensi n Mean SD t p


(mmHg) (mmHg)
TD Sistole Sebelum 15 158,93 11,781 2,662 0,019
Setelah 15 157,47 11,407
TD Sebelum 15 88,67 9,409 1,540 0,146
Diastole Setelah 15 88,00 8,799

46
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

Tabel 4. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok
Kontrol

Variabel Kontrol n Rerata SD t p


TD Sebelum 15 157,60 10,615 0,668 0,515
Sistole Setelah 15 158,20 9.807

TD Sebelum 15 93.27 7.732 0,638 0,534


Diastole Setelah 15 93,93 9.543

tekanan darah sistole maupun diastole PEMBAHASAN


pada penderita hipertensi kelompok Gambaran tekanan darah sebelum
kontrol sebelum dan setelah perlakuan dan setelah terapi SEFT
Pengaruh Terapi SEFT terhadap Dilihat dari rata-rata tekanan darah pada
Tekanan Darah Penderita Hipertensi kelompok intervensi dan kelompok
Rata-rata TD sistole kelompok intervensi kontrol setelah diberikan suatu
sebesar 157,47 mmHg dan TD sistole perlakuan, responden hipertensi
kelompok kontrol sebesar 158,20 mmHg, kelompok intervensi yang diberikan
sedangkan rata-rata TD diastole pada perlakuan terapi spiritual emotional
kelompok intervensi sebesar 88.00 freedom technique (SEFT) mengalami
mmHg dan TD diastole pada kelompok perubahan penurunan tekanan darah
kontrol sebesar 93.93 mmHg. Ini sedangkan pada kelompok kontrol atau
menunjukkan bahwa setelah diberikan kelompok yang tidak diberikan perlakuan
perlakuan terapi spiritual emotional terapi teknik spiritual emotional freedom
freedom technique (SEFT), tekanan technique (SEFT) mengalami penurunan
darah kelompok intervensi baik sistole tekanan darah yang tidak bermakna.
maupun diastole lebih rendah Hal tersebut salah satunya
dibandingkan kelompok kontrol yang disebabkan oleh pemberian terapi
tidak diberikan perlakuan. spiritual emotional freedom technique
Berdasarkan Uji t, didapatkan (SEFT) selama satu kali 15 menit selama
nilai t hitung untuk TD sistole sebesar satu hari dapat membantu menurunkan
18,507 dengan p sebesar 0,000, tekanan darah karena bersifat relaksasi
sedangkan t hitung untuk TD diastole dan menekan produksi hormon stres
sebesar 2,662 dengan p sebesar 0,019. seperti epinefrin dan kortisol, yang akan
Oleh karena kedua p tersebut lebih kecil berefek pada penurunan kerja jantung
dari (0,05), maka dapat disimpulkan dan curah jantung.
bahwa ada pengaruh secara bermakna Berdasarkan Tabel 4 terlihat ada
terapi spiritual emotional freedom peningkatan tekanan darah pada
technique (SEFT) terhadap tekanan kelompok kontrol, rata-rata tekanan
darah penderita hipertensi di wilayah darah sistole kelompok kontrol sebesar
kerja puskesmas Bergas Kecamatan 157,60 mmHg, dan pada akhir penelitian
Bergas, Kabupaten Semarang. berubah menjadi 158,20 mmHg,
sedangkan tekanan darah diastolenya
93,27 mmHg pada awal penelitian

47
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

Tabel 5. Perbedaan TD Sistole dan TD Diastole antara Kelompok Intervensi dan


Kelompok Kontrol setelah Pemberian Terapi SEFT

SD
Kelompok Variabel n Rerata t p
Intervensi TD Sistole 15 157,47 2.134 18,507 0,000
Kontrol 15 158,20 3,481

Intervensi TD Diastole 15 88.00 6,739 2,662 0,019


Kontrol 15 93.93 8,345

menjadi 93,93 mmHg pada akhir pemberian terapi spiritual emotional


penelitian. Hal ini disebabkan karena freedom technique (SEFT). Setelah
responden kelompok kontrol ada yang diberikan terapi spiritual emotional
tidak dapat mengendalikan dan ada yang freedom technique (SEFT) selama satu
dapat mengendalikan faktor yang dapat kali 15 menit yang dilakukan selama satu
meningkatkan dan menurunkan tekanan hari , kelompok intervensi mengalami
darah salah satunya adalah stress. perubahan penurunan tekanan darah.
Keadaaan cemas. Stress emosional Berdasarkan uji t dependen
akan mengakibatkan vasokontriksi, diperoleh t hitung untuk tekanan darah
tekanan arteri meningkat, dan denyut sistol sebesar 2,662 dengan p sebesar
jantung cepat (Smeltzer & Bare, 2002) 0,019 ( = 0,05) dan untuk tekanan
dan juga stress dapat meningkatkan darah diastol t hitung sebesar 1,540
retensi perifer dan curah jantung dengan p-value 0,146 ( = 0,05) terlihat
sehingga akan menstimulasi aktivitas bahwa kedua p-value tersebut kurang
saraf simpatetik (Susilo & Wulandari, dari = 0,05 maka ada perbedaan yang
2011). signifikan tekanan darah kelompok
Perbedaan Tekanan Darah intervensi sebelum dan sesudah
Pada Kelompok Intervensi Sebelum dan diberikan terapi spiritual emotional
Sesudah Diberikan Terapi Spiritual freedom technique (SEFT) pada
emotional freedom technique (SEFT) penderita hipertensi di Wilayah Kerja
Terhadap Tekanan Darah Pada Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas
Penderita Hipertensi Kabupaten Semarang.
Pada kelompok intervensi rata- Setelah diberikan terapi spiritual
rata tekanan darah sistole sebesar emotional freedom technique (SEFT)
158,93 mmHg sebelum pemberian teapi selama satu kali 15 menit selama satu
spiritual emotional freedom technique hari responden kelompok intervensi
(SEFT) kemudian turun menjadi 157,47 mengalami perubahan tekanan darah hal
mmHg setelah pemberian terapi spiritual ini dikarenakan terapi spiritual emotional
emotional freedom technique (SEFT), freedom technique (SEFT) mampu
sedangkan tekanan darah diastolenya menurunkan aktifitas saraf simpatis dan
juga mengalami penurunan dari 88,67 epinefrin serta peningkatan saraf
mmHg sebelum pemberian terapi parasimpatis sehingga kecepatan denyut
spiritual emotional freedom technique jantung menurun, volume sekucup (CO)
(SEFT) menjadi 88,00 mmHg setelah menurun, serta terjadi vasodilatasi

48
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

arteriol dan venula, selain itu juga curah yang dapat meningkatkan resistensi
jantung dan resistensi perifer total juga pembuluh darah perifer dan curah
menurun sehingga tekanan darah pun jantung sehingga akan menstimulasi
menurun (Perry & Potter, 2009). Pada aktifitas saraf simpatik, sehingga tekanan
kelompok kontrol rata-rata tekanan darah darah akan meningkat (Susilo &
systole sebelum diberikan terapi spiritual Wulandari, 2011).
emotional freedom technique (SEFT) Berdasarkan Tabel 4, dapat
sebesar 157,60 mmHg , sedangkan TD diketahui bahwa pada kelompok
sistole setelah diberikan terapi spiritual intervensi, rata-rata tekanan darah
emotional freedom technique (SEFT) sistole penderita hipertensi di Wilayah
rata-rata tekanan darah menjadi 158,20 Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan
mmHg, sedangkan tekanan darah Bergas Kabupaten Semarang sebelum
diastole sebelum diberikan terapi diberikan terapi spiritual emotional
spiritual emotional freedom technique freedom technique (SEFT) sebesar
(SEFT) sebesar 93,27 mmHg dan TD 158,93 mmHg dengan standar deviasi
diastole setelah diberikan terapi spiritual 11,781 mmHg, dan rata-rata tekanan
emotional freedom technique (SEFT) darah diastolenya sebesar 88,67 mmHg
rata-rata tekanan darah menjadi 93,93 dengan standar deviasi 9,408 mmHg.
mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol
Berdasarkan uji t dependen sebelum perlakuan memiliki rata-rata TD
diperoleh t hitung untuk tekanan darah sistole sebesar 157,60 mmHg dengan
sistole sebesar 0,668 dengan p-value standar deviasi 10,615 dan rata-rata TD
sebesar 0,515 ( = 0,05) dan untuk diastole 93,27 mmHg dengan standar
tekanan darah diastole t hitung sebesar deviasi 7,732 mmHg.
0,638, dengan p 0,534 ( = 0,05) maka Setelah diberikan terapi spiritual
kedua p ini lebih besar dari (0,05) ini emotional freedom technique (SEFT),
menunjukkan bahwa tidak ada rata-rata tekanan darah sistole kelompok
perbedaan yang signifikan tekanan intervensi sebesar 157,47 mmHg dan
darah kelompok kontrol pada awal dan pada kelompok kontrol sebesar 158,20
akhir penelitian pada penderita hipertensi mmHg, sedangkan rata-rata tekanan
di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas darah diastole kelompok intervensi
Kecamatan Bergas Kabupaten sebesar 88,00 mmHg dan kelompok
Semarang. kontrol 93,93 mmHg. Terlihat bahwa
Kelompok kontrol yaitu sesudah diberikan terapi spiritual
kelompok yang mengalami hipertensi emotional freedom technique (SEFT),
namun tidak diberikan terapi spiritual tekanan darah kelompok intervensi baik
emotional freedom technique (SEFT) sistole maupun diastole lebih rendah
menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
tekanan darah. Hal ini disebabkan Berdasarkan Uji t, didapatkan
karena responden kelompok kontrol ada
nilai t hitung untuk TD sistol sebesar
yang tidak dapat mengendalikan dan ada 18,507 dengan p-value sebesar 0,000 (
yang dapat mengendalikan faktor yang = 0,05), sedangkan t hitung untuk TD
dapat meningkatkan dan menurunkan diastol sebesar 2,662 dengan p-value
tekanan darah bagi penderita hipertensi, 0,008 ( = 0,05). Oleh karena kedua p-
salah satunya adalah stress emosional
value tersebut lebih kecil dari (0,05),

49
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

maka dapat disimpulkan bahwa ada output (curah jantung) dan resistensi
pengaruh yang signifikan pemberian perifer atau tonus dari arteri (tahanan
terapi spiritual emotional freedom perifer). Peningkatan CO mengakibatkan
technique (SEFT) terhadap tekanan hipertensi melalui naiknya volume cairan
darah pada penderita hipertensi di (preload) dan peningkatan kontraktilitas.
Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kedua hal ini akibat dari adanya over
Kecamatan Bergas Kabupaten aktifitas saraf simpatis yang
Semarang. menyebabkan peningkatan frekuensi
denyut jantung serta peningkatan
Tujuan pengobatan hipertensi
redistribusi volume darah karena
tidak hanya menurunkan tekanan darah,
vasokonstriksi. Pada keadaan normal
tetapi juga mengurangi dan mencegah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
komplikasi akibat hipertensi.
jaringan tubuh yang naik akan diperlukan
Penatalaksanaan non-farmakologi
peningkatan CO. Tekanan perifer akan
merupakan pengobatan tanpa obat-
turun, keadaan ini selalu dalam
obatan yang diterapkan pada hipertensi.
keseimbangan sehingga tidak
Menurut Junaidi (2010) langkah awal
menimbulkan hipertensi. Hal ini adalah
pengobatan hipertensi secara non-
sifat intrisik (otoregulasi) (Price, 2005).
farmakologi adalah dengan menjalani
gaya hidup sehat, diantaranya dengan Menurut Thayib 2010 jika
mengontrol berat badan, mengontrol menstimulasi titik-titik meridian tubuh
pola makan, aktifitas fisik (olahraga), selama 10-15 menit dan dengan
berhenti merokok, dan alkohol,dan intensitas ketukan yang sama dapat
mengelola stress. Menurut Potter & membantu mengurangi kecemasan dan
Perry (2009) Kegelisahan, ketakutan, membuat perasaan menjadi lebih tenang
nyeri, dan stress emosional dapat dan nyaman, dengan menstimulasi titik-
mengakibatkan stimulasi simpatis yang titik SEFT dapat menstimulus
meningkatkan frekuensi denyut jantung, pengeluaran hormon endorfin yang
curah jantung dan resistensi vaskuler. berfungsi sebagai hormon kebahagiaan.
Efek simpatis ini meningkatkan tekanan Menurut Lane, (2009) yang
darah. Kegelisahan meningkatkan menunjukkan bahwa menstimulasi
tekanan darah sebesar 30 mmHg. secara manual pada titik akupuntur
Manfaat terapi terapi spiritual dapat mengontrol kortisol. Hal ini sesuai
emotional freedom technique (SEFT) dengan penelitian Dawson, Garrret &
diantaranya adalah mengatasi masalah audrey (2012) dalam the Journal of
emosional dan fisik yang dapat memicu Nervous and Mental Disease yang
pengeluaran hormon-hormon stres mencoba menggunakan EFT dalam
seperti kosrtisol dan epinefrin, yang menurunkan kortisol pada stress,
dapat memicu kerja jantung dan berdasarkan hasil penelitian tersebut
meningkatkan curah jantung. Jantung EFT mampu menurunkan kadar kortisol
adalah suatu sistem pompa yang sebesar -24.39 %. Dengan menurunnya
berfungsi untuk memompa darah kadar kortisol Kondisi tersebut akan
keseluruh tubuh, karena merupakan mempengaruhi kerja jantung dengan
suatu sistem pompa diperlukan tekanan, cara menurunkan curah jantung yang
tekanan tersebut besarnya tergantung akan berimbas pada penurunan tekanan
pada dua faktor utama yaitu cardiac darah. Hal ini juga didukung dengan

50
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

hasil penelitian Derison, Kusman, dan sebagai posttest adalah 158,20 mmHg
Aat menyatakan bahwa dengan dan diastoliknya adalah 93,93 mmHg
memberikan terapi SEFT selama satu Ada pengaruh terapi spiritual
kali 15 menit dapat menurunkan tingkat emotional freedom technique (SEFT)
depresi, dan kecemasan secara terhadap tekanan darah penderita
bermakna pada pasien SKA. hipertensi di wilayah kerja puskesmas
Keterbatasan Penelitian bergas kecamatan bergas kabupaten
semarang, dengan p-value 0,000 <
Penelitian ini tentunya memiliki
0.05 sistole, sedangkan diastole p-value
keterbatasan yaitu peneliti tidak dapat
0.019 < 0,05
melakukan pengawasan secara intensif
terhadap faktor yang dapat SARAN
mempengaruhi tekanan darah pada Bagi institusi pelayanan kesehatan agar
penderita hipertensi seperti mengontrol dapat menjadikan terapi spiritual
stress serta tingkat kecemasan emotional freedom technique (SEFT)
responden, yang dapat mempengaruhi sebagai salah satu kebijakan dalam
tekanan darah. pemberian pelayanan kesehatan untuk
KESIMPULAN dapat menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
Sebelum dan Sesudah dilakukan terapi
spiritual emotional freedom technique Bagi perawat & tenaga
(SEFT) rata-rata sistolik pada kelompok kesehatan, diharapkan bagi petugas
intervensi adalah 158,93 mmHg dan kesehatan pada umumnya mendapatkan
rata-rata diastoliknya adalah 88,67 pelatihan terapi spiritual emotional
mmHg dan pada kelompok intervensi freedom technique (SEFT), yaang
setelah dilakukan terapi spiritual dimana dapat menjadi salah satu
emotional freedom technique (SEFT pengobatan alternatif dalam mengatasi
rata-rata sistoliknya adalah 157,47 masalah hipertensi
mmHg dan rata-rata diastoliknya adalah Bagi masyarakat (penderita
88,00 mmHg, dan dapat disimpilkan hipertensi), diharapkan agar terus
bahwa ada perbedaan tekanan darah diberikan penyuluhan tentang terapi
pada penderita hipertensi sebelum dan spiritual emotiuonal freedom technique
sesudah diberikan terapi spiritual (SEFT), yang dimana menurut penelitian
emotional freedom technique (SEFT ) terapi spiritual emotiuonal freedom
pada kelompok intervensi di Wilayah technique (SEFT) tersebut dapat menjadi
Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan terapi alternatif yang dapat menurunkan
Bergas Kabupaten Semarang Dengan tekanan darah.
p-value sistole sebesar 0,000 dan untuk
diastole p-value 0,019. Mengingat masih adanya
keterbatasan dari penelitian yang telah
Sebelum dan Sesudah dilakukan dilakukan, maka diharapkan bagi peneliti
terapi spiritual emotional freedom
lain diharapkan ada tindak lanjut untuk
technique (SEFT rata-rata tekanan darah melakukan observasi terhadap pola
pada kelompok kontrol sistoliknya adalah makan, aktivitas olahraga dan faktor-
157,60 mmHg dan diastoliknya adalah faktor lain yang dapat meningkatkan
93,27 mmHg dan rata-rata sistolik tekanan darah.

51
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

REFERENSI Muttaqin, A. dan Nurachmah, E. (2009).


Pengantar asuhan keperawatan
Arikunto, S.(2010). Prosedur penelitian:
klien dengan gangguan sistem
Suatu pendekatan praktek . Jakarta :
kardiovaskuler. Jakarta: Penerbit
PT. Rineka Cipta
Salemba Medika :.
Corwin, Elizabet. J (2008). Buku saku
Price, Sylvia Anderson & Willson. (2005).
patofisiologi. Alih Bahasa Nike Budi
Patofisiologi konsep klinis proses-
Subekti. Penerbit Buku Kedokteran
proses penyakit, Edisi 6. (Alih
EGC
Bahasa :Brahm U. Pendit). Jakarta:
Cornah, D. (2006). The impact of
EGC
spirituality on mental health: A review
Saputra, A. (2012). Buku terapi spiritual
of the literature. London: Mental
emotional freedom technique.
Health Foundation
Yogyakarta :NQ Publising
Dalimartha, et. al. (2008). Care your
Sherwood, L. (2011). Fisiologi
salfe hipertensi; Penebar Plus.
kedokteran: dari sel ke sistem.
Dawson , Garret & Audrey. (2012). The
Jakarta: EGC.
effect of emotional freedom
Sugiyono. (2008). Metode penelitian
techniques on stress biochemistry : a
kualitatif dan kuantitatif dan R & D.
randomized controlled trial : The
Bandung: Alfabeta W
Journal of Nervous and Mental
Susilo & Wulandari. (2011). Cara jitu
Disease October 2012. Vol. 200
mengatasi hipertensi.Yogyakarta.:
Issue 10: p 891-896
CV Andi Offset
Junaidi, I. (2010). Hipertensi/
Sumiati. (2010). Penanganan stress
pengenalan, pencegahan, dan
pada penyakit jantung koroner.
pengobatan. Jakarta: PT Bhuana
Jakarta: Trans Info Media
Ilmu.
Smeltzer, S. C. (2002). Brunner &
Lipsky, Martin S.,at. Al. (2008). American
Suddar Buku ajar keperawatan
medical association guide preventing
medikal bedah t,ed. 8. Vol.2. Jakarta:
and treating heart disease: essential
EGC
information you and your family neet
Thayib, S. (2010). Preview spiritual
to know about having a healthy
emotional freedom technique,
heart. United States of America:
Surabaya: LoGOS Institute
American Medical Association.
Purba, J. S. (2012). Mekanisme kerja
Marlia, (2009). Cegah hipertensi anak
akupuntur dan aplikasi klinis
untuk generasi masa depan
departemen neurologi. FK UI/RSCM
berkualitas, dilihat 15 Maret 2010,
Potter. P. A. & Perry, A. G. (2009).
Marliani . L & S. Tantan. (2007). 100
Fundamentals of nursing: concept,
questions & answers hipeertensi.
process, and practice. 4/E (Terj.
Jkarta: PT Elex Media Komputindo
Yasmin Asih, et al). Jakarta: EGC
Mills, Chaterin J. A. ( 2012). Comparision
Wiryana, M. (2008). Manajemen
of relaxation techniques on blood
Perioperatif Pada Hipertensi. Jurnal
preassure reactivity and recovery
Penyakit Dalam FK UNUD, 144-153
assessing the moderating effect of
Zainuddin, A. F. (2009). Spiritual
anger coping style. Dissertation Old
emotional freedom technique.
Dominion University..
Jakarta : Afzan Publishing.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010).
Metodologi penelitian kesehatan.
Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

52

You might also like