Professional Documents
Culture Documents
MUSTAFA
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
merebusnya dengan air sampai larutan kira-kira tinggal
40% nya ; setelah cairan dipisahkan dari residunya.
Ekstrak bila perlu masih dipekatkan/dikentalkan lagi
untuk mencapai konsentrasi yang diinginkan dalam
proses pewarnaan. Kadang-kadang proses ekstraksi
harus disertai dengan fermentasi untuk jenis zat warna
alam tertentu.
Semula zat warna alam terutama dipergunakan untuk
mewarnai batik dan untuk mencapai warna yang
dikehendaki pencelupannya harus dilakukan berulang-
ulang (pada suhu kamar) tiap hari 8-10 kali pencelupan
selama kira-kira 1 (satu) minggu.
3
dilarang dikedua negara Eropa yaitu Jerman dan Belanda sejak
1 April 1996.
4
BAB II
ZAT WARNA ALAM
Zat warna alam adalah zat warna yang diperoleh dari alam /
tumbuhan-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Setiap tanaman dapat merupakan sumber zat warna
alam karena mengandung pigmen alam. Potensi sumber zat
warna alam ditentukan oleh intesitas warna yang dihasilkan
sangat bergantung pada jenis coloring matter yang ada.
5
memberikan warna yang permanen pada katun,
misalnya falvonoid pigmens.
4. Zat warna bejana; zat warna ini mewarnai serat melalui
proses-proses reduksi-oksidasi (redoks) dikenal sebagai
pewarna yang paling tua didunia dengan ketahanan
yang paling unggul dibandingkan ke tiga jenis zat
warna alam lainnya. Misal zat warna alam yang berasal
dari daun Tom (Indigo).
6
BAB III
CONTOH TUMBUH-TUMBUHAN PENGHASIL ZAT
WARNA ALAM
7
Gambar: Contoh hasil pencelupan benang menggunakan
pewarna alami
8
BAB IV
a. Proses Mordanting
Beberapa zat warna alam akan pudar tanpa pre-
treatment dengan chemicalia tertentu pada medianya.
Pretraetment ini disebut mordant dan biasanya
menggunakan garam logam seperti alum/tawas,
tunjung/ferro sulfat dll. Yang membantu memfix-kan
warna pada media. Dari satu jenis zat warna alam akan
diperoleh arah warna yang bermacam-macam dengan
menggunakan mordant yang berbeda.
9
3) Kemudian rebus (mendidih) dalam 17 liter air
yang menggandung 100 gr tawas dan 30 gr
soda abu selama 1 jam
4) Setelah 1 jam, api matikan, biarkan kain tetap
dalam larutan semalam.
5) Pagi harinya kain dicuci bersih, keringkan,
setrika, siap untuk diwarnai.
Resep untuk 500 gr kain sutera/wol:
1) Langsung direbus dalam 17 liter air yang
mengandung 100 gr tawas, biarkan pada suhu
600 selam 1 jam, biarkan semalam.
2) Pagi harinya kain dicuci bersih, keringkan,
seterika dan siap untuk diwarnai.
Untuk serat-serat yang lain baik tekstil maupun
non tekstil ataupun kayu, dua jenis resep
modrandt untuk serat selulosa (katun) dan serat
protein (sutera) diatas dapat dipakai acuan yang
menyesuaikan jenis seratnya. Misalnya serat
non tekstil seperti rami, agel, jute,dll. Mengacu
pada resep mordant untuk katun , sedang untuk
sutera liar, bulu binatang, dll mengacu pada
resep untuk sutera, demikian seterusnya.
b. Proses Ekstraksi (Proses pengambilan ZWA dari
sumbernya)
Zat warna diperoleh secara ekstraksi (baik pada suhu
tinggi maupun rendah) dari bagian tanaman yang
merupakan sumbernya menggunakan pelarut air.
Dengan cara ini ZWA yang terambil bervariasi
tergantung pada jenis sumber ZWA. Sebagi contoh
untuk sumber zat warna alam yang berupa kayu (Tingi)
dapat terambil sekitar 6,5% masa yang dapat mewarnai.
Berikut contoh pengambilan zat warna dari beberapa
sumbernya:
10
Kulit akar Pace (Morinda Citrifolia)
1 kg kulit akar pace direbus dengan 10 liter air
abu gosok yang mempunyai pH 7,5 vlot 1:10
selama 1 jam atau sampai volume cairan
menjadi sekitar 6 liter.
Air abu gosok dibuat dengan merendam 70
gr/L. Abu dalam 1 liter air, diamkan semalam,
beningnya yang dipakai.
Setelah ekstrak dipisahkan dari kulit akar pace,
dalam keadaan panas pakai untuk mewarnai
tekstil/kriya. Sisa pencelupan masih dapat
dipakai lagi, jangan dibuang.
11
Proses peragian selesai apabila gelembung-
gelembung gas tidak lagi timbul (air
berwarna kuning kehijauan bening),
biasanya memakan waktu 24-48 jam.
Pisahkan airnya (disaring) dan keluarkan
daunnya.
Masukkan 20-30 gr. Bubuk kapur tohor,
larutkan dengan rata.
Aduk (kebur) larutan selama 30 menit.
Selama pengadukan (pengeburan) terjadi
pembuihan hebat yang berwarna biru.
Pengeburan dihentikan setelah tidak terjadi
buih yang permanen dan berwana pudar,
yang merupakan indikasi bahwa Indigo
sudah mulai mengendap.
Kemudian cairan didiamkan semalam
untuk menyempurnakan pengendapan.
Kemudian cairan didiamkan semalam
untuk menyempurnakan pengendapan.
Buang cairan diatasnya (berwarna kuning
jerami), maka akan didapat pasta indigo
setelah disaring.
Pasta indigo ini tahan dalam penyimpanan
selama 1 tahun, asal selama 1 tahun, asal
selama penyimpanan diatas pasta indigo
diberi Lye Solution.
14
Dalam keadaan setengah kering
dengan diperas, ikatan dibuka dan
pengeringan dilanjutkan dengan
mengangin-anginkannya ditempat
yang teduh.
Setelah kering hasil celupan difiksasi
dengan merendamnya dalam larutan
fiksasi (tawas, kapur, atau tunjung)
2-5 menit, kemudian cuci bersih.
Cuci panas (70-800)C selama 15
menit dalam air yang mengandung 1
cc teepol/liter.
Cuci bersih dan keringkan.
2. Bahan Baku Benang
Sebelum memulai proses pewarnaan alam,
benang lebih dulu diatur sedemikian rupa
hingga ikatan yang dipergunakan untuk
menyilang benang tidak menggangu
masuknya garam loga pada proses mordan
atau zat warna alam pada proses
pewarnaan.
Setelah selesai proses mordanting, dalam
keadaan basah benang langsung dapat
diwarnai dengan ekstrak alam pada suhu
60-700C selama 30-60 menit
Pada langkah ini diperlukan perlakuan
ekstra untuk membantu penyerapan zat
warna secara merata.
Biasanya diperlukan ulangan satu kali lagi
untuk lebih meratakan hasil pewarnaan.
Setelah kering baru diproses fiksasi dengan
garam logam sesuai dengan arah warna
yang dikhendaki.
15
Terakhir diproses finishing dengan cuci
panas dalam larutan yang mendandung 1
gram/ liter teepol pada suhu 60-700C
selama 15 menit
Cuci bersih, keringkan.
16
PENUTUP
17