You are on page 1of 6

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 18, No.

1, 2013, halaman 69-74 ISSN : 1410-0177

PENGARUH KOMBINASI SURFAKTAN NATRIUM LAURYL SULFAT DAN


BENZALKONIUM KLORIDA TERHADAP KELARUTAN IBUPROFEN

Syofyan1, Tuti Agustia Safari 2 Dan Rieke Azhar 2


1
Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang
2
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang

ABSTRACT
A study on the influence of sodium lauryl sulfate and benzalkonium chloride combination
on the solubility of ibuprofen has been done. The solubility of ibuprofen with sodium lauryl
sulfate, benzalkonium chloride and its combination was determined by surface tension method
with Du Nouy Tensiometer and by refractive index method with Refractometer ABBE. The
solubility was determined at surfactant concentration above the CMC value. Results showed that
formula 4 gave the highest solubility of ibuprofen (96,25 %). Combination of the surfactants
caused precipitation.

Keyword : Solubility, Surfactan. Sodium Lauryl Sulfate, Benzalkonium Chloride

PENDAHULUAN atau wetting agent, bahan pengemulsi atau


emulsifying agent dan bahan pelarut atau
Efektifitas terapi obat tergantung pada solubilizing agent (Ansel, 1989). Surfaktan
ketersediaan hayati dan kelarutan obat. merupakan bagian penting dalam industi
Untuk melihat respon farmakologi obat, kimia dan sangat dibutuhkan hampir disetiap
kelarutan merupakan salah satu parameter bidang industri modern (Khan & Shah,
penting untuk memperoleh konsentrasi obat 2008).
yang diinginkan dalam sirkulasi sistemik. Fenomena antarmuka dalam farmasi
Saat ini hanya 8% dari obat baru yang dan kedokteran adalah faktor-faktor yang
memiliki kelarutan dan permeabilitas yang berarti mempengaruhi adsorbsi obat pada
tinggi. Peningkatan kelarutan senyawa obat bahan pembantu padat dalam bentuk
adalah tugas yang sangat menantang dalam sediaan, penetrasi (penembusan) molekul
pengembangan obat, hampir 40% dari melalui membran biologis, pembentukan
senyawa kimia baru yang ditemukan dan kestabilan emulsi, dan dispersi dari
memiliki kelarutan yang buruk di dalam air. partikel yang tidak larut dalam media cair
Salah satu cara untuk meningkatkan untuk membentuk suspensi (Martin, et al.,
kelarutan senyawa obat tersebut adalah 2008).
dengan penambahan surfaktan Dalam penelitian ini digunakan
(Mohanachandran, et al., 2010). ibuprofen sebagai obat yang memiliki
Surfaktan adalah zat-zat yang kelarutan praktis tidak larut dalam air,
mengabsorbsi pada permukaan atau antar merupakan golongan obat anti inflamasi
muka untuk menurunkan tegangan antar nonsteroid derivat asam propionat yang
muka suatu cairan. Karena sifatnya yang mempunyai efek analgetik, antipiretik
menurunkan tegangan permukaan, surfaktan (Gunawan, 2009). Penambahan surfaktan
dapat digunakan sebagai bahan pembasah memiliki peranan penting dalam

69
Syofyan., et al. J. Sains Tek. Far., 18(1), 2013

meningkatkan kelarutan zat yang sedikit ml, kemudian tambahkan dapar fosfat pH
larut di dalam air yang ditandai dengan 7,2 sampai tanda batas, Diperoleh larutan
terbentuknya misel. Molekul surfaktan induk dengan konsentrasi 1000 g/mL.
membentuk misel dalam rentang konsentrasi Dipipet larutan induk sebanyak 10 mL,
tertentu yang disebut dengan critical misel dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan
concentration (CMC) (Battamishra & dilarutkan dengan dapar fosfat pH 7,2
Padhy, 2009). sampai tanda batas, kocok homogen.
Surfaktan yang digunakan dalam Sehingga diperoleh larutan ibuprofen
penelitian ini adalah natrium lauryl sulfat dengan konsentrasi 200 g/mL. Larutan
sebagai surfaktan anionik dengan gugus diukur absorbannya dengan spektrofotomer
polarnya bermuatan negatif dan UV dan diperoleh panjang gelombang 264,5
benzalkonium klorida sebagai surfaktan nm.
kationik dengan gugus polarnya bermuatan
positif. Campuran dari kedua surfaktan ini Pembuatan Kurva Kalibrasi Ibuprofen
mempunyai sifat yang unik ketika digunakan dengan dapar fosfat pH 7,2
(Kume, et al., 2007). Kombinasi dari Sebanyak 100 mg ibuprofen
surfaktan ini menyebabkan kedua surfaktan ditimbang seksama, masukkan ke dalam
saling bereaksi dan diharapkan dapat labu ukur 100 mL, kemudian tambahkan
memberikan pengaruh yang baik terhadap dapar fosfat pH 7,2 sampai tanda batas.
kelarutan ibuprofen. Diperoleh larutan induk dengan konsentrasi
1000 g/mL. Dari larutan induk tersebut
METODE PENELITIAN dibuat seri larutan dengan konsentrasi 160
a. Alat dan Bahan g/mL, 200 g/mL, 240 g/mL, 280 g/mL,
Alat yang digunakan dalam penelitian 320 g/mL, dan 360 g/mL dengan cara
ini adalah spektrofotometer UV-Vis pipet larutan induk masing-masing sebanyak
(Shimadzu Uvmini 1240), magnetic stirrer, 8 mL, 10 mL, 12 mL, 14 mL, 16 mL, dan 18
timbangan analitik (Shimadzu AUX220), mL. Masukkan ke dalam labu ukur 50 mL,
refraktometer ABBE (Atago), Du Nouy tambahkan dapar fosfat pH 7,2 sampai tanda
tensiometer (WEIC No 0187096 F), pH batas. Larutan diukur absorbannya pada
meter (Hanna), Viskometer Stormer (VS- panjang gelombang 264,5. Lalu dibuat kurva
DG), gelas ukur, labu ukur, erlenmeyer, kalibrasi dengan menghubungkan antara
pipet tetes, beaker glass, spatel, pipet ukur, serapan zat dengan konsentrasi, kemudian
piknometer dan alat-alat laboratorium ditentukan persamaan regresinya.
lainnya.
Ibuprofen (Indofarma), Natrium c. Penentuan Nilai CMC Surfaktan
Lauryl Sulfat (Bratako), Benzalkonium Metode Tegangan Permukaan
Klorida 80 % (Bratako), Natrium 1. Tegangan Permukaan Natrium Lauryl
Hidroksida 0,1 N , Dapar fosfat pH 7,2, Sulfat
Etanol 96 %, dan Aqua destilasi, Nilai CMC ini ditentukan dengan cara
menimbang natrium lauryl sulfat sebanyak 2
b. Pembuatan Kurva Kalibrasi g, kemudian dilarutkan dengan aquadest
Ibuprofen dalam labu ukur 100 mL, volumenya
Penentuan panjang gelombang dicukupkan hingga tanda batas. Didapatkan
Ibuprofen dengan dapar fosfat pH 7,2 konsentrasi larutan induk 20 mg/mL. Dari
Sebanyak 100 mg ibuprofen ditimbang larutan induk dibuat larutan dengan
seksama, masukkan kedalam labu ukur 100 kosentrasi masing- masing larutan 1,2
mg/mL, 1,4 mg/mL, 1,6 mg/mL, 1,8

70
Syofyan., et al. J. Sains Tek. Far., 18(1), 2013

mg/mL, 2,0 mg/mL, 2,2 mg/mL, 2,4 dengan tegangan muka () = 72,9 dyne pada
mg/mL, 2,6 mg/mL, 2,8 mg/mL dan 3,0 200C. Apabila diukur tegangan muka air
mg/mL dengan cara memipet larutan induk bukan 72,9 dyne, melainkan 69,5 dyne,
masing-masing sebanyak 3 mL, 3,5 mL, 4 maka faktor koreksi adalah 72,9/69,5 = 1,05.
mL, 4,5 mL, 5 mL, 5,5 mL, 6 mL, 6,5 mL, 7
mL, dan 7,5 mL. Kemudian dilarutkan Metode Indeks Bias
dengan aquadest dalam labu ukur 50 mL, 1. Indek Bias Natrium Lauryl Sulfat
volumenya dicukupkan hingga tanda batas. Alat yang digunakan adalah
Ukur tegangan permukaannya menggunakan refraktometer ABBE. Penentuan nilai CMC
Du Nouy Tensiometer. Untuk masing- dengan metode indeks bias diteliti dengan
masing konsentrasi dilakukan pengukuran cara membuat larutan surfaktan natrium
sebanyak 5 kali. lauryl sulfat dengan cara menimbang
natrium lauryl sulfat sebanyak 10 g,
kemudian dilarutkan dengan aquadest dalam
2. Tegangan Permukaan Benzalkonium labu ukur 100 mL, volumenya dicukupkan
Klorida 80% hingga tanda batas. Didapatkan konsentrasi
Nilai CMC ini ditentukan dengan cara larutan induk 10 mg/mL. Dari larutan induk
membuat larutan benzalkonium klorida 1 %, dibuat larutan dengan kosentrasi masing-
dengan cara pipet benzalkonium klorida 80 masing larutan 1,2 mg/mL, 1,4 mg/mL, 1,6
% sebanyak 1,25 mL kemudian dilarutkan mg/mL, 1,8 mg/mL, 2,0 mg/mL, 2,2
dengan aquadest dalam labu ukur 100 mL, mg/mL, 2,4 mg/mL, 2,6 mg/mL, 2,8 mg/mL
volumenya dicukupkan hingga tanda batas. dan 3,0 mg/mL sebanyak 10 mL dengan
Didapatkan konsentrasi larutan induk 10 cara memipet larutan induk masing-masing
mg/mL. Dari larutan induk dibuat larutan sebanyak 1,2 mL, 1,4 mL, 1,6 mL, 1,8 mL,
dengan kosentrasi masing- masing larutan 2 mL, 2,2 mL, 2,4 mL, 2,6 mL, 2,8 mL, dan
0,25 mg/mL, 0,50 mg/mL, 0,75 mg/mL, 1,0 3,0 mL. Kemudian dilarutkan dengan
mg/mL, 1,25 mg/mL, 1,50 mg/mL, 1,75 aquadest dalam labu ukur 10 mL,
mg/mL, 2,0 mg/mL, 2,25 mg/mL dan 2,50 volumenya dicukupkan hingga tanda batas.
mg/mL dengan cara memipet larutan induk Larutan yang akan diuji kemudiaan
masing-masing sebanyak 1,25 mL, 2,5 mL, diteteskan kepada prisma bawah alat
3,75 mL, 5 mL, 6,25 mL, 7,5 mL, 8,75 mL, refraktometer. Mikrometer diputar perlahan
10 mL, 11,25 mL, dan 12,5 mL. Kemudian sampai pada medan penglihatan diteloskop,
dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur batas antara gelap dan terang berada pada
50 mL, cukupkan volume sampai tanda titik potong kedua garis halus yang
batas. Ukur tegangan permukaannya bersilangan. Skala yang tertera pada alat
menggunakan Du Nouy Tensiometer. Untuk dibaca, demikian seterusnya pada masing-
masing-masing konsentrasi dilakukan masing konsentrasi dilakukan pengukuran
pengukuran sebanyak 5 kali. sebanyak 5 kali.
Dari harga tegangan permukaan yang
didapat, dibuat kurva kalibrasi hubungan 2. Indek bias Benzalkonium Klorida 80 %
surfaktan dan tegangan permukaan sehingga Alat yang digunakan adalah
didapat dua persamaan garis lurus yang refraktometer ABBE. Penentuan nilai CMC
berpotongan. Titik perpotongan tersebut dengan metode indeks bias diteliti dengan
merupakan nilai CMC. cara membuat larutan benzalkonium klorida
Standarisasi alat (kalibrasi alat), 1 %, dengan cara pipet benzalkonium
biasanya dikalibrasi dengan aqua bidest klorida 80 % sebanyak 1,25 mL kemudian
dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur

71
Syofyan., et al. J. Sains Tek. Far., 18(1), 2013

100 mL, volumenya dicukupkan hingga Benz


tanda batas. Didapatkan konsentrasi larutan al-
induk 10 mg/mL. Dari larutan induk dibuat koniu - - 2,5 5 10 5
larutan dengan kosentrasi masing- masing m
larutan 0,25 mg/mL, 0,50 mg/mL, 0,75 klori
mg/mL, 1,0 mg/mL, 1,25 mg/mL, 1,50 da
mg/mL, 1,75 mg/mL, 2,0 mg/mL, 2,25 Aqua - - - - -
100
mg/mL dan 2,50 mg/mL dengan cara -dest
memipet larutan induk masing-masing
sebanyak 0,25 mL, 0,5 mL, 0,75 mL, 1 mL, Berdasarkan formula diatas, pada
1,25 mL, 1,5 mL, 1,75 mL, 2,0 mL, 2,25 masing-masing konsentrasi surfaktan
mL, dan 2,5 mL. Kemudian dilarutkan natrium lauryl sulfat dan benzalkonium
dengan aquadest dalam labu ukur 10 mL, klorida larutan surfaktan pada formula 1 dan
volumenya dicukupkan hingga tanda batas. 2 dibuat sebanyak 100 mL, sedangkan pada
Larutan yang akan diuji kemudiaan formula 3, 4, dan 5 larutan surfaktan dibuat
diteteskan kepada prisma bawah alat sebanyak 50 mL. Campurkan larutan sesuai
refraktometer. Mikrometer diputar perlahan formula, masukkan 1 g zat aktif ibuprofen,
sampai pada medan penglihatan diteloskop, aduk dengan magnetik stirrer selama 1 jam
batas antara gelap dan terang berada pada pada skala 6. Kemudian larutan disaring
titik potong kedua garis halus yang dan diukur serapannya pada panjang
bersilangan. Skala yang tertera pada alat gelombang maksimum.
dibaca, demikian seterusnya pada masing-
masing konsentrasi dilakukan pengukuran HASIL DAN PEMBAHASAN
sebanyak 5 kali. a. Penentuan panjang gelombang () analisis
Dari hasil penentuan indeks bias ibuprofen.
tersebut dapat dibuat kurva hubungan antara
konsentrasi surfaktan dengan indeks bias
sehingga didapat garis lurus yang
berpotongan pada nilai konsentrasi misel
kritis (CMC).

d. Penentuan Kelarutan Ibuprofen


diatas Nilai CMC Surfaktan
Tabel 1. Formula Perbandingan Pelarut
Ibuprofen
Baha F0 F1 F2 F3 F4 F5
n mg/m mg/m mg/m mg/m mg/m Gambar 1. Panjang gelombang () analisis
mL
L L L L L ibuprofen dalam dapar fosfat pH 7,2 adalah
(100 (100 (100 (100 (100 264,5 nm.
mL) mL) mL) mL) mL)
Pengukuran serapan untuk pembuatan
Natri kurva kalibrasi dalam pelarut dapar fosfat
um pH 7,2 menghasilkan persamaan regresi
Lauri - 2,5 - 5 5 10 linier y = 0,0183 + 0,0016 x dengan nilai
l koefisien korelasinya (r) = 0,9998.
sulfat

72
Syofyan., et al. J. Sains Tek. Far., 18(1), 2013

b. Kurva Hubungan Konsentrasi dengan


Tegangan Permukaan.

Gambar 4. Kurva Hubungan Konsentrasi


dengan Indek Bias Benzalkonium Klorida

Gambar 2. Kurva Hubungan Konsentrasi d. Tabel 2. Hasil Pengukuran Kelarutan


dengan Tegangan Permukaan Natrium Ibuprofen diatas Nilai CMC Surfaktan
Lauryl Sulfat.

Kelarutan
Kelarutan
Formu Ibuprofen
FP Ibuprofen
la Abs rata-rata
(%)
SD
0 0,243 1,404 1,38 %
0,235 0 1,354 0,0250
0,240 1,385
1 0,213 6,085 6,03 %
0,210 10/2 5,990 0,0485
0,211 6,020
Gambar 3. Kurva Hubungan Konsentrasi 2 0,498 14,99 15,03 %
dengan Tegangan Permukaan Benzalkonium 0,501 10/2 15,08 0,0458
Klorida. 0,499 15,02
3 0,712 10/1 43,35 43,32 %
c. Kurva Hubungan Konsentrasi dan Indek 0,710 43,22 0971
Bias. 0,710 43,41
4 0,405 96,68 96,25 %
0,402 100/2,5 95,92 0,3885
0,403 96,16
5 0,520 78,40 78,34 %
0,516 25/1 77,77 0,5424
0,523 78,85

Gambar 3. Kurva Hubungan Konsentrasi


dengan Indek Bias Natrium Lauryl Sulfat

73
Syofyan., et al. J. Sains Tek. Far., 18(1), 2013

KESIMPULAN Concentration (CMC) of Sodium


Dodecyl Sulfate (SDS) and the Effect of
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Low Concentration of Pyrene on its
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Cmc Using Origin Software. J. Chem.
1. Penambahan surfaktan natrium lauryl Soc.Pak, 30(2), 186-191.
sulfat dan benzalkonium klorida
maupun kombinasinya sangat Kume, G., Gallotti, & Nunes, G. (2008). Review
berpengaruh terhadap kelarutan on Anionic/Cationic Surfaktan Mixture.
ibuprofen. J Surfact Deterg 11, 1743-007-1047-1.
2. Nilai CMC natrium lauryl sulfat dan
benzalkonium klorida yang diperoleh Martin, A., Swarbick, J., & Cammarata, A.
dengan metoda tegangan permukaan (2008). Farmasi Fisik. (Edisi III).
adalah 2,15 mg/mL dan 1,49 mg/mL,. Penerjemah: Yoshita. Jakarta:
Sedangkan nilai CMC natrium lauryl Universitas Indonesia Press.
sulfat dan benzalkonium klorida yang Mohanachandran, P. S., Sindhumol, P.G &
Kiran, T. S. (2010). Enchanment of
diperoleh dengan metoda indek bias
Solubility and Dissolution Rate: an
adalah 2,17 mg/mL dan 1,46 mg/mL. overview. Int J of Comprehensive
3. Kelarutan ibuprofen tertinggi diperoleh Pharm, 4(11), 0976-8157.
pada formula 4 yaitu 96,25%,
selanjutnya secara berturut-turut pada
formula 5 (78,34 %), formula 3 (43,32
%), formula 2 (15,03 %), dan formula 1
(6,03 %).

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan


Farmasi. (Edisi IV). Penerjemah: Farida
Ibrahim. Jakarta: Universitas Indonesia.

Bhattamishra, S.D. & Padhy, R.K. (2009).


Estimation of Ibuprofen Solubilization
in Cationic and Anionic Surfactan
Media: Application of Micelle Binding
Model. In J of Chem Tech, 16, 426-430.

Gunawan, S. G. (2009). Farmakologi dan


Terapi. (Edisi V). Jakarta: Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Khan, A. M. & Shah, S. S. W. (2008).


Determination of Critical Micelle

74

You might also like