You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah filsafat sudah cukup dikenal sejak zaman dahulu. Meski begitu, untuk mulai
mendefinisikannya ternyata bukan perkara mudah, bila dilihat dari arti katanya, filsafat
berasal dari dua kata yunani philo dan shopia. Philo berarti cinta, sedangkan shopia berarti
bijaksana. Dengan demikian philoshopia berarti cinta terhadap kebijaksanaan, namun untuk
membuka pemahaman lebih lanjut tentang filsafat, ada baiknya dimulai dengan mengutik
pertanyaan Suryasumantri yang membedakan antara pengetahuan (ilmu) dengan filsafat.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu, dan filsafat
di mulai dari keduanya. Selanjutnya, Suryasumantri mengutik pertanyaan Will Duranp yang
mengumpamakan filsafat sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan
pasukan infanteri (mewakili ilmu pengetahuan). Filsafatlah yang memenangkan tempat
berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah pantai dapat direbut oleh pasukan marinir (filsafat)
sedangkan maka pasukan marinir akan pergi dan selanjutnya tugas pasukan infanteri (ilmu
pengetahuan untuk menyempurnakan tempat yang telah direbut tersebut. Untuk dapat lebih
memperjelas perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan, atau untuk membedakan suatu
cabang ilmu dengan cabang ilmu lainnya, dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu (a) objek yang
dikaji (ontologis), (b) prosedur / metode untuk mengkajinya (epistemologis), (c) tujuan
penggunaan filsafat / ilmu itu sendiri (oksiologis).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa hubungan antara agama , etika, dan nilai ?


2. Apa persamaan dan perbedaan antara hukum, etika, dan etiket ?
1.3 Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Filsafat


Filsafat bersal dari dua kata yunani phlio dan sophia, yang mana phlio berarti cinta dan
sophia berarti bijaksana. Dengan demikian philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan.
(Puad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli 2003).
Karaktereristik utama berpikir filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat
mendasar, dan spekulatif. Sifatnya yang menyeluruh artinya mempertanyakan hakikat
keberadaan dan kebenaran tentang keberadaan itu sendiri sebagai satu kesatuan secara
keseluruhan, bukan dari perspektif bidang perbidang, atau sepotong-sepotong. Sifatnya yang
mendasar bearti bahwa filsafat tidak begitu saja percaya bahwa ilmu adalah benar . Sifat yang
spekulatif karena filsafat selalu ingin mencari jawab bukan saja pada suatu hal yang sudah
diketahui tetapi juga pada suatu hal yang belum diketahui.
Objek filsafat bersifat universal dan mencakup segala sesuatu yang dialami manusia.
Selanjutnya Abdul Kadir Muhamad menjelaskan filsafat dengan melihat unsur-unsur sebagai
berikut :
a. Kegiatan intelektual (pemikiran)
b. Mencari makna yang hakiki (interpretasi)
c. Segala fakta dengan gejala.(objek)
d. Dengan cara refleksi, metodis dan sistematis.
e. Untuk kebahagian manusia (tujuan)
Tabel 2.1 Perbedaan filsafat dengan ilmu
No Aspek Filsafat Ilmu
1 Ontologis Segala sesuatu yang Segala sesuatu yang
bersifat fisik dan nonfisik, bersifat fisik dan yang
baik yang dapat di rekam dapat di rekam
melalui indra maupun melalui indra.
yang tidak
2 Epistemologis Pendekatanyang bersifat Pendekatan ilmiah,
reflektif atau rasional- menggunakan
dedukatif pendekatan dedukatif
dan indukatif secara
saling melengkapi.
3. Aksiologis Sangat abstrak bermanfaat Sangat konkret,
tetapi tidaksecara langsung langsung dapat
bagi umat manusia. dimanfaaatkan bagi
kepentingan umat
manusia.

2.2 Hakikat Agama


Untuk memperolah pemahaman tentang agama, dibawah ini dikutip beberapa
pengertian dan definisi tentang agama.
Agus M. harjana (2005) mengutip pengertian agama dari Ensiklopedi Indonesia
karangan Hasan Shandily.agama berasal dari bahasa sangsakerta : a berarti tidak , gam berarti
pergi, dan a besifat atau keadaan. Jadi istialah agama berarti : bersifat tidak pergi, tetap
lestari, kekal dan tidak berubah. Dengan demikian agama adalah pegangan atau pedoman
bagi manusia utuntuk mencapai hidup kekal.
Faud farid ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) menjelaskan bahwa agama
adalah satu bentuk ketetapan Ilahi yang mengarahkan mereka yang berakal dengan pilihan
mereka sendiri terhadap ketetapan Ilahi itu tersebut kepada kebaikan hidup didunia dan
kabahagian hidup di akhirat.
Abdul Kadir Muhammad (2006) memberikan dua rumusan agama, yaitu : (a)
menyangkut hubungan antara manusia dengan suatu kesukaan luar yang lain dan lebih dari
pada yang dialami oleh manusia, dan (b) apa yang disyariatakan Allah dengan perantara para
nabi-Nya, berupa perintah dan laranga-Nya serta petunjuk untuk kebaikan di dunia dan di
akhirat.
Dari beberapa definisi diatas, dapat dirinci rumusan agama berdasar unsur-unsur
penting sebagai berikut :
1. Hubungan manusia degan suatu yang tak terbatas, yang transcendental, yang Ilahi
(Tuhan Yang Maha Esa ).
2. Berisi pedoman dan tingka laku (dalam bentuk larangan dan perintah), nilai-nilai dan
norma-norma yang diwahyukan langsung oleh Ilahi melalui Nabi-nabi.
3. Untuk kebahagian hdup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat.
Sebenarnya dalam pengertian agama tercakup unsur-unsur utama sebagai berikut :
1. Ada kitab suci.
2. Kitab suci ditulis oleh Nabi berdasarkan wahyu langsung dari Tuhan.
3. Ada suatu lembaga yang membina, menuntun umat manusia, dengan menafsirkan
kitap suci bagi kepentingan umatnya.
4. Setiap agama berisi tentang ajaran dan pedoman penting :
a) Tatwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan.
b) Susila, upacara, atau tata etika.
c) Ritual,upacara, atau tata cara beribadat.
d) Tujuan agama.

2.3 Hakikat Etika


Etika barasal dari kata yunani yaitu berasal dari kata ethos (bentuk tunggal) yang
berarti tempat tinggal, padang, rumput, kadang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara
berpikir, bentuk jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini kata etika
sama dengan moral. Moral berasal dari kata latin: mos ( bentuk tunggal ), atau mores (
bentuk jamak ) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhalk, cara
hidup, (Kanter, 2001).
Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai etika , dibawah ini dikutip
beberapa pengertian etika:

1. Ada dua pengertian etika; sebagai praksis dan sebagai refleksi. Sebagai praksis etika
berarti nilai-nilai dan norma-norma moral baik yang diperaktikan atau justru tidak
diperaktekan, walaupun seharusnya diperaktikan. Tidak boleh dilakukan, pantas
dilakukan, dan sebagainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral (Bartnes,
2001).
2. Ktika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang dilakukan, atau
tentang adat istiadat yang berkenaan dengan hidup yang baik dan yang buruk
(kanter,2001 ).
3. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam pengertian sebagai berikut :
a) lmu tentang apa yang baik dan yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
b) Kupulan asas atau nilai yang berkenan dengan akhlak;
c) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa ternyata etika mempunyai banyak arti.
Namun demikian, setidaknya arti etika dapat dilihat dari dua hal berikut:
1) Etika sebagai peraksis; sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau
masyarakat.
2) Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian moral. Etika sebagai
pemikiran moral bisa saja mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran terhadap
moralitas tersebut bersifat kritis, metodis, dan sistematis.\

2.4 Hakikat Nilai

Untuk memahami pengertian nilai secara lebih mendalam, dibawah ini dikutip
beberapa definisi tentang nilai.

Doni Koesoema A. (2007) mendefinisikan nilai sebagai kualitas suatu hal yang
menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi
semacam objek bagi kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan sesuatu yang memberi
makna dalam hidup, yang berikan titik tolak, isi, dan tujuan dalam hidup.

Faud Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) merumuskan nilai sebagai
standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu. Ada nilai
materialis yang berkaitan dengan ukuran harta pada diri kita, ada nilai kesehatan yang
mengungkapkan tentang siknifikasi kesehatan dalam pandangan kita, ada nilai ideal yang
mengungkapkan kedudukan keadilan dan kesetiaan dalam hati kita, serta ada nilai sosiologis
yang menunjukan signifikasi kesuksesan dalam kehidupan praktis, dan nilai-nilai yang lain.
Dari penjelasan tetang nilai tersebut, sebenarnya dapat disimpulakn tiga hal, yaitu:
a. Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal).
b. Ada bermacam-macam (gugus) nilaiselain nilai uang (ekonomis) yang sudah cukup
dikenal.
c. Gugus-gugus nilai membentuk semacam heararki dari yang terendah sampai yang
tertinggi.
2.5 Hubungan Agama, Etika Dan Nilai

Semua agama melalui kitab sucinya msing-masing mengajarkan tentang tiga hal
pokok, yaitu:
1. Hakikat Tuhan ( God Allah, Gusti Allah, Budha, Brahma, kekuatan tak terbatas, dan
lain-lain ).
2. Etika, tata susila dan
3. Ritual, tata cara beribadat.
Jelas sekali bahwa antara agama dan etika tidak dapat dipisahkan. Tidak ada agama
yang tidak mengajarkan etika/moralitas. Kualitas keimanan (spritualitas) seseorang
ditentukan bukan saja oleh kualitas peribadatan (kualitas hubungan manusia dengan tuhan),
tetapi juga oleh kulaitas moral/etika (kualitas hubungan manusia dangan manusia lain dalam
masyarakat dan dengan alam). Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa
dilandasi oleh nilai-nilai moral.
Akhirnya, tingkat kenyakinan dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
tingkat kualitas peribadatan, dan tingkat kualitas/ moral seseorang akan menentukan
gugus/herarki nilai kehidupan yang telah dicapai. Tujuan agama untuk merealisasikan nilai
tertinggi, yaitu hidup kekal diakhirat (agama hindu menyebut moksa, agama budha menyebut
nirwana). Dari sudut pandang semua agama, pencapain nilai-nilai kehidupan duniawi (nilai-
nilai yang lebih rendah) bukan merupakan tujuan akhir, tetapi hanya merupakan tujuan
sementara atau tujuan antara, dan hanya dianggap sebagai media atau alat (means) untuk
mendukung pencapain tujuan akhir (nilai tertinggi kehidupan).

2.6 Hukum, Etika dan Etiket

Table 2.6 Persamaan dan perbedaan hukum, etika dan etiket

No Hukum Etika Etiket


1 Persamaan : sama-sama mengatur prilaku manusia
2 Perbedaan :
Sumber hukum : Sumber etika: Sumber etiket :
A
Negara, pemerintahan Masyarakat Golongan masyarakat
Sifat pengaturan : Sifat pengaturan: Sifat pengaturan:
B
Tertulis berupa undang- Ada yang lisan (berupa adat Lisan
undang, peraturan kebiasaan) dan yang tertulis
pemerintah, dan sebagainya berupa kode etik
Objek yang di atur :
Obek yang di atur:
Objek yang di atur : bersifat lahiriah, misalnya
Bersifat rohaniah, misalnya
Bersifat lahiriah (misalnya tata cara berpakaian
: prilaku etis ( bersikap jujur
hukum warisan, hukum (untuk pesta, sekolah
C dan tidak menipu juga
agraria, hukum tata negara) pertemuan , dll) tata cara
bertanggung jawab) dan
dan rohaniah (misalnya menerima tamu, tata cara
prilaku tidak etis (korupsi,
hukum pidana) berbicara dengan orang
mencuri, dan berzina)
tua dan sebagainya.

2.7 Paradigma Manusia Utuh

2.7.1 Karakter Dan Kepribadian


Istilah kepribadian (personality) dan karakter banyak dijumpai dalam ilmu psikologi.
Soedarasono (2002) misalnya mendefenisikan kepribadian sebagai totalitas kejiwaan
seseorang yang menampilkan sisi yang didapat dari keturunan (orang tua) leluhur dan sisi
yang di dapat dari pendidikan, pengalaman hidup, serta lingkungan. Karakter adalah sisi
kepribadian yang di dapat dari pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sehingga bisa di
katakan bahwa karakter adalah bagian dari kepribadian. Oleh karena itu Lilik Agung (2007)
mendefinisikan karakter sebagai kompetensi yang harus di miliki oleh seseorang yang
berkaitan dengan kinerja terbaik agar ia mampu menghadapi tantangan realita / kenyataan
yang selalu berubah dan mampu meraih kesuksesan yang bersifat langgeng.
Dapat di tarik kesimpulan pengertian dari karakter sebagai berikut :

a. Karakter adalah korapetensi yang harus di miliki oleh seseorang.


b. Karakter menentukan keberhasialan seseorang.
c. Karakter dapat di ubah, dibentuk, di pelajari melalui pendidikan dan pelatihan tiada
henti serta melalui pengalaman hidup.
d. Tingkat keberhasilan seseorang di tentukan oleh tingkat kecocokan karakter yang
dimilikinya dengan di tuntun kenyataan/realita.
2.7.2 Kecerdasan, Karakter, Dan Etika
Wahyuni Nafis melalui pemahamannya atas ajarn tradisional islam dan di inspirasi
oleh beberapa pemikiran Stephan R Covery ia menyebut tiga jenis kecerdasan dengan tiga
golongan etika : yang di jelaskan dalam tabel berikut
Tabel 2.7.2.1 Etika dan karakter
Golongan Etika Karakter Utama
1. Teo etika a. Takwa (pasrah diri)
Saling ketergantungan b. Ikhlas (tulus)
Masalah aku dengan tuhan c. Tawakal (tahan uji)
2. Sosio etika a. Silahturahmi (tali kasih)
Ketergantungan b. Amanah (integritas)
Masalah aku dengan orang lain c. Huznuzan (baik sangka)
3. Psiko etika a. Twaduk
Kemandirian b. Syukur
Masalah aku dengan aku c. Sabar

Tabel 2.7.2.2 Hubungan Kecerdasaan, Karakter, Sel Dan Etika


Kecerdasan Covery Sifat Karakter Sel Chopra Etika Nafis
Efisiensi (setiap sel menerima energi untuk
PQ Psiko Etika
mempertahahnkan hidup)
Kesadaran (kemampuan beradaptasi)
IQ Keabadian(meneruskan penetahuan dan talenta Psiko Etika
kepada sel-sel generasi berikutnya)
Penerimaan (menerima kehadiran dan
ketergantungan dengan sel-sel lain)
EQ Sosio Etika
Memberi (membantu integrasi sel-sel lainya)
Pembentukan ikatan
Maksud yang lebih tinggi
Kesatuan
SQ Teo Etika
Kreatifitas
Keberadaan
2.7.3 Karakter Dan Paradigma Pribadi Utuh
Covery telah mengingatkan bahwa untuk membangun manusia berkarakter, di
perlukan pengembangan kompetensi secara utuh dan seimbang terhadap empat kemampuan
manusia yaitu : tubuh (PQ), intelektual (IQ), hati (EQ), dan jiwa (SQ). Sementara cloud
(2007) mengatakan bahwa kunci pembangunan karakter adalah integritas. Pemahaman atas
integritas tidak sekedar berarti jujur atau mempunyai prinsip moral, tetapi terkandan juga
pengertian : utuh dan tidak terbagi, menyatu, berkonsentrasi kukuh, serta mempunyai
konsistensi.

2.7.4 Karakter dan Proses Transformasi Kesadaran Spiritual


Belum banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu mengkaji ranah spritual
melalui pendekatan rasional / ilmiah. Ilmu psikologi mencoba memasuki ranah kejiwaan,
namun dalam perkembanganya ilmu ini justru membatasi kajianya hanya pada lapisan pikiran
(mental/emotional) dan tidak ada upaya untuk masuk lebih dalam ke ranah roh (kesadaran
spritual/transdental). Sementara ajaran agama yang seharusnya dapat di jadikan panduan dan
pengembangan /olahan batin, dalam perjalananya sering kali pengajaranya lebih bersifat
indoktrinasi, sekedar menjalankan praktik berbagai ritul, serta kurang mengedepankan
pendekatan melalui proses nalar, pengalaman, dan pengalaman langsung melalui refleksi diri.
Akibatnya, ajaran agama yang mulia itu tiidak mampu memberikan pencerahan kepada
umatnya.

2.7.5 Pikiran, Meditiasi dan Gelombang Otak


Olah pikir (brainware management) adalah suatu konsep dan keterampilan untuk
mengatur gelombang otak manusia yang paling sesuai dengan aktifitasnya sehingga mencapai
hasil optimal (Sentanu, 2007). gelombang otak dapat di golongkan ke dalam empat
golongaan sebagai berikut
Tabel 2.7.5 Kategori Gelombang Otak
Nama Ciri-ciri
Kognitif, analisis, logika, otak kiri, konsentrasi, prasangka, pikiran
Beta (14-100 Hz)
sadar aktif, cemas, was-was, khawatir dll
Khusyuk, relaksasi, moditatif, focus-alaretness, akses naluri bawah
Alpha (8-13,9 Hz)
sadar, ikhlas nyaman, tenang, dll
Sanagant khusyuk, deep mediation , mimpi, intuisi, nurani bawah
Theta (4-7,9 Hz)
sadar, ikhlas, kreatif dll
Tidur lelap, nurani bawah sadar kolektif, tidak ada pikiran dan
Delta (0,1-3,9 Hz)
perasaan, celluler regneration, hgh.

Ketika pikiran berada dalam keadaan sadar berarti pikiran sedang berada dalam
gelombang beta. Dalam gelombang ini pikiran sangat aktif sehingga akan memaksa otak
untuk mengeluarkan hormon kortisol dan norepinephirin yang menyebabkan timbulnya rasa
cemas, khawatir, gelisah dan sejenisnya. Oleh karena itu, pikiran harus selalu di latih untuk
memasuki gelombang alpha Untuk membangun karakter positif, seperti tenang, sabar,
nyaman, ikhlas, bahagia dan sejenisnya.

2.8 Model Pembangunan Manusia Utuh


Berdasarkan konsep yang telah di jelaskan sebelumnya dapat dibuat dua model
tentang hakikat keberadaan manusia.
Menjelaskan suatu model hakikat manusia yang di landasi dengan paradigma tidak
utuh (paradigma materialisme) sehingga menimbulkan berbagai permasalahan yang
memunculkan ketidakbahagian. Pada model ini manusia tujuan manusia hanya mengejar
kekayaan, kesenangan, dan kekuasaan duniawi. Kecerdasaan yang dikembangkan hanya IQ
dan kesehatan fisik sehingga praktis kurang atau bahkan lupa mengembangkan EQ dan SQ.
Model yang di kembangkan untuk kembali pada paradigma tentang manusia secara
seutuhnya. Karakter positif hanya dapat di kembangkan melalui pengembangan hakikat
manusia secara utuh. Dalam pengembangan manusia secara utuh perlu di kembangkan juga
secara seimbang kecerdasan emosional dan spritual di samping kecerdasaan intelektual dan
kesehatan fisik.
Untuk mengatasi hal ini, perlu dikembangkan paradigma hakikat manusia seutuhnya
dengan mengembangkan sikap dan perilaku hidup etis dalam arti luas, yaitu dengan
memadukan dan menyeimbangkan kualitas kesehatan fisik, pengetahuan intelektual (psiko
etika), kematangan emosional dan kerukunan social (sosio etika), dan kesadaran spiritual (teo
etika). Meditasi, zikir, retret, dan sejenisnya terbukti dapat melengkapi praktik keagamaan
guna meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual. Meditasi/zikir melatih pikiran
memasuki gelombang alpha.Transformasi karakter akan terjadi bila pikiran memasuki
gelombang yang sama dengan energy tak terbatas. Pelatihan dan praktik meditasi,zikir dan
retret akan mengembangkan lapisan emosional dan spiritual serta melengkapi pengembangan
melalui iptek dan kesehatan fisik yang diperoleh melalui olah raga dan makanan sehat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat adalah hasil pemikiran manusia yang menempati posisi sebagai induk
pengetahuan. Filsafat juga diartikan mencari sebuah kebenaran, karakteristik utama berfikir
filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat mendasar, dan spekulatif. Sifatnya
menyeluruh artinya mempertanyakan hahekat keberadaan, dan kebenaran tentang keberadaan
itu sendiri sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, bukan persektif dari bidang perbidang
atau sepotong-sepotong.
Sifatnya yang mendasar berarti bahwa filsafat tidak begitu saja percaya bahwa ilmu
itu benar. Sifatnya yang spekulatif karena filsafat selalu ingin mencari jawab bukan bukan
saja pada suatu hal yang sudah diketahui, tetapi segalah sesuatu belum diketahui.
Agama adalah satu bentuk ketetapan ilahi yang mengarahkan mereka yang berakal
dengan pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan ilahi itu tersebut kepada kebaikan hidup
didunia dan kabahagian hidup di akhirat.
Etika sama dengan moral. Moral berasal dari kata latin: mos (bentuk tunggal),
ataumores ( bentuk jamak ) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat,
akhalk, cara hidup. Hukum, etika dan etiket merupakan istilah yang sangat berdekatan dan
mempunyai atri yang hampir sama walaupun terdapat juga perbedaaan.

3.2 Saran
Dengan kita mempelajari filsafat, agama, etika, dan hukum, semoga kita menjadi
orang yang kritis, berpikir yang benar dalam berbagai hal, dan semoga kita menjadi manusian
yang bermoral dan berahlak mulia untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada
tuhan yang maha Esa dan semoga kita dapat mencapai hakikat kehidupan yang sesungguhnya
yaitu surga. Kritik dan saran pembaca akan membuat penulis akan lebih baik untuk evaluasi
dan pengembagan kedepan.
DAFTAR PUSTAKA

http://trimolanggeng.blogspot.co.id/2016/12/makalah-filsafat-agama-etika-dan-
hukum.html?m=1 (Diakses 10 Oktober 2017 Jam 13:30)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1

1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

2.1 Hakikat Filsafat ................................................................................................................. 3

2.2 Hakikat Agama .................................................................................................................. 4

2.3 Hakikat Etika ..................................................................................................................... 5

2.4 Hakikat Nilai...................................................................................................................... 6

2.5 Hubungan Agama, Etika Dan Nilai ................................................................................ 7

2.6 Hukum, Etika dan Etiket .................................................................................................. 7

2.7 Paradigma Manusia Utuh ................................................................................................. 8

2.7.1 Karakter Dan Kepribadian .................................................................................... 8

2.7.2 Kecerdasan, Karakter, Dan Etika ......................................................................... 9

2.7.3 Karakter Dan Paradigma Pribadi Utuh ............................................................. 10

2.7.4 Karakter dan Proses Transformasi Kesadaran Spiritual ................................. 10

2.7.5 Pikiran, Meditiasi dan Gelombang Otak ........................................................... 10

2.8 Model Pembangunan Manusia Utuh ............................................................................ 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 12

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 12

3.2 Saran ................................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... iv

You might also like