You are on page 1of 11

UTS

Kriteria Pemeriksaan Agregat


1. Ukuran dan gradasi (size and grading)
2. Kekerasan/keausan(toughness)
3. Ketahananterhadappelapukan(soundness)
4. Dayapelekatanterhadapaspal(affinityforasphalt)
5. Bentuk butir (shape)
6. Susunan/bentukpermukaan(surfacetexture)
7. Dayaabsorpsi(absorption)
8. Kebersihan(cleaness)
9. Berat jenis (specific gravity)

Percobaan Agregat di laboratorium
1. Analisa Saringan ( GRADASI AGREGAT )
a. Agregat bergradasi pekat/rapat (dense-graded )
b. Agregat bergradasi renggang / terbuka ( open graded )
c. Agregat bergradasi seragam (single size / uniform graded )
d. Agregat bergradasi halus ( fine graded )
e. Agregat bergradasi celah ( gap-graded )
2. Pengukuran Berat jenis
3. Pengukuran Berat Isi
4. Pengujian terhadap Tumbukan & Tekanan
Aggregate Impact Value
Pengujian AIV bertujuan untuk mengukur kekuatan sampel agregat terhadap
beban tumbukan (impact), sebagai salah satu simulasi kemampuan agregat
terhadap rapid loading.
Nilai AIV adalah persentase perbandingan antara berat agregat yang hancur
terhadap jumlah berat dari sampel semula.
Agregat yang hancur dinyatakan dalam jumlah agregat yang lolos saringan
2,36 mm.
Nilai AIV yang hancur tidak boleh > 20%
Respon agregat thdp beban yang cepat atau impulsive (rapid loading)
Reaksi: dari dalam keluar
Aggregate Crushing Value
Pengujian ACV bertujuan untuk mengukur kekuatan relatif agregat terhadap
tekanan (crushing), sebagai salah satu simulasi kemampuan agregat terhadap
slow loading.
Nilai ACV adalah persentase perbandingan antara berat agregat yang hancur
terhadap jumlah berat dari sampel semula.
Agregat yang hancur dinyatakan dalam jumlah agregat yang lolos saringan
2,36 mm.
Nilai AIV yang hancur tidak boleh > 30%
Respon agregat thdp beban lambar (slow loading)
Reaksi: dari luar ke dalam
Los Angeles Abrasion Test
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur durabilitas agregat dengan cara
mekanis, menggunakan alat Los Angeles Abrasion test.
Pemeriksaan ini dilakukan terhadap agregat kasar dengan ukuran butir < 37,5
mm.
Prinsip pengujian ini adalah mengukur kerontokan agregat dari gradasi
awalnya, akibat kombinasi abrasi, tekanan dan penggilasan didalam drum
baja.
Nilai LAAv (yang hancur) tak boleh>20%
5. Pengujian Keausan Agregat
6. Pengujian Kepipihan & Kelonjongan
Bentuk agrergat: rounded, irregular, angular, flaky, elongated, flaky and
elongated
yang paling baik: irregular agar ada interlocking antar agregat
7. Pelapukan Agregat ( Soundness test )
8. Pengujian Agregat lainnya
Pengujian Pelapukan agregat dengan Sodium atau Magnesium Sulfat (
Soundness test )
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur durabilitas agregat terhadap
proses pelapukan akibat pengaruh alam atau proses kimia.
Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus ( Sand Equivalent test )
Pengujian ini bertujuan untuk memeriksa kadar lumpur dalam agregat halus
serta mengetahui perbandingan relatif antara bahan yang merugikan dengan
total agregat halus.

1.Jelaskan dan gambarkan mengenai dua macam perkerasan jalan dan sbutkan
keuntungan dan kerugiannya masing masing



Definisi Perkerasan

Perkerasan jalan adalah suatu struktur perkerasan diletakkan diatas tanah dasar
berfungsi untuk menampung beban lalu lintas yang melewatinya.


Seperti telah diketahui, fungsi utama perkerasan jalan adalah :
a. Menyediakan lahan untuk pergerakan barang dan manusia dengan rasa aman,
nyaman, dan sesuai dengan kebutuhan serta biaya minimal
b. Melindungi subgrade dengan lapisan kedap air untuk mencegah air permukaan
menginfiltrasi ke dalam subgrade dan melemahkannya
c. Menahan tegangan regangan yang disebabkan oleh beban lalu lintas dan cuaca,
dan memindahkannya pada subgrade dengan batas-batas tertentu, dengan kata
lain perkerasan melindungi subgrade dari distribusi beban lalu lintas yang
terkonsentrasi sehingga terhindar dari tegangan yang berlebih.

Jenis Perkerasan

Berdasarkan bahan pengikatnya konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan
atas :
a. Konstruksi perkerasan lentur (Flexible Pavement)
Yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat, lapisan-
lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke
tanah dasar

b. Konstruksi perkerasan kaku (Rigid Pavement)
Yaitu perkerasan yang menggunakan semen (Portland cement) sebagai bahan
pengikat. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar
dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar
dipikul oleh pelat beton.

Perbedaan utama antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur bisa dilihat
pada tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Perbedaan utama perkerasan kaku dan perkerasan lentur

No. Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

1. Bahan Pengikat Aspal Semen

2. Repetisi beban Timbul rutting (lendutan pada Timbul retak-retak pada
jalur roda) permukaan

3. Penurunan tanah Jalan bergelombang Bersifat sebagai balok di
dasar (mengikuti tanah dasar) atas perletakan

Perubahan
4. temperatur Modulus kekakuan berubah, Modulus kekakuan tidak
timbul tegangan dalam yang berubah timbul tegangan
kecil dalam yang besar



FLEXIBLE PAVEMENT

Susunan Perkerasan Lentur

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan
diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk
menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari :
1. Lapisan permukaan (surface course)
2. Lapisan pondasi atas (base course)
3. Lapisan pondasi bawah (subbase course)
4. Lapisan tanah dasar (subgrade)

Karena sifat penyebaran gaya maka muatan yang diterima oleh masing-
masing lapisan berbeda dan semakin kebawah semakin kecil. Lapisan permukaan
harus mampu menerima seluruh jenis gaya yang bekerja. Lapis pondasi atas
menerima gaya vertikal dan getaran, sedangkan tanah dasar dianggap hanya
menerima gaya vertikal saja. Oleh karena itu terdapat perbedaan syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh masing-masing lapisan.

1. Surface course
Berupa lapisan aus dan lapisan antara dari campuran beraspal
a. Lapis aus permukaan (wearing course) berfungsi :
1. Menyelimuti perkerasan dari pengaruh air
2. Menyediakan permukaan yang halus
3. Menyediakan permukaaan yang mempunyai karakteristik yang kesat, rata,
sehingga aman dan nyaman untuk dilalui pengguna.
4. Menyebarkan beban ke lapisan dibawahnya

b. Lapis permukaan antara (binder course) berfungsi :
1. Mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu lintas dan meneruskannya
ke lapis di bawahnya, harus mempunyai ketebalan dan kekakuan cukup.
2. Mempunyai kekuatan yang tinggi pada bagian perkerasan untuk menahan
beban paling tinggi akibat beban lalu lintas

2. Base course
Dapat berupa granular agregat serta berpengikat baik aspal maupun semen,
mempunyai fungsi :
a. Mendukung beban pada lapis permukaan
b. Mengurangi tegangan/ regangan dan meneruskan/ mendistribusikannya ke
lapisan di bawahnya
c. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah

3. Subbase course
Dapat berupa granular agregat dan berpengikat baik aspal maupun semen,
mempunyai fungsi :
a. Sebagai lantai kerja untuk pelaksanaan lapisan pondasi
b. Menyebarkan beban diatasnya
c. Sebagai lapisan perata
d. Mengalihkan infiltrasi air (drainase) dari lapisan pondasi
e. Sebagai lapisan separator yang mencegah butiran halus dari tanah dasar naik ke
lapis pondasi
f. Effisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatif murah
dibandingkan dengan lapisan perkerasan diatasnya.

4. Subgrade

Dapat berupa tanah asli, timbunan, galian atau hasil stabilisasi mempunyai fungsi:
a. Mempersiapkan lapisan di atasnya
b. Mendukung beban perkerasan dan beban yang akan melalui perkerasan

Jenis lapisan serta bagian dari perkerasan lentur umumnya dapat
diilustrasikan seperti diperlihatkan pada gambar 1.


Lapisan aus

Lapisan antara

Lapisan Pondasi atas

Lapisan pondasi bawah

Subgrade


RIGID PAVEMENT

Susunan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

Perkerasan kaku terdiri dari pelat beton semen portland dan lapisan pondasi
(bisa juga tidak ada) diatas tanah dasar. Perkerasan beton yang kaku dan memiliki
modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban terhadap bidang area
tanah yang cukup luas, sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan
diperoleh dari slab beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana
kekuatan perkerasan diperoleh dari lapisan lapisan tebal pondasi bawah, pondasi
dan lapisan permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perancangan
perkerasan kaku adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari
tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural
perkerasannya (tebal pelat beton), tetapi untuk desain badan jalan (tanah dasar)
perlu kajian geoteknik tersendiri jika ditemukan klasifikasi tanah yang masuk
kategori tidak baik sebagai tanah dasar.

Lapisan pondasi atau kadang-kadang dianggap sebagai lapisan pondasi bawah
jika digunakan dibawah perkerasan beton karena beberapa pertimbangan yaitu
untuk kendali terhadap terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainase
(drainase bawah perkerasan), kendali terhadap kembang susut yang terjadi pada
tanah dasar, untuk mempercepat pekerjaan konstruksi, serta menjaga kerataan
dasar dari pelat beton.

Jenis lapisan serta bagian dari perkerasan kaku umumnya dapat diilustrasikan
seperti diperlihatkan pada gambar 2.

ACWC

Pelat beton






Lapisan pondasi


Subgrade
Fungsi Lapisan Perkerasan Kaku
Dapat diuraikan bahwa fungsi dari lapisan pondasi atau pondasi bawah adalah :
1. Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen
2. Menaikkan harga Modulus Reaksi Tanah Dasar (Modulus of Sub-grade Reaction
= k), menjadi Modulus Reaksi Komposit (Modulus of Composite Reaction)
3. Melindungi gejala pumping butir-butiran halus tanah pada daerah sambungan,
retakan dan ujung samping perkerasan
4. Mengurangi terjadinya keretakan pada pelat beton
5. Menyediakan lantai kerja

cat: Pumping adalah proses keluarnya air dan butiran-butiran tanah dasar atau
pondasi bawah melalui sambungan dan retakan atau pada bagian pinggir
perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertical pelat karena beban lalu lintas,
setelah adanya air bebas yang terakumulasi dibawah pelat.

Lapisan perkerasan beton dapat diklasifikasikan atas 2 tipe sebagai berikut:
1. Perkerasan beton dengan tulangan dowel dan tie bar
2. Perkerasan beton bertulang menerus terdiri dari prosentase besi yang relatif
cukup banyak dan tidak ada siar kecuali untuk keperluan pelaksanaan konstruksi
dan beberapa siar muai.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT

No Perkerasan kaku Perkerasan Lentur
1. Kebanyakan digunakan hanya pada jalan Dapat digunakan untuk semua tingkat
kelas tinggi, serta pada perkerasan volume lalu lintas. ( + )
lapangan terbang. ( - )
2. Job mix lebih mudah dikendalikan Kendali kualitas untuk job mix lebih
kualitasnya. Modulus Elastisitas antara rumit. ( - )
lapis permukaan dan pondasi sangat
berbeda. ( + )
3. Dapat lebih bertahan terhadap kondisi Sulit bertahan terhadap kondisi drainase
drainase yang lebih buruk. ( + ) yang buruk. ( - )
4. Umur rencana dapat mencapai 20 tahun. Umur rencana relative pendek 5 10
(+) tahun. ( - )
5. Jika terjadi kerusakan maka kerusakan Kerusakan tidak merambat ke bagian
tersebut cepat dan dalam waktu singkat. (-) konstruksi yang lain, kecuali jika
perkerasan terendam air. ( + )
6. Indeks pelayanan tetap baik hampir selama Indeks pelayanan yang terbaik hanya

umur rencana, terutama jika transverse pada saat selesai pelaksanaan konstruksi,
joint dikerjakan dan dipelihara dengan setelah itu berkurang seiring dengan
baik. ( + ) waktu dan frekuensi beban lalu
lintasnya. ( - )
7. Pada umumnya biaya awal konstruksi Pada umumnya biaya awal konstruksi
tinggi. Tetapi biaya awal hampir sama rendah, terutama untuk jalan lokal
untuk jenis konstruksi jalan berkualitas dengan volume lalu lintas rendah. ( + )
tinggi dan tidak tertutup kemungkinan bisa
lebih rendah. ( - )
8. Biaya pemeliharaan relatif tidak ada. ( + ) Biaya pemeliharaan yang dikeluarkan,
mencapai lebih kurang dua kali lebih
besar dari pada perkerasan kaku. ( - )
9. Agak sulit untuk menetapkan saat yang Pelapisan ulang dapat dilaksanakan pada
tepat untuk melakukan pelapisan ulang. (-) semua tingkat ketebalan perkerasan yang
diperlukan, dan lebih mudah
menentukan perkiraan pelapisan ulang.
(+)
10. Kekuatan konstruksi perkerasan kaku Kekuatan konstruksi perkerasan lentur
lebih ditentukan oleh kekuatan pelat beton ditentukan oleh tebal setiap lapisan dan
sendiri (tanah dasar tidak begitu daya dukung tanah dasar. ( - )
menentukan) . ( + )
11. Tebal konstruksi perkerasan kaku adalah Tebal konstruksi perkerasan lentur
tebal pelat beton tidak termasuk pondasi. adalah tebal seluruh lapisan yang ada
(- ) diatas tanah dasar. ( + )
12. Bila dibebani praktis tdk melentur (kecil) . Bila dibebani melentur. Beban hilang,
( - ) lenturan kembali. ( + )

2. Sebutkan beberapa jenis percobaan aspal di laboratorium dan jelaskan maksud
kegunaannya masing masing

Aspal berfungsi sebagai perekat untuk mengisi rongga (pori) dan bersifat kedap air
Aspal terbagi atas:
a . Aspal Alam: Lake Asphalt dan Rock Asphalt
b . Aspal Minyak: Aspal keras, aspal cair, dan aspal emulsi
Pengujian Aspal:
a . Penetration test
mengethaui kekerasan aspla
penetrasi makin kecil artinya makin keras
AASHTO: Pen 40-50 (paling keras), pen (200-300) palinglunak
b . Ductility test
mengethaui ketahanan aspal terhadap retak
apabila bahan aspal tidak putus setelah lewat jarak 100 cm, maka dianggap
aspal tsb punya kemampuan untuk menahan kuat tarik yang tinggi
c . Softening point test/titik lembek
titik lembek adalah besarnya suhu dimana bahan aspal mencapai derajat
kelembekan/mulai meleleh pada kondisi spesifik dari percobaan
mengetahui klasifikasi aspal
d . Flashing point test/titik nyala
sebagai indicator dari temperature pemanasan maksimum yang masih dalam
batas aman dalam pengerjaan campuran aspal dan indicator bahwa
karakteristik aspal tidak berubah/rusak akibat pemanasan yang melebihi titik
bakar aspal
cara : aspal dipanaskan secara bertahap lalu disulut api di atasnya
titiknyala: suhu terendah dimana percikan api pertama kali terjadi
titik bakar: suhu dapat menyebabkan aspal terbakar
e . TFOT (Thin film oven test)
mengetahui proses pelapukan dan pengerasan (hardening effect) yg terjadi
pada aspal
f . Viscosity test
menentukan tingkat kekentalan atau viskositas aspal keras
sangat pengting dalam mix desain. mengetahui suhu pemadatan dan suhu
pencampuran
g . Pengujian berat jenis aspal
mengetahui berat jenis untuk design
h . Pengujian kelarutan aspal
mengetahui kandungann mineral non aspal yang ada pada sampel bahan
aspal
menunjukan tingkat kemurnian bahan aspal

3. Sebutkan dan jelaskan jenis jenis campuran aspal yang biasa digunakan dalam
perkerasan lentur di Indonesia
LAPEN (Lapis Penetrasi Makadam)
Terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci dengan gradasi terbuka &
seragam, yang diikat dengan aspal dengan cara disemprot diatasnya.
Biasa digunakan sebagai lapis permukaan & lapis pondasi.
LATASIR (Lapis Tipis Aspal Pasir)
Terdiri dari aspal & pasir bergradasi menerus yang dicampur pada suhu 120C
(min) dan dipadatkan pada suhu 98C~110C.
Berfungsi sebagai lapis penutup, lapis aus dan memberikan permukaan jalan yang
rata & tidak licin.
BURAS (Laburan Aspal)
Terdiri dari aspal taburan pasir dengan ukuran maks 3/8
Berfungsi sebagai lapis penutup yang menjaga permukaan agar tidak berdebu.
BURTU (Laburan Aspal Satu Lapis)
Sama dengan BURAS tetapi dengan laburan satu lapisan agregat
bergradasi seragam dengan tebak maks 20 mm.
Berfungsi menjaga agar permukaan tidak berdebu, mencegah air masuk, dan
memperbaiki tekstur permukaan.
BURDA (Laburan Aspal Dua Lapis)
Pengembangan dari BURTU, dimana lapis aspal ditaburi agregat & dikerjakan 2 kali
secara berurutan, dengan tebal maks 20 mm.
Berfungsi menjaga agar permukaan tidak berdebu, mencegah air masuk, dan
memperbaiki tekstur permukaan.
LASBUTAG (Lapis Asbuton Campuran Dingin)
Terdiri dari campuran agregat, asbuton & bahan peremaja yang dicampur,
diaduk, diperam, dihamparkan & dipadatkan dalam keadaan dingin.
Berfungsi sebagai lapis permukaan, lapis aus, melindungi lapis dibawahnya,
mendukung lalu lintas & jalan menjadi rata & tidak licin.
LATASBUM (Lapis Tipis Asbuton Murni)
Terdiri dari campuran agregat, asbuton murni & bahan peremaja dan
dicampur pada suhu ruang. Tebal padat maks 10 mm.
Berfungsi sebagai lapis penutup yang kedap air, kenyal, cukup awet, serta tidak
memiliki nilai struktural.
LASTON (Lapis Aspal Beton) /AC asphalt concrete
Campuran aspal dengan agregat bergradasi menerus,dicampur pada suhu
115C (min), dipadatkan pada suhu 110C (min).
Berfungsi sebagai pendukung beban lalu lintas, pelindung lapis dibawahnya,
sebagai lapis aus, membuat permukaan jalan menjadi rata & tidak licin.
LASTON ATAS (Lapis Aspal beton Pondasi Atas)
Terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu, dicampur
pada suhu 90C~120C & dipadatkan dalam keadaan panas.
Berfungsi sebagai bagian perkerasan yang meneruskan beban ke lapis dibawahnya.
Bersifat kurang kedap air, mempunyai nilai struktural dan menggunakan agregat
bergradasi terbuka.
LASTON BAWAH (Lapis Aspal beton Pondasi Bawah)
Terdiri dari campuran agregat & aspal yang dicampur pada suhu 80C~120C dan
dipadatkan pada suhu 80C (min).
Berfungsi sebagai lapis perkerasan yang meneruskan beban ke lapis dibawahnya.
Bersifat kurang kedap air, mempunyai nilai struktural dan menggunakan agregat
bergradasi terbuka.
LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton) atau HRS hot rolled sheets
Memakai agregat bergradasi senjang, aspal dan filler, dicampur pada suhu
tinggi,dan dipadatkan pada suhu 140 C. tebal padat : 2,5 cm atau 3 cm.
Bersifat kedap air, sangat kenyal, awet dan tidak memiliki nilai struktural.
HOT ROLLED ASPHALT ( HRA )
Campuran dengan agregat bergradasi senjang memakai agregat berukuran sedang
(2,36 mm 10 mm ), matriks pasir, mineral halus, aspal & sedikit agregat kasar, yang
berukuran nominal 14 mm.
Gradasi senjang ini membuat durabilitas campuran menjadi tinggi & dapat
mengako- modasi lalu lintas berat tanpa terjadinya retak.

4. Sebutkan dan jelaskan secara singkat beberapa persyaratan atau kriteria untuk
memperoleh campuran aspal yang baik untuk perkerasan jalan

Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran aspal dan agregat adalah:
A. Stabilitas : kemampuan maksimum menahan beban hingga terjadi kelelehan
plastis.
B. Fleksibilitas : kemampuan campuran untuk menahan defleksi & momen tanpa
menimbulkan retak.
C. Durabilitas : berkaitan dengan keawetan campuran terhadap beban lalu lintas dan
pengaruh cuaca.
D. Workabilitas : campuran harus mudah untuk dikerjakan, yaitu pengangkutan dari
Mixing Plant, penghamparan & pemadatan.
E. Ekonomis : campuran harus direncanakan dengan memakai jenis & kombinasi
material dengan biaya termurah, tetapi dapat memenuhi persyaratan teknis yang
ditetapkan.

5. Gambarkan dan jelaskan secara singkat prosedur penentuan KAO dari
campuran aspal berdasarkan metode bina marga

KAO (Kadar Aspal Optimum)
Menentukan jumlah/kadar aspal dalam campuran
dengan pengujian marshall
menilai kerja berdasarkan parameter turunan (tidak fundamental)
a . Stabilitas (kg) : kekuatan/ strength
b . flow (mm): Kelenturan /flexibility
c . Marshall Qoutient / MQ (kg/mm) : Kekakuan/stiffness
d . rongga: sifat campuran dan dinamika aspal
Voids in Mix / VIM (%)
Voids in Mineral Agregate / VMA (%)
Voids Filled Bitumen / VFB (%)

You might also like