You are on page 1of 4

Jurnal ILMU DASAR, Vol.14 No.

1, Januari 2013: 29-32 29

Analisis Perhitungan Efisiensi Sel Surya Berbasis A-Si:H dalam Penentuan


Temperatur Filamen Optimum Bahan

Efficiency Calculation Analysis of A-Si:H Solar Cells for Determination of


Optimum Filament Temperature in Material Deposition
Endhah Purwandari1,2*) dan Toto Winata1
1)
Laboratorium Fisika Material dan Elektronika Departemen Fisika ITB,
2)
Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Jember
*)
Email: endhahfisika@yahoo.co.id

Abstract
Solar cell efficiency as a function of the energy gap has been simulated by calculating the output
current characteristics of the devices based on the distribution of charge carriers, obtained from the
solution of the Poisson equation and the Continuity equation. The hydrogenated amorphous silicon
(a-Si:H) based solar cell, has simulated in the form of one-dimensional single junction p/i/n. The
junction structure of a-SiC:H/a-Si:H/a-Si:H designed have the thickness of 0,015 m/0,550
m/0,030 m, respectively. For simulation, the energy gap has considered constant in the p and n
layers, whereas the i layer varies according to the empirical data of energy gap obtained from the
deposition parameters of filament temperature. Simulations performed using the finite element
method supported by FEMLAB software. Based on simulation results, obtained the highest
efficiency of 9.35% corresponds to the lowest energy gap data of 1.706 eV for layer i. This
appropriates to the filament temperature of 800oC and subsequently used as the optimum
deposition parameters of the material.

Keyword: Energy gap, efficiency, FEM, solar cell, hydrogenated amorphous silicon

PENDAHULUAN Nilai energi gap yang dimiliki oleh sebuah


bahan semikonduktor merupakan salah satu
Penggambaran kinerja sel surya, pada parameter yang menentukan sifat kelistrikan
umumnya ditekankan pada karakteristik dari dari bahan. Karakteristik ini telah digunakan
arus keluaran yang dihasilkan. Secara teoritis, untuk mensimulasikan efisiensi dari bahan
tidak mudah memprediksi karakteristik dari silikon amorf yang diaplikasikan sebagai sel
kinerja sebuah bahan mengingat kompleksitas surya. Kabir dkk. (2009) dalam simulasinya
sifat-sifat material penyusunnya. Hal ini mendapatkan energi gap optimum dari lapisan
menyebabkan pemodelan terhadap karakteristik p, yang dapat menghasilkan efisiensi tertinggi
sebuah divais banyak mengabaikan beberapa pada sel surya persambungan tunggal, ganda
parameter pada saat mengkaji sebuah bagian dan lapis tiga dari struktur p-i-n sel surya
dari bahan. Christoffel dkk. (2002) telah berbasis amorf silikon terhidrogenasi.
meninjau pengaruh ukuran butir kristal Perhitungan efisiensi sel surya sebagai fungsi
terhadap kinerja sel surya melalui pemodelan dari energi gap pada bahan yang sama, telah
terhadap sel surya berbasis lapisan tipis silikon disimulasikan dengan membuat model yang
polikristal. Munculnya inefficiency dari sel menghubungkan tekanan deposisi bahan
surya akibat temperatur operasional telah dikaji dengan energi gap yang dihasilkan (Purwandari
secara teoretis melalui pemodelan terhadap & Winata, 2012). Dalam hal ini, hasil simulasi
triple junction berbasis InGaP/GaAs/Ge dapat digunakan untuk menentukan tekanan
(Sanders, 2007). Dalam struktur 1 dimensi, deposisi optimum berdasarkan efisiensi
Usman (2006) telah mensimulasikan distribusi tertinggi yang diperoleh dari hasil perhitungan.
pembawa muatan di bawah variasi energi gap Salah satu parameter yang menentukan
lapisan i dari sel surya berbasis silikon amorf dalam proses deposisi bahan silikon amorf,
terhidrogenasi (a-Si:H) persambungan tunggal menggunakan teknik VHF-PECVD yang
p-i-n. dikembangkan dengan menambahkan hot wire
cell, adalah temperatur dari filamen pemanas.

Journal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


30 Analisis Perhitungan Efisiensi (Purwandari dan Winata)

Berangkat dari kegiatan optimasi yang telah energi gap yang cukup detail seperti yang
dilakukan terhadap tekanan deposisi dari ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 2. Data
chamber (Purwandari & Winata, 2012), dalam energi gap diperoleh dari data celah pita optik
teknik penumbuhan berbasis HWC-VHF- bahan silikon amorf yang ditumbuhkan
PECVD, metode simulasi dapat diterapkan menggunakan teknik HWC-VHF-PECVD
untuk menentukan temperatur filamen (Usman, 2006).
optimum berbasis data energi gap yang
bersesuaian dengan data temperatur filamen. Di 1.82

dalam artikel ini, akan dideskripsikan hasil 1.80


kegiatan simulasi perhitungan efisiensi divais
sel surya berbasis silikon amorf terhidrogenasi. 1.78

Energi Gap (eV)


Hasil perhitungan selanjutnya dapat digunakan
1.76
untuk menentukan temperatur filamen pemanas
optimum dari sistem pada teknik penumbuhan 1.74

berbasis HWC-VHF-PECVD.
1.72

1.70

METODE 0 200 400 600 800 1000

Temperatur Filamen (oC)

Divais sel surya dimodelkan sebagai Gambar 2. Interpolasi data energi gap sebagai
persambungan tunggal p/i/n dalam bentuk 1 fungsi dari temperatur filament.
dimensi. Stuktur penyusun lapisan p/i/n adalah
bahan semikonduktor berbasis a-SiC:H/a- Model geometri pada Gambar 1 selanjutnya
Si:H/a-Si:H dengan ketebalan masing-masing digunakan untuk menghitung distribusi
adalah 0,015 m/0,550 m/0,030 m pembawa muatan baik elektron maupun hole.
(Purwandari & Winata, 2012), seperti yang Dalam hal ini, distribusi pembawa muatan
ditunjukkan pada Gambar 1. Adapun nilai diperoleh dengan menyelesaikan persamaan
energi gap yang disimulasikan untuk lapisan p dasar semikonduktor. Persamaan tersebut
adalah 2,36 eV (Persson & Lindefelt, 1997) berupa persamaan Poisson dan persamaan
dan lapisan n adalah 1,7 eV (Takahashi & Kontinuitas yang termodifikasi akibat
Konagai, 1986). Sedangkan variasi energi gap memperhitungkan rapat pembawa muatan pada
pada lapisan i berada dalam rentang 1,70 eV daerah cacat terlokalisasi dan menuliskannya
1,81 eV. sebagai fungsi dari parameter energi gap
(Purwandari & Winata, 2012). Oleh karena
silikon amorf memiliki struktur energi direct
transition, maka energi gap dapat dihitung
sebagai selisih antara dua keadaan energi
dalam pita energi (energi konduksi dan energi
valensi). Adapun faktor fotogenerasi yang
dapat membangkitkan adanya fotoelektron,
yang memberikan kontribusi terhadap
distribusi pembawa muatan, hanya
Gambar 1. Geometri 1 dimensi dari divais sel diperhitungkan pada komponen lapisan i.
surya dalam bentuk persambungan Secara keseluruhan, solusi kedua persamaan
tunggal p/i/n dengan ketebalan semikonduktor tersebut diselesaikan dengan
masing-masing adalah 0,015 menggunakan pendekatan metode elemen
m/0,550 m/0,030 m (Purwandari hingga, berbantukan software FEMLAB.
& Winata, 2012). Beberapa parameter input, bersesuaian
dengan persamaan semikonduktor yang
Variasi energi gap pada lapisan i bersesuaian digunakan, merujuk pada penelitian
dengan data temperatur filamen dalam proses sebelumnya dengan mengubah rentang energi
deposisi bahan pada rentang 0oC-800oC gap pada daerah lapisan i (Purwandari &
(Usman, 2006). Untuk mempertajam data Winata, 2012). Oleh karena memiliki 4 daerah
simulasi, dilakukan tahap interpolasi terhadap persambungan dengan keadaan potensial yang
data energi gap, sehingga diperoleh rentang berbeda, maka perhitungan tegangan output
divais menggunakan penetapan syarat batas.
Jurnal ILMU DASAR, Vol.14 No. 1, Januari 2013: 29-32 31

Untuk daerah persambungan lapisan p dan n grafik tersebut, profil kebergantungan efisiensi
dengan kontak luar, potensial elektrostatik terhadap temperatur filament dalam proses
bahan dihitung dari penjumlahan tegangan deposisi dapat dianalisis. Gambar 3
eksternal dan persamaan logaritmik energi menunjukkan grafik hubungan antara efisiensi
yang bersesuaian dengan perubahan dan temperatur filamen.
konsentrasi dopan (Usman, 2006). Untuk
daerah persambungan lapisan p dan n dengan 10

lapisan i, diasumsikan besarnya arus yang 9

melewati persambungan sama dengan arus


8
yang mengalir pada daerah dekat
persambungan (syarat kontinuitas). Adapun

Efisiensi (%)
7

syarat batas Neumann diaplikasikan pada 6


daerah permukaan divais yang tidak
berhubungan dengan kontak luar (Danielson, 5

2000). 4

Dengan menghitung total arus I dari divais 3


pada variasi tegangan V tertentu, maka plot 1.70 1.72 1.74 1.76 1.78 1.80 1.82

grafik karakteristik I-V akan memberikan Energi Gap (eV)

informasi tentang nilai rapat arus hubung Gambar 2. Efisiensi sel surya fungsi energi gap
singkat JSC dan tegangan rangkaian terbuka
VOC. Adapun efisiensi dari divais dihitung
10
berdasarkan persamaan (1),
9

Jsc . Voc . FF
Efisiensi = . 100% (1) 8

34 x 10-3
Efisiensi (%)

dengan FF (fill factor) merupakan faktor 6

pengisi yang ditentukan berdasarkan


5
persamaan (2),
4

= Vm . Im (2) 3
(2)
Voc . Isc 0 200 400 600 800 1000

Temperatur Filamen (oC)

dengan Vm dan Im masing-masing adalah


tegangan dan arus yang memberikan titik Gambar 3. Grafik perhitungan efisiensi sel
operasi maksimum (Usman, 2006). surya berbasis a-Si:H sebagai
fungsi temperatur filament dalam
proses deposisi bahan.
HASIL dan PEMBAHASAN
Berdasarkan grafik pada Gambar 3,
Solusi dari persamaan Poisson dan persamaan meningkatnya temperatur dari filamen, pada
Kontinuitas adalah distribusi pembawa muatan teknik deposisi menggunakan metode HWC-
hole dan elektron, untuk variasi tegangan VHF-PECVD, menyebabkan kenaikan efisiensi
eksternal simulasi 0 V 0,5 V dan variasi dari sel surya pada interval 100oC-400oC dan
energi gap pada lapisan i. Berdasarkan solusi interval 600oC-800oC. Sementara itu, dalam
tersebut, diperoleh data rapat arus keluaran dari interval temperatur tersebut, nilai energi gap
divais yang dihitung pada ujung lapisan p dan menurun seperti yang ditunjukkan pada
lapisan n. Sebagai fungsi dari energi gap, Gambar 1. Dari sini dapat diamati bahwasanya
perhitungan efisiensi sel surya ditunjukkan kenaikan temperatur filamen, yang
pada Gambar 2. mengindikasikan adanya penurunan nilai
Seiring dengan adanya kenaikan energi gap energi gap (Usman, 2006), dapat meningkatkan
dari bahan, efisiensi dari sel surya mengalami efisiensi dari sel surya. Berdasarkan penelitian
penurunan. Hasil simulasi tersebut memiliki Usman (2006), penambahan filamen pemanas
kesamaan dengan penelitian sebelumnya (Hot Wire Cell) dalam sistem gas masukan
(Purwandari & Winata, 2012). Berdasarkan VHF-PECVD dimaksudkan untuk
mempercepat proses dekomposisi dari gas

Journal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


32 Analisis Perhitungan Efisiensi (Purwandari dan Winata)

sehingga diharapkan dapat meningkatkan laju Kabir MI, Nowshad Amin, Zaharim A, Sopian
deposisi dan memperbaiki struktur lapisan dari K. 2009. Effect of Energy Bandgap of the
bahan yang akan ditumbuhkan. Salah satu Amorphous Silicon-Carbide (a-SiC:H)
indikasi yang dapat diperlihatkan dari adanya Layers On A Si-Multijunction Solar Cells
perbaikan struktur lapisan yang mengarah pada from Numerical Analysis, Proc.8th
sifat kelistrikan yang baik adalah penurunan WSEAS Int. Conf. on NON-LINEAR
nilai energi gap yang dimiliki oleh bahan. ANALYSIS, NON-LINEAR SYSTEMS &
Dengan demikian, hasil simulasi bisa dijadikan CHAOS.
salah satu metode optimasi dalam proses Persson CU., & Lindefelt, 1997. Dependence
deposisi bahan, dalam hal ini berkaitan dengan of Energy Gaps and Effectively Masses
temperatur filamen pemanas dari sistem. on Atomic Positions in Hexagonal SiC,
Dengan memperhatikan data perhitungan J.Apply. Phys. 86, 11, 5036-5039.
efisiensi pada Gambar 3, temperatur filamen Purwandari E, dan Winata T. 2012, Optimasi
tertinggi yaitu 800oC memberikan efisiensi sel Tekanan Deposisi dalam Simulasi
surya terbesar sebesar 9,35%. Nilai ini Efisiensi Sel Surya Berbasis Material a-
bersesuaian dengan data energi gap terendah, Si:H, Jurnal Gradien Vol.8(1), 716-721.
yang diperoleh pada saat bahan ditumbuhkan Sanders MH. 2007. Modeling of Operating
pada temperatur filamen pemanas tertinggi, Temperature Performance of Triple
yakni sebesar 1,706 eV. Junction Solar Cells Using Silvacos
ATLAS. [Tesis yang tidak dipublikasikan,
Naval Postgradute School ,California]
KESIMPULAN http://www.dtic.mil/dtic/tr/fulltext/u2/a47
4503.pdf [25 Juni 2013].
Efisiensi sel surya persambungan p-i-n, Takahashi K, and Konagai M. 1986.
berbasis bahan amorf silikon terhidrogenasi, Amorphous Silicon Solar Cells, North
untuk setiap variasi data energi gap pada Oxford Academic Pub. Ltd., London.
lapisan i dari divais, telah diperoleh dengan Usman I. 2006. Penumbuhan Lapisan Tipis
memanfaatkan metode pendekatan elemen Silikon Amorf Terhidrogenasi Dengan
hingga di dalam menyelesaikan persamaan Teknik HWC-VHF-PECVD dan
Poisson dan persamaan Kontinuitas pembawa Aplikasinya Pada Sel Surya, [Disertasi
muatan. Berdasarkan hasil simulasi, penurunan yang tidak dipublikasi, Institut Teknologi
nilai energi gap, yang diperoleh akibat adanya Bandung, Bandung].
kenaikan temperatur filamen, menunjukkan
peningkatan efisiensi dari sel surya. Data
perhitungan yang menunjukkan efisiensi sel
surya tertinggi sebesar 9,35%, selanjutnya
menjadi titik optimum dari penggunaan
temperatur filamen, yakni sebesar 800oC.
Temperatur optimum yang diperoleh
bersesuaian dengan energi gap terendah dari
bahan, yakni sebesar 1,706 eV.

DAFTAR PUSTAKA

Christoffel E, Rusu M, Zerga A, Bourdais S,


Noel S, and Slaoui, A. (2002): Two-
Dimensional Modeling of The Fine-
grained Polyshristalline SiliconThin Film
Solar Cells, Thin Solid Film, 403-403,
258-262.
Danielsson, E. 2000. FEMLAB Model Library
for Semiconductor Device Model, The
Royal Institute of Institute, Stockholm.

You might also like