You are on page 1of 10

J. HPT Tropika.

ISSN 1411-7525
Listanto et al.
Vol. 13, No. 2: 141150 , September 2013
Uji Ketahanan Galur-galur Kentang Transgenik 141

UJI KETAHANAN GALUR-GALUR KENTANG TRANSGENIK HASIL


TRANSFORMASI DENGAN GEN RB TERHADAP PENYAKIT
HAWAR DAUN (PHYTOPHTHORA INFESTANS)
DI KP PASIRSARONGGE, CIANJUR

Edy Listanto1, M. Herman1, & Eri Sofiari2

1
Peneliti, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
Jl. Tentara Pelajar 3A Bogor, Jawa Barat 16111
2
Peneliti, Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Jl. Tangkuban Perahu No. 147 Lembang, Jawa Barat
E-mail: edy_listanto@yahoo.com

ABSTRACT

Resistance test strains of transgenic potatoes transformed with RB gene to late blight (Phytophthora infestan) in KP
Pasirsarongge, Cianjur. Potato late blight caused by Phytophthora infestans (P. infestans) (Mnt.) de Barry continues to be
one of the most important crop diseases of all time. Genetic engineering of potato using RB gene for resistant plant to this
disease is the most effective and environmental friendly to prevent widespread of late blight. This research aims to perform
resistance of transgenic potato lines containing RB gene to lateblight (P. infestans) in Pasirsarongge, Cianjur field trial station.
The first generation of transgenic lines were planted on polybag containing soil:manures using randomized complete block
design. Tested plant inoculation was done naturaly from inoculum source from border row (Granola) that has been planted at
one month before. The symptom was observed at one month after planting and damage scoring was done every three days for
five times. Twenty two transgenic lines of tested plant showed various resistance respond to late blight (P. infestans) attack.
Three transgenic lines showed highly resistance to late blight (P. infestans) were lines 11, 24, and 25, one transgenic line has
resistant level was line 6.
Key words: Granola, Late blight, Phytophthora infestans, RB gene expression

ABSTRAK

Uji ketahanan galur-galur kentang transgenik hasil transformasi dengan gen RB terhadap penyakit hawar daun
(Phytophthora infestan) di KP Pasirsarongge, Cianjur. Penyakit hawar daun pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)
yang disebabkan oleh Phytophthora infestans (P. infestans) (Mnt.) de Barry merupakan penyakit utama dan sangat merugikan.
Perakitan tanaman kentang tahan mengandung gen RB merupakan salah satu cara pengendalian penyakit hawar daun yang
ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketahanan galur-galur kentang transgenik pembawa gen RB terhadap
penyakit hawar daun (P. infestans) di KP Pasirsarongge, Cianjur. Umbi galur transgenik generasi G1, ditanam pada polybag
mengandung media tanah:kompos dengan rancangan acak kelompok. Inokulasi tanaman uji secara alami dari sumber inoculum
dari tanaman border (Granola) yang ditanam satu bulan sebelumnya. Gejala serangan diamati saat tanaman umur satu bulan
dan dilakukan skoring tingkat serangan tiap 3 hari sekali dan pengamatan dilakukan sebanyak 5 kali. Dua puluh dua galur
transgenik yang diuji menunjukkan variasi ketahanan terhadap serangan penyakit hawar daun P. infestans. Tiga galur transgenik
menunjukkan sangat tahan terhadap serangan penyakit hawar daun (P. infestans) di KP Pasirsarongge, Cianjur yaitu galur
transgenik 11, 24 dan 25, serta satu galur transgenik tahan yaitu galur transgenik 6.
Kata kunci: ekspresi gen RB, Granola, hawar daun, Phytophthora infestans

PENDAHULUAN disebabkan oleh penyakit hawar daun berkisar antara


10 sampai 100%. Meskipun begitu, serangan patogen
Penyakit hawar daun pada tanaman kentang ini sangat dipengaruhi oleh tingkat infeksi, kelembaban
(Solanum tuberosum L.) yang disebabkan oleh udara diatas 95 % dengan temperatur udara antara 12 -
Phytophthora infestans (P. infestans) (Mnt.) de 20 oC, dan kultivar yang digunakan (Suryaningsih, 1992;
Bary merupakan penyakit utama dan sangat merugikan Sinaga et al., 1997; Purwanti, 2002). Pengendalian
pada tanaman kentang. Di Indonesia, kerugian yang penyakit ini sering dilakukan dengan melakukan
142 J. HPT Tropika Vol. 13, No. 2, 2013: 141150

penyemprotan fungisida ke area pertanaman dengan Gen RB telah berhasil disisipkan ke genom kultivar
frekuensi antara 20-30 kali per bulan. Penggunaan Granola dan 50 galur transgenik terbukti telah
fungisida secara terus menerus dalam jangka waktu lama mengandung gen RB melalui analisis PCR (Listanto et
akan berpotensi merusak lingkungan. al., 2009). Keberhasilan transformasi gen RB perlu diuji
Upaya pengendalian penyakit hawar daun yang ekspresinya terhadap P. infestans. Penelitian ini
ramah lingkungan telah lama dilakukan dengan bertujuan menguji ketahanan galur-galur kentang hasil
menggunakan kultivar tahan. Perakitan varietas tahan transformasi yang mengandung gen RB terhadap
dapat dilakukan dengan cara konvensional maupun non- penyakit hawar daun (P. infestans) di Kebun Percobaan
konvensional. Cara konvensional membutuhkan waktu Pasirsarongge, Cianjur.
lama dan sering mengalami kegagalan penyilangan
disebabkan ketidakcocokan genetis dalam perbandingan METODE PENELITIAN
jumlah nukleus dari endosperm kedua tetua yang
disilangkan (Carputo et al., 2003). Kultivar-kultivar Tempat dan Waktu. Percobaan dilakukan di lapangan
kentang yang telah dirakit selama ini memiliki ketahanan uji terbatas, KP Pasirsarongge, Cianjur, pada bulan
vertikal (ras spesifik) sehingga ketahanannya cepat patah Desember 2009 sampai dengan Februari 2010.
karena sering dikendalikan secara monogenik dan sesuai
dengan ras tertentu sehingga akan rentan bila ada Penyiapan Tanaman Uji. Bahan tanaman yang diuji
serangan dari ras lain Suhardi (1979 dan 1982). Namun berasal dari umbi galur transgenik generasi G1, tanaman
demikian, pemanfaatan tanaman kentang tahan penyakit transgenik Katahdin SP951 (sebagai kontrol tahan) dan
hawar daun P. infestans sangat bermanfaat dalam tanaman kentang Granola nontransgenik serta S.
menekan biaya operasioanal. Hasil studi sosial ekonomi bulbocastanum. Setiap umbi ditanam pada kantong
(ex-ante) menginformasikan bahwa dalam pengendalian polybag yang berisi media tanah:kompos = 1:1 dengan
P. infestans petani melakukan penyemprotan fungisida jarak antar polybag 70 cm dan pemupukan menggunakan
antara 20-30 kali per musim tanam. Informasi lain yang pupuk NPK dengan dosis sesuai budidaya tanaman
diperoleh apabila petani menggunakan kentang varietas kentang. Percobaan dirancang secara acak kelompok
tahan terhadap P. infestans, maka petani dapat yang terdiri atas 3 ulangan dan tiap galur tanaman terdiri
menghemat biaya penyemprotan antara Rp 4.097.625,- atas 3 tanaman per ulangan. Pengujian dilakukan
(50%) sampai Rp 6.556.200,- (80%) (Adiyoga, 2009) berdasarkan metode Hansen et al. (2005). Bagian luar
Sifat ketahanan yang lebih diharapkan adalah plot percobaan ditanami Granola nontransgenik sebagai
ketahanan yang bersifat horisontal (non-spesifik ras). infector row atau sebagai sumber inoculum. Sumber
Sifat ketahanan ini dikendalikan secara poligenik inokulum tanaman uji berasal dari tanaman border yang
sehingga dapat mengenal beberapa ras pathogen yang telah terserang secara alami sebelumnya. Gejala
ada (Zhendong et al., 2004). Ketahanan horisontal serangan diamati saat tanaman umur satu bulan dan
(spektrum luas) sangat dibutuhkan untuk pengembangan dilakukan skoring tingkat serangan tiap 3 hari sekali dan
tanaman kentang yang tahan terhadap beberapa ras P. pengamatan dilakukan sebanyak 5 kali. Skor
infestans. Salah satu gen ketahanan yang mempunyai pengamatan tingkat serangan penyakit menggunakan
spektrum luas adalah gen RB yang diisolasi dari kentang metode skoring dari Henfling (1979) yang dimodifikasi
spesies liar S. bulbocastanum yang dikendalikan oleh Halterman et al. (2008) (Tabel 1).
gen tunggal (mayor) (Song et al., 2003). Gen RB Kriteria penentuan tingkat ketahanan penyakit
mengekspresikan terbentuknya protein NBS-LRR berdasarkan nilai area under disease progress curve
(efektor) yang berperan dalam pendeteksian protein (AUDPC) (Shanner & Finney, 1977) sebagai berikut:
patogen (elisitor) yang akan memicu gen-gen pertahanan
yang ada di dalam tanaman (De Young & Innes, 2006). D1 D2 D2 D3 D3 D4
Gen RB tersebut mampu memberikan ketahanan lebih T T T
lama (durable) sehingga efektif digunakan dalam AUDPC
2 2 2
pemuliaan kentang untuk ketahanan terhadap penyakit n -1
hawar daun (Song et al., 2003; Colton et al., 2006). dengan:
Salah satu kultivar yang telah dikembangkan dengan D = % tingkat serangan penyakit pada pengamatan
mentransfer gen RB adalah varietas Katahdin dan telah berbeda (D1, D2, D3, D4 dan D5); D: tingkat
menunjukkan sangat efektif menekan serangan semua serangan penyakit pada pengamatan I - V
ras P infestans yang ada di Amerika dalam jangka lama T = interval waktu antara dua pengamatan (3 hari)
(Song et al., 2003). n = Jumlah pengamatan (5 pengamatan).
Listanto et al. Uji Ketahanan Galur-galur Kentang Transgenik 143

Persen tingkat serangan (dihitung dengan rumus): HASIL DAN PEMBAHASAN


9
ni .vi Penyakit hawar daun (P. infestans) pada
tanaman kentang biasanya membutuhkan kondisi iklim
D 0 100% lingkungan yang sesuai. Berdasarkan data di KP
N .V
dengan: Pasirsarongge, Cianjur, kondisi lingkungan menunjukkan
D = % tingkat serangan penyakit, kelembaban udara cukup tinggi dengan rata-rata 89%
ni = jumlah tanaman dengan skor ke-i, antara bulan Januari 2009 Februari 2009 dengan suhu
vi = skor ke-i, udara rata-rata 18 o C dan pada malam hari suhu
N = jumlah tanaman contoh, dan mencapai 15oC (Anonim, 2009). Kondisi ini merupakan
V = Nilai skor tertinggi. kondisi optimum untuk pembentukan sporangia dengan
kelembaban nisbi yang tinggi (di atas 85%) dan suhu
Kriteria tingkat ketahanan (sangat tahan, tahan, agak udara 18-23oC (Hausladen & Mnchen, 2006). Hasil
tahan, dan rentan) ditentukan berdasarkan Tabel 2. pengamatan menunjukkan adanya massa putih yang
Berdasarkan skor serangan dari setiap pengamatan pada merupakan kumpulan sporangia berada pada sisi bawah
tanaman uji dapat ditentukan laju perkembangan penyakit daun yang terinfeksi (Gambar 1).
berdasarkan rumus yang diuraikan van der Plank (1963 Gambar 1 menunjukkan bahwa pada saat tersebut
dalam Kushalappa & Ludwing, 1982) sebagai berikut: tanaman border yang merupakan varietas Granola
tampak mengalami gejala penyakit yang sangat parah
1 x x
r= (ln 2 ln 1 ) dan menunjukkan adanya massa sporangia yang
t 2 t1 1 x 2 1 x1 berlimpah di sisi bawah permukaan daun. Beberapa galur
dengan: transgenik yang diuji sudah mulai menunjukkan adanya
r = laju perkembangan penyakit, serangan, namun tanaman transgenik Katahdin SP951
t = pengamatan ke-i, dan belum mengalami serangan yang berarti, dan ada
x = skor serangan ke-i tanaman spesies liarnya S. bulbocastanum yang
merupakan sumber gen RB menunjukkan kategori
sangat sehat dan imun.

Tabel 1. Skoring serangan P. infestans di lapangan (Henfling, 1979)


Skoring Persentase daun terserang Deskripsi
0 0 Tidak ada atau sangat sedikit jumlah nekrotik kecil dalam barisan
1 = 10 Kurang dari 10% daun mengalami hawar
2 10 < X = 25 Bercak yang meluas/hawar mulai tampak dan dapat mencapai 25%
3 25 < X = 40 Hawar mencapai 26-40%
4 40 < X = 60 Hawar mencapai 60%
5 60 < X = 70 Setiap tanaman terinfeksi memiliki gejala hawar hingga 70%
6 70 < X = 80 Setiap tanaman terinfeksi dengan gejala hawar tertinggi (sekitar 80%)
7 80 < X = 90 Hanya daun pucuk masih tampak hijau
8 > 90 Hanya tinggal sedikit daun pucuk yang masih tampak hijau
9 100 Secara menyeluruh daun telah terserang

Tabel 2. Kriteria tingkat ketahanan berdasarkan nilai AUDPC (Sinaga, 2003)


Kategori Nilai AUDPC
Sangat tahan 0,0 50,0
Tahan 50,1 100,0
Agak tahan 100,1 250,0
Rentan > 250
144 J. HPT Tropika Vol. 13, No. 2, 2013: 141150

Pengamatan di lapangan setelah tanaman berumur 0,9 dan kontrol transgenik Katahdin SP951 dengan skor
1 bulan, tanaman uji sudah mulai menunjukkan adanya 0,45, sedangkan S. bulbocastanum PT29 menunjukkan
gejala serangan. Nilai Fhitung berdasarkan hasil analisis skor 0,0. Pengamatan berikutnya semakin menunjukkan
varian dari rata-rata skor serangan antargalur pada peningkatan keparahan serangan patogen. Hal ini
pengamatan ke pertama sampai kelima (Tabel 3, Gambar tampak pada pengamatan kedua dan seterusnya sampai
2) menunjukkan berbeda nyata dari setiap tanaman yang dengan pengamatan kelima yang mengindikasikan pola
diamati.Pengamatan pertama menunjukkan skor terparah keparahan yang bervariasi dan sangat berbeda nyata
pada galur transgenik 9 dan 10 dengan nilai sebesar 1,56 antargalur transgenik yang diamati. Penurunan tingkat
dan 1,66 secara berturutan. Kedua galur tersebut ketahanan ini didukung hasil penelitian Millett et al.
menunjukkan tidak adanya beda nyata dalam tingkat (2009) yang menunjukkan bahwa semakin tua tanaman
serangan. Tanaman kontrol Granola menunjukkan skor maka ekspresi gen RB menurun dan berakibat

Gambar 1. Masa sporangia (tanda panah) pada daun kentang kultivar Granola non-transgenik yang terinfeksi
P. infestans.

Gambar 2. Grafik perkembangan keparahan penyakit pada galur transgenik pembawa gen RB generasi G0. Galur
tanaman uji: 23 = Granola, 21 = S. bulbocastanum, 22 = Katahdin SP951, dan galur transgenik 1-20,
24, dan 25.
Listanto et al. Uji Ketahanan Galur-galur Kentang Transgenik 145

Tabel 3. Rata-rata skor serangan P. infestans pada setiap tanaman uji generasi G1 dari setiap tahap pengamatan
Rata-rata kor serangan P. infestans pada setiap tahap pengamatan
Galur uji
1 2 3 4 5
Granola (23) 0,90 abcd 2,00 abc 5,11 abc 5,78 ab 6,22 a
S. bulbocastanum PT29 (21) 0,00 d 0,00 d 0,00 e 0,00 d 0,00 c
Katahdin SP951 (22) 0,45 cd 2,00 abc 3,11 d 4,56 bc 5,33 ab
Galur transgenik 1 1,11 abc 2,90 a 5,33 abc 5,67 ab 6,00 a
Galur transgenik 2 1,00 abc 2,45 abc 6,67 a 7,00 a 7,45 a
Galur transgenik 3 0,78 abcd 2,78 a 6,11 abc 6,78 a 7,22 a
Galur transgenik 4 0,78 abcd 2,56 abc 5,78 abc 5,90 ab 6,22 a
Galur transgenik 5 0,90 abcd 2,33 abc 4,33 cd 5,22 ab 5,78 ab
Galur transgenik 6 0,66 bcd 1,45 abcd 2,90 d 3,11 c 3,67 b
Galur transgenik 7 1,33 abc 2,68 ab 5,90 abc 6,22 ab 6,90 a
Galur transgenik 8 1,22 abc 2,90 a 6,44 ab 7,00 a 7,33 a
Galur transgenik 9 1,56 ab 2,78 a 5,22 abc 5,67 ab 6,11 a
Galur transgenik 10 1,66 a 2,90 a 6,67 a 6,90 a 7,33 a
Galur transgenik 11 0,44 cd 0,78 dc 0,90 e 1,00 d 1,00 c
Galur transgenik 12 1,11 abc 2,00 abc 5,33 abc 6,00 ab 6,45 a
Galur transgenik 13 1,11 abc 2,67 ab 5,22 abc 6,00 ab 6,11 a
Galur transgenik 14 1,22 abc 2,22 abc 4,78 abcd 6,00 ab 6,00 a
Galur transgenik 15 1,33 abc 3,00 a 6,00 abc 6,44 ab 6,67 a
Galur transgenik 16 1,22 abc 2,56 abc 5,22 abc 5,67 ab 6,22 a
Galur transgenik 17 0,56 cd 2,33 abc 4,45 bcd 5,00 ab 5,45 ab
Galur transgenik 18 0,90 abcd 2,44 abc 4,66 abcd 5,45 ab 5,56 ab
Galur transgenik 19 0,78 abcd 2,56 abc 5,90 abc 6,00 ab 7,00 a
Galur transgenik 20 1,22 abc 2,78 a 5,67 abc 5,90 ab 6,44 a
Galur transgenik 24 0,45 cd 0,78 cd 0,90 e 1,00 d 1,33 c
Galur transgenik 25 0,78 abcd 0,90 cd 0,90 e 1,00 d 1,00 c
F hitung 2,12* 2,26* 10,84* 11,69* 10,28*
Angka-angka pada lajur sama yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasar uij Duncan pada
= 0,05.

penurunan tingkat ketahanannya terhadap serangan P. (Shanner & Finney, 1977). Dua puluh dua galur
infestans. transgenik yang diuji menunjukkan tingkat ketahanan
Pengamatan keempat dan kelima menunjukkan yang berbeda-beda (Tabel 4). Berdasarkan Tabel 4
nilai rata-rata keparahan penyakit di antara tanaman tersebut terdapat tiga galur transgenik yaitu nomor 11,
Granola, galur transgenik maupun kontrol transgenik dan 24 dan 25 memiliki nilai AUDPC sebesar 5,00; 9,50 dan
S. bulbocastanum menunjukkan perbedaan yang 7,50 (secara berurutan). Berdasarkan standar AUDPC
sangat nyata. Perbedaan nilai keparahan penyakit antara maka ketiga galur transgenik tersebut masuk kategori
galur transgenik kemungkinan berkaitan dengan tingkat sangat tahan. Satu galur transgenik yaitu galur transgenik
ekspresi dari gen RB yang ada di dalam masing-masing 6 memiliki nilai 85,12 dan masuk kategori tahan. Galur-
tanaman. Berdasarkan nilai keparahan penyakit dari galur transgenik lain menunjukkan nilai AUDPC pada
setiap galur transgenik yang diuji menunjukkan kategori agak tahan (Shanner & Finney, 1977).
peningkatan keparahan dari pengamatan pertama Berdasarkan deskripsi tanaman kentang, kultivar
sampai dengan pengamatan kelima (Gambar 2). Granola agak peka terhadap P. infestans, namun
Perkembangan nilai keparahan penyakit dengan adanya penyisipan gen RB menunjukkan
digunakan sebagai dasar menentukan tingkat ketahanan beberapa galur transgenik memiliki ketahanan terhadap
dari setiap galur yang diuji berdasarkan rumus AUDPC P. infestans di KP-Pasirsarongge, Cianjur. Dengan
146 J. HPT Tropika Vol. 13, No. 2, 2013: 141150

Tabel 4. Tingkat ketahanan galur transgenik pembawa gen RB generasi G1 terhadap serangan P. infestans
berdasarkan nilai AUDPC dan nilai r di KP Pasirsarongge, Cianjur
Galur uji Rerata laju serangan (r) AUDPC Kategori
Granola non-transgenik (23) 0,25 162,00 AT
S. bulbocastanum PT29 (21) 0,00 0,00 ST
Katahdin SP951 (22) 0,27 129,75 AT
Galur transgenik 1 0,36 169,50 AT
Galur transgenik 2 0,59 194,25 AT
Galur transgenik 3 0,57 189,00 AT
Galur transgenik 4 0,26 177,00 AT
Galur transgenik 5 0,27 150,00 AT
Galur transgenik 6 0,18 85,12 T
Galur transgenik 7 0,27 187,50 AT
Galur transgenik 8 0,29 201,00 AT
Galur transgenik 9 0,19 175,87 AT
Galur transgenik 10 0,25 204,75 AT
Galur transgenik 11 0,06 5,00 ST
Galur transgenik 12 0,25 168,75 AT
Galur transgenik 13 0,23 174,37 AT
Galur transgenik 14 0,32 165,00 AT
Galur transgenik 15 0,23 183,75 AT
Galur transgenik 16 0,22 169,87 AT
Galur transgenik 17 0,27 152,25 AT
Galur transgenik 18 0,22 152,25 AT
Galur transgenik 19 0,31 178,12 AT
Galur transgenik 20 0,23 180,37 AT
Galur transgenik 24 0,10 9,50 ST
Galur transgenik 25 0,02 7,50 ST
ST = sangat tahan, T = tahan, AT = agak tahan, R = rentan. (Kategori ketahanan berdasarkan Sinaga, 2003).

demikian, insersi gen RB pada tanaman kentang kultivar percobaan berasal dari umbi hasil kultur in vitro Granola
Granola dapat meningkatkan ketahanan terhadap P. L di Balitsa, Lembang. Selain itu, Granola yang berasal
infestans ras Pasirsarongge, Cianjur dan diharapkan dari Lembang kemungkinan memiliki respon pertahanan
tahan terhadap beberapa ras yang ada di Indonesia serta yang berbeda dengan ras P. infestans yang ada di kebun
bersifat durable resistance. percobaan Pasirsarongge, Cianjur sehingga masih
Berdasarkan perbandingan antara nilai AUDPC memiliki ketahanan terhadap ras yang ada. Berdasarkan
tanaman Granola yang terserang penyakit dan antara Setiawati et. al. (2007) disebutkan bahwa Granola L di
dengan galur transgenik yang menunjukkan kategori Balitsa memiliki karakter agak peka terhadap P.
tahan dan sangat tahan tampak adanya peningkatan infestans, hal ini menyebabkan munculnya respon agak
ketahanan (Tabel 4). Berdasarkan hasil uji lapangan, tahan terhadap ras yang ada di kebun percobaan
Granola menunjukkan nilai AUDPC sebesar 162.00 Pasirsarongge.
dengan kategori agak tahan. Hal ini dapat terjadi karena Berdasarkan intensitas serangan setiap waktu
Granola yang berasal dar i kebun percobaan pengamatan dapat digunakan sebagai penentu laju (r)
kemungkinan sudah membawa inokulum yang terdapat perkembangan penyakitnya (Sinaga, 2003). Besarnya
pada umbinya atau sudah mengalami penurunan nilai laju perkembangan penyakit juga dapat digunakan
ketahanan terhadap ras P. infestans yang ada di kebun untuk menentukan tingkat ketahanan suatu tanaman
percobaan tersebut atau ras yang ada di tempat tersebut terhadap serangan penyakit hawar daun (Tabel 4).
telah mengalami perubahan genetik. Granola yang Semakin kecil nilai laju (r) perkembangan penyakit
digunakan sebagai tanaman kontrol negatif pada menunjukkan bahwa tanaman lebih tahan dan sebaliknya
Listanto et al. Uji Ketahanan Galur-galur Kentang Transgenik 147

lebih rentan. Hasil penghitungan pada galur transgenik AUDPC dan laju serangan penyakit dapat ditentukan
11, 24, dan 25 menunjukkan angka laju serangan sebesar kriteria ketahanan seperti pada Tabel 5.
0,10 dan bila dilihat berdasarkan nilai AUDPC ketiga Gambar 3-5 menunjukkan perbedaan gejala
galur transgenik tersebut masuk kategori sangat tahan. serangan P. infestans saat mulai pengamatan sampai
Galur transgenik 6 menunjukkan nilai laju serangan dengan saat akhir pengamatan dan panen umbi. Pada
sebesar 0,18 dan masuk kategori tahan. Tanaman saat pengamatan awal tampak bahwa tanaman border
Granola memiliki laju perkembangan penyakit sebesar (Granola) sudah menunjukkan keparahan yang jelas
0,25 dan transgenik Katahdin SP951 memiliki nilai dibandingkan dengan tanaman uji. Kondisi ini
sebesar 0,27 dan berdasarkan nilai AUDPC keduanya dimaksudkan agar tanaman border dapat berfungsi
masuk kategori agak tahan. Dengan demikian terbukti sebagai sumber inokulan bagi tanaman uji. Serangan P.
bahwa nilai laju perkembangan yang lebih besar infestans tersebut didukung dengan kondisi lingkungan
menunjukkan penurunan tingkat ketahanan tanaman. yang memenuhi syarat untuk penyebaran dan infeksi
Nilai laju perkembangan penyakit tersebut dapat terhadap tanaman inang yaitu suhu antara 18-20 o C
digunakan untuk memprediksi tingkat penyakit pada dengan kelembaban udara nisbi di atas 85% (Hausladen
waktu tertentu (Sinaga, 2003). Berdasarkan nilai & Mnchen, 2006) dan suhu rata-rata di tempat

Tabel 5. Hubungan tingkat ketahanan berdasarkan nilai AUDPC dan laju perkembangan penyakit r
Kategori Nilai AUDPC Nilai r
Sangat tahan 0,0 50,0 0,0 < r = 0,10
Tahan 50,1 100,0 0,10 < r = 0,18
Agak tahan 100,1 250,0 0,18 < r = 0,59
Rentan > 250 r > 0,59

Gambar 3. Gejala serangan P. infestans pada tanaman uji umur 1 bulan setelah tanam. 1. S. bulbocastanum skor
0; 2. Transgenik Katahdin SP951 skor 1; 3. Border/Granola; 4 - 5. Granola non-transgenik; dan 6.
Galur transgenik 9 skor 1.
148 J. HPT Tropika Vol. 13, No. 2, 2013: 141150

Gambar 4. Gejala serangan P. infestans pada tanaman uji (pengamatan akhir). 1. S. bulbocastanum skor 0; 2.
Katahdin SP951 skor 1; 3. Granola non-transgenik skor 7; 4. Galur transgenik 2 skor 9; 5. Galur
transgenik 12 skor 9; 6. Galur transgenik 6 Skor 1; dan 7. Galur transgenik 6 skor 2.

Gambar 5. Kondisi tanaman uji saat sebelum panen. 1. Galur transgenik 6; 2. Galur transgenik 24; dan 3. Galur
transgenik 25.

percobaan menunjukkan angka yang memenuhi syarat tambah dari panennya. Selain itu, galur-galur transgenik
yaitu 15oC (malam hari) dan 18oC (siang hari) dengan ini juga lebih ramah lingkungan dan tidak berpengaruh
nilai RH rata-rata 89% (Anonim, 2009). buruk terhadap kesehatan biota tanah maupun manusia
Keberhasilan merakit tanaman kentang Granola serta karena sumber gen RB berasal dari kentang liar
transgenik yang mengandung gen RB tersebut akan (S. bulbocastanum) maka galur-galur transgenik
memberikan keuntungan dalam produksi kentang. Hal tersebut umbinya akan aman dikonsumsi (Cummins,
ini disebabkan karena penggunaan biaya produksi 2006).
mengalami penurunan dan petani akan memperoleh nilai
Listanto et al. Uji Ketahanan Galur-galur Kentang Transgenik 149

SIMPULAN Hausladen H & Mnchen TU. 2006. Phytophthora


infestans: A pathogen of global importance.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan Courier, Center of Life and Food Sciences,
dapat disimpulkan bahwa 22 galur transgenik yang diuji Weihenstephan, Germany.
menunjukkan variasi ketahanan terhadap serangan
Henfling JW. 1979. Late blight of potato. Tech.
penyakit hawar daun P. infestans. Tiga galur transgenik
information Bull. IPC, Lima, Peru, p.13.
menunjukkan sangat tahan terhadap serangan penyakit
hawar daun (P. infestans) di KP Pasirsarongge, Cianjur Kushalappa AC & Ludwig A. 1982. Calculation of
yaitu galur transgenik 11, 24 dan 25, serta satu galur apparent infection rate in plant siseases:
transgenik tahan yaitu galur transgenik 6. development of a method to correct for host
growth. Phytopathology 72(10):1373-1377.
DAFTAR PUSTAKA Listanto E, Wattimena GA, Armini NM, Sinaga MS,
Sofiari E, & Herman M. 2009. Regenerasi
Adiyoga W. 2009. Costs and benefits of transgenic late beberapa kultivar kentang dan transformasi
blight resistant potatoes in Indonesia, In Norton, kentang dengan gen RB melalui Agrobacterium
G.W. and Desiree M.H. (Eds.). Projected Impacts tumefaciens. J. Hort. 19(2): 137-147.
of Agricultural Biotechnologies for Fruits and
Vegetables in the Philippines and Indonesia. Millett BP, Mollov DS, Iorizzo M, Carputo D, & Bradeen
ISAAA SEAsia Center, Los Banos Laguna 4030, JM. 2009. Changes in disease resistance
Philippines. p. 86-104. phenotypes associated with plant physiological
age are not caused by variation in R gene
Anonim. 2009. Buletin Evaluasi Hujan Januari 2009 dan transcript abundance. MPMI 22(3): 362368.
Prakiraan Hujan Maret 2009, Propinsi Jawa Doi:10.1094/ MPMI -22-3-0362.
Barat. MBG, Stasiun Klimatologi Darmaga,
Bogor. Purwanti H. 2002. Penyakit hawar daun [Phytophthora
infestans (Mont.) de Bary] pada kentang dan
Carputo D, Frusciante L, & Peloquin SJ. 2003. The role tomat: identifikasi permasalahan di Indonesia.
of 2n gametes and endosperm balance number in Buletin AgroBio 5(2): 67-72.
the origin and evolution of polyploids in the tuber-
bearing Solanums. Genetics 163: 287-294. Shanner G. & Finney RF. 1977. The effect of nitrogen
fertilization on the expression of slow mildewing
Colton LM, Groza HI, Wielgus SM, & Jiang J. 2006. resistance in Knox Wheat. Phytopathol. 67: 1051-
Marker-assisted selection for the broad-spectrum 1056.
potato late blight resistance conferred by gene
RB derived from a wild potato species. Crop Sci. Sinaga A, Budiman, Susi M, Sukmaya S, Djoko RD,
46: 589-593. Mei, Sudjoko S, & Dimyati A. 1997. Potato
cultivation (in Indonesia). Assessment Institute
Cummins J. 2006. Genes from a wild plant Solanum for Agriculture Technology.
bulbocastanum used to resist potato blight
fungus, Biographical information. p. 1-6. Sinaga MS. 2003. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan,
Seri Agriteks. Penebar Swadaya, Cimanggis,
DeYoung BJ & Innes RW. 2006. Plant NBS-LRR Depok.
proteins in pathogen sensing and host defense.
Nat. Immunol. 7(12): 12431249. Setiawati W, Murtiningsih, T. Handayani, & G.A. Sopha.
2007. Katalog Teknologi Inovatif Sayuran. Balai
Halterman DA, Kramer LC, Wielgus S, & Jiang J. 2008. Penelitian Tanaman Sayur an. Hlm.13.
Performance of transgenic potato containing the website.www.balitsa.or.id.
late blight resistance gene RB. Plant Dis. 92(3):
339-343. Song J, Bradeen JM, Naess SK, Raasch JA, Wielgus
SW, Haberlach GT, Liu J, Kuang H, Austin-
Hansen JG, Koppel M, Valskyte A, Turka I, & Kapsa J. Phillips S, Buell CR, Helgeson JP, & Jiang J. 2003.
2005. Evaluation of foliar resistance in potato to Gene RB cloned from Solanum bulbocastanum
Phytophthora infestans based on an confers broad spectrum resistance to potato late
international field trial network. Plant Pathol. 54: blight. PNAS 100: 9128-9133.
169-179.
150 J. HPT Tropika Vol. 13, No. 2, 2013: 141150

Suhardi. 1979. Penelitian pendahuluan beberapa ras Suryaningsih, E. 1992. Pengujian efikasi fungisida
fisiologi dari Phytophthora infestans pada Trimangol 80 WP terhadap penyakit busuk daun
tanaman kentang. Prosiding konggres V dan (Phytophthora infestans) pada tanaman
seminar ilmiah PFI, Malang 18-20 Januari. 6 hlm. kentang. Buletin Penelitian Hortikultura 24(1):
92-98.
Suhardi. 1982. Beberapa aspek ekologi Phytophthora
infestans dan respon tanaman kentang Zhendong T, Conghua X, & Cheng H. 2004. Advance in
terhadapnya. Disertasi. Program Pascasarjana molecular mechanism of potato resistance to
IPB, Bogor. Tidak dipublikasikan. Phytophthora infestans. World Potato Congress,
11 August 2004.

You might also like