Professional Documents
Culture Documents
A. DEFINISI
Cidera medulla spinalis merupakan masalah yang besar yang memiliki potensi
menjadi keadaan yang fatal menyababkan timbul berbagai masalah yang
kompleks, dimana jumlah kasus meningkat sejalan dengan perkembangan di
berbagai bidang seperti transportasi , industri , dan kegiatan olah raga.
Cidera medulla spinalis terbesar disebabkan kecelakaan lalu lintas. Terjadi
pada usia remaja antara 16-60 tahun dan umumnya pada pria.
Tempat yang paling sering terkena adalah cervical,thoraks dan lumbal. Adanya
kelumpuhan dan gangguanfungsi vital memerlukan kerja sama tim dalam tindakan
dan pengelolaannya.
Peran keperawatan meliputi pembagian asuhan profesianal yang optimal
melalui pendekatan biopsikososial, pengembangan dan penerapan IPTEK
keperawatan.
B. ETIOLOGI
Perlukaan : pisau, kaca, tindakan infasiv
Fratur,ruda paksa, partus
Termal : cairan / bahan kimia panas /korosif, uap panas
Elektrik : listik, petir
Radiasi
Infeksi
Tumor
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Spinal shock
Shock spinal adalah akibat kehilangan inhibisi jalur doscendens 30-60 menit
biasanya terjadi pada tingkat awal cedera medulla spinalis. Dalam beberapa
jam, hari atau minggu otot yang menderita akan spastic dan hiperfleksi.
2. Sistem respirasi
Semakin tinggi level cedera semakin berat ganggauan ventilasi yang
diakibatkannya
3. Sistem perkemihan
Adanya kontraksi dari otot kandung kencing sebagai akibat dari impuls yang
ditransmisi secara mekanik dan dinding kandung kemih sehingga tidak
mempunyai kekuatan ketahanan untuk mengosongkan kandung kemih.
4. Paralisis syndrom
Paralisis dari cervical menyebabkan kontraksi pupil, ptosis parsial pada
kelopak mata
5. Disrefleksi otonom
Terjadi lesi diatas vertebra thorakal ke 6 pada pasien cedera cervical biasanya
akibat respon abnormal cardiovaskuler terhadap stimulus simpati system saraf
otonom
gejala klinis
- Bradikardi
- Hipertensi paroximal
- Berkeringat
- Sakit kepala hebat
- Hidung rasa penuh
- Distensi visceral yang meliputi ketegangan kandung kencing, reptum
yang penuh
6. Fungsi sexsual
Sensoris berkurang, impotensi, sukar ejakulasi atau ereksi
D. PATOFISIOLOGI
Transport protein yang terjadi pada aksor dimulai dari sel bodi neuron menuju
ke parifer yang paling ujung atau akson. Transport tersebut dinamakan transport
aksoplasmik. Bila serat atau serabut saraf terputus maka bagian yang distal tidak
akan menerima nutrisi melalui transport aksoplasmik tersebut dan akan
mengakibatkan terjadi degenerasi waller pada lapisan yang distal. Lama kelamaan
akan terjadi atau terbantuk jaringan fibrosis pada akson. Manifestasi klinis
tergantung pada serat saraf yang cidera dapat berupa spinal shock, perubahan pola
pernafasan, retensi urine, horner syndrome,disrefleksi otonom, gangguan fungsi
sexsual.
E. TIPE CIDERA
1. Cidera lengkap medulla spinalis (complete spinalis cord injury)
Cidera ini disebabkan oleh kerusakan antara medulla spinalis, perdarahan,
iskemik pada tampat cidara. Pada keadan tersebut fungsi sensoris dan motoruk
dibawah daera cedera hilang dan sering kali irreversible.
Manifestasi yang ditemukan sesuai dengan lokasi cedara pada medulla
spinalis.
2. Cidera tak lengkap medulla spinalis (incomplete spinalis cord injury)
Sebagian dari medulla spinalis masih intact, sehingga bebarapa impuls sensori
dan motorik masih mampu dikirim keatas atau kebawah medulla spinalis.
Seberapa sensoris non motorik hilang tergantung pada area medulla spinalis
yang terkena.
Cedera medulla spinalis tak lengkap dibagi menjadi 3 yaitu
central cord syndrome
dimana pusat medulla spinalis mengalami kerusakan yang disebabkan
oleh hiperektensi disertai peregangan medulla spinalis dan perdarahan
kedalam pusat medulla spinalis. Ekstremitas atas lebih terganggu dari
pada ektermitas bawah karena dikendalikan oleh pusat medulla spinalis.
Brown squad syndrome.
Terjadi hanya satu sisi medulla spinalis yang mengalami kerusakan dan
biasanya disebabkan oleh luka tusuk atau luka tembak.
Cedera ini menyebabkan klinis yang tidak biasa yaitu pada sisi tubuh
tempat cedera pasien mengalami kehilangan fungsi motoris dan
propioseptik tetapi mampu merasakan suhu dan nyeri. Pada sisi yang
berlawanan fungsi motoris dan propiseptik ada tapi tak mampu
merasakan nyeri dan suhu
Ekstremitas yang bias bergerak kemampuan sensoriknya hilang dan yang
mampu merasa tak mampu bergerak
Anterior cord syndrome
Terjadi karena gangguan aliran darah melelui arteri spinalis anterior.
Pasien mengalami paralysis kehilangan rasa nyeri, suhu, dan sensasi
raba.
F. KLASIFIKASI
Menurut sunderiand
derajat I : Fungsi konduksi akson terpetus
derajat II : Serat akson terputus
derajat III : Serat akson dan endeneurium terputus
derajat IV : Semua terputus kecuali epinerium
derajat V : Terputus total
Menurut Seddon
Neuropraksia : Struktur sempurna, gangguan
fungsi yang bersifat sementara, reversible dalam 6-8
minggu.
Aksonotmesis : Kerusakan akson dan myelin
sedangkan pembungkus masih utuh segera regenerasi
sendiri.
Neurotmesis : Terputus total dan tidak bisa regenerasi
sendiri perlu tindakan pembedahan
G. PENATALAKSANAAN
PRA HOSPITAL
a. Prymary survey
Periksa kesadaran
Orientasi A-B-C
Waspadai dan cegah cidera sekunder : Hipoksia,Hipotensi,dan gangguan
vaskuler lokal (trauma,fraktur) dan infeksi
Pertimbangan resusitasi
b. Atasi perdarahan dan shock
Bebat ringan
Posisi (Sesuai kondisi)
c. Immobilisasi dengan spalk.
Atau penatalaksanaan dapat dilakukan dengan :
1. Lakukan tindakan segera pada cidera mendula spinalis, dengan tujuan adalah
mencegah kerusakan lebih lanjut pada mendula spinalis. Sebagian cidera
mendula spinalis oleh penangan yang kurang efektif, efek hipotensi atau
hipoksia pada jaringan saraf yang terganggu
Letakan pasien pada alas yang keras dan datar untuk pemindahan
Beri bantal, guling, atau bantal pasir pada sisi pasien untuk mencegah
pergeseran
Tutupi selimut untuk menghindari kehilangan hawa panas tubuh / badan
Pindahkan pasien ke rumah sakit yang memiliki fasilitas penanganan
cidera mendula spinalis.
2. Perawatan khusus
Komosio mendula spinalis : Fraktur atau dislokasi tidak stabil harus
disingkirkan, jika pemulihan sempurna pengobatan tidak diperlukan
Kontusio mendula spinalis :
Berikan prednisolon 30 mg/kg BB bolus IV selama 15 menit dilanjutkan
dengan 5,4 mg/KgBB/jam, 45 menit.
3. Tindakan operasi
Dilakukan pada cedera mendula spinalis dengan :
Reduksi terbuka pada dislokasi
Fraktur servical dengan lesi persial mendula spinalis
Cedera terbuka dengan benda asing / tulang dalam kanalis spinalis
Lesi persial mendula spinalis dengan hematomielia yang progresif.
4. Perawatan umum
Perawatan vesika dan fungsi deteksi
Perawatan kulit/dekubitus
Nutrisi yang adekuat
Kontrol nyeri : Analgesik, obat antiinflamasi, antikonvulsan
5. Fisioterapi
Terapi vokasional dan psikoterapi sangan penting terutama pada pasien yang
mengalami sekuele neurologis berat dan menetap
H. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data subjektif
1. Pengertian pasien tentang cedera dan deficit yang akan
ditimbulkannya
2. Sifat cedera, bagaimana terjadi cidera
3. Terdapat dispnoe
4. Perasaan yang tidak biasa
5. Riwayat hilang kesadaran
6. Terdapat nyeri
7. Hilang sensoris dan tingkatannya
Data objektif
1. Status respirasi
2. Kesadaran
3. Ukuran pupil
4. Kekuatan motorik
5. Tanda vital
6. Kondisi colon dan kandung kemih serta distensi
I. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan neurologist lengkap secara teliti segera setelah pasien masuk
rumah sakit
Pemeriksaan tulang belakang : deformitas, pembengkakan, nyeri tekan,
gangguan (terutama leher)
Peemeriksaan radiologist : Foto polos vetebra AP dan lateral. Pada servical
diperlukan proyeksi khusus. Bila hasil meragukan, lakukan CT scan.
Mansjoer, Arief, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Eedisi 3, Media Aesculapius,
Jakarta.
Rab, Tabrani, 2007, Agenda Gawat Darurat, PT. Alumni : Bandung
http//www.medicastore.com
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT DENGAN CEDERA
MENDULA SPINALIS
OLEH :
EKWANTORO
IMA CULATA DWI
TEGUH CANDRA KRISTANTO
AUGUSTINA BERU SEMBIRING
EKO CAHYONO
I WAYAN EDI FIRMAN