Professional Documents
Culture Documents
SEKERIPSI
SKRIPSI
Oleh
AKHMAD AJIDI
NPM 1920822 FH05
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI
LOMBOK TIMUR
2017
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
AKHMAD AJIDI
NPM 1920822 FH05
Menyetujui,
PEMBIMBING
LEMBAR PENGSAHAN
Anggota penguji :
(.............................................)
JOHAN, SH.,MH
Nidn. 0825056001
Anggota penguji :
(.............................................)
NASYHUR,SH.,MH
Nidn.
Anggota penguji :
(.............................................)
BASRY MULIANI, SH.,MH
Nidn.
Mengtahui
Dekan Fakultas Hukum
PERNYATAAN
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan izin-Nya sehingga skripsi yang berjudul Pelaksanaan Ganti Rugi Kepada
Pasien Akibat Dugaan Malpraktik (Study di RSU Selong) ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Sholawat dan salam senantiasa dihaturkan Kepada Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan menuju
bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, saran-saran, petunjuk, dan bantuan
kepada :
Rinjani
kekurangan dan kelemahan baik dalam penulisan bahasa maupun isi, oleh
karena itu saya mengharapkan kritikkan dan saran dari dosen pembimbing,
dewan penguji, dan dari semua pihak guna menunjang penyempurnaan skripsi
ini.
Selong, 2017
Penyusun
vii
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
kesehatan, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, hal ini terjadi karena adanya
haknya konsumen jasa dalam hal ini penerima pelayanan dan kewajiban
masyarakat secara optimal. Oleh karena itu rumah sakit dituntut agar mampu
dunia.Apabila hal itu terjadi maka pasien maupun pihak keluarga sering
Permintaan ganti rugi ini karena adanya akibat yang timbul, baik fisik
maupun non fisik.Rugi fisik (material) misalnya dengan hilangnya atau tidak
berfungsinya seluruh organ tubuh, rugi non fisik adalah rugi yang berkaitan
sakit yang menentukan bahwa rumah sakit bertanggung jawab secara hukum
terhadap semua rugi yang ditimbulkan atas malpraktik yang dilakukan oleh
bagi siapa saja ataupun khususnya pasien, sebab jika seseorang atau pasien
ganti rugi.
melanggar hukum, yang membawa rugi kepada orang lain, mewajibkan orang
tersebut.
dijelaskan bentuk ganti rugi maupun besaran ganti rugi yang harus diberikan
terkait pihak mana yang akan menjadi penanggung jawab dalam proses
pergantian rugi kepada pihak yang merasa dirugikan atas pelayanan kesehatan
yang diterima. Dimana Perlindungan pasien adalah hal yang sangat penting
karena dalam setiap tindakan medis yang diambil oleh tenaga medis tidak
terlepas dari resiko yang dapat berdampak sangat fatal kepada pasien yang
medis yang diterapkan kepadanya juga merupakan hal yang penting sehingga
akan hukum terkait proses tuntutan ganti rugi terhadap tenaga kesehatan yang
menimbulkan rugi, bisa saja rugi yang timbul tersebut hanyalah persepsi
pasien yang merasa tidak puas atas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan, dan bisa saja tenaga kesehatan telah melakukan prosedur
menyebabkan pasien justru merasa dirugikan, oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian terkait permasalahan ini guna untuk mencari tolak ukur sebenarnya
oleh pelayanan kesehatan guna dapat menuntut ganti rugi atas setiap rugi
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
permasalahan yang ada Tujuan yang Ingin dicapai dalam penelitian ini :
Selong
6
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
berikutnya.
b. Manfaat Praktis
tindakan medik.
dibahas maka penelitian hanya terbatas pada lingkup kajian sesuai dengan
TINJAUANPUSTAKA
Landasan hukum dan etika rumah sakit, secara ideologis dan filosofis
dan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka
rehabilitatif.1
Rumah Sakit adalah organisasi terpadu dari bidang sosial dan medik yang
berikut :3
1
Indonesia, Undang-Undang tentang Rumah Sakit, UU No.44 Tahun
2009,LN. No. 153 Tahun 2009, Psl. 1.
2
www.elib.unikom.ac.id. Di akses Rabu, 2 Desember 2015, pukul 19.30.
3
Indonesia, Undang-Undang tentang Rumah Sakit, UU No.44 Tahun
2009,LN. No. 153 Tahun 2009, Psl. 29.
3
masyarakat.
adalah :
masyarakat.
4
Moh.Hatta, Hukum Kesehatan dan Sengketa MedikCet. 1, Liberty,
Yogyakarta, 2013, hlm. 119.
5
Soekidjo Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan, PT.Asdi
Mahasatya, Jakarta 2010, hlm.62-64.
6
kesehatan.
kesehatan, yaitu :6
1) Preventif primer
2) Preventif sekunder
3) Preventif tersier
6) Rehabilitasi (pemulihan)
6
http://aamaulana96.blogspot.co.id/2013/03/sistem-pelayanan-
kesehatan.html?m=1, diakses pada Selasa 8 Desember pukul 8:17.
7
mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi ini tidak berlaku dalam
hal:
a. Perintah undang-undang;
b. Perintah pengadilan;
sebagai berikut :
kesehatan juga diberikan dalam beberapa pendapat dari para ahli atau
penyembuhan.7
yang sangat luas, baik dari segi latar belakang pendidikannya maupun
7
Ridwan, Dasar-dasar Pengobatan Tradisional, Obat Tradisional,
Grafika, Jakarta, hlm. 50.
8
Ibid, hlm. 51
9
antara lain :9
dokter dan tenaga kesehatan lainnya banyak terdapat jenis dan bentuknya,
9
Soekidjo Notoatmodjo, Op.cit., hlm. 106
10
peristiwa yang bersifat negatif. Dengan kata lain, terjadi suatu peristiwa
a. Pengertian Malpraktik
10
http://asnella.blogspot.co.id/2012/11/kasus-malpraktik-
medis.html?m=1, diakses pada Selasa 8 Desember 2015 pukul 9:45.
11
Rismalinda, Etika Profesi dan Hukum Kesehatan, Trans Info Media,
Jakarta, 2011, hlm. 73.
11
b. Jenis-Jenis Malpraktik
1) Malpraktik Etik
Yang dimaksud dengan malpraktik etik adalah dokter melakukan
tindakan yang bertentangan dengan etika kedokteran. Sedangkan
etika kedokteran yang dituangkan dalam KODEKI merupakan
seperangkat standard etis, prinsip, aturan/norma yang berlaku untuk
dokter.Malpraktik etik ini merupakan dampak negatif dari kemajuan
teknologi kedokteran.Kemajuan teknologi kedokteran yang
sebenarnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi pasien, dan membantu dokter untuk
mempermudah menentukan diagnosa dengan lebih cepat, lebih tepat
dan lebih akurat sehingga rehabilitasi pasien bisa lebih cepat,
ternyata memberikan efek samping yang tidak diinginkan.
2) Malpraktik Yuridik
Malpraktik yuridik tersebut dibedakan atas 2 macam yaitu :
1) Malpraktik perdata (civil malpraktik)
Terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak
dipenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi
trapeutik oleh dokter atau tenaga kesehatan lain, atau terjadinya
perbuatan melanggar hukum sehingga menimbulkan rugi kepada
pasien. Adapun isi dari tidak dipenunihnya perjanjian tesebut :
a) Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib
dilakukan.
b) Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan
tetapi terlambat melaksanakannya.
c) Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan
tetapi tidak sempurna dalam pelaksanaan dan hasilnya.
d) Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak
seharusnya dilakukan.
Sedangkan untuk perbuatan atau tindakan yang melanggar
hukum haruslah memenuhi beberapa syarat seperti :
a) Harus ada perbuatan (baik berbuat maupun tidak berbuat);
b) Perbuatan tersebut melanggar hukum baik tertulis maupun
tidak tertulis;
c) Ada rugi;
d) Ada hubungan sebab akibat (hukum kausal) antara perbuatan
yang melanggar hukum dengan rugi yang diderita;
12
Law Community, Mal Praktek dan Pertanggung Jawaban
Hukumnya,pada
:http://repository.usus.ac.id/bitstream/123456789/23439/4/chapter%201.pdf, diakses
pada Selasa 8 Desember 2015 pukul 15.03.
12
e) Adanya kesalahan.
Sedangkan untuk dapat menentukan pergantian rugi (ganti
rugi) karena malpraktik dokter, maka pasien harus dapat
membuktikan adanya 4 unsur berikut :
a) Adanya suatu kewajiban dokter terhadap pasien.
b) Dokter telah melanggar standar pelayanan medik yang berlaku.
c) Penggugat (pasien) telah menderita rugi yang telah dimintakan
ganti ruginya.
d) Secara faktual rugi itu disebabkan oleh tindakan dibawah
standar.
Namun ada kalanya seorang pasien tidak perlu
membuktikan adanya malpraktik dokter. Dalam hukum kaidah
yang berbunyi res ipsa loquitor yang artinya fakta telah
berbicara. Misalnya karena malpraktik dokter terdapat kain kasa
yang tertinggal dalam perut sang pasien tersebut akibat
tertinggalnya kain kasa tersebut timbul komplikasi paksa bedah
sehingga pasien harus dilakukan operasi kembali. Dalam hal
demikian, dokterlah yang harus membuktikan tidak adanya
malpraktik pada dirinya.
2) Malpraktik Administratif (Administrative Malpraktik)
Terjadi apabila dokter atau tenaga medis kesehatan lain
melakukan pelanggaran terhadap hukum administrasi nega ayang
berlaku, misalnya menjalankan praktek dokter tanpa lisensi atau
izinnya, menjalankan praktek dengan izin yang sudah kadaluarsa
dan menjalankan praktek tanpa membuat catatan medik.
c. Teori-Teori Malpraktik
13
Sri Siswati, Etika dan hukum kesehatan dalam perspektif Undang-
undang Kesehatan, Raja grafindo persada, Jakarta, 2013, hlm 127-129.
13
wanprestasi.14
wanprestasi.15
14
Merry Tjoanda, Wujud Ganti Rugi Menurut Kitab Undang-undang
Hukum Perdata, Jurnal Sasi, Vol 16 No. 4 Oktober-Desember 2010. hlm. 44.
15
Ibid, hlm. 44
14
Senada yang dikemukakan oleh para ahli, ganti rugi dalam KUH
menyatakan :
16
Ibid, hlm. 44
15
f. Sebab-sebab Rugi
sebagai condicio sine que non rugi tersebut. Menurut teori ini suatu
menimbulkan akibat.
17
Ibid, hlm. 45.
18
Ibid, hlm. 46.
16
g. Malpraktik (Negligence)
menyangkut yurisprudensinya.
1) Pengertian Malpraktik
memiliki kualifikasi yang sama pada suatu keadaan dan situasi yang
acuh tak acuh atau tidak perduli terhadap keselamatan orang lain
19
Anny Isfandyarie, Tanggung jawab hukum dan sanksi bagi dokter buku
1. Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2006. hlm. 227-228.
18
2) Unsur-Unsur Malpraktik
Segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai rugi akibat dari
layanan.
20
https:/r4yna.wordpress.com/2009/11/10/kelalaian-medik/ di akses
Minggu 6 Desember 2015, Pukul 7:34.
19
21
Soekidjo Notoatmodjo, Op.cit, hlm. 170
20
melaksanakan profesinya.
22
Haryani Safitri, Sengketa Medik : Alternatif Penyelesaian Perselisihan
Antara Dokter Dengan Pasien, Diadit Media, Jakarta, 2005, hlm. 56.
23
Anny Isfandyarie, Op.cit hlm. 219
21
1. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua
karakter resiko atau tanggung jawab yang pasti yang bergantung atau yang
mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau
pertanggungjawaban politik
24
Ridwan H.L., Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2006, hlm. 335-337.
22
terhadap pasien harus memiliki kedisiplinan agar tidak terjadi hal-hal yang
mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya
b. Macam-macam Kedisiplinan
waktu amat berharga dan salah satu kunci kesuksesan adalah dengan
waktu.
25
KTI Kebidanan dan KTI Keperawatan, Pengaruh Tingkat Kedisiplinan
Perawat Terhadap Pasien Di Rumah Sakit, 2011, hlm. 2.
23
sesuatu yang harus ditaati atau ditingalkan dan adanya proses sikap
3) Disiplin sosial
Pada hakekatnya disiplin sosial adalah disiplin dari dalam kaitannya dengan
c. Prinsip-Prinsip Disiplin
d. Dimensi Disiplin
26
Ibid, hlm. 3.
24
27
Ibid, Hlm. 4.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
dengan cara mengkaji data yang diperoleh dari lapangan berupa data dari
data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
dan bahan hukum tersier dari masing-masing hukum normatif. Semua data itu
dilakukan.
B. Metode Pendekatan
untuk mengkaji setiap permasalahan atau isu hukum yang sedang diteliti,
28
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, cetakan ke-11, Kencana,
Jakarta, 2011,hlm 91-95.
26
approach).30
adalah :
undang dan regulasi yang bersangkutpaut dengan isu hukum yang sedang
ditangani.31
29
Johnny Ibrahim,Teori dan Metodologi Penelitian HukumNormatif,
cetakan ke-6,Bayumedia Publishing, Malang, 2012, hlm. 310.
30
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pres,
Jakarta, 2004, hlm. 25.
31
Ibid, hlm. 93.
32
Ibid, hlm. 95.
27
c. PendekatanSosiologis(Social Approach)
Dalam penelitian ini sumber dan jenis data yang digunakan oleh
dari pihak pertama dengan terjun langsung kelapangan. Sumber data ini
terbagi menjadi :
a. Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari sumber asli tanpa
b. Data sekunder yakni sumber data yang diperoleh peneliti tidak secara
33
Ibid
28
oleh peneliti dari studi bahan hukum baik bahan hukum primer, sekunder,
tersier.
a. Bahan hukum primer adalah bahan pokok yang tidak dapat diganti dan
Kedokteran.
pengumpulan bahan hukum dan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
29
E. Analisis Data
penulis adalah Analisis kualitatif , yaitu semua data yang telah terkumpul
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi
kesehatan.
Indonesia tahun 1945 dengan jelas menekankan bahwa setiap orang berhak
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
pelayanan umum yang layak. Ketentuan ini memiliki arti bahwa pemerintah
31
warga negaranya.
kesehatan dengan pasien sebagai suatu hubungan hak dan kewajiban, prinsip
jenis, yakni :
adalah tenaga medis yakni dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi
membayar atas setiap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga medis,
dan begitu pula sebaliknya, tenaga medis memiliki hak untuk menerima
imbalan atas jasa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien, dan
medis merupakan suatu perjanjian yang objeknya adalah pelayanan medis atau
yang dalam ilmu kesehatan dikenal dengan transaksi terapeutik, hal ini
Dasar hubungan hukum antara dokter dengan pasien dan rumah sakit
adalah berdasarkan KUH Perdata Buku III tentang perikatan.35 Objek hukum
dalam hubungan dokter, rumah sakit, dan pasien dapat berupa upaya untuk
tenaga medis tetaplah harus mengacu pada ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata
bahwa perjanjian harus disertai kesepakatan para pihak, yakni pihak pasien
artinya yang pasien yang membuat perikatan untuk menerima pelayanan dari
tenaga medis haruslah dewasa atau cakap, jika pasien adalah anak dibawah
umur, maka haruslah diwakilkan oleh orang tua atau walinya, suatu hal
tertentu, dalam hal ini yang menjadi objek perjanjian dalam hubungan hukum
34
Desriza Ratman, Mediasi Non Litigasi Terhadap Sengketa Medis
Dengan Konsep Win-Win Solution, Elex Media Komputerindo, Jakarta, 2012,
hlm.21.
35
Tri Tutik Wulan, Hukum Perdata Dalam system Hukum Nasional,
Intermasa, Jakarta, 2008, hlm. 22.
36
Desriza Ratman, Op Cit, hlm. 23
35
dituntut oleh pasien karena telah gagal atau tidak sempurna dalam melakukan
tindakan medis yang telah disepakati bersama atau yang dalam hukum lebih
dikenal dengan istilah wanprestasi atau ingkar janji sebagaimana diatur dalam
Pasal 1239 KUH Perdata, dan jika dokter dianggap menimbulkan kerugian
yang bisa menjadi pemicu terjadinya sengketa dibidang medis, atau yang lebih
rumah sakit tidak akan bertanggung jawab jika kerugian tersebut karena
malpraktik.
pihak pasien merasa dirugikan maka perlu untuk diketahui siapa yang
dahulu harus melihat apakah kesalahan tersebut dilakukan oleh dokter itu
sendiri atau tenaga medis lain. Setiap masalah yang terjadi baik sengaja
ataupun tidak sengaja perlu diteliti terlebih dahulu. Jika kesalahan yang
sakit, ada dua tenaga yaitu : tenaga dari PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan
tingkat berat. Hal ini sesuai dengan peraturan disiplin PNS yang tertuang
dokter atau para medis lain yang menyebabkan kerugian terhadap pasien
sebagai penjabaran lebih lanjut mengenai siapa dan apa saja yang berada
tidak akan dilihat bagaimana hasil yang diupayakan oleh dokter tersebut,
artinya apakah pasien sembuh atau tidak bukan menjadi tanggung jawab
hubungan dokter dengan pasien ada juga dengan perikatan hasil, atau
kesembuhan pasien. Sehingga apabila tidak ada hasil dari upaya yang
telah dilakukan oleh dokter, maka dokter tersebut dapat dituntut secara
karena kasus culpa (tidak berhati-hati), menurut Black dalam buku yang
tingkatan: 37
a. Pertama, Culpa lata, yaitu malpraktik sebagai akibat dari sangat tidak
berhati-hati, kesalahan serius, atau sembrono (gross fault or neglcet).
b. Kedua, culpa levis, yaitu malpraktik yang lahir sebagai akibat dari
kesalahan biasa ( ordinary fault or neglect).
c. Ketiga, culpa levissima, yaitu malpraktik yang timbul sebagai akibat
dari kesalahan ringan (slight fault or neglect).
37
Titik Triwulan Tutik, SH., MH dan Shinta Febriana, S.Ked,
Perlindungan Hukum bagi Paien, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2010, hlm. 56-57.
38
Ibid
41
diwilayah tersebut. Andai kata akibat yang tidak diinginkan tersebut terjadi
(resultaan verbintenis).
kesalahan profesi, hal ini bukanlah merupakan hal yang mudah bagi siapa
saja yang tidak memahami profesi kesehatan dalam membuktikan ada dan
360 dan 378 KUHP mengenai tindak penipuan, serta pasal 512 KUHP
Bila dokter terbukti tidak menyimpang dari standar profesi kedokteran dan
pelaku.
bahwa :
1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau malpraktik
yang dilakukan tenaga kesehatan
2) Ganti rugi sebagaimana diatur maksud dalam ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
konsep dan teori dalam ilmu hukum, perbuatan yang merugikan tersebut
dan;
dapat berupa sanksi administrasi (Pasal 60), sanksi pidana (Pasal 61, dan
yang mana merasa dirugikan oleh dokter ataupun pihak rumah sakit, dan
44
yang diberikan oleh tenaga medis dalam rumah sakit dapat memberikan
untuk memberikan perlindungan bagi setiap orang atas sesuatu akibat yang
timbul, baik fisik maupun non fisik. Kerugian fisik ialah berupa kerugian
hukum antara dokter dengan rumah sakit, sehingga dalam hal terjadinya
pihak yang dikenakan tanggung jawab terlebih dahulu yang harus kita
45
perhatikan adalah :
b. Hubungan kerja antara dokter selaku tenaga medis dengan rumah sakit
saja yang ikut berperan dalam usaha penyembuhan pasien, namun terdapat
tim dalam rumah sakit yang turut andil dalam usaha pemberian pelayanan
satu dengan yang lainnya, misalnya dalam penanganan pasien rawat inap,
dokter tidak hanya merawat pasien seorang diri, namun turut di bantu oleh
perawat yang bertugas dalam memantau kesehatan pasien, ahli gizi yang
penyakit yang di derita oleh pasien, dan terkadang dokterpun dibantu atau
diberikan oleh tenaga kesehatan dalam rumah sakit tidak hanya menuntut
dokter saja yang harus berusaha dalam kesembuhan pasien namun dokter
bersama.
39
Basuki dan Endang. Komunikasi antar Petugas Kesehatan. Majalah
Kedokteran Indonesia : 2008. Vol.58. No.9.
40
Ohoiwutun dan Triana, Bunga Rampai Hukum Kedokteran.
Bayumedika, yogyakarta, 2008, hlm. 7.
47
tidak sesuai dengan instruksi. Dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa
tetap tanggung jawab utama ada berada pada tangan dokter, sedangkan
Dalam bekerja secara tim antara dokter dan tenaga kesehatan tentu
dan kewajiban bersama, dengan adanya hak dan kewajiban bersama antar
kerugian bagi pasien. Tanggung jawab kolegial disini memiliki arti bahwa
41
Ibid, hlm 8.
48
dalam mencari dan menemukan penyebab alergi tersebut, apakah ahli gizi
anjuran dokter atau dokter yang salah dalam memberikan anjuran. Jika ahli
gizi telah melakukan segala sesuatu sesuai dengan anjuran dan standart
sesuai standart dan ajuran dokter maka ahli gizi tersebutlah yang harus
bertanggung jawab.
bersifat kolega inilah yang menuntut setiap individu dalam tim harus dapat
42
J. Guwandi , Hukum dan Dokter, Sagung seto, Jakarta, 2007,
hlm 46.
49
kegiatan operasi, bukan hanya satu orang dokter saja yang menjalankan
yang bertindak sebagai asistent dan para perawat lainnya, apabila selama
arahan agar tidak menimbulkan kerugian atau kesalahan yang lebih besar
dan apabila dokter tersebut tidak memberikan arahan dan teguran padahal
sanksi sesuai dengan sanksi yang ditentukan dalam kode etik kedokteran
akibat tidak dicegahnya tindakan itu sesuai dengan ketentuan Pasal 1367
KUH Perdata.
dalam hal ini rumah sakit dan dokter /tenaga kesehatan. Dokter/tenaga
jalur litigasi yaitu penyelesaian sengketa di luar jalur peradilan dan jalur
43
Ibid, hlm. 63-64.
52
kesehatan (rumah sakit, dokter, dan tenaga kesehatan) dan penerima jasa
secara adil dan dapat dipercaya semua pihak yang terlibat dalam sengketa
hukum, baik keperdataan, pidana maupun tata usaha negara. Oleh sebab
53
terakhir ini terkesan lebih sempit, yang hanya mencakup aspek hukum
keperdataan.
berikut:
44
Hasil wawancara dengan Bapak Shalikin, S.KM., MPH, Sub Bag.
Humas dan Kemasyarakatan RSUD Provinsi NTB, Senin, 7 Maret 2016.
54
dari pihak pasien yang mengajukan laporan. Dalam kasus yang terjadi
bahwa tindakan yang telah dilakukan oleh tenaga medis telah sesuai
merasa tindakan medik yang dilakukan oleh tenaga medis tidak sesuai
3. Jika dalam proses audit ditemukan bukti bahwa tenaga medis yang
dan komite medik akan melakukan sidang etik terhadap tenaga medis
menjaga agar tidak terjadi peristiwa yang sama maka terhadap tenaga
bersengketa, dalam hal ini pihak konsumen, dapat menyelesaikan sengketa itu
Ombudsman.
yang bersengketa.
karena upaya perdamaian di antara mereka gagal atau sejak semula mereka
didalamnya.
berbunyi:
kepada orang lain seperti diatur dalam pasal 123 ayat (1) HIR. Klasifikasi
angka (9) dan pasal 44 ayat (1) UUPK harus terdaftar dan diakui oleh
pemerintah.
59
akan menggugat pelaku usaha jika ada kerugian materi yang besar
dan/atau korban yang tidak sedikit dan tidak disebutkan apakah gugatan
demikian masih diperlukan jika ada gugatan dari para konsumen, atau
Pasal 45 ayat (1) dan pasal 46 ayat (2) UUPK terkesan hanya
keberadaan peradilan tata usaha dapat direduksi dari pasal 46 ayat (2) yang
penerima jasa layanan publik, tentu peradilan tata usaha negara (PTUN)
patut juga melayani gugatan tersebut. Dan dengan syarat sengketa tersebut
final. Sementara itu menurut A.M Donner, pengertian pejabat atau badan
tata usaha negara antara lain, dapat diperluas ke bentuk perusahaan yang
badan usaha milik negara (BUMN) atau milik daerah (BUMD) dapat
60
dengan masyarakat.
Sakit tipe C milik Pemerintah Daerah Tingkat III Kabupaten Lombok Timur
dan status kelas C ini berlangsung sejak tahun 1987 sampai sekarang. Selain
itu Rumah Sakit RSUD SOEJONO Selong juga merupakan Rumah Sakit
Selongantara lain :
Terdiri dari 14 ruang perawatan dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 349,
terbagi pada kelas super VIP, VIP A, VIP B, kelas I, II, III, ruang rawat
intensif (ICU, ICCU, NICU dan PICU), ruang isolasi dan ruang bersalin.
62
Pelayanan IRD terdiri dari 6 unit yaitu pelayanan triage, penanganan kegawat
daruratan bedah dan non-bedah, operasi akut, pelayanan radiologi, one day
Terdiri dari 8 jenis pelayanan meliputi pelayanan bedah umum, bedah obgyn,
bedah mata, bedah THT, bedah orthopedi, bedah gigi dan mulut, bedah
Terdiri dari 5 unit pelayanan yaitu pelayanan gizi, laundry/ linen, sentral
prasarana.
penting dalam melaksanakan fungsi serta untuk mencapai visi dan misi rumah
sakit adalah sumber daya manusia. Tenaga yang tersedia di RSUD SOEJONO
telah disusun disesuaikan dengan tugas dan fungsi, RSUD SOEJONO Selong
orang.
b. Tenaga para medis seluruhnya 482 orang terdiri dari paramedis perawatan
Timur , RSUD SOEJONO Selong sesuai dengan visi dan misinya selalu
keluhan atau keberatan dari pasien atas pelayanan yang diberikan oleh pihak
rumah sakit, keluhan ini berupa keluhan terhadap pelayanan, fasilitas rumah
oleh tenaga medis di rumah sakit, biasanya pasien yang merasa tidak puas
melalui kotak saran, SMS Center, maupun buku kesan dan pesan yang telah
Selong
pihak rumah sakit, pemberian kritik dan saran dapat berupa pengaduan
yang dapat diadukan melalui kotak saran, SMS Centre, dan buku tamu
yang telah disedikan oleh pihak rumah sakit. Pengaduan yang masuk di
dari Bulan Januari sampai dengan Bulan Juli Tahun 2017 yakni sebanyak
bulan Juni yakni sebanyak 16 jenis pengaduan, untuk lebih jelasnya dapat
soejono selong Pak Karsito pada taggal 15 juli 2017 sebagai berikut :
Pada Tahun 2016, Neza Anindia Putri balita berusia 14 bulan diduga
alat bius tersebut untuk mendukung operasi atresia ani rectum atau
meninggal dunia.45
tersebut, pihak rumah sakit akan tetap menerima setiap bentuk laporan
masuk melalui sarana pelaporan yang disedikan oleh rumah sakit, namun
45
http://nasional.news.viva.co.id/news/, oleh Edy Gustan I, Senin, 1
November 2010, diakses pada Minggu, 4 April 2016, Pukul 00:25 WITA.
46
http://www.republika.co.id/, Oleh Erik Purnama Putra, Selasa 19
Agustus 2014, diakes Pada Minggu, 17 April 2016, Pukul 00.39 WITA.
67
kurangnya komunikasi antara pasien dan pihak rumah sakit inilah yang
oleh pihak pasien kepada RSUD SOEJONO Selong akan dilakukan audit
pangkreas itu berbeda, ada banyaknya SOP ini dikarenakan setiap penyakit
meminta persetujuan dari pihak pasien, baik dari pasien yang bersangkutan
memiliki arti bahwa pihak pasien setuju atas segala tindakan medik yang
diberikan oleh tenaga medis dalam pelayanan medis, dan segala bentuk
tindakan medik maupun pemberian obat kepada pasien wajib di catat oleh
yang sering terjadi di rumah sakit manapun dan bukan hanya terjadi di
dengan dokter yang menangani langsung Anindia Putri kala itu dan
rongga mulut atau dalam istilah medis melalui trachea. Pada saat itulah
Selong
tindakan medis terhadap pasien, namun kala itu pihak keluargalah yang
47
http://nasional.news.viva.co.id/news/, oleh Edy Gustan I, Senin, 1
November 2010, diakses pada Senin, 18 April 2016, Pukul 17:22 WITA.
48
Ibid
70
dilakukan terhadap pasien, karna pihak dokter atau rumah sakit tidak
SOEJONO Selong
jawab dari rumah sakit, hal ini diatur dalam Pasal 46 Undang-Undang
rumah sakit atas malpraktik yang timbul dalam tindakan medik di rumah
49
Hasil wawancara dengan Bapak Shalikin, S.KM., MPH, Sub Bag.
Humas dan Kemasyarakatan RSUD Provinsi NTB, Senin, 28 Maret 2016.
71
maka rumah sakitlah yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
terjadi maupun yang ditumbulkan oleh segala organ yang berada dalam
rumah sakit.
hal tersebut tidak menutup kewajiban dari tenaga medis maupun tenaga
hal ganti kerugian akan dilakukan apabila sengketa atau kasus yang
dilaporkan oleh pihak pasien yang merasa dirugikan telah dilakukan proses
penelitian dan audit oleh komite medik yang berada dalam RSUD
SOEJONO Selong namun juga bertanggung jawab pada pasien dan Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) yang menaunginya. Apabila dari hasil audit dan
benar telah terjadi malpraktik yang dilakukan oleh tenaga medis maka
rumah sakit akan bertanggung jawab secara penuh dalam hal ganti
Selaku Kabag Tata Usaha RSUD SOEJONO Selong apabila telah terbukti
tenaga kesehatan atau tenaga medis dalam hal ganti kerugian maka yang
SOEJONO Selong maka rumah sakit akan meminta bantuan kepada Biro
Hukum yang telah tunjuk bersama oleh dewan direksi dari hasil rapat
antara rumah sakit dan pihak pasien yang merasa dirugikan, dan apabila
proses mediasi yang dilakukan dalam rumah sakit tidak berhasil atau
tawaran ganti rugi yang diberikan oleh pihak rumah sakit tidak sesuai
50
Hasil wawancara dengan dr. Evi Kustini Somawijaya, Kabid Pelayanan
dan Penunjang Medis RSUD Provinsi NTB, Senin, 22 Februari 2016.
73
Dalam hal ganti kerugian yang timbul akibat malpraktik tenaga medis
dalam melakukan tindakan medik tidak diatur secara jelas dalam Undang-
tindakan medik berhak untuk menuntut ganti kerugian, sehingga dalam hal
ini bentuk ganti kerugian tidak secara jelas diatur, apakah ganti kerugian
dan dibuktikan, hal ini berkenaan jika malpraktik tindakan medik yang
kerugiannya akan sulit untuk ditentukan, karena tidak ada satupun orang
dunia.
51
Hasil wawancara dengan Bapak Badarudin, S.KEP. Ns., Kabag Tata
Usaha RSUD Provinsi NTB, Jumat 15 April 2016.
74
menyatakan bahwa :
medis dapat di tuntut oleh pihak pasien yang merasa dirugikan dengan
mengajukan nominal yang sesuai dengan kerugian yang dialami, hal ini
juga diatur dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Perlindungan
disesuaikan dengan besarnya kerugian dan keadaan yang dilami oleh pihak
pasien, dan penuntuan besaran yang harus dibayarkan oleh pihak rumah
sakit kepada pasien hanya dapat ditentukan oleh hakim secara subjektif
dalam persidanga
75
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
disimpulkan bahwa :
bentuk ganti kerugian yang ditimbulkan adalah rumah sakit tetapi tidak
tersebut terkadang pula tidak merupakan tanggung jawab dari pihak rumah
sakit apabila pihak rumah sakit merasa sudah melakukan tindakan medis
sesuai dengan prosedur hal ini terjadi dalam kasus di RSUD SOEJONO
dilakukan oleh tenaga medik maka pihak rumah sakit akan bertanggung
jawab penuh sesuai dengan kerugian yang dialami pasien atas tindakan
sengketa atau kasus yang dilaporkan oleh pihak pasien yang merasa
dirugikan telah melalui proses penelitian dan audit oleh komite etik yang
B. SARAN
antara pihak tenaga medis dalam RSUD SOEJONO Selong dengan pasien
sanksi yang harus ditanggung rumah sakit, sanksi yang harus diberikan
apa yang menjadi tanggung jawab rumah sakit, serta penyelesaian yang
harus dilalui dalam proses ganti kerugian terhadap pasien dimana perlu
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Isfandyarie Anny, Tanggung jawab hukum dan sanksi bagi dokter buku 1.
Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2006.
J. Guwandi , Hukum dan Dokter, Sagung seto, Jakarta, 2007.
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, cetakan ke-11, Kencana, Jakarta,
2011.
Rismalinda, Etika Profesi dan Hukum Kesehatan, Trans Info Media, Jakarta,
2011.
D. Internet
http://aamaulana96.blogspot.co.id/2013/03/sistem-pelayanan-
kesehatan.html?m=1diakses pada Selasa 8 Desember pukul 8:17.
http://asnella.blogspot.co.id/2012/11/kasus-malpraktik-medis.html?m=1,
diakses pada Selasa 8 Desember 2015 pukul 9:45.