Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulilah kami ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan barokah yang telah di
limpahkanNya. Sehingga penyusunan makalah yang berjudul Pilihan Kata (Diksi) dapat diselesaikan.
Kami menyadari, bahwa makalah kami ini mungkim kurang tepat atau belum sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan untuk menyempurnakan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya. Wassalam.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah
kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam
membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan
baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan dalam
komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata
dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang
teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis atau
pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting dalam
menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam
membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah
dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam mengggambarkan cerita pengarang.
Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan
pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui arti diksi atau pilihan kata dalam bahasa Indonesia
dan menghasilkan tulisan yang indah, enak dibaca, dan mudah dipahami pada setiap kata yang ingin
disampaikan.
BAB II
Pembahasan
Pengertian Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan
kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia
tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak
dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata.
Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan. Kata yang tepat dapat membantu seseorang
mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Selain itu,
pemilihan kata itu juga harus sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Makna Denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang
sesuai dengan apa adanya. Denotatif adala suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara
objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna
memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah
makna denotatif.
Makna Konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap
pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan kepada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam
makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar
yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-
kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotatif.
Kata rumah monyet mengandung kata konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti
dengan kata lain sebab nama lain untuk kata itu tidak ada yang tepat. Begitu juga dengan istilah Rumah
Asap.
Makna makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional daripada denotatif. Makna denotatif
adalah makna yang umum. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan
suatu kondisi dan situasi tertentu. Misal:
Sesuai Harmonis
Pembantu Asisten
Makna Konotatif dan Makna Denotatif berkaitan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna
Denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna
konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, peranan, dan lain-lain yang menimbulkan
nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedangkan
makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus. Kalimat dibawah ini menunjukkan hal itu,
Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang
seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terdapat suatu maksud yang lebih bersifat memukau
perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek
dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek daripada bodoh), mampus (lebih jelek daripada mati),
dan gubuk (lebih jelek daripada rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan
yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya
akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan masyarakat.
Kata membanting tulang (yang mengambil dari suatu denotatif kata pekerjaan membanting sebuah
tulang) mengandung makna bekerja keras yang merupakan sebuah kata kiasan. Kata membanting
tulang dapat kita masukkan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif. Kata-kata yang dipakai
secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atua ungkapan. Semua
bentuk idiom atau ungkapan tergolong ke dalam kata yang bermakna konotatif.
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau lele. Ikan tidak hanya mujair atau
lele, tetapi ikan terdiri dari beberapa macam, seperti gurame, sepat, tuna, baronan. Sebaliknya lele pasti
tergolong jenis ikan; demikian pula dengan gurame, sepat, tuna, dan baronang pastilah jenis ikan. Dalam
hal ini kata yang acuannya lebih luas adalah Kata Umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya
lebih khusus disebut Kata Khusus, seperti gurame, tuna, lele, baronang.
Contoh kata bermakna umum yang lain adalah bunga. Kata bunga memiliki acuan yang lebih luas
dibandingkan dengan kata mawar. Bunga bukan hanya mawar, melainkan juga melati, dahlia, anggrek
dan cempaka. Sebaliknya, melati pasti jenis bunga; anggrek juga tergolong bunga, dahlia juga
merupakan senjenis bunga. Kata bunga yang memiliki acuan yang lebih luas disebut kata umum,
sedangkan kata dahlia memiliki acuan yang lebih khusus dan disebut kata khusus.
Pasangan kata umum dan kata khusus harus dibedakan dalam pengacuan yang generik dan spesifik.
Sapi, kerbau, kuda dan keledai adalah hewan-hewan yang termasuk segolongan, yaitu golongan hewan
mamalia. Dengan demikian, kata hewan mamalia bersifat umum (generik), sedangkan sapi,kerbau, kuda
adalah kata khusus (spesifik).
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca indera disebut kata konkret, seperti meja, rumah,
mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca indera, kata
itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk
mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat
teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu
karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak tepat.
Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada dasarnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya
berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga
kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan
menghidupkan bahasa seseorang dan mngonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi
(lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang
paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kat aitu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak
persis sama benar. Kata-kata yang bersinonim lainnya adalah,
Cahaya, sinar
Ilmu, pengetahuan
Penelitian, penyelidikan
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu
kata.
Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata yaitu, dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa
Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk
kata baru dari unsur serapan. Dari dalam bahsa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya :
Tata buku Daya tahan Serba putih Hari sial Tutup tahun Lepas tangan
Tata bahasa Daya pukul Serba plastik Hari jadi Tutup usia Lepas pantai
Tata rias Daya tarik Serba kuat Hari besar Tutup buku Lepas landas
Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata, misal :
Bank wisata
Kredit santai
Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing. Kontak bahasa
memang tidak dapat dielakan karena itu berhubungan dengan bangsa lain. Oleh sebab itu, pengaruh-
mempengaruhi dalam kosakata pasti ada. Dalam hal ini perlu ditata kembali kaidah penyerapan kata-
kata itu. Oleh sebab itu, Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang kini telah beredar di seluruh
Nusantara sangat membantu upaya itu.
Kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita
terhadap nama dan penamaan benda atua situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia.
Pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita perlukan, karena kita memerlukan
suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam
segala macam segi kehidupan.
Kata-kata pungut itu, ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut
yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut kata serapan. Bentuk-bentuk serapan
itu ada 4 macam :
Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-kata itu
ialah,
Bank
Opname
Golf
Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-
kata itu ialah,
Subject subjek
Apoteek apotek
Standard standar
University universitas
Kita menerjemahkan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia. Yang tergolong ke dalam bentuk ini
ialah,
Up to date mutakhir
Briefing taklimat
Kita mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya. Yang termasuk golonga
ini adalah,
De facto
Status quo
Cum laude
Ad hoc
Dalam menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita perlu memperhatikan beberapa ukuran.
Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat dihindari. Misalnya, nonggkrong.
Kata-kata itu bisa dipakai juga sudah menjadi milik umum. Contohnya,
Ganyang
Lugas
Heboh
Santai
Pamrih
Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar sesuai
dengan tempat dan suasana pembicaraan.
Contoh,
Tunanetra
Tunarungu
Tunawicara
Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh masyarakat. Contoh,
Konon
Laskar
Didaulat
Dibawah ini akan dibicarakan beberapa penerapan pilihan kata. Sebuah kata dikatakan baik kalu tempat
arti dan tepat tempatnya, saksama dalam pengungkapan, lazim dan sesuai dengan kaidah ejaan.
Beberapa contoh pemakaian kata dibawah ini dapat dilihat :
A) kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung; kata-kata itu tidak dapat selalu
dipertukarkan. Contoh : masjid raya, rumah besar, hakim agung.
B) Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaian. Kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata
benda, sedangkan kata masing-masing tidak boleh diikuti oleh kata benda. Contoh yang benar :
Para pemain negara APEC yang hadir di Jakarta masing-masing dijaga ketat oleh pengawal kepresidenan
Indonesia
c) Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan lain-lain sama
kedudukannya dengan seperti, antara lain,misalnya.
Misalnya :
Contoh salah :
Dalam ruang ini kita dapat menemukan barang-barang seperti meja, buku, bangku, dan lain-lain.
Contoh Benar :
Dalam ruang ini kita dapat menemukan meja, buku, bangku, dan lain-lain.
Dalam ruang ini kita dapat menemukan barang-barang seperti meja, buku dan bangku.
d) Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukkan waktu,
sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu.
Misalnya :
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
berlangsung selama 4 jam, yaitu dari jam 8.00 s.d. 12.00. ( salah )
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d. pukul 12.00. ( benar )
e) Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata benda,
sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda.
Contoh :
Ia mencari sesuatu.
Pada suatu waktu ia datang dengan wajah bersei-seri.
f) Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan asal sesuatu,
baik bahan maupun arah.
Contoh :
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik
dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah,
diperlihatkan pula bentuk yang benar, yang merupakan perbaikannya.
Penanggalan awalan me- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks
beritannya awalan me- harus eksplisit. Di bawah ini diperlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang
benar.
Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber- . Padahal, awalan ber- harus
dieksplisitkan secara jelas. Di bawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.
Kata dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me- . Padahal,
sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan me-. Di bawah ini diperlihatkan bentuk
salah dan bentuk benar.
Ada lagi gejala penyengauan bunyi awal kata dasar. Penyengauan kata dasar ini sebenarnya adalah
ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya, pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam
tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kia sering menemukan penggunaan
kata-kata, nyopet, mandang, ngail, ngantuk,nabrak,nanam,nulis,nyubit,ngepung,nolak,nyuap, dan nyari.
Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus menggunakan kata-kata
mencopet,memandang,mengail,mengantuk,menabrak,menanam,menulis,mencubit,mengepung,menola
k,mencabut,menyuap,dan mencari.
Kata dasar yang bunyi awalan /s/ , /k/ , /p/ , atau /t/ sering tidak luluh jika mendapatkan awalan me-
atau pe-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Di bawah ini
dibedakan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari.
Bangsa Indonesia mampu mengkikis habis paham komunis sampai ke akar-akarnya. (salah)
1 a) Bangsa Indonesia mampu mengikis habis paham komunis sampai ke akar-akarnya. (benar)
Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering diberi awalan ke-. Hal ini
disebabkan oleh kekurangcermatan dalam memilih awalan yang tepat. Umunya, kesalahan itu
dipengaruhi oleh bahasa daerah (jawa/sunda). Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar
dalam pemakaian awalan.
1) Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. ( salah )
1 a) Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. ( benar )
Perlu diketahui awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain di depan kata bilangan,
awalan tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata kekasih, kehendak dan ketua. Oleh sebab
itu kata ketawa,kecantol,keseleo,kebawa,ketabrak bukanlah bentuk baku dalam bahasa Indonesia.
Bentuk-bentuk yang benar ialah kedua,ketiga,keempat,kesepuluh, keseribu, dan seterusnya.
pemakaian Akhiran ir
Pemakaian akhiran ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam
bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran ir adalah asi atau isasi. Di bawah ini diungkapkan
bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Perlu diperhatikan, akhiran asi atau isasi pada kata-kata lelenisasi, turinisasi,
neonisasi,radionisasi,pompanisasi, dan koranisasi merupakan bentuk yang salah karena dasarnya bukan
untuk kata serapan dari bahasa asing. Kata-kata itu harus diungkapkan menjadi usaha perternakan lele,
usaha penanaman turi,usaha pemasangan neon,gerakan memasyarakatkan radio,gerakan pemasangan
pomp, dan usaha memasyarakatkan koran.
Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul dalam
pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua
kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat. Di bawah ini dipaparkan bentuk salah
dan bentuk benar terutama dalam memakai ungkapan penghubung intrakalimat.
1) Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. ( salah )
1 a) Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.(benar)
1 b) Modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.(benar)
2) Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud. (salah)
2 a) Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud. (benar)
2 b) Pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud. (benar)
3) Walupun malam tadi bertugas siskamling, tetapi ia masuk kantor juga seperti biasa. (salah)
3 a) Walupun malam tadi bertugas siskamling,ia masuk kantor juga seperti biasa. (benar)
3 b) Malam tadi bertugas siskamling, tetapi ia masuk kantor juga seperti biasa. (benar)
Bentuk-bentuk di atas adalah bentuk yang menggabungkan kata karena dan sehingga, kata apabila dan
maka, dan kata walaupun dan tetapi. Penggunaan dua kata itu dalam sebuah kalimat tidak diperlukan.
Bentuk-bentuk lainnya yang merupakan padanan yang tidak serasi adalah disebabkan karena, dan lain
sebagainya, karena .. maka, untuk ... maka, meskipun ... tetapi, kalau ... maka, dan sebagainya.
Bentuk yang baku untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan oleh, dan lain-lain, atau dan
sebagainya; karena/untuk/kalu saja tanpa diikuti maka, atau maka saja tanpa didahului oleh
karena/untuk/kalau; meskipun saja tanpa disusul tetapi atau tetapi saja tanpa didahului meskipun.
pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di,ke,dari,bagi, dan daripada sering dipertukarkan. Di bawah
ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk salah dalam pemakaian kata depan
1) Meja ini terbuat daripada kayu. ( salah )
kita membedakan istilah singkatan dengan betuk singkat . yang di maksud dengan bentuk singkat
adalah PLO,UI,dan lain-lain. Yang dimaksud dengan bentuk singkat lab, memo, dan lain-lain. Pemakainan
akronim dan singkatan dalam bahasa kadang-kadang tidak teratur. Singkatan IBF mempunyai dua
makna, yaitu internasional boxing federation dan international badminton federation. Oleh sebab itu
pemakain akronim dan singkatann sesedapatmugkin dihindari karena menimbulkan berbagai tafsiran
terhadap akronim dan singkatan itu . singkatan yang dapat dipakai adalah singkatan yang sudah umum
dan maknannya sudah mantap.
Kata-kata kesimpulan besaing maknanya dengan simpulan ; kata keputusan bersaing pemakaiannya
dengan kata putusan. Lalu bentukan manakah yang sebenarnya paling tepat? Apakah yang tepat
kesimpulan dan yang salah adalah simpulan , ataukahhsebaliknya. Pembentukan kata dalam bahasa
sebenarnya mengikuti pola yang rapid an konsisten. Kalau kita perhatikan dengan seksama , bentukan-
bentukan kata itu memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain terdapat
korelasi diantara bentukan tersebut.perhatikanlah keteraturan pembentukan kata berikut.
Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan kesimpulan. (kurang rapi)
Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan simpulan. (rapi)
Sesuai dengan keputusan pemerintah , bea masuk barang mewah dinaikan menjadi 20%. (kurang rapi)
sesuai dengan putusan pemerintah , bea masuk barang mewah dinaikan menjadi 20%. (rapi)
Salah satu ciri pemakain bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi.
Namun, dalam komunikasi sehari-hari seering di jumpai pemakaian kata yang tidak hemat(boros).
Berikut contoh pemakaian kata yang hemat dan tidak hemat(boros).
Boros Hemat
Mari kita lihat perbandingan pemakain kata yang hemat dan boros berikut.
Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlukan tenaga dorong buatan
untuk produksi minyak lebih besar. (boros, salah)
Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, diperlukan tenaga dorong buatan untuk
produksi minyak lebih besar. (hemat , benar)
Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi di mana sebagai sumber devisa Negara
diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (boros , salah)
Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi yang merupakan sumber devisa
Negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (benar , hemat)
Karburator adalah bagian mesin motor tempat di mana gas bahan bakar miyak bercampur dengan
udara. (boros , salah)
Karburator bagian mesin motor tempat gas bahan bakar minyak bercampur dengan udara . (benar)
Pemakain kata yang boros seperti sejak dari, adalah merupakan demi untuk, agar supaya , dan zaman
dahulu kala juga harus dihindari
Analogi
Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkolerasi dengan kata bertinju. Kata
petinju berarti orang yang biasa bertinju, bukan orang yang biasa meninju. Dewasa ini dapat dijumpai
banyak kata yang sekelompok dengan petinju,seperti pesenam , pesilat , pegolf , peterjun, dan peboling.
Akan tetapi, apakah semua kata di bentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan kata petinju ?
jika harus dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti ini .
kata bertinju, bersenam dann bersilat mungki bisa digunakan akan tetapi, kata bergolf, berterjun dan
bertenis bukan kata yang lazim . oleh sebab itu, muculnya kata pesky, peselancar,dan peboling pada
dasarnya tidak terbentuk dari berski , berboling , berselancar, dan bertenis.
Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah menggunakan bentuk jamak dalam bahasa
Indonesia. Sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Beberapa meja,
Sekalian tamu,
Dua tempat.
Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak seperti para tamu.
Kami kalian.
Dalam pemakaian kata sehari-hari orang cenderung memilih bentuk jamak asing dalam menyatakan
jamak dalam bahasa Indonesia. Di bawah ini beberapa bentuk jamak dan tunggal dari bahasa asing.
datum data
alumnus alumni
alim ulama
Dalam bahasa Indonesia bentuk datum dan data yang dianggap baku ialah data yang dipakai sebagai
bentuk tunggal. Bentuk alim dan ulama kedua-duanya dianggap baku yang masing-masing sebagai
bentuk tunggal. Oleh sebab itu , tidak salah kalau ada bentuk
Beberapa data,
Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak
dapat dihilangkan ataau diganti. Ungkapan idiomatic adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang
tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
Unkapan yag bersifat idiomatic terdiri atas dua atau tiga kata yag dapat memperkuat diksi di dalam
tulisan.
Menteri dalam Negeri bertemu Presiden Gus Dur.(salah) Menteri dalam Negeri bertemu dengan
Presiden Gus Dur. (benar)
Sehubungan dengan
Berbhubungan dengan
Sesuai dengan
Sejalan dengan
Salah benar
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diksi adalah ketepatan atau kesesuaian pilihan kata pada suatu paragraf atau wacana. Dengan
penggunaan diksi yang tepat dan sesuai dengan pengekspresian paragraf atau wacana maka gaya
bahasa menjadi efektif. Sehingga gaya bahasa membentuk suasana kejujuran, kesopanan, kemenarikan,
tingkat keresmian, atau gaya percakapan. Gaya bahasa yang dihasilkan oleh pilihan kata terbagi tiga
yaitu, gaya sederhana, gaya menengah dan gaya mulia.
Penggunaan ketepatan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa. Kesesuaian kata
diperlukan agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan atau suasana yang
sedang berlangsung. Pengembangan perubahan makna dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
komunikasi dan pengembangannya bersesuaian dengan kualitas pemikiran pemakainya.
Denotasi bermakna lazim atau aslinya sedangkan konotasi bermakna kias atau bukan makna
sebenarnya. Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki perbedaan dalam hal bentuk, ejaan, dan
pengucapan tetapi bermakna sama. Idiomatik adalah penggunaan kedua kata yang berpasangan dan
tidak dapat digantikan dengan pasangan lain. Kata tanya merupakan kata yang hanya digunakan untuk
menanyakan sesuatu.
Homonim merupakan kata yang memiliki tulisan dan bunyi yang sama, tetapi berbeda makna.
Sedangkan homofon merupakan, kata yang memiliki bunyi yang sama dengan tulisan dan makna yang
berbeda. Berbeda dengan homonim dan homofon, homograf merupakan kata yang memiliki tulisan dan
makna yang sama tetapi bunyinya berbeda.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referensi objek
yang dapat diamati. Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan. Kata
umum adalah kata yang memiliki ruang lingkup yang luas, dan sifatnya umum sedangkan, kata khusus
adalah kata yang memiliki ruang lingkup yang sempit, dan sifatnya khusus. Defenisi merupakan kata,
frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama orang, benda, proses, atau
aktivitas, batasan arti, rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok
pembicaraan atau studi atau Uraian pengertian yang berfungsi membatasi objek, dan keadaan
berdasarkan waktu dan tempat suatu kejadian.
B. SARAN
Diksi merupakan pilihan kata. Pilihan kata tersebut harus sesuai dan tepat. Ketepatan dan kesesuaian
kata tersebut sangat penting dalam suatu karya sastra agar pesan yang disampaikan penulis dapat
dimengerti oleh pembaca. Jadi, diksi sangat penting untuk dipelajari agar kita menjadi seorang Intelek
yang profesional dan mampu membuat karya sastra yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA
http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/diksi.html
http://irpantips4u.blogspot.com/2011/10/makalah-diksi.html
http://ilfen.blogspot.com/2012/11/program-konversi-kode-ascii-ke-biner.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan yang
benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan,
sering mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, frasa, paragraf, dan wacana.
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman yang baik ihwal penggunaan
diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital,
terutama untuk menghindari kesalapahaman dalam berkomunikasi.
Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah
kata dapat juga frasa atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi
pembaca atau pendengarnya.
Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa dan bahasa. Hal itu juga disertai dengan bermacam-
macam suku bangsa yang memiliki banyak bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa
yang digunakan juga memiliki karakter berbeda-beda sehingga penggunaan bahasa tersebut berfungsi
sebagai sarana komunikasi dan identitas suatu masyarakat tersebut. Sebagai makhluk sosial kita tidak
bisa terlepas dari berkomunikasi dengan sesama dalam setiap aktivitas. Dalam kehidupan
bermasyarakat sering kita jumpai ketika seseorang berkomunikasi dengan pihak lain tetapi pihak lawan
bicara kesulitan menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat ataupun
dikarenakan salah paham.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam
berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih mencakup
bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan kata
tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik).
Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata
yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari baik dalam segi makna dan relasi, gaya bahasa, ungkapan, kata kajian, kata popular, kata
sapaan dan kata serapan.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian makna kata, diksi, dan gaya bahasa, serta kata kajian dan kata poluler.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DIKSI
Diksi dalam artian yang pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis dan
pembicara. Atinya yang kedua adalah enusiansi kata.1
Pengertian diksi atau pilihan kata jauh lebih luas dari apa yang di pantulkan oleh jalinan kata-kata itu.
Istilah ini bukan saja di pergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang di pakai untuk
mengungkapkan suatu ide atau gagasan tetapi juga meliputi fraseeologi, gaya bahasa yang di
ungkapkan. Fraseologi mencakup pesoalan kata-kata pengelompokan atau susunannya atau yang
menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan.
Selain itu diksi menurut pendapat lain adalah ketepatan pemilihan kata di pengaruhi oleh kemampuan
pangguna bahasa yang terkait dengan kemampuan yang memahami, mengetahui, menguasai dan
penggunaan kata aktif dan efektif kepada pembaca dan pendengarnya.3
1.kemammpuan untuk menemukan kata yang tepat yang sesuai dengan situasi dan rasa
2.http://wikipedia.org
Dalam penggunaan kata-kata dalam kalimat harus dipilih secara tepat, sehingga dapat mengungkapkan
maksud anda.
1. Kata-kata ada yang memiliki makna denotatif dan adapila sekaligus memiliki makna konotatif.
4. Kata-kata ada yang berupa kata ragam formal (baku) dan kata ragam percakapan
(non baku).
a. Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk
menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami
perubahan makna.
- Membicarakan
- Memperlihatkan
- penonton
b. Makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan
merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
- Pemirsa, pemerhati
a. Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain.
b. Makna khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.
Kata bersinonim adalah kata yang bentuknya berbeda namun pada dasarnya memiliki makna yang
hampir mirip atau serupa.
Dalam penggunaan kata besinonim harus memilih kata yang tepat dalam kalimat ragam formal.
Karena meskipun bersinonim pada dasarnya memiliki perbedaan dalam konteks penggunaannya.
- Mati = mangkat,wafat,meninggal
- Ilmu = pengetahuan
- Penelitian = penyelidikan
4. Kata baku dan non-baku
Kata baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan beberapa ranah seperti :
a. Ranah finologis
- penambahan fonem
Imbau himbau
Andal handal
Utang hutang
- pengurangan fonem
Terap trap
Terampil trampil
Tetapi tapi
Tidak tak
- pengubahan fonem
Telur telor
Ubah obah
Tampak nampak
b. Ranah morfologis
Kata baku yang memiliki kata nonbaku karena hasil proses morfologis.
- pengurangam fonem
Memfokuskan memokukan
Memprotes memrotes
Memfitnah memitnah
- pengubahan fonem
Mengubah merubah
- penggantian afiks
Menangkap nangkap
Menatap natap
Mengambil ngambil
Menahan nahan
- kelebihan fonem
Beracun berracun
Beriak berriak
Beribu berribu
Becermin bercermin
c. Ranah leksikon
Kata (frasa) baku yang memiliki kata (frasa) non-baku yang terdapat dalam ragam percakapan.
Cotoh pasangan kata (frasa) baku dan kata (frasa) non-baku sebagai berikut :
contoh nya :
Dalam kalimat ragam formal, kita sering membuat kata-kata yang maknanya
redundan. Artinya,kata-kata yang di gunakan sudah melebihi makna, contohnya :
Apotek apotik
Asas azas
Asasi azasi
Analisis analisa
Dalam kalimat ragam formal, kita perlu menggunakan kata-kata secara tepat dalam hal penggunaan kata
depan.4
Seprti :
Dalam penggunaan kata depan dan kata penghubung harus digunakan secara tepat, yang sesuai dengan
jenis keterangan dalam jenis kalimat,:
1. Untuk keterangan tempat di gunakan kata di, ke, dari, di dalam, pada.
2. Untuk keterangan waktu digunakan kata pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama,
sepanjang.
4. Untuk keterangan tujuan digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, demi.
5. Untuk keterangan cara digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.
Dalam kalimat ragam formal, harus menuliskan kata secara benar seperti :
- Penulisan kata depan di yang benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang sesudahnya.
- Penulisan kata depan ke yang benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang sesudahnya.
- Penulisan kata depan dari yang benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang sesudahnya.
Selain kesalahan penulisan kata depan (preposisi), sering pula kesalahan sebagai berikut :
kata per yang memiliki arti menjadikan lebih atau memperlakukannya sebagai
Dalam kata pasca, bentuk terikat pasca di tulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
a. Homonim
Homo artinya sama, nym berarti nama, jdi homonim adalah sama nama, sama bunyi tetapi beda makna,
contoh : bandar sama dengan pelabuhan, dan dan pemegang uang dalam perjudian.
b. Homofon
Bunyi atau suara yang mempunyai sama, berbeda tulisan dan berbeda makna contoh :
c. Homograf
Aku bisa memastikan ayah tidak akan marah jika aku telat pilang karena latihan
Contoh : angka kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami kenaikan hingga sembilan persen.
Membicarakan membahas, mengkaji.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Diksi adalah ketepatan pemilihan kata di pengaruhi oleh kemampuan pangguna bahasa yang
terkait dengan kemampuan yang memahami, mengetahui, menguasai dan penggunaan kata aktif dan
efektif kepada pembaca dan pendengarnya.
2. Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk
menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami
perubahan makna.
3. Makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan
merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
4. Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain.
5. Makna khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.
Kata bersinonim adalah kata yang bentuknya berbeda namun pada dasarnya memiliki makna yang
hampir mirip atau serupa.
7. Homonim artinya sama, nym berarti nama, jdi homonim adalah sama nama.
8. Homofon adalah Bunyi atau suara yang mempunyai sama, berbeda tulisan dan berbeda makna.
a. Kritik
Pada dasarnya masyarakat kita telah memahami penggunaan tata kaidah bahasa indonesia yang baik
dan benar, akan tetapi dalam pelaksanaannya seringkali masyarakat dihadapkan pada situasi dan
kokondisi berbahasa yang tidak mendukung.
maksudnya ialah masyarakat masih enggan untuk mengikuti kaidah tata bahasa Indnesia yang baik
danbenar dalam komunikasinya sehari-hari,masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan tata bahasa
yang salah.
b. Saran
Dengan berpedoman pada EYD, khususnya cara pelafalan huruf hendaknya mengikuti aturan yang sudah
dibakukan.
Untuk membaca singkatan kata (termasuk kata asing selain akronim),begitu juga dengan dalam
pemilihan kata (diksi ) yang dibaca huruf demi huruf, jika penutur sedang berbahasa Indonesia,
pelafalannya harus sesuai dengan lafal huruf bahasa Indonesia.
http://hafsahnasution.blogspot.com/2013/03/makalah-diksi.html