You are on page 1of 5

Terbaru Keutaman Menjaga Persatuan Umat

,



















.

,
!
, :

Hadirin Jama'ah Idul Fitri yang dimuliakan oleh SWT.

Izzul Islam. Allahu Akbar, Kumadankanlah kalimat takbir ini setiap kita hendak bertolak,
dalam kesusahan, dimasa senang dan pada mengcekam sebagai bentuk pengakuan bahwa
Allah maha besar dan tidak ada kekuatan, daya serta upaya melebihi Allah SWT.

Kalimat yang digunakan untuk mempersatukan umat, dari masa kemasa, ke setiap tempat
tidak peduli bagaimanapun bahasanya,. Kalimat Takbir menjadi simbol pemersatu umat
Islam di seluruh dunia.
Allah SWT berfirman:

Hanya kepada Allah-lah segala yang di langit dan di bumi bersujud, baik dengan
keinginannya sendiri ataupun terpaksa (dan bersujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi
dan petang. (QS. ar-Ra'd, 15:13)

Hadirin Ikhwanil Muslimin Rahimakumullah

Dalam kesatuan alam raya inilah, seluruh mahluk harus bekerja sama dalam kebajikan.
Sehingga dari sinilah rasa aman dan damai memperoleh pijakan yang kuat. Sebagai manusia
yang beriman, tentunya kita harus percaya bahawa manusia adalah Khalifah di Bumi dan
tugas seorang khalifah adalah seorang yang harus mewujudkan kedamaian.

Tugas sebagai khalifah, tentu saja dimulai dari memimpin diri sendiri agar terus senantiasa
beriman kepada Allah SWT, kemudian memimpin sebuah keluarga, kemudian yang lebih
besar seperti masyarakat, kemudian bangsa, negara dan akhirnya seluruh bumi.

Seluruh kedamaian yang bermula dari jiwa setia manusia, tidak akan ada kedamaian jika
terdapat cekcokdan perselisihan, bahkan dengan diri sendiri sekali pun. Karenanya setiap
individu Mukmin haruslah tunduk dan patuh kepada satu penguasa, satu pengendali yang
menciptakan keselarasan di muka bumi, yakni Allah SWT. Janganlah pernah berani membuat
perselisihan dengan Allah melalui cara-cara mempersekutukan-Nya. Jangalah pernah mencari
perlindungan selain daripada perlindungan Allah SWT.
Allah SWT berfirman:

Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa
orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh
dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. az-Zumar, 39:29)

Ayat ini menggambarkan kepada kita bahwa, seorang budak yang harus tunduk kepada
beberapa majikan yang memilikinya, namun majikan ini saling berselisih dan bersengketa.
Tentu budak semacam ini akan merasa risau dan gelisah, pada akhirnya ia menjadi pengidap
kepribadian ganda atau munafik.

Bandingkan dengan keadaan budak yang hanya dimiliki oleh seorang majikan saja. Ia pasti
tidak akan bingung, apalagi jika sang majikan berperilaku terpuji.

Maka ayat ini pun merupakan penggambaran dari seseorang yang mempersekutukan Tuhan
dan percaya bahwa ada Tuhan-tuhan pengatur dan pengendali selain Allah. Maka
bandingkanlah keadaannya, keadaan jiwanya, dengan seorang pribadi Mukmin yang hanya
percaya dan patuh kepda Allah sebagai satu-satunya penguasa dan pengendali seluruh alam
raya.

Hadirin Jamaah Idul Fitri yang Berbahagia

Demikian pula kita akan menemukan keutuhan kepribadian dan kesatuan di balik kalimat
Takbir yang sedang berkumandang di hari raya Idul Fitri ini.

Bagaimanapun kondisi kita, apakah kita sedang sedih, berduka ataupun sedang bersiuka ria,
atau sedang terancam bahaya misalnya. Dengan kalimat takbir kita akan selalu merasakan
diri sebagai pribadi yang utuh yang hanya menyembah dan berpasrah kepada satu Dzat Yang
maha Agung.

Bila takbir telah terpatri dalam dada, maka segala perbuatan dan ucapan kita akan menyatu
dalam keteguhan dan keyakinan serta pengabdian kepada Allah SWT. Orang-orang yang
telah menyatu dengan kalimat Takbir dalam kesehariannya, akan menjadi pribadi yang
membawa manfaan dalam kehidupan diri dan lingkungan sekitarnya.

Bila beruntung dia akan bersyukur, bila diuji dia akan bersabar, jika ditegur ia menyesal dan
bila bersalah akan beristighfar dan meminta maaf serta berani bertanggungjawab.

Demikian Agungnya kalimat Takbir, jika dihayati makna dan pesan-pesannya. Sehingga,
Takbir ini diperintahkan oleh Allah untuk dikumandangkan, begitu selesai bilangan bulan
teragung, bilangan puasa Ramadhan.



Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. al-Baqoroh,
2:185)

Tanpa mengumandangkan takbir, kita tidak akan dapat dinamai bersyukur, padahal tanpa
bersyukur, maka siksa Allah telah menanti kita.


Dengan berakhirnya Ramadhan, tentu kita berharap, kiranya telah dapat mencapai ketakwaan
kepada Allah SWT. Ketakwaan yang hanya dapat tercapai bila kita memiliki keimanan.
Artinya ketakwaan dan keimanan adalah simbol kesatuan dalam ketauhidan. Iman
membuahkan persatuan dan kesatuan. Sedangkn kufur mengantarkan kepada perselisihan dan
perpecahan.

Pada Masa hidup Rasulullah SAW, ketika sekelompok kaum muslimin hampir terpengaruh
oleh bisikan apra pemecah belah, turunlah peringatan Allah SWT yang menamai keimanan
dengan persatuan dan perpecahan dengan kekufuran.

Allah memperingatkan mereka yang nyaris terpecah belah dengan firmannya:

"Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam
muram. (QS. Ali Imran, 3:106).

Dalam kehidupan duniawi, mereka yang bersatu dan bekerja sama untuk kemaslahatan
bangsa dan masyarakatnya akan memiliki wajah yang berseri-seri. Keceriaan nampak jelas di
wajah ketika mereka memetik hasil dari persatuan dan kerjasama dalam kebajikan.

Sedangkan mereka yang berpecah-belah dan saling bersengketa, pun telah diperingatkan dan
diancam oleh Allah dalam firman-Nya,

"Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam
muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan):
"Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan
kekafiranmu itu". (QS. Ali Imron, 3:106)

Hadirin Jamaah Idul Fitri yang dirahmati oleh Allah SWT

Idul Fitri yang berarti kembali kepada kesucian, mengantarkan kita kepada persatuan dan
kesatuan umat. JIka kita memahami arti persatuan dan kesatuan, tentu di sana kita
menemukan dua kata yang akan mengantarkan kita kepada makna Fitri (kesucian) yang
sebenarnya.

Kata kunci pertama dalam persatuan dan kesatuan adalah keharmonisan. Seseorang yang
beragama harus selalu merasa bersama dengan orang lain. Dapat menghargai kehadiran orang
lain dan menjaga perasaan orang-orang di sekelilingnya. Keadaan saling menyadari dan
menjaga perasaan orang-orang disekelilingnya inilah yang disebut sebagai keharmonisan.
masyarakat yang bersatu dalam keimanan kepada Allah SWT akan saling menjaga agar tidak
saling berbantah-bantahan dan bersengketa di antara sesama anggota masyarakatnya.

Hal ini dikarenakan, masyarakat yang bersatu akan senantiasa berusaha menjaga agar tidak
terjadi keadaan sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT,

Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. al-Anfaal, 8:46)

Dalam masyarakat yang harmonis, egoisme seorang muskim menjadi lebur dalam kesetaraan
dan kesederajatan manusia sebagai hamba Allah yang bertauhid. Masyarakat yang harmonis
adalah membangun hubungan atasa dasara kesatuan visi dan misi dalam ketakwaan,
keimanan dan kebajikan.

Mereka saling-berlomba-lomba dalam kebajikan sembari tetap menjaga keharmonisan.


Masyarakat yang harmonis dalam persatuan dan ketaqwaan akan saling terlibat dalam
keseharian sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya :

Bagaikan satu jasad, bila salah satu organnya merasakan penderitaan, maka seluruh tubuh
akan merasa demam dan tidak dapat tidur.

Hadirin Sidang Idul Fitri Rahimakumullah

Kata kunci dalam persatuan dan kesatuan umat yang kedua adalah saling memaafkan. Pada
zaman pra Islam, orang-orang akan sangat merasa terginggung, memendam amarah dan
menunggu untuk memwaktu balas dendam jika disakiti. Kemudian datanglah Rasulullah
SAW dengan ajaran baru, yakni ajaran untuk memaafkan.

Ketika pada zaman Nabi, orang-orang enggan memaafkan, maka Allah SWT menegur
mereka dalam firman-Nya :

Dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa
Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. an-
)Nuur, 24:22

Oleh karena itu, pada hari yang besar ini, hari yang fitri, hari yang telah dinanti sebagai hari
kemenangan, marilah kita jadikan sebagai momentum yang baik untuk kembali ke ajaran
tauhid yang menyerukan untuk saling bersatu, menjaga tali silaturahi dan persaudaraan.
Menjadi seorang muslin yang senangtiasa menjaga keharmonisan diantara sesama umat
islam, tidak perduli apapun mazhabnya, apapun organisasinya tidak hanya karena sebuah
kedamaian tapi karena suatu keharusan. Marilah kita saling memaafkan dengan mengibarkan
bendera perdamaian (as-Salam) sembari berdoa:







"Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Damai. Dari-Mu bersumber kedamaian, Kepada-Mu
Kembali Kedamaian. Tuhan kami, Hidupkanlah kami dengan penuh kedamaian dan
masukkanlah kelak kami ke surga, negeri yang penuh kedamaian. Engkau pemelihara kami,
"lagi pemilik keagungan dan kemuliaan.

.

.







KHUTBAH KEDUA


( )3 ( )4
.





.


.



.



.












.








.


.

. !

You might also like