You are on page 1of 5

Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal.

20-24

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG
Dina Agustina 1), Edwin Musdi2), Ahmad Fauzan3)
1
) FMIPA UNP : email: dinagustina31@gmail.com
2,3
)Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP

Abstract

Mathematical problem-solving skills of students in class VIII SMP Negeri 7 Padang did not develop optimally yet. It
happened because the learning process was teacher center. In addition, teachers have not given attention yet to the aspects
that support the students problem-solving skills. This problem solved by implementation problem-solving strategies. The
goal of this research is to know the increasing of mathematical problem solving skills after implementation problem-solving
strategies and describe the development of mathematical problem solving skills of students of grade VIII SMP Negeri 7
Padang along the implementation of problem-solving strategies. The result of this research showed that mathematical
problem solving skills of students after implementation problem-solving strategies is better than before implement problem-
solving strategies. Generally, problem-solving strategy has a positive effect to problem-solving skills especially to the
aspect of understanding the problem and planning of problem solving.

Keywords problem-solving strategies, mathematical problem solving skills

PENDAHULUAN bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan


matematika [1]. Menurut Bell, pemecahan masalah
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang merupakan kegiatan yang penting dalam pembelajaran
diajarkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari matematika, karena kemampuan pemecahan masalah
pendidikan dasar, menengah sampai ke perguruan yang diperoleh dalam suatu pembelajaran matematika
tinggi. Dengan mempelajari matematika seseorang pada umumnya dapat ditransfer untuk digunakan dalam
diharapkan dapat berpikir logis, sistematik, kritis, memecahkan masalah lain [2]. Hal ini sejalan dengan
analitik, dan kreatif serta memiliki kemampuan dalam National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)
memecahkan suatu permasalahan matematika ataupun bahwa pemecahan masalah seharusnya menjadi fokus
bidang lainnya. utama pada pelajaran matematika di sekolah [3].
Pembelajaran matematika bertujuan agar peserta Menurut Wardhani pemecahan masalah adalah
dapat mengembangkan sikap, pemahaman dan proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh
keterampilannya yang sesuai dengan karakteristik sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal
matematika sebagai berikut; (1) siswa diharapkan dapat [4]. Hal ini sejalan dengan pendapat Gagne dalam
berpikir kritis, logis, analitik dan kreatif, menghargai Wena, pemecahan masalah adalah suatu proses untuk
kegunaan matematika dalam kehidupan yang menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat
ditunjukkan dengan tumbuhnya rasa ingin tahu, diterapkan dalam upaya mengatasi situasi baru.
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, Pemecahan masalah tidak sekedar sebagai bentuk
ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah
kehidupannya sehari-hari, (2) siswa diharapkan agar dikuasai, namun pemecahan masalah merupakan proses
dapat memahami konsep matematika, menjelaskan untuk mendapatkan seperangkat aturan pada tingkat
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikannya dalam yang lebih tinggi [5]. Berdasarkan pendapat tersebut,
kegiatan pemecahan masalah, (3) siswa diharapkan disimpulkan pemecahan masalah adalah proses
dapat memecahkan masalah, dan mengkomunikasikan penerapan pengetahuan yang telah dimiliki untuk
gagasan serta budaya bermatematika menggunakan menemukan aturan-aturan kedalam situasi yang baru.
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun dapat dilihat dari indikator berikut; (1) memahami

20
Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal. 20-24

masalah, (2) merencanakan penyelesaian, (3) dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Jika rencana
menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan (4) penyelesaian telah disusun, barulah permasalahan
memeriksa kembali. tersebut bisa diselesaikan sesuai dengan rencana.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada Terakhir, diperlukan pemeriksaan kembali proses
tanggal 31 Agustus sampai dengan 13 September 2013 penyelesaian yang telah dilakukan untuk memastikan
di kelas VIII.1 SMP Negeri 7 Padang menunjukkan kebenaran jawaban yang diperoleh.
pernyataan di atas belum sesuai dengan kenyataan Berdasarkan penjelasan tersebut, permasalahan
dilapangan. Hal ini terlihat dari proses pembelajaran yang dibahas adalah (1) apakah kemampuan pemecahan
yang terjadi adalah guru menjelaskan konsep materi masalah matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 7
yang dipelajari dan memberikan contoh soal, kemudian Padang setelah penerapan strategi pemecahan masalah
memberikan latihan. Proses pembelajaran cenderung lebih baik daripada sebelum diterapkan strategi
berpusat pada guru. Siswa dengan cepat dapat pemecahan masalah? dan (2) bagaimana perkembangan
menyelesaikan soal latihan yang bersifat rutin, namum kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas
pada soal non rutin atau soal yang membutuhkan VIII SMP Negeri 7 Padang selama diterapkannya
pemahaman yang lebih siswa kebingungan untuk strategi pemecahan masalah?. Tujuan dari penelitian ini
menyelesaikannya. Jadi, siswa belum terbiasa adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan
menggunakan dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP
pemecahan masalah matematis yang dimiliki. Salah Negeri 7 Padang setelah penerapan strategi pemecahan
satu upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah dan mendeskripsikan perkembangan
permasalah tersebut adalah dengan menerapkan strategi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas
pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan VIII SMP Negeri 7 Padang selama diterapkannya
pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP strategi pemecahan masalah.
Negeri 7 padang. Hipotesis penelitian ini adalah kemampuan
Menurut Suherman, strategi pemecahan masalah pemecahan masalah metematis siswa kelas VIII SMP
merupakan salah satu cara mengembangkan Negeri 7 Padang setelah penerapan strategi pemecahan
kemampuan pemecahan masalah matematis dengan masalah lebih baik daripada sebelum diterapkan strategi
menyediakan pengalaman pemecahan masalah yang pemecahan masalah. Indikator kemampuan pemecahan
memerlukan strategi-strategi yang berbeda dari suatu masalah matematis yang digunakan adalah memahami
masalah ke masalah lainnya [6]. Adapun 11 strategi masalah, merencanakan penyelesaian, dan
yang dikemukakan dalam Suherman, yaitu acting out menyelesaikan masalah sesuai rencana.
the problem, membuat gambar atau diagram,
menemukan pola, membuat tabel, memperhatikan METODE
semua kemungkinan secara sistematik, tebak dan
periksa, strategi kerja mundur, menentukan apa yang Penelitian ini merupakan gabungan penelitian
diketahui, apa yang ditanyakan, dan informasi yang pra-eksperimen dan deskriptif. Rancangan penelitian
diperlukan, menggunakan kalimat terbuka, yang digunakan adalah One Group Pretest-Posttest
menyelesaikan masalah yang mirip atau masalah yang Design [7]. Rancangan tersebut digambarkan pada
lebih mudah dan mengubah sudut pandang [5]. Dengan Tabel 1 berikut:
strategi ini diharapkan siswa mampu memecahkan TABEL 1
RANCANGAN PENELITIAN
permasalahan matematika tidak hanya dengan satu cara
Pretest Treatment Posttest
melainkan dengan banyak cara penyelesaian.
T1 X T2
Dalam penerapannya, siswa dibimbing
menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
yang dikemukan oleh Polya dalam Suherman yaitu VIII SMP Negeri 7 Padang tahun pelajaran 2013/2014.
memahami masalah, merencanakan penyelesaian, Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
menjalankan rencana, dan memeriksa kembali hasil teknik purposive sampling. Kelas VIII.1 dipilih sebagai
pekerjaan [6]. Keempat langkah tersebut merupakan kelas sampel karena pemahaman konsep bagus tetapi
suatu kesinambungan dan kesatuan yang tidak dapat rendah pada kemampuan pemecahan masalah matematis
dipisahkan. Untuk menyelesaikan suatu permasalahan sehingga dipilih siswa kelas VIII.1 sebagai kelas
matematika, seorang siswa harus mampu memahami treatment.
suatu permasalahan dengan tepat. Tanpa adanya Variabel bebas adalah strategi pemecahan
pemahaman yang benar, mereka tidak mungkin bisa masalah, sedangkan variabel terikat adalah kemampuan
menyusun rencana penyelesaian, penyusunan rencana pemecahan masalah matematis siswa. Jenis data primer
penyelesaian juga dipengaruhi oleh pengalaman siswa berupa nilai tes pemecahan masalah kemampuan

21
Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal. 20-24

pemecahan masalah matematis. Data sekunder berupa Pada Tabel 3 terlihat bahwa rata-rata skor yang
data jumlah siswa yang diperoleh dari tata usaha SMP tertinggi terjadi pada kuis II yaitu 2,73 dan yang
Negeri 7 Padang. terendah terjadi pada kuis V yaitu 2,47. Rata-rata skor
Prosedur penelitian dibagi atas tiga tahap yaitu kuis untuk setiap pertemuan berfluktuasi. Peningkatan
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. dan penurunan ini disebabkan oleh perbedaan tingkat
Instrumen penelitian ini adalah tes yang diberikan di kesulitan soal yang diberikan pada masing-masing kuis.
awal dan di akhir pembelajaran serta kuis. Data yang Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
terkumpul dianalisis secara deskriptif dan menggunakan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
uji-t. pertemuan pertama. Rata-rata kemampuan pemecahan
HASIL DAN PEMBAHASAN masalah pada pretest masih tergolong rendah. Namun,
Berdasarkan hasil penelitian di kelas VIII.1 SMP kemampuan pemecahan masalah siswa meningkat
Negeri 7 Padang dengan materi lingkaran. Peningkatan setelah diterapkan strategi pemecahan masalah. Hal ini
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat disebabkan karena strategi pemecahan masalah
dilihat pada Tabel 2 berikut. membantu siswa mengembangkan kemampuan
TABEL 2 pemecahan masalahnya dengan menyediakan
HASIL PRETEST-POSTTEST KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA
pengalaman pemecahan masalah melalui strategi-
Data Skor Max
strategi yang berbeda dari suatu masalah ke masalah
Pretest 45 45 8 23,29 10,76
lain, sehingga terjadi peningkatan pada pertemuan II.
Posttest 45 45 17 36,07 8,02
Berikut ini dideskripsikan persentase siswa yang
Pada Tabel 2 rata-rata nilai pada posttest lebih
memperoleh skor tetap, meningkat, menurun, dan
tinggi daripada pretest. Ditinjau dari simpangan
berfluktuasi selama diterapkannya strategi pemecahan
bakunya, simpangan posttest lebih rendah dari pretest.
masalah yang terlihat pada Tabel 4.
Hal ini menunjukkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah pada posttest lebih seragam TABEL 4
dibandingkan pretest. Perolehan nilai minimal posttest PERSENTASE SISWA YANG MEMPEROLEH SKOR TETAP, MENINGKAT,
lebih tinggi dari pada pretest. MENURUN, DAN BERFLUKTUASI
Pengujian hipotesis statistik dilakukan dengan
menggunakan uji-t. Dari hasil perhitungan diperoleh Indikator Persentase
No
Pemecahan Skor Skor Skor Skor
thitung=7,86 > ttabel=1,701 untuk . Karena thitung> .
Masalah Tetap Meningkat Menurun Berfluktuasi
ttabel maka H0 ditolak, sehingga hipotesis penelitian Memahami
diterima. Disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan 1 37,93 34,48 3,45 24,14
Masalah
masalah metematis siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Merencanakan
2 10,34 24,14 0 65,52
Padang setelah penerapan strategi pemecahan masalah Penyelesaian
lebih baik daripada sebelum diterapkan strategi Menyelesaikan
pemecahan masalah. 3 Masalah Sesuai 10,34 6,90 0 82,76
Rencana
Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan pada Rata-rata 19,54 21,84 1,15 57,47
pretest-posttest dan kuis diperoleh data perkembangan
Siswa yang memperoleh skor tetap adalah siswa
kemampuan pemecahan masalah matematis pada setiap
yang skornya tetap untuk setiap pertemuan. Skor tetap
pertemuan seperti yang terdapat pada Tabel 3 berikut.
TABEL 3
yang diperoleh siswa yaitu cenderung pada skor 3. Skor
HASIL PERKEMBANGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH meningkat adalah siswa yang skornya mengalami
MATEMATIS SISWA peningkatan setiap pertemun, skor menurun adalah
Indikator Pertemuan siswa yang mengalami penurunan skor setiap
Pemecahan II III IV V VI pertemuan, dan skor berfluktuasi adalah siswa yang
No I VII
Masalah Kuis Kuis Kuis Kuis Kuis
Matematis
(Pretest)
I II III IV V
(Posttest) skornya mengalami peningkatan dan penurunan setiap
Memahami pertemuan. Pada Tabel 4 terlihat sebagian besar siswa
1 2,47 2,97 2,96 2,79 2,96 3 2,94
Masalah (57,47%) skornya berfluktuasi dan sedikit (1,15%) yang
Merencanakan skornya menurun, artinya siswa cenderung memperoleh
Penyelesaian skor yang meningkat dan menurun selama
2 1,17 2,59 2,79 2,66 2,54 2,55 2,18
Sesuai
Rencana diterapkannya strategi pemecahan masalah. Hal ini
Menyelesaikan terjadi karena siswa masih dalam proses belajar untuk
3 1,02 2,38 2,43 2,41 2,42 1,86 2,09
Masalah mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
Total Skor 4,67 7,94 8,18 7,86 7,92 7,41 7,21 Adapun indikator pemecahan masalah matematis
Rata-rata Skor 1,55 2,65 2,73 2,62 2,64 2,47 2,4
yang digunakan adalah: (1) memahami masalah, (2)
Jumlah Siswa 28 29 28 29 26 29 28

22
Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal. 20-24

merencanakan penyelesaian, dan (3) menyelesaikan sudah ada peningkatan dengan dengan kategori sangat
masalah sesuai rencana. memuaskan. Namun, terjadi penurunan pada pertemuan
Persentase perkembangan kemampuan siswa VII dengan 42,86% siswa yang hanya berada pada
memahami masalah berdasarkan kategori perolehan kategori memuaskan. Peningkatan pada indikator
skor dapat dilihat pada Tabel 5. merencanakan penyelesaian yang dialami siswa
TABEL 5 disebabkan oleh pembelajaran dengan strategi
PERSENTASE PERKEMBANGAN KEMAMPUAN SISWA MEMAHAMI
pemecahan masalah membimbing siswa untuk
MASALAH
menemukan sendiri suatu konsep, sehingga
Pertemuan Banyak Persentase memudahkan siswa mengingat dan menerapkan sendiri
Siswa Skor Skor Skor Skor konsep tersebut dalam menyelesaikan masalah.
3 2 1 0 Siswa dikatakan mampu menyelesaikan masalah
I 28 50 46,43 3,57 0 apabila mampu menjalankan prosedur yang tepat dan
II 29 96,55 3,45 0 0 lengkap serta memperoleh solusi yang tepat. Berikut ini
III 28 96,43 3,45 0 0 persentase perkembangan kemampuan siswa dalam
IV 29 79,31 20,69 0 0 meyelesaikan masalah sesuai rencana dapat dilihat pada
V 26 96,15 3,45 0 0 Tabel 7.
VI 29 100 0 0 0 TABEL 7
VII 28 96,43 3,57 0 0 PERSENTASE SISWA MENYELESAIKAN MASALAH SESUAI RENCANA
Rata-rata 87,84 11,65 0,51 0
Pertemuan Banyak Persentase
Siswa yang memperoleh skor 3 dikategorikan pada Siswa Skor 3 Skor 2 Skor 1 Skor 0
tingkat superior atau sangat memuaskan, skor 2 pada I 28 10,71 17,86 32,14 39,29
tingkat memuaskan, skor 1 kategori kurang memuaskan, II 29 58,62 20,69 20,69 0
III 28 50 42,86 7,14 0
dan skor 0 adalah tidak memuaskan. Berdasarkan Tabel
IV 29 65,52 10,34 24,14 0
5 persentase skor tertinggi dalam memahami masalah
V 26 65,38 19,23 7,69 7,69
adalah pada skor 3 dengan kategori sangat memuaskan. VI 29 34,48 20,69 41,38 3,45
Selain itu, pada setiap pertemuan semakin banyak siswa VII 28 35,71 39,29 17,86 7,14
yang mendapatkan skor 3. Pada pertemuan VI kategori Rata-rata 45,78 24,42 21,58 8,22
untuk indikator memahami masalah matematis siswa
adalah sangat memuaskan dengan persentase 100%. Hal Pada Tabel 7 diketahui bahwa pada pertemuan I
ini berarti semua siswa sudah mampu memahami sebanyak 39,29% siswa berada pada tingkat tidak
masalah yang diberikan dengan kategori sangat memuaskan. Pada pertemuan II-V tampak adanya
memuaskan. peningkatan perolehan skor siswa, yaitu sebagian besar
Persentase perkembangan kemampuan siswa siswa berada pada kategori sangat memuaskan untuk
dalam merencanakan penyelesaian dapat dilihat pada indikator menyelesaikan masalah sesuai rencana.
Tabel 6. Namun, terjadi penurunan pada pertemuan VI dan VII.
Pada pertemuan VI sebanyak 41,38% berada pada
TABEL 6
PERSENTASE SISWA UNTUK SETIAP SKOR MERENCANAKAN kategori kurang memuaskan dan pertemuan VII
PENYELESAIAN sebanyak 39,29% dengan kategori memuaskan.
Pertemuan Banyak Persentase Berdasarkan analisis hasil kuis untuk persentase
Siswa Skor 3 Skor 2 Skor 1 Skor 0 kemampuan pemecahan masalah untuk indikator
I 28 10,71 17,86 46,43 25 memahami masalah, diperoleh 87,84% siswa berada
II 29 68,97 20,69 10,34 0 pada kategori sangat memuaskan. Pada indikator
III 28 78,57 17,86 7,14 0 merencanakan penyelesaian 55,32% siswa berada pada
IV 29 68,97 27,59 3,45 0 kategori sangat memuaskan dan 26,84% pada kategori
V 26 69,23 23,08 0 7,69 memuaskan. Pada indikator menyelesaikan masalah
VI 29 58,62 37,93 3,45 0 sesuai rencana 45,78% siswa berada pada kategori
VII 28 32,14 42,86 17,86 0 sangat memuaskan dan 24,42% berada pada kategori
Rata-rata 55,32 26,84 12,67 4,67
memuaskan. Jadi dapat disimpulkan strategi pemecahan
masalah berpengaruh positif terhadap kemampuan
Pada Tabel 6 terlihat ahwa pada pertemuan I pemecahan masalah pada aspek memahami masalah dan
sebanyak 46,43% siswa berada pada kategori kurang merencanakan penyelesaian.
memuaskan dan hanya 10,71% siswa yang berada pada Adapun keterbatasan penelitian adalah soal
kategori sangat memuaskan. Pada pertemuan II-VI pretest dan postest yang diujikan adalah soal tes yang

23
Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal. 20-24

sama. Menyusun soal tes yang berbeda harus strategi pemecahan masalah yang dipilih dengan materi
memperhatikan tingkat kesulitan soal dan waktu yang diajarkan.
digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut harus
sama. Jadi, untuk membuat tes yang berbeda merupakan SIMPULAN DAN SARAN
hal yang sulit karena harus mempertimbangkan tingkat
kesulitan dan waktu penyelesaian soal yang sama Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
sehingga dalam penelitian digunakan soal yang sama maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa:(1)
untuk pretest dan postest. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas
Siswa yang memperoleh skor sempurna untuk VIII SMP Negeri 7 Padang setelah penerapan strategi
merencanakan dan menyelesaikan masalah maka akan pemecahan masalah lebih baik daripada sebelum
memperoleh skor sempurna untuk memahami masalah diterapkan strategi pemecahan masalah, (2) Strategi
atau siswa yang mampu memahami masalah dan pemecahan masalah berpengaruh positif terhadap
menyelesaikan rencana dengan sempurna akan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
memperoleh skor yang sempurna juga untuk terutama pada aspek memahami masalah dan
merencanakan penyelesaian. Namun, saat melakukan merencanakan penyelesaian
penskoran ditemukan siswa memperoleh skor belum Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan
sempurna untuk memahami masalah, namun untuk kepada; (1) guru dapat menjadikan strategi pemecahan
merencanakan dan menyelesaikan rencana siswa masalah sebagai variasi dalam pembelajaran
memperoleh skor yang sempurna dan juga siswa belum matematika, (2) peneliti selanjutnya, agar
sempurna untuk merencanakan penyelesaian, namun dapatmenjadikan skripsi ini sebagai pedoman untuk
untuk memahami masalah dan menyelesaikan rencana melanjutkan penelitian ke permasalahan dan pokok
memperoleh skor sempurna. Oleh karena itu, penskoran bahasan yang lain.
yang dilakukan terhadap hasil tes siswa sesuai dengan
rubrik yang digunakan. REFERENSI
Ada sebelas strategi pemecahan masalah yaitu
acting out the problem, membuat gambar atau diagram, [1] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi
Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Tidak
menemukan pola, membuat tabel, memperhatikan
Diterbitkan.
semua kemungkinan secara sistematik, tebak dan [2] Bell, F. 1981. Teaching and Learning Mathematics (In
periksa, strategi kerja mundur, menentukan apa yang Secondary School). Lowa:WC.Brown Co.
diketahui, apa yang ditanyakan, dan informasi yang [3] Sobel, A. Max. 2004. Mengajar Matematika. Jakarta: Erlangga.
[4] Wardhani, Sri. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan
diperlukan, menggunakan kalimat terbuka,
Masalah Matematika di SMP. Yogyakarta: Pusat
menyelesaikan masalah yang mirip atau masalah yang Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga
lebih mudah dan mengubah sudut pandang. Namun, Kepeniikan Matematika.
pada penelitian ini hanya diterapkan enam strategi saja [5] Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemperor. Jakarta: Bumi Aksara.
yaitu acting out the problem, membuat gambar atau
[6] Suherman, Herman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika
diagram, menemukan pola, membuat tabel, tebak dan Kontemporer Edis Revisi. Universitas Pendidikan Indonesia.
periksa (guess and check), dan strategi kerja mundur. [7] Suryabrata, Sumadi. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT
Hal ini dikarenakan harus adanya kesesuaian antara Raja Grafindo Persada.

24

You might also like