You are on page 1of 17

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Volume 13, Nomor 1, Juni 2012, hlm.96-112

UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN PADA PETANI


MENGGUNAKAN MODEL TINDAKAN KOLEKTIF
KELEMBAGAAN PERTANIAN

Bondan Satriawan dan Henny Oktavianti


Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura
Jalan Raya Telang Po.Box 2 Kamal Bangkalan Madura. Telepon (031) 3013483
E-mail: bs_enduro1978@yahoo.com

Diterima 23 September 2011 / Disetujui 18 Mei 2012

Abstract: The objective of this study is to find way to reduce poverty rate of farmer by looking
for the most suitable farm institutions that could be applied nationally. By doing so, this study
analyzes, first, poverty condition of farmer through social-cultural approach in order to find
the root causes of the farmer poverty. Secondly, this study will analyze current farm institu-
tions. Finally, this study will synthesize the findings and proceed with alternative policies that
are based on collective actions to overcome the poverty problem for the farmer. ZOPP (Zielo-
rientierte Projektplanung-Objective Oriented Project Planning) and collective action model
are used as the main method of analyze. This study finds that there are eleven root causes of
farmer poverty. Furthermore, this study suggest the existence of: market creation, activating
and assisting KUT (Farmer Business Union) as well as Gapoktan (Farmer Club), and pro-
viding a pilot field for farming for every village.
Keywords: poverty reduction, collective action, farmer groups, agricultural institutions

Abstrak: Studi ini bertujuan untuk mencari cara mengurangi tingkat kemiskinan pada
petani melalui penciptaan institusi pertanian yang paling sesuai bagi petani dan bisa diapli-
kasikan secara nasional. Dalam rangka mencapai tujuannya, pertama, dilakukan analisis
kemiskinan petani melalui pendekatan sosio-kultural untuk mengidentifikasi akar kemiskinan
pada petani. Kedua, dilakukan analisis terhadap institusi pertanian yang ada. Terakhir, dila-
kukan sintesa temuan-temuan yang dilanjutkan dengan identifikasi kebijakan alternatif ber-
dasarkan tindakan kolektif dalam rangka memecahkan masalah kemiskinan pada petani.
ZOPP (Zielorientierte Projektplanung-Objective Oriented Project Planning) dan model tin-
dakan kolektif digunakan sebagai metode analisis utama dalam studi ini. Studi ini menemukan
ada sebelas akar penyebeb kemiskinan pada petani. Studi ini juga menyarankan adanya: pen-
ciptaan pasar, pembentukan dan pengaktifan KUT (Kelompok Usaha Tani) serta Gapoktan,
dan penyediaan lahan percontohan bagi kelompok tani disetiap desa.
Kata kunci: pengurangan kemiskinan, tindakan kolektif, kelompok tani, institusi pertanian

PENDAHULUAN terdapat indikasi kuat bahwasanya meskipun


terdapat kecenderungan positif dalam penang-
gulangan kemiskinan, tetapi ternyata implikasi-
Kemiskinan merupakan isu yang akan tetap
nya belum seperti yang diharapkan (Kuncoro,
relevan untuk dibahas karena telah menjadi
2008). Saat ini kemiskinan di Indonesia masih
agenda penting, baik di Indonesia maupun di
cukup tinggi mencapai 32,53 juta penduduk.
dunia internasional. Secara konseptual kemis-
16,68 persen di antara penduduk miskin terse-
kinan diposisikan sebagai isu ekonomi dan isu
but berada di provinsi Jawa Timur yang dija-
sosial (Yustika, 2007). Pada tahun 20022007,
dikan studi kasus dalam penelitian ini.
Penduduk Indonesia sebagian besar meng- rio et. al. (2004) satu individu masyarakat secara
gantungkan penghidupannya di sektor perta- alami akan cenderung memilih melakukan aksi
nian, yaitu sebesar 41,18 persen dari total jum- bersama dengan individu lain ketika mereka
lah penduduk Indonesia yang bekerja (BPS, merasa ada kesamaan dalam hal tujuan yang
2009). Demikian pula dengan Jawa Timur yang ingin dicapai dan ketika merasa ada ketidak-
menjadi lokasi penelitian dalam penelitian ini. pastian serta resiko yang dihadapi jika bergerak
Dari jumlah penduduk Jawa Timur yang beker- sendirian. Dengan demikian, transformasi mo-
ja, yaitu sebanyak 19.305.000 orang, 42,9 persen dal sosial ke dalam tindakan kolektif menjadi
bekerja di sektor pertanian (BPS Jatim, 2009). bermanfaat sebagai faktor penting untuk mem-
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga pengaruhi dan menentukan bentuk keputusan
kerja yang terserap didominasi oleh sektor per- dasar, termasuk juga pengaturan kelembagaan
tanian.
pertanian yang akan menjadi titik tekan dalam
Sektor pertanian di Indonesia sebagian be-
penelitian ini.
sar dibangun oleh petani. Sehingga, kesejahte-
Studi ini mempunyai beberapa tujuan, an-
raan petani harus menjadi perhatian karena
tara lain: pertama, menganalisis berbagai penye-
pertanian merupakan sektor pendukung keta-
bab kemiskinan pada petani, sehingga melalui
hanan pangan nasional. Strategi penanggulang-
analisis pertama tersebut akan dapat diketahui
an kemiskinan di Indonesia didasarkan pada
mengapa petani sebagai salah satu aktor pe-
argumentasi bahwa dengan pertumbuhan eko-
nyedia kebutuhan pangan masih hidup di
nomi yang tinggi, kemiskinan akan dapat ber-
bawah garis kemiskinan. Berdasarkan hasil
kurang melalui mekanisme efek tetesan ke ba-
observasi tersebut, maka dapat melangkah ke
wah (trickle down effect), namun program ini be-
tahap selanjutnya dengan mengerucutkan inti
lum mencapai hasil yang diharapkan (Astuti
permasalahan dan merekomendasikan sebuah
dan Musiyam, 2009). Banyak faktor yang mem-
alternatif kebijakan berbasis tindakan kolektif
pengaruhi masih tingginya angka kemiskinan,
(collective action). Kedua, melalui studi ini akan
terutama pada petani. Faktor kultur dan struk-
diketahui bagaimana sistem kelembagaan per-
tural kerap kali dilihat sebagai elemen penting
tanian yang berlangsung selama ini. Output
yang menentukan tingkat kemakmuran dan
yang akan dicapai dalam analisis kedua ini
kesejahteraan masyarakat (Hasibuan, 1993). Sa-
adalah sebagai upaya perbaikan kelembagaan
lah satu hal yang perlu dianalisis adalah pola
pertanian atau rekomendasi restrukturisasi ke-
kehidupan petani. Pola tersebut sangat dipe-
lembagaan pertanian (skema kelembagaan per-
ngaruhi oleh faktor kultur dan struktural yang
tanian yang tepat). Pendekatan kelembagaan
dapat menentukan tingkat kemakmuran dan
diperlukan sebagai pondasi kelembagaan eko-
kesejahteraan petani. Faktor kultural dan struk-
nomi yang mapan untuk menyediakan pem-
tural ini sering digunakan sebagai acuan modal
buat kebijakan serta mendesain kesepakatan
sosial (social capital) untuk melihat suatu per-
kelembagaan bagi pertumbuhan dan pemba-
masalahan didasarkan pada apa yang dimiliki
ngunan (Yustika, 2006).
suatu komunitas. Menurut Fukuyama (1995)
Secara lebih spesifik, pertanyaan yang
modal sosial adalah kapabilitas yang muncul
ingin dijawab dalam studi ini adalah: apakah
dari kepercayaan umum di dalam sebuah ma-
penyebab kemiskinan pada petani?; bagaimana
syarakat atau di bagian-bagian tertentu dari-
bentuk dan pengaruh tindakan kolektif (collec-
nya. Modal sosial merujuk pada hubungan ke-
tive action) dalam lingkaran kemiskinan pada
percayaan, kebersamaan dan pertukaran, atur-
petani?; program-program apa saja yang diper-
an dan norma bersama, keterkaitan, dan jaring-
lukan dalam rangka mengurangi cakupan ke-
an di dalam masyarakat memungkinkan setiap
miskinan dan tingkat kemiskinan pada petani?;
anggota masyarakat melakukan tindakan ko-
serta kebijakan-kebijakan apa saja yang kiranya
lektif (collective action) dan mengamankan sum-
paling diperlukan dalam rangka mengurangi
berdaya penting yang lain. Menurut DiGrego-
cakupan dan tingkat kemiskinan pada petani?

Upaya Pengentasan Kemiskinan (Bondan dan Henny) 97


METODE PENELITIAN but. (4) Analisis keterhubungan antarkelompok
berkenaan dengan unsur yang ada, sehingga
dapat diketahui ada-tidaknya benturan kepen-
Metode Analisis
tingan (konflik) antarkelompok.
Penelitian ini menggunakan metode analisis
ZOPP (Zielorientierte Projektplanung) atau me- Analisis Masalah
tode Perencanaan Proyek yang Berorientasi Tu- Langkah-langkah analisis masalah dibuat
juan. ZOPP dikembangkan sebagai metode bagi menggunakan teknik diskusi secara brainstorm-
perencanaan proyek, tetapi dalam perkembang- ing. Adapun bentuk langkah-langkah tersebut
annya di Indonesia, sejak tahun 1988 ZOPP juga adalah: (1) Merumuskan masalah utama yaitu
dikembangkan dalam proses perencanaan pem- kemiskinan petani dan selanjutnya merumus-
bangunan daerah. kan berbagai macam masalah penyebab kemis-
Inti dari metode ZOPP adalah Matrik Pe- kinan petani, (2) Membuat pohon masalah, dan
rencanaan Program. Matrik tersebut akan mem- (3) Membuat matrik masalah dengan mela-
berikan informasi secara ringkas, antara lain kukan analisis keterhubungan antarmasalah.
mengenai: mengapa program tersebut perlu di-
buat, apa yang ingin dihasilkan oleh program- Analisis Tujuan
program tersebut, bagaimana program tersebut
akan bekerja untuk mencapai hasil-hasil yang Analisis tujuan merupakan teknik meneliti tu-
diinginkan tersebut, faktor-faktor lingkungan juan-tujuan yang diharapkan dapat dicapai se-
mana saja yang perlu diawasi demi keberha- bagai akibat dari pemecahan masalah yang te-
silan program, bagaimana keberhasilan suatu lah disebutkan dalam analisis masalah. Sehing-
program dapat dinilai secara obyektif, serta dari ga pada tahap ini akan diperoleh pohon tujuan
mana data-data yang diperoleh untuk mengha- (objectives tree). Langkah-langkah analisis tujuan
silkan suatu program secara obyektif (Branta- didasarkan pada pohon masalah dan matrik
kusumah, 2004). masalah.
Penggunakan metode ZOPP menyangkut
beberapa langkah analisis yang dilakukan seca- Analisis Alternatif dan Penentuan Prioritas
ra bertahap dalam penelitian ini, antara lain: Analisis alternatif dan prioritas dimaksudkan
participation analysis (analisis partisipatif), pro- untuk mendapatkan program-program yang
blem analysis (analisis masalah), objectives analy- sifatnya prioritas berdasarkan penilaian terha-
sis (analisis tujuan), discussion of alternatives dap seluru program yang ada. Analisis ini
(analisis alternatif dan penentuan prioritas), menggunakan kriteria atau pembobotan terten-
dan protect planning matrix (yang mencakup 4 tu atas masing-masing program. Penganalisisan
tahap). pada tahap ini didasarkan pada hasil analisis
tujuan. Selanjutnya memasukkan program-pro-
Analisis Partisipatif gram hasil analisis ke dalam matrik pemilihan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam anali- program.
sis partisipatif antara lain: (1) Identifikasi nama- Selanjutnya berdasarkan matrik pemilihan
nama kelompok dan lembaga di pandang ber- program tersebut akan diperoleh program-pro-
kepentingan, dan memiliki posisi yang atau gram yang diprioritaskan. Apabila telah diper-
dapat dipengaruhi dalam masalah kemiskinan oleh daftar program yang dijadikan prioritas,
petani. (2) Mendeskripsikan unsur-unsur ke- perlu dilakukan pengujian kedua untuk mene-
pentingan, harapan, kekhawatiran, potensi, dan gaskan program mana yang akan dijadikan
kelemahan atau hambatan yang dialami. (3) program utama dan harus segera diwujudkan.
Melakukan analisis terhadap unsur-unsur ke- Uji kedua ini dilakukan berdasarkan penilaian
pentingan/harapan, kekhawatiran, potensi, dan kriteria yang telah ditentukan. Proses uji kedua
kelemahan serta implikasi yang mungkin akan dilakukan menggunakan alat analisis alternatif
muncul dari setiap kelompok masyarakat terse- pemilihan pendekatan program. Sehingga pe-

98 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112


neliti harus membuat matrik pemilihan pende- carai adalah: petani, pedagang, buruh tani, ma-
katan program. syarakat, aparat, personal KUD/KUT, dan lain-
lain). (2) Kuesioner (angket). Sekitar 400 petani
Matrik Perencanaan Proyek (Project menjadi responden dalam studi ini. (3) Studi
planning matrix/PPM) lapang (field research). Data diharapkan diper-
oleh dari: penduduk, petani, pedagang, buruh
Matrik perencanaan proyek digunakan untuk
tani, pejabat, pengusaha, lembaga terkait (se-
menggambarkan ringkasan rancangan program
perti KUD & KUT). (4) Studi dokumentasi. Data
yang telah dibuat dalam bentuk matrik dengan
diharapkan dapat diperoleh dari: BPS (terutama
memperhatikan asumsi-asumsi, sumber pem-
Jatim yang dijadikan lokasi studi kasus), Pro-
buktian serta indikator untuk setiap tujuan
vinsi dalam angka, dan lain-lain. (5) Survey/ob-
yang ingin dicapai. Matrik perencanaan proyek
servasi/pengamatan langsung. (6) Focus Group
atau juga dapat disebut sebagai kerangka kerja
Discuss (FGD). (7) Community Group Inter-
logis.
view
Untuk mengisi matrik di atas, ada 4 (em-
Teknik pengumpulan data poin (5) sampai
pat) tahapan, sebagai berikut:
(7) akan dilakukan di 11 kabupaten/kota yang
(1) Tahap 1: Pengisian lajur 1 (purpose). Kolom
mewakili di krovinsi Jawa Timur. Hal-hal yang
lajur 1 memberikan rangkuman deskriptif ten-
dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi terse-
tang tujuan progam dan upaya pencapaian tu-
but adalah adanya kesesuaian data (kontribusi
juan. (2) Tahap 2: Pengisian lajur 4 (assumptions)
sektor pertanian pada PDRB, penduduk yang
Maksud penetapan asumsi-asumsi adalah un-
mayoritas sebagai petani dan hal-hal terkait
tuk menilai tingkat resiko pencapaian tujuan
lainnya) dengan topik yang akan menjadi fokus
dari pelaksanaan kegiatan serta mengurangi
penelitian. Adapun kabupaten/kota yang di-
resiko yang masih ada dalam peaksanaan pro-
maksud adalah: kabupaten Bangkalan, kabu-
gram. Penetapan asumsi-asumsi penting terse-
paten Sampang, kabupaten Pamekasan, kabu-
but dilakukan dengan cara menggambarkan
paten Sumenep, kabupaten Lamongan, kabu-
skema hubungan antara tujuan dan asumsi. (3)
paten Tuban, kabupaten Bojonegaro, kota Batu,
Tahap 3: Pengisian lajur 2 (objective indicators).
kabupaten Malang, kabupaten Nganjuk dan
Pada tahap ketiga adalah merumuskan dan me-
kabupaten Ngawi.
netapkan indikator-indikator untuk tujuan pro-
gram, sasaran program, hasil-hasil kerja dan
setiap asumsi. (4) Tahap 4: Pengisian lajur 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
(sumber pembuktian).
Yang dimaksud dengan sumber pembuk- Gambaran Kondisi Petani
tian pada lajur 3 adalah sumber data yang di-
Pendidikan. Hasil survei pada petani di 11 ka-
perlukan untuk mengukur tingkat pencapaian
bupaten dan kota di Jawa Timur rata-rata ber-
target yang tercantum pada indikator.
pendidikan antara SDTT (Sekolah Dasar Tidak
Tamat) hingga SLTP. Anak-anak mereka rata-
Teknik Pengumpulan Data
rata juga bersekolah hanya sampai antara SD
Penggunakan metode ZOPP yang bersifat parti- hingga SLTP, adapun yang berkesempatan
sipatif, maka perlu melibatkan masyarakat dan mengenyam pendidikan hingga SMU hanya
pihak-pihak yang berkepentingan, yang diper- sebagian kecil saja (terutama anak laki-laki).
lukan untuk memperoleh data dan informasi Kondisi pendidikan yang rendah disebabkan
secara akurat di lapangan. Data yang diguna- karena adanya anggapan masyarakat bahwa
kan dalam penelitian ini bersumber dari data pendidikan tinggi tidak terlalu berguna karena
sekunder dan data primer. pada akhirnya mereka juga akan terjun ke du-
Adapun teknik-teknik pendukung metode nia pertanian yang tidak membutuhkan ilmu
ZOPP yang akan digunakan dalam penelitian sekolahan. Walaupun anggapan tersebut sa-
ini adalah: (1) Teknik wawancara (interview). ngat salah menurut para pengamat maupun
Responden yang diharapkan dapat diwawan- ilmuwan manapun, tetapi realitas seperti itulah

Upaya Pengentasan Kemiskinan (Bondan dan Henny) 99


yang terjadi di seluruh lokasi survei di 11 kabu- kah turun, normal atau naik). Jika kondisi bu-
paten/kota di Jawa Timur. Seperti yang ditu- ruk pendapatan petani bisa minus, artinya me-
turkan oleh Ketua RT dusun Tretes kabupaten ngalami kerugian uang yang digunakan untuk
Malang (Pak To): biaya produksi tidak kembali, bahkan terjerat
Masyarakat daerah sini hampir semua lulusan SD, hutang. Karena pada umumnya petani membeli
yang sekolah sampai SMP bisa dihitung (artinya ti- benih pada Gapoktan dengan sistem hutang
dak banyak), mungkin anaknya saja yang sekolah dan dibayarkan jika sudah panen. Tohir (Ketua
sampai SMA, yang kuliah ya ada, tetapi jarang- Kelompok Tani) menuturkan:
jarang. Tapi di desa Tretes sini hampir tidak ada Saya selain mencangkul di sawah dan menggem-
(yang berpendidikan sampai perguruan tinggi). bala sapi, juga menjual pupuk, benih, serta pestisida.
Pernyataan Sulat (Petani di desa Kucur ka- Sistemnya kerjasama dengan pabrik. Petani yang
bupaten Lamongan): ikut kelompok tani saya, mengambil benih dan pu-
Masyarakat Desa sini berfikir bahwa mengenyam puk terlebih dahulu (hutang). Jika sudah saatnya
pendidikan yang tinggi tetap saja tidak dapat apa- panen, mereka yang tadinya telah mengambil benih
apa, buktinya kalau sudah lulus ya sama saja akhir- dan pupuk akan membayar tanggungannya.
nya ngarit (istilah untuk memotong rumput). Ya Kemudian penulis bertanya tentang sistem
memang tidak semuanya benar, tapi belum ada yang jaminan yang diberikan, Tohir menjawab:
membuktikan, di sini yang dapat dicontoh itu belum Caranya yaitu: pertama, saya harus melihat se-
ada. berapa besar lahannya kemudian disesuaikan dengan
Pendapatan. Hasil wawancara dengan 400 kondisi cuaca dan prediksi keberhasilannya. Nah,
petani, hampir semuanya mempunyai peker- dari situ nanti saya bisa menentukan berapa banyak
nilai input pertanian yang bisa dipinjamkan. Demi-
jaan alternatif selain petani. Pendapatan yang
kian juga kalau ada orang yang mau meminjam
diperoleh dari sektor pertanian rata-rata adalah
uang, saya lihat dahulu semuanya, tapi tidak saya
di bawah Rp750.000,-/bulan. Tambahan penda-
samakan seperti bisnis, kalau meminjamkan uang
patan dari pekerjaan alternatif dipergunakan
ikhlas, bagi saya uang akan kembali atau tidak sudah
untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-
saya ikhlaskan dulu. Karena mencari saudara itu
hari. Jenis pekerjaan alternatif petani sangat susah, tetapi kalau mencari musuh gampang.
bervariasi, sehingga besarnya pendapatan di
luar sektor pertanian juga bervariasi. Pada kutipan wawancara di atas memperli-
Kebutuhan hidup masyarakat petani me- hatkan sistem pengadaan barang untuk kebu-
mang tergolong cukup sederhana dilihat dari tuhan produksi pertanian. Petani menggunakan
pola makan dan gaya hidup. Tidak ada kehi- sistem utang untuk membeli semua kebutuhan
dupan yang terlihat mencolok. Bentuk rumah, pertanian. Walaupun terkadang untuk benih ti-
misalnya, hampir seluruh gaya rumah sama, dak boleh dibayar kemudian (hutang) semua
yang membedakan terkadang hanya luasnya tergantung kondisi pada saat transaksi berlang-
saja. Perabotnya pun sangat sederhana, hampir sung. Pertanyaannya adalah apa yang terjadi
semua memasak menggunakan kompor mi- jika gagal panen? tentu saja petani tetap harus
nyak dan tungku serta ada sebagian yang membayar hutangnya. Keadaan ini adalah sa-
menggunakan kompor gas subsidi dari peme- lah satu keadaan yang dapat memiskinkan
rintah. Makanan yang disantap setiap hari tidak petani.
menunjukkan kemewahan sama sekali. Dari empat kabupaten yang ada di Madu-
Kehidupan petani memang sangat tergan- ra, kabupaten Sumenep dan Pamekasan dido-
tung dari pendapatan mereka. Setiap harinya minasi oleh petani tembakau. Walaupun pen-
belum tentu memperoleh uang, karena waktu dapatan kotor yang dihasilkan dari penjualan
menerima pendapatan tidak pasti. Jika mereka tembakau kepada tengkulak/pengepul sangat
hanya mengandalkan hasil pertanian, maka ha- tinggi, namun keuntungan bersih yang mereka
sil yang didapatkan sangat berfluktuasi tergan- dapatkan sangat kecil. Sehingga petani temba-
tung dari keberhasilan panen, cuaca, biaya kau pun harus mencari pekerjaan lain. Rata-rata
produksi dan harga barang hasil produksi (apa- jenis pekerjaan lainnya adalah sebagai nelayan.

100 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112
Lain halnya dengan petani di kabupaten Bang- Penyebab Kemiskinan Petani dan Harapan
kalan dan kabupaten Sampang. Di dua kabu- Petani
paten tersebut di dominasi oleh petani padi Hasil diskusi melalui pendekatan in depth
skala kecil. Hasil pertanian rata-rata untuk interview dan focus group discuss kepada 250
dikonsumsi sendiri dan dijual langsung ke kios- petani di 11 kabupaten dan kota yang menjadi
kios kecil di sekitar rumah tempat tinggal mere- lokasi penelitian menunjukkan bahwa harapan
ka. Pekerjaan alternatif petani di kabupaten petani antara lain adalah: keberhasilan panen,
Sampang dan Bangkalan rata-rata adalah kerja kestabilan harga dan kelancaran input produk-
serabutan. si. Asumsi dari ketiga keadaan tersebut adalah
Contoh lain adalah pekerjaan alternatif minimalisasi kerugian. Berbagai macam kenda-
petani di kabupaten Malang. Pendapatan lain la dihadapi petani dalam rangka mewujudkan
yang diperoleh adalah pendapatan berternak harapan mereka. Kendala-kendala tersebut yang
lembu. Penghitungan pendapatan pada petani pada akhirnya dapat menjadi penyebab kemis-
yang memilki 1 (satu) ekor lembu dapat meng- kinan petani.
hasilkan rata-rata 10 (sepuluh) liter susu per Secara umum, penyebab kemiskinan di In-
hari. Petani desa Tretes rata-rata memiliki lem- donesia adalah malapraktik pembangunan aki-
bu 3-4 ekor dan harga susu Rp3000,- per liter. bat formulasi kebijakan ekonomi (sosial dan
Hanya terdapat 2 (dua) orang yang memiliki politik) yang salah. Kebijakan-kebijakan ekono-
lembu antara 10-12 ekor. Hasil perahan dijual mi yang diproduksi oleh pemerintah cenderung
ke Koperasi SAE dan diupah setiap 2 (dua) mendahulukan kepentingan pemilik modal dan
minggu sekali. Sehingga pendapatan rata-rata sektor industri/jasa ketimbang pelaku ekonomi
dari beternak lembu (dengan asumsi memiliki 3 kecil dan sektor pertanian (Oktavianti, 2007).
ekor lembu) adalah Rp1.260.000,- per 2 (dua) Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bah-
minggu. Pendapatan tersebut masih dikurangi wa penyebab kemiskinan petani dilatarbela-
biaya untuk tenaga potong rumput. 1 kuintal kangi oleh banyak hal, antara lain: kemampuan
rumput, jika menggunakan jasa ojek Rp15.000,- investasi petani yang rendah, ketergantungan
sekali angkut. Jika potong rumput mengguna- petani, ketergantungan dana, dan tidak terpe-
kan tenaga manusia upah dibayarkan setiap nuhinya kebutuhan pokok rumah tangga peta-
tahun Rp700.000,- per orang. ni.
Sudarmo (45 tahun) sebagai contoh se-
orang petani yang memiliki 3 (tiga) ekor lembu Kemampuan Investasi yang Rendah
tapi hanya 1 (satu) lembu yang berproduksi.
Timbulnya masalah rendahnya kemampuan
Lembu Sudarmo setiap harinya dapat meng-
petani dalam berinvestasi disebabkan oleh be-
hasilkan susu mencapai 12 liter per hari. Susu
berapa masalah, antara lain: penguasaan tekno-
tersebut disetorkan ke koperasi SAE setiap hari
logi pertanian yang terbatas, pengetahuan dan
dengan harga Rp3.000,- per liter dan baru
skill pertanian yang rendah, imperfect informa-
mendapat upah dari koperasi SAE setiap 2
tion, dan akses faktor produksi pertanian yang
(dua) minggu sekali. Sehingga pendapatan
rendah. Hasil survei menunjukkan bahwa pro-
Sudarmo yang bisa diprediksi setiap 2 (dua)
ses produksi pertanian sangat mengandalkan
minggu sekali kurang lebih adalah 12 liter x
kondisi cuaca, luas lahan yang dimiliki dan
Rp3000,- x 14 hari = Rp504.000,- pendapatan
ketergantungan terhadap pupuk-pupuk kimia
tersebut dikurangi biaya potong rumput jika
serta berbagaimacam pertisida dan fungisida
menggunakan tenaga orang dan ditambah bia-
untuk memberantas hama. Penggunaan pupuk
ya ojek untuk pengangkutan rumput, dimana 1
dan pertisida pun dilakukan dengan cara
kuintal rumput ongkos ojeknya Rp15.000,-.
coba-coba tanpa melalui proses riset laborato-
Dilihat dari konsistensi pendapatan, penda-
rium atau semacamnya. Jika cuaca tidak men-
patan dari pekerjaan alternatif lebih dapat
dukung, maka banyak petani-petani sayur,
diprediksi keuntungannya (lebih pasti) dari-
buah, padi, jagung, bunga, dan tembakau- yang
pada pendapatan dari sektor pertanian.
mengalami gagal panen. Pertanyaannya adalah,

Upaya Pengentasan Kemiskinan (Bondan dan Henny) 101


bagaimana jika cuaca sepanjang tahun tidak tuk tidak menjual tanamannya dan akan me-
mendukung?, apakah petani yang harus me- manfaatkannya untuk pakan ternak mereka.
nanggung kerugian terus menerus atas keadaan Nasib yang lebih buruk menimpa petani yang
tersebut. tidak memiliki lahan pribadi. Mereka yang ti-
Rendahnya pendidikan yang disandang dak mempunyai lahan biasanya menjadi buruh
oleh petani mempunyai kontribusi besar dalam tani atau adapula yang menggarap lahan milik
masalah penguasaan pengetahuan, skill dan Perhutani. Para petani memiliki kesepakatan
teknologi. Pendidikan petani antara SDTT (Se- dengan Perhutani untuk menanam pohon yang
kolah Dasar Tidak Tamat) sampai SLTP, dan ditentukan oleh Perhutani dan sebagai imbalan-
rata-rata mengenyam pendidikan SD. Rendah- nya Perhutani memberi 20 (dua puluh) kayu
nya tingkat pendidikan mereka disebabkan dari 100 (seratus) kayu yang dipanen dan mem-
oleh pandangan masyarakat yang tidak me- perbolehkan para petani untuk memanfaatkan
nempatkan pendidikan sebagai prioritas utama. yang ditanami pohon tersebut dengan sistem
Oleh karena kesadaran berpendidikan yang tumpang sari. Sehingga bagi petani yang hanya
rendah, akses untuk menguasai teknologi dan mengandalkan lahan tersebut tidak akan mem-
skill menjadi sangat sulit. peroleh hasil yang banyak, karena tugas mere-
Selain itu, informasi berkaitan dengan har- ka tidak dapat memanfaatkan lahan yang ada
ga, pasar, teknologi, iklim, dan sebagainyanya, dengan maksimal. Adapun petani yang juga
sangat sedikit sekali dimiliki oleh petani. Le- tidak mempunyai lahan sendiri atau lahan sewa
mahnya jaringan informasi yang dimiliki petani dan juga lahan pinjaman dari Perhutani, maka
terhadap tanaman apa yang sedang diproduksi akan menjadi buruh tani, yang penghasilannya
di daerah lain, juga menyebabkan kerugian pa- rata-rata Rp7.000,- sampai Rp12.000,- setiap se-
da petani. Hal tersebut dikarenakan barang tengah hari bekerja (antara jam 08.00-12.00).
pertanian akan melimpah jika sayur yang mere-
ka tanam sama. Sehingga harga barang pertani- Ketergantungan Petani
an akan turun. Kondisi imperfect information se-
Masalah-masalah yang menjadi penyebab ke-
macam ini juga menimbulkan rendahnya akses
tergantungan petani antara lain: jiwa entrepre-
input produksi kepada petani yang pada akhir-
neur yang rendah, ketersediaan modal yang
nya akan menyebabkan rendahnya kemampu-
tidak memadai, moral hazard, serta lemahnya
an investasi petani.
dukungan kelembagaan pertanian. Memang
Termasuk juga, kepemilikan lahan petani
untuk membangun pertanian dibutuhkan mo-
rata-rata kurang dari 1 ha dan hanya sebagian
bilisasi rakyat perdesaan. Mobilisasi rakyat pe-
kecil saja yang memiliki lahan 1-1,75 ha bahkan
ada beberapa petani yang tidak mempunyai desaan sendiri menuntut adanya struktur eko-
lahan sendiri dan memutuskan untuk menyewa nomi yang mendukung, misalnya prasarana
atau memanfaatkan lahan dari Perhutani de- pertanian, investasi dan sarana/prasarana
ngan sistem penanaman tumpang sari. Sempit- transportasi (Gulo, dkk; 2005). Sampai penelitian
nya lahan yang dimiliki oleh petani menyebab- ini ditulis, pemerintah telah menyediakan
kan produksi pertanian hanya sedikit, bahkan sarana kelembagaan dengan membentuk ke-
sering kali tidak bisa memenuhi kebutuhan lompok-kelompok tani di masing-masing desa,
yang diinginkan oleh tengkulak/pengepul. Jika tetapi pada kenyataanya banyak kelompok tani
terjadi demikian, maka petani tersebut tidak yang berfungsi, bahkan miskin keanggotaan.
bisa memborongkan tanamannya dan harus Jarang ditemui kelompok tani yang aktif.
menjualnya sendiri ke pasar atau menunggu Fungsi-fungsi koperasi maupun kewirausahaan
barang kali ada pembeli kecil yang mengingin- tidak muncul dalam kelompok-kelompok tani
kan tanamannya. Apabila biaya akomodasi un- yang ada. Kegiatan umum kelompok tani, rata-
tuk panen dan transportasi dirasa memberat- rata adalah arisan saja. Hal ini terjadi disebab-
kan dan tidak seimbang dengan harga penjual- kan oleh adanya moral hazard dan lemahnya du-
an, maka petani akan mengambil tindakan un- kungan kelembagaan pertanian. Buruknya sis-

102 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112
tem manajemen organisasi kelompok tani juga mereka kepada bank akan menumpuk. Demi-
memperparah kondisi kelompok tani. kian halnya dengan peminjaman kepada kope-
rasi, bedanya hanya pada segi besaran bunga.
Ketergantungan Dana Kedua, jika para petani meminjam kepada
Ketua KUT sistemnya akan berbeda. Ketua
Ketergantungan dana dialami baik oleh petani
KUT lebih mengandalkan pada kepercayaan
maupun oleh dinas pertanian sebagai pendo-
(trust), tetapi tetap memperhatikan prediksi
rong kemajuan pertanian dan kesejaheraan
keberhasilan petani peminjam. Sehingga, dalam
petani. Kondisi petani yang miskin modal dan
sistem kedua ini lebih lunak dan lebih nampak
rendahnya skill enterpreneur membuat keadaan
modal sosialnya. Tetapi, jika petani mengalami
petani pasif dan hanya menggantungkan pin-
gagal panen/kerugian, maka yang lebih ter-
jaman modal dari KUD atau lembaga keuangan
kena dampaknya adalah petani peminjam.
bank dan non-bank.
Dengan demikian kemiskinan akan kembali
Keterbatasan modal yang dimiliki petani
menimpa petani kecil. Kemiskinan menyebab-
berdampak pada kemiskinan yang diderita
kan masyarakat desa (petani) rela mengorban-
petani. Modal sangat diperlukan ketika sese-
kan apa saja demi keselamatan hidup (Scott
orang bergerak di bidang pertanian. Mereka
dalam Sahdan, 2007)
memerlukan modal untuk berbagai kebutuhan
Sedangkan ketergantungan dana dinas
proses bertani, mulai dari biaya tenaga kerja,
pertanian juga sangat terhadap alokasi anggar-
kebutuhan pupuk dan pestisida (ladang 0,25 ha
an dalam menjalankan fungsinya sebagai pihak
membutuhkan biaya 1 juta untuk sekali tanam),
yang bertanggungjawab atas kemajuan sektor
kebutuhan benih, biaya transportasi, dan lain-
pertanian dan kesejahteraan petani akan berim-
lain. Sehingga pada masa awal tanam sampai
bas pada kinerja yang kurang maksimal. Se-
dengan masa panen, petani membutuhkan mo-
hingga output program yang dihasilkan tidak
dal yang cukup besar tetapi mereka tidak bisa
maksimal. Hal ini akan sangat berpengaruh
memprediksi hasil yang akan mereka peroleh.
pada nasib petani sebagai obyek yang sangat
Oleh karena itu, petani akan memutuskan un-
terkait dengan dinas pertanian.
tuk meminjam uang ke bank jika mereka mam-
pu atau berhutang kepada ketua kelompok tani
Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Pokok
atau kepada orang yang dapat mereka pinjami.
Sistem kredit bank memang dirasa sangat Jika petani ditanya mengenai pemenuhan kebu-
memberatkan petani, karena bunga yang cukup tuhan pokok sehari-hari, dengan tegas mereka
tinggi, yakni mencapai 2 persen lebih. Sedang- menjawab cukup. Akan tetapi yang perlu
kan sistem pinjaman kepada ketua KUT diba- diteliti adalah apakah cukup berarti tidak
ngun dengan dasar kepercayaan dan asset yang hutang atau berarti ada sumber pendapatan
dimiliki petani peminjam. lain untuk memenuhi kebutuhan pokok ter-
Kurangnya modal membuat petani tidak sebut. Temuan di lapang menunjukkan bahwa
bisa melakukan proses produksi pertanian. Jika petani dapat memenuhi semua kebutuhan po-
para petani tersebut memaksa untuk tetap koknya adalah dari sumber pendapatan lain
berproduksi maka mereka harus mengupaya- (pendapatan alternatif). Hal ini disebabkan ka-
kan pengadaan biaya produksi. Oleh karena rena sektor pertanian bersifat uncertainty. Kon-
itu, kebanyakan petani menempuhnya dengan disi serba tidak pasti baik harga, pasar, panen,
jalan utang. Utang dapat mereka ajukan ke dan sebagainya- sehingga kondisi tersebut me-
bank, kepada ketua KUT atau kepada individu nyebabkan pendapatan petani dari sektor
yang dianggap mampu. Tentu saja sistem pe- pertanian sangat rendah.
minjaman di masing-masing tempat tersebut
berbeda. Pertama, jika petani meminjam kepa- Matrik Masalah
da bank maka risiko yang ditanggung adalah Keterkaitan masalah yang sudah teridentifikasi
tingginya bunga bank. Sehingga ketika mereka melalui analisis masalah, dapat diketahui lebih
mengalami gagal panen/kerugian maka utang mendalam menggunakan matriks masalah.

Upaya Pengentasan Kemiskinan (Bondan dan Henny) 103


Tabel 1. Matrik Masalah Kemiskinan Petani
Institusi Jml
Masalah akibat
KUT/Gapoktan Dinas Pertanian Perangkat Desa
Masalah penyebab Masalah Masalah Masalah
Institusi Masalah 1 2 3 4 5 6
KUT/ Akses input terbatas X X 2
Gapoktan Imperfect information X X X X 4
Ketersediaan X X 2
teknologi terbatas
Pengetahuan dan skill X X X X 4
rendah
Keterbatasan modal X X X 3
Moral hazard X 1
Ketidakstabilan harga X X 2
Uncertainty X X X X 4
Price taker X X 2
High transaction cost X X X 3
Manajemen X X X 3
organisasi buruk
Dinas SDM terbatas X X 2
pertanian Dana terbatas X X X 2
Perangkat Bukan penentu X X X 2
Desa kebijakan
Jumlah 10 6 8 4 6 4

Sumber: data primer 2010, diolah peneliti


Keterangan: 1.Kemiskinan, 2.Ketergantungan, 3.Kemampuan investasi rendah, 4.Fungsi tidak maksimal, 5.Kurang
memahami masalah petani, 6.Ketergantungan dana.

Suatu masalah dapat mempengaruhi dan/atau pemerintah yang belum propetani. Sehingga
dipengaruhi oleh masalah intinya, yaitu kemis- menyebabkan lebih banyak uncertainty. Sema-
kinan petani. Matrik masalah yang ditunjukkan kin besar uncertainty semakin besar pula resiko
oleh Tabel 1 dapat digunakan untuk memper- yang dihadapi petani. Kondisi spekulatif yang
kirakan unit/instansi yang terlibat dalam masa- tidak menguntungkan petani akan terus menja-
lah kemiskinan petani.Sehingga dapat dilaku- di keadaan yang dapat menghambat kemajuan
kan koordinasi secara intensif agar masalah sektor pertanian dan kesejahteraan petani.
kemiskinan petani dapat diatasi dengan baik. Sedangkan unit terkait yang harus menjadi
Selain itu, dapat pula ditentukan prioritas pena- prioritas untuk diperhatikan adalah kolompok
nganan untuk program yang memiliki masalah tani atau Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani)
paling banyak. dan/atau KUT (Kelompok Usaha Tani). Unit
Tabel 1 memberikan informasi bahwa ren- kelompok tani mempunyai nilai sebesar 4 un-
dahnya pendapatan petani dari sektor perta- tuk permasalahan penyebab yaitu pengetahu-
nian mempunyai nilai terbesar yaitu 10. Hal ini an dan skill yang rendah serta ketidakstabilan
berarti bahwa permasalahan yang menjadi harga. Nilai tersebut merupakan nilai terbesar,
penyebab utama kemiskinan petani adalah ren- yang berarti bahwa program dan kebijakan
dahnya pendapatan petani dari sektor perta- yang dibuat nantinya harus dapat mempriori-
nian. Jika kita telaah kembali pada penyebab taskan penyelesaian masalah pengetahuan dan
kemiskinan pada petani,maka kondisi rendah- skill petani serta ketidakstabilan harga.
nya pendapatan petani dipicu oleh kebijakan

104 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112
Matrik Analisis Partisipasi desa. Akan tetapi semangat gotong royong ha-
nya mencakup skop yang sempit dan sangat
Identifikasi permasahan yang ditunjukkan oleh
dibatasi oleh wilayah di mana mereka tinggal.
Tabel 1 dapat diperoleh peneliti melalui proses
Kerjasama dalam arti luas, yakni dalam lingkup
diskusi dalam bentuk pendekatan in depth
petani, baik antardesa atau antarwilayah dirasa
interview dan focus group discuss. Hasil analisis
sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari keber-
partisipasi dari kedua proses pendekatan ter-
samaan waktu penanaman padi. Menurut salah
sebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel tersebut
seorang petani yang cukup berpengalaman di
menginformasikan berbagai macam kepenting-
Desa Kedungmiri-Karangjati Kabupaten Nga-
an/harapan, kekhawatiran, konflik, serta kele-
wi, menanam padi dalam waktu yang bersama-
mahan dari berbagai instansi/unit yang terlibat
an sangatlah menguntungkan, mengingat keru-
dalam penyelesaian masalah kemiskinan pe-
gian yang lebih banyak ditanggung jika mena-
tani.
nam padi secara individual. Hama -seperti
Salah satu temuan yang menarik adalah
tikus- akan sangat mudah menyerang dan me-
adalah semangat gotong royong memang sa-
nyebabkan gagal panen apabila petani mena-
ngat melekat dan menjadi budaya masyarakat

Tabel 2. Matrik Analisis Partisipasi

No Kelompok Kepentingan Kekhawatiran Konflik Potensi Kelemahan


1 Kelompok Keberhasilan Gagal panen, Konflik Kebersamaan, Manajemen
Tani dan panen, Harga anjlok, internal, Gotong- organisasi
atau Kestabilan Input pertanian Konflik royong, buruk,
Gapoktan harga, tersendat, eksternal, Trust. Uncertainty,
Kelancaran Price taker, Moral Akses modal
input High transaction hazard. rendah,
pertanian. cost. Skill rendah,
Imperfect
Information.
2 Pedagang Keuntungan, Competition Monopoli
Input Distributor Harga Input
Pertanian penyedia input
pertanian.
3 Tengkulak Keuntungan, Rule, Harga Penguasaan
Free rider, Eksistensi pasar,
Price maker. BULOG, Spekulator.
Koperasi, KUT,
dll.
4 Perangkat Penyedia Penyewa Property Right Ketergantungan
Desa lahan lahan, terhadap ADD
pertanian (rent Pembagian besar
seeker) lahan.
5 Dinas Kesejahteraan Kemiskinan Skill, Penguasaan
Pertanian petani, petani Policy maker. teknologi
Menjalankan pertanian
fungsi terbatas,
birokrasi. Kurang
memahami
permasalahan
petani,
Hanya pelaksana
kebijakan.

Sumber: data primer 2010, diolah peneliti

Upaya Pengentasan Kemiskinan (Bondan dan Henny) 105


nam padi secara individual. Demikian halnya Pamekasan, Pengrajin karpet dan tikar di Kabu-
dengan sayur, tanpa adanya kerjasama yang paten Lamongan, buruh bangunan di Kabupa-
baik, misal dengan membuat kesepakatan ada- ten Bangkalan dan Kabupaten Bojonegoro.
nya pembagian penanaman sayur, maka hasil Berikut adalah contoh hasil beternak sapi
yang diperoleh akan bisa diperhitungkan dan perah di Dusun Tretes. Semua petani yang
tidak menyebabkan harga barang komoditi memiliki sapi perah, hasil produksi susunya
yang satu naik sedangkan harga barang komo- dijual melalui koperasi SAE. Jumlah sapi perah
diti yang lain mengalami penurunan tajam. yang mereka miliki berkisar antara 1 (satu)
Keberadaan KUT memang dirasa sangat me- sampai 12 (dua belas) ekor, namun rata-rata
nunjang, akan tetapi institusi petani tersebut ti- petani Dusun Tretes memiliki 2 (dua) sampai 3
dak berfungsi secara maksimal. Hal ini disebab- (tiga) ekor lembu. Berikut kutipan dari pernya-
kan karena pengetahuan masyarakat petani taan Umar ketika penulis melakukan wawan-
akan profesionalitas organisasi masih sangat cara:
kurang, pola komunikasi yang masih tradisio- .....di rumah ada lembu yang bisa membantu
nal dan pendidikan yang rendah. mencukupi penghasilan.
Bentuk tindakan kolektif (collective action) Sudarmo (45 tahun), seorang petani yang
petani dapat ditemui pada keputusan tindakan tidak memiliki lahan sendiri tetapi memiliki 3
untuk memulai menanam padi, mencari alter- (tiga) ekor lembu, mengatakan:
natif sumber pendapatan lain (seperti: beternak
sapi perah di Kabupaten Malang, memproduksi Sapi saya ada 3 (tiga), tapi yang bisa diambil susu-
nya hanya 1 (satu). Petani di sini kalau tidak ada
karpet dan tikar di Kabupaten Lamongan, men-
ternak susah mbak. Lembu itu hanya sebagai sam-
jadi nelayan di Kabupaten Pamekasan dan
pingan tapi menjadi penghasilan utama. Itu saja
Sampang), memilih jenis sayuran yang akan
terkadang kalau anak saya sendiri ingin susu, saya
ditanam (petani sayur), penggunaan pupuk dan
rasanya sayang (kalau susu buat konsumsi sendi-
pestisida, serta memilih untuk menjadi anggota
ri).
kelompok tani atau tidak. Berikut penjelasan
tentang berbagai bentuk collective action petani Keputusan untuk memiliki sapi perah dise-
di 11 lokasi penelitian di mana tindakan kolek- babkan karena adanya keterbukaan informasi
tif yang dilakukan oleh petani merupakan ge- alasan kepemilikan sapi perah. Seorang petani
rakan yang tidak terencana akan tetapi dilaku- memutuskan untuk memelihara sapi perah
kan berdasarkan kesamaan nasib. karena adanya informasi dari petani lain bahwa
dengan memelihara sapi perah maka akan
Keputusan Alternatif Sumber Pendapatan dapat meningkatkan penghasilan. Informasi
Non Pertanian bahwa memelihara sapi perah akan dapat
menambah penghasilan secara signifikan bisa
Sumber pendapatan alternatif di luar sektor
didapat oleh petani pencari informasi kepada
pertanian seperti yang telah dijelaskan di atas
seluruh petani yang telah memelihara sapi
merupakan sumber pendapatan yang dapat
perah dengan manfaatkan susunya untuk di-
membantu petani untuk survive. Karena pen-
jual. Setelah mendapatkan berbagai macam in-
dapatan dari hasil produksi pertanian bersifat
formasi yang positif, maka ia akan memutus-
uncertainty. Berdasarkan hasil pengamatan dan
kan untuk membeli sapi perah. Permasahan
survei lapang, pekerjaan non pertanian yang
kedua adalah pencarian informasi tentang
menjadi tumpuan petani sangat bervariasi.
harga sapi perah dan pemilihan kualitas sapi
Akan tetapi ada beberapa kabupaten yang
perah yang baik. Informasi aktivitas kedua ini
memiliki kesamaan dalam skop intraregional.
bisa didapatkan dari seluruh petani yang telah
Misal di Kabupaten Malang dan Kota Batu
memiliki sapi perah. Pada akhirnya petani yang
sebagian besar pekerjaan alternatif petani ada-
telah mendapatkan banyak informasi membeli
lah peternak sapi perah dan sapi pedaging,
sapi perah sesuai dengan informasi yang dapat
peternak sapi pedaging Kabupaten Ngawi,
sebelumnya.
nelayan di Kabupaten Sampang dan Kabupaten
Faktor ketidakpastian (uncertainty) harga

106 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112
menjadi salah satu penyebab kemiskinan peta- Keputusan Memulai Menanam Padi dan
ni. Kerugian yang harus mereka tanggung Menentukan Jenis Produksi Pertanian
merembet pada hutang yang terus bertambah
Bentuk tindakan kolektif (collective action) dapat
seiring dengan rendahnya harga jual komoditas
dijumpai pada saat petani memulai menanam
pertanian dan kegagalan panen. Hal inilah yang padi di beberapa lokasi penelitian, seperti di
menyebabkan petani mengambil keputusan kabupaten: Bojonegoro, Malang dan Nganjuk.
untuk beternak sapi perah. Sebagai contoh, Penanaman padi mereka mulai bersama-sama
petani Dusun Tretes mendapat kepercayaan dengan melihat musim. Mereka menanam padi
dari koperasi SAE untuk terus membeli semua 2-3x (dua sampai tiga kali) dalam setahun.
susu perahan petani Dusun Tretes. Harga pen- Penanaman padi dilakukan bersama-sama
jualan susu dari petani kepada koperasi SAE demi menghindari risiko gagal panen yang
mencapai Rp3.000,- per liter. Seekor lembu tinggi. Risiko gagalnya panen dapat diakibat-
mampu menghasilkan 10 (sepuluh) liter lembu kan karena adanya serangan hama wereng,
dalam sehari. Sehingga pendapatan yang dapat burung, dan tikut sawah. Dalam banyak studi
diperoleh dalam jangka waktu 2 (dua) minggu pertanian, diakui bahwa menanam padi secara
adalah: Rp420.000,- per 2 (dua) minggu. Penda- bersama-sama serta penggunaan pupuk dan
patan inilah yang bisa diharapkan kepastiannya pestisida yang tepat secara kompak dapat me-
oleh petani. Dengan demikian beternak lembu nurunkan resiko terhadap serangan hama. Se-
merupakan faktor yang mempengaruhi pening- hingga panen yang dihasilkan memuaskan.
katan kesejahteraan petani Dusun Tretes. Se- Meskipun demikian masih banyak petani yang
buah harapan petani terungkap ketika dilaku- memulai produksi padi secara individu.
kan FGD.
Ya, seandainya ada kredit lembu dari pemerintah, Dampak Tindakan Kolektif (Collective Ac-
petani sangat senang. Kita ini tidak perlu diberi tion)
bantuan yang gratis-gratis. Pokoknya yang lebih Berbagai macam bentuk tindakan kolektif (col-
penting itu bisa memotivasi. lective action) petani akan memiliki pengaruh
Lalu ketua RT (Pak To) menimpali: terhadap individu dan masyarakat secara luas
yang akan berdampak pada tindakan individu
Iya lebih baik itu dikasih bantuan kredit, seperti
itu sendiri. Jika masing-masing individu pada
kredit lembu. Daripada dikasih bantuan BLT, karena
akhirnya memutuskan tindakan yang sama
akan menyebabkan orang iri. Karena apa..., lembu
maka akan berpengaruh pula pada masyarakat.
itu sampingan tetapi bisa menjadi penghasilan uta-
Gambar 1 ini menggambarkan hubungan antara
ma. Kalau BLT menyebabkan orang itu tergantung, tindakan kolektif (collective action) dengan tin-
belum lagi nanti ada banyak orang yang iri, kalau dakan individu dan masyarakat.
tidak dapat (BLT).
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan Collective Action
bahwa petani sangat mengharapkan adanya Pengaruh
atau kebijakan
kemasyarakatan
bantuan pemerintah tentang pengadaan kredit sosial
sapi perah. Program penanggulangan kemis-
kinan berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT)
yang juga telah didistribusikan, menuai tang-
gapan yang kurang positif. Artinya, masyarakat Pengaruh terhadap Tindakan
individu
menilai bahwa BLT hanya bersifat sementara individu
dan menyebabkan ketergantungan serta masa-
lah sosial (seperti: iri hati). Dampak sosial yang Sumber: Coleman, 1994
ditimbulkan oleh adanya BLT dapat mempe-
Gambar 1. Relasi Makro-ke-Mikro-ke-Makro da-
ngaruhi secara negatif modal sosial petani.
lam Pengaruh

Upaya Pengentasan Kemiskinan (Bondan dan Henny) 107


Kebijakan Sosial gram-program prioritas penanggulangan ke-
miskinan yang terpilih.
Jika menurut petani tindakan yang bisa dilaku-
Tahap awal hasil analisis ZOPP yang ter-
kan untuk menstabilkan harga adalah dengan
tuang dalam Matrik Pemilihan Program menca-
adanya informasi sempurna (perfect information)
kup program-program yang disusun untuk
dari petani antarwilayah. Maka yang perlu
mencapai kondisi yang diinginkan atau sesuai
mereka bangun adalah modal sosial dalam ja-
dengan tujuan yang telah ditentukan. Tujuan
ringan yang lebih luas, yaitu modal sosial peta-
utama dari penelitian ini adalah tercapainya
ni yang tidak dibatasi oleh wilayah territorial.
kesejahteraan petani. Di mana indikator kese-
Modal sosial yang terbangun dengan baik akan
jahteraan petani mencakup 3 (tiga) hal, yaitu:
memunculkan suatu gagasan atau pikiran yang
kemampuan berinvestasi yang tinggi, terpe-
cenderung sama antarpetani dan sama-sama
nuhinya kebutuhan pokok, serta tercapainya
mempunyai keinginan untuk memajukan kese-
kemandirian petani. Dalam rangka mencapai
jahteraan petani dan melahirkan tindakan ber-
tujuan tersebut dibutuhkan tahapan-tahapan
sama untuk membebaskan diri dari kemiskinan
agar petani sampai pada tujuan-akhir.
yang membelenggu petani dengan cara pemba-
Prioritas penentuan program akan dilaksa-
ngunan interaksi sosial yang diilhami dari ma-
nakan sebagai langkah tindakan bertahap un-
sing-masing individu petani. Tindakan seperti
tuk mencapai tujuan utama, yaitu kesejahteraan
ini sudah sepatutnya menjadi perhatian peme-
petani. Hasil penyusunan Matrik Pemilihan
rintah, di mana peneliti akan membasas pada
Program dapat dilihat pada Tabel 3.
poin selanjutnya tentang program dan kebijak-
Hasil uji pertama, menunjukkan bahwa
an.
urutan proram dari nilai tertinggi hingga teren-
Berdasarkan alasan bahwa tindakan kolek-
dah adalah sebagai berikut: (1) Pembentukan/
tif (collective action) ternyata memilki pengaruh
pengaktivan KUT/Gapoktan (total nilai = 36),
yang besar bagi kesejahteraan petani meskipun
(2) Penciptaan pasar bagi petani (total nilai =
tindakan-tindakan tersebut tidak terprogram
34), (3) Pendampingan KUT/Gapoktan (total
dengan baik, maka peneliti akan menindaklan-
nilai = 24), (4) Pengadaan lahan percontohan
juti potensi modal sosial yang tertranformasi
di masing-masing desa (total nilai = 23), (5)
dalam aksi kolektif tersebut ke dalam rancang-
Kerjasama KUT/Gapoktan dengan lembaga pe-
an program-program yang lebih terarah. De-
nelitian dan/atau universitas terkait (total nilai
ngan demikian petani bersama-sama dengan
18)
lembaga terkait beserta pemerintah dapat me-
Dari hasil tersebut peneliti akan mengam-
nyelesaikan berbagai macam permasalahan
bil 4 (empat) program dengan nilai tertinggi
yang dihadapi petani. Sehingga petani dapat
dan selanjutnya dilakukan pegujian yang kedua
memperoleh peningkatan taraf hidup.
untuk lebih menegaskan program mana yang
akan lebih diprioritaskan sebagai program uta-
Program-program Pengentasan Kemiskinan
ma dan harus segera diwujudkan berdasarkan
Petani Berbasis Tindakan Kolektif (Collec-
kriteria: dampak ekonomi, dampak sosial, ke-
tive Action)
butuhan sarana serta jangka waktu tercapainya
Kebijakan yang muncul dari adanya tindakan dampak. Proses ini dilakukan menggunakan
kolektif pada dasarnya secara alami telah dipu- alat analisis Alternalif Pemilihan Pendekatan
tuskan oleh sekelompok masyarakat. Instrumen Program (Lihat Tabel 4).
kebijakan pembangunan lebih efektif mereduk- Setelah melalui proses pegujian kedua,
si kemiskinan secara tajam dibanding dengan urutan prioritas program dari perolehan total
mengandalkan ketergantungan pada SDA yang nilai tertinggi hingga terendah adalah sebagai
melimpah tanpa adanya kebijakan yang berpi- berikut: pertama, penciptaan pasar bagi petani
hak pada rakyat miskin. Oleh karena itu mela- (total nilai = 31); kedua, pembentukan/peng-
lui analisis secara bertahap, penelitian ini akan aktifan KUT/Gapoktan (total nilai = 30); ketiga,
merumuskan kebijakan-kebijakan melalui pro- pendampingan KUT/Gapoktan (total nilai =

108 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112
Tabel 3. Matrik Pemilihan Program
Program Penciptaan Pembentukan Pendampingan Pengadaan Kerjasama KUT/
pasar bagi /pengaktifan KUT/ lahan Gapoktan dgn
petani (KUT)/ Gapoktan percontohan Lembaga
Kriteria Gapoktan di tiap Desa Penelitian &
/atau Universitas
(Program (Program 2) (Program 3) (Program 4) terkait
1) (Program 5)
1. Prinsip
pembangunan:
- pemerataan 5 4 1 2 3
- peningkatan
2. Kebijakan Pemerintah 2 5 4 3 1
3. Efektifitas biaya 1 5 4 2 3
4. Kesinambungan 5 1 4 2 3
5. Pemanfaatan
2 5 1 4 3
maksimal
6. Keterbatasan Sumber
5 3 1 4 2
Daya
7. Aksesibilitas 4 5 3 2 1
8. Peningkatan
5 4 3 2 1
pendapatan
9. Replikabilitas 5 4 3 2 1
Total nilai 34 36 24 23 18
Sumber: data primer 2010, diolah peneliti

26); dan keempat, pengadaan lahan percontohan rangka menyusun kebijakan-kebijakan apa saja
di masing-masing desa (total nilai = 13) yang harus dilakukan.
Kerangka kerja logis tersebut menggam-
Bentuk Kebijakan Pemerintah kepada barkan ringkasan rancangan program pengen-
Petani tasan kemiskinan petani menggunakan matrik
dengan memperhatikan asumsi-asumsi, sumber
Hasil analisis program telah diketahui 4 (em-
permbuktian, indikator untuk setiap tingkatan
pat) program utama yang harus menjadi prio-
tujuan yang ingin dicapai. Kerangka kerja logis
ritas dalam rangka mensejahterakan petani.
dimaksudkan untuk melakukan penilaian ter-
Pada Tabel 5 dalam Lampiran diperlihatkan
hadap setiap kebijakan yang digambarkan seca-
kerangka kerja logis (logical framework) dalam

Tabel 4. Matrik Pemilihan Pendekatan Program


Penilaian tegas dengan
Penilaian tegas Bobot
pembobotan
Kriteria
Prog. Prog. Prog. Prog. Prog. Prog. Prog. Prog.
(skor)
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Dampak Sosial 1 4 3 2 3 3 12 9 6
2. Dampak Ekonomi 4 3 2 1 4 16 12 8 4
3. Kebutuhan sarana 4 2 3 1 2 8 4 6 2
4. Jangka waktu tercapainya
4 2 3 1 1 4 2 3 1
dampak
Jumlah nilai 13 11 11 5 31 30 26 13

Sumber: data primer 2010, diolah peneliti

Upaya Pengentasan Kemiskinan (Bondan dan Henny) 109


ra logis berdasarkan kondisi yang ada saat ini, bilan harga, uncertainty, petani sebagai price
dikaitkan dengan kondisi yang diharapkan taker, high transaction cost, management organi-
sebagai dampak yang dapat timbul dari pelak- sasi buruk, banyaknya tengkulak/pengepul se-
sanaan kebijakan di masa yang akan datang. bagai price maker. Oleh karena itu berdasar ana-
Berdasarkan program-program yang telah lisis ZOPP, program-program prioritas yang
disusun dan dianalisis dalam sub bab sebelum- berhasil disusun sebagai solusi bagi berbagai
nya, maka terdapat implementasi kebijakan permasalahan tersebut antara lain: program
untuk masing-masing program. Implementasi penciptaan pasar bagi petani, program pemben-
kebijakan tersebut antara lain: pertama, pro- tukan/pengaktifan KUT/Gapoktan, program
gram penciptaan pasar bagi petani. Implemen- pendampingan KUT/Gapoktan, serta program
tasi kebijakan dari program ini adalah adanya pengadaan lahan percontohan di masing-
pembelian produk pertanian oleh pemerintah masing desa.
serta penciptaan skill tinggi bagi petani untuk Keempat program tersebut akan diimple-
menciptakan produk kualitas tinggi. Kedua, mentasikan dalam bentuk kebijakan-kebijakan.
program pembentukan/pengaktifan KUT/Ga- Program pertama dapat diimplementasikan
poktan. Implementasi program kedua menca- melalui kebijakan pembelian produk pertanian
kup 2 (dua) segmen, yaitu implementasi kebi- oleh pemerintah serta penciptaan skill tinggi
jakan oleh internal KUT/Gapoktan yang men- bagi petani untuk menciptakan produk kualitas
cakup pelatihan kewirausahaan dan penginter- tinggi. Program kedua yaitu program pemben-
nalisasian fungsi koperasi. Adapun segmen tukan/pengaktifan KUT/Gapoktan dimulai
berikutnya adalah implementasi kebijakan oleh dengan diadakannya pelatihan kewirausahaan
pemerintah yang mencakup: penyuluhan perta- dan internalisasi fungsi koperasi pada lembaga
nian disesuaikan dengan kondisi input perta- KUT. Pada program kedua ini juga memerlu-
nian masing-masing daerah, penyediaan sarana kan peran dan dukungan dari pemerintah
pembentukan/pengaktifan KUT/Gapoktan, pe- antara lain dalam bentuk: penyuluhan perta-
nyediaan fasilitas penunjang teknologi perta- nian disesuaikan dengan kondisi input pertani-
nian, dan alokasi anggaran dana untuk pendo- an masing-masing daerah, penyediaan sarana
rong aktifnya KUT/Gapoktan. Program ketiga pembentukan/pengaktifan KUT/Gapoktan, pe-
adalah pendampingan KUT/Gapoktan yang nyediaan fasilitas penunjang teknologi perta-
dapat diimplementasikan dengan adanya pela- nian serta alokasi anggaran dana sebagai pen-
tihan manajemen organisasi serta kemampuan dorong aktifnya KUT/Gapoktan. Program keti-
menjalankan fungsi eksternal (networking). Pro- ga yaitu program pendampingan KUT/Gapok-
gram terakhir adalah pengadaan lahan percon- tan. Program ketiga dapat diterjemahkan ke da-
tohan di masing-masing desa. Kegiatan terakhir lam beberapa kegiatan seperti pelatihan mana-
memberikan konsekuensi berupa tersedianya jemen organisasi, networking, serta penyediaan
fasilitas lahan percontohan serta penyediaan SDM pendamping di masing-masing desa seba-
sumber daya manusia (SDM) supervisor lahan gai konsekuensi pengadaan program. Program
percontohan di masing-masing desa (Tabel 5 yang menjadi prioritas terakhir adalah program
dalam Lampiran). pengadaan lahan percontohan di masing-ma-
sing desa. Aplikasi dari program ini adalah ter-
sedianya fasilitas lahan percontohan di masing-
SIMPULAN
masing desa serta penyediaan SDM supervisor
lahan percontohan di masing-masing desa.
Berdasarkan hasil analisis permasalahan pokok,
terdapat 11 (sebelas) permasalahan mendasar
yang menjadi penyebab kemiskinan petani. Hal DAFTAR PUSTAKA
tersebut antara lain: akses input pertanian ter-
batas, Imperfect information, ketersediaan tekno- Astuti dan Musiyam. 2009. Kemiskinan dan
logi terbatas, pengetahuan dan skill rendah, Perkembangan Wilayah di Kabupaten
keterbatasan modal, moral hazard, ketidaksta-

110 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112
Boyolali. Forum Geografi, Vol.23, No.1. Kuncoro, AS. 2008. Kemiskinan: Kesenjangan An-
Universitas Muhammadiyah Surakarta. tarprovinsi. Project Officer untuk TAR
BPS Indonesia. 2009. www.bps.go.id GETMDGs (BAPENAS/UNDP). MDGs
News edisi 01 Juli-September 2008.
BPS Jawa Timur. 2009. www.bps.jatim.go.id
Oktavianti, Henny. 2007. Menelaah Kemiskinan
Bratakusumah, D. Supriady. 2004. Perencanaan
di Indonesia Perspektif Ekonomi Politik.
Pembangunan Daerah, Strategi Menggali Po-
Jurnal Ekonomi Terapan Indonesia, Vol.2,
tensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah.
No. 2. Malang: BPFE Universitas Brawi-
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
jaya.
Utama.
Di Gregorio, M. and Meinzen-Dick, R. S. and
Coleman, James S. 1994. Foundations of Social
(eds.) 2004. Collective Action and Property
Theory. The Belknap Press of Harvard
Rights for Sustainable Development. 2020 Fo-
University Press. Terjemahan. Bandung:
cus 11. Washington, D.C.: International
Penerbit Nusa Media.
Food Policy Research Institute. http://
Firman dan Herlina. 2003. Analisis Kemiskinan www.ifpri.org/2020/focus/focus11.htm
dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan pada
Sahdan, Gregorius. 2007. Menanggulangi Kemis-
Peteernak Sapi Perah. Survey di Wilayah Ker-
kinan Kota. http://www.kemenegpdt.go.
ja Koperasi Unit Desa Sinar Jaya Kabupaten
id/. diakses tanggal 5 April 2011.
Bandung. Jatinangor. Bandung.
Yustika, A. Erani. 2006. Ekonomi Kelembagaan:
Fukuyama, Francis. 1995. Trust: The Social Vir-
Definisi, Teori, dan Strategi. Malang: Bayu
tues and the Creation of Prosperity. New
Media Publishing.
York: Free Press.
Yustika, A. Erani.. 2007. Perekonomian Indonesia:
Gulo, dkk. 2005. Kebijakan dalam Upaya Me-
Satu Dekade Pascakrisis Ekonomi. Malang:
nanggulangi Kemiskinan di Nias. Jurnal
Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Uni-
Studi Pembangunan. edisi Oktober, Vol.1,
versitas Brawijaya.
No.1. USU.
Hasibuan, Nurimansjah. 1993. Kemiskinan Struk-
tural di Indonesia: Menembus Lapisan Ba-
wah. Artikel bebas.

LAMPIRAN

Tabel 5. Matrik Kerangka Kerja Logis

Deskripsi Indikator obyektif Sumber pembuktian Asumsi


Tujuan: Pendapatan perkapita petani Hasil pemantauan di Good governance
Kesejahteraan Petani meningkat lapangan Social capital
Data statistik (11
kab/kota yang diteliti)

Bersambung

Upaya Pengentasan Kemiskinan (Bondan dan Henny) 111


Tabel 5. .

Deskripsi Indikator obyektif Sumber pembuktian Asumsi


Sasaran program: Kelompok Tani (poktan) Poktan menjadi Pemerintah dan
Peningkatan pendapatan petani berubah menjadi KUT petani sebagai
Kelompok Usaha Tani KUD price maker
(KUT) Dinas pertanian Input produksi
Masing-masing KUT Statistik ekonomi lancar dan
mampu membeli alat-alat dan keuangan BI terjangkau
produksi pertanian secara Jawa Timur Pola hidup dan
mandiri setelah 1 tahun daya beli petani
mempergunakan alat baik
Hasil-hasil kerja: Produksi pertanian Dinas pertanian Rule berfungsi
Kebijakan pro petani meningkat Data statistik (11 Good governance
Dukungan kelembagaan Pemerintah membeli kab/kota yang Permintaan pasar
pertanian produk pertanian lokal diteliti) terhadap produk
Pengetahuan dan skill tinggi Aktifitas KUT meningkat Pemantauan di pertanian lokal
di bidang pertanian KUT lebih mandiri lapangan meningkat
Kualitas bersaing produk Petani lebih trampil KUT Kestabilan harga
pertanian baik dalam mengatasi Pemerintah
Produktivitas petani tinggi masalah pertanian membatasi impor
produk pertanian
(terutama beras)

Activities/Program:
1. Penciptaan pasar bagi 1. - Produksivitas petani & Data Nilai Tukar Collective action
petani pertanian Petani (NTP) tinggi Social capital
Pembelian produk meningkat Data produksi Dana mencukupi
pertanian lokal oleh - Pendapatan petani pertanian Good governance
pemerintah (terkecuali meningkat meningkat SDM memadai
petani bunga) - Harga jual produk Kearifan lokal
Data kemiskinan
2. Pembentukan/Pengaktifan pertanian tinggi
petani menurun
KUT/Gapoktan 2. - Terjalin kerjasama antar
Kualitas produk
Problem solver petani
pertanian tinggi
Pelatihan - Mampu berwirausaha
Laporan kerja
kewirausahaan tani
Dinas Pertanian
Penyuluhan pertanian - Penguasaanteknik
Menjalankan fungsi produksi pertanian
koperasi dalam KUT - Bekerjasama dengan
3. Pendampingan KUD setempat
KUT/Gapoktan 3. - ManaJemen organisasi
Pelatihan baik
managemenorganisasi - Konflik internal
Pemantauan KUT berkurang
(networking) - KUT berfungsi dengan
4. Pengadaan lahan baik
percontohan di masing- - Mereduksi moral hazard
masing desa - Tercapainya networking
Pusat percontohan awal 4. - Adanya lahan percon-
(uji keberhasilan suatu tohan di masing-masing
produk) desa
Pusat pelatihan dan - Adanya kegiatan pela-
percobaan riil pertanian tihan percobaan riil ter-
hadap suatu produk
atau teknik pertanian

Sumber: data primer 2010, diolah peneliti

112 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112

You might also like