Professional Documents
Culture Documents
Abstract: The objective of this study is to find way to reduce poverty rate of farmer by looking
for the most suitable farm institutions that could be applied nationally. By doing so, this study
analyzes, first, poverty condition of farmer through social-cultural approach in order to find
the root causes of the farmer poverty. Secondly, this study will analyze current farm institu-
tions. Finally, this study will synthesize the findings and proceed with alternative policies that
are based on collective actions to overcome the poverty problem for the farmer. ZOPP (Zielo-
rientierte Projektplanung-Objective Oriented Project Planning) and collective action model
are used as the main method of analyze. This study finds that there are eleven root causes of
farmer poverty. Furthermore, this study suggest the existence of: market creation, activating
and assisting KUT (Farmer Business Union) as well as Gapoktan (Farmer Club), and pro-
viding a pilot field for farming for every village.
Keywords: poverty reduction, collective action, farmer groups, agricultural institutions
Abstrak: Studi ini bertujuan untuk mencari cara mengurangi tingkat kemiskinan pada
petani melalui penciptaan institusi pertanian yang paling sesuai bagi petani dan bisa diapli-
kasikan secara nasional. Dalam rangka mencapai tujuannya, pertama, dilakukan analisis
kemiskinan petani melalui pendekatan sosio-kultural untuk mengidentifikasi akar kemiskinan
pada petani. Kedua, dilakukan analisis terhadap institusi pertanian yang ada. Terakhir, dila-
kukan sintesa temuan-temuan yang dilanjutkan dengan identifikasi kebijakan alternatif ber-
dasarkan tindakan kolektif dalam rangka memecahkan masalah kemiskinan pada petani.
ZOPP (Zielorientierte Projektplanung-Objective Oriented Project Planning) dan model tin-
dakan kolektif digunakan sebagai metode analisis utama dalam studi ini. Studi ini menemukan
ada sebelas akar penyebeb kemiskinan pada petani. Studi ini juga menyarankan adanya: pen-
ciptaan pasar, pembentukan dan pengaktifan KUT (Kelompok Usaha Tani) serta Gapoktan,
dan penyediaan lahan percontohan bagi kelompok tani disetiap desa.
Kata kunci: pengurangan kemiskinan, tindakan kolektif, kelompok tani, institusi pertanian
100 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112
Lain halnya dengan petani di kabupaten Bang- Penyebab Kemiskinan Petani dan Harapan
kalan dan kabupaten Sampang. Di dua kabu- Petani
paten tersebut di dominasi oleh petani padi Hasil diskusi melalui pendekatan in depth
skala kecil. Hasil pertanian rata-rata untuk interview dan focus group discuss kepada 250
dikonsumsi sendiri dan dijual langsung ke kios- petani di 11 kabupaten dan kota yang menjadi
kios kecil di sekitar rumah tempat tinggal mere- lokasi penelitian menunjukkan bahwa harapan
ka. Pekerjaan alternatif petani di kabupaten petani antara lain adalah: keberhasilan panen,
Sampang dan Bangkalan rata-rata adalah kerja kestabilan harga dan kelancaran input produk-
serabutan. si. Asumsi dari ketiga keadaan tersebut adalah
Contoh lain adalah pekerjaan alternatif minimalisasi kerugian. Berbagai macam kenda-
petani di kabupaten Malang. Pendapatan lain la dihadapi petani dalam rangka mewujudkan
yang diperoleh adalah pendapatan berternak harapan mereka. Kendala-kendala tersebut yang
lembu. Penghitungan pendapatan pada petani pada akhirnya dapat menjadi penyebab kemis-
yang memilki 1 (satu) ekor lembu dapat meng- kinan petani.
hasilkan rata-rata 10 (sepuluh) liter susu per Secara umum, penyebab kemiskinan di In-
hari. Petani desa Tretes rata-rata memiliki lem- donesia adalah malapraktik pembangunan aki-
bu 3-4 ekor dan harga susu Rp3000,- per liter. bat formulasi kebijakan ekonomi (sosial dan
Hanya terdapat 2 (dua) orang yang memiliki politik) yang salah. Kebijakan-kebijakan ekono-
lembu antara 10-12 ekor. Hasil perahan dijual mi yang diproduksi oleh pemerintah cenderung
ke Koperasi SAE dan diupah setiap 2 (dua) mendahulukan kepentingan pemilik modal dan
minggu sekali. Sehingga pendapatan rata-rata sektor industri/jasa ketimbang pelaku ekonomi
dari beternak lembu (dengan asumsi memiliki 3 kecil dan sektor pertanian (Oktavianti, 2007).
ekor lembu) adalah Rp1.260.000,- per 2 (dua) Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bah-
minggu. Pendapatan tersebut masih dikurangi wa penyebab kemiskinan petani dilatarbela-
biaya untuk tenaga potong rumput. 1 kuintal kangi oleh banyak hal, antara lain: kemampuan
rumput, jika menggunakan jasa ojek Rp15.000,- investasi petani yang rendah, ketergantungan
sekali angkut. Jika potong rumput mengguna- petani, ketergantungan dana, dan tidak terpe-
kan tenaga manusia upah dibayarkan setiap nuhinya kebutuhan pokok rumah tangga peta-
tahun Rp700.000,- per orang. ni.
Sudarmo (45 tahun) sebagai contoh se-
orang petani yang memiliki 3 (tiga) ekor lembu Kemampuan Investasi yang Rendah
tapi hanya 1 (satu) lembu yang berproduksi.
Timbulnya masalah rendahnya kemampuan
Lembu Sudarmo setiap harinya dapat meng-
petani dalam berinvestasi disebabkan oleh be-
hasilkan susu mencapai 12 liter per hari. Susu
berapa masalah, antara lain: penguasaan tekno-
tersebut disetorkan ke koperasi SAE setiap hari
logi pertanian yang terbatas, pengetahuan dan
dengan harga Rp3.000,- per liter dan baru
skill pertanian yang rendah, imperfect informa-
mendapat upah dari koperasi SAE setiap 2
tion, dan akses faktor produksi pertanian yang
(dua) minggu sekali. Sehingga pendapatan
rendah. Hasil survei menunjukkan bahwa pro-
Sudarmo yang bisa diprediksi setiap 2 (dua)
ses produksi pertanian sangat mengandalkan
minggu sekali kurang lebih adalah 12 liter x
kondisi cuaca, luas lahan yang dimiliki dan
Rp3000,- x 14 hari = Rp504.000,- pendapatan
ketergantungan terhadap pupuk-pupuk kimia
tersebut dikurangi biaya potong rumput jika
serta berbagaimacam pertisida dan fungisida
menggunakan tenaga orang dan ditambah bia-
untuk memberantas hama. Penggunaan pupuk
ya ojek untuk pengangkutan rumput, dimana 1
dan pertisida pun dilakukan dengan cara
kuintal rumput ongkos ojeknya Rp15.000,-.
coba-coba tanpa melalui proses riset laborato-
Dilihat dari konsistensi pendapatan, penda-
rium atau semacamnya. Jika cuaca tidak men-
patan dari pekerjaan alternatif lebih dapat
dukung, maka banyak petani-petani sayur,
diprediksi keuntungannya (lebih pasti) dari-
buah, padi, jagung, bunga, dan tembakau- yang
pada pendapatan dari sektor pertanian.
mengalami gagal panen. Pertanyaannya adalah,
102 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112
tem manajemen organisasi kelompok tani juga mereka kepada bank akan menumpuk. Demi-
memperparah kondisi kelompok tani. kian halnya dengan peminjaman kepada kope-
rasi, bedanya hanya pada segi besaran bunga.
Ketergantungan Dana Kedua, jika para petani meminjam kepada
Ketua KUT sistemnya akan berbeda. Ketua
Ketergantungan dana dialami baik oleh petani
KUT lebih mengandalkan pada kepercayaan
maupun oleh dinas pertanian sebagai pendo-
(trust), tetapi tetap memperhatikan prediksi
rong kemajuan pertanian dan kesejaheraan
keberhasilan petani peminjam. Sehingga, dalam
petani. Kondisi petani yang miskin modal dan
sistem kedua ini lebih lunak dan lebih nampak
rendahnya skill enterpreneur membuat keadaan
modal sosialnya. Tetapi, jika petani mengalami
petani pasif dan hanya menggantungkan pin-
gagal panen/kerugian, maka yang lebih ter-
jaman modal dari KUD atau lembaga keuangan
kena dampaknya adalah petani peminjam.
bank dan non-bank.
Dengan demikian kemiskinan akan kembali
Keterbatasan modal yang dimiliki petani
menimpa petani kecil. Kemiskinan menyebab-
berdampak pada kemiskinan yang diderita
kan masyarakat desa (petani) rela mengorban-
petani. Modal sangat diperlukan ketika sese-
kan apa saja demi keselamatan hidup (Scott
orang bergerak di bidang pertanian. Mereka
dalam Sahdan, 2007)
memerlukan modal untuk berbagai kebutuhan
Sedangkan ketergantungan dana dinas
proses bertani, mulai dari biaya tenaga kerja,
pertanian juga sangat terhadap alokasi anggar-
kebutuhan pupuk dan pestisida (ladang 0,25 ha
an dalam menjalankan fungsinya sebagai pihak
membutuhkan biaya 1 juta untuk sekali tanam),
yang bertanggungjawab atas kemajuan sektor
kebutuhan benih, biaya transportasi, dan lain-
pertanian dan kesejahteraan petani akan berim-
lain. Sehingga pada masa awal tanam sampai
bas pada kinerja yang kurang maksimal. Se-
dengan masa panen, petani membutuhkan mo-
hingga output program yang dihasilkan tidak
dal yang cukup besar tetapi mereka tidak bisa
maksimal. Hal ini akan sangat berpengaruh
memprediksi hasil yang akan mereka peroleh.
pada nasib petani sebagai obyek yang sangat
Oleh karena itu, petani akan memutuskan un-
terkait dengan dinas pertanian.
tuk meminjam uang ke bank jika mereka mam-
pu atau berhutang kepada ketua kelompok tani
Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Pokok
atau kepada orang yang dapat mereka pinjami.
Sistem kredit bank memang dirasa sangat Jika petani ditanya mengenai pemenuhan kebu-
memberatkan petani, karena bunga yang cukup tuhan pokok sehari-hari, dengan tegas mereka
tinggi, yakni mencapai 2 persen lebih. Sedang- menjawab cukup. Akan tetapi yang perlu
kan sistem pinjaman kepada ketua KUT diba- diteliti adalah apakah cukup berarti tidak
ngun dengan dasar kepercayaan dan asset yang hutang atau berarti ada sumber pendapatan
dimiliki petani peminjam. lain untuk memenuhi kebutuhan pokok ter-
Kurangnya modal membuat petani tidak sebut. Temuan di lapang menunjukkan bahwa
bisa melakukan proses produksi pertanian. Jika petani dapat memenuhi semua kebutuhan po-
para petani tersebut memaksa untuk tetap koknya adalah dari sumber pendapatan lain
berproduksi maka mereka harus mengupaya- (pendapatan alternatif). Hal ini disebabkan ka-
kan pengadaan biaya produksi. Oleh karena rena sektor pertanian bersifat uncertainty. Kon-
itu, kebanyakan petani menempuhnya dengan disi serba tidak pasti baik harga, pasar, panen,
jalan utang. Utang dapat mereka ajukan ke dan sebagainya- sehingga kondisi tersebut me-
bank, kepada ketua KUT atau kepada individu nyebabkan pendapatan petani dari sektor
yang dianggap mampu. Tentu saja sistem pe- pertanian sangat rendah.
minjaman di masing-masing tempat tersebut
berbeda. Pertama, jika petani meminjam kepa- Matrik Masalah
da bank maka risiko yang ditanggung adalah Keterkaitan masalah yang sudah teridentifikasi
tingginya bunga bank. Sehingga ketika mereka melalui analisis masalah, dapat diketahui lebih
mengalami gagal panen/kerugian maka utang mendalam menggunakan matriks masalah.
Suatu masalah dapat mempengaruhi dan/atau pemerintah yang belum propetani. Sehingga
dipengaruhi oleh masalah intinya, yaitu kemis- menyebabkan lebih banyak uncertainty. Sema-
kinan petani. Matrik masalah yang ditunjukkan kin besar uncertainty semakin besar pula resiko
oleh Tabel 1 dapat digunakan untuk memper- yang dihadapi petani. Kondisi spekulatif yang
kirakan unit/instansi yang terlibat dalam masa- tidak menguntungkan petani akan terus menja-
lah kemiskinan petani.Sehingga dapat dilaku- di keadaan yang dapat menghambat kemajuan
kan koordinasi secara intensif agar masalah sektor pertanian dan kesejahteraan petani.
kemiskinan petani dapat diatasi dengan baik. Sedangkan unit terkait yang harus menjadi
Selain itu, dapat pula ditentukan prioritas pena- prioritas untuk diperhatikan adalah kolompok
nganan untuk program yang memiliki masalah tani atau Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani)
paling banyak. dan/atau KUT (Kelompok Usaha Tani). Unit
Tabel 1 memberikan informasi bahwa ren- kelompok tani mempunyai nilai sebesar 4 un-
dahnya pendapatan petani dari sektor perta- tuk permasalahan penyebab yaitu pengetahu-
nian mempunyai nilai terbesar yaitu 10. Hal ini an dan skill yang rendah serta ketidakstabilan
berarti bahwa permasalahan yang menjadi harga. Nilai tersebut merupakan nilai terbesar,
penyebab utama kemiskinan petani adalah ren- yang berarti bahwa program dan kebijakan
dahnya pendapatan petani dari sektor perta- yang dibuat nantinya harus dapat mempriori-
nian. Jika kita telaah kembali pada penyebab taskan penyelesaian masalah pengetahuan dan
kemiskinan pada petani,maka kondisi rendah- skill petani serta ketidakstabilan harga.
nya pendapatan petani dipicu oleh kebijakan
104 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112
Matrik Analisis Partisipasi desa. Akan tetapi semangat gotong royong ha-
nya mencakup skop yang sempit dan sangat
Identifikasi permasahan yang ditunjukkan oleh
dibatasi oleh wilayah di mana mereka tinggal.
Tabel 1 dapat diperoleh peneliti melalui proses
Kerjasama dalam arti luas, yakni dalam lingkup
diskusi dalam bentuk pendekatan in depth
petani, baik antardesa atau antarwilayah dirasa
interview dan focus group discuss. Hasil analisis
sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari keber-
partisipasi dari kedua proses pendekatan ter-
samaan waktu penanaman padi. Menurut salah
sebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel tersebut
seorang petani yang cukup berpengalaman di
menginformasikan berbagai macam kepenting-
Desa Kedungmiri-Karangjati Kabupaten Nga-
an/harapan, kekhawatiran, konflik, serta kele-
wi, menanam padi dalam waktu yang bersama-
mahan dari berbagai instansi/unit yang terlibat
an sangatlah menguntungkan, mengingat keru-
dalam penyelesaian masalah kemiskinan pe-
gian yang lebih banyak ditanggung jika mena-
tani.
nam padi secara individual. Hama -seperti
Salah satu temuan yang menarik adalah
tikus- akan sangat mudah menyerang dan me-
adalah semangat gotong royong memang sa-
nyebabkan gagal panen apabila petani mena-
ngat melekat dan menjadi budaya masyarakat
106 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112
menjadi salah satu penyebab kemiskinan peta- Keputusan Memulai Menanam Padi dan
ni. Kerugian yang harus mereka tanggung Menentukan Jenis Produksi Pertanian
merembet pada hutang yang terus bertambah
Bentuk tindakan kolektif (collective action) dapat
seiring dengan rendahnya harga jual komoditas
dijumpai pada saat petani memulai menanam
pertanian dan kegagalan panen. Hal inilah yang padi di beberapa lokasi penelitian, seperti di
menyebabkan petani mengambil keputusan kabupaten: Bojonegoro, Malang dan Nganjuk.
untuk beternak sapi perah. Sebagai contoh, Penanaman padi mereka mulai bersama-sama
petani Dusun Tretes mendapat kepercayaan dengan melihat musim. Mereka menanam padi
dari koperasi SAE untuk terus membeli semua 2-3x (dua sampai tiga kali) dalam setahun.
susu perahan petani Dusun Tretes. Harga pen- Penanaman padi dilakukan bersama-sama
jualan susu dari petani kepada koperasi SAE demi menghindari risiko gagal panen yang
mencapai Rp3.000,- per liter. Seekor lembu tinggi. Risiko gagalnya panen dapat diakibat-
mampu menghasilkan 10 (sepuluh) liter lembu kan karena adanya serangan hama wereng,
dalam sehari. Sehingga pendapatan yang dapat burung, dan tikut sawah. Dalam banyak studi
diperoleh dalam jangka waktu 2 (dua) minggu pertanian, diakui bahwa menanam padi secara
adalah: Rp420.000,- per 2 (dua) minggu. Penda- bersama-sama serta penggunaan pupuk dan
patan inilah yang bisa diharapkan kepastiannya pestisida yang tepat secara kompak dapat me-
oleh petani. Dengan demikian beternak lembu nurunkan resiko terhadap serangan hama. Se-
merupakan faktor yang mempengaruhi pening- hingga panen yang dihasilkan memuaskan.
katan kesejahteraan petani Dusun Tretes. Se- Meskipun demikian masih banyak petani yang
buah harapan petani terungkap ketika dilaku- memulai produksi padi secara individu.
kan FGD.
Ya, seandainya ada kredit lembu dari pemerintah, Dampak Tindakan Kolektif (Collective Ac-
petani sangat senang. Kita ini tidak perlu diberi tion)
bantuan yang gratis-gratis. Pokoknya yang lebih Berbagai macam bentuk tindakan kolektif (col-
penting itu bisa memotivasi. lective action) petani akan memiliki pengaruh
Lalu ketua RT (Pak To) menimpali: terhadap individu dan masyarakat secara luas
yang akan berdampak pada tindakan individu
Iya lebih baik itu dikasih bantuan kredit, seperti
itu sendiri. Jika masing-masing individu pada
kredit lembu. Daripada dikasih bantuan BLT, karena
akhirnya memutuskan tindakan yang sama
akan menyebabkan orang iri. Karena apa..., lembu
maka akan berpengaruh pula pada masyarakat.
itu sampingan tetapi bisa menjadi penghasilan uta-
Gambar 1 ini menggambarkan hubungan antara
ma. Kalau BLT menyebabkan orang itu tergantung, tindakan kolektif (collective action) dengan tin-
belum lagi nanti ada banyak orang yang iri, kalau dakan individu dan masyarakat.
tidak dapat (BLT).
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan Collective Action
bahwa petani sangat mengharapkan adanya Pengaruh
atau kebijakan
kemasyarakatan
bantuan pemerintah tentang pengadaan kredit sosial
sapi perah. Program penanggulangan kemis-
kinan berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT)
yang juga telah didistribusikan, menuai tang-
gapan yang kurang positif. Artinya, masyarakat Pengaruh terhadap Tindakan
individu
menilai bahwa BLT hanya bersifat sementara individu
dan menyebabkan ketergantungan serta masa-
lah sosial (seperti: iri hati). Dampak sosial yang Sumber: Coleman, 1994
ditimbulkan oleh adanya BLT dapat mempe-
Gambar 1. Relasi Makro-ke-Mikro-ke-Makro da-
ngaruhi secara negatif modal sosial petani.
lam Pengaruh
108 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112
Tabel 3. Matrik Pemilihan Program
Program Penciptaan Pembentukan Pendampingan Pengadaan Kerjasama KUT/
pasar bagi /pengaktifan KUT/ lahan Gapoktan dgn
petani (KUT)/ Gapoktan percontohan Lembaga
Kriteria Gapoktan di tiap Desa Penelitian &
/atau Universitas
(Program (Program 2) (Program 3) (Program 4) terkait
1) (Program 5)
1. Prinsip
pembangunan:
- pemerataan 5 4 1 2 3
- peningkatan
2. Kebijakan Pemerintah 2 5 4 3 1
3. Efektifitas biaya 1 5 4 2 3
4. Kesinambungan 5 1 4 2 3
5. Pemanfaatan
2 5 1 4 3
maksimal
6. Keterbatasan Sumber
5 3 1 4 2
Daya
7. Aksesibilitas 4 5 3 2 1
8. Peningkatan
5 4 3 2 1
pendapatan
9. Replikabilitas 5 4 3 2 1
Total nilai 34 36 24 23 18
Sumber: data primer 2010, diolah peneliti
26); dan keempat, pengadaan lahan percontohan rangka menyusun kebijakan-kebijakan apa saja
di masing-masing desa (total nilai = 13) yang harus dilakukan.
Kerangka kerja logis tersebut menggam-
Bentuk Kebijakan Pemerintah kepada barkan ringkasan rancangan program pengen-
Petani tasan kemiskinan petani menggunakan matrik
dengan memperhatikan asumsi-asumsi, sumber
Hasil analisis program telah diketahui 4 (em-
permbuktian, indikator untuk setiap tingkatan
pat) program utama yang harus menjadi prio-
tujuan yang ingin dicapai. Kerangka kerja logis
ritas dalam rangka mensejahterakan petani.
dimaksudkan untuk melakukan penilaian ter-
Pada Tabel 5 dalam Lampiran diperlihatkan
hadap setiap kebijakan yang digambarkan seca-
kerangka kerja logis (logical framework) dalam
110 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112
Boyolali. Forum Geografi, Vol.23, No.1. Kuncoro, AS. 2008. Kemiskinan: Kesenjangan An-
Universitas Muhammadiyah Surakarta. tarprovinsi. Project Officer untuk TAR
BPS Indonesia. 2009. www.bps.go.id GETMDGs (BAPENAS/UNDP). MDGs
News edisi 01 Juli-September 2008.
BPS Jawa Timur. 2009. www.bps.jatim.go.id
Oktavianti, Henny. 2007. Menelaah Kemiskinan
Bratakusumah, D. Supriady. 2004. Perencanaan
di Indonesia Perspektif Ekonomi Politik.
Pembangunan Daerah, Strategi Menggali Po-
Jurnal Ekonomi Terapan Indonesia, Vol.2,
tensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah.
No. 2. Malang: BPFE Universitas Brawi-
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
jaya.
Utama.
Di Gregorio, M. and Meinzen-Dick, R. S. and
Coleman, James S. 1994. Foundations of Social
(eds.) 2004. Collective Action and Property
Theory. The Belknap Press of Harvard
Rights for Sustainable Development. 2020 Fo-
University Press. Terjemahan. Bandung:
cus 11. Washington, D.C.: International
Penerbit Nusa Media.
Food Policy Research Institute. http://
Firman dan Herlina. 2003. Analisis Kemiskinan www.ifpri.org/2020/focus/focus11.htm
dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan pada
Sahdan, Gregorius. 2007. Menanggulangi Kemis-
Peteernak Sapi Perah. Survey di Wilayah Ker-
kinan Kota. http://www.kemenegpdt.go.
ja Koperasi Unit Desa Sinar Jaya Kabupaten
id/. diakses tanggal 5 April 2011.
Bandung. Jatinangor. Bandung.
Yustika, A. Erani. 2006. Ekonomi Kelembagaan:
Fukuyama, Francis. 1995. Trust: The Social Vir-
Definisi, Teori, dan Strategi. Malang: Bayu
tues and the Creation of Prosperity. New
Media Publishing.
York: Free Press.
Yustika, A. Erani.. 2007. Perekonomian Indonesia:
Gulo, dkk. 2005. Kebijakan dalam Upaya Me-
Satu Dekade Pascakrisis Ekonomi. Malang:
nanggulangi Kemiskinan di Nias. Jurnal
Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Uni-
Studi Pembangunan. edisi Oktober, Vol.1,
versitas Brawijaya.
No.1. USU.
Hasibuan, Nurimansjah. 1993. Kemiskinan Struk-
tural di Indonesia: Menembus Lapisan Ba-
wah. Artikel bebas.
LAMPIRAN
Bersambung
Activities/Program:
1. Penciptaan pasar bagi 1. - Produksivitas petani & Data Nilai Tukar Collective action
petani pertanian Petani (NTP) tinggi Social capital
Pembelian produk meningkat Data produksi Dana mencukupi
pertanian lokal oleh - Pendapatan petani pertanian Good governance
pemerintah (terkecuali meningkat meningkat SDM memadai
petani bunga) - Harga jual produk Kearifan lokal
Data kemiskinan
2. Pembentukan/Pengaktifan pertanian tinggi
petani menurun
KUT/Gapoktan 2. - Terjalin kerjasama antar
Kualitas produk
Problem solver petani
pertanian tinggi
Pelatihan - Mampu berwirausaha
Laporan kerja
kewirausahaan tani
Dinas Pertanian
Penyuluhan pertanian - Penguasaanteknik
Menjalankan fungsi produksi pertanian
koperasi dalam KUT - Bekerjasama dengan
3. Pendampingan KUD setempat
KUT/Gapoktan 3. - ManaJemen organisasi
Pelatihan baik
managemenorganisasi - Konflik internal
Pemantauan KUT berkurang
(networking) - KUT berfungsi dengan
4. Pengadaan lahan baik
percontohan di masing- - Mereduksi moral hazard
masing desa - Tercapainya networking
Pusat percontohan awal 4. - Adanya lahan percon-
(uji keberhasilan suatu tohan di masing-masing
produk) desa
Pusat pelatihan dan - Adanya kegiatan pela-
percobaan riil pertanian tihan percobaan riil ter-
hadap suatu produk
atau teknik pertanian
112 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 96-112