Professional Documents
Culture Documents
DIVIDEND POLICY
Oleh:
KP A
UNIVERSITAS SURABAYA
GASAL 2016-2017
STATEMENT OF AUTHORSHIP
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan
dengan jelas menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Nama NRP
Stefanny Eka Santoso 130214225
Renaldy Wiguna 130214134
Ketua Kelompok
8.1 Introduction
Kebijakan deviden menjelaskan tentang keputusan perusahaan terkait berapa deviden
yang akan dibayarkan kepada pemegang sahamnya dan kapan deviden tersebut
dibagikan (annually, semiannually, quarterly). Namun pada beberapa tahun terakhir,
kebijakan deviden mencangkup berbagai variabel seperti mendistribusikan kas kepada
investor dengan membeli kembali atau deviden yang didesain spesial dari pada deviden
regular, mempercayakan devidennya untuk dibelikan saham lagi, dan bagaimana
menyeimbangkan arus kas dengan adanya pajak individu yang tinggi.
8.2 Observed Dividend Policy Patterns
Pada hal ini, disimpulkan pola dari pembayaran deviden yang akan menjelaskan
bagaimana teori dari kebijakan deviden yang seharusnya dijelaskan dan akan
menjelaskan susunan untuk mendiskusikan riset empiris yang relevan.
1. Ditemukan pola kebijakan deviden yang berbeda pada tiap negara. Perusahaan
yang induknya ada di negara berkembang umumnya membayar dividend payout
lebih rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi adanya pola ini namun salah
satunya adalah negara yang ketergantungannya pada pasar modal besar, seperti
Amerika Serikat dan Inggris cendeurung membayar dividend payout lebih tinggi
daripada negara yang tergantung dengan bank seperti Jepang dan Jerman. Selain itu
negara yang perekonomiannya didominasi pemerintah seperti Italia dan negara
yang memiliki tradisi sosialis yang kuat seperti Jerman cenderung membayar
dividend payout lebih rendah.
2. Ditemukan pola kebijakan deviden yang berbeda antar industri dan ini terjadi di
semua negara. Perusahaan pada industri yang telah mature lebih tinggi dividend
payout rationya dibandingkan perusahaan pada industri baru dan sedang
bertumbuh. Perusahaan utility seperti air dan listrik biasanya membayarkan
dividend payout yang sangat tinggi dan ini terjadi di berbagai negara. Faktor utama
yang mempengaruhi besar dividend payout nampaknya adalh tingkat pertumbuhan
industri, kebutuhan dana investasi, profitabilitas, variabilitas earnings dan
karakteristik asset (komposisi tangible dan intengible assets)
3. Dalam satu industri, dividend payout berkorelasi positif dengan size dan asset
intensity dan berkorelasi negatif dengan tingkat pertumbuhan. Perusahaan besar
umumnya membayar dividend payout lebih besar daripada perusahaan kecil.
Perusahaan dengan tangible asset terhadap total asset relatifnya besar cenderung
membayar dividend payout lebih besar. Sedangkan perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan tingggi memeiliki dividend payout kecil dan akan meningkat saat
memasuki tahap dewasa.
4. Hampir semua perusahaan menjaga dividend per share yang konstan pada cukup
lama. Manajer tidak akan menaikkan dividend per share sampai mereka yakin laba
yang akan datang dapat untuk mempertahankan level DPS baru. Ketika ada
kenaikan meaupun penurunan dilakukan perubahan secara gradual. Mereka akan
mempertahankan DPS tahun sebelumnya sampai keadaan tidak lagi memungkinkan
perusahaan untuk mempertahankan DPS tersebut.
5. Pasar modal bereaksi positif terhadap dividend initiation dan peningkatan deviden
dan bereaksi sangat negatif terhadap penurunan dan penghapusan deviden. Ketika
perusahaan mengumumkan deviden pertamanya maka harga saham akan
meningkat 1-3%. Apabila perusahaan mengurangi atau menghilangkan deviden
maka terjadi penurunan harga bisa mencapai 50%.
6. Perubahan deviden memberikan informasi tentang ekspektasi manajer terhadap
earnings saat ini dan yang akan datang. Perubahan deviden memberikan informasi
ke investor, yang dalam pasar modal modern merupakan pihak yang kurang
mengetahui informasi perusahaan tentang kondisi perusahaan sehingga asymmetric
information dapat dikurangi. Kenaikan deviden merupakan signal bahwa manajer
memiliki ekspektasi earning lebih besar dimasa yang akan datang sedangkan
penurunan deviden menandakan adanya proyek earnings yang memburuk.
7. Pajak jelas mempengaruhi deviden payout, namun efek bersihnya masih
membingungkan dan pajak tidak menyebabkan atau mencegah perusahaan
membayarkan deviden. Kenaikan tarif pajak pendapatan atas deviden logikanya
tentu akan mengurangi permintaan akan deviden. Pada kondisi ekstrim dimana
pajak atas deviden sangat tinggi maka perusahaan akan menghentikan devidennya
sama sekali dan menanam seluruh labanya dan tidak didukung oleh teori yang
mengatakan deviden justru naik ketika pajak atas deviden naik.
8. Meskipun sudah melakukan riset yang intensif, bagaimana pengaruh pembayaran
deviden terhadap required return atas saham biasa masih belum jelas. Saham yang
membayarkan deviden yang besar memiliki required rate of return yang lebih
tinggi daipada saham yang berdeviden rendah. Alasannya adalah investor harus
membayar pajhak pendapatan atas deviden namun dapat menunda pembayaran
pajak atas capital gain.
9. Perubahan biaya transaksi dan tingkat efisiensi pasar modal hanya berpengaruh
sedikit terhadap dividend payout. Pembayaran deviden dimaksudkan untuk
menghilangkan keraguan jika ternyata saham tertentu tidaka likuid mestinya
pembayaran deviden akan terus menurun seiring dengan semakin likuid dan
kecilnya biaya transaksi. Temuan bahwa dividend patout tidak berubah
menunujukkan bahwa efisien tidaknya pasar modal tidak ada kaitannya dengan
deviden.
10. Struktur kepemilikan mempengaruhi deviden. Baik di Amerika Serikat dan negara
lainnya perusahaan perseroan tertutup (closely held companies) sering kali tidak
membayarkan deviden sama sekali sedangkan perusahaan perseroan terbuka
hampir selalu membagikan deviden tiap tahunnya. Pada hampir setiap negara dan
industri, perusahaan yang kepemilikannya terkonsentrasi devidennya cenderung
rendah sedangkan yang kepemilikan yang menyebar devidennya cenderung tinggi.
Theoretical Explanations for Observed Patterns
Penjelasan secara teoritis mengenai pola kebijakan deviden dijelaskan oleh 2
model, yaitu :
Agency cost model Model ini berasumsi bahwa pembayaran deviden
didoraong oleh upaya untuk mengurangi masalah agensi yang muncul
karena di perusahaan ada pemisahan antara pemilik dan manajer.
Dividend signaling model Dividen yang diperlukan untuk
memberikan informasi positif dari manajer yang well-informed ke
pemegang saham yang poorly-informed.
8.3 Dividend Policy in Frictionless Capital Markets
Modigliani dan Miller (1961) dalam menganalisa bahwa kebijakan dividen
menggunakan asumsi pasar sempurna, perilaku rasional , dan adanya kepastian. Asumsi
yang dikemukakan yaitu :
1. Semua pembeli dan penjual sekuritas tidak ada yang bisa mempengaruhi harga pasar.
2. Semua pedagang sekuritas mempunyai akses yang sama dan tanpa biaya terkait
semua informasi yang relevan.
3. Tidak ada biaya.
4. Tidak ada perbedaan tarif pajak atas dividend dan capital gain atau antara laba yang
didistribusikan dan yang tidak didistribusikan.
5. Investor lebih menyukai kekayaan yang banyak daripada sedikit.
6. Investor tidak mempermasalahkan apakah kenaikan perolehan berasal dari dividen
atau capital gain.
7. Setiap investor sangat yakin akan keberhasilan pogram investasi dan laba perusahaan
di masa depan.
8. Karena adanya kepastian tentang masa depan, semua perusahaan mengeluarkan satu
jenis sekuritas yaitu saham biasa.
Dengan adanya asumsi adanya kepastian di masa yang akan datang, maka tingkat return
dapat dihitung dengan rumus berikut :
() + ( + 1) ()
() =
()
Kemudian menghitung harga saham saat ini dengan menggunakan harga saham periode
mendatang ditambah dividen yang dibagikan.
() + ( + 1)
() =
1 + ()
Kesimpulannya adalah bahwa nilai sebuah perusahaan ditentukan sepenuhnya oleh laba
operasi yang sedang dan akan dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
b. Variabel makro