You are on page 1of 8

Rama

dan Fitria | Penatalaksanaan Hipertensi Tingkat 2 dan Diabetes Mellitus Tipe II pada Wanita Usia 53 Tahun
dengan Pendekatan Dokter Keluarga

Penatalaksanaan Hipertensi Tingkat 2 dan Diabetes Mellitus Tipe II


pada Wanita Usia 53 Tahun dengan Pendekatan Dokter Keluarga

1
Rama Rapina, 2Fitria Saftarina
1,2
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi adalah meningkatnya
tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak
pada munculnya penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung (Hipertensi Heart Disease), gagal ginjal akhir (End Stage
Renal Disease), dan penyakit pembuluh darah perifer). Faktor-faktor resiko seperti penyakit jantung, hipertensi,
dislipidemia, diabetes mellitus (DM) harus dipantau secara teratur agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
Metode dalam penulisan ini menggunakan laporan kasus di Puskesmas Gedong Tataan pada bulan Juni 2016 yang ditelaah
berdasarkan evidence based medicine. Ny. S, usia 53 tahun mengeluh sakit kepala sejak lima hari lalu dan memberat sejak
dua hari lalu. Sakit kepala dirasakan terutama pada bagian belakang terkadang menjalar hingga bagian leher. Pasien
memiliki riwayat hipertensi sudah 6 tahun. Pasien memiliki riwayat DM sejak 2012. Pemeriksaan fisik didapatkan TD
170/100; GDS: 210 mg/dL. Setelah intervensi didapatkan penurunan tekanan darah serta perubahan pengetahuan, sikap
dan perilaku pasien dan keluarganya dalam penatalaksanaan penyakit pasien. Telah dilakukan identifikasi terhadap faktor-
faktor internal dan eksternal yang berpengaruh pada penyakit pasien. Sudah dilaksanakan pelayanan yang bersifat kuratif
dan juga diberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya yang bertujuan meningkatkan kesehatan pasien dan
keluarganya.

Kata kunci: diabetes mellitus, gaya hidup, hipertensi grade II, pelayanan dokter keluarga

Treatment of Hypertension Grade II and Type II Diabetes Mellitus
in 53 Years Old Woman Through Family Medicine Approach

Abstract
Hypertension is a common public health problem in the developing country. Hipertension is increasing systolic blood
pressure greater than 140 mmHg or diastolic greater than 90 mmHg on two occasions with an interval of 5 minutes of
getting enough rest (calm). Hypertension is not treated immediately impact on the emergence of degenerative diseases,
such as cardiovascular disease (hypertension Heart Disease), renal failure end (End Stage Renal Disease), and peripheral
vascular disease). Risk factors such as heart disease, hypertension, dyslipidemia, diabetes mellitus (DM) should be
monitored regularly in order not to cause more serious complications. The method in this paper uses case reports in
Puskesmas Gedong Tataan in June 2016 were assessed based on evidence based medicine. Mrs. S, age 53 years complained
of headaches since five days ago and was advancing since two days ago. Headache is felt especially on the back sometimes
spread to the neck. The patient had a history of hypertension is already 6 years. The patient had a history of diabetes since
2012. The physical examination TD 170/100; GDS: 210 mg/dL. After the intervention obtained a decrease in blood pressure
as well as changes in knowledge, attitudes and behaviors of patients and their families in the management of the patient's
disease. It has been done to the identification of internal and external factors that affect the patient's disease. Already
implemented for curative services and also provided education to patients and families at improving the health of patients
and their families.

Keywords: lifestyle, hypertension grade II, family medical service, type II diabetes mellitus

Korespondensi: Rama Rapina, S.Ked., alamat Jl. Bumi Manti I Blok F2 No.5 Bandar Lampung, HP 082373277777, email
ramarafina20@gmail.com


Pendahuluan Organization (WHO) memperkirakan, pada
Hipertensi didefinisikan oleh Joint tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73%
National Committee on Detection, Evaluation kematian dan 60% seluruh kesakitan di
and Treatment of High Blood Pressure sebagai dunia. Negara yang paling merasakan
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg.1 dampaknya adalah negara berkembang
Penyakit tidak menular (PTM), merupakan termasuk Indonesia. Salah satu PTM yang
penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke menjadi masalah kesehatan yang sangat
orang. Penyakit tidak menular (PTM) serius saat ini adalah hipertensi.2
mempunyai durasi yang panjang dan Meningkatnya usia harapan hidup yang
umumnya berkembang lambat. World Health didorong oleh keberhasilan pembangunan

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 95


Rama dan Fitria | Penatalaksanaan Hipertensi Tingkat 2 dan Diabetes Mellitus Tipe II pada Wanita Usia 53 Tahun
dengan Pendekatan Dokter Keluarga

nasional dan berkembangnya modernisasi Ny. S, 53 tahun, seorang pensiun PNS


serta globalisasi di Indonesia akan cenderung datang ke Puskesmas Gedong Tataan dengan
meningkatkan risiko terjadinya penyakit keluhan sakit kepala sejak 5 hari yang lalu yang
vaskuler (penyakit jantung koroner, stroke, dan semakin memberat sejak 2 hari yang lalu.
penyakit arteri perifer).3 Sakit kepala yang dirasakan terutama pada
Menurut American Heart Association bagian belakang kepala terkadang menjalar
(AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas hingga ke leher, sehingga tengkuk pasien
20 tahun menderita hipertensi telah mencapai terasa berat tetapi pasien masih bisa tidur.
angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir Nyeri kepala biasanya hilang timbul.Pasien
sekitar 90-95% kasus tidak diketahui masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari
penyebabnya. Hipertensi merupakan silent seperti biasanya dan tidak mengonsumsi obat-
killer dimana gejala dapat bervariasi pada obatan untuk menghilangkan sakitnya. Pasien
masing-masing individu dan hampir sama mengatakan rasa sakit tidak berhubungan
dengan gejala penyakit lainnya. Prevalensi dengan waktu, sakit dirasakan 1-2x dalam
hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil sehari. Biasanya lebih berat ketika banyak
pengukuran pada umur 18 tahun sebesar beraktivitas.
25,8. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar Awalnya sekitar 6 tahun yang lalu pasien
252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 mengalami keluhan seperti ini. Lalu pasien
jiwa yang menderita hipertensi. Sebagian memeriksakan diri ke puskesmas untuk diobati
besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat dan diberikan obat antihipertensi. Namun,
tidak terdiagnosis. Prevalensi hipertensi pasien tidak rutin untuk meminum obat
Lampung merupakan daerah ke-11 tertinggi di tersebut. Pasien juga mengatakan memiliki
Indonesia. Prevalensi DM, hipertiroid, dan riwayat penyakit diabetes melitus sejak tahun
hipertensi pada perempuan cenderung lebih 2012. Pusing berputar (-), pandangan kabur (-),
tinggi daripada laki-laki.4 mual (-), muntah (-), nyeri dada (-), sesak nafas
Kesadaran dan pengetahuan tentang (-), buang air besar (BAB) normal, nafsu makan
penyakit hipertensi masih sangat rendah hal baik.
ini terbukti, masyarakat lebih memilih Ny. S tinggal bersama kakak
makanan siap saji yang umumnya rendah perempuannya dan seorang keponakan. Ayah
serat, tinggi lemak, tinggi gula, dan dan ibu Ny. S sudah meninggal dikarenakan
mengandung banyak garam.5 Pengetahuan sakit. Ayah Ny. S menderita darah tinggi dan
tentang penyakit merupakan indikator Ibu Ny. S meninggal dikarenakan komplikasi
perubahan perilaku. 6 dari penyakit kencing manis.
Faktor-faktor resiko seperti penyakit Pola pengobatan pasien dan keluarganya
jantung, hipertensi, dislipidemia, diabetes adalah kuratif yaitu apabila mengalami
mellitus (DM) harus dipantau secara teratur keluhan, pasien baru pergi untuk berobat.
agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih Sama saja dengan pola pengobatan anggota
serius. Hipertensi yang tidak segera ditangani keluarga lainnya yaitu kuratif, dimana anggota
berdampak pada munculnya penyakit keluarga mencari pelayanan kesehatan jika
degeneratif, seperti penyakit jantung sakit saja.
(Hipertensi Heart Disease), gagal ginjal akhir Pasien makan dua kali sehari, pasien
(End Stage Renal Disease), dan penyakit masih berpuasa dan makanan yang dimakan
pembuluh darah perifer).7 cukup bervariasi. Namum pasien suka
Pada dasarnya penanganan terhadap mengkonsumsi makanan yang berlemak,
keluhan tersebut diatas adalah mengkonsumsi santan dan asin serta menyukai makanan dan
obat-obatan teratur, memperbaiki pola makan, minuman yang manis. Pasien jarang
dan managemen stress. Oleh karena itu, berolahraga. Pasien mengatakan tidak pernah
dibutuhkan partisipasi dan dukungan keluarga mengkonsumsi alkohol ataupun merokok.
yang optimal dalam memotivasi, Pada pemeriksaan fisik didapatkan
mengingatkan, serta memperhatikan pasien keadaaan umum tampak sakit ringan; suhu:
dalam penatalaksanaan penyakitnya serta 36,7 oC; tekanan darah: 170/100 mmHg; frek.
pencegahan faktor risiko.8 nadi: 88 x/menit; frek. nafas: 20 x/menit; berat
badan: 55 kg; tinggi badan: 148 cm; IMT: 25.
Kasus Pada pemeriksaan mata, telinga, hidung, kesan

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 96



Rama dan Fitria | Penatalaksanaan Hipertensi Tingkat 2 dan Diabetes Mellitus Tipe II pada Wanita Usia 53 Tahun
dengan Pendekatan Dokter Keluarga

dalam batas normal. Paru, gerak dada dan Pada pasien ini penegakan diagnosis
fremitus taktil simetris, tidak didapatkan rhonki klinik hipertensi grade II, berdasarkan keluhan
dan wheezing, kesan dalam batas normal. pasien yang didapatkan nyeri kepala. Nyeri
Batas jantung tidak terdapat pelebaran, kesan kepala menjalar ke tengkuk, rasa pusing
batas jantung normal. Abdomen datar, tidak dirasakan hilang timbul, terlebih bila pasien
didapatkan organomegali ataupun asites, kurang istirahat. Sedangkan dari pemeriksaan
kesan dalam batas normal. Ekstremitas tidak fisik didapatkan tekanan darah pasien 170/100
didapatkan edema, kesan dalam batas normal. mmHg. Sesuai dengan gambaran klinis
Muskuloskeletal kekuatan otot berkurang (5/4, hipertensi berupa sakit kepala sampai ke
5/4), tidak didapatkan kelainan sendi. Pada tengkuk bagian belakang, sering gelisah,
pemeriksaan penunjang GDS: 210 mg/dL. tengkuk rasa pegal yang akan berkurang bila
Penatalaksanaan pada pasien dengan penderita beristirahat.10
non medikamentosa yaitu dengan memberikan Diagnosis hipertensi grade II ditegakkan
penjelasan mengenai penyakit yang sedang berdasarkan Eight Report Joint National
diderita oleh pasien dan komplikasinya kepada Committe on Prevention, Detection, Evaluation,
pasien dan anggota keluarga; Memberikan and Treatment of High Blood Pressure (JNC-8),
penjelasan tentang pentingnya mengontrol dimana hipertensi grade II yaitu tekanan darah
tekanan darah darah dengan cara minum obat sistol >160 mmHg dan diastol >100 mmHg.
teratur dan pola makan yang baik pada Faktor risiko timbulnya hipertensi antara lain
penderita hipertensi dan fisioterapi untuk usia, stres, aktivitas fisik, makanan, dan
penyakit stroke dengan mengikuti program kebiasaan olah raga.1,8
kesehatan lansia dari puskesmas setempat; Penegakan diagnosis pada pasien sudah
Memberikan motivasi untuk minum obat tepat yaitu Hipertensi grade II. Pada faktor usia
secara kontinu dan mengambil obat sekaligus semakin tua usia seseorang semakin besar
mengontrol tekanan darah serta menganjurkan resiko terserang hipertensi karena arteri
pasien untuk meneruskan mengikuti program semakin kehilangan elastisitasnya. Dinding
BPJS; Memberikan edukasi kepada keluarga arteri juga dapat menjadi kaku karena
untuk berperan dalam mengingatkan pasien kalsifikasi lamerar elastis. Tekanan sistolik
dengan pola makan dan gaya hidup, serta meningkat sesuai dengan usia, sedangkan
rutinitas minum obat. Pasien diberikan obat tekanan diastolik tidak berubah mulai dari
captopril tablet 2x25 mg, amlodipin 1x5 mg dekade ke-5. Untuk mencegah resiko lebih
(malam), dan glibenklamid 1x5 mg (Pagi).9 lanjut yang bisa dialami oleh pasien, maka di
sarankan kepada pasien untuk patuh terhadap
Pembahasan pengobatan dan anjuran yang diberikan serta
Masalah kesehatan yang dibahas pada melakukan beberapa pemeriksaan yang
kasus ini adalah seorang wanita berusia 53 mungkin dapat ia lakukan untuk mengetahui
tahun yang terdiagnosa hipertensi yang tidak lebih dini perluasan penyakitnya, sebagai
terkontrol dengan riwayat diabetes mellitus prinsip pencegahan terhadap faktor resiko
tipe II dan stroke. Ketika memeriksakan diri ke yang ia miliki.11
Puskesmas Rawat Inap Gedong Tataan, Ny. S Pada Pedoman Tatalaksana Hipertensi
datang karena keluhan sakit kepala sampai pada Penyakit Kardiovaskular di Indonesia yang
tengkuk. Saat dilakukan pemeriksaan, dibuat oleh Perhimpunan Dokter Spesialis
didapatkan tekanan darah pasien 170/100 Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dijelaskan
mmHg dengan dua kali pemeriksaan. bahwa penatalaksanaan penyakit Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah dapat dilakukan dengan meenjalani pola hidup
sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau sehat. Ini telah banyak terbukti dapat
diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua menurunkan tekanan darah, dan secara umum
kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit sangat menguntungkan dalam menurunkan
dalam keadaan cukup istirahat (tenang). risiko permasalahan kardiovaskular. Pada
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National pasien yang menderita hipertensi derajat 1,
Committee on Detection, Evaluation and tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka
Treatment of High Blood Pressure sebagai strategi pola hidup sehat merupakan
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg.1 tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani
setidaknya selama 46 bulan. Bila setelah

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 97


Rama dan Fitria | Penatalaksanaan Hipertensi Tingkat 2 dan Diabetes Mellitus Tipe II pada Wanita Usia 53 Tahun
dengan Pendekatan Dokter Keluarga

jangka waktu tersebut, tidak didapatkan Calsium Channel Blocker (CCB); (4) Angiotensin
penurunan tekanan darah yang diharapkan Converting Enzyme Ihibitor (ACEI); (5)
atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular Angiotensin II Reseptor Blocker (ARB), 10,11
yang lain, maka sangat dianjurkan untuk Masing-masing obat antihipertensi
memulai terapi farmakologi. Beberapa pola memiliki efektifitas dan keamanan dalam
hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat
guidelines adalah yang pertama yaitu antihipertensi juga dipengaruhi beberapa
penurunan berat badan, ini dapat dilakukan faktor yaitu: (1) Faktor sosio ekonomi; (2) Profil
dengan mengganti makanan tidak sehat faktor kardiovaskular; (3) Ada tidaknya
dengan memperbanyak asupan sayuran dan kerusakan organ target; (4) Ada tidaknya
buah-buahan yang juga dapat memberikan penyakit penyerta
manfaat yang lebih selain penurunan tekanan Dengan memahami pedoman tata
darah, seperti menghindari diabetes dan laksana Hipertensi ini, maka dapat dipahami
dislipidemia. Selanjutnya adalah mengurangi bahwa yang menjadi dasar utama adalah pola
asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi hidup sehat. Bila pasien tidak mengalami
garam dan lemak merupakan makanan penurunan tekanan darah setelah >6 bulan
tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak menjalani gaya hidup sehat, maka diberikan
jarang pula pasien tidak menyadari kandungan satu golongan obat untuk hipertensi derajat 1
garam pada makanan cepat saji, makanan pilihan awal berupa golongan thiazide dan
kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak pertimbangkan juga golongan ACEI dan ARB,
jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat BB dan CCB. Dan kombinasi dua golongan obat
untuk mengurangi dosis obat antihipertensi yang cara kerjanya berbeda untuk hipertensi
pada pasien hipertensi derajat 2. Dianjurkan derajat 2, contohnya golongan thiazide dan
untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/hari, ACEI.9
selanjutnya adalah olah raga. Olah raga yang Pembinaan pada pasien ini dilakukan
dilakukan secara teratur sebanyak 3060 dengan mengintervensi pasien beserta
menit/hari, minimal 3 hari/minggu, dapat keluarga sebanyak 3 kali, dimana dilakukan
menolong penurunan tekanan darah. Terhadap kunjungan pertama pada tanggal 17 Juni 2016.
pasien yang tidak memiliki waktu untuk Pada kunjungan keluarga pertama dilakukan
berolahraga secara khusus, sebaiknya harus pendekatan dan perkenalan terhadap pasien
tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, serta menerangkan maksud dan tujuan
mengendarai sepeda atau menaiki tangga kedatangan, diikuti dengan anamnesis tentang
dalam aktifitas rutin mereka di tempat keluarga dan perihal penyakit yang telah
kerjanya. Selanjutnya adalah mengurangi diderita.
konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi alkohol Dari hasil kunjungan tersebut, sesuai
belum menjadi pola hidup yang umum di konsep Mandala of Health, dari segi perilaku
negara kita, namun konsumsi alkohol semakin kesehatan pasien masih mengutamakan kuratif
hari semakin meningkat seiring dengan daripada preventif dan memiliki pengetahuan
perkembangan pergaulan dan gaya hidup, yang kurang tentang penyakit-penyakit yang ia
terutama di kota besar. 1 derita. Human biology, pasien merasakan
Tujuan dari penatalaksanaan pasien yang penyakit hipertensi yang menyebabkan stroke
mengalami hipertensi adalah pengendalian pada pasien menimbulkan keluhan-keluhan
tekanan darah agar dapat mengurangi gejala yang mengganggu aktifitasnya. Pasien awalnya
kepala pusing dan mengontrol penyakit supaya tidak tahu mengenai penyakit hipertensinya
tidak menjadi lebih parah dan timbul yang mengakibatkan pasien terkena stroke.
komplikasi lebih lanjut seperti retinopati, Pasien dulunya bahkan jarang memeriksakan
nefropati dan penyakit jantung hipertensi. tekanan darahnya. Lingkungan psikososial,
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari terapi pasien merasa bahagia dengan keadaan
non medikamentosa (edukasi, menurunkan keluarganya saat ini, hubungan antar anggota
asupan garam, menurunkan asupan lemak, keluarga juga terbilang cukup dekat dan jarang
terapi fisik dan lain-lain), dan terapi obat. Obat mengalami suatu masalah, namun untuk
antihipertensi untuk terapi farmakologis masalah kesehatan dukungan keluarga
hipertensi yang dianjurkan oleh JNC-8 antara terbilang kurang. Dalam hal lingkungan rumah,
lain: (1) Diuretika; (2) Beta Bloker (BB); (3) pasien sesekali keluar rumah untuk

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 98



Rama dan Fitria | Penatalaksanaan Hipertensi Tingkat 2 dan Diabetes Mellitus Tipe II pada Wanita Usia 53 Tahun
dengan Pendekatan Dokter Keluarga

bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumah. Edukasi pada pasien hipertensi meliputi
Pasien mengaku dulunya sebelum pasien pemantauan tekanan darah, konsumsi obat
terkena stroke, pasien cukup sering mengikuti secara rutin, pemantauan efek samping obat,
kegiatan pengajian rutin yang diselenggarakan olahraga atau meningkatkan aktifitas fisik, dan
lingkungan sekitar. Lingkungan fisik, mengurangi asupan garam. Dengan tujuan
pemukiman sekitar tidak padat penduduk. Life tekanan darah dapat terkontrol degan target
style, pola makan belum sesuai dengan anjuran tekanan darah yang telah banyak
dokter, karena pasien masih mengkonsumsi direkomendasikan oleh berbagai studi pada
makanan tinggi garam dan lemak. Perilaku pasien hipertensi dengan penyakit jantung dan
olahraga ringan tiap harinya sudah dijalani pembuluh darah, adalah tekanan darah sistolik
namun belum cukup dikarenakan kondisi <140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik
pasien yang sudah kesulitan untuk pergi keluar <90 mmHg. Pola makan dan olahraga pasien
rumah sendiri. Keadaan rumah ideal, rumah perlu diatur untuk mencegah komplikasi yang
cukup luas, bersih dan rapi, rumah pasien dapat muncul. Pola makan yang baik bagi
memiliki septiktank dan pencahayaan yang pasien, selain menyesuaikan dengan gizi
cukup baik. 12 seimbang, perlu untuk memperbanyak
Kunjungan kedua dilaksanakan pada konsumsi serat.1
tanggal 21 Juni 2016 untuk melakukan Pengaruh asupan natrium terhadap
intervensi terhadap pasien tentang penyakit hipertensi terjadi melalui peningkatan
hipertensi, DM, stroke dari definisi sampai volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan
komplikasinya dan mengenai makanan yang darah.Penelitian yang dilakukan oleh Febby
dianjurkan dan yang tidak dianjurkan untuk yang menyatakan bahwa ada hubungan
pasien. Pada kunjungan kedua ini juga di bermakna antara asupan tinggi natrium
lakukan pemeriksaan tekanan darah terhadap dengan kenaikan tekanan darah.13 Sesuai
pasien dengan menggunakan alat dengan penelitian yang dilakukan oleh
spigmomanometer jenis jarum dan didapatkan Pradono menunjukkan bahwa ada hubungan
tekanan darah sebesar 170/100 mmHg dan makan atau minum manis dengan hipertensi.14
GDS: 187 mg/dL. Lemak jenuh dan kolesterol diketahui dapat
Sebelum intervensi dilakukan, pasien memperbesar risiko seseorang untuk terkena
diberikan pertanyaan tentang pengetahuan hipertensi dan penyakit jantung. 15 Penelitian
pasien mengenai penyakit hipertensi dan DM. yang dilakukan oleh Syahrini yang
Ini bertujuan sebagai indikator keberhasilan menunjukkan bahwa ada hubungan antara
intervensi. Indikator untuk perubahan perilaku kebiasaan konsumsi makanan berlemak
yaitu pengetahuan tentang sakit atau penyakit, dengan kejadian hipertensi.16 Sesuai juga
cara pemeliharaan dan kesehatan lingkungan. dengan rekomendasi PERKI 2015 penderita
Ketika intervensi dilakukan, keluarga pasien hipertensi dianjurkan untuk asupan garam
yaitu kakak pasien juga turut serta yang tidak melebihi 2 gr/ hari. Ini dapat di
mendampingi dan mendengarkan apa yang aplikasikan dalam makanan sehari-hari yang
disampaikan pada pasien. Intervensi ini jadwalnya dietnya dapat disusun dan dibantu
dilakukan dengan tujuan untuk merubah dengan mengikuti media leaflet yang telah
pengetahuan sikap dan perilaku pasien tentang disediakan.1
penyakit hipertensi dan untuk meningkatkan Edukasi juga memuat tentang gaya
kualitas hidup pasien. 6 hidup yang baik dengan olahraga sesuai
Ada beberapa langkah sebelum orang dengan kondisi penyakit pasien. Aktivitas atau
mengadopsi perilaku baru. Pertama adalah olahraga sangat mempengaruhi terjadinya
awareness (kesadaran) yaitu menyadari hipertensi, dimana pada orang yang kurang
stimulus tersebut dan mulai tertarik (interest). aktivitas akan cenderung mempunyai
Selanjutnya, orang tersebut akan menimbang- frekuensi denyut jantung lebih tingi sehingga
nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut otot jantung akan harus bekerja lebih keras
(evaluation) dan mencoba melakukan apa yang pada tiap kontraksi. Makin keras dan sering
dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap otot jantung memompa maka makin besar
akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai tekanan yang dibebankan pada arteri. Bukti
dengan pengetahuan, kesadaran dan epidemiologis menunjukkan bahwa berbagai
sikapnya.6 faktor risiko kardiovaskuler dapat ditekan

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 99


Rama dan Fitria | Penatalaksanaan Hipertensi Tingkat 2 dan Diabetes Mellitus Tipe II pada Wanita Usia 53 Tahun
dengan Pendekatan Dokter Keluarga

dengan melakukan aktivitas fisik. Hubungan pasien, sesuai dengan penelitian Rasajati
antara latihan fisik dan kesehatan (2015) yang menunjukkan bahwa ada
kardiovaskuler ini berlaku untuk semua usia hubungan antara tingkat motivasi dengan
dan jenis kelamin. Pengaruh yang sangat tingkat kepatuhan klien hipertensi dengan nilai
baik dari latihan dinamik termasuk latihan p= 0,000. Jika kita masih sehat dan diminta
isometrik dengan beban ringan dan tepat, untuk melakukan perilaku yang tidak
latihan umumnya bersifat aerobik seperti jalan menyenangkan, umumnya tidak akan kita
kaki, jogging maupun bersepeda. Penurunan lakukan. Penderita hipertensi yang memiliki
tekanan darah yang bermakna terlihat motivasi tinggi untuk selalu mengontrol
sesudah latihan 2 minggu dan akan menetap tekanan darahnya maka akan lebih patuh
selama individu meneruskan kebiasaannya. melakukan pengobatan karena mereka sadar
Bagi penderita yang telah diketahui bahwa pengontrol tekanan darah itu penting
menderita hipertensi dianjurkan untuk untuk menghindari terjadinya komplikasi.18
menghindari olahraga berat yang bersifat Kunjungan ketiga dilakukan pada tanggal
anaerobik.17 Olah raga yang dilakukan secara 28 Juni 2016, yaitu dilakukan 7 hari setelah
teratur sebanyak 30-60 menit/hari, minimal 3 intervensi. Saat kunjungan pasien kembali
hari/minggu, dapat menolong penurunan dinilai pengetahuan sikap dan perilakunya
tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak mengenai penyakit hipertensi, DM, stroke
memiliki waktu untuk berolahraga secara beserta dampaknya. Saat dilakukan
khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan pemeriksaan tekanan darah pasien didapatkan
untuk berjalan kaki.1 sebesar 150/100 mmHg. Meskipun tekanan
Untuk perilaku kesehatan keluarga darah pasien masih diluar target karena masih
pasien, pasien diberikan edukasi mengenai diatas 120/80 mmHg, namun tekanan darah
pola makan dan olahraga yang baik bagi tersebut sudah berangsur-angsur turun
pasien, tentu hal ini membutuhkan adanya dibandingkan dengan saat pasien pertama kali
dukungan dari keluarga. Pasien harus diukur. Hal tersebut merupakan sesuatu yang
menerapkan pola makan gizi seimbang, pasien wajar mengingat bahwa perubahan gaya hidup
juga harus melakukan olahraga secara terus dan kebiasaan tidaklah mudah dan hasilnya
menerus. Oleh karena itu, selain untuk tidak bisa dinilai dalam waktu yang dekat.
membantu mengingatkan minum obat, Perubahan perilaku dipengaruhi oleh
dukungan dari keluarga pasien penting untuk pengetahuan dan sikap yang menghasilkan
mendukung perubahan pola makan dan tindakan. Pengetahuan pasien mengenai
olahraga yang harus dilakukan oleh pasien. penyakit hipertensi juga mengalami
Dukungan dari anggota keluarga pada peningkatan. Pasien juga mengatakan bahwa
penderita hipertensi sangat mempengaruhi pasien telah mengikuti pola makan yang
tingkat kepatuhan untuk berobat rutin, dianjurkan dan yang tidak dianjurkan seperti
penderita hipertensi yang mendapat pada leaflet, pasien juga mulai menghindari
dukungan keluarga akan lebih rutin berobat makanan yang terlalu asin dan berlemak
dan minum obat sehingga tekanan darahnya walaupun pasien terkadang masih
dapat terkendali. Penderita hipertensi yang menggunakan garam dan msg pada
memiliki dukungan keluarga cenderung lebih masakannya namun telah dibatasi dan
patuh melakukan pengobatan dibandingkan dikurangi. Keluarga pasien mulai memberikan
dengan responden yang tidak memiliki dukungan dan motivasi ke pasien untuk rajin
dukungan keluarga.18 Bila salah satu atau kontrol ke puskesmas dan menerapkan pola
beberapa anggota keluarga mempunyai makan yang sehat dirumah serta menemani
masalah kesehatan, maka akan berpengaruh pasien untuk rutin berolahraga. Dalam
terhadap anggota keluarga lain serta kunjungan kali ini juga tetap dilakukan motivasi
keluarga lain di sekitarnya. 19 Lingkungan kepada pasien dan keluarganya. Hal ini
keluarga merupakan salah satu determinan dilakukan agar pasien dan keluarga senantiasa
yang dapat mempengaruhi sehat sakit menerapkan gaya hidup sehat yang pada
dikeluarga. Fungsi keluarga yang tidak berjalan akhirnya meningkatkan kualitas hidup pasien
baik menjadi faktor resiko dalam kesehatan.20 dan anggota keluarga lainnya. 6
Adapun faktor motivasi yang sering
berkurang untuk menjalani pengobatan pada Simpulan

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 100



Rama dan Fitria | Penatalaksanaan Hipertensi Tingkat 2 dan Diabetes Mellitus Tipe II pada Wanita Usia 53 Tahun
dengan Pendekatan Dokter Keluarga

Diagnosis Hipertensi pada kasus ini 9. Paul A, James. Evidence-Based Guidline


sudah sesuai dengan beberapa teori dan telaah for the Management of High Pressure In
kritis dari penelitian terkini. Penatalaksanaan Adults Report from the Panel Members
Appointed to the Eight Joint National
yang diberikan sudah sesuai dengan guideline
Committee (JNE 8). JAMA. 2014;
American Society of Hypertension 2013 dan 311(5):507-20.
PERKI 2015. Telah terjadi perubahan 10. Yogiantoro M. Hipertensi esensial. Dalam:
pengetahuan, sikap dan perilaku pada Ny. S. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Perubahan perilaku pada Ny. S untuk Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar
mengontrol tekanan darahnya terlihat setelah ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta:
pasien diberikan intervensi dan akhirnya InternaPublishing; 2009.
11. Jesica E dan Robert P Mechan. Elastin In
mengubah pola hidupnya dengan pola makan
large artery stiffness and hypertension. J
yang sehat dan olahraga teratur. Dalam Cardiovasc Transl Res. 2012;5(3):264-73.
melakukan intervensi terhadap pasien tidak 12. Hancock T, Parkins F. A conceptual model
hanya memandang dalam hal klinis tetapi juga and teaching toool: the Mandala Of
terhadap psikososialnya, oleh karnanya Health. 1985; 24:8-10.
diperlukan pemeriksaan dan penanganan yang 13. Rawasiah AB, Wahiduddin, Rismayanti.
Hubungan faktor konsumsi makanan
holistik, komperhensif dan berkesinambungan.
dengan kejadian hipertensi pada lansia di

puskesmas pattingalloang. J Kes Masy
Daftar Pustaka Univ Hasanudin. 2014.
1. PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis 14. Pradono J. Faktor-faktor yang
Kardiovaskular Indonesia). Pedoman mempengaruhi Terjadinya Hipertensi di
Tatalaksana Kardiovaskuler Indonesia. daerah Perkotaan. Pusat Teknologi
Jakarta: PERKI; 2015. Intervensi Kesehatan Masyarakat.
2. WHO/SEARO. Surveillance of major non- Balitbangkes. 2010;33(1):59-66
communicable diseases in southeast 15. Agnesia. Faktor Resiko hipertensi pada
asia region. Report of an inter-country Masyarakat di Desa kabongan kidul,
consultation. Geneva: WHO; 2015. Kabupaten rembang [skripsi]. Semarang:
3. Departemen Kesehatan. Survei kesehatan Universitas Diponogoro; 2012.
nasional. Laporan Departemen Kesehatan 16. Nursyahrini EH, Setyawan A, Udiyono.
RI. Jakarta: Depkes RI; 2008. Faktor-faktor resiko Hipertensi primer di
4. Kemenkes RI. Pusat data dan informasi Puskesmas Tlogosari Kulon Kota
kementrian kesehatan RI hipertensi. Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Pusat Data dan lnformasi 2012;1 (2): 315-25.
Kementerian Kesehatan Rl; 2014. 17. Andria KM. Hubungan antara perilaku
5. Saputro TH. Hubungan tingkat olahraga, stress dan pola makan dengan
pengetahuan pasien tentang tingkat hipertensi pada lanjut usia di
hipertensidengan sikap kepatuhan dalam posyandu lansia kelurahan gebang putih
menjalankan diit hipertensi di wilayah kecamatan sukolilo kota surabaya. J
puskesmasandong kaupaten boyolali Promkes. 2013; 1(2): 111-7.
[skripsi]. Surakarta: FKI Universtitas 18. Rasajati QP, Raharjo BB, Ningrum DNA.
Muhammadiyah; 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
6. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan kepatuhan pengobatan pada penderita
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; hipertensi di wilayah kerja puskesmas
2003. kedungmundu kota semarang. Unnes J
7. Bunga PA. Pengelolaan Pasien Hipertensi Pub Health. 2015; 4(3):16-23.
Grade II dengan Pendekatan Medis dan 19. Mubarak, Chayatin. Ilmu kesehatan
Perilaku. J Medula. 2013;1(3):51-60. masyarakat: teori dan aplikasi. Jakarta:
8. Aru W Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Salemba Medika; 2009.
Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna 20. Wibowo, Y. Perilaku hidup bersih sehat
Publishing; 2009. dan fungsi fisiologis keluarga di desa

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 101


Rama dan Fitria | Penatalaksanaan Hipertensi Tingkat 2 dan Diabetes Mellitus Tipe II pada Wanita Usia 53 Tahun
dengan Pendekatan Dokter Keluarga

tambaksari kidul. J Mandala of Health. 2010; 4(2).


J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 102

You might also like