You are on page 1of 18

Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No.

Perilaku Kewirausahaan Petani Kopi Arabika Gayo


di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh

Enterpreneurial Behavior of GayoArabicaCoffee Farmers


in Bener Meriah Regency Aceh Province

Ulya Zainura1, Nunung Kusnadi2, dan Burhanuddin2


1)
Program Pascasarjana Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor
2)
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor

Abstract

Gayo Arabica coffee is one of the commodities trading plantation sub-sector that has opportunities to increase national income
and improve the farmers income. The management of these coffee plantations was still traditionally cultivated. Many factors
were influence the pattern oftraditional plantation farming. Enterpreneurial factors determining the success or failure of farmers
for adapting to the environmental changes.The research aimed to identify the characteristics of Gayo Arabica coffee farmers,
also analyze internal and external factors that influence entrepreneurial behavior of Gayo Arabica coffee farmers also analyze
the impact of entrepreneurial behavior towards farm business performance Gayo Arabica coffee. This research was conducted
from May 2015 until June 2015 in Bener Meriah Regency. The data was obtained from interviews using a questionnaire. The
samples were 120 respondents of Gayo Arabica coffee farmers.The respondents were selected by simple random sampling
technique. Data analysis was performed using the LISREL 8.30 software, based on SEM method. The results showed that
individual characteristics of Gayo Arabica coffee farmers in generalities were differents on the level of productive age, the
majority of formal education level was high senior school graduates, have enough experiences, coffee farm as main source of
livelihood, have limited a financials capital and lands owned were 0,5-1 hectares. Individual characteristics and environmental
business of Gayo Arabica coffee farmers showed a positive and significant influence to entrepreneurial behavior, with coefficient
value were 0,20 and 0,75, and t-test value were 2,77 and 9,93, respectively. While entrepreneurial behavior also showed a
positive and significant influence to performance perspective Gayo Arabica coffee farm, with influence coefficient value was 0,98
and the t-test value was 16,91. Thus, an increase of entrepreneurial behavior will be improve performance perspective of Gayo
Arabica coffee farm.

Keywords: Entrepreneurial behavior, Gayo Arabica coffee farmers, individual characteristic,structural equation models (SEM)

Abstrak

Kopi Arabika Gayo merupakan salah satu komoditi perdagangan subsektor perkebunan yang mempunyai peluang dalam rangka
memperbesar pendapatan Negara dan meningkatkan penghasilan petani. Pengelolaan perkebunan kopi rakyat ini diusahakan
masih secara tradisional. Banyak faktor yang mempengaruhi pola usahatani perkebunan secara tradisional yang selama ini
dilakukan.Faktor kewirausahaan menentukan berhasil tidaknya petani dalam menyesuaikan perubahan lingkungan. Sehingga
tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik petani kopi Arabika Gayo, dan menganalisis pengaruh faktor
karakteristik individu petani (internal factor) dan lingkungan bisnis (external factor) terhadap perilaku kewirausahaan petani
kopi Arabika Gayo serta menganalisis pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap perspektif kinerja usahatani kopi Arabika
Gayo. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 hingga bulan Juni 2015 di Kabupaten Bener Meriah. Data yang digunakan
diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 120 responden petani kopi
Arabika Gayo yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Analisis data dilakukan menggunakan metode SEM dengan
bantuan software LISREL 8.30. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik individu (internal factor) petani kopi Arabika
Gayo secara umum yaitu rata-rata berada pada tingkat usia produktif, tingkat pendidikan formal mayoritas lulusan SMA,
memiliki pengalaman yang cukup, usahatani kopi sebagai sumber mata pencaharian utama, memiliki modal yang terbatas dan
luas lahan yang dimiliki rata-rata 0,51 hektar. Karakteristik individu (internal factor) petani kopi Arabika Gayo berpengaruh
positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan dengan nilai koefisien sebesar 0,20 dan nilai t-hitung sebesar 2,77 dan
pengaruh lingkungan bisnis berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan dengan nilai koefisien 0,75 dan
nilai t-hitung 9,93, serta perilaku kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perspektif kinerja usahatani kopi
Arabika Gayo dengan koefisien pengaruh 0,98 dan t-hitung 16,91, maka dengan adanya peningkatan perilaku kewirausahaan
akan meningkatkan perspektif kinerja usahatani kopi Arabika Gayo.

Kata kunci: perilaku kewirausahaan,petani kopi Arabika Gayo, karakteristik individu, structural equation model (SEM)

1
Korespondensi penulis
126 E-mail: uzainura@yahoo.co.id
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

Pendahuluan tenaga kerja berdasarkan hasil pengusahaan maupun


sebagai tenaga kerja murni dipengaruhi berdasarkan
Kewirausahaan menjadi perhatian penting komoditi perkebunan yang dikelola.
dalam perekonomian suatu bangsa. Kemajuan atau Kopi merupakan salah satu komoditi
kemunduran suatu bangsa ditentukan oleh adanya perdagangan subsektor perkebunan yang mempunyai
wirausahawan. Kewirausahaan merupakan penggerak peluang untuk dikembangkan dalam rangka usaha
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Casson et al., memperbesar pendapatan Negara dan meningkatkan
(2006), menyebutkan bahwa kewirausahaan dan penghasilan pengusaha dan petani. Pengembangan
pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat kopi di Indonesia dimulai sejak periode tahun 1960-an,
erat dan positif dimana peningkatan jumlah wirausaha dalam bentuk perkebunan rakyat. Kopi juga merupakan
menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satu dari delapan komoditas utama perkebunan
suatu Negara. Wirausaha merupakan inovator utama yang memiliki luas areal yang cukup besar serta menjadi
dan sebagai suatu kekuatan dibalik pembangunan komoditas ekspor yang sangat menjanjikan, dimana
ekonomi. hanya dua jenis kopi yang banyak diusahakan yaitu
Sektor pertanian hingga kini masih menjadi kopi Robusta yang menguasai mayoritas luas tanam
andalan program pemerintah untuk meningkatkan kopi di Indonesia serta kopi Arabika. Sebagai salah
kesejahteraan rakyat. Selama krisis ekonomi satu komoditas ekspor yang penting, kopi diharapkan
berlangsung prioritas kebijakan lebih besar diarahkan mampu memberikan nilai tambah penerimaan devisa
kepada penyelesaian krisis moneter sehingga baik bagi Negara pada umumnya maupun untuk daerah
kebijakan di sektor pertanian relatif kurang, namun sentra produksi khususnya. Menurut Yahmadi (2007),
demikian sektor pertanian masih tetap menunjukkan tanaman kopi di Indonesia tersebar terutama di Sumatera,
pertumbuhan positif dibanding sektor yang lain. Jawa, Bali, Sulawesi dan Nusa Tenggara sekitar 95%
Sektor pertanian merupakan sektor riil yang masih dari luas areal tersebut merupakan tanaman kopi rakyat,
menjanjikan dalam upaya peningkatan kesejahteraan sedangkan tanaman kopi perkebunan sebagian besar
masyarakat, terutama para petani.Pembangunan sektor terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
pertanian di era globalisasi harus bertumpu kepada Salah satu daerah penghasil utama kopi
sumberdaya manusia (SDM) berdaya yang bergerak Indonesia adalah Provinsi Aceh, setelah Provinsi
dibidang pertanian sehingga dapat, mau dan mampu Sumatera Selatan dan Lampung. Pada tahun 2012
bersaing (Saragih, 2010). Sumberdaya manusia (SDM) produksi kopi di Provinsi Aceh sebesar 54 ribu ton
sebagai subjek pembangunan terdiri dari orang-orang per hektar, namun pada tahun 2013 produksi kopi di
yang memiliki nilai-nilai, budaya dalam kapasitas Provinsi Aceh ini mengalami penurunan sebesar 48
yang berbeda antara satu dengan yang lain. ribu ton per hektar.Menurut SCAA (Specialty Coffee
Salah satu sub sektor yang mempengaruhi Association of America) kopi Arabika Gayo tergolong
persentase pertanian terhadap Produk Domestik Bruto kopi specialti.Aroma khas dengan perisa (flavor)
(PDRB) adalah sektor perkebunan. Pembangunan kompleks dan kekentalan (body) yang kuat, menjadikan
pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti kopi Arabika Gayo sebagai kopi berkualitas tinggi yang
penting dan strategis terutama di Negara yang sangat diminati oleh pasar kopi dunia (ICCRI, 2008).
sedang berkembang, yang selalu berupaya; (1) Selain itu, sekitar 70% kopi Arabika Gayo di Kabupaten
memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam secara Bener Meriah telah mendapatkan sertifikat produk yang
lestari dan berkelanjutan, dan (2) memanfaatkan berprinsip pada sistem pertanian berkelanjutan seperti
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan Organic certified,Fairtrade dan Raintforest (Disbun
produksi perkebunan dan bahan baku industri. Provinsi Aceh, 2013). Berbagai atribut produk yang
Selain mempengaruhi tingkat PDB, perkebunan juga telah melekat pada kopi Arabika Gayo memberikan
merupakan sub sektor yang membantu pendapatan keuntungan besar bagi pengembangan agribisnis kopi
devisa Negara dari hasil perkebunan yang di ekspor Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah.
ke Negara tujuan. Selain dari segi ekonomi yang Berdasarkan hal ini, agar peran kopi Arabika
membantu pendapatan devisa Negara, sektor Gayo sebagai asset daerah berperan penting,
perkebunan juga sangat berpengaruh dari segi sosial maka perkembangan yang cukup pesat ini perlu di
yaitu dalam penyerapan tenaga kerja. Penyerapan dukung oleh teknologi dan sarana pasca panen yang

127
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

cocok dengan kondisi petani, agar mereka mampu Persepsi petani terhadap usahatani kopi Arabika
menghasilkan biji kopi yang sesuai dengan Standar hanya terpaku pada usaha cukup lama dan dikelola
Nasional Indonesia (SNI). Adapun biji kopi yang secara turun-temurun, akan tetapi aplikasi teknologi
dihasilkan oleh petani hanya dapat dipasarkan dalam mulai dari teknis budidaya hingga pengolahan dan
bentuk mentah atau bentuk cherry, sehingga perlu pemasaran yang efisien hasil kopi petani masih
adanya penganekaragaman atau diversifikasi produk perlu ditingkatkan melalui perilaku kewirausahaan.
olahan kopi. Demikian halnya menurut Yusnadi Sejumlah rangkaian perilaku petani tersebut, menurut
(1992), menyatakan bahwa dalam pengembangan Popkin (1986), merupakan suatu tindakan yang
perkebunan kopi rakyat ini adalah sebagian besar dari rasional.Dikatakan rasional karena hanya petani itu
petani kopi yang dalam pengelolaannya masih dibatasi sendiri yang secara pasti mengetahui perilaku yang
oleh kemampuan yang mereka miliki, dalam arti tepat sesuai dengan harapan dan kebutuhannya.
dilakukan secara tradisional serta turun-temurun dan Selama ini petani yang menghasilkan produk olahan
hanya sebagian kecil yang mengikuti perkembangan kopi hanya menggunakan modal sosial berupa jaringan
teknologi pertanian, sedangkan tingkat adopsi inovasi kekerabatan baik dalam proses pengolahan, maupun
petani kopi dalam pengembangannya masih tergolong pemasaran, sehingga jangkauan pasar juga kurang
sedang. Artinya, petani belum secara penuh mengikuti optimal. Perspektif petani terhadap unsur-unsur modal
pola perkebunan rakyat. sosial yang sudah kuat dan dapat dijadikan modal
Petani sebagai pemilik usahatani yang dasar dalam penanganan kopi Arabika Gayo ini, serta
mengambil keputusan akan perubahan atau inovasi yang pandangan petani terhadap modal sosial mana yang
disarankan untuk usahataninya. Lebih lanjut, Mosher masih lemah sehingga perlu penguatan juga menjadi
(1997) mengungkapkan bahwa petani membuat suatu pokok kajian ini. Salah satunya yaitu dengan mengkaji
keputusan atas dasar demi kepentingan keluarganya dan karakteristik dan perilaku kewirausahaan petani dalam
dalam pengaruh anggota keluarganya terhadap dirinya, menjalankan usahatani kopi Arabika Gayo sehingga
karena ketergantungan keluarga pada hasil usahatani, dapat meningkatkan kinerja usahatani kopi Arabika
maka anggota keluarga mungkin mendesak petani Gayo di Bener Meriah. Hal ini akan dapat tergambar
untuk mengambil keputusan tertentu atau melakukan dari perilaku kewirausahaan petani dalam pengelolaan
teknik tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam usahatani kopi Arabika Gayo dalam hubungannya
proses pengambilan keputusan petani tidak dilakukan dengan kinerja serta keberlanjutan usahatani kopi
oleh pemikiran sendiri, melainkan terdapat faktor tersebut.
yang mempengaruhi keputusan terhadap usahataninya Berbagai studi tentang kopi Arabika Gayo
tersebut. Faktor pengambilan keputusan terhadap memperlihatkan terdapat permasalahan yang terkait
kinerja usahataninya didukung oleh faktor internal dan kepada aspek kelembagaan (Adri, 1999), keunggulan
eksternal.Sehingga diperlukan perilaku kewirausahaan bersaing (TM Silitonga, 2008), produksi dan efisiensi
agar petani termotivasi untuk meningkatkan kuantitas usaha tani (Fatma, 2011), sistem manajemen kualitas
dan kualitas produk yang dihasilkan dari usahataninya. (Hasni, 2011), rantai pasok (Saputra, 2012), efisiensi
Hal ini akan dapat tergambar dari perilaku petani kopi pemasaran (Putri, 2013) dan keberlanjutan rantai
Arabika Gayo dalam pengelolaan usahatani kopinya pasok (Jaya, 2014).Namun, sedikit sekali studi
dan hubungannya dengan budidaya, pengolahan tentang kewirausahaan petani, apalagi dikaitkan
hingga rantai pemasaran. Selanjutnya, perilaku dengan kinerja usahataninya.Selama ini kinerja
petani kopi Arabika Gayo tersebut diperkirakan akan usahatani lebih banyak dikaitkan dengan aspek teknik
berhubungan erat terhadap karakteristik individu budidaya.Kewirausahaan memiliki peranan yang
(internal factor) dan lingkungan eksternal (external sangat penting dalam peningkatan kinerja usahatani.
factor) yang dimiliki oleh petani kopi yang menjadi Peningkatan kewirausahaan petani ditunjukan
dasar keinginannya dalam berusahatani. Hal ini dapat oleh adanya peningkatan semangat atau keinginan
tergambar dari persepsi lembaga-lembaga terkait dan persepsi petani untuk semakin berhasil dalam
dalam usahatani kopi Arabika Gayo serta sejauhmana menjalankan usahataninya. Oleh karena itu, motivasi
koordinasi antar instansi tersebut dapat berjalan dengan utama penelitian ini adalah ingin membuktikan apakah
baik dalam rangka pengelolaan kopi Arabika Gayo kewirausahaan petani dapat dijadikan alaternatif
tersebut. pendekatan lain dalam peningkatan kinerja usahatani.

128
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

Tantangan kedepan diantaranya adalah bagaimana penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode
respon petani kopi menghadapi permasalahan tersebut Structural Equation Modelling (SEM) dengan program
dengan meningkatkan perilaku kewirausahaan LISREL 8,30. Tahapan prosedur SEM diawali dengan
petani kopi yang berkaitan dengan kinerja usahatani tabulasi data hasil pengisian kuesioner dengan
kopi, kemampuan produksi dan keputusan investasi menggunakan MS Exel 2010, kemudian di analisis
sehingga rumah tangga petani mampu mengurangi dengan metode SEM dengan tahapan (1) spesifikasi
risiko. Dengan adanya kondisi seperti ini, maka yang model; (2) identifikasi model; (3) estimasi model; (4)
menjadi perumusan masalah yaitu (1) bagaimanakah uji validitas dan reliabilitas; (5) uji kecocokan model
karakteristik individu petani kopi Arabika Gayo dan (6) respesifikasi model (Ferdinand, 2002).
dalam menjalankan usahataninya?, (2) bagaimanakah
pengaruh karakteristik individu (internal factor) dan Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran
lingkungan bisnis (external factor) terhadap perilaku
kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo? serta, (3) Variabel penelitian merupakan konsep yang
bagaimanakah pengaruh perilaku kewirausahaan memiliki nilai dan dapat diukur. Variabel-variabel
terhadap kinerja usahatani kopi Arabika Gayo di yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas
Kabupaten Bener Meriah. variabel laten dan variabel manifes (indikator dari
variabel laten). Adapun laten eksogen karakteristik
Metode Penelitian individu petani kopi Arabika Gayo yang akan
diteliti pada penelitian ini diantaranya pendidikan,
Penentuan sampel dilakukan dengan metode pengalaman, motivasi berusahatani, persepsi terhadap
simple random sampling dengan pembagian proporsi usahatani, dan keinginan berusahatani. Sedangkan
yang rata untuk setiap kecamatan.Metode ini laten eksogen faktor lingkungan bisnis diantaranya
dilakukan karena telah terdapat sampling frame untuk ketersediaan bahan input, dukungan penyuluhan dan
masing-masing kecamatan terpilih.Selanjutnya untuk pelatihan, bantuan modal usaha, dukungan promosi
menentukan jumlah sampel, dipilih 3 kecamatan yang dan pemasaran, dukungan regulasi usaha, kekompakan
memiliki jumlah petani kopi Arabika terbesar dari 10 petani dan akses terhadap informasi pasar. Indikator
kecamatan yang ada di Kabupaten Bener Meriah, yaitu bagi laten endogen perilaku kewirausahaan adalah
Kecamatan Permata, Kecamatan Bandar dan Kecamatan inovatif, berani mengambil resiko, tekun berusaha,
Bukit.Berdasarkan data yang diperoleh petani yang tanggap terhadap peluang dan bersikap mandiri.
menghasilkan produktivitas kopi Arabika Gayo terbesar Indikator laten endogen perspektif kinerja usahatani
pada 3 kecamatan tersebut adalah sebanyak 143 orang yang digunakan adalah tingkat pendapatan, perluasan
petani. Dari jumlah populasi diambil sampel secara acak wilayah pemasaran, kemampuan bersaing dan
dengan proporsi yang sama dari tiap kecamatan dan komitmen dalam berusahatani (Puspitasari, 2013;
disesuaikan dengan kriteria pemilihan sampel. Sehingga, Delmar, 1996; Priyanto, 2009; Burhanuddin, 2014;
jumlah responden diperoleh sebanyak 120 responden, 50 Fereidouni et al., 2010; Kasmir, 2006; Kumar, 2003;
orang petani berasal dari Kecamatan Permata, 45 orang Ucbasaran et al., 2005; Rauch dan Frese, 2007; dan
petani berasal dari Kecamatan Bandar dan 25 orang Sumantri, 2013).
petani berasal dari Kecamatan Bukit. Ferdinand (2002) Pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan
menyebutkan bahwa untuk model SEM ukuran sampel dengan wawancara tatap muka. Setiap variabel
yang sesuai adalah antara 100-200, dan pedoman ukuran manifes diindikasikan oleh beberapa pernyataan dan
sampel tergantung pada jumlah indikator kali 5 sampai setiap pernyataan dalam kuesioner diberi skala dengan
10.Bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah menggunakan skala Likert 1-5 dengan penjelasan
antara 100-200.Untuk penelitian ini, maka jumlah sebagai berikut:
sampel yang diambil adalah sebanyak 120 responden. 1. = sangat tidak setuju dengan pernyataan dalam
kuesioner dan tidak pernah melakukan kegiatan
Metode Pengolahan dan Analisis Data yang ada dalam pernyataan pada kuesioner
2. = tidak setuju dengan pernyataan dalam kuesioner
Dalam penelitian ini,metode dan analisis dan jarang melakukan kegiatan yang ada dalam
yang digunakan adalah metode kuantitatif.Data dalam pernyataan pada kuesioner

129
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

3. = netral dengan pernyataan dalam kuesioner dan dalam kisaran usia produktif tersebut masih potensial
kadang-kadang melakukan kegiatan yang ada untuk mengembangkan diri dan mengembangkan
dalam pernyataan pada kuesioner usahataninya. Disamping itu, komposisi umur petani
4. = setuju dengan pernyataan dalam kuesioner tersebut menunjukkan bahwa usahatani kopi arabika
dan sering melakukan kegiatan yang ada dalam masih merupakan sumber mata pencaharian yang
pernyataan pada kuesioner menarik bagi tenaga kerja usia produktif di wilayah
5. = sangat setuju dengan pernyataan dalam kuesioner penelitian.
dan selalu melakukan kegiatan yang ada dalam
pernyataan pada kuesioner Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan
Formal
Hasil dan Pembahasan
Tingkat pendidikan formal responden sebagian
Gambaran Umum Karakteristik Petani Kopi besar adalah lulusan SMU, yaitu mencapai 54%.
Arabika Gayo Tingkat pendidikan diharapkan dapat berpengaruh
terhadap tingkat adopsi teknologi yang dapat
Sebaran Responden Berdasarkan Usia memperbaiki pengelolaan usahatani baik dari teknis
budidaya hingga pascapanen dan teknik pemasaran.
Sebagian besar petani kopi Arabika Gayo yang Pendidikan formal yang lebih tinggi akan sangat
menjadi responden berada pada kisaran usia yang berperan dalam kemampuan menganalisis berbagai
masih produktif, dimana 55% dari responden berada situasi, wawasan berpikir dan pemanfaatan teknologi
pada kisaran usia 41 56 tahun, dan disusul oleh terkini.Menurut Welter dan Smallbone (2011), seorang
responden pada kisaran usia 25 40 tahun sebanyak wirausaha dengan modal pendidikan dan pengetahuan
33%. Sedangkan 9% diantaranya sudah berumur yang memadai dapat lebih mudah beradaptasi dengan
diatas 56 tahun dan hanya 3% yang berumur di bawah lingkungannya. Dengan pendidikan, wirausaha dapat
25 tahun. Menurut Riyanti (2003), perkembangan mengeksploitasi peluang, juga akan lebih mudah
karir berjalan seiring dengan proses perkembangan menyesuaikan diri dengan struktur kelembagaan yang
manusia, yang mengelompokkan perkembangan berubah-ubah, mereka dapat lebih mudah membangun
karir manusia menjadi tiga kelompok manusia, yaitu kontak bisnis dan membangun jaringan sosial untuk
(1) usia dewasa, awal antara 18 sampai 40 tahun, ciri mengatasi hambatan dalam kelembagaan. Demikian
khasnya terkait dengan tugas pengembangan dalam halnya pendapat Hadiati (2007) yang menyatakan
membentuk keluarga dan pekerjaan, memiliki tugas bahwa pendidikan dapat lebih memperluas interaksi.
pokok, memilih bidang pekerjaan yang cocok dengan Keberadaan petani dengan tingkat pendidikan yang
bakat, minat dan faktor psikologis yang dimiliki lebih tinggi diharapkan mampu menjadi pembimbing
sehingga kesehatan mental dan fisiknya tetap terjaga; bagi petani lain yang tingkat pendidikan dan
(2) usia dewasa madya antara 40 sampai 60 tahun, ciri pengetahuannya lebih rendah. Tingkat pendidikan
khasnya keberhasilan dalam pekerjaan. Keberhasilan dapat menentukan kualitas kinerja seseorang,
itu biasanya dicapai pada usia empat puluh dan lima khususnya dalam mencerna informasi.
puluh, pada usia ini kebanyakan mencapai prestasi
puncak, memiliki pekerjaan yang lebih baik dibanding Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman
dengan pekerjaan yang dimiliki ketika masih muda; (3)
usia dewasa akhir di atas 60 tahun, pada masa ini mulai Petani kopi Arabika Gayo rata-rata memiliki
mengurangi kegiatan karirnya, karena menurunnya pengalaman 5-10 tahun sebanyak 35%. Hal ini
kesehatan dan fisik, lebih banyak melakukan kegiatan menunjukkan para petani tersebut sudah cukup
sosial dan menikmati hasil jerih payah selama bekerja. berpengalaman dalam menjalankan usahatani
Jika dilihat berdasarkan banyaknya petani kopi arabika kopi arabika, baik dari proses budidaya hingga
yang menginjak usia dewasa madya (54,1%), maka pemasaran, dengan demikian lebih berpeluang
seharusnya petani tersebut sudah mencapai prestasi untuk mengembangkan usahanya untuk mencapai
puncak, atau sudah mencapai keberhasilan dalam keberhasilan. Petani dengan pengalaman lebih dari
menjalankan usahatani kopi Arabika Gayo. Petani dua puluh lima tahun menempati urutan kedua

130
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

terbanyak, hal ini menunjukan banyaknya petani yang kopi, sedangkan pendapatan tambahan umumnya
meneruskan usahatani kopi arabika dari orangtua adalah bertani sayuran, pedagang dan peternak.Namun
ataupun turun-temurun, dan juga adanya petani-petani dari sisi pendapatan yang diperoleh dari usahatani
yangberusahatani kopi arabika dari mulai sejak usia kopi Arabika Gayo, rata-rata pendapatan yang paling
sepuluh tahun. banyak dalam kisaran Rp. 2.100.000-Rp. 3.000.000 per
Kemampuan sumberdaya manusia (SDM) panen yang mencapai 57% dari total responden, diikuti
petani kopi Arabika Gayo umumnya didasarkan pada dengan petani yang berpendapatan Rp. 1.000.000-Rp.
pengalaman bekerja (learning by doing) di lingkungan 2.000.000 per panen yang mencapai 41%.
keluarga dan tetangga yang mengusahakan kopi Sebagian besar petani mengakui bahwa usaha
arabika.Karena sebagian besar usahatani kopi arabika ini merupakan sumber pendapatan utama keluarga.
ini merupakan tanaman perkebunan dengan luasan Namun dengan penghasilan tersebut hanya cukup untuk
yang besar, dan merupakan usaha turun-temurun, mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan sangat sulit
sehingga petani dibantu oleh keluarga dan sebagian untuk menyisihkan sebagai tambahan modal.Namun
besar dilakukan oleh petani seorang diri.Dengan demikian, umumnya para petani kopi Arabika Gayo,
demikian dalam hal ketersediaan sumberdaya manusia tidak hanya mengusahakan kopi arabika, tetapi mereka
atau tenaga kerja untuk berusahatani kopi arabika mengusahakan pula tanaman hortikultura seperti cabai,
dirasa sudah cukup memadai. Dari hasil wawancara kentang, kol dan sebagainya. Sebagaimana menurut
dilapangan, didapat 47% responden memilih tidak Frederike dan Smallbone (2011) menyebutkan
memiliki sumberdaya manusia (pegawai) lain, yaitu bahwa diversifikasi dari suatu usaha dapat berupa
cukup dengan kebutuhan dengan kondisi yang cukup kegiatan tambahan dalam perdagangan atau jasa,
terampil yang dimiliki keluarganya, sedangkan kegiatan tambahan tersebut dapat berkontribusi untuk
beberapa responden merasa jumlah tenaga kerja membiayai kegiatan utama bisnis dalam situasi dimana
keluarga yang ada saat ini tidak memadai dalam hal akses untuk mendapatkan modal eksternal langka,
jumlah, namun mereka tidak memiliki cukup biaya sedangkan kondisi penjualan berfluktuasi dan tidak
untuk menggaji tambahan tenaga. pasti. Sebagian kecil petani kopi Arabika Gayo ada
juga yang menambah penghasilan dengan menjalani
Sebaran Responden Bersasarkan Luas Lahan profesi yang lain, seperti menjadi buruh bangunan.
Hasil pengamatan di wilayah penelitian
Luas lahan usahatani kopi Arabika Gayo yang menunjukkan bahwa, meskipun dengan berbagai
dimiliki petani hanya pada kisaran 0,5-1 hektar (40%), keterbatasan, tantangan dan kesulitan yang dihadapi,
kemudian disusul pada kisaran kurang dari 0,5 hektar petani-petani kopi Arabika Gayo tersebut tetap
(39%). Hal ini menunjukkan bahwa umumnya usahatani berusaha menekuni usahatani kopi Arabika Gayo dari
kopi Arabika Gayo masih diusahakan pada skala usaha sejak turun-temurun meskipun harus bersaing dengan
yang kecil, yang pada akhirnya dapat berimbas pada pasar global, dengan demikian dibutuhkan perhatian
pendapatan. Kopi Arabika Gayo memiliki potensi yang pemerintah dalam pengembangan usahataninya.
sangat besar, namun lahan pertanamannya semakin
terbatas, diantaranya dikarenakan banyaknya alih Karakteristik Individu (Internal Factor) Petani
fungsi lahan dan potensi pengembangan lahan yang Kopi Arabika Gayo
semakin berkurang. Dengan dicanangkannya kopi
Arabika Gayo sebagai ikon daerah Gayo khususnya Karakteristik individu petani kopi Arabika
Kabupaten Bener Meriah, diharapkan usahatani kopi Gayo (internal causality) merupakan atribut yang
Arabika akan tetap bertahan dan berkembang sebagai melekat pada sifat dan kualitas pribadi atau personal
sumber mata pencaharian bagi masyarakat di daerah yang diperlihatkan dalam menjalankan usahanya.
tersebut. Analisis karakteristikpetani kopi Arabika Gayo
diperoleh dari hasil perhitungan hasil wawancara
Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan dengan penilaian menggunakan skala likert 1 sampai
5. Dasar analisis karakteristik individu petani ini
Sumber pendapatan utama petani kopi Arabika di dasarkan pada lima variabel yaitu pendidikan,
Gayo di Kabupaten Bener Meriah adalah sebagai petani pengalaman, motivasi berusahatani, persepsi terhadap

131
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

usahatani dan keinginan berusahatani (Puspitasari mereka miliki sebagian besar berasal sejak dari turun
2013). Nilai-nilai dari kelima variabel tersebut yang temurun dan mengandalkan pengalaman dalam hal
dijadikan sebagai ukuran pengelompokkan responden pengelolaannya. Sejalan dengan penelitian Riyanti
memiliki karakteristk individu kewirausahaan yang (2003), yang menyatakan bahwa wirausaha yang
tinggi, sedang atau rendah. memiliki pengalaman dalam menjalankan usaha yang
sama sebelumnya akan lebih mampu melihat peluang
Pendidikan bisnis baru daripada seseorang yang berkarir pada
usaha yang berbeda.
Berdasarkan hasil wawancara dilapangan,
menyatakan bahwa pendidikan petani kopi Arabika Motivasi Berusahatani
Gayo cukup bagus. Hal ini terlihat dari jawaban
responden setuju yang berarti sering melakukan hal-hal Berdasarkan banyaknya responden yang
pada beberapa pernyataan yaitu: 0,83% dari responden memilih jawaban setuju (60%) dan netral (30,83%),
menganalisa masalah sebelum mengambil keputusan, dapat dikatakan bahwa petani memiliki motivasi
60% selalu aktif dalam berdiskusi, 0,83% memiliki pola yang tinggi untuk menjadi petani kopi Arabika yang
pikir kreatif dengan cara sering mencoba ide baru seperti sukses. Adanya motivasi dapat mengarahkan perilaku
pengolahan kopi dalam rangka mencari bagaimana pada tujuan tertentu.Motivasi yang timbul akibat
mengembangkan produk kopi dan meningkatkan kecenderungan ini meningkatkan kemandirian dan
kualitas kopi yang dihasilkannya dan 13,33% mampu mengembangkan kreativitas (Irwanto et al., 1996).
melihat potensi lingkungan kira-kira apa yang bisa Sehingga dengan adanya motivasi untuk menjadi
dilakukan. Namun untuk mengemukakan ide atau petani kopi Arabika yang sukses akan mendorong
pendapat 25% menjawab netral yaitu hanya dilakukan petani untuk mencapai suatu target dalam berusahatani,
kadang-kadang karena untuk mengemukakan ide didukung dengan keberaniannya dalam menghadapi
risiko berusaha dan selalu belajar dari kegagalan agar
memerlukan keahlian bagaimana ide kita bisa dipahami
dapat meningkatkan kreativitas dan inovasinya.
oleh banyak orang.
Memperhatikan tingkat pendidikan responden
Persepsi terhadap Usahatani
sebagian besar adalah lulusan SMA, tingkat pendidikan
diharapkan dapat berpengaruh dalam mengembangkan
Persepsi terhadap keyakinan dan keberhasilan
kemampuan berpikir untuk mengelola usahataninya dan
dalam berusahatani kopi Arabika, menunjukkan keyakinan
meningkatkan pendapatan mereka.Menurut Dirlanudin
yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya responden
(2010) bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah
yang memilih jawaban setuju (65%).Berdasarkan data
untuk mengubah perilaku agar mampu melaksanakan
dilapangan, 55% petani kopi Arabika Gayo menganggap
kegiatan-kegiatan tertentu yang dikehendaki.Kegiatan-
usahatani ini menguntungkan dan memiliki prospek yang
kegiatan tersebut umumnya dimaksudkan untuk mampu
cerah.Adanya persepsi tersebut akan mampu meningkatkan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi demi
kepercayaan diri petani untuk terus menekuni usahatani
terpenuhinya kebutuhan keinginan yang dirasakan.
kopi Arabika. Hal ini tentunya perlu didukung oleh
pemerintah setempat dengan menciptakan iklim yang
Pengalaman
kondusif bagi keberlangsungan usahatani kopi Arabika
Petani dalam menjalankan usahatani kopi Gayo.Misalnya dengan menyediakan informasi mengenai
Arabika Gayo terlihat berpengalaman. Hal ini terlihat preferensi konsumen seperti dari segi peningkatan kualitas
dari jawaban responden setuju semua terhadap beberapa dan informasi pasar, pemberian bantuan modal dan sarana/
pernyataan yaitu 59% berasal dari keturunan yang juga prasarana bagi usahatani kopi tersebut.
pengusaha dan mempunyai usahatani kopi dari turun-
temurun, 14% sering melakukan pemangkasan, 14%
belajar dari kesuksesan oranglain, dan 2,5% sering Keinginan Berusahatani Kopi Arabika Gayo
melakukan pengolahan biji kopi.
Petani kopi Arabika Gayo menyatakan bahwa Keinginan berusahatani kopi Arabika diukur
pengalaman menjadi salah satu faktor utama dalam melalui seberapa besar keinginan petani kopi Arabika
menjalankan usahatani ini. Karena tanaman kopi yang Gayo untuk menjalani dan mempertahankan usahatani

132
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

kopi ini. Dari hasil penelitian diketahui bahwa keinginan cara pembuatan kompos, pengendalian hama dan
petani dalam berusahatani kopi Arabika cukup tinggi, pembibitan kopi Arabika. Namun demikian kegiatan
hal ini dapat dilihat dari banyaknya responden yang penyuluhan dan pelatihan yang diberikan masih
memilih jawaban setuju (57,50%). diseputar teknik budidaya, para petani berharap adanya
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pelatihan dan pendidikan mengenai pengolahan dan
usahatani kopi Arabika Gayo ini merupakan pekerjaan teknik dalam pemilihan bibit unggul.
utama yaitu merupakan sumber pendapatan keluarga
bagi sebagian besar petani kopi (70%), sedangkan Bantuan Modal dan Sarana Produksi
sebagian lainnya menjadikan usahatani ini sebagai
usaha sampingan dengan pekerjaan utama sebagai Persepsi petani terhadap bantuan modal
pedagang, buruh bangunan, Pegawai Negeri Sipil, dan sarana produksi dari pemerintah menunjukkan
petani cabai, petani kentang, petani kol, dan peternak. hasil yang cukup memadai. Hal ini ditunjukkan dari
banyaknya responden yang memilih jawaban setuju
Lingkungan Bisnis Petani Kopi Arabika Gayo (61,67%). Selama ini perhatian pemerintah berupa
bantuan modal usahatani belum rata dirasakan oleh
Lingkungan bisnis (external causality) petani.Petani sebagian masih sulit memperoleh
merupakan faktor penyebab perilaku yang terdapat sumber modal untuk meningkatkan produktivitas
dalam lingkungan atau situasi. Indikator lingkungan kopi mereka. Seperti dalam aktivitas pemeliharaan
bisnis diantaranya adalah; ketersediaan bahan input, kopi, kopi yang dibudidayakan secara organik untuk
penyuluhan dan pelatihan, bantuan modal dan saprotan, mengatasi serangan hama dan penyakit maka tanaman
dukungan promosi dan pemasaran, dukungan regulasi kopi harus dilakukan pemangkasan. Keterbatasan
usaha, kekompakkan petani kopi Arabika Gayo dan sumberdaya yang ada baik modal maupun tenaga
akses terhadap informasi pasar. kerja menyebabkan petani akan meminjam uang
kepada pedagang. Hal ini berdampak terhadap pilihan
Ketersediaan Bahan Input pemasaran petani, dimana petani harus menjual hasil
panennya kepada pedagang yang telah meminjamkan
Ketersediaan bahan input seperti bibit, pupuk, uang.Berbeda kondisinya bagi perusahaan (eksportir),
pestisida dan lain sebagainya selama ini dianggap pihak perbankan memberikan akses pinjaman terhadap
relatif mudah di dapatkan asalkan ada modal. Hal ini perusahaan yang dinilai layak untuk mendapatkan
sesuai dengan hasil penelitian, dimana sebagian besar pinjaman. Atas dasar kepastian jaminan dan legalitas
responden memilih jawaban setuju (64,16%) dan hukum yang terpenuhi, maka perbankan akan
netral (16,66%). Kondisi ini dilapangan menunjukkan memberikan kredit kepada perusahaan dengan skala
bahwa ketersediaan bibit umumnya didapatkan dari tertentu.
hasil generatif dan vegetatif atau didapatkan dari
pedagang-pedagang bibit didaerah setempat serta dari
koperasi.Hal ini dikarenak pembibitan tanaman kopi Dukungan Promosi dan Pemasaran
sangat mudah dilakukan, selain itu tanaman kopi dapat
melakukan penyerbukan sendiri, hanya secara teknis Dukungan promosi dan pemasaran dirasakan
budidaya yang masih kurang optimal. telah cukup memadai. Hal ini ditunjukkan dari
banyaknya responden yang memilih jawaban netral
Dukungan Penyuluhan dan Pelatihan (21,66%) dan setuju (55%). Dukungan tersebut dirasa
telah cukup memadai dengan adanya Fairtrade yang
Persepsi petani terhadap dukungan pemerintah dijual ke pasar Amerika Serikat.Pada sistem pemasaran
dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan bagi kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah
petani dirasa cukup memadai.Hal ini terlihat bahwa sebagian besar produksi kopi yang dihasilkan (80%)
65,83% petani menjawab setuju dan 21,50% petani dipasarkan ke pasar dunia.Oleh karena itu perusahaan
menjawab sangat setuju. Dukungan pemerintah berupa ekspor kopi yang berasal dari Provinsi Aceh sebagian
penyuluhan dan pelatihan sudah pernah dirasakan besar (87%) memiliki sertifikat organik dan fairtrade
oleh 60% petani kopi Arabika Gayo, berupa pelatihan dalam pemasaran kopi Arabika Gayo (AEKI 2013).

133
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

Dukungan Regulasi Usaha petugas PPL sebagai informan dalam menjalankan


usahataninya.Informasi tersebut dapat menjadi sumber
Dukungan pemerintah berupa regulasi usaha inovasi dan strategi usahatani yang menguntungkan.
dirasakan cukup memadai. Hal ini ditunjukkan dari Ketersediaan informasi mengenai peluang pasar dan
banyaknya responden yang memilih jawaban setuju harga merupakan salah satu cara agar petani memiliki
(65,83%). Salah satunya adalah masih banyaknya posisi tawar menawar yang kuat.
lembaga pemasaran yang terlibat dan adanya proses
perubahan nilai tambah produk kopi yang dihasilkan Perilaku Kewirausahaan Petani Kopi Arabika
yang akan mempengaruhi margin pemasaran yang Gayo
diperoleh.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kekompakkan Petani Kopi Arabika Gayo persepsi petani terhadap perilaku kewirausahaan secara
keseluruhan memiliki kecenderungan yang tinggi.Persepsi
Kekompakkan diantara petani kopi Arabika petani pada perilaku mampu berinovasi, pengambilan risiko,
Gayo dirasa cukup memadai. Hal ini ditunjukkan dari tekun berusaha, tanggap terhadap peluang dan bersikap
banyaknya responden yang memilih jawaban setuju mandiri menunjukkan kecenderungan yang tinggi, hanya
(73,33%). Umumnya petani di daerah Kabupaten saja pada perilaku mampu inovasi masih menunjukkan hasil
Bener Meriah tergabung dalam kelompok tani, mereka yang rendah.
bekerjasama menghadapi permasalahan dan tantangan
dalam berusahatani kopi Arabika Gayo untuk kemajuan Inovatif
bersama.
Budaya Aceh yang kuat dalam mufakat, gotong- Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
royong dan adat minum kopi tentunya merupakan hal persepsi petani terhadap perilaku inovatif cukup memadai.
yang sangat baik an dapat menjadi pondasi yang kuat Hal tersebut ditunjukkan dengan sebagian besar petani
dalam pengembangan usahatani kopi Arabika Gayo. memilih jawaban setuju (67,50%). Umumnya petani
kopi Arabika Gayo sangat ingin berinovasi dalam hal
Akses Informasi Pasar budidaya, dan pascapanen. Namun petani kopi Arabika
Gayo masih beranggapan bahwa tanaman kopi Arabika
Informasi pasar yang mengenai kondisi miliknya merupakan usahatani turun-temurun dan tetap
harga kopi di pasaran, informasi pasar ekspor, pasar mempertahankan cara tradisional yang telah ditinggalkan
domestik, syarat mutu (standart), dan kuantitas dari turun-temurun. Disamping itu petani kopi Arabika
yang dibutuhkan dirasa cukup memadai. Dari hasil Gayo di Kabupaten Bener Meriah umumnya belum
penelitian menunjukkan sebagian besar responden mampu dan belum cukup berani untuk mengambil risiko
menjawab setuju (64,16%). dalam menerapkan inovasi baik dari segi budidaya,
Berdasarkan hasil dilapangan, didapatkan pemeliharaan maupun pengolahan.Padahal dengan
bahwa infromasi pasar sudah memadai namun adanya inovasi merupakan kunci dari keunggulan
keterbatasan petani dalam mengaksesnya seperti bersaing dan dapat meningkatkan pertumbuhan suatu
penggunaan teknologi informasi misalnya internet usaha. Perilaku inovatif dianggap karakteristik utama
masih dirasa sangat kurang dan belum memadai. dari kewirausahaan dibandingkan dengan karakteristik
Namun demikian dari pengalamannya selama ini lain. Hal ini dikarenakan seorang wirausaha yaitu orang-
petani kopi Arabika Gayo umumnya sudah mengetahui orang yang mau belajar dan mempraktekkan inovasi
harga dan syarat mutu yang dibutuhkan di pasaran secara sistematis, yang oleh karenanya segala risiko
melalui pedagang pengumpul (kolektor). Keberhasilan yang mungkin terjadi telah diantisipasi jauh sebelumnya
usaha ditentukan antara lain oleh kemampuan sehingga risiko justru berada dalam pengendalian
memenuhi kebutuhan konsumen dan pasar. Petani (Krisnamurthi 2001).
membutuhkan informasi tentang pasar ekspor dan
kuantitas yang dibutuhkan, karena disitulah banyak Pengambilan Risiko
terjadi permainan harga ditingkat petani.Umumnya
petani memanfaatkan pedagang pengumpul dan Pada dasarnya usaha dibidang pertanian

134
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

memiliki risiko yang tinggi, karena terutama sangat terhadap peluang menunjukkan hasil yang baik. Hal
tergantung pada kondisi cuaca dan serangan hama dan ini ditunjukkan dengan sebagian besar petani memilih
penyakit yang relati sulit di prediksi kemunculannya. jawaban setuju (56,66%). Berdasarkan hasil dilapangan
Demikian juga dengan usahatani kopi Arabika Gayo menunjukkan petani kopi Arabika Gayo cukup
mempunyai risiko yang cukup tinggi, baik dari sisi tanggap terhadap peluang, namun hanya sebagian kecil
on farm maupun kepastian pasarnya.Berdasarkan yang mampu memanfaatkan peluang tersebut untuk
hasil penelitian menunjukkan sebagian besar petani mengembangkan usahatani mereka. Sikap tanggap
memilih jawaban setuju (70%), dengan demikian terhadap peluang ini akan lebih berkontribusi terhadap
persepsi petani terhadap perilaku berani mengambil perkembangan usahatani jika ditindaklanjuti dengan
risiko menunjukkan hasil yang cukup tinggi.Hal tindakan kreatif dan inovatif, serta keberanian dalam
ini menunjukkan bahwa petani kopi Arabika Gayo mengambil risiko usahatani.
dalam menjalankan usahatani ini sudah mampu Sikap tanggap terhadap peluang ditunjukkan
memperhitungkan risiko yang mungkin timbul. petani dengan menanam varietas-varietas baru yang
Semakin lamanya pengalaman dalam mengelola dianggap berkualitas dan disukai konsumen.Seperti
usahatani kopi Arabika dapat menjadi pengetahuan varietas Longberry dan Honeyberry yang lagi populer
dalam mengatasi risiko usaha tersebut.Bagi petani di masyarakat, dengan rasa yang nikmat dan harga yang
risiko yang timbul dalam menjalankan usahatani kopi tinggi yang dibudidayakan petani. Selain itu beberapa
Arabika ini dianggap masih wajar dan mampu diatasi petani pernah mengikuti pelatiahan cara pembuatan
oleh petani. kompos dan sebagian petani pernah mengikuti ajang
Berdasarkan survei menunjukkan sebagian pameran uji rasa cita kopi. Kegiatan tambahan tersebut
pada akhirnya dapat berkontribusi dalam situasi
besar petani menganggap tingkat kesulitan dalam
dimana akses untuk mendapatkan modal eksternal.
menjalankan usahatani kopi Arabika ini tidak sulit,
dan frekuensi permasalahan cukup jarang terjadi.
Bersikap Mandiri
Permasalahan tersebut terutama adalah faktor cuaca
yang ekstrim, tingkat hama dan penyakit tanaman kopi
yang tinggi, pengolahan, dan kualitas bibit. Persepsi petani terhadap perilaku bersikap
mandiri menunjukkan hasil yang cukup memadai. Hal
Tekun Berusaha tersebut berdasarkan data dilapangan bahwa sebagian
besar petani memilih jawaban setuju (60,83%).
Sebagaimana diketahui secara umum usahatani Kemandirian petani kopi Arabika ditunjukkan
kopi Arabika Gayo merupakan usahatani yang dengan perilaku mereka yang tidak berpangku tangan
membutuhkan ketekunan dalam merawat dari mulai menunggu perhatian dan bantuan dari pemerintah
bibit sampai panen dan pascapanen.Persepsi petani setempat, justru dapat dikatakan keberadaan dan
terhadap perilaku tekun berusaha menunjukkan hasil keteguhan petani untuk terus menekuni usahatani
yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas ini cukup baik, mereka bisa bertahan dengan kondisi
petani memilih jawaban setuju (67,50%). modal yang terbatas, sarana dan prasarana yang
Perilaku ketekunan ini ditunjukkan dengan terbatas, dan dengan pendapatan yang terbatas pula.
kegigihan menekuni usahatani kopi Arabika Gayo, Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
serta kesabaran dalam menjalankan dan menghadapi bahwa petani kopi Arabika Gayo sebenarnya telah
kesulitan dalam berusahatani. Menurut para petani, dari menunjukkan perilaku kewirausahaan yang cukup
mulai pembibitan sampai panen membutuhkan jangka tinggi, namun masih kurang kemampuannya dalam
waktu yang cukup lama yaitu 2 sampai 3 tahun, dan berinovasi.Hal ini karena petani umumnya mengikuti
perawatan seperti pemangkasan dan pemupukan harus faktor kebiasaan dari turun-temurun, sehingga belum
maksimal. Sehingga petani harus sabar merawatnya berani untuk menerapkan inovasi.Padahal perilaku
agar menghasilkan keuntungan disaat panen. inovatif merupakan hal yang penting dalam mencapai
petani wirausaha yang sukses. Senada dengan hasil
Tanggap terhadap Peluang penelitian Runyan et al., (2008) tentang pengaruh
Entrepreneurial Orientation (EO) dan Small Business
Persepsi petani terhadap perilaku tanggap Orientatition (SBO) terhadap usaha kecil. Dimana

135
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

tujuan SBO berbeda dengan EO, pengusaha yang Meningkatnya Wilayah Pemasaran
berorientasi kewirausahaan akan cenderung melakukan
inovasi, baik dengan membuat barang baru, metode Berdasarkan data dilapangan menunjukkan
baru yang lebih efisien, membuka pasar baru, bersikap bahwa mayoritas responden memilih jawaban setuju
proaktif, dan berani mengambil risiko. Sedangkan (70%), sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi
pengusaha yang berorientasi SBO, memiliki preferensi petani terhadap meningkatnya wilayah pemasaran
yang kurang untuk melakukan inovasi, tidak aktif kopi Arabika Gayo menunjukkan kecenderungan yang
dalam pemasaran dan hanya berorientasi pada cukup meningkat. Adanya kecenderungan tersebut
pemenuhan keluarga sehai-hari. Sehingga kinerja mengindikasikan bahwa semakin meningkatnya minat
yang dihasilkan EO tentunya akan lebih baik dalam masyarakat terhadap kopi Arabika Gayo, serta semakin
meningkatkan pendapatan perusahaan. dengan dikenalnya wilayah tersebut sebagai sentra penghasil
demikian dapat dikatakan bahwa petani kopi Arabika kopi Arabika.
yang mempunyai EO adalah petani yang memiliki Sebagian besar penjualan hasil produksi petani
kemampuan manajerial, proaktif, tanggap terhadap kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah hanya
peluang, serta inovatif, baik dalam budidaya, produksi dapat dilakukan melalui kolektor yang ditunjuk oleh
maupun inovasi produk. koperasi. Hal itupun terjadi jika petani kopi tersebut
terlibat dalam program sertifikasi produk. Pada
Perspektif Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo proses pendistribusiannya, setiap pelaku pemasaran
memiliki pilihan dalam memasarkan bentuk kopi
Perspektif kinerja usahatani pada penelitian ini mereka. Perbedaan bentuk ini disebabkan adanya
direfleksikan atau diindikasikan oleh empat variabel proses pengolahan yang dilakukan. Di tingkat
yaitu peningkatan pendapatan, perluasan wilayah petani, terbatasnya alternatif saluran pemasaran
pemasaran, keunggulan bersaing dan komitmen disebabkan oleh keterikatan petani dengan kolektor.
berusahatani. Sementara perspektif kinerja usahatani Secara institusi, koperasi merupakan lembaga yang
pada penelitian ini yang dimaksud adalah pandangan menampung hasil kopi petani. Melalui kolektor, petani
petani terhadap kinerja usahatani kopi Arabika Gayo dapat menjual hasil panen kepada koperasi. Namun
yang selama ini dijalankan. Perspektif kinerja dilihat disisi lain, keterikatan pinjaman yang dilakukan petani
dari bagaimana usahatani yang dijalankan dari segi dengan kolektor menyebabkan petani tidak dapat
pendapatan, wilayah pemasaran, mampu bersaing memasarkan kopinya selain kepada kolektor yang
dipasaran, serta bagaimana kemampuan petani dalam telah memberikan pinjaman. Kondisi ini menyebabkan
bertahan dalam menjalankan usahatani kopi Arabika posisi petani lemah dalam proses penentuan harga dan
Gayo tersebut. perluasan pangsa pasar.

Peningkatan Pendapatan Keunggulan Bersaing

Persepsi petani terhadap peningkatan Keunggulan bersaing dapat diartikan sebagai


pendapatan dari usahatani kopi Arabika Gayo kemampuan dalam menciptakan nilai unggul suatu
menunjukkan kecenderungan yang cukup memadai. produk guna menghadapi persaingan. Persepsi petani
Hal ini ditunjukkan dari mayoritas responden memilih terhadap keunggulan produk kopi Arabika Gayo
jawaban setuju (57,50%). Adanya kecenderungan sebagian besar adalah setuju (63,33%) dan di ikuti
tersebut dapat menjadi indikasi semakin meningkatnya dengan netral (25%). Hasil penelitian menunjukkan
komitmen atau minat masyarakat dalam berusahatani hasil produksi kopi Arabika Gayo petani cenderung
kopi Arabika ternyata belum dapat meningkatkan tidak berbeda antara satu petani dengan petani atau
pendapatan mereka. Berdasarkan keterangan di dapat dikatakan tidak memiliki keunggulan/kelebihan.
lapangan, bahwa keterbatasan kemampuan dan sulitnya Hal tersebut dikarenakan, karena jumlah luas lahan
permodalan menyebabkan petani kopi Arabika Gayo yang dimiliki petani kopi Arabika Gayo rata-rata
tidak mampu meningkatkan skala usahatani mereka, memiliki luas lahan yang sama. Selain itu, bibit yang
yang akhirnya berimbas pada jumlah produksi kopi digunaka juga dari sumber yang sama atau dari hasil
Arabika Gayo yang cenderung stagnan. perolehan cara yang sama. Umumnya, petani yang

136
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

Gambar 1. Standardized Solution Model Struktural Perilaku Kewirausahaan terhadap Perspektif Kinerja
Usahatani Kopi Arabika Gayo Setelah Direspesifikasi di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2015

mempunyai produk yang lebih unggul adalah petani Analisis Perilaku Kewirausahaan Petani Kopi
yang memiliki keinginan dan kemampuan dalam Arabika Gayo dengan Pendekatan Structural
berinovasi, misalnya dengan pembudidayaan yang Equation Models (SEM)
homogen serta pembibitan dengan cara generatif.
Ataupun petani dengan skala luas lahan yang lebih Teori dan model dalam ilmu sosial dan
besar dari yaitu 1 hektar dan memiliki modal perilaku (social and behavioral sciences) umumnya
usahatani yang lebih memadai. diformulasikan dengan menggunakan konsep-konsep
teoritis yangtidak dapat diukur atau diamati secara
Komitmen Berusahatani langsung (Wijanto, 2008). Oleh sebab itu, adapun
tujuan penyusunan model SEM lebih banyak bersifat
Persepsi petani terhadap komitmen dalam teoritis sesuaidengan bidang terapan serta diarahkan
berusahatani kopi Arabika Gayo menunjukkan sudah nantinya untuk evaluasi kesesuaiannyadengan data
memadai.Hal ini ditunjukkan dari hasil jawaban yang diperoleh. Melalui analisis SEM, akan dapat
responden memilih jawaban sangat setuju (70%). diketahuihubungan-hubungan antar variabel berserta
Komitmen dalam berusahatani kopi Arabika Gayo ini koefisiennya yang tidak dapat diukuratau diamati
ditunjukkan petani dengan memiliki pengalaman yang secara langsung namun dapat didekati melalui variabel-
cukup lama dan kesetiaan petani dalam berusahatani variabel indikatornya. Hasil analisis SEM terhadap
kopi.Petani menjalankan usahatani kopi Arabika Gayo estimasi model awal menunjukkan bahwa terjadi
mulai dari turun temurun dan sudah menjadi mata offending estimates (nilai-nilai estimasi yang melebihi
pencaharian bagi mereka serta sudah menjadi budaya batas yang dapat diterima) yaitu memiliki error varian
dan warisan leluhur yang harus dijaga karena sudah negatif, standardized coefficients melebihi atau sangat
dari kecil tumbuh dan hidup dari tanaman kopi. dekat dengan satu dan memiliki t-value lebih kecil

137
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

Tabel 1. Hasil Uji Kecocokan Model Respesifikasi

Goodness of Fit Index Cut-of Value Nilai Hasil Analisis Keterangan


X -Chi square
2
Diharapkan Kecil (< 0,05) 44,54 Tidak Terpenuhi

Significaned P 0,05 1,00 Terpenuhi

RMSEA 0,08 0,000 Terpenuhi

CMIN/DF 2,0 10076,52 Terpenuhi

GFI 0,90 1,00 Terpenuhi

CFI 0,90 1,00 Terpenuhi

IFI 0,90 1,01 Terpenuhi

PGFI 0,50 0,59 Terpenuhi

RFI 0,90 0,99 Terpenuhi

NNFI 0,90 1,01 Terpenuhi

AGFI 0,90 0,99 Terpenuhi

dari 1,96 sehingga dilakukan proses respesifikasi. semuanya 0,3 (Gambar 1) dan nilai t-value semuanya
Respesifikasi dilakukan dengan memanfaatkan saran 1,96 (Gambar 2). Validitas juga menunjukkan bahwa
yang ada pada modification indeks. Saran ini biasanya variabel pada model mampu mengukur apa yang
terdiri dari dua bagian yaitu: (1) menambahkan path seharusnya diukur atau model mampu menjelaskan
(lintasan) diantara variabel manifes dengan laten; (2) hubungan-hubungan antar variabel.
menambahkan error covariances diantara dua buah Hasil uji reliabilitas terhadap model yang telah
error variances (Wijanto, 2008). Dalam penelitian direspesifikasi menghasilkan reliabilitas konstruk
ini yang digunakan adalah saran kedua. Diagram atau construct reliability (CR) dan ekstrak varian
path estimasi pada model setelah proses respesifikasi atau variance extracted (VE) sebagian besar adalah
terlihat pada Gambar 1. baik (Tabel 2). Hal ini menunjukkan variabel-variabel
indikator mempunyai konsistensi yang tinggi dalam
Uji Kecocokan Model (Goodness of Fit) mengukur konstruk latennya.
Hasil uji kecocokan model setelah respesifikasi
Setelah model mengalami respesifikasi, maka menunjukkan tingkat reliabilitas yang baik.Ini
selanjutnya model tersebut diuji kembali kecocokannya. dapat dilihat dari nilai Chi-square, Significant P
Pengujian ini dilakukan dengan mencocokkan dan nilaiRMSEAyang lebih baik setelah mengalami
kriteria ukuran kecocokan absolut, ukuran kecocokan respesifikasi. Oleh sebab itu, penilaian hubungan
inkremental, dan ukuran kecocokan parsimoni yang antar variabel SEM, baik hubungan antara variabel
sudah ditetapkan.Adapun hasil goodness of fit statistics laten dengan indikator maupun antar variabel laten
hasil estimasi model setelah direspesifikasi seperti menggunakan nilai R2, koefisien, maupun t-hitung
pada Tabel 1. menggunakan model setelah respesifikasi.
Validitas model setelah dilakukan respesifikasi
juga baik. Suatu variabel dikatakan mempunyai Analisis Model Struktural
validitas yang baik terhadap konstruk atau variabel
latennya jika nilai t-value 1,96 pada taraf nyata Pada bagian ini akan dibahas pengaruh antar
=0,05 dan nilai standardized loading factor 0,3 variabel laten. Adapun pengaruh variabel tersebut
(Wijanto, 2008). Nilai standardized loading factor antara lain pengaruh variabel karakteristik individu

138
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

Gambar 2. Hasil Uji Validitas (T-Value) Model Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Petani terhadap Perspektif
Kinerja Usahatani Kopi Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2015

petani terhadap perilaku kewirausahaan petani kopi kinerja usahatani kopi Arabika Gayo agar semakin
Arabika Gayo, pengaruh lingkungan bisnis terhadap baik. Walaupun pada saat ini motivasi berusahatani
perspektif kinerja usahatani kopi Arabika Gayo dan cenderung rendah, tetapi dengan semakin tingginya
pengaruh perilaku kewirausahaan petani terhadap keinginan petani dalam berusahatani kopi Arabika
perspektif kinerja usahatani kopi Arabika Gayo. Gayo akan meningkatkan motivasi, meningkatkan
Menurut Wijayanto (2008), evaluasi terhadap model inovatif, dan kemampuan mengambil atau menghadapi
struktural ini mencakup nilai koefisien, t-value, dan keputusan berisiko mereka untuk terus meningkatkan
R2 (koefisien determinasi).Hasil dari evaluasi ini kinerja usahatani kopi Arabika Gayo. Oleh sebab itu,
dirangkum pada Tabel 3. dengan adanya keinginan berusahtani yang tinggi
merupakan salah satu cara yang dinilai efektif, baik
Pengaruh Karakteristik Individuterhadap untuk meningkatkan kinerja usahatani kopi Arabika
Perilaku Kewirausahaan Petani Kopi Arabika Gayo ataupun menambah pengetahuan untuk diri
Gayo di Kabupaten Bener Meriah mereka sendiri keinginan agar lebih maju.
Adapun variabel indikator yang paling
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dominan mengukur karakteristik individu petani
karakteristik individu berpengaruh positif dan adalah keinginan berusahatani dengan nilai muatan
signifikan terhadap perilaku kewirausahaan dengan faktor () sebesar 0,95. Hal ini dikarenakan para petani
nilai koefisien korelasi sebesar 0,20 dan nilai menganggap keinginan yang tinggi dalam berusahatani
t-hitung sebesar 2,77. Hal ini mengandung makna kopi memegang peranan penting, karena mengingat
bahwa peningkatan faktor pendidikan, pengalaman, bahwa tanaman kopi Arabika Gayo merupakan
motivasi berusahatani, persepsi terhadap usahatani tanaman tahunan yang membutuhkan waktu dan
dan keinginan berusahatani akan meningkatkan pemeliharaan yang baik.Kemudian diikuti oleh tingkat
perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo, pendidikan, pengalaman, persepsi terhadap usahatani
baik untuk menjadi wirausaha ataupun meningkatkan dan motivasi berusahatani. Variabel indikator yang

139
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

Tabel 3. Hasil Nilai Koefisien dan T-hitung Model Struktural

Koefisien Nilai
Hubungan antar variabel laten (Path) Kesimpulan
korelasi T-hitung
Karakteristik individu Perilaku kewirausahaan 0,20 2,77 Signifikan

Lingkungan bisnis Perilaku kewirausahaan 0,75 9,93 Signifikan

Perilaku kewirausahaan Perspektif kinerja 0,98 16,91 Signifikan


usahatani
Sumber: Hasil pengolahan data dengan LISREL 8.3, 2015
Keterangan: Nilai signifikan : *berhubungan nyata pada 0.0

paling sedikit mengukur karakteristik individu petani dan akses terhadap informasi pasar akan meningkatkan
kopi Arabika Gayo adalah motivasi berusahatani perilaku kewirausahaan petani kopi Arabika Gayo.
dengan nilai muatan faktor () sebesar 0,83. Hal ini Oleh sebab itu dengan semakin meningkatnya
dikarenakan petani menganggap kopi Arabika Gayo dukungan penyuluan dan pelatihan yang diterima
sebagai tanaman tradisi dan turun-temurun yang petani kopi Arabika Gayo akan meningkatkan perilaku
sudah di budidayakan sejak dari zaman dahulu.Petani kewirausahaan petani dalam mengelola usahataninya
menganggap motivasi tidak mempengaruhi perilaku dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja
untuk berwirausaha, tetapi lebih kepada keinginan usahatani kopi Arabika Gayo.
yang tinggi dalam menjalankan usahanya. Adapun variabel indikator yang paling
Winardi (2002) menjelaskan bahwa ada dominan mengukur lingkungan bisnis adalah faktor
sejumlah variabel penting yang digunakan orang dukungan penyuluhan dan pelatihan dengan nilai
untuk menerangkan perbedaan-perbedaan motivasi muatan faktor () sebesar 0,94. Hal ini dikarenakan
antar individu, antara lain umur, pendidikan, dan latar para petani menganggap kebijakan pemerintah
belakang keluarga.Motivasi untuk menjadi seorang terhadap tingkat penyuluhan dan pelatihan dirasa
wirausaha ataupun menjalankan usaha dipengaruhi cukup memadai, berupa pelatihan cara pembuatan
oleh umur, pendidikan, dan latar belakang keluarga. pupuk kompos, budidaya, dan pengendalian hama.
Bagi sebagian orang, semakin meningkatnya umur, Kemudian diikuti oleh faktor dukungan regulasi usaha,
pendidikan, dan latar belakang keluarga sebagai bantuan modal dan sarana produksi, kekompakkan
wirausaha akan mempengaruhi keputusan seseorang antar petani, dukungan promosi dan pemasaran, akses
untuk menjadi wirausaha ataupun tidak. terhadap informasi pasar dan ketersediaan input yang
akan meningkatkan perilaku kewirausahaan. Variabel
Pengaruh Lingkungan Bisnis terhadap Perilaku indikator yang paling sedikit mengukur lingkungan
Kewirausahaan Petani Kopi Arabika Gayo di bisnis adalah ketersediaan input dengan nilai muatan
Kabupaten Bener Meriah faktor () sebesar 0,78. Hal ini dikarenakan petani
menganggap ketersediaan input seperti bibit masih
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa dilakukan dengan sistem stek dari tanaman sebelumnya
lingkungan bisnis berpengaruh positif dan signifikan yang sudah tua, sehingga dianggap kurang memadai.
terhadap perilaku kewirausahaan dengan nilai Hasil persamaan menunjukan nilai
koefisien 0,75 dan nilai t-hitung 9,93. Nilai koefisien koefisien determinan (R ) pada persamaan perilaku
2

0,75 ini memberikan pengertian bahwa pada penelitian kewirausahaan sebesar 0,85. Artinya variansi pada
ini terdapat pengaruh positif lingkungan bisnis faktor karakteristik individu petani dan lingkungan
terhadap perilaku kewirausahaan. Hal ini mengandung bisnis usahatani kopi Arabika Gayo secara bersama-
makna bahwa peningkatan faktor ketersediaan input, sama mampu menjelaskan 85% perubahan pada
dukungan penyuluhan dan pelatihan, bantuan modal variabel laten perilaku kewirausahaan, sedangkan
dan sarana produksi, dukungan promosi dan pemasaran, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diukur
dukungan regulasi usaha, kekompakkan antar petani dalam penelitian ini.

140
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

Dengan demikian hasil penelitian ini usahatani akan meningkat sejalan dengan bertambahnya
menunjukan bahwa perilaku kewirausahaan ketekunan, kemandirian, ketanggapan terhadap
dipengaruhi secara langsung oleh faktor karakteristik peluang, keberanian mengambil risiko, dan yang
individu petani dan faktor lingkungan bisnis yang berasal paling utama adalah dengan menumbuhkembangkan
dari lingkungan, sebagaimana menurut Friederike perilaku inovatif. Serta didukung dengan adanya
and Smallbone (2011) perilaku kewirausahaan tidak bantuan dan upaya pemerintah melalui dinas setempat
bersifat mekanistik atau homogen dalam menghadapi untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif
tekanan eksternal tetapi dipengaruhi oleh interaksi yang bagi perkembangan usahatani kopi Arabika Gayo.
kompleks dari faktor internal dan eksternal, sehingga Sebagaimana menurut Krisnamurthi (2001) tantangan
terdapat heterogenitas dalam perilaku kewirausahaan pembangunan agribisnis adalah untuk membangun
karena tidak semua pengusaha bertindak dan bereaksi kemampuan agribisnis memenuhi kebutuhan hidup
dengan cara yang sama dalam menghadapi tekanan pelakunya, terutama petani, dan masyarakat pada
kelembagaan. Heterogenitas tindakan pengusaha umumnya. Hal ini akan dapat dilakukan jika dapat
umumnya dipengaruhi oleh; (1) firm size (ukuran dibangun keunggulan kompetitif pertanian berbasis
perusahaan), (2) The nature of venture (sifat usaha) dan keunggulan komparatifnya. Keunggulan kompetitif
(3) human capital (sumberdaya manusia). tersebut akan mampu dicapai jika faktor pendorong
perkembangannya adalah inovasi dan kreativitas
Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Petani (innovation driven) yang sejalan dengan peran tenaga
terhadap Perspektif Kinerja Usahatani Kopi kerja berbasis pengetahuan (knowledge-based labour)
Arabika Gayo di Kabupaten Bener Meriah yang lebih dominan.

Berdasarkan Tabel 3, menunjukan bahwa Kesimpulan


faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap
kinerja usahatani kopi Arabika Gayo adalah perilaku Berdasarkan hasil penelitian, adapun
kewirausahaan dan faktor karakteristik individu dan kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa
lingkungan bisnis berpengaruh tidak langsung. karakteristik petani kopi Arabika Gayo secara umum
Variabel laten perilaku kewirausahaan adalah: (1) Tingkat usia petani kopi Arabika Gayo rata-
berpengaruh langsung dan positif terhadap perspektif rata berada pada tingkat usia produktif yaitu usia 41
kinerja usahatani kopi Arabika Gayo dengan koefisien 56 tahun, (2) tingkat pendidikan formal petani kopi
pengaruh sebesar 0,98 dan t-hitung 16,91, maka Arabika Gayo mayoritas lulusan SMA, (2) mereka
pengaruhnya signifikan pada taraf nyata 5%. Dengan memiliki pengalaman yang cukup dalam berusahatani
demikian peningkatan perilaku kewirausahaan akan kopi Arabika Gayo, (3) usahatani kopi Arabika Gayo
meningkatkan perspektif kinerja usahatani kopi Arabika merupakan mata pencaharian utama, (4) umumnya
Gayo. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan modal usahatani didapatkan dari modal pribadi dan
berinovatif, tingkat pengambilan risiko, tekun berusaha, dirasa tidak memadai, dan (5) luas lahan yang dimiliki
ketanggapan terhadap peluang dan kemandirian dalam petani kopi Arabika Gayo rata-rata 0,5 1 hektar.
menjalankan usahatani kopi Arabika Gayo pada Karakteristik individu petani berpengaruh
akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan kinerja positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan.
usahatani. Sebagaimana hasil penelitian Fauzi (2006) Hal ini menunjukan bahwa peningkatan pendidikan,
dan Dirlanudin (2010) menujukan bahwa perilaku pengalaman, motivasi berusahatani, persepsi terhadap
wirausaha berpengaruh langsung dan bernilai positif usahatani dan keinginan berusahatani yang menjadi
terhadap keberhasilan usaha, yaitu peningkatan jumlah wirausaha akan meningkatkan perilaku kewirausahaan
pelanggan, kecenderungan loyalitas pelanggan, mereka. Sementara faktor lingkungan bisnis
perluasan pangsa pasar, kemampuan bersaing, dan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku
peningkatan pendapatan. Kinerja usaha tergantung kewirausahaan. Hal ini dikarenakan dukungan
pada tindakan (perilaku) yang diambil oleh pengusaha pemerintah berupa penyuluhan dan pelatihan, bantuan
dan kondisi internal pribadi yang berpengaruh terhadap modal dan saprodi, promosi dan pemasaran, regulasi
pengambilan keputusan bisnis. usaha, serta ketersediaan informasi pasar dirasa cukup
Hasil penelitian menujukan bahwa kinerja memadai sesuai dengan kebutuhan petani.

141
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

Perilaku kewirausahaan berpengaruh positif Friederike, Smallbone D. 2011. Institutional Perspectives


dan signifikan terhadap perspektif kinerja usahatani on Enterpreneurial Behavior in Challenging
kopi Arabika Gayo. Hal ini menunjukan bahwa Environtments. Journal of Small Business
perilaku kewirausahaan berperan penting dalam Management. Januari 2011. Vol 1, pg. 107-125.
peningkatan kinerja usahatani, sehingga dengan ABI/INFORM. Global.
ketekunan, ketanggapan terhadap peluang, inovatif, Hadiyati E. 2011. Kreativitas dan inovasi berpengaruh
keberanian mengambil risiko dan kemandirian pada terhadap kewirausahaan usaha kecil. Jurnal
akhirnya akan berpengaruh terhadap perspektif kinerja Manajemen dan Kewirausahaan. 13(1): 8-16.
usahatani kopi Arabika Gayo. Hasni, Dian. 2011. Designing a Quality Management
Framework in Coffee Industry: a Literature Study of
Improvement of Arabica Coffee as Specialty Coffee
Daftar Pustaka in Indonesia. [Tesis].University of Kassel and
University of Applied Science Fulda Witzenhausen.
Adri. 1999. Analisis Kelembagaan dan Ekonomi Jaya R. 2014. Rancang Bangun Rantai Pasol Kopi
Usahatani Kopi Arabika Organik Di Provinsi Arabika Gayo Berkelanjutan. [Disertasi]. Sekolah
Daerah Istimewa Aceh [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pertanian Bogor. Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta (ID): PT Grafindo
Burhanuddin. 2014. Pengaruh aktivitas kewirausahaan Persada.
peternakan ayam broiler terhadap pertumbuhan Krisnamurthi B. 2001. Agribisnis. Bogor (ID): Yayasan
ekonomi. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pengembangan Sinar Tani.
Pertanian Bogor. Bogor. Mosher. 1987. Menggerakkan dan Membangun
Casson M, Yeung B, Basu A, dan Wadeson N. 2006. Pertanian. Jakarta (ID): Yasguna Jakarta.
The Oxford Handbook of Enterprneurship. New Popkin SL. 1986. Petani Rasional. Terjemahan Mawi
York (US): Oxford University Press. Sjahrir. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit Padamu
[Disbun] Dinas Perkebunan Provinsi Aceh. 2013. Negeri.
Prospek Pengembangan Kopi Arabika Gayo Di Priyanto SH. 2009. Mengembangkan Pendidikan
Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Aceh Kewirausahaan di Masyarakat. Jurnal PNFI. 1(1):
(ID) Disbun. 57-82.
Delmar F. 1996. Enterpreneurial Behaviuor and Puspitasri. 2013. Pengaruh perilaku kewirausahaan
Business Performance Dissertation The Economic Petani anggrek terhadap kinerja usaha: Kasus di
Research Institut Stockhlom School of Economic, Kecamatan Gunung Sindur dan Parung, Kabupaten
Stockholm. Bogor,dan Kecamatan Serpong, Kota Tangerang
Dirlanudin. 2010. Perilaku Wirausaha dan Keberdayaan Selatan. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Pengusaha Kecil Industri Agro: Kasus di Kabupaten Bogor.
Serang Provinsi Banten. [Disertasi]. Sekolah Putri A. 2013. Struktur dan Integrasi Pasar Kopi Arabika
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gayo di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah
[ICCRI] Indonesian Coffee and Cocoa Research [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Institute. 2008. Panduan Budidaya dan Pengolahan Rauch A dan Frese M. 2007. Lets Put the Person Back
Kopi Arabika Gayo. Pusat Penelitian Kopi dan into Entrepreneurship Research: A Meta-Analysis
Kakao Indonesia. Jakarta (ID): Azrajens Mayuma. on the Relationship between Business Owners
Fatma Z. 2011. Analisis Fungsi Produksi dan Efisiensi Personality Traits, Business Creation, and Success.
Usahatani Kopi Rakyat di Aceh Tengah [Tesis]. European Journal of Work and Organizational
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Psychology.16: 353-385.
Ferdinand A. 2002. Structural Equation Modelling Riyanti BPD. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang
dalam Penelitian Manajemen. BPUNDIP. Psikologi Kepribadian. Jakarta (ID): PT.Grasindo.
Fereidouni HG, Masron TA, Nikbin D, Amiri RE. Saputra A. 2012. Desain Rantai Pasok Agroindustri
2010. Consequence of External Environment on Kopi Organik di Aceh Tengah untuk Optimalisasi
Enterpreneurial Motivation in Iran. Asian Academy Balancing Risk [Tesis]. Bogor (ID): Institut
of Management Journal. 15(2): 175-196. Pertanian Bogor.

142
Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol. 12 No. 2

Saragih B. 2010. Agribisnis: Paradigma Baru Entrepreneurship.Oxford University Press.


Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor Yahmadi M. 2007. Rangkaian Perkembangan dan
(ID): PT. Penerbit IPB Press. Permasalahan Budidaya dan Pengolahan Kopi di
Sumantri B. 2013. Pengaruh jiwa kewirausahaan Indonesia. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. Jawa
terhadap kinerja usaha wirausaha wanita pada Timur. 339p.
industri pangan rumahan Di Bogor [Tesis]. Bogor Yusnadi.1992.Adopsi Petani Kopi dalam Pengembangan
(ID): Institut Pertanian Bogor. Perkebunan Kopi Rakyat [Tesis]. Bogor (ID):
TM Silitonga Cristina Mutiara. 2008. Analisis Institut Pertanian Bogor.
Keunggulan Bersaing Kopi Arabika Gayo Organik Winardi J. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam
di Indonesia [Tesis]. Medan (ID): Universitas Manajemen. Jakarta (ID): RajaGrafindo Persada.
Terbuka UPBJJ Sumatera Utara. Wijanto SH. 2008. Structural Equation Modelling
Ucbasaran, Deni, Paul Westhead and Mike Wright. dengan Lisrel 8.8: Konsep dan Tutorial. Yogyakarta
2005. Habital Entrepreneurs. Oxford Handbook of (ID).Graha Ilmu.

143

You might also like