Professional Documents
Culture Documents
Ê
c
Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara
fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh
karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar
dihasilkan koral. Kerangka karang mengalami erosi dan terakumulasi menempel di
dasar terumbu.
Ñakalah yang kami buat ini bertujuan untuk menambah wawasan kita tentang
pentingnya ekosistem terumbu karang yang ada di laut. Setelah kita mengerti apa
peranan terumbu karang maka kita akan memahami perananannya dalam ekosistem
laut. Setelah kita memahai kita akan menjaga dan melestarikan terumbu karang yang
berada di laut untuk kelestarian ekosistem laut dan biota ± biotanya.
£
Ê Ê
Terumbu karang (Ô
) merupakan masyarakat organisme yang hidup
didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat
menahan gaya gelombang laut. Sedangkan organisme±organisme yang dominan
hidup disini adalah binatang-binatang karang yang mempunyai kerangka kapur, dan
algae yang banyak diantaranya juga mengandung kapur. Berkaitan dengan terumbu
karang diatas dibedakan antara binatang karang atau karang (
) sebagai
individu organism atau komponen dari masyarakat dan terumbu karang (
)
sebagai suatu ekosistem (Sorokin, 1993).
Terumbu karang (
) sebagai ekosistem dasar laut dengan penghuni
utama karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan dan dibentuk oleh
ribuan hewan kecil yang disebut polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri
dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang
terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel. Namun pada kebanyakan spesies,
satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut
koloni (Sorokin, 1993).
Terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir
dan laut, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang dan segala
kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki
bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang
terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari
perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia. Contohnya
adalah ekosistem terumbu karang di perairan Ñaluku dan Nusa Tenggara.
]
Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia
(Cesar 1997) dan merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota perairan
dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
6
Ê Ê
!
Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang
efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).
Ñenurut Sumich (1992) dan Burke
. (2002) sebagian besar spesies karang
melakukan simbiosis dengan alga simbiotik yaitu a
yang hidup di dalam
jaringannya. Dalam simbiosis, z
menghasilkan oksigen dan senyawa
organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang
menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk
keperluan hidup a
. Selanjutnya Sumich (1992) menjelaskan bahwa
adanya proses fotosintesa oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium
karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia
sebagai berikut:
V
Suharsono (1999) mencatat selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu
permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 oC di atas suhu normal.
Selain dari perubahan suhu, maka perubahan pada salinitas juga akan
mempengaruhi terumbu karang. Hal ini sesuai dengan penjelasan ÑcCook (1999)
bahwa curah hujan yang tinggi dan aliran material permukaan dari daratan (M
Ñeskipun beberapa karang dapat dijumpai dari lautan subtropis tetapi spesies
yang membentuk karang hanya terdapat di daerah tropis. Kehidupan karang di lautan
dibatasi oleh kedalaman yang biasanya kurang dari 25 m dan oleh area yang
mempunyai suhu rata-rata minimum dalam setahun sebesar 10oC. Pertumbuhan
maksimum terumbu karang terjadi pada kedalaman kurang dari 10 m dan suhu sekitar
25 o C sampai 29 oC. Karena sifat hidup inilah maka terumbu karang banyak
dijumpai di Indonesia (Hutabarat dan Evans, 1984).
)
î Terumbu karang cincin (atoll)
Diantara tiga struktur tersebut, terumbu karang yang paling umum dijumpai di
perairan Indonesia adalah terumbu karang tepi (Suharsono, 1998). Penjelasan ketiga
tipe terumbu karang sebagai berikut :
ë
Sedangkan diantara pantai dan tepi luar terumbu, karang batu cenderung mempunyai
pertumbuhaan yang kurang baik bahkan banyak mati karena sering mengalami
kekeringan dan banyak endapan yang datang dari darat.
) terletak di berbagai jarak kejauhan
dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang terlalu dalam
untuk pertumbuhan karang batu (40-70 m). Umumnya memanjang menyusuri pantai
dan biasanya berputar-putar seakan ± akan merupakan penghalang bagi pendatang
yang datang dari luar. Contohnya adalah
Ê
yang berderet
disebelah timur laut Australia dengan panjang 1.350 mil.
Gambar 3.
Ê
di Australia.
3) Terumbu karang cincin (atol) yang melingkari suatu goba ( ). Kedalaman
goba didalam atol sekitar 45m jarang sampai 100m seperti terumbu karang
penghalang. Contohnya adalah atol di Pulau Taka Bone Rate di Sulawesi Selatan.
-
Gambar 4. Pulau taka bone di Sulawesi
î Karang hermatipik
î Karang ahermatipik.
Hasil samping dari aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang
struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan untuk
c
menentukan jenis atau spesies binatang karang. Disamping itu untuk hidup binatang
karang membutuhkan suhu air yang hangat berkisar antara 25-32 oC (Nybakken,
1982). Ñenurut Veron (1995) terumbu karang merupakan endapan massif (deposit)
padat kalsium (CaCo3) yang dihasilkan oleh karang dengan sedikit tambahan dari
alga berkapur (Ô
) dan organisme -organisme lain yang mensekresikan
kalsium karbonat (CaCo3). Dalam proses pembentukan terumbu karang maka karang
batu (Scleractina ) merupakan penyusun yang paling penting atau hewan karang
pembangun terumbu (
). Karang batu termasuk ke dalam Kelas
Anthozoa yaitu anggota Filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip.
Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau
Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, morfologi
dan fisiologi.
Ñoberg and Folke (1999) M Cesar (2000) menyatakan bahwa fungsi
ekosistem terumbu karang yang mengacu kepada habitat, biologis atau proses
ekosistem sebagai penyumbang barang maupun jasa. Untuk barang merupakan yang
terkait dengan sumberdaya pulih seperti bahan makanan yaitu ikan, rumput laut dan
tambang seperti pasir, karang. Sedangkan untuk jasa dari ekosistem terumbu karang
dibedakan :
cc
jenis biota laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ñenurut Ñunro dan William
M Dahuri (1996) dari perairan yang terdapat ekosistem terumbu karang pada
kedalaman 30 m setiap kilometer perseginya terkandung ikan sebanyak 15 ton.
Sementara itu Supriharyono (2000) mengemukakan bahwa tingginya produktivitas
primer di perairan terumbu karang, memungkinkan ekosistem ini dijadikan tempat
pemijahan, pengasuhan, dan mencari makan bagi banyak biota laut. Ñenurut Salam
(1984) MSupriharyono (2000), bahwa 16% dari total hasil ekspor ikan Indonesia
berasal dari daerah karang.
c£
pengeboman ikan karang, dan yang lainnnya secara tidak langsung dapat merusak
karang.
Pemanfaatan taman laut untuk tujuan wisata pada umumnya diperoleh melalui agen-
agen pariwisata dan .Namun kedua agen atau arganisasi tersebut lebih
mementingkan profit daripada harapan konservasi yaitu pelestarian sumberdaya alam
laut. Sebagai akibatnya aktivitas mereka sering menimbulkan hal hal yang tidak
diinginakan atau bertentangan dengan nilai estetika atau
lingkungan laut.
c
yang jelek umumnya akan meningkatkan kekeruhan dan sedimentasi di daerah
terumbu karang.
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang
masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut.
Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan
cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan
tidak membentuk karang.
Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang
membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar
di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang
jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh
terumbu karang.
c]
Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan
kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian
atas terumbu karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga
melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang
terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya.
î sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan manusia dalam bidang
pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning), batu karang,
c6
!&'
Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini
diawali oleh reef slope atau lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di
reef slope, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan
umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter
sering terdapat teras terumbu atau reef front yang memiliki kelimpahan karang keras
yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.
Ñengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu (patch reef), di bagian atas
reef front terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit
terumbu tempat pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang
alga atau algal ridge. Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan terumbu (reef flat)
yang sangat dangkal.
Leeward merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini
umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada windward
reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman goba
biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan
karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta
sedimentasi yang lebih besar.
cV
!.
cë
Cesar (2000) melaporkan terjadi praktek penangkapan besar±besaran dengan
bahan peledak dan cianida di Indonesia. Penyebabnya adalah M yang tinggi
terhadap ikan karang terutama jenis kerapu (
maupun ikan
Dengan nilai pasar yang tinggi berkisar US$ 60-180 per kilo telah
menyebabkan perburuan ikan karang dihampir seluruh perairan Indonesia. Untuk
menjaga profit yang menggiurkan ini mau tidak mau supply tetap banyak dan biaya
ektraksi harus murah, sehingga masyarakat beramai-ramai memanen ikan
menggunakan bahan peledak dan sianida.
c
Gambar 7. Kerusakan terumbu karang
c-
ekosistem terumbu karang dilihat dari komunitas karangnya. Kehadiran karang di
terumbu akan diikuti oleh kehadiran ratusan biota lainnya (ikan, invertebrata, algae),
sebaliknya hilangnya karang akan diikuti oleh perginya ratusan biota penghuni
terumbu karang.
£
Ê Ê
$
!
#
£c