Professional Documents
Culture Documents
2015
The Effect of Artificial Repening Used The Calsium Carbida(CaC2) of Physical and Chemical
Properties of Ambon Bananas (Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt))
ABSTRACT
Banana is one of the best horticulture products in Indonesia. All this time, the ripening of banana has been done by the farmers.
Artificial ripening was done using carbide with one kind of carbide concentration. The aim of this research was to determine the
effect of carbide mass and ripening media on the physical and chemical quality of Ambon banana. The result showed that average
of room air temperature between 28.48 C, the average air temperature of the non vacuum media between 30.15 to 31.1C, and
the average air temperature of vacuum media ranged from 30.56 to 31.66 C. The average of relative humidity from 74.76%, the
average humidity of the non vacuum media between 78.68 to 79.45% and the vacuum media ranged from 79.02 to 80.24%.
Respectively Water content of bananas in the non vacuum media ranged from 74.0 to 80.5% and the vacuum media ranged from
75.8 to 77.7%. Vitamin C levels of bananas with non vacuum media ranged from 99.7 to 108.5 mg per 100 g and vacuum media
ranged from 17.6 to 32.3 mg per 100 g. The hardness of bananas in the non vacuum media ranged from 2.0 to 2.73 N and
vacuum media ranged from 0.5 to 1.7 Newton. The soluble solid content of bananas in the non vacuum media ranged from 19.2 to
22.4 brix and vacuum media ranged from 10.5 to 11.7 brix.
417
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No.4 Th. 2015
yaitu pemacuan aktivitas respirasi sehingga buah Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi
akan mencapai tingkat ketuaan maksimum. hygrometer, rheometer, oven, refraktrometer digital,
Permasalahan yang sering timbul yaitu banyak erlenmeyer dan timbangan digital. Bahan yang
buah pisang yang cepat busuk, daging buah yang digunakan adalah buah pisang ambon (Musa
terlalu lembek dan lain-lain, kerusakan ini sangat paradisiaca var. sapientum(L.)) dalam bentuk sisiran
tidak sesuai dengan minat pasar.Menurut Prabawati dengan tingkat kematangan optimal (100-120 hari
dkk (2008) kelemahan menggunakan batu karbit setelah berbunga atau keluar jantung), aquades,
buah cepat matang maka buah pisang mudah rontok amilum, Iodium (I2)0,1 N dan batu karbit.
dan cepat rusak ditandai dengan bintik-bintik coklat Penelitian inidiawali dengan mempersiapkan
pada permukaan kulit. Kerusakan pada buah ini wadah pemeraman sebagai media pemeraman,
akibat dari pemeraman buah yang dilakukan dengan pisang yang digunakan dalam bentuk sisiran sesuai
penambahan karbit terlalu banyak yang dengan kriteria tua optimal dengan kondisi baik (tidak
mempercepat laju gas etilen, sehingga terserang hama penyakit, tidak terluka dan tidak
dibutuhkankan massa karbit yang tepat pada saat memar). Pada setiap wadah pemeraman hanya
pemeraman. Menurut Ningrum (2013) batu karbit berisi satu sisir pisang dengan massa karbit berbeda-
sebanyak 0,05 0,20% dari berat buah pisang, beda seperti pada Tabel 1.
dibungkus dan dipercikkan air. Karbit diletakkan pada Pelaksanaan penelitian diawali dengan menimbang
bagian bawah dalam kemasan, kemudian diletakkan pisang dan batu karbit. Selanjutnya pisang dan batu
pisang dan ditutup rapat. karbit yang telah ditimbang dimasukkan kedalam
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media pemeraman. Batu karbit yang digunakan
pengaruh massa karbit dan media pemeraman pada diberi air untuk menghasilkan gas etilen.selanjutnya
pemeramaan buah pisang terhadap mutu fisik dan dilakukan pengukuran suhu udara lingkungan dan
kimia buah pisang ambon dan pisang kepok. suhu udara pada media pemeraman, kelembaban
udara lingkungan dan kelembaban udara pada media
pemeraman, kadar air pisang, kadar vitamin C
BAHAN DAN METODE pisang, tingkat kekerasan dan kandungan padatan
terlarut.
Suhu lingkungan dan media pemeraman ditimbang kemudian ditimbang kembali untuk
Pengukuran suhu udara lingkungan dilakukan mengetahui berat awal (W0) setelah itu dimasukkan
setiap pagi, siang dan sore hari. Pengukuran suhu dalam oven hingga bobot konstan pada suhu 105oC.
udara pada media pemeraman dilakukan pada kemudian bahan dikeluarkan dari oven dan
bagian tengah media penyimpanan. ditimbang sebagai berat kering (Wt).. Kadar air dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan
Kelembaban udara lingkungan dan udara pada sebagai berikut :
media pemeraman
Kelembaban udara lingkungan dan udara pada M (%bb) = 100%
media pemeraman dilakukan bersamaan dengan
pengukuran suhu dengan menggunakan hygrometer.
Keterangan: W0 = Berat sampel awal (g)
Kadar air pisang Wt = Berat sampel akhir (g)
Penghitungan kadar air dilakukan dengan
metode gravimetri/oven yaitu dilakukan dengan
memasukkan sampel kedalam cawan yang telah
418
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No.4 Th. 2015
Kadar vitamin C metode titrasi iodometri 201 dengan skala pengukuran 0 60 oBrix. Tingkat
(Sugianti, C. 2012) kemanisan akan langsung dibaca pada alat.
Pengukuran kadar vitamin C dilakukan
menggunakan analisis titrasi iodometri yaitu
dilakuakan dengan pisang ditimbang sebanyak 10 g
HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian air ditambahkan hingga volumenya 100 ml
lalu diblender, setelah itu diambil sarinya sebanyak Suhu
10 ml. Sari buah dimasukkan kedalam erlenmeyer. Hasil sebaran suhu rata- rata udara pada
Pada setiap erlenmeyer ditambahkan indikator media pemeraman pisang ambondapat dilihat pada
amilum 2-3 tetes, kemudian dititrasi dengan Gambar 1. Berdasarkan grafik pada Gambar 1
menggunakan larutan standar I2 0,1 N hingga menunjukkan bahwa pemeraman menggunakan
warnanya berubah menjadi violet. karbit menghasilkan suhu udara dalam media
pemeraman lebih tinggi dibandingkan suhu udara
lingkungan. Hal ini dikarenakan salah satu hasil
Kadar vitamin C (mg/100 g) = . respirasi berupa energi panas dapat meningkatkan
suhu udara pada media pemeraman.Massa karbit
Keterangan : ml iod =Volume I2 (ml) yang digunakan juga mempengaruhi suhu media
0,88 = Berat equivalen pemeraman, semakin banyak massa karbit yang
FP = Faktor pengenceran digunakan semakin tinggi suhu medianya. Massa
g bahan = Massa bahan (g) karbit yang tinggi akan menghasilkan energiyang
lebih banyak dari hasil proses respirasi. Pemeraman
Kekerasan buah menggunakan karbit pada media pemeraman tidak
Jenis Rheomater yang di pakai (uji kekerasan) kedap udara memiliki lama kematangan buah sama,
pada penelitian ini adalah Sun rheometer 100. hal ini dimungkinkan karena massa karbit yang
Rheometer diatur pada mode 20 dengan kecepatan digunakan tidak terlalu berbeda jauh.
tusuk sebesar 60 mm/s. Alat ini dilengkapi dengan Suhu udara pada media pemeraman kedap
alat penusuk bahan yang diletakkan pada meja udara lebih tinggi dibanding suhu udara pada media
(base) rheometer yang statik. Pengujian dilakukan pemeraman tidak kedap udara.Suhu tinggi pada
sebanyak tiga kali kemudian diambil reratanya. media pemeraman kedap udara diakibatkan oleh
tidak adanya sirkulasi udara, sehinggga udara panas
Kandungan padatan terlarut terkurung didalam. Buah pisang yang dihasilkan
Sampel pisang diparut kemudian diambil pada media pemeraman kedap udara menjadi
cairannya setelah itu diletakkan di lensa matang abnormal. Penyebab kematangan abnormal
refraktometer untuk melakukan pembacaan diduga kandungan oksigen dalam media pemeraman
hasil.Tingkat kemanisan ini diukur dengan sangat sedikit sehingga kurang untuk kebutuhan
menggunakan refraktometer digital Atago model PR respirasi.
34
33
32 Suhu Lingkungan
M1 K1
Suhu (C)
31
M1 K2
30
M1 K3
29 M2 K1
M2 K2
28
M2 K3
27
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu (hari)
419
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No.4 Th. 2015
90
88
86
Kelembaban Udara (%)
84 RH Lingkungan
82
M1 K1
80
78 M1 K2
76 M1 K3
74
72 M2 K1
70 M2 K2
68
66 M2 K3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu (hari)
86
84
82
80
78
Kadar Air (%)
76
74
72
70
68
66
64
62
60
0 2 4 6 8
Waktu (hari)
Kontrol Ambon M1 K1 Pisang Ambon
M1 K2 Pisang Ambon M1 K3 Pisang Ambon
Gambar 3. Kadar air pisang ambon pada media pemeraman tidak kedap udara
420
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No.4 Th. 2015
Menurut Dumadi (2001) , peningkatan kadar air pisang mencapai tingkat kematangan lebih cepat
pada daging buah diakibatkan oleh adanya dibandingkan dalam keadaan normal. Ketika
perbedaan tekanan osmosis antara daging buah dan kematangan tercapai, tekanan osmosis meningkat
kulit buah. Massa karbit yang digunakan dan daging buah menyerap air dari kulit sehingga
berpengaruh terhadap kadar air akhir buah , dimana kadar airnya semakin tinggi (Mariott, dkk., 1981)
semakin tinggi massa karbit maka semakin tinggi Pada media pemeraman tidak kedap udara ini massa
kadar air buah, tingginya massa karbit karbit yang digunakan tidak mempengaruhi kadar air
mengakibatkan laju respirasi tinggi sehingga hasil akhir buah pisang (Tabel 2). Pemeraman
respirasi berupa air akan semakin tinggi, sehingga menggunakan media kedap udara menghasilkan
semakin banyak air yang tertahan pada ruang antar buah masak abnormal.
sel. Pemberian zat perangsang mengakibatkan
Kadar Vitamin C pada buah pemeraman yang dibutuhkan pisang ambon selama
Massa karbit yang digunakan mempengaruhi 6 hari, sedangkan pemeraman pisang ambon (ka)
terhadap kadar vitamin C, semakin tinggi massa dan pada suhu ruang waktu pemeraman yang
karbit yang digunakan semakin tinggi kadar vitamin C dibutuhkan selama 8 hari. Menurut Kartika (2010)
yang dihasilkan pada buah. Peningkatan konsentrasi peningkatan kadar vitamin C dikarenakan terjadinya
zat perangsang buah akan meningkatkan kadar biosintesis vitamin C dari glukosa yang terdapat pada
vitamin C. (Ridhyanty2015). Kalsium karbida sebagai buah. Kadar vitamin C maksimum terjadi ketikabuah
senyawa perangsang etilen akan mempercepat sudah matang, ditandai dengan perubahan warna,
terjadinya proses pematangan buah, dengan sehingga biosintesis vitamin C menunjukkan kondisi
demikian semakin banyak vitamin yang dapat optimumnya
disintesis dalam pisang selama pemeraman.waktu
140.0
120.0
Kontrol ambon
Kadar vitamin C (mg/100 g)
100.0 M1 K1
80.0 M1 K2
60.0 M1 K3
M2 K1
40.0
M2 K2
20.0
M2 K3
0.0
sesudah matang
Gambar 4. Kandungan vitamin C pada pisang ambon.
421
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No.4 Th. 2015
oleh zat perangsang pematangan buah yang buah terjadi banya peristiwa perubahan-perubahan
digunakan lebih banyak sehingga laju respirasi biokimiawi dan struktural. Menurut Sumadi dkk
semakin tinggi, laju respirasi tinggi mengakibatkan (2004) selama proses pemasakan, buah pisang akan
perubahan tekstur buah semakin cepat berubah. mengalami pelunakan buah akibat degrades dinding
Buah yang mengalami proses pematangan sel dan hidrolisis pati.
akan mengalami perubahan tekstur yaitu buah yang Perubahan tingkat kekerasan pada media
sudah matang akan jauh lebih lunak dibandingkan pemeraman kedap udara tidak dipengaruhi oleh
dengan buah yang masih muda. Hal ini disebabkan massa karbit (Tabel 3). Kondisi buah tidak
oleh perombakan propektin yang tidak larut berubah mengalami perubahan tekstur yang signifikan, hal ini
menjadi pektin yang dapat larut atau hidrolisis zat dikarenakan kondisi buah yang tidak mengalami
pati. Oleh karena itu selama proses pematangan kematangan sempurna.
9
8
7
Tingkat kekerasan (N)
6
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8
Waktu (hari)
Kontrol Ambon M1 K1 Pisang Ambon
M1 K2 Pisang Ambon M1 K3 Pisang Ambon
Gambar 5. Tingkat kekerasan pisang ambon pada media pemeraman tidak kedap udara.
Kandungan Padatan Terlarut Buah proses pemanenan, pati yang terbentuk didalam
Kandungan padatan terlarut pada buah pisang jaringan dapat diubah menjadi gula sederhana
mengalami peningkatan selama pematangan, seperti seperti glukosa dan fruktosa. Perubahan ini
terlihat pada Gambar 6. Menurut Pujimulyani (2009) dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu,
peningkatan tingkat kemanisan pada proses waktu dan keadaan fisiologis, misalnya aktifitas
pematangan disebabkan oleh perubahan pati enzim. Perubahan kandungan padatan terlarut pada
menjadi gula melalui proses Adenosin Tri Phospat media pemeraman kedap udara tidak dipengaruhi
(ATP) yang dihasilkan pada proses respirasi, oleh massa karbit yang digunakan (Tabel 4). Kondisi
sehingga semakin cepat laju respirasi ATP yang buah pada media pemeraman kedap udara matang
dihasilkan akan semakin besar dan kandungan kimia abnormal sehingga kandungan padatan terlarut yang
bahan dalam hal ini gula akan meningkat. Setelah dihasilkan lebih rendah.
Tabel 4. Kandungan padatan terlarut pisang ambon pada media pemeraman kedap udara
Kandungan
Kontrol M1K1 M1K2 M1K3 M2K1 M2K2 M2K3
padatan terlarut
Awal 6,0 7,7 4,8 5,6 7,8 7,7 7,9
Akhir 24,9 19,2 20,8 22,4 10,5 11,7 10,6
422
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No.4 Th. 2015
30.0
Gambar 6. Kandungan padatan terlarut pisang ambon pada media pemeraman tidak kedap udara.
423