You are on page 1of 7

Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No.4 Th.

2015

PENGARUH PEMERAMAN MENGGUNAKAN BATU KARBIT (CaC2)


TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA BUAH PISANG AMBON
(Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt))

The Effect of Artificial Repening Used The Calsium Carbida(CaC2) of Physical and Chemical
Properties of Ambon Bananas (Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt))

Anwar Sadat1,2, Tamrin1, Cicih Sugianti1


1Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
2e-mail : anwarsadatlubis@gmail.com

Diterima tanggal : 2 Juli 2015 / Disetujui tanggal 17 September 2015

ABSTRACT
Banana is one of the best horticulture products in Indonesia. All this time, the ripening of banana has been done by the farmers.
Artificial ripening was done using carbide with one kind of carbide concentration. The aim of this research was to determine the
effect of carbide mass and ripening media on the physical and chemical quality of Ambon banana. The result showed that average
of room air temperature between 28.48 C, the average air temperature of the non vacuum media between 30.15 to 31.1C, and
the average air temperature of vacuum media ranged from 30.56 to 31.66 C. The average of relative humidity from 74.76%, the
average humidity of the non vacuum media between 78.68 to 79.45% and the vacuum media ranged from 79.02 to 80.24%.
Respectively Water content of bananas in the non vacuum media ranged from 74.0 to 80.5% and the vacuum media ranged from
75.8 to 77.7%. Vitamin C levels of bananas with non vacuum media ranged from 99.7 to 108.5 mg per 100 g and vacuum media
ranged from 17.6 to 32.3 mg per 100 g. The hardness of bananas in the non vacuum media ranged from 2.0 to 2.73 N and
vacuum media ranged from 0.5 to 1.7 Newton. The soluble solid content of bananas in the non vacuum media ranged from 19.2 to
22.4 brix and vacuum media ranged from 10.5 to 11.7 brix.

Keywords: bananas, artificial ripening, calcium carbide.

PENDAHULUAN dapat digantikan lagi sehingga terjadi perubahan


atau kemunduran yang sering disebut deteriorasi
Pisang merupakan salah satu produk unggulan Selama pemeraman terjadi hidrolisis pati dan
di Indonesia.Tingkat kebutuhan konsumsi buah degradasi dinding sel yang mengakibatkan
pisang segar di Indonesia menurut data Kementerian perubahan tekstur pada buah pisang. Selama proses
Pertanian menunjukkan konsumsi pisang dalam lima pemasakan, buah pisang akanmengalami
tahun terakhir selalu menempati posisi tertinggi peningkatan pelunakan buah, akan tetapi perlakuan
diantara jenis buah yang lain.Pada tahun2013, dengan menggunakan suhu dingin akan lebih
konsumsi pisang mencapai 5,68 kilogram per kapita terhambat dengan menggunakan suhu kamar
per tahun. (Sumadi dkk, 2004).
Buah pisang masih terus melanjutkan proses Penanganan pascapanen pada buah pisang
respirasi setelah dipetik dari pohon. Laju respirasi saat ini masih telah dilakukan oleh para petani,
diukur dari jumlah O2 yang dikonsumsi atau CO2 penanganan pascapanen khususnya pemeraman
yang dihasilkan selama pertumbuhan, penuaan secara tradisional biasanya dilakukan dengan
(maturation) , pematangan dan masa pelayuan membiarkan buah pisang pada udara terbuka
sehingga diperoleh pola respirasinya. Buah pisang dengan suhu ruang ataupun membungkus pisang
mempunyai pola respirasi yang tergolong sebagai dengan plastik.Pemeraman bertujuan untuk
buah klimakterik (Winarno dan Wirakarkusumah memperbaiki sifat hasil tanaman dan mempercepat
1981). Perilaku buah pisang setelah panen sangat masaknya hasil tanaman, saat ini pemeraman sudah
terlihat mengalami perubahan-perubahan seperti banyak dilakukan dengan penambahan karbit atau
kekerasan, kandungan pati, perubahan kadar air, biasa disebut pengkarbitan.Pengakrbitan yang
dan perubahan vitamin C. Hal ini terjadi karena dilakukan dengan menggunakan satu jenis
hilangnya pasokan air dari akar setelah buah konsentrasi karbit. Menurut Ningrum (2013)
dipanen sehinggga kehilangan subtrat dan air tidak bahwapenambahan batu karbit pada saat
pemeraman berpengaruh terhadap hasil tanaman

417
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No.4 Th. 2015

yaitu pemacuan aktivitas respirasi sehingga buah Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi
akan mencapai tingkat ketuaan maksimum. hygrometer, rheometer, oven, refraktrometer digital,
Permasalahan yang sering timbul yaitu banyak erlenmeyer dan timbangan digital. Bahan yang
buah pisang yang cepat busuk, daging buah yang digunakan adalah buah pisang ambon (Musa
terlalu lembek dan lain-lain, kerusakan ini sangat paradisiaca var. sapientum(L.)) dalam bentuk sisiran
tidak sesuai dengan minat pasar.Menurut Prabawati dengan tingkat kematangan optimal (100-120 hari
dkk (2008) kelemahan menggunakan batu karbit setelah berbunga atau keluar jantung), aquades,
buah cepat matang maka buah pisang mudah rontok amilum, Iodium (I2)0,1 N dan batu karbit.
dan cepat rusak ditandai dengan bintik-bintik coklat Penelitian inidiawali dengan mempersiapkan
pada permukaan kulit. Kerusakan pada buah ini wadah pemeraman sebagai media pemeraman,
akibat dari pemeraman buah yang dilakukan dengan pisang yang digunakan dalam bentuk sisiran sesuai
penambahan karbit terlalu banyak yang dengan kriteria tua optimal dengan kondisi baik (tidak
mempercepat laju gas etilen, sehingga terserang hama penyakit, tidak terluka dan tidak
dibutuhkankan massa karbit yang tepat pada saat memar). Pada setiap wadah pemeraman hanya
pemeraman. Menurut Ningrum (2013) batu karbit berisi satu sisir pisang dengan massa karbit berbeda-
sebanyak 0,05 0,20% dari berat buah pisang, beda seperti pada Tabel 1.
dibungkus dan dipercikkan air. Karbit diletakkan pada Pelaksanaan penelitian diawali dengan menimbang
bagian bawah dalam kemasan, kemudian diletakkan pisang dan batu karbit. Selanjutnya pisang dan batu
pisang dan ditutup rapat. karbit yang telah ditimbang dimasukkan kedalam
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media pemeraman. Batu karbit yang digunakan
pengaruh massa karbit dan media pemeraman pada diberi air untuk menghasilkan gas etilen.selanjutnya
pemeramaan buah pisang terhadap mutu fisik dan dilakukan pengukuran suhu udara lingkungan dan
kimia buah pisang ambon dan pisang kepok. suhu udara pada media pemeraman, kelembaban
udara lingkungan dan kelembaban udara pada media
pemeraman, kadar air pisang, kadar vitamin C
BAHAN DAN METODE pisang, tingkat kekerasan dan kandungan padatan
terlarut.

Tabel 1.Massa Pisang Ambon.


Massa Pisang (g)
Media (M) Massa Karbit (g)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
0.8 (K1) 1025 1075 1050
Tidak Kedap
Udara (M1) 1.0 (K2) 1050 1025 1050
1.2 (K3) 1100 1000 1100
0.8 (K1) 1325 1400 1300
Kedap Udara
(M2) 1.0 (K2) 1250 1075 1200
1.2 (K3) 1050 1150 1200

Suhu lingkungan dan media pemeraman ditimbang kemudian ditimbang kembali untuk
Pengukuran suhu udara lingkungan dilakukan mengetahui berat awal (W0) setelah itu dimasukkan
setiap pagi, siang dan sore hari. Pengukuran suhu dalam oven hingga bobot konstan pada suhu 105oC.
udara pada media pemeraman dilakukan pada kemudian bahan dikeluarkan dari oven dan
bagian tengah media penyimpanan. ditimbang sebagai berat kering (Wt).. Kadar air dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan
Kelembaban udara lingkungan dan udara pada sebagai berikut :
media pemeraman
Kelembaban udara lingkungan dan udara pada M (%bb) = 100%
media pemeraman dilakukan bersamaan dengan
pengukuran suhu dengan menggunakan hygrometer.
Keterangan: W0 = Berat sampel awal (g)
Kadar air pisang Wt = Berat sampel akhir (g)
Penghitungan kadar air dilakukan dengan
metode gravimetri/oven yaitu dilakukan dengan
memasukkan sampel kedalam cawan yang telah

418
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No.4 Th. 2015

Kadar vitamin C metode titrasi iodometri 201 dengan skala pengukuran 0 60 oBrix. Tingkat
(Sugianti, C. 2012) kemanisan akan langsung dibaca pada alat.
Pengukuran kadar vitamin C dilakukan
menggunakan analisis titrasi iodometri yaitu
dilakuakan dengan pisang ditimbang sebanyak 10 g
HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian air ditambahkan hingga volumenya 100 ml
lalu diblender, setelah itu diambil sarinya sebanyak Suhu
10 ml. Sari buah dimasukkan kedalam erlenmeyer. Hasil sebaran suhu rata- rata udara pada
Pada setiap erlenmeyer ditambahkan indikator media pemeraman pisang ambondapat dilihat pada
amilum 2-3 tetes, kemudian dititrasi dengan Gambar 1. Berdasarkan grafik pada Gambar 1
menggunakan larutan standar I2 0,1 N hingga menunjukkan bahwa pemeraman menggunakan
warnanya berubah menjadi violet. karbit menghasilkan suhu udara dalam media
pemeraman lebih tinggi dibandingkan suhu udara
lingkungan. Hal ini dikarenakan salah satu hasil
Kadar vitamin C (mg/100 g) = . respirasi berupa energi panas dapat meningkatkan
suhu udara pada media pemeraman.Massa karbit
Keterangan : ml iod =Volume I2 (ml) yang digunakan juga mempengaruhi suhu media
0,88 = Berat equivalen pemeraman, semakin banyak massa karbit yang
FP = Faktor pengenceran digunakan semakin tinggi suhu medianya. Massa
g bahan = Massa bahan (g) karbit yang tinggi akan menghasilkan energiyang
lebih banyak dari hasil proses respirasi. Pemeraman
Kekerasan buah menggunakan karbit pada media pemeraman tidak
Jenis Rheomater yang di pakai (uji kekerasan) kedap udara memiliki lama kematangan buah sama,
pada penelitian ini adalah Sun rheometer 100. hal ini dimungkinkan karena massa karbit yang
Rheometer diatur pada mode 20 dengan kecepatan digunakan tidak terlalu berbeda jauh.
tusuk sebesar 60 mm/s. Alat ini dilengkapi dengan Suhu udara pada media pemeraman kedap
alat penusuk bahan yang diletakkan pada meja udara lebih tinggi dibanding suhu udara pada media
(base) rheometer yang statik. Pengujian dilakukan pemeraman tidak kedap udara.Suhu tinggi pada
sebanyak tiga kali kemudian diambil reratanya. media pemeraman kedap udara diakibatkan oleh
tidak adanya sirkulasi udara, sehinggga udara panas
Kandungan padatan terlarut terkurung didalam. Buah pisang yang dihasilkan
Sampel pisang diparut kemudian diambil pada media pemeraman kedap udara menjadi
cairannya setelah itu diletakkan di lensa matang abnormal. Penyebab kematangan abnormal
refraktometer untuk melakukan pembacaan diduga kandungan oksigen dalam media pemeraman
hasil.Tingkat kemanisan ini diukur dengan sangat sedikit sehingga kurang untuk kebutuhan
menggunakan refraktometer digital Atago model PR respirasi.

34

33

32 Suhu Lingkungan
M1 K1
Suhu (C)

31
M1 K2
30
M1 K3
29 M2 K1
M2 K2
28
M2 K3
27
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu (hari)

Gambar 1.Sebaran suhu udara rata-rata pada media pemeraman.

419
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No.4 Th. 2015

Kelembaban (RH) mengasilkan suhu yang tinggi sehingga penguapan


Hasil sebaran kelembaban udara lingkungan H2Oyang dihasilkan lebih banyak. Sedangkan Untuk
dan udara pada media pemeraman pada pisang kelembaban udara pada media pemeraman kedap
ambon dapat dilihat pada Gambar 2. Kelembaban udara lebih tinggi dibanding media pemeraman tidak
udara pada media pemeraman tidak kedap maupun kedap udara, hal ini dikarenakan uap air yang
media pemeraman kedap udara lebih tinggi dihasilkan tertahan oleh media pemeraman sehingga
dibanding kelembaban udara lingkungan.Hal ini membentuk tetesan air pada dinding media
dikarenakan kondisi udara pada media pemeraman pemeraman. Kelembaban dalam media pemeraman
lebih lembab akibat penguapan dari buah pisang yang tinggi juga memungkinkan jamur berkembang
berupa uap air. Kelembaban udara pada media biak dengan cepat dikarenakan kondisi lingkungan
pemeraman tidak kedap udara dipengaruhi oleh mendukung pertumbuhan jamur (Silalahi,2007)
massa karbit, massa karbit yang tinggi akan

90
88
86
Kelembaban Udara (%)

84 RH Lingkungan
82
M1 K1
80
78 M1 K2
76 M1 K3
74
72 M2 K1
70 M2 K2
68
66 M2 K3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu (hari)

Gambar 2. Sebaran kelembaban udara rata-ratapada media pemeraman.

Kadar Air respirasi maka makin banyak air yang dihasilkan


Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan bahwa sehingga makin banyak pula air yang tertahan pada
kadar air saat pemeraman buah pisang ambon ruang antar sel dan dengan demikian kadarair yang
mengalami peningkatan.Hal ini terjadi karena air ditetapkan akan meningkat pula (Winarno dan
dihasilkan dari proses respirasi, dimana makin lama Wirakartakusumah, 1981).

86
84
82
80
78
Kadar Air (%)

76
74
72
70
68
66
64
62
60
0 2 4 6 8
Waktu (hari)
Kontrol Ambon M1 K1 Pisang Ambon
M1 K2 Pisang Ambon M1 K3 Pisang Ambon

Gambar 3. Kadar air pisang ambon pada media pemeraman tidak kedap udara

420
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No.4 Th. 2015

Menurut Dumadi (2001) , peningkatan kadar air pisang mencapai tingkat kematangan lebih cepat
pada daging buah diakibatkan oleh adanya dibandingkan dalam keadaan normal. Ketika
perbedaan tekanan osmosis antara daging buah dan kematangan tercapai, tekanan osmosis meningkat
kulit buah. Massa karbit yang digunakan dan daging buah menyerap air dari kulit sehingga
berpengaruh terhadap kadar air akhir buah , dimana kadar airnya semakin tinggi (Mariott, dkk., 1981)
semakin tinggi massa karbit maka semakin tinggi Pada media pemeraman tidak kedap udara ini massa
kadar air buah, tingginya massa karbit karbit yang digunakan tidak mempengaruhi kadar air
mengakibatkan laju respirasi tinggi sehingga hasil akhir buah pisang (Tabel 2). Pemeraman
respirasi berupa air akan semakin tinggi, sehingga menggunakan media kedap udara menghasilkan
semakin banyak air yang tertahan pada ruang antar buah masak abnormal.
sel. Pemberian zat perangsang mengakibatkan

Tabel 2. Kadar air pisang Ambon pada media kedap udara


Kadar air Kontrol M1K1 M1K2 M1K3 M2K1 M2K2 M2K3

Awal 60,9 63,1 64,1 61,8 65,2 64,4 66,5


Akhir 83,7 74,0 76,3 80,5 75,8 77,7 75,9

Kadar Vitamin C pada buah pemeraman yang dibutuhkan pisang ambon selama
Massa karbit yang digunakan mempengaruhi 6 hari, sedangkan pemeraman pisang ambon (ka)
terhadap kadar vitamin C, semakin tinggi massa dan pada suhu ruang waktu pemeraman yang
karbit yang digunakan semakin tinggi kadar vitamin C dibutuhkan selama 8 hari. Menurut Kartika (2010)
yang dihasilkan pada buah. Peningkatan konsentrasi peningkatan kadar vitamin C dikarenakan terjadinya
zat perangsang buah akan meningkatkan kadar biosintesis vitamin C dari glukosa yang terdapat pada
vitamin C. (Ridhyanty2015). Kalsium karbida sebagai buah. Kadar vitamin C maksimum terjadi ketikabuah
senyawa perangsang etilen akan mempercepat sudah matang, ditandai dengan perubahan warna,
terjadinya proses pematangan buah, dengan sehingga biosintesis vitamin C menunjukkan kondisi
demikian semakin banyak vitamin yang dapat optimumnya
disintesis dalam pisang selama pemeraman.waktu

140.0

120.0
Kontrol ambon
Kadar vitamin C (mg/100 g)

100.0 M1 K1
80.0 M1 K2

60.0 M1 K3
M2 K1
40.0
M2 K2
20.0
M2 K3
0.0
sesudah matang
Gambar 4. Kandungan vitamin C pada pisang ambon.

Tingkat kekerasan buah Penurunan tingkat kekerasan pada buah


Penurunan tingkat kekerasan terjadi pada dikarenakan buah pisang merupakan buah
setiap buah yang mengalami pematangan, seperti klimakterik dimana buah tersebut setelah dipanen
terlihat pada Gambar 5. Tingkat kekerasan masih melakukan aktivitas respirasi. Pengaruh
mengalami penurunan dari awal pemeraman hingga pemberian karbit dalam meningkatkan laju respirasi
akhir pemeraman, kondisi ini dibuktikan dengan ternyata berpengaruh terhadap tingkat kekerasan
melunaknya kondisi kulit dan danging buah. Pada buah.Tingginya massa karbit yang digunakan
Gambar 5 menunjukkan bahwa besarnya penurunan mengakibatkan buah yang diperam akan semakin
tingkat kekerasan. lunak. Perubahan tingkat kekerasan ini dipengaruhi

421
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No.4 Th. 2015

oleh zat perangsang pematangan buah yang buah terjadi banya peristiwa perubahan-perubahan
digunakan lebih banyak sehingga laju respirasi biokimiawi dan struktural. Menurut Sumadi dkk
semakin tinggi, laju respirasi tinggi mengakibatkan (2004) selama proses pemasakan, buah pisang akan
perubahan tekstur buah semakin cepat berubah. mengalami pelunakan buah akibat degrades dinding
Buah yang mengalami proses pematangan sel dan hidrolisis pati.
akan mengalami perubahan tekstur yaitu buah yang Perubahan tingkat kekerasan pada media
sudah matang akan jauh lebih lunak dibandingkan pemeraman kedap udara tidak dipengaruhi oleh
dengan buah yang masih muda. Hal ini disebabkan massa karbit (Tabel 3). Kondisi buah tidak
oleh perombakan propektin yang tidak larut berubah mengalami perubahan tekstur yang signifikan, hal ini
menjadi pektin yang dapat larut atau hidrolisis zat dikarenakan kondisi buah yang tidak mengalami
pati. Oleh karena itu selama proses pematangan kematangan sempurna.
9
8
7
Tingkat kekerasan (N)

6
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8
Waktu (hari)
Kontrol Ambon M1 K1 Pisang Ambon
M1 K2 Pisang Ambon M1 K3 Pisang Ambon

Gambar 5. Tingkat kekerasan pisang ambon pada media pemeraman tidak kedap udara.

Tabel 3.Tingkat kekerasan pisang pada media pemeraman kedap udara.


Tingkat (N) Kontrol M1K1 M1K2 M1K3 M2K1 M2K2 M2K3
Awal 8,2 8,3 8,1 8,0 6,7 6,8 7,3
Akhir 1,4 2,7 2,4 2,0 0,5 1,7 1,3

Kandungan Padatan Terlarut Buah proses pemanenan, pati yang terbentuk didalam
Kandungan padatan terlarut pada buah pisang jaringan dapat diubah menjadi gula sederhana
mengalami peningkatan selama pematangan, seperti seperti glukosa dan fruktosa. Perubahan ini
terlihat pada Gambar 6. Menurut Pujimulyani (2009) dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu,
peningkatan tingkat kemanisan pada proses waktu dan keadaan fisiologis, misalnya aktifitas
pematangan disebabkan oleh perubahan pati enzim. Perubahan kandungan padatan terlarut pada
menjadi gula melalui proses Adenosin Tri Phospat media pemeraman kedap udara tidak dipengaruhi
(ATP) yang dihasilkan pada proses respirasi, oleh massa karbit yang digunakan (Tabel 4). Kondisi
sehingga semakin cepat laju respirasi ATP yang buah pada media pemeraman kedap udara matang
dihasilkan akan semakin besar dan kandungan kimia abnormal sehingga kandungan padatan terlarut yang
bahan dalam hal ini gula akan meningkat. Setelah dihasilkan lebih rendah.

Tabel 4. Kandungan padatan terlarut pisang ambon pada media pemeraman kedap udara
Kandungan
Kontrol M1K1 M1K2 M1K3 M2K1 M2K2 M2K3
padatan terlarut
Awal 6,0 7,7 4,8 5,6 7,8 7,7 7,9
Akhir 24,9 19,2 20,8 22,4 10,5 11,7 10,6

422
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No.4 Th. 2015

30.0

Kandungan padatan terlarut


25.0
20.0
(brix) 15.0
10.0
5.0
0.0
0 2 4 6 8
Waktu (hari)
Kontrol Ambon M1 K1 Pisang Ambon

Gambar 6. Kandungan padatan terlarut pisang ambon pada media pemeraman tidak kedap udara.

KESIMPULAN Ningrum, 2013 Pengaruh lama waktu pemeraman


pisang raja bulu (Musa paradisiaca L. var
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sapientum) menggunakan CaC2 (batu karbit)
dapat disimpulkan bahwa : terhadap kadar karbohidrat dan vitamin
1. Suhu dan kelembaban udara pada media C.Skripsi. IKIP PGRI. Semarang.
pemeraman kedap udara lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu udara pada media Prabawati, S., Suyanti., dan D. A. Setyabudi. 2008.
pemeraman tidak kedap udara. Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan
2. Massa karbit berpengaruh terhadap suhu dan Pisang. Badan Penelitian dan Pengembangan
kelembaban udara media pemeraman. Semakin Pertanian. Departemen Pertanian.
tinggi massa karbit aka suhu udara pada media Puji mulyani, d. 2009.Teknologi pengolahan sayur-
pemeraman dan kelembaban udara akan lebih sayuran dan buah-buahan.Graham
tinggi. ilmu.Yogyakarta.285 hlm.
3. Semakin tinggi massa karbit maka semakin
tinggi kadar air, kadar vitamin C dan kandungan Ridhyanty, S. P., Elisa, J., dan Linda, M. L. 2015.
padatan terlarut pada saat pemeraman buah Pengaruh Pemberian Ethepon Sebagai Zat
pisang ambon, sedangkan tingkat kekerasan Perangsang Pematangan Terhadap Mutu Buah
buah pisang ambon cederung menurun. pisang Barangan (Musa paradisiaca L). Jurnal
4. Pemeraman buah pisang ambonpada media Rekayasa Pangan dan Pertanian. Vol 3 No.1 :
kedap udara tidak dapat dilakukan karena 1-13.
kandungandiduga oksigen dalam ruang
penyimpanan sedikit sehingga tidak cukup untk Silalahi, E. N. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama
proses respirasi buah pisang. Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Pepaya
(Carica papaya) IPB 1 Setelah Pemeraman.
Skripsi IPB. Bogor
DAFTAR PUSTAKA
Sugianti, C. 2012. Kajian Pengaruh Iradiasi Pada
Dumadi, S. R. 2001. Penggunaan kombinasi Buah Mangga Gedong Selama Proses
adsorban untuk memperpanjang umur simpan Penyimpanan. Tesis. Bogor. Institut Pertanian
pisang cavendish..Jurnal Teknik dan Industri Bogor.
Pangan. Vol XII, no 1: 13-20
Sumadi, B. Sugiharto, dan Suyanto. 2004.
Kartika, R. 2010. Pengaruh penambahan caco3 dan Metabolisme sukrosa pada proses pemasakan
waktu penyimpanan terhadap kadar vitamin c buah pisang yang diperlukan pada suhu
pada proses penghambatan pematangan buah berbeda. Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 5(1) : 21-26.
tomat 9(Lycopersicum esculentum Mill). Jurnal
Kimia Mulawarman. Vol 8 : 28-34. Winarno, F. G. dan Wirakartakusumah, M. A.. 1981.
Fisiologi Pasca Panen. Sastra Hudaya.
Mariott, J., M. Robinson, dan S. K. Karikari, 1981. Jakarta.
Starch and sugar transformation during
ripening of plantains and bananas. J. Sci.Food
Agrc. 32: 1021-1026.

423

You might also like