You are on page 1of 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI

UNTUK MELAKUKAN WHISTLEBLOWING INTERNAL


(Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Rokan Hulu)

Oleh :
Hj. Sri Husniati
Pembimbing : Hardi dan Meilda Wiguna

Faculty of Economics Riau University,Pekanbaru, Indonesia


Email : sriihusniati@gmail.com

ABSTRACT

This research aimed to know the influence of the Relativism Ethical


Orientation, Moral Intensity, Organizational Commitment and Professional
Identity to the Intention to carry out an Internal Whistleblowing. The main
problem that researchers descriptions are as follows: to see how many significant
relationship between the dependent variable to the independent varaibel. This
research was conducted on employees SKPD Rokan Hulu. This research was
included in the quantitative research. The type of data used in this research is the
primary data by source. And then, in data collections sampling was conducted
with a purposive sampling method (Sugiyono, 2012: 392) with respondents as
many as 104 employees who working in SKPD Rokan Hulu. Data were analyzed
using multiple regression with SPSS version 20. The results of this research
showed that the Relativism Ethical Orientation have influnce to the intention to
carry out an Internal Whistleblowing, moral intensity have influnce to the
intention to carry out an Internal Whistleblowing, Organizational Commitment
have influnce to the intention to carry out an Internal Whistleblowing, and
professional identity have influnce to the intention to carry out an Internal
Whistleblowing. So that all the hypotheses presented in this research received.

Keywords: Internal whistleblowing, Relativism Ethical Orientation, Moral


Intensity, Organizational Commitment, Professional Identity.

PENDAHULUAN suatu tindakan (Near & Miceli,


1985). Isu-isu mengenai
Whistleblowing merupakan whistleblowing telah menjadi
pengungkapan praktik illegal, tidak perhatian secara global selama
bermoral atau melanggar hukum beberapa dekade terakhir.
yang dilakukan oleh anggota Whistleblowing merupakan cara yang
organisasi (baik mantan pegawai atau tepat untuk mencegah terjadinya
yang masih bekerja) yang terjadi di kasus pelanggaran-pelanggaran
dalam organisasi tempat mereka akuntansi.
bekerja. Pengungkapan dilakukan Elias (2008) menambahkan
kepada seseorang atau organisasi lain bahwa whistleblowing dapat terjadi
sehingga memungkinkan dilakukan dari dalam (internal) maupun luar

JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1223


(eksternal). Internal whistleblowing Faktor ketiga yang
terjadi ketika seorang karyawan mempengaruhi intensi untuk
mengetahui kecurangan yang melakukan whistleblowing adalah
dilakukan karyawan lainnya komitmen organisasi. Robbins
kemudian melaporkan kecurangan (2007) mendefinisikan komitmen
tersebut kepada atasannya. sebagai suatu keadaan dimana
Sedangkan eksternal whistleblowing seorang individu memihak organisasi
terjadi ketika seorang karyawan serta tujuan-tujuan dan keinginannya
mengetahui kecurangan yang untuk mempertahankan
dilakukan perusahaan lalu keangotaannya dalam organisasi.
memberitahukannya kepada Sedangkan menurut Hatmoko
masyarakat karena kecurangan itu (2006), komitmen organisasional
akan merugikan masyarakat. adalah loyalitas karyawan terhadap
Salah satu faktor yang dapat organisasi melalui pemeliharaan
mempengaruhi tindakan sasaran-sasaran, nilai-nilai
whistleblowing adalah orientasi etika organisasi, kesedihan, atau kemauan
relativisme. Relativisme etis untuk berusaha menjadi bagian dari
merupakan teori yang menyatakan organisasi, serta keinginan untuk
bahwa suatu tindakan dapat bertahan didalam organisasi.
dikatakan etis atau tidak, benar atau Faktor terakhir yang
salah, yang tergantung kepada mempengaruhi intensi untuk
pandangan masyarakat. Teori ini melakukan whistleblowing adalah
meyakini bahwa tiap individu identitas professional. Identitas
maupun kelompok memiliki professional merupakan komponen
keyakinan etis yang berbeda. Dengan indentitas sosial seseorang yang
kata lain, relativisme etis maupun menggagaskan bahwa individu
relativisme moral adalah pandangan mengklasifikasi dirinya sendiri
bahwa tidak ada standar etis yang berdasarkan profesi mereka. Identitas
secara absolute benar. Dalam professional umumnya diartikan
penalaran moral seorang individu, ia sebagai kekuatan dari individu
harus selalu mengikuti standar moral tersebut dalam melakukan
yang berlaku dalam masyarakat identifikasi atau keterlibatannya
dimanapun ia berada. dalam sebuah profesi (Aranya et al,
Faktor kedua yang 1981).
mempengaruhi tindakan untuk Rumusan masalah dalam
melakukan whistleblowing adalah penelitian ini adalah : (1) Apakah
Intensitas moral. Intensitas moral terdapat pengaruh orientasi etika
dapat dikaitkan dengan konsep relativisme terhadap intensi untuk
persepsi control perilaku dalam teori melakukan whistleblowing internal ?
perilaku terencana (theory of planned (2) Apakah terdapat pengaruh
behavior). Persepsi kontrol perilaku intensitas moral terhadap intensi
merupakan keyakinan seseorang untuk melakukan whistleblowing
bahwa persepsi yang dimilikinya internal? (3) Apakah terdapat
merupakan hasil dari control dirinya pengaruh komitmen organisasi
sendiri mengenai persepsi perilaku terhadap intensi untuk melakukan
tersebut, Hendriadi (2012). whistleblowing internal? (4) Apakah
terdapat pengaruh identitas

JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1224


professional terhadap intensi untuk dilakukan perusahaan lalu
melakukan whistleblowing internal? memberitahukannya kepada
Tujuan penelitiannya adalah masyarakat karena kecurangan itu
(1) Untuk menguji seberapa besar akan merugikan masyarakat.
pengaruh orientasi etika relativisme
terhadap intensi untuk melakukan Intensi Untuk Melakukan
whistleblowing internal, (2) Untuk Whistleblowing
menguji seberapa besar pengaruh Chiu (2003) menjelaskan
intensitas moral terhadap intensi intensi melakukan whistleblowing
untuk melakukan whistleblowing mengacu pada kemungkinan individu
internal, (3) Untuk menguji seberapa yang benar-benar terlibat dalam
besar pengaruh komitmen organisasi perilaku whistleblowing dan
terhadap intensi untuk melakukan berkeinginan untuk melakukan
whistleblowing internal, (4) Untuk whistleblowing. Menurut Near dan
menguji seberapa besar pengaruh Micleli (1985) intensi seseorang
identitas professional terhadap dalam melakukan tindakan
intensi untuk melakukan whistleblowing merupakan tindakan
whistleblowing internal. yang mungkin dilakukan individu
untuk melaporkan pelanggaran baik
1. KAJIAN PUSTAKA secara internal maupun secara
eksternal.
Whistleblowing dan Whistleblower
Whistleblowing merupakan Orientasi Etika Relativisme
tindakan yang dilakukan oleh Forsyth (1980) dalam Yulianto
individu atau kelompok untuk (2015) berpendapat bahwa orientasi
membocorkan kecurangan yang etika adalah tujuan utama perilaku
terjadi baik oleh instansi maupun profesional yang berkaitan erat
individu. Whistleblowing dapat dengan moral dan nilai-nilai yang
digambarkan sebagai suatu proses berlaku dan digerakkan oleh dua
yang melibatkan faktor pribadi dan karakteristik yaitu idealisme dan
faktor sosial organisasional. relativisme. Relativisme adalah suatu
Whistleblowing akan muncul saat sikap penolakan terhadap nilai-nilai
terjadi konflik antara loyalitas moral yang absolut dalam
karyawan dan perlindungan mengarahkan perilaku. Dalam hal ini
kepentingan publik. individu masih mempertimbangkan
beberapa nilai dari dalam dirinya
Elias (2008) menambahkan maupun lingkungan sekitar.
bahwa whistleblowing dapat terjadi
dari dalam (internal) maupun luar Intensitas Moral
(eksternal). Internal whistleblowing Dari segi bahasa intensitas
terjadi ketika seorang karyawan dapat diartikan sebagi suatu keadaan
mengetahui kecurangan yang tingkatan atau ukuran intensnya,
dilakukan karyawan lainnya sedangkan moral diartikan sebagai
kemudian melaporkan kecurangan istilah yang diucapkan manusia yang
tersebut kepada atasannya. menyebut manusia lainnya dalam
Sedangkan eksternal whistleblowing tindakan yang memiliki nilai positif.
terjadi ketika seorang karyawan Jadi, intensitas moral adalah sebuah
mengetahui kecurangan yang
JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1225
konstruk yang mencakup dalam sebuah profesi (Aranya et al,
karakteristik-karakteristik yang 1981).
merupakan perluasan dari isu-isu
yang terkait dengan isu moral utama Kerangka Pemikiran dan
dalam sebuah situasi yang akan Hipotesis Penelitian
mempengaruhi persepsi individu
mengenai masalah etika dan intensi Pengaruh Orientasi Etika
keprilakuan yang dimilikinya. Relativisme Terhadap Intensi
Untuk Melakukan Whistleblowing
Komitmen Organisasi Internal.
Robbins (2007) mendefinisikan Relativisme adalah suatu sikap
komitmen pada organisasi yaitu penolakan terhadap nilai-nilai moral
sampai ditingkat mana seorang yang absolut dalam mengarahkan
karyawan memihak pada suatu perilaku. Dalam hal ini individu
organisasi tertentu dan tujuan- masih mempertimbangkan beberapa
tujuannya, serta berniat untuk nilai dari dalam dirinya maupun
memelihara keanggotaannya dalam lingkungan sekitar Forsyth (1980).
organisasi tersebut. Sedangkan Relativisme etis merupakan teori
menurut Hatmoko (2006), komitmen yang menyatakan bahwa suatu
organisasional adalah loyalitas tindakan dapat dikatakan etis atau
karyawan terhadap organisasi tidak, benar atau salah, yang
melalui pemeliharaan sasaran- tergantung kepada pandangan
sasaran, nilai-nilai organisasi, masyarakat. Penelitian yang
kesedihan, atau kemauan untuk dilakukan oleh Yulianto (2015)
berusaha menjadi bagian dari menunyatakan bahwa apabila
organisasi, serta keinginan untuk relativisme auditor rendah maka akan
bertahan didalam organisasi. mempunyai tingkat memandang
whistleblowing sebagai hal yang
Identitas Professional tidak penting dan memiliki
Dari segi bahasa identitas kecenderungan untuk tidak
berasal dari bahasa inggris yaitu melakukan whistleblowing.
identity diartikan sebagai ciri-ciri, Seorang staf/pegawai yang
tanda-tanda atau jati-jati. Ciri-ciri relativistis cenderung untuk menolak
adalah sesuatu yang menandai suatu prinsip moral secara universal
benda atau orang. Menurut Mael dan termasuk peran organisasi
Ashforth (1992) dalam Krehastuti profesional sebagai pedoman untuk
(2014) identitas profesional adalah bertindak. pegawai mempunyai
sejauh mana individu tersebut konsekuensi yang baik dan sesuai
mengklasifikasikan dirinya sendiri dengan kaidah moral atas
dalam hal pekerjaan yang mereka tindakannya.
jalani dan memiliki ciri khas selalu H1 : Orientasi Etika Relativisme
menganggap orang lain melakukan berpengaruh terhadap intensi untuk
pekerjaan yang sama. Identitas melakukan Whistleblowing internal.
professional umumnya diartikan
Pengaruh intensitas moral
sebagai kekuatan dari individu
terhadap intensi untuk melakukan
tersebut dalam melakukan
whistleblowing internal.
identifikasi atau keterlibatannya

JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1226


Zubair (1987) dalam Hendriadi perusahaan atau organisasi secara
(2012) mendefinisikan intensitas aktif.
moral sebagai kuat lemahnya Staf/pegawai yang
perasaan susah atau senang sebagai menunjukkan komitmen tinggi
hasil dari suatu perbuatan baik atau terhadap organisasi memiliki
buruk, salah atau benar, dan adil atau keinginan untuk memberikan tenaga
tidak adil. Intensitas moral dapat dan tanggung jawab yang lebih
dikaitkan dengan konsep persepsi dalam mendukung kesejahteraan dan
kontrol perilaku dalam teori perilaku keberhasilan organisasi tempatnya
terencana (theory of planned bekerja. Pegawai yang memiliki
behavior). Persepsi kontrol perilaku komitmen organisasi yang tinggi di
merupakan keyakinan seseorang dalam dirinya akan timbul rasa
bahwa persepsi yang dimilikinya memiliki organisasi (sense of
merupakan hasil dari kontrol dirinya belonging) yang tinggi sehingga ia
sendiri mengenai persepsi perilaku tidak akan merasa ragu untuk
tersebut. Jones (1991) dalam Novius melakukan whistle-blowing karena ia
(2011) mengidentifikasi bahwa yakin tindakan tersebut akan
intensitas moral yang mempengaruhi melindungi organisasi dari
proses pengambilan keputusan kehancuran.
seseorang dan tingkat intensitas H3 : Komitmen organsasi
moral yang bervariasi.Seseorang berpengaruh terhadap intensi untuk
yang memiliki intensitas moral yang melakukan Whistleblowing internal.
tinggi akan lebih cenderung untuk
melaporkan tindakan pelanggaran Pengaruh identitas professional
yang terjadi dikarenakan mereka terhadap intensi untuk melakukan
memiliki rasa tanggungjawab untuk whistleblowing internal.
melaporkannya. Sebaliknya apabila Aranya, Pollack et al (1981)
intensitas moral seseorang rendah mendefinisikan identitas profesional
maka dia tidak memiliki rasa sebagai kekuatan seseorang dengan
tanggung jawab untuk melaporkan keterlibatannya dalam sebuah
tindakan pelanggaran yang terjadi. profesi. Identitas profesional
merepresentasikan sikap dalam
H2 : Intensitas moral berpengaruh dalam konsep teori perilaku
terhadap intensi untuk melakukan terencana (theory of planned
Whistleblowing internal. behaviour). Sikap adalah keadaan
dalam diri manusia yang dapat
Pengaruh komitmen organisasi
menggerakkan manusia untuk
terhadap intensi untuk melakukan
bertindak atau tidak bertindak.
whistleblowing internal.
Salah satu sikap seorang
Robbins (2007) mendefinisikan
staf/pegawai untuk menunjukkan
komitmen sebagai suatu keadaan
identitas profesional adalah melalui
dimana seorang individu memihak
kepatuhan terhadap dasar-dasar
organisasi serta tujuan-tujuan dan
hukum pelaksanaan disiplin pegawai
keinginannya untuk mempertahankan
yang diatur dalam Bab II Pasal (2)
keangotaannya dalam organisasi.
UU No.43 Tahun 1999. Dasar
Komitmen organisasi menyiratkan
hukum pelaksanaan disiplin atau
hubungan pegawai dengan
aturan perilaku dibuat untuk

JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1227


dipedomani dalam berperilaku Sedangkan sampel pada penelitian
terutama dalam melaksanakan ini adalah seluruh staf/pegawai pada
penugasan demi menjaga mutu Satuan Kerja Perangkat Daerah
pekerjaan staf/pegawai, sehingga (SKPD) Kabupaten Rokan Hulu.
dapat menumbuhkan kepercayaan Adapun teknik pengambilan sampel
dan memelihara citra organisasi di menggunakan metode purposive
mata masyarakat. Identitas sampling, karakteristik sampling
profesional dikaitkan pula dengan adalah sebagai berikut : 1. Semua
intensi untuk melakukan staf/pegawai yang bekerja di SKPD
whistleblowing. Seseorang yang Kabupaten Rokan Hulu, 2.
menjunjung tinggi identitas Staf/pegawai tersebut yang memiliki
profesionalnya akan mendorong Golongan 3 kebawah (yang tidak
terbentuknya sikap patuh terhadap menduduki jabatan tertentu), 3. Masa
dasar hukum pelaksanaan disiplin kerja minimal 5 tahun di SKPD yang
atau aturan perilaku . Dan demi sama. Diasumsikan pada masing
melindungi profesinya seseorang masing SKPD terdapat minimal 2
akan lebih merasa bertanggung orang staf/pegawai sesuai dengan
jawab jika terjadi pelanggaran kriteria sampling yang ditetapkan.
terhadap peraturan yang berlaku Apabila terdapat 52 unit kerja pada
hingga menimbulkan intensi untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah
melakukan whistleblowing. (SKPD) Kabupaten Rokan Hulu
H4 : Identitas professional maka total sampel yang ada adalah
berpengaruh terhadap intensi untuk 104 orang.
melakukan Whistleblowing internal. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan data
Model Penelitian primer. Sumber data penelitian ini
Gambar 1 adalah skor total yang diperoleh dari
Model Penelitian pengisian kuesioner yang diantarkan
Orientasi Etika langsung kepada staf/pegawai SKPD
Relativisme
(X1) (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
Kabupaten Rokan Hulu.
Intensitas
Moral Intensi Untuk
Dalam penelitian ini teknik
(X2) Melakukan pengumpulan data primer dilakukan
Whistleblowing
Komitmen Internal dengan metode survei yaitu metode
Organisasi
(Y)
pengumpulan data primer yang
(X3)
menggunakan pertanyaan tertulis.
Identitas
Metode survei yang digunakan
Profesional adalah dengan cara menyebarkan
(X4)
kuesioner kepada responden dalam
Sumber : Data Olahan, 2016 bentuk pertanyaan tertulis. Masing-
masing SKPD (Satuan Kerja
METODOLOGI PENELITIAN Perangkat Daerah) diberikan
kuesioner dengan jangka waktu
Populasi pada penelitian ini pengembalian 2 minggu terhitung
adalah seluruh staf/pegawai pada sejak kuesioner diterima oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah responden.
(SKPD) Kabupaten Rokan Hulu.

JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1228


Setiap responden diminta untuk Orientasi Etika Relativisme(X1)
memilih salah satu jawaban dalam Relativisme merupakan teori
kuesioner yang sesuai dengan yang menyatakan bahwa suatu
persepsinya diantara alternatif tindakan dapat dikatakan etis atau
jawaban yang telah disediakan. tidak, benar atau salah, yang
Pertanyaan-pertanyaan dalam tergantung kepada pandangan
kuesioner dibuat menggunakan skala masyarakat. Kuesioner yang
1 sampai dengan 5 untuk digunakan diadopsi dari penelitian
mendapatkan rentang jawaban sangat Khairul (2011) dan diukur dengan
setuju sampai dengan jawaban sangat skala Likert dengan penilaian atas
tidak setuju dengan memberi tanda orientasietis (relativisme) terdiriatas
cek () atau tanda silang () pada 10 butir pertanyaan yang meliputi
kolom yang dipilih. Kuesioner adanya etika yang bervariasi dari
dengan bentuk ini lebih menarik satu situasi dan masyarakat kesituasi
responden karena kemudahannya dan masyarakat lainnya, selain itu
dalam memberi jawaban dan juga tipe-tipe moralitas yang berbeda
waktu yang digunakan untuk tidak dapat dibandingkan dengan
menjawab akan lebih singkat. keadilan, pertimbangan etika dalam
hubungan antar orang begitu
Definisi Operasional Variabel dan kompleks, sehingga individu
Pengukurannya seharusnya diijinkan untuk
membentuk kode etik individu
Whistleblowing(Y) mereka sendiri, serta kebohongan
Whistleblowing terbagi menjai dapat dinilai sebagai tindakan moral
dua, internal dan eksternal. Internal atau immoral tergantung pada situasi.
whistleblowing terjadi ketika seorang
karyawan mengetahui kecurangan Intensitas Moral (X2)
yang dilakukan karyawan lainnya Intensitas Moral adalah sebuah
kemudian melaporkan kecurangan konstruk yang mencakup
tersebut kepada atasannya. karakteristik- karakteristik yang
Sedangkan eksternal whistleblowing merupakan perluasan dari isu-isu
terjadi ketika seorang karyawan yang terkait dengan isu moral utama
mengetahui kecurangan yang dalam sebuah situasi yang akan
dilakukan perusahaan lalu mempengaruhi persepsi individu
memberitahukannya kepada mengenai masalah etika dan intensi
masyarakat karena kecurangan itu keperilakuan yang dimilikinya.
akan merugikan masyarakat. Untuk mengukur intensitas
Pengukuran variabel ini moral staf/pegawai, persepsi
menggunakan skala likert, dengan staf/pegawai terhadap keseriusan
indikator yangdiadopsi dari Yulianto perilaku etis dan tanggung jawab
(2015) dan Nugroho (2015). untuk melaporkan perilaku yang
Penilaian tersebut diukur dengan tidak etis dengan mengadopsi
model skala likert lima poin, yaitu kuesioner yang bersumber dari Lord
(1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak & DeZort (2001) yang telah
Setuju, (3) Ragu-Ragu, (4) Setuju, dimodifikasi untuk penelitian ini.
dan (5) Sangat Setuju. Setiap pertanyaan dalam penelitian
ini isajikan secara berurutan setelah

JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1229


skenario kasus, menggunakan skala Identitas Professional (X4)
likert 1 sampai 5 yang menunjukkan Aranya, Pollack et al (1981)
tingkat kesetujuan responden mendefinisikan identitas profesional
terhadap tiap-tiap pertanyaan. Poin 1 sebagai kekuatan seseorang dengan
menunjukkan sangat tidak setuju keterlibatannya dalam sebuah
sedangkan poin 5 menunjukkan profesi. Identitas profesional
sangat setuju. merepresentasikan sikap dalam
dalam konsep teori perilaku
Komitmen Organisasi (X3) terencana (theory of planned
Robbins (2007) mendefinisikan behaviour). Sikap adalah keadaan
komitmen sebagai suatu keadaan dalam diri manusia yang dapat
dimana seorang individu memihak menggerakkan manusia untuk
organisasi serta tujuan-tujuan dan bertindak atau tidak bertindak.
keinginannya untuk mempertahankan Identitas professional dalam
keangotaannya dalam organisasi. penelitian ini diukur menggunakan
Komitmen organisasi diukur enam pertanyaan dari skala
dengan skala likert yang komitmen professional yang
menunjukkan tingkat kesetujuan dikembangkan oleh Aranya et al
responden terhadap tiap-tiap (1981) dan telah dimodifikasi. Setiap
pertanyaan. Poin 1 menunjukkan pertanyaan yang disajikan
sangat tidak setuju sedangkan poin menggunakan skala likert 1 sampai 5
5 menunjukkan sangat setuju. yang menunjukkan tingkat
Mengikuti model kuesioner OCQ kesetujuan responden terhadap tiap-
(The Organizational Commitment tiap pertanyaan. Poin 1 menunjukkan
Questionnaire) dari Mowday, Steers sangat tidak setuju sedangkan poin
dan Porter (1979) OCQ digunakan 5 menunjukkan sangat setuju
untuk mengukur tiga faktor
komitmen organisasi HASIL PENELITIAN DAN
sebagaimanadijelaskan pada bagian PEMBAHASAN
pengembangan hipotesis yang
meliputi keyakinan yang kuat Di dalam penelitian ini
danpenerimaan terhadap tujuan dan populasi yang digunakan adalah
nilai-nilai organisasi, kesediaan seluruh staf/pegawai pada Satuan
untuk mengerahkan usaha yang Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
cukup atas nama organisasi, dan KabupatenRokan Hulu. Penyebaran
keinginan yang kuat untuk kuesioner dalam penelitian ini
mempertahankan keanggotaandalam dilakukan dengan cara memberikan
organisasi (loyalitas). OCQ secara langsung kepada pegawai
menggunakan 15 item pernyataan, yang bekerja di Satuan Kerja
enam diantaranyaberbentuk kalimat Perangkat Daerah (SKPD)
negatif dan diukur terbalik (reverse Kabupaten Rokan Hulu.
scored). Penggunaan pernyataan Kuesioner tersebut disebarkan
kalimat negatif dilakukan sebagai pada 52 Satuan Kerja Perangkat
upaya mengurangi kemungkinan Daerah (SKPD) Kabupaten Rokan
responden yang bias dan mendeteksi Hulu secara langsung. Dari 104
responden yang asal menjawab atau kuesioner yang disebarkan, kuesioner
tidak konsisten. yang kembali sebanyak 104

JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1230


kuesioner (100 %). Kuesioner yang Uji validitas digunakan untuk
tidak mendapatkan respon banyak 0 mengukur valid atau tidak suatu
kuesioner (0 %). Kuesioner yang kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan
dapat diolah sebanyak 104 kuesioner valid jika pertanyaan pada kuesioner
(100 %). mampu mengungkapkan suatu yang
akan diukur oleh kuesioner tersebut
Statistik Deskriptif (Ghozali, 2011:52). Pengujian
Adapun instrumen yang validitas ini menggunakan Pearson
digunakan dalam penelitian ini terdiri Correlation yaitu dengan cara
dari 5 pengukur variabel. Orientasi menghitung korelasi antara nilai
Etika Relativismemenggunakan 10 yang diperoleh dari pertanyaan-
item pernyataan. Intensitas Moral pertanyaan.Uji signifikansi dilakukan
menggunakan 5 item pernyataan. dengan membandingkan nilai r
Komitmen Organisasi menggunakan hitung dengan r tabel untuk degree of
15 item pernyataan. Identitas freedom (df) = n 2 dengan alpha
Profesional menggunakan 6 item 0,05, dalam hal ini n adalah jumlah
pernyataan. Serta Whistleblowing sampel (Ghozali, 2011:53).
Internal menggunakan 16 item
pernyataan. Gambaran mengenai Uji Reliabilitas
variabel-variabel penelitian tersebut Reliabilitas adalah alat ukur
disajikan dalam tabel descriptive untuk mengukur suatu kuesioner
statistics yang menunjukan angka yang merupakan indicator dari
minimum, maksimum, mean, dan variabel atau konstruk. Uji
standar deviasi yang dapat dilihat reliabilitas ini digunakan untuk
pada tabel berikut ini. menguji konsistensi data dalam
jangka waktu tertentu, yaitu untuk
Tabel 1 mengetahui sejauh mana pengukuran
Descriptive Statistics yang digunakan dapat dipercaya atau
diandalkan (Ghozali, 2013:47).
Minim Maxim Std.
N
um um
Mean
Deviation Untuk mengukur reliabilitas
Orientasi
Etika dilakukan dengan uji statistic
104 28,00 50,00 39,4423 6,22370
Relativis
me (X1)
Cronbach Alpha (). Semakin dekat
Intensitas koefisien keandalan dengan 1,0 maka
Moral 104 10,00 25,00 18,8942 3,00135
(X2) semakin baik. Secara umum,
Komitme
n
keandalan kurang dari 0,6 dianggap
104 37,00 73,00 52,7500 8,29171
Organisas buruk, keandalan dalam kisaran 0,7
i (X3)
Identitas bisa diterima, dan lebih dari 0,8
Profesion 104 15,00 30,00 23,0288 3,40604
al (X4) adalah baik (Sekaran,
Whistlebl
owing
2006:182).Jadi, apabila suatu
104 48,00 75,00 63,2885 6,22034
Internal variable menunjukkan nilai
(Y)
Valid N Cronbach Alpha> 0,6 maka variabel
104
(listwise)
tersebut reliabel.
Sumber : Data Olahan, 2016
Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji Kualitas Data Hasil Uji Normalitas Data
Uji Validitas Denganmenggunakan normal
P-P Plot data yang ditunjukkan

JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1231


menyebar di sekitar garis diagonal, Komitmen Organisasi 0,376 2,661

maka model regresi dapat dikatakan Identitas Profesional 0,189 5,286


memenuhi asumsi normalitas
(santoso, 2004:34). Untuk lebih Sumber: Data Olahan, 2016
jelasnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini. Uji Autokorelasi
Gambar 2 Untuk medeteksi ada atau
HasilUjiNormalitas tidaknya autokorelasi digunakan Uji
Durbin-Watson (DW test).
Autokorelasi dideteksi dengan nilai
Durbin-Watson. Batas tidak
terjadinya autokorelasi adalah
apabila angka yang ditunjukkan dari
nilai Durbin-Watson berada antara-2
sampai dengan +2, maka dapat
dikatakan model regresi tidak
terdapat autokorelasi.
Sumber :Data Olahan, 2016.
Tabel 3
Hasil Uji Autokeralasi
Pada grafik normal P-P Plot
Durbin Watson N Keterangan
terlihat titik-titik menyebar di sekitar
garis diagonal, serta penyebarannya
1,519 104 Tidak
mengikuti arah garis diagonal. Kedua terdapat
grafik ini menunjukkan bahwamodel Autokorelasi
regresi layak dipakai karena asumsi
normalitas (Ghozali 2013:163). Sumber : Data Olahan, 2016.

Uji Multikolinearitas Dari hasil perhitungan analisis


Uji ini dimaksudkan untuk data diatas, angka DW sebesar 1,898
mendeteksi gejala korelasi antara dapat disimpulkan bahwa persamaan
variabel independen yang satu regresi dari penelitian ini bebas dari
dengan variabel independen yang autokorelasi.
lain. Padamodel regresi yang baik
seharusnya tidak terdapat korelasi di Uji Heteroskedasitas
antara variabel independen. Jika VIF Untuk mendeteksi ada atau
> 10 dan nilai Tolerance < 0,10 tidaknya heteroskedastisitas dapat
maka terjadi gejala Multikolinieritas ditentukan dengan melihat grafik
(Ghozali, 2011:106). Plot (Scatterplot).

Tabel 2 Gambar 3
Hasil Uji Multikolinieritas Data Uji Heteroskedasitas

Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF

Orientasi Etika
0,203 4,929
Relativisme
Intensitas Moral 0,294 3,396
Sumber : Data Olahan, 2016.

JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1232


Dari grafik Scatterplot yang 1,2,3 = KoefisienRegresi
ada pada gambar di atas dapat dilihat X1 = Orientasi Etika Relativisme
bahwa titik-titik menyebar secara X2 = Intensitas Moral
acak, serta tersebar baik di atas X3 = KomitmenOrganisasi
maupun dibawah angka nol pada X4 = Identitas Professional
sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan e = Error
bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model Hasil Pengujian Hipotesis dan
regresi (Ghozali, 2011:105). Pembahasan
H1 : Orientasi Etika Relativisme
Hasil Uji Koefisien Determinasi berpengaruh terhadap
(R2) Whistleblowing Internal
Tabel 4 Hasil pengujian hipotesis dapat
Hasil Uji Koefisien Determinasi dilihat bahwa > yaitu
Std.
R Adjusted Error of
3,343 > 1,983 dan sig.t (0,000) <
Model R
Square R Square the 0,05 dengan demikian H01 ditolak
Estimate
dan Ha1 diterima. Dari hasil
1 ,968 ,937 ,934 1,59349
pengujian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa Orientasi Etika
Sumber : Data Olahan, 2016.
RelativismeBerpengaruh Terhadap
WhistleblowingInternal. Penelitian
Dari tabel diatas diperoleh
ini sejalan dengan hasil penelitian
bahwa nilai R Square sebesar 0,937.
yang dilakukan oleh Yulianto (2015)
Artinya adalah bahwa sumbangan
yang menemukan hasil bahwa
pengaruh variabel independen
Orientasi Etika Relativisme
terhadap variabel dependen sebesar
Berpengaruh Terhadap
93,7 %, sedangkan sisanya sebesar
Whistleblowing Internal.
6,3 % dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model H2 : Intensitas Moral
ini. Berpengaruh terhadap
Whistleblowing Internal
Metode Analisis Data Hasil pengujian hipotesis
Metode Regresi Linear berganda dapat dilihat bahwa >
Metode yang digunakan dalam yaitu 2,936 > 1,983 dan sig.t (0,004)
penelitian ini adalah regresi linier < 0,05 dengan demikian H02 ditolak
berganda. Analisis regresi linier dan Ha2 diterima. Dari hasil
berganda adalah hubungan secara pengujian tersebut, maka dapat
linear antara dua atau lebih variabel disimpulkan bahwa Intensitas Moral
independen (X1,X2,Xn) dengan berpengaruh Terhadap
variabel dependen (Y). Whistleblowing Internal. Penelitian
Persamaan regresi linier ini sejalan dengan hasil penelitian
bergandayaitu : yang dilakukan oleh Kreshastuti
(2014), Astrie (2015) yang
Y= + 1X1 + 2X2+ 3X3+ 4X4 + menyatakan bahwa Intensitas Moral
Keterangan : berpengaruh Terhadap
Y = Internal Whistleblowing Whistleblowing Internal. Namun
= Konstanta berlawanan dengan hasil penelitian
JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1233
yang dilakukan oleh Gandamihardja yang dilakukan oleh Kreshastuti
(2016) yang mununjukkan secara (2014), Astrie (2015) yang
parsial intensitas moral tidak menyatakan bahwa identitas
berpengaruh secara signifikan professional berpengaruh Terhadap
terhadap intensi auditor untuk Whistleblowing Internal.
melakukan whistleblowing.
SIMPULAN DAN SARAN
H3 : Komitmen Organisasi
berpengaruh terhadap Simpulan
Whistleblowing Internal. Dari hasil evaluasi model
Hasil pengujian hipotesis dapat penelitian dan pengujian hipotesis
dilihat bahwa > yaitu yang dilakukan dalam penelitian ini,
3,354 > 1,983 dan sig.t (0,001) < maka menghasilkan beberapa
0,05 dengan demikian H03 ditolak kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
dan Ha3 diterima. Dari hasil 1. Hasil pengujian hipotesis
pengujian tersebut, maka dapat pertama menunjukkan Orientasi
disimpulkan bahwa Komitmen Etika Relativisme berpengaruh
Organisasi berpengaruh Terhadap terhadap Intensi Untuk Melakukan
Whistleblowing Internal. Whistleblowing Internal. Relativisme
Penelitian ini konsisten dengan yang tinggi cenderung melakukan
hasil penelitian yang dilakukan oleh pengabaian prinsip dan tidak adanya
Bagustianto dan Nurkholis (2015) rasa tanggung jawab dalam
yang menunjukkan bahwa komitmen pengalaman hidup seseorang.
organisasi berpengaruh terhadap Sehingga jika staff/karyawan
minat PNS untuk melakukan memiliki realtivisme yang tinggi
Whistleblowing. Namun berlawanan maka akan cenderung melakukan
dengan hasil yang dikemukakan oleh perilaku yang tidak etis dan
Ahmad, Smith, dan Ismail (2012) menganggap whisleblowing internal
dansetyawati (2015) yang sebagai tindakan yang penting agar
menunjukkan bahwa komitmen terhindar dari sikap staff/karyawan
organisasi tidak mampu untuk yang tidak etis yang dapat merugikan
menjelaskan minat perilaku organisasi.
whistleblowing internal. 2. Hasil pengujian hipotesis
kedua menunjukkan bahwa Intensitas
H4 : Identitas Professional Moral berpengaruh terhadap Intensi
berpengaruh terhadap Untuk Melakukan Whistleblowing
Whistleblowing Internal. Intenal. Seseorang yang memiliki
Hasil pengujian hipotesis dapat intensitas moral yang tinggi akan
dilihat bahwa > yaitu lebih cenderung untuk melaporkan
tindakan pelanggaran yang terjadi
2,892>1,983dan sig.t (0,005) < 0,05
dikarenakan mereka memiliki rasa
dengan demikian H04 ditolak dan
tanggungjawab untuk
Ha4 diterima. Dari hasil pengujian
melaporkannya.
tersebut, maka dapat disimpulkan
3. Hasil pengujian hipotesis
bahwa Identitas
ketiga menunjukkan bahwa
Profesionalberpengaruh Terhadap
Komitmen Organisasi berpengaruh
Whistleblowing Internal. Penelitian
terhadap Intensi Untuk Melakukan
ini sejalan dengan hasil penelitian
JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1234
Whistleblowing Internal. Staf/ Intentions : A Study of
karyawan yang memiliki komitmen Organisational, Individual,
organisasi yang tinggi dalam dirinya Situasional, and
akan menimbulkan rasa memiliki Demographic Factors.
organisasi yang tinggi pula sehingga School of Accounting,
staff/karyawan akan melakukan Finance and Economics:
tindakan whistleblowing internal agar Edith Cowan University.
organisasi terhindar dari kecurangan. Western Australia.
4. Hasil pengujian hipotesis
keempat menunjukkan bahwa Aranya, N. Pollock J dan Amernic, J.
Identitas Professional berpengaruh 1981, An Examination of
terhadap Intensi Untuk Melakukan Professional Commitment in
Whistleblowing Internal. Seseorang Public Accounting.
yang menjunjung tinggi identitas Accounting Organizations
professional dalam dirinya akan and Society. 6(4), 271280.
mendorong terbentuknya rasa patuh
Astrie S, Octavia Endang,. 2015.
terhadap dasar hukum pelaksanaan
Analisis Faktor-Faktor yang
disiplin atau aturan perilaku. Demi
Mempengaruhi Intensi
melindungi profesinya seseorang
Auditor Untuk Melakukan
akan lebih merasa bertanggungjawab
Tindakan Whistleblowing
jika terjadi pelanggaran terhadap
(Studi Pada Kantor Akuntan
peraturan yang berlaku sehin gga
Publik di Surakarta dan
menimbulkan intensi untuk
Yogjakarta). Skripsi.
melakukan whistleblowing.
Surakarta. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas
Saran Muhammadiyah Surakarta.
Adapun saran yang dapat
peneliti berikan dalam penelitian ini Bagustianto, Rizki & Nurkholis.
adalah : 1. Perlu dilakukan 2013. Faktor-Faktor yang
wawancara yang mungkin dapat Mempengaruhi Minat
membantu dalam mengendalikan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
jawaban tiap responden, 2. Untuk untuk Melakukan Tindakan
penelitian selanjutnya agar ruang Whistleblowing. Jurnal Ilmiah
lingkup sampel diperluas sehingga Mahasiswa Feb. Vol 3 (1).
mungkin saja hasinya berbeda, 3.
Untuk penelitian selanjutnya, perlu Chiu, Randy K. 2003. Ethical
menambahkan variabel independen Judgement, Locus of Control
komitmen professional, sensivitas and Whistleblowing
etis dan personal cost untuk melihat Intention: A Case Study of
lebih jelas pengaruhnya terhadap Mainland Chinese MBA
Intensi Untuk Melakukan Student. Manajerial
Whistleblowing Internal. Auditing Journal, Vol 17 Iss:
9 pp. 581-587.
DAFTAR PUSTAKA
Elias, 2008, Auditing Student
Ahmad, S.A. 2012. Internal Auditors Professional Commitment
and Internal Whistleblowing and Anticipatory

JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1235


Socialization and Their Hoffman, W. Michael and Robert E.
Relationship to (2008). A Business Ethics
Whistleblowing, Managerial Theory ofWhistleblowing.
Auditing ,Journal, Vol. 23, Journal of Business and
No. 3, 283-294. Environmental Ethics .
BentleyUniversiy. Waltham
Forsyth, D.R. (1980). A Taxonomy MA. USA, 45-59.
of Ethical Ideology.
Journal of Personality Jones, Thomas M. 1991. Ethical
andSocial Psychology, Vol. Decision Making By
39, 175-184. Individuals in Organizations:
An Issue-Contingent Model.
Gandamihardja, dkk. 2016. Academy of Management
Pengaruh Komitmen Review. Vol. 16 (2); 366-
Professional dan Intensitas 395.
Moral Terhadap Intensi
Melakukan Kreshastuti, Destriana K. 2014,
Whistleblowing.Jurnal.ISS Analisis Faktor-Faktor Yang
N : 2460.6561. Vol : 02-01. Mempengaruhi Intensi
Auditor Untuk Melakukan
Ghozali. Imam. (2011). Aplikasi Tindakan Whistleblowing
Analisis Multivariate dengan (Studi PadaKantor Akuntan
Program SPSS.Semarang : Publik Semarang), Jurnal,
Badan Penerbit Universitas Semarang: Undip.
Diponegoro.
Khairul Dzakirin. (2011). Orientasi
Hatmoko, Tony. (2006). Pengaruh Idealisme, Relativisme,
Kepuasan Kerja Terhadap Tingkat Pengetahuan,dan
Komitmen Organisasi Dan Gender: Pengaruhnya pada
Pembedaannya Terhadap Persepsi Mahasiswa tentang
Karakteristik Demografik Krisis Etika Akuntan
(Studi Kasus Di PDAM Profesional. Skripsi.
Kabupaten Karanganyar). Malang: Fakultas Ekonomi
Tesis . Program Pascasarjana dan Bisnis Universitas
Universitas Sebelas Maret Brawijaya.
Surakarta.
Kuryanto, Asib Dwi. 2011.
Hendriadi, Firmansyah, 2012, Pengaruh Independensi
Pengaruh Intensitas Moral, Auditor, Komitmen
Kesadaran Risiko dan Organisasi, Gaya
pertimbangan Moral Kepemimpinan, dan
Terhadap Keputusan Pemahaman Good Corporate
Pembelian Software Governance Terhadap
Windows 7 Bajakan pada Kinerja AuditorEksternal
Mahasiswa di Surabaya, (Studi pada Kantor Akuntan
Sekolah Tinggi Publik di Indonesia). Tesis.
IlmuEkonomi Perbanas, Malang: FakultasEkonomi
Surabaya.

JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1236


dan Bisnis Universitas untuk Melakukan
Brawijaya. Whistleblowing Internal.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Lord, A. T., dan F.T. DeZoort. 2001. ISSN : 1693-0908. 02
The impact of commitment and September 2015. Vol : 17.
moral reasoning on
auditorsresponses to social Sugiyono, 2012. Metode
influence pressure. Accounting, PenelitianBisnis, Alfabeta,
Organizations and Society 26 Bandung.
(3): 215-235.
Taylor, E.Z dan Mary B. Curtis,
Mowday, Richard T., Steers, Richard 2010, An Examination Of The
M., dan Porter, Lyman W. Layers Workplace Influence
1979. The Measurement of In Ethical Judgement:
Organizational Commitment. Whistleblowing Likelihood
Journal of Vocational and Perseverance in Public
Behavior. Vol. 14; 224-247. Accounting, Journal of
Business Ethics, Vol.93, pp.
Near, J. P., & Miceli, M. P, 1985, 21-37.
Organizational dissidence:
The case ofwhistle-blowing, Yulianto, R. Dimas Arief, 2015.
Journal of Business Ethics. Pengaruh Orientasi Etika,
Komitmen Profesional, Dan
Novius, Andri dan Arifin S. 2008. Sensitivitas Etis Terhadap
Perbedaan Persepsi Whistleblowing, Skripsi,
Intensitas Moral Mahasiswa Yogyakarta, Universitas
Akuntansi Dalam Proses Negeri Yogyakarta.
Pembuatan Keputusan
Moral. (Studi Survei pada Komite Nasional Kebijakan
Mahasiswa Akuntansi S1, Governance (KNKG). 2008.
Maksi, Pendidikan Profesi Pedoman Sistem Pelaporan
Akuntansi (PPA) Universitas Pelanggaran-SSP
Diponegoro Semarang). (Whistleblowing Seystem-
Jurnal. Universitas WBS). Jakarta.
Diponegoro.
Robbins, S. 2007. Perilaku
Organisasi. Edisi I Bahasa
Indonesia. PT. Indeks.
Jakarta.
Sekaran, Uma. 2007. Research
Methods For Business
Metedologi Penelitian Untuk
Bisnis. Jakarta: Salemba
empat.
Setyawati. (2015). Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Niat

JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017 1237

You might also like