Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
anak akan tahu dengan sendirinya. Selama ini seks identik dengan orang dewasa
saja. "Pendidikan seks tidak selalu mengenai hubungan pasangan suami istri, tapi
juga mencakup hal-hal lain seperti pemberian pemahaman tentang
perkembangan fisik dan hormonal seorang anak serta memahami berbagai
batasan sosial yang ada di masyarakat," ujar Dra Dini Oktaufik dari yayasan
ISADD (Intervention Service for Autism and Developmental Delay).
Membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah. Namun,
mengajarkan pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah
melangkah dalam hidupnya. Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada
anaknya sedini mungkin.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi sinrom nefrtoik?
2. Apa etiologi sindrom nefrotik?
3. Apa manifestasi sindrom nefrotik?
4. Bagaimana patofisiologi sindrom nefrotik?
5. Apa komlipasi sindrom nefrotik?
6. Bagaimana penatalaksanan sindrom nefrotik?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic sindrom nefrotik?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada sindrom nefrotik?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
melakukan sex education kepada anak.
2. Tujuan khusus dibuatnya makalah ini adalah agar mahasiswa mampu :
a. Menegtahui pengertian sindrom nefrotik
b. Mengetahui etiologi sindrom nefrotik
c. Mengetahui manifestasi klinis sindrom nefrotik
d. Mengetahui patofisiologi klinis sindrom nefrotik
e. Mengetahui komplikasi sindrom nefrotik
f. Mengetahui penatalaksanaan sindrom nefrotik
g. Mengetahui pemeriksaan diagnostic sindrom nefrotik
h. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak dengan
sindrom nefrotik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 24
bulan (Hidayat, 2005).
2.2.2 Cara mengajarkan toilet training pada anak
Latihan buang air besar atau buang air kecil pada anak atau dikenal dengan
nama toilet training merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada orang tua
anak, mengingat dengan latihan itu diharapkan anak mempunyai kemampuan
sendiri dalam melaksanakan buang air kecil dan buang air besar tanpa merasakan
ketakutan atau kecemasan sehingga anak akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sesuai usia tumbuh kembang anak. Banyak cara yang dapat
dilakukan oleh orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar dan kecil, di
antaranya:
1. Teknik lisan
Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan
intruksi pada anak dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air kecil
dan buang air besar. Cara ini kadang-kadang merupakan hal biasa yang
dilakukan pada orang tua akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik
lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan
untuk buang air kecil atau uang air besar dimana lisan ini persiapan
psikologis pada anak akan semakin matang dan akhirnya anak mampu
dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil dan buang air besar.
2. Teknik modelling
Merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air besar
dengan cara meniru untuk buang air besar atau mamberikan contoh. Cara ini
juga dapat dilakukan dengan memberikan contoh-contoh buang air kecil dan
buang air besar atau membiasakan buang air kecil dan buang air besar secara
benar. Dampak yang jelek pada cara ini adalah apabila contoh yang diberikan
salah sehingga akan dapat diperlihatkan pada anak akhirnya anak juga
mempunyai kebiasaan salah. Selain cara tersebut di atas terdapat beberapa
hal yang dapat.dilakukan seperti melakukan observasi waktu pada saat anak
merasakan buang air kecil dan buang air besar, tempatkan anak di atas pispot
atau ajak ke kamar mandi, berikan pispot dalam posisi aman dan nyaman,
ingatkan pada anak bila akan melakukan buang air kecil dan buang air besar,
dudukkan anak di atas pispot atau orang tua duduk atau jongkok di
hadapannya sambil mengajak bicara atau bercerita, berikan pujian jika anak
berhasil jangan disalahkan dan dimarahi, biasakan akan pergi ke toilet pada
jam-jam tertentu dan beri anak celana yang mudah dilepas dan dikembalikan
(hidayat, 2005).
1. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik yang harus diperhatikan pada anak yang akan
melakukan buang air kecil dan buang air besar dapat meliputi kemampuan
motorik kasar seperti berjalan, duduk, meloncat dan kemampuan motorik
halus seperti mampu melepas celana sendiri. Kemampuan motorik ini
harus mandapat perhatian karena kemampuan untuk buang air besar ini
lancar dan tidaknya dapat dilihat dari kesiapan fisik sehingga ketika anak
berkeinginan untuk buang air kecil dan buang air besar sudah mampu dan
siap untu melakukannya. Selain itu, yang harus dikaji adalah pola buang
air besar yang sudah teratur, sudah tidak mengompol setelah tidur.
2. Pengkajian Psikologis
Pengkajian psikologis yang dapat dilakukan adalah gambaran
psikologis pada anak ketika akan melakukan buang air kecil dan buang air
besar seperti anak tidak rewel ketika akan buang air besar, anak tidak
menangis sewaktu buang air besar atau buang air kecil, ekspresi wajah
menunjukan kegembiraan dan ingin melakukan secara sendiri, anak sabar
dan sudah mau ke toilet selama 5 sampai 10 menit tanpa rewel atau
meninggalkannya, adanya keinginantahuan kebiasaan toilet training pada
orang dewasa atau saudaranya, adanya ekspresi untuk menyenangkan pada
orangtuanya.
3. Pengkajian Intelektual
Pengkajian intelektual pada latihan buang air kecil dan buang air
besar antara lain kemampuan anak untuk mengertibuang air kecil dan
buang air besar, kemampuan mengkomunikasikan buang nair kecil dan
buang air besar, anak menyadari timbulnya buang air kecil dan buang air
besar, mempunyai kemampuan kognitif untuk meniru prilaku yang tepat
seperti buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya serta etika
dalam buang air kecil dan buang air besar. Dalam melakukan pengkajian
kebutuhan buang air kecil dan buang air besar, terdapat beberapa hal-hal
yang perlu diperhatikan selama toilet training, diantaranya: hindari
pemakain popok sekali pakai dimana anak akan merasa aman, ajari anak
mengucapkan kata-kata yang khas yang berhubungan dengan buang air
besar, mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci
muka saat bangun tidur, cuci muka, cuci kaki, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sex educatin pada anak
dan pembelajaran toilet training sangat penting diajarkan pada usia dini dan
berdasarkan tumbuh kembangnya agar anak mendapat infromasi yang benar
dan terarah dari orang tua sehingga dapat mengambil keputusan dimasa depan
dan menghindari penyakit yang merugikan.
3.2 Saran dan kritik
Saran bagi tenaga kesehatan dan orang tua hendaknya memperluas wawasan
agar dapat memebrikan pengertian kepada anak tentang seks education dan
toilet training secara bijak dan mengerti tentang tumbuh kembang anak.
DAFTAR PUSTAKA
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Albert, Cahyadi. (2007). Masalah Pelatihan Buang Air Besar. Available from
www.medicastore.com. Diakses pada tanggal 12 Maret 2015. Pukul: 10:00.