Professional Documents
Culture Documents
UTARI DIAHNINGTIAS
Utari Diahningtias
NIM I14134023
v
ABSTRAK
UTARI DIAHNINGTIAS. Analisis Penyelenggaraan Makanan, Tingkat
Kesukaan, dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Santri di Pesantren Al-
Hamidiyah Depok. Dibimbing oleh HIDAYAT SYARIEF dan TIURMA
SINAGA
ABSTRACT
UTARI DIAHNINGTIAS. Analysis of Food Service Management, Food
Preferences, and Adequacy Level of Energy and Nutrient Students at Al-
Hamidiyah Islamic Boarding School Depok Supervised by HIDAYAT SYARIEF
and TIURMA SINAGA
UTARI DIAHNINGTIAS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
Dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Dr Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
i
PRAKATA
Utari Diahningtias
ii
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Tujuan Umum 2
Tujuan Khusus 2
Manfaat Penelitian 2
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 4
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 4
Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5
Pengolahan dan Analisis Data 6
Definisi Operasional 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 10
Karakteristik Contoh 10
Usia 10
Status Gizi 11
Penyelenggaraan Makanan 12
Input Penyelenggaraan Makanan 13
Tenaga Penyelenggaraan Makanan 13
Dana/Biaya Penyelenggaraan Makanan 14
Saran Fisik dan Peralatan 16
Proses Penyelenggaraan Makanan 17
Perencanaan Menu 17
Pembelian dan Penerimaan Bahan Makanan 19
Penyimpanan Bahan Makanan 20
Persiapan dan Penyajian Bahan Makanan 20
Pencatatan dan Pelaporan 21
Output Penyelenggaraan Makanan 22
Ketersediaan Energi dan Zat Gizi 22
Tingkat Kesukaan 24
Konsumsi Energi dan Zat Gizi 27
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 29
Tingkat Kecukupan Energi dan Protein 29
Tingkat Kecukupan Mineral dan Vitamin 30
Hubungan Antar Variabel 31
Hubungan Tingkat Kesukaan dengan Konsumsi Energi dan Zat Gizi 31
SIMPULAN DAN SARAN 32
Simpulan 32
Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 38
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran 4
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa periode kehidupan anak dan dewasa yang
berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Asupan gizi pada
usia remaja sangat penting untuk mendukung pertumbuhan fisik mereka
(Almatsier 2011). Masalah gizi yang terjadi pada remaja umumnya disebabkan
oleh satu faktor yaitu pola makan yang kurang tepat. Pola makan yang kurang
tepat pada masa remaja dapat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor lingkungan
dan faktor personal atau individu dari remaja itu sendiri. Masalah gizi pada
remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang salah yaitu ketidakseimbangan
antara asupan gizi dengan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Perilaku gizi
yang salah pada remaja berkaitan erat dengan keinginan untuk mengontrol berat
badan secara berlebihan, ketidakpuasan dengan bentuk tubuh, timbulnya depresi
ketika melihat orang yang gemuk dengan yang tidak gemuk (Sutyawan 2013).
Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode tumbuh kembang. Hal
ini bisa disebabkan kurangnya asupan zat gizi karena pola makan yang salah,
serta pengaruh dari lingkungan pergaulan (melakukan diet berlebihan).
Berdasarkan Kemenkes 2013, dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
diketahui bahwa prevalensi kurus pada remaja usia 13-15 tahun adalah 11.1%
(3.3% sangat kurus dan 7.8% kurus), sedangkan prevalensi kurus pada remaja
usia 16-18 tahun sebesar 9.4% (1.9% sangat kurus dan 7.5% kurus). Selain itu,
masalah gizi seperti kegemukan pada anak remaja usia 13-15 tahun sebesar
10.8% (8.3% gemuk dan 2.5% obesitas), sedangkan usia 16 18 tahun sebanyak
7.3% (5.7% gemuk dan 1.6% obesitas).
Menurut Barners et al (2007) anak-anak yang mulai beranjak remaja
menghabiskan waktu di sekolah selama kurang lebih delapan jam dalam satu
hari. Anak sekolah atau usia remaja (14-19 tahun) lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk bersosialisasi dengan teman sebaya. Siswa yang tinggal di
asrama biasanya banyak menghabiskan waktu untuk berbagai kegiatan yang
padat di sekolah maupun di asrama. Asupan gizi remaja perlu diperhatikan
terutama mereka yang bersekolah di asrama seperti pesantren. Kegiatan yang
padat membuat siswa hanya mengandalkan makanan dengan waktu dan porsi
yang disediakan oleh pihak penyelenggaraan makanan di asrama atau sekolah.
Menurut Luo et al. (2009), asupan gizi pada siswa yang tinggal di asrama lebih
rendah dibandingkan dengan siswa yang tidak tinggal di asrama. Masalah gizi
dapat terjadi pada setiap remaja, tidak terkecuali pada remaja yang menuntut
ilmu di Pondok Pesantren. Menurut Marudut (2012) berdasarkan hasil
wawancara dengan Dinas Kesehatan bahwa program kesehatan jarang
menyentuh kelompok santri remaja putri. Umumnya santri yang belajar di
pondok pesantren berusia antara 7-19 tahun (anak usia sekolah dan remaja)
(Kemenag 2009). Berdasarkan hal tersebut, penting dilakukan pengkajian
tentang ketersediaan menu yang diberikan pesantren dan konsumsi siswa atau
santri yang tinggal di pesantren melalui penyelenggaraan makanan di sekolah.
Penyelenggaraan makanan di sekolah adalah suatu rangkaian kegiatan dari
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada siswa.
Penyelenggaraan makanan di sekolah dapat dilakukan oleh sekolah itu sendiri
2
Tujuan
Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis penyelenggaraan
makanan, tingkat kesukaan terhadap makanan yang disediakan pesantren, dan
tingkat kecukupan energi dan zat gizi santri putri di pesantren Al-Hamidiyah
Depok.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan proses penyelenggaraan makanan di Al-Hamidiyah Depok
2. Menganalisis biaya makan di pesantren Al-Hamidiyah Depok
3. Mengidentifikasi karakterisitik santri putri di pesantren Al-Hamidiyah Depok
4. Menganalisis ketersediaan energi dan zat gizi pada menu yang ada di
pesantren Al-Hamidiyah
5. Menganalisis tingkat kesukaan santri putri pada menu yang ada di pesantren
Al-Hamidiyah.
6. Menganalisis rata-rata asupan energi dan zat gizi santri putri baik yang
berasal dari dalam dan luar pesantren.
7. Menganalisis tingkat kecukupan santri putri di pesantren Al-Hamidiyah
8. Menganalisis hubungan tingkat kesukaan dengan konsumsi santri putri di
pesantren Al-Hamidiyah
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan
informasi mengenai proses penyelenggaraan makan, tingkat kesukaan santri
terhadap menu yang disediakan pesantren, serta gambaran tingkat kecukupan
santri putri di pesantren tersebut. Bagi pihak pondok pesantren, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengelolaan makanan dan gizi
untuk santri. Bagi masyarakat dan pembaca, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dan gambaran mengenai sistem penyelenggaraan
makanan secara umum untuk institusi khususnya pondok pesantren.
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Tingkat Kesukaan
Konsumsi pangan
Status gizi
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Analisis deskriptif
: Hubungan yang dianalisis
: Hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
METODE
n= N
1 + N (d2)
n = 300
1 + 300 (0.12)
n = 75
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat penyimpangan terhadap populasi (10%)
Rumus Slovin digunakan karena pada penelitian ini tidak melihat status
gizi dan permasalahan gizi yang terjadi di pondok pesantren. Berdasarkan
perhitungan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel minimal
sebanyak 75 orang dan yang terkumpul dalam penelitian ini adalah sebanyak 76
santri, sehingga memenuhi kriteria minimal jumlah santri.
Keterangan:
Kgij = Penjumlahan zat gizi I dari setiap bahan makanan/pangan yang
dikonsumsi sebanyak j
Bj = Berat bahan makanan j (gram)
Gij = Kangdungan zat gizi dari bahan makanan j
BDDj = Persen bahan makanan j yang dapat dimakan
Definisi Operasional
Biaya makan adalah jumlah dana yang disediakan pihak pondok pesantren
untuk makan para santri.
Biaya bahan makanan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan pihak
penyelenggara makan untuk membeli bahan makanan.
Contoh adalah santri perempuan yang berada di pesantren Al-Hamidiyah Depok
yang mengikuti kegiatan pesantren dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan
penelitian
9
Karakteristik Contoh
Usia
Setiap individu mengonsumsi makanan dalam jumlah dan jenis yang
berbeda. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah usia. Konsumsi
makanan biasanya terkait dengan jumlah energi yang diperlukan oleh individu
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jumlah energi yang diperlukan
tubuh pada masa anak-anak tidak sebesar jumlah energi yang diperlukan pada
masa remaja. Remaja merupakan usia peralihan antara anak-anak dan dewasa.
Kebutuhan energi dan zat gizi remaja tentu akan lebih banyak dibandingkan
11
kebutuhan pada saat anak-anak. Jumlah energi tersebut akan meningkat dengan
bertambahnya usia dan mencapai puncaknya pada masa dewasa. Jumlah energi
yang diperlukan oleh tubuh selanjutnya akan mengalami penurunan kembali
pada saat usia lanjut (Masturoh 2012).
Soetjiningsih (2004) menyebutkan bahwa berdasarkan kematangan
psikososial dan seksual, remaja dibagi menjadi tiga yaitu remaja awal (early
adolescence) usia 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle adolescene)
usia 14-16 tahun, dan masa remaja akhir (late adolescene) usia 17-20 tahun.
Data mengenai usia contoh yang disajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
sebagian besar usia contoh berada pada kelompok remaja pertengahan yaitu usia
14-16 tahun sebesar 67.1%.
Status Gizi
Masa remaja merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang
sangat penting dalam kehidupan setiap individu. Setiap individu akan
mengalami kematangan psikologi, sosial, maupun seksual pada masa ini
(Soetjiningsih 2004). Menurut Arisman (2007) berat badan dan tinggi badan
akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan pesat karena pada masa ini
akan terjadi growth spurt (percepatan pertumbuhan/perkembangan) sehingga
memerlukan zat gizi yang relatif besar jumlahnya. Data berat badan dan tinggi
badan contoh secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.
Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan di pesantren Al-Hamidiyah ini merupakan
salah satu bentuk penyelenggaraan makanan untuk institusi. Tipe
penyelenggaraan makanan yang berada di pondok pesantren Al-Hamidiyah
adalah swakelola mengacu pada Depkes (2007). Pondok pesantren Al-
Hamidiyah menyiapkan makanan dengan cara memasak dan mendistribusikan
makanan secara mandiri untuk para santri, guru, pengawas asrama, dan seluruh
karyawan yang bekerja di dalam pondok pesantren. Pembelian bahan makanan
pesantren Al-Hamidiyah menyerahkan kepada pihak ketiga yang berganti-ganti
melalui proses pencarian melalui internet atau orang terdekat. Pesantren ini
hanya memiliki satu dapur utama yang digunakan untuk memasak baik untuk
siswa maupun pegawai.
Penyelenggaraan makanan khususnya untuk santri yang mengikuti
pesantren memiliki siklus menu tujuh hari dengan makanan utama pagi, siang,
dan malam, serta snack pada malam hari. Setiap hari penyelenggaraan makanan
di pesantren Al-Hamidiyah menyediakan makanan untuk 700 porsi pada pagi
13
dan malam hari dan 900 porsi pada makan siang, karena para karyawan yang
berada di dalam pesantren mendapatkan jatah makan siang.
bahan makanan yang disediakan tidak digunakan sesuai dengan yang diberikan
pihak sekolah.
Rata-rata biaya yang dikeluarkan pihak penyelenggara untuk per orang per
harinya adalah Rp14 475 atau 97% dari total biaya yang dialokasikan yaitu
16
dilengkapi dengan sarana penunjang dan peralatan antara lain meja panjang,
kursi makan, tempat cuci tangan, tempat air minum, tempat cuci piring, dan
tempat sampah. Ruang makan santri putra yang berada di depan dapur memiliki
7 meja panjang dan 14 kursi panjang dengan kapasitas 10 orang per meja,
sedangkan ruang makan yang berada di depan ruang penyimpanan kering
memiliki 6 meja panjang dan 12 kursi panjang dengan kapasitas 10 orang per
meja. Ruang makan santri putri memiliki 10 meja panjang dan 20 kursi panjang
dengan kapasitas 10 orang per meja. Setiap meja makan tidak diberi taplak
namun selalu dibersihkan setiap selesai digunakan. Meja dan kursi makan
terbuat dari bahan kayu yang kuat. Selain ruang makan, terdapat beberapa
ruangan lain.
Ruang penyimpanan kering digunakan untuk bahan makanan kering yang
seminggu sekali dikirim seperti beras, tepung, gula, kerupuk, dan sebagainya.
Ruang penyimpanan basah dan pengolahan nasi berada di sebelah ruang makan
santri putra. Ruangan tersebut memiliki refrigerator dan freezer box, bahan
pangan sayur, buah, tahu disimpan pada refrigerator, sedangkan bahan pangan
hewani seperti daging, ikan, frozen food, dan lain-lain disimpan pada freezer
box.
Pengolahan nasi terletak bersebelahan dengan ruang penyimpanan basah.
Ruang penerimaan bahan belum tersedia, penerimaan biasanya dilakukan di
ruang makan santri putra dan didepan ruang penyimpanan kering. Tempat
pencucian peralatan makan terletak di depan dapur sedangkan tempat pencucian
bahan-bahan pangan dan peralatan dapur biasanya dilakukan di ruang persiapan
yang berada di sebelah tempat pencucian peralatan makan. Tempat sampah
diletakan di dekat tempat pencucian peralatan makan dan diruang makan santri
putra dan putri. Hal ini memudahkan pekerja dapur dan santri untuk membuang
sisa makanan yang tidak dihabiskan ketika mencuci wadah setelah makan.
Setiap selesai waktu makan, seluruh tempat sampah sekitar dapur akan langsung
dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir yang berada kurang lebih 500
meter diluar pesantren di seberang tempat makan santri putra. Denah dapur dapat
dilihat pada Lampiran 6.
Perencanaan Menu
Perencanaan menu merupakan kegiatan merencanakan segala sesuatu agar
mendapatkan hasil yang maksimal bagi konsumen dan pihak penyelenggara
(Wulansari 2013). Tujuannya agar tersedianya siklus menu yang sesuai
klasifikasi pelayanan yang diberikan dalam kurun waktu tertentu (Humaira
2014). Menu yang baik perlu memperhatikan variasi menu dan kombinasi
hidangan untuk menghindari kebosanan karena adanya pemakaian bahan
makanan atau jenis makanan yang dilakukan secara berulang. Palacio dan Theis
(2009) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
perencanaan makanan berjalan dengan baik, yaitu umur, jenis kelamin,
pekerjaan, kebiasaan makan, serta status kesehatan orang yang dilayani.
Perencanaan menu di pesantren Al-Hamidiyah dibuat oleh Quality Control
yang kemudian diberikan kepada Kepala Rumah Tangga untuk menyesuaikan
antara menu dengan dana yang tersedia. Perencanaan menu disesuaikan dengan
18
anggaran, variasi masakan, dan kebutuhan gizi serta kebiasaan makan santri.
Anggaran makan yang ditetapkan adalah Rp15 000 untuk satu orang dalam satu
hari. Menu yang telah dibuat kemudian diberikan kepada Chef agar dibuatkan
purchase order (PO) selama satu minggu atau satu siklus. Purchase order yang
telah dibuat kemudian diberikan kembali kepada Quality Control untuk
diperiksa. Jika sudah sesuai dengan menu dan stock barang, Quality Control
akan memesan bahan via telepon dan e-mail. Siklus menu yang digunakan di
pesantren adalah siklus menu 7 hari. Evaluasi atau perubahan menu secara
keseluruhan biasanya dilakukan sebulan sekali. Siklus menu dikeluarkan oleh
Quality Control setiap hari kamis. Setiap siklus menu yang dikeluarkan,
biasanya dilakukan evaluasi terhadap siklus menu seminggu sebelumnya.
Evaluasi ini dilakukan agar santri tidak merasa bosan dengan menu yang telah
disajikan. Menu biasanya diubah apabila makanan yang diberikan kepada santri
sering tersisa, menu yang sering diubah adalah menu sayur.
Frekuensi makan yang diberikan pada santri adalah tiga kali makan utama
dan satu kali selingan pada malam hari. Kerangka menu untuk makan pagi
terdiri dari nasi, lauk hewani atau nabati, dan sayur. Kerangka menu untuk
makan siang dan malam terdiri dari nasi, lauk hewani, lauk nabati, dan sayur.
Buah diberikan tidak rutin, hanya waktu-waktu tertentu seperti pada hari senin
dan jumat. Hal tersebut terkait dengan dana yang diberikan oleh pihak
pesantren yang didapat dari SPP santri belum mencukupi untuk penyelenggaraan
makanan.
Frekuensi makanan yang diberikan masih belum sesuai dengan frekuensi
makan yang seharusnya, yaitu tiga kali makan utama dan dua kali selingan.
Kerangka menu yang diberikan pun masih kurang lengkap, karena menu buah
tidak diberikan secara rutin, serta pemberian lauk pada makan pagi dan makan
malam masih kurang lengkap. Menu satu siklus yang ada di pesantren Al-
Hamidiyah dapat di lihat pada Lampiran 1
tidak sesuai dengan pesanan, maka pada hari itu juga bahan harus diganti
sebelum makan siang atau paling lambat pada pukul 10.00 WIB.
disajikan sebab nasi diangkat dari magicjar atau penanak nasi dan dipindahkan
ke wadah stainless steel 15 menit sebelum waktu makan. Sama halnya dengan
nasi, pengolahan lauk dan sayur dilakukan tidak lama sebelum waktu makan
sehingga saat disajikan suhu masih hangat.
Standarisasi resep, bumbu, prosedur pengolahan dan waktu baru
dibakukan secara tertulis sehingga penentuan resep, bumbu, serta pengolahan
bahan pangan dilakukan berdasarkan perkiraan dan pengalaman pekerja dapur.
Standar porsi dalam proses pengolahan belum diterapkan secara tertulis tetapi
dilakukan dengan menggunakan perkiraan besaran ukuran rumah tangga (URT).
Tugas-tugas dalam proses pengolahan di dapur dilakukan tanpa pembagian tugas
khusus.
Bahan makanan yang telah dimasak selalu dihabiskan dalam satu kali
penyajian saja, sehingga tidak ada makanan yang disimpan untuk penyajian
selanjutnya khususnya pada menu sayur. Namun jika ada sisa makanan yang
aman untuk di konsumsi akan di hangatkan kembali, seperti sisa makan siang
dihangatkan untuk makan malam dan sisa makan malam akan dibuang atau
dibawa pulang oleh pekerja dapur. Waktu makan pagi mulai pukul 06.00 sampai
06.30 WIB, waktu makan siang mulai pukul 12.30 sampai 13.30 WIB,
sedangkan makan malam mulai pukul 18.30 sampai 19.30 WIB.
Penyajian makanan merupakan kegiatan terakhir dalam penyelenggaraan
makanan di pesantren Al-Hamidiyah. Penyajian makanan di pesantren
menggunakan metode serve yaitu hanya ada tempat penyajian atau ruang makan
dan makanan yang sudah matang saja (Sinaga 2012). Makanan yang sudah
matang diletakkan pada wadah berukuran besar berbahan stainless steel.
Kemudian makanan tersebut dipindahkan ke meja pemorsian yang terletak pada
masing-masing ruang makan santri putra dan putri. Makanan disajikan dalam
bentuk buffet atau prasmanan karena belum diterapkannya standar porsi. Santri
akan dilayani oleh pekerja dapur untuk memorsikan makanan. Wadah tempat
makan santri berupa tray berbahan stainless steel yang disediakan oleh pihak
pesantren, sehingga santri tidak perlu membawa alat makannya sendiri. Namun
pihak dapur tidak menyediakan sendok, garpu, maupun gelas disebabkan
peralatan tersebut selalu hilang, sehingga santri membawa sendiri peralatan
makan tersebut.
Tabel 11 Distribusi ketersediaan energi dan zat gizi menu pondok pesantren
Karbo
Energi Protein Lemak Fe Vitamin C
Hari ke- hidrat
(kkal) (g) (g) (mg) (mg)
(g)
1 1386 42.81 42.98 206.58 10.41 25.22
2 1569 58.62 59.52 199.82 15.51 109.57
3 1441 63.81 30.34 226.58 6.18 149.14
4 1851 66.14 92.25 201.61 9.69 63.69
5 1550 55.77 56.07 225.13 15.16 88.10
6 1353 43.91 38.51 215.44 10.76 60.91
7 1600 54.85 55.08 217.83 11.65 45.55
Rata-rata 1536 55.13 53.54 213.28 11.34 77.45
St.Dev 156 8 19 10 3 39
Kebutuhan (AKG) 2125 65 71 292 26 69
Kontribusi (%) 72 85 75 73 44 112
Penilaian terhadap ketersediaan zat gizi dilakukan selama tuhuh hari sesuai
dengan siklus menu yang berlaku. Rata-rata ketersediaan energi, protein, lemak,
karbohidrat, zat besi, dan vitamin C secara berturut-turut adalah 1536 kkal,
55.13 g, 53.54 g, 213.28 g, 11.34 mg dan 77.45 mg. Bila dibandingkan dengan
kebutuhan zat gizi sesuai dengan Angka Kebutuhan Gizi (2013) maka
ketersediaan menu di pesantren Al-Hamidiyah masih kurang. Hal ini disebabkan
biaya yang diberikan pesantren kepada penyelenggara makanan untuk bahan
23
Tingkat Kesukaan
Daya terima terhadap makanan adalah reaksi atau tanggapan santri
terhadap rangsangan yang timbul oleh makanan melalui indera penglihatan,
penciuman, dan pencicip. Penilaian daya terima seseorang terhadap makanan
dipengaruhi oleh kesukaan. Penilaian daya terima seseorang menggunakan uji
kesukaan atau uji hedonic (Sutyawan 2013). Tingkat kesukaan adalah
kemampuan seseorang dalam menentukkan rangsangan yang timbul dari
makanan melalui panca indera. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kesukaan dalam menu makanan adalah faktor kesukaan, faktor individu, dan
lingkungan. Faktor yang mempengaruhi tingkat kesukaan yaitu faktor internal
dan faktor eksternal (Fitriyanti 2013). Faktor internal adalah kondisi seseorang
yang dapat mempengaruhi konsumsi pangannya, seperti nafsu makan, kebiasaan
makan, dan kebosanan yang muncul karena variasi makanan yang kurang
beragam. Faktor eskternal adalah kondisi luar seseorang yang mempengaruhi
konsumsi pangannya, seperti rasa dan penampilan makanan, variasi menu, cara
penyajian, kebersihan makanan dan alat, serta pengaturan waktu makan.
Penilaian tingkat kesukaan yang dilakukan merupakan pengamatan tingkat
kesukaan terhadap karakteristik makanan yang disajikan. Penilaian tingkat
kesukaan yang dilakukan berdasarkan karakteristik warna, aroma, porsi, dan rasa
diberikan pesantren. Ketiga karakteristik ini berdasarkan karakteristik umum
dari makanan yang mampu menggambarkan penilaian terhadap makanan. Selain
itu, karakteristik lainnya yang dinilai dapat berpengaruh adalah kesesuaian porsi
dan suhu makanan. Makanan yang diuji kesukaan adalah tiga kali makan besar
dan satu kali selingan. Makan besar dengan komponen lengkap terdiri dari
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, dan sayur. Berikut merupakan hasil
uji kesukaan terhadap makanan yang disajikan oleh pesantren.
Rasa suatu makanan merupakan faktor yang turut menentukan daya terima
santri. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu maupun interaksi
dengan komponen rasa yang lain (Winarno 1994). Rasa makanan merupakan
faktor kedua yang menentukan cita rasa pada makanan setelah penampilan
makanan itu sendiri. Berdasarkan hasil pada Tabel 14 menunjukan para santri
menyukai rasa makanan yang disajikan pesantren baik pada lauk hewani (79%),
lauk nabati (70%), sayur (92%), dan selingan (84%). Sama halnya dengan
warna, rasa pada nasi tidak memiliki rasa yang khas sehingga dinilai biasa (55%)
oleh santri. Rasa yang beragam dalam satu menu hidangan akan memberikan
penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasa yang sama dalam satu
hidangan (Palacio & Theis 2009). Rasa yang beragam lebih baik dibandingkan
pada rasa yang sama (Gregoire & Spears 2007). Penambahan kombinasi rasa
dasar yang digunakan seperti manis, asam, asin, dan gurih sangat penting
digunakan dalam menu hidangan.
Tabel 15 Distribusi rata-rata tingkat kesukaan contoh terhadap kesesuaian porsi
Tingkat Nasi Lauk Lauk Sayur Selingan Rata-rata
kesukaan hewani nabati
n % n % n % n % n % n %
Tidak 1 1 1 1 6 8 0 0 0 0 2 3
suka
Biasa 40 53 29 38 0 0 34 45 7 9 22 29
Suka 35 46 46 61 70 92 42 55 69 91 52 68
Total 76 100 76 100 76 100 76 100 76 100 76 100
Porsi berkaitan dengan bentuk makanan yang sesuai saat disajikan. Porsi
makanan yang disediakan dapat memengaruhi sisa makanan yang tidak
dihabiskan oleh santri. Secara umum santri menyukai porsi yang diberikan oleh
pesantren baik itu pada lauk hewani (61%), lauk nabati (92%), sayur (55%), dan
selingan (91%). Santri menilai kesesuaian porsi pada nasi yang diberikan biasa
atau masih dalam batas jumlah yang dapat diterima oleh santri yaitu sebesar
53%. Hal tersebut disebabkan ketersediaan yang disajikan pesantren masih
belum cukup dengan kebutuhan sehingga menurut santri porsi yang diberikan
sudah cukup.
Penilaian makanan yang disajikan sangat terkait dengan penerimaan santri
terhadap makanan yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap kemampuan
mengonsumsinya. Warna yang menarik, suhu, aroma, dan rasa yang tepat dapat
meningkatkan penilaian terhadap makanan sehingga dapat membangkitkan
selera. Selera makan seseorang juga dapat ditingkatkan dengan mengupayakan
rasa yang enak pada setiap makanan yang disajikan. Namun, kondisi fisik yang
lemah juga dapat memengaruhi kondisi psikis seseorang sehingga selera makan
berkurang. Kondisi fisik yang tidak selalu dalam keadaan sehat serta pengaruh
obat yang dikonsumsi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi selera makan
(Hartono 2006).
27
Tabel 17 Distribusi rata-rata kontribusi asupan energi dan zat gizi contoh
terhadap konsumsi harian
Zat gizi Rata-rata kontribusi asupan
Makanan Pesantren Makanan luar Total
(%) pesantren (%) (%)
Energi (kkal) 82 18 100.00
Protein (g) 85 15 100.00
Lemak (g) 83 17 100.00
Karbohidrat (g) 61 39 100.00
Fe (mg) 88 12 100.00
Vit C (mg) 92 8 100.00
Rata-rata kontribusi asupan energi dan zat gizi dari total konsumsi sehari
didapatkan dari makanan dalam serta makanan luar. Kontribusi makanan dari
dalam pesantren memiliki kontribusi energi yang jauh lebih besar (82%) untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi contoh. Kontribusi protein dari makanan yang
disediakan sebesar 85%, lemak 83%, karbohidrat 61%, Fe 88%, dan vitamin C
92%. Hal ini disebabkan masih kurangnya ketersediaan yang disajikan oleh
pesantren. Sedangkan kontribusi dari makanan luar lebih banyak menyumbang
terhadap karbohidrat (39%). Hampir 50% lebih zat gizi yang disediakan oleh
pesantren sudah terpenuhi. Hal tersebut dikarenakan makanan utama contoh
disediakan dari pihak pesantren melalui jasa penyelenggara makanan, sehingga
kontribusi makanan luar pondok relatif sedikit.
Sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan mineral zat besi defisit
(71%) sedangkan tingkat kecukupan vitamin C berada di kategori normal (61%).
Kecukupan vitamin ini didapat pada pangan nabati seperti sayur dan buah
terutama yang asam seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat.
Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol
seperti daun singkong dan sawi (Almatsier 2009). Hal tersebut disebabkan
karena kerangka menu di pesantren selalu menyediakan menu sayuran setiap
harinya sehingga kebutuhan vitamin dapat tercukupi.
Kecukupan zat besi yang defisit dapat disebabkan pola dan kebiasaan
makan contoh selama di pesantren. Beberapa contoh ada yang makan tetapi
kurang beragam dalam mengonsumsi hidangan dari yang sudah disediakan dan
beberapa contoh tidak menghabiskan makanan yang disediakan oleh pesantren.
Contoh mengaku sudah mulai bosan dengan hidangan yang disediakan dari
pihak pesantren. Menurut teori pada umumnya bagi masyarakat yang cukup
asupan proteinnya, maka asupan zat besinya juga akan mencukupi kebutuhan,
namun pada penelitian ini asupan protein responden rata-rata sudah terpenuhi,
akan tetapi tidak memenuhi asupan zat besinya. Keadaan ini diduga terjadi
karena asupan sumber protein yang dikonsumsi oleh contoh berasal dari daging
putih seperti ikan dan ayam yang zat besinya relatif lebih rendah apabila
dibandingkan dengan daging merah yang berasal dari sapi, kambing atau domba.
Selain itu disebabkan juga oleh rendahnya asupan zat besi non heme yang
terdapat pada sayur-sayuran dan minuman seperti teh yang dikonsumsi oleh
contoh dapat menghambat penyerapan zat besi (Suryani et al. 2015).
Kurangnya kecukupan zat besi dapat mengakibatkan terjadinya gejala
anemia. Suryani et al. (2015) menyebutkan bahwa remaja putri merupakan salah
satu kelompok yang rawan menderita anemia, sebab pada masa itu mereka
mengalami menstruasi dan kurangnya pengetahuan terhadap anemia. Saat
memasuki masa remaja, mereka akan mengalami menstruasi yang pertama kali
membutuhkan lebih banyak zat besi selama satu sikus menstruasi (sekitar 28
hari). Selain itu, remaja putri pada umumnya memiliki karakteristik kebiasaan
makan tidak sehat seperti kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air putih,
diet tidak sehat karena ingin terlihat langsing (mengabaikan sumber protein,
karbohidrat, vitamin, dan mineral), kebiasan ngemil makanan rendah gizi, dan
makanan siap saji. Sehingga mereka tidak dapat memenuhi keanekaragaman zat
gizi dari makanan yang dibutuhkan oleh tubuh
asupan energi dan karbohidrat dan sebaliknya. Warna sangat dipengaruhi oleh
suhu hidangan saat penyajian, semakin bagus suhunya maka warna makanan
semakin bagus dan sebaliknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa suhu makanan
yang disajikan di pesantren Al-Hamidiyah sudah baik. Berdasarkan hasil
penelitian Wright et al. (2006) bahwa suhu makanan merupakan faktor penting
dalam meningkatkan tingkat kepuasaan dalam penyelengaraan makanan
Tingkat kesukaan terhadap rasa dan aroma tidak memiliki hubungan nyata
terhadap asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi, dan vitamin
C.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa konsumsi energi dan zat gizi yang
rendah bukan disebabkan oleh daya terima yang terlihat dari kesukaan santri
terhadap makanan pesantren, akan tetapi dapat disebabkan oleh faktor lain
seperti makanan yang disediakan oleh pesantren masih kurang atau belum dapat
mencukupi dengan kebutuhan sehingga para santri rata-rata menyukai makanan
yang disajikan dengan porsi yang telah diberikan oleh pengelola makanan.
Simpulan
Penyelenggaraan makanan di pondok pesantren Al-Hamidiyah terdiri dari
beberapa tahap, diantaranya perencanaan, pembeliaan, penerimaan, pengolahan,
penyimpanan, penyajian, pencatatan, dan laporan. Biaya yang dikeluarkan santri
untuk sehari makan adalah Rp15 000 untuk tiga kali makan pokok dan selingan
malam. Perkiraan biaya yang digunakan oleh pihak penyelenggaraan makanan
sebesar 97% dari total biaya. Usia contoh mayoritas berada pada kelompok
remaja pertengahan yaitu usia 14-16 tahun sebesar 62.1% dengan status gizi
normal sebesar 78.95%. Rata-rata ketersediaan energi, protein, lemak,
karbohidrat, zat besi, dan vitamin C secara berturut-turut adalah 1536 kkal,
55.13 g, 53.54 g, 213.28 g, 11.34 mg, dan 77.45 mg. Ketersediaan energi dan zat
gizi yang ada di pesantren Al-Hamidiyah belum cukup memenuhi angka
kebutuhan gizi santri. Tingkat kesukaan santri rata-rata terhadap warna sebesar
68%, aroma 70%, rasa 78%, dan kesesuaian porsi 68%.
Rata-rata asupan energi dan zat gizi santri baik di dalam dan di luar
pesantren sekitar 1643 kkal energi, 57.99 gram protein, 58.01 gram lemak,
299.45 gram karbohidrat, 15.18 mg zat besi, dan 56.17 mg vitamin C. Tingkat
kecukupan energi contoh sebagian besar berada dalam kategori defisit yaitu 30%
dan tingkat kecukupan protein contoh sebagian besar berada dalam kategori
normal yaitu 51%. Sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan mineral
zat besi defisit dengan persentase 71% dikarenakan faktor lain seperti rasa bosan
dan tidak menghabiskan makanan yang disediakan pesantren, sedangkan tingkat
kecukupan vitamin C berada di kategori normal dengan persentase 61%. Hasil
uji korelasi spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat kesukaan warna dan porsi dengan tingkat asupan energi dan
karbohidrat (p>0.05). Tingkat kesukaan terhadap rasa dan aroma tidak memiliki
hubungan nyata terhadap asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi,
dan vitamin C.
33
Saran
Penyelenggara makanan di pesantren diharapkan dapat lebih bijak dalam
mengelola dana yang diberikan dan diharapkan juga mampu menyusun menu
dan meningkatkan standar porsi dan ketersediaan makanan yang sesuai dengan
kebutuhan gizi santri dan gizi seimbang yang dianjurkan seperti menu buah yang
masih jarang dimasukkan dalam menu, sehingga dapat membantu meningkatkan
status kesehatan jasmani santri dan dapat mengurangi asupan dari luar.
34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
39
2 Jum'at Nasi Putih 100 Nasi Putih 100 Nasi putih 100 Pepaya 100
Kaki naga 25 Ayam goreng 90 Telur dadar 57
Sop jagung 60 Tempe bacem 50 Gulai tahu 50
Kerupuk 10 Gado-gado 70 Cah sawi 55
putih, wortel
3 Sabtu Nasi Putih 100 Nasi Putih 100 Nasi putih 100 Susu 160
Sayap kecap 65 Ikan kembung 90 Rolade 30 Esco ml
Sop sayur 60 bumbu padang Sop kimlo 60
Kerupuk 10 Tahu jambi 30 Kerupuk 10
goreng
Gulai daun 60
singkong
4 Minggu Nasi Uduk 100 Nasi Putih 100 Nasi putih 100 Roti 30
Semur telur 56 Chicken nugget 25 Ayam woku 90 goreng
Bihun goreng sayur 70 Gulai kacang Balado telur 56 odading
panjang tahu 60 Sayur oyong 50
coklat wortel
Kerupuk 10
5 Senin Nasi putih 100 Nasi Putih 100 Nasi putih 100 Es kopyor
Kekian 30 Telur goreng 57 Ayam 90 200ml
Bihun goreng sayur 70 balado goreng
Gulai kacang Tempe orek gula 50 Tahu kecap 50
panjang labu siam 55 jawa pedas manis
Sayur Lodeh 60 Sayur oyong 60
wortel
6 Selasa Nasi Putih 100 Nasi Putih 100 Nasi putih 100 Puding 30
Telur bumbu kacang 57 Semur daging 50 Chicken 25 gula
Mie goreng sayur Tahu jambi 30 nugget merah
Oseng kacang 60 balado Sop kacang 60
panjang bakso Cah jamur sawi 60 merah
60 hijau Kerupuk 10
7 Rabu Nasi putih 100 Nasi Putih 100 Nasi putih 100 Jussie 120
Soto ayam 40 Lele goreng 100 Kaki naga 25 ml
Balado kentang 50 Sayur asam 70 Soun cabe 60
Kerupuk 10 Tempe goreng 45 ijo
Sapo tahu 50
40
- Shift II
Beban
Frekuensi Rata-
Kerja Per
No Langkah Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan rata
Kategori
Kegiatan waktu
SDM
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Membaca menu & laporan 317 0 0
2 Menyiapkan alat & bahan 317 15 4755
3 Meracik bahan makanan 317 30 9510
4 Mengolah bahan makanan & mengangkatnya 317 65 20605
5 Mendistribusikan makanan 317 5 1585
6 Membersihkan alat & lingkungan 317 15 4755
Jumlah 41210
41
2. Lauk
- Shift I
Beban
Frekuensi Rata-
Kerja Per
No Langkah Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan rata
Kategori
Kegiatan waktu
SDM
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Membaca menu & laporan 317 5 1585
2 Menyiapkan alat & bahan 317 15 4755
3 Meracik bahan makanan 317 15 4755
4 Mengolah bahan makanan & mengangkatnya 317 120 38040
5 Mendistribusikan makanan 317 45 14265
6 Membersihkan alat & lingkungan 317 40 12680
Jumlah 76080
Jumlah x 6 456480
- Shift II
Beban
Frekuensi Rata-
Kerja Per
No Langkah Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan rata
Kategori
Kegiatan waktu
SDM
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Membaca menu & laporan 317 5 1585
2 Menyiapkan alat & bahan 317 15 4755
3 Meracik bahan makanan 317 15 4755
4 Mengolah bahan makanan & mengangkatnya 317 120 38040
5 Mendistribusikan makanan 317 45 14265
6 Membersihkan alat & lingkungan 317 40 12680
Jumlah 76080
Jumlah x 6 456480
c. Faktor kelonggaraan
Frekuensi Waktu
Kategori Faktor
Kegiatan (per Waktu Jumlah kerja
SDM kelonggaraan
tahun) tersedia
Tenaga Rapat 1 1 jam 1 jam 2448 0.0004
pengolah Diklat 0 0 0 2448 0
Breafing 12 15 menit 3 jam 2448 0.001
Standar Kelonggaran Individu (SKI) 0.0014
Standar Kelonggaraan (1-SKI) 0.99
Keterangan: Faktor Kelonggaran = Jumlah / Waktu kerja tersedia
d. Kebutuhan SDM
Beban Waktu Sub
Kategori Kebutuhan
kerja (per kerja kebutuhan SK SKI
SDM SDM
tahun) tersedia SDM
Tenaga
995380 14680 6.7 0.99 0.0014 6.63
Pengolah
Keterangan: Kebutuhan SDM = (Sub Kebutuhan SDM x SK) + SKI
42
Lampiran 4 Rata-rata ketersediaan energi dan zat gizi santri pesantren Al-
Hamidiyah
Ketersediaan Energi dan Zat Gizi
Hari Vitamin
Waktu makan E P L KH Zat besi
ke- C
(kkal) (g) (g) (g) (mg)
(mg)
1 Makan Pagi 448.9 16.362 17.988 55.623 6.259 7.536
Makan Siang 278.05 8.063 5.82 49.1865 1.622 14.198
Makan Malam 658.71 18.387 19.173 101.771 2.527 3.483
Total 1385.66 42.812 42.981 206.5805 10.408 25.217
2 Makan Pagi 481.2 12.014 11.662 80.328 2.93 4.764
Makan Siang 672 31.9 34.04 58.43 7.923 0.07
Makan Malam 415.65 14.709 13.815 61.058 4.654 104.74
Total 1568.85 58.623 59.517 199.816 15.507 109.574
3 Makan Pagi 481.76 18.696 17.306 60.38 2.038 10.818
Makan Siang 377.6 30.688 6.8 50.242 2.874 137.598
Makan Malam 581.5 14.421 6.233 115.955 1.264 0.72
Total 1440.86 63.805 30.339 226.577 6.176 149.136
4 Makan Pagi 602.22 15.88 38.084 47.846 3.219 11.364
Makan Siang 452.7 15.974 14.692 68.094 1.462 5.028
Makan Malam 795.72 34.288 39.47 85.672 5.012 47.3
Total 1850.64 66.142 92.246 201.612 9.693 63.692
5 Makan Pagi 420.9 11.5025 5.3665 81.9775 4.4335 23.257
Makan Siang 379.96 18.681 8.643 57.208 7.094 17.36
Makan Malam 748.8 25.588 42.058 85.944 3.63 47.478
Total 1549.66 55.7715 56.0675 225.1295 15.1575 88.095
6 Makan Pagi 487.14 15.792 13.545 73.773 4.505 19.476
Makan Siang 314 14.578 9.147 43.685 3.062 28.866
Makan Malam 552.2 13.535 15.82 97.977 3.193 12.567
Total 1353.34 43.905 38.512 215.435 10.76 60.909
7 Makan Pagi 411.4 10.285 3.85 81.505 1.605 14.5
Makan Siang 626.2 32.943 31.038 53.895 7.633 21.623
Makan Malam 562.3 11.625 20.195 82.425 2.415 9.425
Total 1599.9 54.853 55.083 217.825 11.653 45.548
44
Lampiran 5 Hasil uji normalitas tingkat kesukaan dan tingkat kecukupan zat
gizi
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Correlations
Warna Energi Protein Lemak KH Fe VitC
Spearman's Warna Correlation * *
1.000 -.254 -.119 -.108 -.265 -.079 .018
rho Coefficient
Sig. (2-tailed) . .027 .306 .354 .021 .498 .879
N 76 76 76 76 76 76 76
Energi Correlation * ** ** ** ** **
-.254 1.000 .731 .587 .968 .690 .407
Coefficient
Sig. (2-tailed) .027 . .000 .000 .000 .000 .000
N 76 76 76 76 76 76 76
Protein Correlation ** ** ** ** **
-.119 .731 1.000 .720 .612 .836 .546
Coefficient
Sig. (2-tailed) .306 .000 . .000 .000 .000 .000
N 76 76 76 76 76 76 76
Lemak Correlation ** ** ** ** **
-.108 .587 .720 1.000 .405 .638 .405
Coefficient
Sig. (2-tailed) .354 .000 .000 . .000 .000 .000
N 76 76 76 76 76 76 76
Karbohidrat Correlation * ** ** ** ** **
-.265 .968 .612 .405 1.000 .612 .357
Coefficient
Sig. (2-tailed) .021 .000 .000 .000 . .000 .002
N 76 76 76 76 76 76 76
Fe Correlation ** ** ** ** **
-.079 .690 .836 .638 .612 1.000 .657
Coefficient
Sig. (2-tailed) .498 .000 .000 .000 .000 . .000
N 76 76 76 76 76 76 76
VitC Correlation ** ** ** ** **
.018 .407 .546 .405 .357 .657 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .879 .000 .000 .000 .002 .000 .
N 76 76 76 76 76 76 76
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
tailed).
46
Correlations
Correlations
Kesesuaian
Porsi Energi Protein Lemak KH Fe VitC
Spearman's Kesesuaian Correlation ** **
1.000 -.333 -.212 -.180 -.318 -.166 -.071
rho Porsi Coefficient
Sig. (2-tailed) . .003 .066 .119 .005 .152 .540
N 76 76 76 76 76 76 76
Energi Correlation ** ** ** ** ** **
-.333 1.000 .731 .587 .968 .690 .407
Coefficient
Sig. (2-tailed) .003 . .000 .000 .000 .000 .000
N 76 76 76 76 76 76 76
Protein Correlation ** ** ** ** **
-.212 .731 1.000 .720 .612 .836 .546
Coefficient
Sig. (2-tailed) .066 .000 . .000 .000 .000 .000
N 76 76 76 76 76 76 76
Lemak Correlation ** ** ** ** **
-.180 .587 .720 1.000 .405 .638 .405
Coefficient
Sig. (2-tailed) .119 .000 .000 . .000 .000 .000
N 76 76 76 76 76 76 76
KH Correlation ** ** ** ** ** **
-.318 .968 .612 .405 1.000 .612 .357
Coefficient
Sig. (2-tailed) .005 .000 .000 .000 . .000 .002
N 76 76 76 76 76 76 76
Fe Correlation ** ** ** ** **
-.166 .690 .836 .638 .612 1.000 .657
Coefficient
Sig. (2-tailed) .152 .000 .000 .000 .000 . .000
N 76 76 76 76 76 76 76
VitC Correlation ** ** ** ** **
-.071 .407 .546 .405 .357 .657 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .540 .000 .000 .000 .002 .000 .
N 76 76 76 76 76 76 76
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
49
Dapur
Toilet
karyawan R. R.
Pengol penyim
R. Makan Santri Putra
ahan panan
nasi basah
R. Karyawan
R.
Gudang Penyimp
Peralatan anan Keterangan:
Kering
: Pencucian alat makan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kupang pada tanggal 14 Oktober 1992. Penulis
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Riharto S dan Erni
Rusmaafiani. Pada tahun 1997 penulis mulai mengikuti pendidikan ditingkat
Taman Kanak-kanak (TK) Handayani Sulawesi Selatan dan lulus tahun 1998.
Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kumala
Sulawesi Selatan tahun 1998-2000 kemudian pindah ke SDN Panaragan 3 Bogor
pada tahun 2000-2004. Penulis melanjutkan masa pendidikannya di SMP PGRI 5
Bogor pada tahun 2004-2007 serta SMA Negeri 4 Bogor pada tahun 2007-2010.
Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi Diploma III program
Manajamen Industri Jasa Makanan dan Gizi melalui Ujian Masuk Reguler IPB
pada tahun 2010 dan lulus tahun 2013. Selama menempuh pendidikan diploma,
penulis melakukan praktik Manajemen Produksi Makanan dan Manajemen
Analisis Gizi Klinik di Rumah Sakit Dr. H.Marzoeki Mahdi Bogor selama 3 bulan
mulai tanggal 02 Juni hingga 22 September 2012 dan praktik Usaha Jasa Boga di
Hotel Royal Bogor selama 3 bulan pada tanggal 09 Oktober 2012 hingga 09
Januari 2013. Penulis melanjutkan pendidikan sarjana mayor Ilmu Gizi di Institut
Pertanian Bogor (IPB), Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia
(FEMA) tahun 2013 melalui jalur Program Alih Jenis.