You are on page 1of 9

PENELITIAN ILMIAH

Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Dan Dukungan Orang Tua Dengan


Kejadian Merokok Pada Remaja Usia 13-15 Tahun Di SMPNegeri 1 Sampang

The RelationshipOf Level KnowledgeYouthAnd Support ParentsTo Incident


SmokingInYouthAges13-15Years InSMP Negeri 1 Sampang

NOVI ANGGRAENI *)
SITI ROCHIMATUL LAILIYAH *)
*) Akademi Kebidanan Ngudia Husada Madura
ABSTRACT

Smokingis essentiallysuckingthe combinedingredientsofnicotine, carbonmonoxide,


tarandother toxins. An adolescentsmokingrelated to thepsychosocialaspects ofthe
crisisexperiencedduringits development, namelythesearch for identityasan attempt
toexplainwho he isandwhatits rolein society. This studyaimsto determine the
relationshipof knowledgeandsupportteenageparentswith the incidence ofsmokingin
youngmen aged13-15 yearsinSMP Negeri1Sampang. This type ofanalytical research,
cross-sectional design.The independent variable isthe levelof knowledgeand
supportteenageparents, the dependent variable was the incidenceof smoking. Population
of239adolescents aged13-15 yearswith a sample of150adolescents.
Samplingtechniqueusingprobability samplingstratified randomsamplingtype.
Collectingdata usingquestionnairesanddataanalysisusing thechi-square with asignificant
level() =0.05. The results showedthat thestatistical testresults ofthe level of
knowledgewith the incidenceof smokingisr>=0.106>0.05.While thestatistical
testresultssupportthe elderlywith the incidence ofsmokingisr< = 0.000<0.05.Conclusion
thatthere is no relationshipbetween the levelof knowledgewith the incidence ofsmokingin
adolescentsaged13-15 years, andthere is a relationshipbetweenparental supportwith the
incidenceof smokingin adolescentsaged13-15 years. Based on research
resultsthatsupportolder people withreducedincidence ofsmokingbyparentsmore
concerned withgrowth and development oftheir children.

Keywords:smoking, knowledge, support forparents,teens


Correcpondence : Novi Anggraeni, Jl. R.E. Martadinata, Bangkalan, Indonesia
PENDAHULUAN
Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si
perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu
sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Pada awalnya kebanyakan orang menghisap
tembakau dengan menggunakan pipa. Masyarakat Timur (Eastern societies)
menggunakan air untuk mengurangi asap tembakau sebelum diinhalasi. Tembakau yang
dikunyah (chewing tobacco) merupakan salah satu cara konsumsi yang jarang
dilakukan. Pada tahun 1940-an barulah dikenal rokok, tetapi belum mempunyai dampak
dalam pemasaran tembakau. Mendekati tahun 1881 baru terjadi produksi rokok secara
besar-besaran dengan bantuan mesin. Melalui reklame, rokok menjadi terkenal pada
tahun 1920 sudah tersebar ke seluruh dunia. Pada beberapa dekade sebelum tahun
1960-an muncul bukti-bukti kuat bahwa penggunaan tembakau berhubungan dengan
beberapa penyakit (Soetjiningsih, 2007).
Perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja sering kita lihat di berbagai tempat,
misalnya di warung dekat sekolah, perjalanan menuju sekolah, halte bus, kendaraan
pribadi, angkutan umum, bahkan di lingkungan rumah. Sayangnya, ini telah menjadi
pemandangan yang biasa dan jarang mendapat perhatian masyarakat padahal perilaku
tersebut berbahaya bagi kesehatan remaja dan orang di sekitarnya (Poltekkes Depkes
Jakarta I, 2010).
Kebiasaan remaja yang sulit dihindari ialah merokok, kebiasaan merokok pada remaja
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain karena masa perkembangan anak
yang mencari identitas diri dan selalu ingin mencoba hal baru yang ada di
lingkungannya. Oleh karena itu, keluarga dan teman sebaya adalah orang-orang yang
akan sangat mempengaruhi kebiasaan remaja. Jika orang tua dan teman sebaya
merokok, maka sangat memungkinkan untuk diikuti oleh remaja. Selain itu, tayangan
media yang menayangkan tokoh idola remaja yang mengisap rokok akan mendorong
remaja untuk mengikutinya. Kebiasaan merokok antara lain berhubungan dengan media
(Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010).
Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia
terutama di kalangan remaja, menyebabkan masalah merokok menjadi semakin serius.
Data terakhir tahun 2002 menunjukkan bahwa total perokok aktif di Indonesia sebesar
141,44 juta orang, yang sekitar 13,2% nya adalah remaja berusia 15-19 tahun
(Juliansyah, 2010). Hasil studi pendahuluan diperoleh usia 13-15 tahun di SMP Negeri 1
Sampang terdapat 18 orang siswa. Dari 18 orang siswa ditemukan 11 orang siswa
(61,11%) yang merokok dan 7 orang siswa (38,89%) yang tidak merokok. Studi
pendahuluan dilanjutkan dengan pembagian kuesioner yang berisi pengetahuan remaja
pria tentang rokok dan dukungan keluarga. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa dari 11
remaja yang merokok, 100% mengetahui tentang bahaya atau dampak negatif akibat
merokok dan 77,78% orang tua tidak setuju tentang perilaku merokok pada remaja usia
13-15 tahun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja ada dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya, meliputi dari faktor pengetahuan,
pendidikan, psikologik, kepribadian dan pengalaman. Sedangkan faktor eksternalnya,
meliputi faktor dukungan dari orang tua, teman, iklan, lingkungan, dan demografi.
Terpapar asap rokok selama 8 jam sebanding dengan merokok langsung sebanyak 20
batang perhari. Konsekuensi dari merokok antara lain meningkatnya kejadian infeksi
saluran napas bagian atas, batuk, asma, sinusitis, penyakit kardiovaskular, kanker,
mengganggu fertilitas, lahir kurang bulan, kematian maupun absen dari kerja atau
sekolah. Anak dan kaum muda yang merokok, pertumbuhan dan perkembangan
parunya segera akan terpengaruh oleh asap rokok tersebut. Pada dewasa maupun
remaja, merokok secara statistik berhubungan dengan depresi, cemas, ADHD, dan
kelainan psikiatrik lainnya. Anak-anak umur belasan dengan gangguan ini secara
bermakna lebih mungkin memulai merokok daripada teman sebayanya tanpa gangguan
ini. Sebaliknya, anak umur belasan yang merokok lebih mungkin berkembang depresi
daripada bukan perokok, menandakan adanya mata rantai/hubungan kausal atau
kepekaan (Soetjiningsih, 2007).
Dari hasil yang diperoleh dapat diberikan solusi antara lain memberikan penyuluhan
mengenai bahaya merokok, memasukkan materi mengenai dampak negatif dari
merokok, tambahan Health Education tentang merokok di sekolah-sekolah. Dari
fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang tingkat pengetahuan remaja
pria dan dukungan orang tua dengan kejadian merokok pada remaja pria usia 13-15
tahun.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan tingkat
pengetahuan remaja dan dukungan orang tua dengan kejadian merokok pada remaja
pria usia 13-15 tahun di SMP Negeri 1 Sampang? Tujuan akhir dari penelitian ini adalah
menganalisis hubungan tingkat pengetahuan remaja dan dukungan orang tua dengan
kejadian merokok pada remaja pria usia 13-15 tahun di SMP Negeri 1 Sampang.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
bentuk tindakan seseorang (overt behavior). Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2003) yang mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru, di dalam diri orang tersebut tidak selalu terjadi proses perubahan perilaku yang
berurutan seperti Awareness (kesadaran), Interest (orang yang mulai tertarik terhadap
stimulus), Evalution(menimbang baik buruknya stimulus terhadap dirinya), Trial (orang
yang telah mulai mencoba perilaku baru), dan Adoption (subjek yang telah berperilaku
baru). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut
akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan
seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang di hadapinya. Pengetahuan dapat
diperoleh dari pengalaman langsung maupun pengalaman dari orang lain (Notoatmodjo,
2005).

Dukungan Orang Tua


Dukungan dapat digambarkan sebagai perasaan memiliki bahwa seseorang merupakan
peserta aktif di dalam kegiatan sehari-hari (Akhmadi,2009).
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu dan merupakan
hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga
(Akhmadi, 2009). Orang tua tersebut juga mempunyai fungsi dan peranan penting dalam
keluarga, yaitu menanamkan kehidupan beragama, memberikan pendidikan dalam masa
perkembangan anak, menjadi penghubung dalam kehidupan sosial anak, dan
memberikan nafkah ekonomi demi keberlangsungan anak (Soelaeman, 2008).
Menurut Fadly (2009), keluarga adalah unit/satuan masyarakat yang terkecil yang
sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Keluarga biasanya terdiri
dari suami, istri, dan juga anak-anak yang selalu menjaga rasa aman dan ketentraman
ketika menghadapi segala sukda duka hidup dalam eratnya arti ikatan luhur hidup
bersama (Pierce, 2000).
Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang
yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan (Akhmadi, 2009). Sedangkan menurut Pierce (dalam Kail & Cavanaugh 2000)
mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber emosional, informasional atau
pendampingan yang diberikan oleh orang-orang disekitar individu untuk menghadapi
setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan
(Akhmadi, 2009).
Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil
penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif
menggambarkan pengalaman-pengalaman mengenai perkembangan. Anak-anak yang
berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari
keluarga yang besar. Selain itu dukungan yang diberikan orang tua (khususnya ibu) juga
dipengaruhi oleh usia.
Remaja
Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini mencakup kematangan mental, emosional,
sosial dan fisik dan memiliki aspek yang efektif (Maman, 2009).
Menurut Konopka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15
tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; dan (c) remaja akhir: 19-22 tahun. Sementara
Salzman (1988) mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap
tergantung (dependence) terhadap orang tua kearah kemandirian (independence),
minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan
isu-isu moral. Remaja awal merupakan segmen perkembangan individu yang sangat
penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu
bereproduksi.

Merokok
Pengertian rokok menurut Bambang Trim (2006) adalah silinder dari kertas berukuran
panjang sekitar 120 milimeter dengan diameter sekitar 10 milimeter yang berisi daun-
daun tembakau yang telah dicacah. Sedangkan menurut Mangku Sitepoe (2000)
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok yang
tengah dibakar adalah 900C untuk ujung rokok yang dibakar dan 30C untuk ujung
rokok yang terselip di antara bibir perokok. Asap rokok yang diisap melalui mulut
disebut mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok
yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok
disebut sidestream smoke. sidestream smoke atau asap sidestream mengakibatkan
seseorang menjadi perokok pasif (Sitepoe, 2000). Pengertian tembakau adalah genus
tanaman yang berdaun lebar yang berasal dari daerah Amerika Utara dan Amerika
Selatan. Daun dari pohon ini sering digunakan sebagai bahan baku rokok, baik dengan
menggunakan pipa maupun digulung dalam bentuk rokok atau cerutu. Daun tembakau
dapat pula dikunyah atau dikulum, dan ada pula yang menghisap bubuk tembakau
melalui hidung. Tembakau mengandung zat alkaloid nikotin sejenis neurotoxin yang
sangat ampuh jika digunakan pada serangga. Zat ini sering digunakan sebagai bahan
utama insektisida (Trim, 2006).
Menurut Leventhal & Cleary (1980) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga
seorang individu benar-benar menjadi perokok, yaitu: tahap preparation,
tahap initiation, tahap becoming a smoker, tahap maintenance of smoking.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitikdengan desain Cross sectional. Variabel
dependen penelitian ini adalah kejadian merokok pada remaja usia 13-15
tahun.Sedangkan variabel independennya adalah tingkat pengetahuan remaja dan
dukungan orang tua.
Populasi yang digunakan peneliti adalah sebanyak 239 orang remaja yang berusia 13-15
tahun pada bulan Januari 2011 di SMP Negeri 1 Sampang.Jumlah sampel berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi didapat besar sampel 150 remaja.
Pada penelitian ini menggunakan Probability sampling dengan Stratified random
sampling. Penelitian akan dilakukan oleh peneliti pada bulan Maret sampai dengan April
2011 di SMP Negeri 1 Sampang.Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui
kuesioner yang dibagikan kepada responden yang diteliti. Kemudian data yang diperoleh
dikelola agar menjadi informasi yang dibutuhkan. Analisis data menggunakan uji
statistik chi kuadrat dengan 0,05.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Tempat penelitian
SMP Negeri 1 Sampang berdiri pada tanggal 23 September 1970. Jumlah siswa SMP
Negeri 1 Sampang pada tahun 2011 adalah 779 siswa.SMP Negeri 1 Sampang memiliki
beberapa ruang yang menjadi fasilitas sekolah yaitu : 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang
guru, 1 ruang TU, 1 perpustakaan, 3 Laboraturium, 1 ruang UKS, 1 koperasi sekolah, 1
kantin, 1 musholla, 1 ruang BK, dan 24 kelas bagi siswa kelas VII sampai dengan kelas
IX.SMP Negeri 1 Sampang memiliki beberapa kegiatan penyuluhan yang dilakukan rutin
setiap satu bulan sekali oleh pihak sekolah yaitu penyuluhan mengenai kesehatan
reproduksi, merokok, kebersihan lingkungan, dan makanan yang bergizi.

Karakteristik Umum Responden


Karakteristik umum responden dalam penelitian ini adalah umur responden. Hasil
penelitian tentang umur responden adalah :

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Siswa Kelas VIII dan IX Berdasarkan Usia Di SMP Negeri 1 Sampang
Tahun Pelajaran 2010-2011
Kelompok Usia Jumlah Prosentase
13 16 10,7 %
14 85 56,7 %
15 49 32,6 %
Total 150 100 %
Sumber : Perolehan data di lapangan

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah siswa
terbanyak pada usia 14 tahun lebih dari setengah responden yaitu 56,7 % atau
sebanyak 85 siswa.

Tingkat Pengetahuan RemajaTentang Merokok


Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja tentang kejadian merokok di SMP
Negeri 1 Sampang adalah :

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kejadian Merokok Di SMP
Negeri 1 Sampang Kabupaten Sampang
Tingkat Pengetahuan Jumlah Prosentase
Baik 54 36 %
Cukup 77 51,3 %
Kurang 19 12,7 %
Total 150 100 %
Sumber : Perolehan data di lapangan

Berdasarkan hasil penelitian pada table 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden


dengan pengetahuan cukup yaitu sebanyak 77 siswa (51,3%).Kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa remaja yang berpengetahuan cukup tersebut hanya mengetahui
bahaya dari rokok tersebut namun mereka tidak mengetahui tentang efek samping dan
akibat yang akan terjadi pada diri mereka nantinya.Pihak sekolah telah melakukan
kegiatan rutin tiap bulan yaitu penyuluhan mengenai rokok. Dan penyuluhan tersebut
dihadiri oleh seluruh siswa SMP Negeri 1 Sampang dengan harapan para remaja tersebut
tidak merokok dan mengetahui bahaya dari rokok tersebut.
Merokok pada remaja merupakan suatu hal yang alamiah, sehingga tidak perlu menjadi
perhatian bagi masyarakat. Informasi tidak hanya diperoleh dari media cetak maupun
elektronik, melainkan juga diperoleh dari penyuluhan atau konseling dari pihak sekolah.
Pernyataan yang mendukung tentang adanya hubungan pengetahuan tentang kejadian
merokok pada remaja juga telah dijabarkan pada kuesioner nomor 1 sampai dengan
nomor 10, misalnya mengenai zat-zat yang terkandung dalam rokok, pengertian rokok,
bahaya dan efek samping dalam rokok. Dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa tahu tentang rokok, bahaya rokok dan efek samping dari rokok.
Hal ini disebabkan sebagian besar remaja mendapatkan pengetahuan dari pengalaman
orang lain, misalnya remaja mengetahui kejadian merokok dari keluarga atau teman
sebaya. Pengalaman merupakan suatu cara memperoleh kebenaran baik dari
pengalaman diri atau arang lain, hal tersebut dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
(Notoatmodjo, 2003).
Di samping pengalaman, pengetahuan juga dapat diperoleh dari informasi melalui
media cetak maupun elektronik, dimana pada saat ini telah banyak disajikan dalam hal-
hal yang berkaitan dengan merokok baik di televisi, radio, koran ataupun majalah. Ada
tidaknya informasi kesehatan atau fasilitas kesehatan akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang, sehingga hal ini akan mendukung seseorang untuk berperilaku atau
bertindak (Notoatmodjo, 2003).

Dukungan Orang Tua Tentang Kejadian Merokok


Hasil penelitian tentang dukungan orang tua dengan kejadian merokok pada remaja di
SMP Negeri 1 Sampang adalah :
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Dukungan Orang Tua Dengan Kejadian Merokok Di SMP Negeri 1
Sampang Kabupaten Sampang
Dukungan Orang Tua Jumlah Prosentase
Mendukung 78 52 %
Tidak Mendukung 72 48 %
Total 150 100 %
Sumber : Perolehan data di lapangan

Berdasarkan hasil penelitian pada table 3 bahwa lebih dari setengah responden
didapatkan sikap orang tua yang mendukung kejadian merokok sebanyak 78 orang
(52%). Hal ini disebabkan kurang mengertinya bahaya dan dampak negatif dari
merokok khususnya. faktor pengalaman juga yang menyebabkan orang tua untuk
memberikan dukungan dalam kejadian merokok, pengalaman secara turun-temurun
dalam merokok juga didasari oleh kurangnya pengetahuan orang tua tentang bahaya
merokok sebelum waktunya.
Pernyataan yang mendukung tentang adanya dukungan orang tua tentang kejadian
merokok dapat dilihat dari hasil jawaban kuesioner nomor 6 dan 10 yang menunjukkan
hasil bahwa sebagian besar orang tua mendukung untuk merokok, meniru orang tuanya
yang merokok, dan memberikan uang saku yang lebih kepada anaknya.
Sesuai dengan teori Haduk (1997) bahwa dukungan dapat digambarkan sebagai
perasaan memiliki bahwa seseorang merupakan peserta aktif di dalam kegiatan sehari-
hari. Selain itu, dukungan orang tua juga berperan penting dalam menentukan
kesehatan putra-putri mereka, jika seluruh orang tua tidak mendukung untuk merokok
dan bahkan memperhatikan dukungannya dalam beberapa hal maka remaja akan
merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan lebih siap untuk menjalani masa depannya
di kemudian hari.

Kejadian Merokok Pada Remaja


Hasil penelitian kejadian merokok pada remaja di SMP Negeri 1 Sampang Kabupaten
Sampang adalah :

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kejadian Merokok Di SMP Negeri 1 Sampang Kabupaten Sampang
Kejadian Merokok Jumlah Prosentase
Ya 77 51,3 %
Tidak 73 48,7 %
Total 150 100 %
Sumber : Perolehan data di lapangan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa lebih dari setengah
responden yaitu sebanyak 77 siswa (51,3%) yang merokok. Hal ini disebabkan
mayoritas remaja yang merokok memiliki pengetahuan yang kurang tentang pentingnya
kesehatan mereka dan dukungan orang tua untuk tidak merokok pada usia 13-15
tahun.Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa SMP Negeri 1
Sampang yang merokok karena faktor umur mereka yang masih muda dan cenderung
ingin mencoba hal-hal baru dalam diri mereka. Dan faktor lain yaitu dalam pergaulan.
Apabila mereka bergaul dengan teman yang merokok maka mereka akan gampang
terpengaruh untuk merokok pula.
Kebiasaan remaja yang sulit dihindari ialah merokok, kebiasaan merokok pada remaja
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain karena masa perkembangan anak
yang mencari identitas diri dan selalu ingin mencoba hal baru yang ada di
lingkungannya. Oleh karena itu, keluarga dan teman sebaya adalah orang-orang yang
akan sangat mempengaruhi kebiasaan remaja. Jika orang tua dan teman sebaya
merokok, maka sangat memungkinkan untuk diikuti oleh remaja. Selain itu, tayangan
media yang menayangkan tokoh idola remaja yang mengisap rokok akan mendorong
remaja untuk mengikutinya. Kebiasaan merokok antara lain berhubungan dengan media
(Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010).

Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Dengan Kejadian Merokok Pada


Remaja Usia 13-15 Tahun
Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan remaja dengan kejadian merokok pada
remaja usia 13-15 tahun di SMP Negeri 1 Sampang adalah :

Tabel 5
Tabulasi silang antara tingkat pengetahuan remaja dengan kejadian merokok pada
remaja usia 13-15 tahun di SMP Negeri 1 Sampang
Kejadian Merokok Total
Pengetahuan Tidak Merokok Merokok
N % N % N %
Baik 27 50 27 50 54 100
Cukup 41 53,2 36 46,8 77 100
Kurang 5 26,3 14 73,7 19 100
Total 73 48,7 77 51,3 150 100
Uji Statistik Chi-Squarervalue = 0,000 ; = 0,05

Tabel5 menunjukkan bahwa pada uji statistik Chi-Square dengan tingkat signifikan =
0,05 dan rvalue = 0,000 mengenai tingkat pengetahuan tentang kejadian merokok
dengan demikian maka didapatkan r> (0,106 > 0,05). Jadi tidak ada hubungan tingkat
pengetahuan dengan kejadian merokok pada remaja pria usia 13-15 tahun.
Anak merokok secara psikologis tidak dipersiapkan tentang perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi pada remaja tersebut, pengalaman akan perubahan itu dapat
merupakan pengalaman traumatis. Sehingga untuk mengaplikasikan suatu bentuk sikap
positif terutama dalam menghadapi suatu masa dimana terjadi perubahan yang cukup
besar pada diri manusia khususnya remaja, sangat dibutuhkan adanya dasar
pengetahuan yang didapat secara formal maupun nonformal.
Remaja yang berpengetahuan cukup cenderung memiliki pengetahuan yang cukup untuk
tidak merokok. Hal tersebut berdasarkan kenyataan bahwa remaja telah mendapatkan
informasi mengenai rokok, sehingga mereka dapat lebih memahami akan dampak-
dampak negatif mengenai rokok tersebut dan dapat menerima dengan baik serta
menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang bersifat alamiah. Sebaliknya, apabila
remaja kurang mendapat informasi dalam artian memiliki pengetahuan yang rendah
tentang rokok, maka akan berdampak pada persepsi mereka tentang kejadian merokok
sehingga mereka cenderung akan bersikap menerima terhadap kejadian merokok pada
remaja dan cenderung mereka yang berpengetahuan kurang akan meniru hal tersebut
yaitu merokok (Juliansyah, 2010).

Hubungan Dukungan Orang Tua Dengan Kejadian Merokok Pada Remaja Usia
13-15 Tahun
Hasil analisis hubungan dukungan orang tua dengan kejadian merokok pada remaja usia
13-15 tahun di SMP Negeri 1 Ketapang adalah :

Tabel 6
Tabulasi silang antara dukungan orang tua dengan kejadian merokok pada remaja usia
13-15 tahun di SMP Negeri 1 Sampang
Dukungan Kejadian Merokok Total
OrangTua Merokok Tidak Merokok
N % N % N %
Mendukung 62 79,5 16 20,5 78 100
TidakMendukung 15 20,8 57 79,2 72 100
Total 77 51,3 73 48,7 150 100
Uji Statistik Chi-Squarervalue = 0,000 ; = 0,05

Tabel 6 menunjukkan bahwa pada uji statistik Chi-Square dengan tingkat signifikan =
0,05 dan rvalue = 0,000 mengenai dukungan orang tua tentang kejadian merokok
dengan demikian maka didapatkan r< = (0,000 < 0,05). Jadi ada hubungan dukungan
orang tua dengan kejadian merokok pada remaja usia 13-15 tahun.Hal ini dapat
disimpulkan bahwa lebih banyak responden yang didukung oleh orang tuanya untuk
merokok. Fenomena ini terjadi karena orang tua yang tidak dapat memberikan perhatian
khusus untuk pertumbuhan dan perkembangan putra-putri mereka, sehingga
menyebabkan putra-putri mereka cenderung bebas bergaul tanpa memikirkan mana
yang baik dan mana yang buruk bagi diri mereka. Selain faktor perhatian orang tua,
figur contoh juga dapat menyebabkan remaja untuk merokok, misalnya didalam
keluarga terdapat anggota keluarga yang merokok, maka para remaja cenderung akan
meniru anggota keluarga tersebut untuk merokok. Dalam keluarga dengan tingkat
peraturan dan pengawasan yang lebih ketat akan menurunkan tingkat perilaku merokok
secara drastis.
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal
dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memerhatikan
anak-anaknya dan senang memberikan hukuman fisik yang keras, lebih mudah untuk
menjadi perokok dibandingkan anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah
tangga yang bahagia (Trim, 2006).
Salah satu pengaruh yang menyebabkan seorang remaja merokok adalah jika orang
tuanya sendiri menjadi figur contoh, yaitu sebagai perokok berat. Dengan kata lain,
apabila orang tuanya seorang perokok, sangat besar kemungkinan anak-anaknya pun
menjadi seorang perokok. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang
tinggal dengan satu orangtua (single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku
sebagai perokok bila ibu mereka merokok daripada ayah yang merokok, hal ini juga
akan lebih terlihat pada remaja putri (Trim, 2006).

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan remaja dengan kejadian merokok pada remaja
pria usia 13-15 tahun di SMP Negeri 1 Sampang.
Ada hubungan dukungan orang tua dengan kejadian merokok pada remaja pria usia 13-
15 tahun di SMP Negeri 1 Sampang.

Saran
Institusi pendidikan perlu meningkatkan pengenalan baik teori maupun strategi atau
kiat-kiat dalam menghadapi kejadian merokok khususnya, misalnya dengan
diadakannya konseling tiap minggu oleh pihak BK dan diadakan penyuluhan oleh pihak
kesehatan ke sekolah-sekolah mengenai dampak merokok.

DAFTAR PUSTAKA
Admin.(2010).Pengertian Orang Tua. Bersumber dari www.definisi-
pengertian.blogspot.com (Diakses tanggal 4 Februari 2011)
Akhmadi. (2009). Dukungan Keluarga. Bersumber dari www.rajawana.com. (Diakses
tanggal 4 Februari 2011)
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT
Rineka Cipta
Awam. (2010). Pengertian Kepribadian. Bersumber dari www.psikologizone.com. (Diakses
tanggal 23 Desember 2010
Dahlan, M. Djawad. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja
Rosda Karya
Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
Hidayat, Aziz Alimul. 2003. Riset Keperawatan & Tekhnik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika
Iervanzone. (2009). Pengertian Perokok Aktif dan Pasif. Bersumber
dari iervanzone.blogspot.com. (Diakses tanggal 17 Januari 2011)
Iskandar, Yeni Hendriani. (2010). Pengertian Teman. Bersumber
dari nersferdinanskeperawatan.wordpress.com. (Diakses tanggal 23 Desember 2010)
Juliansyah, Fajar. (2010).Perilaku Merokok Pada Remaja. Bersumber
dari www.atmajaya.ac.id. (Diakses tanggal 23 Desember 2010)
Maman. (2009). Teori Perilaku Merokok. Bersumber dari www.unikunik.wordpress.com.
(Diakses tanggal 23 Desember 2010)
Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara
Mastegar.(2010). Pengertian Lingkungan. Bersumber dari www.mastegar.blogspot.com.
(Diakses tanggal 23 Desember 2010)
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
_____________2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta :
Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Sitepoe, Mangku. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta : Grasindo
Soetjiningsih. 2007.Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV.
Sagung Seto
Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Tatiratu, Putra. (2008). Pengertian Kepribadian Secara Umum. Bersumber
dari www.putra-tatiratu.blogspot.com. (Diakses tanggal 23 Desember 2010)
Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010.Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya.
Jakarta : Salemba Medika
Trim, Bambang. 2006. Merokok Itu Konyol. Jakarta : Ganeca Exact
Wikipedia .(2009).Pengertian Psikologi. Bersumber dari www.ilmu-psikologi.blogspot.com.
(Diakses tanggal 23 Desember 2010)

You might also like