You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era modern seperti saat ini kebanyakan orang sibuk dengan pekerjaan
mereka untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Namun, karena kesibukan itu
orang-orang sering lupa dengan kesehatan dan kebugaran fisik mereka. Kesehatan
dan kebugaran fisik adalah suatu keadaan tubuh yang mampu memelihara
ketersediaan energi sebelum, selama, dan sesudah beraktivitas. Seseorang
dikatakan fit dan bugar apabila dapat menghadapi kebutuhan gerakan dan
pekerjaan sehari-hari dengan aman dan efektif, memenuhi fungsinya dalam
keluarga dan masyarakat, serta menikmati kegiatan rekreasi pilihannya tanpa
merasa lelah.

Kesehatan fisik yang buruk dapat menyebabkan kemampuan bekerja mereka


juga berkurang. Untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran fisik dapat
dilakukan dengan berolahraga dan mengukur perkembangan dari fisik mereka.
Contoh olahraga dengan biaya paling murah dan dapat dilakukan dimana saja
yaitu berlari. Berlari dapat menjaga kesehatan fisik karena melibatkan berbagai
kemampuan organ tubuh, seperti jantung, paru-paru, dan sistem peredaran darah.
Jantung memiliki peranan yang sangat penting untuk mensuplai darah ke seluruh
tubuh. Peredaran darah berperan penting untuk menyediakan oksigen ke seluruh
tubuh melalui paru-paru. Jadi kapasitas paru dalam hal ini menentukan
kemampuan seseorang dalam kegiatan jasmani yang diukur dengan menentukan
tingkatan nilai VO2 Max. Untuk mengetahui tingkat kebugaran seseorang dapat
dilakukan dengan tes. Tes dalam hal ini adalah prosedur yang digunakan dalam
rangka pengukuran dan penilaian. Untuk mengukur tingkat kebugaran terdapat
beberapa tes yang digunakan, salah satunya tes Balked an Tes Cooper. Dari kedua
tes ini tentunya memiliki prosedur yang berbeda, akan tetapi dengan tujuan sama
yaitu mengukur nilai kebugaran fisik seseorang (Sukadiyanto,2009).

1
Oleh karena itu, kami tertarik untuk melakukan suatu analisis kebugaran fisik
dengan judul Peran Tes Cooper dan Tes Balke terhadap Pengukuran Tingkat
Kebugaran Fisik Seseorang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka


permasalahan yang dapat dirumusan sebagai berikut.

a. Bagaimana cara mengetahui tingkat kebugaran fisik seseorang?


b. Apakah terdapat perbedaan tes Balke dengan tes Cooper?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui :

Tingkat kebugaran fisik dari seseorang dinilai dari perubahan


denyut nadi dan tekanan darah dari fase istirahat, fase aktivitas ringan, dan
fase aktivitas berat.

Perbedaan tes Balke dengan tes Cooper terhadap pengukuran nilai


daya tahan serta kebugaran fisik seseorang.

1.4 Manfaat

Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan yang dibahas, karya


tulis ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

a. Menambah wawasan pemahaman mengenai keadaan daya tahan tubuh


yang berkaitan dengan VO2 Max.

b. Agar dapat digunakan sebagai bahan informasi serta kajian penelitian,


khsususnya bagi peningkatan prestasi seorang atlet karena faktor kondisi
fisik.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Hakikat Kondisi Fisik

Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen


yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun
pemeliharaannya. Status kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika
memulai latihan semenjak usia dini dan dilakukan secara terus menerus.
Kondisi fisik identic dengan aktivitas fisik tentu saja memiliki
komponen yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui baik dan
buruknya kondisi fisik seseorang. Komponen tersebut berhubugan
dengan kemampuan atau ketrampilan yang dimiliki tubuh manusia
(komponen biomotorik), berupa kekuatan, daya tahan, kecepatan,
kelentukan, dan koordinasi (Ahmadi,2007).

2.2 Hakikat Daya Tahan

Daya tahan merupakan salah satu komponen utama atau dasar dari
kemampuan biomotorik. Komponen biomotorik daya tahan umunya
digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui tingkat kebugaran
jasmani (physical fitness) seseorang, yang ditinjau dari kemampuan
kerja otot dalam jangka waktu tertentu (Sukadiyanto,2009).

2.3 Hakikat VO2 Max

VO2 Max (penggunaan oksigen maksimal) adalah tempo tercepat


dimana seseorang dapat menggunakan oksigen selama berolahraga
dengan satuan ml/kg/mnt. VO2 Max mengacu pada kecepatan
maksimum pemakaian oksigen, bukan hanya dari banyaknya oksigen
yang diambil. Kemampuan atau kapasitas seseorang untuk
menggunakan oksigen sebanyak-banyaknya merupakan indikator
tingkat kesegaran jasmani seseorang antara curah jantung maksimal
dengan kolerasi dari aktivitas aerob dan anaerob (metabolisme tubuh).
Nilai VO2 Max bersifat relatif terhadap berat badan. Beberapa faktor
yang memengaruhi nilai VO2 Max seseorang, diantaranya fungsi paru-

3
paru & jantung, metabolisme pada otot, Body Mass Indeks (BMI),
keturunan, dan keadaan latihan (Sukadiyanto,2009).

2.4 Pengukuran VO2 Max

Ada beberapa bentuk tes daya tahan umum (general endurance),


diantaranya (a) tes cooper lari 2,4 km, (b) tes cooper lari 12 menit, (c)
tes lari naik turun tangga, (d) tes balke lari 4,8 km, (e) tes balke lari 15
menit, (f) tes multisage (lari bolak balik). Nilai dari tes balke diperoleh
dari hasil jarak tempuh selama 15 menit dimasukkan ke dalam rumus :

VO2 Max = Jarak Tempuh (m)/15 (mnt) = hasil (1),

Hasil (1) - 133 = hasil (2),

Hasil (2) x 0,172 = hasil (3),

Hasil (3) + 33,3 = hasil akhir (VO2 Max)

Sementara nilai dari tes cooper diperoleh dari hasil jarak tempuh
selama 12 menit dimasukkan ke dalam rumus :

VO2 Max = Jarak Tempuh (m)/12 (mnt) = hasil (1),

Hasil (1) - 133 = hasil (2),

Hasil (2) x 0,172 = hasil (3),

Hasil (3) + 33,3 = hasil akhir (VO2 Max)

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai VO2 Max

1. Umur

Puncak nilai VO2 Max optimal pada pria dan wanita kurang lebih
usia 18-20 tahun. Penurunan nilai VO2 Max dimulai pada usia 25 tahun
disebabkan karena beberapa hal seperti reduksi denyut jantung maksial.

2. Jenis Kelamin

Kemampuan biomotorik wanita sekitar 20% lebih rendah dari pria


pada usia yang sama. Hal ini karena perbedaan hormonal yang

4
menyebabkan konsentrasi hemoglobin lebih rendah dan bobot lemak
dalam tubuh lebih besar.

3. Suhu

Pada fase menstruasi, kadar progesterone meningkat. Efek


termogenik progesterone (meningkatkan suhu basal tubuh) akan
berdampak pada meningkatnya BMR yang akan mempengaruhi kinerja
dari sistem kardiovaskular dan tentunya bisa mengubah nilai VO2 Max.

4. Keadaan Latihan

Latihan fisik yang efektif bersifat daya tahan (endurance) meliputi


durasi, frekuensi, dan intensitas tertentu dapat mempengaruhi nilai VO2
Max tergantung tingkatan dan keteraturan latihan tersebut.

2.6 Faktor-Faktor Yang Menentukan Nilai VO2 Max

1. Kapasitas Vital dan Kualitas Difusi Paru-Paru

Semakin tinggi volume paru akan semakin mudah darah (Hemoglobin)


dalam mengikat oksigen dan melepaskan karbon dioksida di dalam paru.
Permukaan alveoli dalam volume paru yang bersih akan menentukan difusi
(pertukaran gas). Pada perokok aktif terjadi volume paru yang tinggi, tetapi
permukaan alveoli tertutup nikotin sehingga kemampuan difusinya rendah.

2. Kadar Hemoglobin

Kadar Hb akan berfungsi untuk mengikat oksigen, yang kemudia


diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Bagi atlet kadar Hb untuk putra 16 gr% dan
putri 14 gr%. Meskipun demikian jika terlalu tinggi melebihi batas normal juga
tidak baik. Hb menempel pada eritrosit, sehingga jika kadar terlalu tinggi, eritrosit
juga tinggi dan darah akan semakin mengental yang akhirnya berat untuk
didistribusikan. Dengan demikian, jantung akan mempunyai beban lebih berat
yang dapat mengakibatkan terjadinya payah jantung.

3. Kualitas dan Kuantitas Pembuluh Darah

5
Pembuluh darah yang bersih dan elastis akan menentukan kualitas
sirkulasi darah. Ketika beraktivitas makin banyak darah yang beredar, pembuluh
darah juga harus mampu melebar (dilatasi) agar dapat menjadi lebih lancar.
Pembuluh darah yang cukup banyak juga akan mempermudah aliran darah.

4. Kualitas Jantung

Jantung mempunyai volume atau ruang besar pada atrium dan ventrikel
yang akan menghasilkan volume sedenyut yang lebih besar. Dengan demikian,
darah dapat dipompakan oleh jantung menjadi lebih banyak.

5. Berat Badan (Body Mass Indeks)

Penambahan berat badan karena meningkatnya cadangan lemak di sel


adipose, glikogen otot, serta membesar dan memadatnya tulang dapat menurunkan
nilai VO2 Max (Pranatahadhi,2012).

2.7 Alat dan Bahan

1. Tensimeter (Sphygmomanometer)

2. Stetoskop

3. Stopwatch

4. Termometer Lingkungan

5. Alat Tulis

2.8 Langkah Kerja

Untuk mengukur VO2Max, ada beberapa tes yang lazim


digunakan. Tes ini harus dapat diukur dan mudah dilaksanakan, serta tidak
membutuhkan keterampilan khusus untuk melakukannya.

1) Tes Balke (Lari 15 Menit)

Menurut Sukadiyanto (2009) tes ini merupakan cara untuk


menghitung prediksi VO2Max para olahragawan menggunakan jarak
tempuh lari selama 15 menit. Adapun caranya olahragawan berlari selama
15 menit, kemudian dicatat hasil jarak tempuh yang dicapai olahragawan

6
saat berlari selama waktu 15 menit tersebut. Tes ini tergolong mudah
pelaksanaannya karena memerlukan peralatan yang

sederhana, antara lain:

a) Lapangan atau lintasan lari 400 m yang jaraknya jelas atau tidak terlalu
jauh, maksudnya adalah lintasan dapat dilihat dengan jelas oleh pengetes.

b) Penanda jarak atau bendera kecil untuk menandai jarak lintasan

c) Stopwatch atau alat pengukur waktu dalam satuan menit.

d) Adapun protokol pelaksanaan tesnya adalah sebagai berikut;

(1) Peserta tes berdiri di garis start dan bersikap untuk berlari secepat-
cepatnya selama 15 menit.

(2) Bersamaan dengan aba-aba Ya Peserta tes mulai berlari dengan


pencatat waktu mulai meng-ONkan stopwatch.

(3) Selama waktu 15 menit, pengetes memberi aba-aba berhenti, dimana


bersamaan dengan itu stopwatch dimatikan dan peserta menancapkan
bendera yang telah disiapkan sebagai penanda jarak yang telah
ditempuhnya.

(4) Pengetes mengukur jarak yang ditempuh peserta tes yang telah
ditempuh selama 15 menit, dengan meteran.

2) Tes Cooper

Uji Cooper digunakan untuk memantau perkembangan atlet daya


tahan aerobik dan memperoleh perkiraan VO2Max. Pelaksanaan tes
sebagai berikut:

a) Peralatan; 400 meter track, Stopwatch, peluit, Asisten

b) Tes ini mengharuskan atlet untuk lari sejauh mungkin dalam 12 menit.

(1) Atlet pemanasan selama 10 menit

7
(2) Asisten memberikan perintah "GO", mulai stopwatch dan atlet dimulai
tes

(3) Asisten terus member atlet informasi dari waktu yang tersisa pada
akhir setiap putaran (400 m)

(4) Asisten bertiup peluit ketika 12 menit telah berlalu dan mencatat

jarak atlet tertutup ke 10 meter terdekat (Putra,2013)

2.9 Laporam Hasil

Hasil Body Mass Indeks :

Nama Tinggi Badan Berat Badan BMI


Martha 172 cm/1,72 m 57 kg 19,25
Eddy 170 cm/1,7 m 73 kg 25,25

Dalam hal ini, berat badan dan BMI memengaruhi kemampuan berlari
seseorang. Semakin berat dan tinggi BMI, maka semakin berat beban yang dibawa
saat berlari sehingga lebih cepat lelah.

Hasil Denyut Nadi :

Nama Sebelum Setelah Setelah Lari


Pemanasan Pemanasan
Martha 72 x/ menit 80 x/ menit 85 x/menit
Eddy 80 x/ menit 84 x/ menit 132 x/ menit

8
Keterangan :

Denyut Nadi Maksimal: [Rumus: 220 - Umur]

Aktivitas Maksimal: [Denyut Nadi Aktivitas/ Denyut Nadi Maksimal x 100%]

Pembakaran Lemak: [Denyut Nadi Aktivitas - Umur x 70%]

Denyut Nadi Maksimal:

1. Martha : 220-19 (umur) = 201 x per menit


2. Eddy : 220-19 (umur) = 201 x per menit

Aktivitas Maksimal :
1. Martha (Aktivitas Ringan) 80/201 x 100% = 39,8 %
(Aktivitas Berat) 85/201 x 100% = 42,2 %
2. Eddy (Aktivitas Ringan) 84/201 x 100% = 41,8 %
(Aktivitas Berat) 132/201x 100% =65,6 %

Pembakaran Lemak :
1. Martha (Aktivitas Ringan) 80 - 19 x 70% = 4.2 kalori/menit
(Aktivitas Berat) 85 - 19 x 70% = 4.6 kalori/menit
2. Eddy (Aktivitas Ringan) 84 - 19 x 70% = 4.5 kalori/menit
(Aktivitas Berat) 132 - 19x70% = 7.9 kalori/menit

Menurut perhitungan tersebut berarti Martha menggunakan 39,8% (setelah


pemanasan) dan 42,2 % (setelah lari) dari denyut nadi maksimalnya yaitu 201
dengan jumlah pembakaran lemak sekitar 4.2 kalori/menit saat aktivitas ringan
dan 4.6 kalori/ menit saat aktivitas berat. Sedangkan Eddy menggunakan 41,8
(setelah pemanasan) dan 65,6% (setelah lari) dari denyut nadi maksimalnya yaitu
201 dengan jumlah pembakaran lemak sekitar 4.5 kalori/menit saat aktivitas
ringan dan 7.9 kalori/ menit saat aktivitas berat.

Hasil Tekanan Darah :

Ketentuan tekanan darah sistole dan diastole :

Sistole (naik maksimal) = 20


Diastole (turun maksimal) = 10

Bila melewati ketentuan maka mengalami kelainan

9
Nama Sebelum Setelah Setelah Penjelasan
Pemanasan Pemanasan Lari
Martha 110/85 120/80 125/85 Tekanan darah naik
mmHg mmHg mmHg secara bertahap sesuai
aktivitas (diastolik turun
saat setelah pemanasan,
kemungkinan jantung
lebih sempit saat relaksasi
sehingga darah lebih
sedikit ke jantung atau
karena kesalahan dalam
pengukuran tensi)

Eddy 121/80 127/82 132/85 Tekanan darah naik


mmHg mmHg mmHg secara bertahap sesuai
aktivitas

Waktu Tidur :

Nama Tidur Malam Bangun Pagi Rentang Tidur


Martha Pukul 23.00 Pukul 03.30 WITA 4 jam 30 menit
WITA
Eddy Pukul 22.00 Pukul 04.30 WITA 6 jam 30 menit
WITA
Dengan pengamatan ini, seharusnya Eddy lebih bugar karena Eddy
memiliki waktu istirahat yang lebih banyak. Namun ada beberapa faktor lain yang
memengaruhi kemampuannya seperti suhu lingkungan, BMI, serta seberapa
sering berolahraga. Dalam hal ini Martha lebih sering berolahraga.

Aktifitas Lari :

Nama Suhu Waktu Jarak Durasi


Lingkungan
Martha 25 o C Pukul 06.45 2,4 km/ 2400m 12,44 mnt/728,4 s
WITA

10
Eddy 27 o C Pukul 07.40 2,4 km/ 2400m 13,38 mnt/ 922,8 s
WITA
Dalam pengamatan ini, kemampuan lari sesorang dipengaruhi oleh suhu
lingkungan. Semakin tinggi suhu, keringat yang dikeluarkan pun menjadi lebih
banyak sehingga energi banyak terkuras. Namun terdapat faktor juga yang
memengaruhi kemampuan berlari Martha dan Eddy.

VO2 Max :

Gambar (kiri) Tabel Nilai Tes Balke dan (kanan) Tabel nilai tes Cooper

Nama Pengukuran VO2 Penjelasan


Max
Martha Teori Cooper (42.3675 Lebih efektif menggunakan teori Cooper
ml/kg/min) karena pengukuran jarak tempuh yang
dituju dari segi durasi waktu yang
diperoleh yaitu 12 menit.
Eddy Teori Balke (37.944 Lebih efektif menggunakan teori Balke
ml/kg/min) karena pengukuran jarak tempuh yang
dituju dari segi durasi waktu yang
diperoleh yaitu 15 menit.

11
Semakin bagus VO2 Max seseorang maka semakin tinggi kadar
oksigen yang diangkut. Bila ia adalah seorang atlet maka oksigen yang
diangkut semakin tinggi karena diiringi dengan latihan yang optimal.

12
BAB III

PENUTUP

I. Simpulan

Pengukuran Martha Eddy


Body Mass Indeks Normal Overweight
Denyut Nadi Ada Peningkatan Ada Peningkatan
Tekanan Darah Naik Bertahap Naik Bertahap
Waktu Tidur 04 jam 30 menit 06 jam 30 menit
Suhu Lingkungan 25 o C 27 o C
Aktivitas Lari 12,44 menit 13,38 menit
VO2 Max Teori Cooper Teori Balke
Simpulan Analisis Kebugaran Fisik dari Awal sampai Akhir :

Semakin meningkat beban aktivitas seseorang, semakin tinggi pula denyut


nadi dan tekanan darah seseorang, karena jantung memerlukan suplai oksigen
yang banyak saat beraktivitas, sehingga darah dipompa oleh jantung dengan cepat.

Berdasarkan pengamatan aktivitas lari yang telah dilakukan, cepat waktu


yang ditempuh dengan jarak 2,4 km tergantung dari faktor kondisi fisik seseorang,
suhu lingkungan, body mass indeks, waktu beristirahat, dan seringnya
berolahraga. Semakin tinggi nilai BMI maka kemampuan berlari akan menjadi
lebih rendah dibandingkan dengan seseorang yang memiliki BMI rendah. Selain
itu kondisi sehat atau tidaknya seseorang memengaruhi kemampuan berlari. Suhu
lingkungan yang makin tinggi menyebabkan kelelahan yang cepat karena selain
mengeluarkan keringat saat berlari namun juga terjadi pengeluaran keringat
karena efek dari panasnya lingkungan. Seorang atlet dengan non atlet memiliki
hasil signifikan saat berlari, fisik atlet sudah terlatih terus menerus sehingga
kemampuannya pun meningkat, dan begitu pula sebaliknya. Semua faktor
berkaitan satu dengan yang lainnya.

Kami melakukan pengukuran nilai VO2 Max dengan menggunakan teori


Cooper maupun teori Balke dapat dijadikan tolak ukur nilai atau tingkatan
kebugaran fisik seseorang. Perbedaan penggunaan teori ini, karena kami
mendapatkan waktu tempuh yang berbeda dan sesuai dengan syarat dari masing-
masing teori.

13
II. Saran

Diharapkan untuk setiap orang agar tidak melupakan untuk


berolahraga,walaupun dalam keadaan sibuk. Khusus untuk mahasiswa fisioterapi
agar memiliki kebugaran fisik yang bagus karena akan berkaitan dengan disiplin
ilmu fisioterapi kedepannya dan agar bisa menjadi contoh sehat bagi pasien-
pasien fisioterapi.

DAFTAR PUSTAKA

14
Ahmadi. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Putra ,Yan Syantica. 2013. Tes Balke, Tes Cooper, Dan Tes Multistage Terhadap
Daya Tahan Aerobik Atlet Bola Voli Yuso Sleman. Skripsi. Diakses tanggal 12
Oktober 2016. Tersedia di www.digilib.uny.ac.id

Pranatahadi, Sebastianus.2012. Fisiologi Latihan Sistem Kardiorespirasi.


Diakses tanggal 10 Oktober 2016. Tersedia di http://staff.uny.ac.id/.

Sukadiyanto.2009. Metode Melatih Fisik Petenis. Yogyakarta: FIK UNY.

15

You might also like