You are on page 1of 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vaginosis Bakterial

2.1.1 Definisi

Vaginosis Bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian

Lactobacillus sp., penghasil hidrogen peroksidase (H 2 O 2 ), yang merupakan flora

normal pada vagina dengan bakteri anaerob konsentrasi tinggi (seperti :

Bacteriodes sp., Mobiluncus sp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma

hominis.1-6 Vaginosis bakterial merupakan penyebab utama timbulnya sekret

vagina yang berbau tidak sedap pada wanita usia reproduktif.3

Lactobacillus sp., merupakan mikroorganisme yang mendominasi pada

wanita dengan sekret vagina normal. Mikrorganisme tersebut berperan dalam

membantu pertahanan lingkungan vagina terhadap patogen dengan menjaga

keasaman pH vagina dan produksi hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) sebagai

antimokroba.4

Penyebab vaginosis bakterial bukan mikroorganisme tunggal. Pada suatu

analisis dari data flora vagina memperlihatkan bahwa ada 4 kategori dari bakteri

vagina yang berhubungan dengan vaginosis bakterial yaitu : Gardnerella

vaginalis, Bacteroides sp., Mobiluncus sp., Mycoplasma hominis.1,18 Vaginosis

bakterial ditandai oleh perubahan flora saluran genital, dominasi Lactobacillus,

digantikan oleh berbagai jenis organisme Gram positif maupun Gram negatif

seperti Gardnerella vaginalis, Mobiluncus sp., Bacteriodes sp., dan Mycoplasma

sp. Lactobacillus memproduksi H 2 O 2 yang mempertahankan pH vagina dalam

keadaan asam sehingga mencegah berkembangnya bakteri-bakteri lain, dengan

6
Universitas Sumatera Utara
terjadinya pergeseran dominasi flora di vagina. Perubahan mikrobiologis ini

menyebabkan perubahan biokimia berupa peningkatan pH vagina, produksi uap

amin dan peningkatan kadar endotoksin, enzim sialidase serta glikosidase bakteri

yang ditemukan pada cairan vagina.1,3

2.1.2 Sejarah

Sekitar 1 abad yang lalu, Doderlein menemukan basil nonmotil yang

merupakan flora normal vagina wanita. Kuman tersebut dinamai Doderlein

bacillus, yang akhirnya dikenal sebagai Lactobacillus. Tahun 1819 Menge dan

Kronig mengisolasi mikroorganisme fakultatif serta obligata anaerob dari vagina.

Studi ini mengawali pendapat bahwa flora normal vagina terdiri dari beberapa

mikroorganisme dengan Lactobacillus sebagai flora normal yang dominan.2

Tahun 1913 Curtis mengungkapkan 3 hal penting bahwa sekret berasal

dari vagina bukan uterus, sekret vagina berwarna keputihan dan tidak mempunyai

Doderlein bacillus dominan dan terdapat bakteri anaerob di vagina, terutama

bakteri batang anaerob.2

Tahun 1950 Weaver melaporkan suatu hubungan antara tidak adanya

Lactobacillus, keberadaan spesies anaerob dan vaginitis non spesifik. Weaver

berkesimpulan tidak ada mikroorganisme tunggal yang menyebabkan gejala ini.2

Tahun 1955, Gardner dan Dukes menemukan hubungan G. vaginalis dan

vaginitis non spesifik, ini membuktikan G. vaginalis sebagai penyebab vaginosis

non spesifik. Namun karena mereka gagal menemukan hubungan bakteri anaerob

lain dan VB, selama lebih dari 25 tahun para tenaga kesehatan cenderung

mengabaikan potensi mikroorganisme lain selain G. vaginalis dalam

menyebabkan VB.2

Universitas Sumatera Utara


2.1.3 Epidemiologi

VB merupakan infeksi vagina yang paling sering pada wanita aktif

melakukan hubungan seksual. Penyakit ini dialami pada 15% wanita yang

mendatangi klinik ginekologi, 10-25% wanita hamil dan 33-37% wanita yang

mendatangi klinik infeksi menular seksual.2

Prevalensi VB berkisar antara 10-30% pada populasi yang berbeda

diseluruh dunia. Di Indonesia, Krisnadi pada penelitiannya tahun 2000 di

Bandung mendapatkan prevalensi vaginosis bakterial sebesar 14,7%,10 Wedagama

dkk. tahun 2000 di Denpasar mendapatkan 27,27%.11 Pada penelitian Effendi

tahun 2004 di RSU dr. Pirngadi Medan dengan menggunakan kriteria Amsel

dijumpai prevalensi VB sebesar 25,7%, dan dengan menggunakan pewarnaan

Gram dengan skor Nugent dijumpai sebesar 28,7%.12 Sulistyowati dkk.

melakukan penelitian secara retrospektif berdasarkan catatan medik pasien VB

yang berobat di sub bagian IMS poliklinik kulit dan kelamin RSUD dr. Moewardi

Surakarta periode Januari-Desember 2011.13 Pada penelitian ini diketahui bahwa

jumlah VB sebanyak 56,25%, dengan distribusi pasien VB berdasarkan kelompok

umur terbanyak adalah 25-44 tahun sebanyak 43,75%, 15-24 tahun sebanyak

31,25%. Status pernikahan terbanyak adalah menikah sebanyak 81,25%, belum

menikah 12,5%, janda orang 5,25%. Faktor resiko terbanyak pasien VB adalah

douching vagina sebanyak 87,5%, 12,5% menggunakan Intra Uterine Device

(IUD). Keluhan utama terbanyak adalah keluarnya duh tubuh vagina yang disertai

dengan gatal sebanyak 12 orang (75%), terdapat juga keluhan perih pada 2 orang

(12,5%), dan tanpa keluhan pada 2 orang (12,5%). Keluhan utama terbanyak

adalah lebih dari 14 hari sebanyak 8 orang (50%). Duh tubuh vagina terbanyak

Universitas Sumatera Utara


adalah mukous sebanyak 14 orang (87,5%). Diagnosis penyerta terbanyak adalah

kandidiasis vulvovaginalis sebanyak 5 orang (31,25%).), 5 orang (31,25%) VB

dengan KVV, 1 orang (6,25%) dengan KA, dan 1 orang (6,25%) dengan servisitis

GO.13

2.1.4 Etiologi

Penyebab VB belum diketahui dengan pasti, namun secara epidemiologi

dihubungkan dengan aktifitas seksual.18,19 Ekosistem vagina normal sangat

kompleks. Lactobacillus merupakan spesies bakteri yang dominan pada vagina

wanita usia produktif, tetapi terdapat juga bakteri-bakteri lain yaitu bakteri aerob

dan anaerob.20

Pada saat terjadi VB, terdapat pertumbuhan berlebihan dari beberapa

spesies bakteri, dimana pada keadaan normal ada dalam konsentrasi rendah. Ada

beberapa bakteri vagina yang berhubungan dengan VB.1,2

Gardnerella vaginalis adalah bakteri batang Gram negatif, pleomorfik,

nonmotil dan tidak berkapsul, terdapat > 90% pada wanita vaginosis bakterial.

Gardnerella vaginalis dipercaya berinteraksi dengan bakteri anaerob dan

Mobiluncus hominis dan menyebabkan VB..2

Bakteri anaerob, Bacteroides sp. diisolasi sebanyak 76% dan

Peptostrepcoccus sebanyak 36% pada wanita dengan VB, pada wanita normal,

kedua tipe anaerob jarang ditemukan. Penemuan spesies anaerob ini dihubungkan

dengan penurunan laktat dan peningkatan suksinat dan asetat pada cairan vagina.2

Mobiluncus sp., merupakan bakteri batang anaerob lengkung yang bersama

bakteri lain ditemukan pada VB.1-3 Mobiluncus hominis, merupakan agen etiologi

VB bersama-sama dengan Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob.

Universitas Sumatera Utara


Konsentrasinya meningkat pada wanita dengan VB 100-1000 kali daripada wanita

normal.21

2.1.5 Faktor Risiko

Vaginosis bakterial dapat terjadi pada seksual aktif, namun dapat juga

terjadi pada orang yang tidak seksual aktif.2,9 Studi kohort longitudinal

memberikan bukti bahwa yang mempunyai pasangan seksual baru maupun

mempunyai pasangan seksual banyak dan aktif menunjukkan peningkatan insiden

VB.2 Pada wanita yang frekuensi seksualnya meningkat, menunjukkan perubahan

pH pada lingkungan vagina selama dan setelah berhubungan seksual yang

menyebabkan perubahan flora normal vagina. Bakteri patogen mendominasi flora

vagina normal dengan menurunkan konsentrasi Lactobacillus yang menyebabkan

pertumbuhan bakteri anaerob.2,9

Pemasangan IUD dengan adanya manipulasi secara langsung terhadap

saluran maupun organ reproduksi mulai dari vagina, endometrium dan uterus dan

juga terdapatnya benda asing didalam uterus akan menyebabkan reaksi inflamasi

dan menggangu fisiologi organ reproduksi. Ketidakseimbangan hormon yang

terjadi dengan pemasangan alat, serta tehnik, cara dan lama pemasangan adalah

sangat berisiko dan dapat menggangu flora normal vagina.2,9

Studi kohort terbaru dari 182 wanita menunjukkan bahwa terjadinya VB

tidak hanya berhubungan dengan pasangan seksual dan penurunan Lactobacillus

penghasil H2O2, tetapi juga berhubungan dengan penggunaan douching pada

vagina. Pemakaian douching vagina yang merupakan produk untuk menjaga

kebersihan wanita bisa menyebabkan terjadinya vaginosis bakterial. Douching

dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan vagina.2

Universitas Sumatera Utara


Merokok dikatakan berhubungan dengan terjadinya vaginosis bakterial.

Berdasarkan penelitian Moris dkk di London dan Swedia, merokok berhubungan

pada vaginosis bakterial. Namun hasil penelitian penelitian ini sangat terbatas.

Pada penelitian ini, merokok kemungkinan menekan infeksi sistem imun, tetapi

dikatakan pada penelitian ini merokok merupakan kebiasaan yang tidak sehat.9

Di Amerika dan Inggris, kelompok ras hitam memiliki prevalensi yang

tinggi terhadap vaginosis bakterial. Kelompok ini dilaporkan juga memiliki angka

prevalensi tertinggi dibanding kelompok ras putih untuk penyakit seksual lainnya,

seperti gonore, dan infeksi klamidia.9

2.1.6 Patogenesis

Patogenesis terjadinya masih belum sepenuhnya diketahui.4 Kebanyakan

studi mempelajari patogenesis VB memfokuskan perhatian pada perubahan yang

terjadi pada ekosistem mikrobial vagina.2 Vaginosis bakterial dihasilkan dari

pergantian flora normal vagina, Lactobacillus dengan flora campuran yang terdiri

dari Gardnerella vaginalis, bakteri anaerob dan Mobiluncus hominis.2,3,4

Lactobacillus vagina secara invitro menghambat pertumbuhan

Gardnerella vaginalis, bakteri anaerob Gram negatif menghasilkan H 2 O 2 yang

bersifat toksik dan melalui reaksi ion halide dengan peroksidase pada serviks yang

merupakan bagian dari sistem antibakteria H 2 O 2 -halide-peroxidase.2,3

Flora normal vagina yang didominasi oleh Lactobacillus memilik pH < 4,5

yang disebabkan produksi asam laktat, pada VB, pH > 4,5 akibat dominasi G.

vaginalis dan bakteri anaerob.22 Pada Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob

dapat terjadi simbiosis, dimana Gardnerella vaginalis menghasilkan asam amino

yang akan diubah oleh bakteri anaerob menjadi senyawa amin yang akan

Universitas Sumatera Utara


menaikkan pH yang merupakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan

Gardnerella vaginalis.23

Diperkirakan produksi amin oleh flora mikrobial melalui aktivitas

derkarboksilase, menghasilkan bau amis (fishy odor) saat cairan vagina dicampur

dengan KOH10% atau disebut whiff test, diduga karena volatisasi dari aromatik

amin, meliputi putrescine, cadaverin dan trimethylamine pada pH alkali.

Mobiluncus diketahui juga menghasilkan trimethylamine, belum diketahui

mikroba lain yang merupakan sumber amin.2,3 Cairan vagina wanita VB

mengalami peningkatan kadar endotoksin, sialidase dan glikosidase yang

menurunkan musin dan viskositas.2

Peningkatan respon hospes terhadap VB didokumentasikan sebagai

peningkatan kadar sitokin dan kemokin pada mukus serviks wanita VB dan

penurunan sekresi leucocyte protease inhibitor.3 Efek VB pada epitel vagina dan

pergantian sel epitel belum diketahui.24 Namun peningkatan konsentrasi bakteri

anaerob patogen dan VB dapat meningkatkan resiko infeksi saluran genital atas,

termasuk servisitis dan endrometritis.25,26

2.1.7 Gambaran Klinis

Gambaran klinis yang umum terdapat pada VB adalah bau vagina yang

khas berupa bau amis seperti bau ikan. Hal ini disebabkan produksi senyawa amin

berupa trimethylamin, putresin dan cadaverin oleh bakteri anaerob. Senyawa

amin ini banyak menguap bila pH lingkungan meningkat, seperti saat

berhubungan seksual dan saat menstruasi. Duh tampak homogen, encer, bewarna

putih dan menempel pada dinding vagina atau sering kali tampak pada labia atau

fourchette. 1,2,19

Universitas Sumatera Utara


2.1.8 Diagnosis

Karena tidak terdapat etiologi tunggal pada VB, kriteria klinis-kriteria

Amsel digunakan untuk menegakkan diagnosis VB.1,2,5,6 Berdasarkan kriteria ini

dikatakan VB apabila terdapat 3 dari 4 kriteria berikut : duh tampak homogen,

encer dan bewarna putih keabu-abuan, peningkatan pH vagina > 4,5, adanya fishy

odor dari cairan vagina yang ditetesi KOH 10% (whiff test) dan ditemukan adanya

clue cells pada pemeriksaan mikroskop.16

Identifikasi clue cells dapat dilakukan dengan menggunakan Nacl 0,9%

(sediaan basah). Pemeriksaan mikroskop pada sediaan basah kurang akurat

dibandingkan dengan pewarnaan Gram.4 Pada pewarnaan Gram semua sediaan

hapusan menunjukkan bakteri lain yang melekat pada sel epitel vagina.21 Dalam

mendiagnosis vaginosis bakterial dengan menggunakan kriteria Amsel,

menunjukkan lebih dari 20 % clue cells dari total populasi sel.6,8,15,16

Metode lain yang digunakan adalah metode diagnostik secara

mikrobiologis, yaitu pemeriksaan pewarnaan Gram dengan melihat skor Nugent,

dimana metode ini telah terbukti memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi

dan digunakan sebagai baku emas diagnostik. Pewarnaan Gram adalah

pemeriksaan laboratorium yang cepat yang berguna untuk melihat

polimorfonuklear dan flora mikrobial. Metode Nugent pada pewarnaan Gram

berguna untuk mendeteksi pergeseran flora normal vagina oleh mikroorganisme

lain. Sistem skoring pada pewarnaan Gram dipakai sebagai metode standar untuk

diagnosis VB. Skoring berdasarkan tiga morfotipe, yaitu : bakteri batang Gram

positif besar (Lactobacillus), bakteri batang Gram negatif kecil atau variabel

(Gardnerella dan bakteri anaerob) dan bakteri batang bengkok Gram

Universitas Sumatera Utara


negatif/batang Gram variabel.2,5-7,15,17 Pemeriksaan ini berdasarkan pergeseran

morfotipe dari Lactobacillus yang dominan menjadi Gardnerella vaginalis dan

bakteri anerob serta Mobiluncus.26

Pulasan vagina pada pewarnaan Gram dilihat dibawah mikroskop dengan

pembesaran 100 kali. Skor yang diberikan adalah 0 sampai 10 berdasarkan

proporsi relatif dari morfologi bakteri, yaitu apakah bentuk batang Gram positif

besar, bentuk batang Gram negatif kecil dan variabel atau bentuk batang bengkok

Gram negatif/batang Gram variabel.8,15

Tabel 2.1 Sistem Penilaian Skor Nugent

Batang Gram Negatif Batang Bengkok


Batang Gram
Kecil dan Variabel Gram
Skor Positif Besar
(Gardnerella dan Negatif/Batang
(Lactobacillus)
Anaerob) Gram Variabel
0 4+ 0 0
1 3+ 1+ 1+ atau 2+
2 2+ 2+ 3+ tau 4+
3 1+ 3+
4 0 4+

Bila 0 = tidak dijumpai morfologi ; 1+ = <1 morfologi; 2+ = 1-4 morfologi; 3+ =

5-30 morfologi; 4+ = 30 morfologi atau lebih.

Penilaian dihitung berdasarkan jumlah rata-rata morfologi yang terlihat

setiap lapang pandang, dan pemeriksaan pada 10 lapang pandang. Penilaian skor

pada bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus) adalah nilai 4+ = skor 0;

nilai 3+ = skor 1; nilai 2+ = skor 2; nilai 1+ = skor 3; nilai 0 = skor 4, pada bakteri

batang Gram negatif kecil dan variabel (Gardnerella dan anaerob), nilai 0 = skor

0; nilai 3+ = skor 1; nilai 2+ = skor 2; nilai 3+ = skor 3; nilai 4+ = skor 4,

sedangkan pada bakteri batang bengkok Gram negatif/batang Gram variabel, nilai

0 = skor 0; nilai 1+ atau 2+ = skor 1; nilai 3+ atau 4+ = skor 2. Jumlah skor total

Universitas Sumatera Utara


= skor bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus) + skor bakteri batang

Gram negatif kecil dan variabel (Gardnerella dan anerob) + skor bakteri batang

bengkok Gram negatif/batang Gram variabel (Mobiluncus)

*Dikutip sesuai kepustakaan no. 8,15

Tabel 2.2 Interpretasi dari Skor Nugent

Skor Total Interpretasi


0-3 Normal
4-6 Intermediate
7 Vaginosis bakterial
*Dikutip sesuai kepustakaan no. 16

Lactobacillus adalah bakteri batang Gram positif besar, yang dominan

pada wanita dengan sekret vagina normal dan tanpa vaginitis. Lactobacillus

biasanya ditemukan 80-95% pada wanita dengan sekret vagina normal.

Sebaliknya Lactobacillus ditemukan 25-65% pada wanita dengan VB.

Gardnerella vaginalis adalah bakteri batang Gram negatif pleomorfik yang

nonmotil dan tidak berkapsul yang diisolasi dari saluran reproduksi wanita.

Gardnerella vaginalis berhubungan dengan VB. Gardnerella vaginalis dapat

diisolasi pada wanita tanpa tanda-tanda infeksi vagina. Dengan media selektif

tampak G. vaginalis 40-50% pada semua wanita subur. Gardnerella vaginalis

diisolasi sekitar > 90% pada wanita dengan VB. Saat ini dipercaya Gardnerella

vaginalis berinteraksi dengan bakteri anaerob dan Mycoplasma hominis

menyebabkan VB. Bakteri batang dan kokus anaerob pertama kali diisolasi dari

vagina pada tahun 1897 dan dianggap berhubungan dengan sekret vagina oleh

Curtis. Dari tahun 1947-1958 tiga studi menemukan hubungan bakteri batang

Gram negatif anaerob (yang dikenal sebagai grup Bacteroides melaninogenicus)

dan bakteri batang Gram negatif lain dengan vaginitis, dan penurunan Lactobacilli

Universitas Sumatera Utara


pada wanita yang mengalami sekret vagina abnormal. Tahun 1980 Spiegel

menganalisis cairan vagina dari 53 wanita dengan VB menggunakan kultur

kuantitatif anaerob dan gas liquid chromatography untuk mendeteksi metabolisme

asam organik rantai pendek dari flora vagina. Dapat diisolasi Bacteroides sp.

sebesar 76% dari wanita dengan VB.15 Spiegel menyimpulkan bahwa

mikroorganisme anaerob berinteraksi dengan Gardnerella vaginalis dalam

menyebabkan VB. Mobiluncus adalah bakteri batang Gram positif anaerob.

Mobiluncus selalu terjadi bersamaan dengan mikroorganisme lain yang

berhubungan dengan VB.15

Kultur dapat digunakan untuk mengetahui secara spesifik flora penyebab

VB.4 Kultur Gardnerella vaginalis tidak dapat digunakan untuk menegakkan

diagnosis, karena Gardnerella vaginalis dan mikroorganisme lain dapat juga

ditemukan pada hampir semua wanita dengan sekret vagina normal. Kultur

Gardnerella vaginalis yang positif tanpa ada gejala klinis tidak memerlukan

terapi.3 Kultur tidak digunakan pada pemeriksaan rutin VB.2,15

Pap smear tidak dapat digunakan untuk diagnosis VB karena sensitivitas

rendah.2,4,15 Tes diagnostik lain yang dapat digunakan adalah sistem deteksi yang

cepat (rapid test) seperti rapid card for detection pH amine, detection of proline

aminopeptidase pada cairan vagina, rapid colometric test for sialidae, BV Blue

test, dan pemeriksaan oligonucleotida probe berdasarkan konsentrasi G. vaginalis

yang tinggi.27

2.1.9 Diagnosis Banding

VB dapat didiagnosis banding dengan trikomoniasis dan kandidiasis. Pada

trikomoniasis pemeriksaan hapusan vagina hampir menyerupai hapusan vagina

Universitas Sumatera Utara


VB, namun Mobiluncus dan clue cells tidak pernah dijumpai. Pemeriksaan

mikroskopik menunjukkan peningkatan sel polimorfonuklear dan dengan preparat

basah ditemukan protozoa. Whiff test dapat positif pada trikomoniasis.28

Pada kandidiasis pemeriksaan mikroskop sekret vagina ditambah KOH

10% berguna untuk mendeteksi hifa dan spora kandida. Keluhan yang sering

terjadi pada kandidiasis adalah gatal dan iritasi pada vagina. Sekret vagina

biasanya putih dan tebal, tanpa bau dan pH normal.28

2.1.10 Penatalaksanaan

Pengobatan direkomendasikan pada wanita dengan gejala VB. Tujuan

terapi pada wanita tidak hamil adalah untuk menghilangkan tanda dan gejala

infeksi vagina dan mengurangi kemungkinan mendapatkan C. trachomatis, N.

gonorrhoea, HIV dan penyakit IMS lainnya.29-33

Pengobatan VB yang direkomendasikan pada Sexual Transmitted Disease

Treatment Guideline 2010 oleh Centre for Disease Control and Prevention (CDC)

berupa metronidazol oral 2 x 500 mg selama 7 hari atau metronidazol gel 0,75% 1

aplikator penuh (5 gram), intra vagina sekali sehari selama 5 hari atau klindamisin

krim 2% 1 aplikator penuh (5 gram) saat mau tidur, selama 7 hari. Selain

metronidazol dapat juga diberikan terapi berupa klindamisin oral dengan dosis 2 x

300 mg selama 7 hari. Pengobatan alternatif yang dianjurkan berupa tinidazol oral

1 x 2 gram selama 2 hari, klindamisin ovules 100 mg intravagina saat mau tidur

selama 3 hari.2,29,30

Pria pasangan seksual wanita dengan VB tidak perlu diterapi. Beberapa

penelitian memperlihatkan tidak ada efek yang bermakna dari pengobatan

terhadap pria pasangan seksual dalam hal keluhan dan gejala klinis.29-36

Universitas Sumatera Utara


Pada masa kehamilan, pengobatan VB yang direkomendasikan pada

Sexual Transmitted Disease Treatment Guidelines 2010 oleh Centre for Disease

Control and Prevention (CDC) dapat diberikan metronidazol oral 2 x 500 mg

selama 7 hari, metronidazol 3 x 250 mg selama 7 hari, dan klindamisin oral 2 x

300 mg selama 7 hari. Keuntungan terapi VB pada wanita hamil adalah dapat

menurunkan gejala dan tanda-tanda infeksi pada vagina dan menurunkan risiko

infeksi komplikasi yang berhubungan VB pada wanita hamil.29

2.1.11 Komplikasi

Vaginosis bakterial paling banyak dihubungkan dengan komplikasi pada

obstetri dan ginekologi yaitu dalam kaitan kesehatan reproduksi.36,37 VB

merupakan faktor resiko gangguan pada kehamilan, resiko kelahiran prematur dan

berat badan lahir rendah.38 Selain itu VB juga merupakan faktor resiko

mempermudah mendapat penyakit infeksi menular seksual lain, yaitu gonore,

klamidia, trikomoniasis, herpes genital dan Human Imunodeficiency Virus

(HIV).33 VB meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HIV melalui mekanisme

diantaranya karena pH vagina yang meningkat, berkurangnya jumlah

Lactobacillus sp. Penghasil H 2 0 2 dan produksi enzim oleh flora VB yang

menghambat imunitas terhadap HIV. 2,15,39

2.2 Kriteria Amsel

Adalah kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis vaginosis bakterial.

Berdasarkan kriteria ini dikatakan apabila terdapat 3 dari 4 kriteria berikut :

adanya sekret vagina yang homogen, putih keabu-abuan, melekat pada dinding

vagina, peningkatan pH vagina > 4,5, adanya fishy odor dari cairan vagina yang

Universitas Sumatera Utara


ditetesi KOH 10% (whiff test) dan ditemukannya adanya clue cells pada

pemeriksaan mikroskop.1,15

Penentuan pH vagina dalam kriteria Amsel adalah dengan menggunakan

kertas lakmus yang diletakkan pada dinding lateral vagina. Warna kertas

dibandingkan dengan warna standar, dan pH vagina normal adalah 3,8 - 4,2. Pada

80-90% pasien vaginosis bakterial ditemukan pH vagina > 4,5.2,6,8,15

Whiff test pada kriteria Amsel dinyatakan positif bila bau amis atau bau

amin terdeteksi dengan penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina.

Bau muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil dari alkalisasi

bakteri anaerob. Whiff test positif menunjukkan vaginosis bakterial.2,6,8

Clue cells adalah sel epitel yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina

dalam jumlah banyak sehingga batas sel menjadi tidak jelas, memiliki ukuran

yang lebih besar dari sel epitel vagina normal, bentuk ireguler, inti lebih dari satu,

dan memiliki sitoplasma yang keruh. Dalam mendiagnosis vaginosis bakterial

dengan menggunakan kriteria Amsel, menunjukkan lebih dari 20 % clue cells

dari total populasi sel.6,8,12

2.3 Pewarnaan Gram

2.3.1 Definisi

Pewarnaan Gram pertama kali diuraikan dan dipublikasikan oleh seorang

ahli bakteriologi Denmark Hans Christian Gram pada tahun 1884.40 Pewarnaan

Gram bertujuan untuk mengetahui bakteri Gram positif atau bakteri Gram negatif

yang memiliki struktur yang berbeda terutama pada dinding selnya.Pewarnaan

Gram sangat penting dalam proses pengidentifikasian bakteri. Dengan mengetahui

jenis bakteri Gram negatif atau Gram positif.40,41

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Perbedaan Gram Positif dan Negatif Beserta Contohnya

Perbedaan warna antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif

adalah pada dinding selnya. Bila dalam suatu pewarnaan Gram ditemukan bakteri

berwarna ungu akibat pewarnaan karbol gentian violet maka bakteri tersebut

adalah Gram positif yang mempertahankan zat bewarna ungu. Dan bila ditemukan

bakteri bewarna merah akibat pewarnaan fuschin maka bakteri tersebut adalah

bakteri Gram negatif.40-42

2.3.3 Mekanisme Penyerapan Zat Warna oleh Gram Positif dan Gram
Negatif

Pada pewarnaan Gram ini, bakteri yang telah difiksasi dengan panas

sehingga membentuk pada kaca objek diwarnai dengan pewarna basa yaitu kristal

violet. Karena warna ungu mewarnai seluruh sel, maka pewarna ini disebut

pewarna primer (primary stain). Selanjutnya mordant (penajam). Setelah iodin

dicuci dengan baik, bakteri Gram positif maupun Gram negatif tampak berwarna

ungu. Selanjutnya noda spesimen dicuci dengan alkohol yang merupakan

decolorizing agent (senyawa peluntur warna) yang pada spesies bakteri tertentu

dapat menghilangkan warna ungu dari sel. Setelah alkohol dicuci, noda spesimen

diwarnai kembali dengan fuschin yang merupakan pewarna basa berwarna merah.

Bakteri yang tetap berwarna ungu digolongkan ke dalam Gram positif, sedangkan

bakteri yang berwarna merah digolongkan ke dalam Gram negatif.40

Dunkelberg merupakan orang yang pertama mengusulkan pemeriksaan

hapusan vagina dengan menggunakan pewarnaan Gram untuk diagnosis VB.

Spiegel dkk kemudian mempublikasikan petunjuk klinis dari pewarnaan Gram.

Sistem skoring pada pewarnaan Gram dipakai sebagai metode standar untuk

Universitas Sumatera Utara


diagnosis VB. Pemeriksaan pewarnaan Gram ini memiliki sensitivitas 89% dan

spesifisitas 83%.2,41

Baku emas diagnosis VB adalah pemeriksaan pewarnaan Gram dengan

melihat skor Nugent, dimana metode ini telah terbukti memiliki sensitivitas dan

spesifisitas yang tinggi. Metode Nugent menilai berbagai morfologi flora vagina

pada sediaan hapus pewarnaan Gram, untuk mendeteksi pergeseran flora normal

vagina oleh mikroorganisme lain. Skoring berdasarkan tiga morfotipe, yaitu :

bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus), bakteri batang Gram negatif

kecil atau bervariabel (Gardnerella dan bakteri batang anaerob) dan bakteri

batang bengkok Gram negatif/bakteri Gram variabel.2,5,16

Universitas Sumatera Utara


2.4 Kerangka Teori

Faktor risiko : Etiologi gangguan


-Aktifitas seksual keseimbangan
-IUD VAGINOSIS BAKTERIAL mikroorganisme,
-Douching contohnya : bakteri batang
-Merokok Gram positif besar
-Ras (Lactobacilus), bakteri
batang Gram negatif kecil
dan variabel (Gardnerella
dan aneorob), bakteri
batang bengkok Gram
negatif/batang Gram
variabel

Diagnosis

Kriteria Amsel Rapid test Pewarnaan Gram


Sekret vagina
putih keabu- Rapid card for
abuan detection pH amine
Skor Nugent 7
Fishy odor
Rapid colometric test
(whiff test (+))
for sialidase
pH vagina >4,5
BV Blue test

Clue cells >20%

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Universitas Sumatera Utara


2.5 Kerangka Konsep

Kriteria Amsel Pewarnaan Gram :


(tiga dari empat) Skor Nugent 7

Sekret vagina putih


keabu-abuan

Fishy odor
(whiff test (+))
Diagnosis
pH vagina >4,5 Vaginosis Bakterial

Clue cells >20%

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

You might also like