You are on page 1of 44

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA


PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL
KECAMATAN GONDANGREJO
KARANGANYAR

DISUSUN OLEH :

NITA ANDRIYANI
NIM. P.10040

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA
PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL
KECAMATAN GONDANGREJO
KARANGANYAR

DISUSUN OLEH :

NITA ANDRIYANI
NIM. P.10040

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nita Andriyani

NIM : P.10040

Program Studi : D III KEPERAWATAN

JudulKarya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA
KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO
KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO
KABUPATEN KARANGANYAR

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya tulis saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, Juni2013

Yang Membuat Pernyataan

Nita Andriyani

NIM. P.10040

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapatmenyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA

Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn.H DI DESA WONOREJO

KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang

telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. NurmaRahmawati, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus penguji

yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan,

inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi

sempurnanya studi kasus ini.

4. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIkes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

v
5. Kedua orangtuaku, kakak serta seseorang yang berarti bagi penulis yang selalu

menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

6. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIkes Kusuma

Husada Surakarta terutama kelas 3A dan berbagai pihak yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, Juni2013

Nita Andriyani

NIM. P.10040

vi
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

DAFTAR ISI .....................................................................................................vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
C. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
BAB II LAPORAN KASUS

A. Data Umum Keluarga ..................................................................... 7


B. Pengkajian ....................................................................................... 8
C. Diagnosa Keperawatan.................................................................. 11
D. Intevensi ........................................................................................ 12
E. Implementasi ................................................................................. 13
F. Evaluasi ......................................................................................... 15
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan .................................................................................... 16
B. Simpulan dan Saran ........................................................................ 27

vii
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Skoring Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga.......... 23

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Genogram ................................................................................ 7

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampian 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data

Lampiran 3. Log Book

Lampiran 4. Lembar Konsul

Lampiran 5. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. H

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia, kesehatan

yang baik atau kesejahteraan adalah kondisi dimana tidak hanya bebas dari

penyakit. Sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya

menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan baik fisik, mental, dan

sosial. Sakit adalah merupakan kondisi ketidakmampuan individu untuk

beradaptasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu

(Diyanto, 2007). Penyakit adalah gangguan dalam fungsi tubuh yang

mengakibatkan berkurangnya kapasitas tubuh sehingga responnya dapat

berupa sakit (Hidayat, 2008).

Asma adalah peningkatan responsivitas bronkus terhadap berbagai

stimulus, bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas yang meluas yang

keparahannya berubah secara spontan maupun sebagai akibat pengobatan

(Jeremy, 2008). Asma adalah penyakit kronis (jangka panjang), suatu kondisi

ketika saluran udara tersumbat atau menyempit. Gejala asma dipicu oleh

benda-benda yang ada disekitar, gejala ini bervariasi pada masing-masing

individu, tetapi penyebab umumnya adalah udara dingin, kegiatan fisik

berlebihan, alergen (hal-hal yang menyebabkan alergi) seperti debu, tungau,

jamur, serbuk sari, bulu binatang, atau debu kecoa, dan beberapa jenis infeksi

1
2

virus. Apabila salah satu penyebab asma terhirup bersama udara, jaringan

didalam bronkhiolus meradang (mengalami inflamasi), pada saat yang sama,

otot-otot di bagian luar saluran pernafasan mengetat sehingga saluran

pernafasan menyempit (bronkokonstriksi). Sementara itu, lendir pekat (mukus

atau sputum) berproduksi secara berlebihan dan memenuhi bronkhiolus yang

menjadi bengkak (Pratyahara, 2011). Adanya mukus atau sputum maka akan

menimbulkan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif.

Asma merupakan salah satu penyakit kronis (jangka panjang) yang

paling umum dan menyerang antara 100 sampai 150 juta orang di seluruh

dunia, lebih dari 5,2 juta orang di Inggris menderita asma (Bull, 2007).

Sekitar 5 persen orang dewasa dan 8 persen anak-anak di Amerika Serikat

menderita asma, dan diperkirakan bahwa 15 juta penduduk Amerika Serikat

menderita asma (Brashers, 2008). Berdasarkan data Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO), jumlah penderita asma di dunia pada tahun 2007 mencapai

300 juta orang. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 400 juta

orang pada tahun 2025. Penyakit asma termasuk lima besar penyebab

kematian di dunia dan diperkirakan 250.000 orang mengalami kematian

setiap tahunnya dikarenakan asma. Sedangkan di Indonesia, diperkirakan

sekitar 10 persen penduduk menderita asma. Menurut Pratyahara (2011),

penyakit asma di Indonesia masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan

dan kematian. Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Gondangrejo,

pada tahun 2012 angka kejadian asma di wilayah Kecamatan Gondangrejo

mencapai 179 penduduk atau 0,25 persen dari 72.579 penduduk Gondangrejo.
3

Pada bulan Januari hingga April 2013 di Kabupaten Gondangrejo tercatat 32

penduduk yang menderita asma (Puskesmas Gondangrejo, 2013).

Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan

secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit dan keluarga juga

melakukan praktek asuhan keperawatan untuk mencegah terjadinya

gangguan, sehingga peran keluarga sangat penting dalam merawat anggota

keluarga yang sakit. Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap

hari selalu berhubungan dengan kita. Menurut Friedman dalam Suprajitno

(2004), mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau

lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan

individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari

keluarga. Pakar konseling dari Yogyakarta, Sayekti dalam Suprajitno (2004),

menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan atas dasar perkawinan antara

orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki

atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik

anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan akan

mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu. Tingkat pengetahuan

keluarga terkait konsep sehat sakit akan mempengaruhi perilaku keluarga

dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Keluarga juga harus

mampu melakukan tugas kesehatan keluarga.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut pertama mengenal

masalah kesehatan keluarga yaitu mengetahui sejauhmana keluarga


4

mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan, meliputi kurang pengetahuan

atau ketidaktahuan fakta (pengertian), rasa takut akibat masalah yang

diketahui. Kedua membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat yaitu

upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan

keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara anggota keluarga yang

mempunyai kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Ketiga memberi

perawatan pada anggota keluarga yang sakit yaitu sejauhmana keluarga

mengetahui keadaan penyakitnya dan mengetahui tentang sifat dan

perkembangan keperawatan yang dibutuhkan, serta bagaimana sikap keluarga

terhadap yang sakit, sehingga anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah

yang lebih parah tidak terjadi.

Tugas kesehatan keluarga keempat mempertahankan suasana rumah

yang sehat yaitu mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara

lingkungan rumah yang sehat. Oleh karena itu, kondisi rumah haruslah dapat

menjadikan lambang ketenangan, keindahan, dan dapat menunjang derajat

kesehatan bagi anggota keluarga. Kelima menggunakan fasilitas kesehatan

yang ada di masyarakat, apabila mengalami gangguan atau masalah yang

berkaitan dengan kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya, keluarga dapat

berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan

masalah yang dialami anggota kelurganya, sehingga keluarga dapat bebas

dari segala macam penyakit (Harmoko, 2012).


5

Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada keluarga Tn. H,

tugas keluarga yang bermasalah adalah memelihara lingkungan rumah yang

sehat, dimana kondisi rumah Tn. H kotor, berdebu, lantai rumah masih dari

tanah, terdapat kandang ayam di depan rumah dan berbau tidak sedap,

terdapat kotoran ayam di dalam dan luar rumah, udara di dalam rumah

pengap dikarenakan jendela jarang dibuka.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

Asuhan Keperawatan Keluarga dalam karya tulis ilmiah dengan judul

Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tn. H dengan Asma pada Keluarga Tn.

H di Desa Wonorejo Kidul, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten

Karanganyar.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. H dengan Asma

pada keluarga Tn. H di Desa Wonorejo Kidul, Kecamatan Gondangrejo,

Kabupaten Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. H dengan Asma pada

keluarga Tn. H.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. H dengan

Asma pada keluarga Tn. H.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperwatan keluarga pada

Tn. H dengan Asma pada keluarga Tn. H.


6

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. H dengan Asma

pada keluarga Tn. H.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. H dengan Asma pada

keluarga Tn. H.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pendidikan

Sebagai masukan untuk memperluas pengetahuan atau wawasan

mahasiswa dan menambah sumber referensi di perpustakaan dan

memberikan kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik

keperawatan dan pemecahan masalah dalam bidang atau profesi

keperawatan.

2. Bagi Penulis

Menambah wawasan dalam memberikan Asuhan Keperawatan

Keluarga dengan asma.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penulisan semoga dapat bermanfaat bagi profesi keperawatan

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan personal dalam

melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan asma.

4. Bagi Keluarga

Menambah wawasan atau pengetahuan bagi keluarga agar mampu

merawat Tn. H dengan asma di rumah.


BAB II

LAPORAN KASUS

A. Data Umum Keluarga

Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 22 April 2013 di rumah

keluarga Tn. H. Tn. H adalah seorang laki-laki berusia 68 tahun. Tn. H

beragama Islam dan bersuku Jawa. Tn. H tidak bekerja semenjak sakit, serta

hanya bersekolah sampai SD. Tn. H merupakan kepala keluarga, istri Tn. H

sudah meninggal dan Tn. H hanya tinggal sendiri, anak-anaknya sudah

mempunyai Kartu Keluarga sendiri. Tn. H tinggal di Desa Wonorejo Kidul,

Gondangrejo, Karanganyar. Tipe keluarga Tn. H adalah tipe keluarga Usia

Lanjut yang terdiri hanya Tn. H yang berusia 68 tahun. Penghasilan Tn. H

berasal dari anaknya yang diberikan setiap bulan sebesar 500.000 rupiah,

sebagian besar uang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari

dan membeli obat. Tn. H tidak mempunyai tabungan dan juga jarang pergi

rekreasi, hanya menonton televisi di rumah.

Tn. H

7
8

Keterangan :

: Meninggal

: Laki-laki

: Perempuan

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Tinggal Serumah

: Pasien

Tn. H
Gambar 2.1 Genogram

B. Pengkajian

Dari hasil pengkajian dengan metode autoanamnese dan alloanamnese

didapatkan data tahap perkembangan keluarga Tn. H termasuk tahap

perkembangan lanjut usia. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah

pertama penyesuaian terhadap masa pensiun, dimana Tn. H sudah tidak

bekerja, penghasilan berasal dari anaknya, Tn. H dapat menerima dirinya

yang sudah tidak bekerja dan hanya di rumah. Kedua menerima kematian

pasangan, dimana Tn. H belum dapat menerima kepergian istrinya, Tn. H

masih sering mengingat istrinya dan terkadang masih menganggap istrinya

masih hidup. Ketiga mempertahankan keakraban pasangan dan saling

merawat, dimana Tn. H merawat dirinya sendiri semenjak ditinggal istrinya,

anak-anak Tn. H sudah menikah dan punya rumah sendiri. Keempat

melakukan life review masa lalu, dimana Tn. H masih mengingat kejadian

dimasa lalunya, misalnya saat Tn. H masih bersama istri dan anak-anaknya.
9

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah menerima

kematian pasangan, dikarenakan Tn. H belum dapat menerima kepergian

istrinya, Tn. H masih sering mengingat istrinya dan terkadang masih

menganggap istrinya masih hidup, serta mempertahankan keakraban

pasangan dan saling merawat, dikarenakan pasangan atau istri Tn. H sudah

meninggal dan Tn. H merawat dirinya sendiri.

Riwayat keluarga inti didapatkan Tn. H mempunyai 5 orang anak, tetapi

anak-anaknya sudah mempunyai Kartu Keluarga sendiri dan tidak tinggal lagi

bersama Tn. H. Istri Tn. H sudah meninggal karena memang sudah tua. Tn. H

menderita asma sejak 4 tahun yang lalu, asma Tn. H kambuh apabila udara

dingin, khususnya pada malam hari. Tn. H mengatakan jika penyakit asmanya

kambuh Tn. H menggunakan inhaler dengan jenis pressurized metered dose

inhaler (pMDI), tetapi jika asmanya tidak membaik Tn. H pergi kelayanan

kesehatan untuk memperoleh pengobatan. Saat dikaji Tn. H dalam keadaan

batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan, nampak sesak napas.

Riwayat keluarga sebelumnya didapatkan dari keluarga Tn. H tidak ada

yang mempunyai riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular begitu

pula dari keluarga istri Tn. H juga tidak mempunyai riwayat penyakit

keturunan dan penyakit menular.

Pengkajian fungsi keperawatan keluarga didapatkan hasil keluarga Tn.

H hidup rukun dan saling menyayangi, hubungan antar anggota keluarga

baik, hubungan dengan tetangga rukun, baik dan saling tolong-menolong.


10

Keluarga Tn. H mampu menyediakan makanan, makan 3 kali sehari

dengan menu sederhana dan bervariasi, mempunyai pakaian untuk berganti

setiap hari. Apabila sakit Tn. H pergi ke fasilitas kesehatan untuk

memperoleh pengobatan.

Hasil pengkajian fungsi keluarga pada keluarga Tn. H didapatkan

masalah ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah

yang sehat, dimana Tn. H mengatakan belum mengetahui cara memelihara

lingkungan rumah yang sehat, Tn. H mengatakan jarang membersihkan

rumah, dimana kondisi rumah Tn. H kotor, berdebu, lantai rumah masih dari

tanah, terdapat kandang ayam didepan rumah dan berbau tidak sedap,

terdapat kotoran ayam didalam dan luar rumah, udara didalam rumah pengap

karena jendela jarang dibuka.

Dari hasil pengkajian tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dada yang

dilakukan kepada Tn. H didapatkan hasil pengkajian, tekanan darah 160/100

mmHg, nadi 98 kali per menit, pernafasan 27 kali per menit, berat badan 54

kilogram, tinggi badan 158 centimeter. Pada pemeriksaan fisik dada

khususnya paru-paru didapatkan hasil, inspeksi dada simetris tidak ada luka,

dari pemeriksaan palpasi didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri tidak

sama, suara saat diperkusi suara paru redup dan auskultasi terdengar suara

tambahan (ronkhi), keluhan yang dirasakan Tn. H adalah Tn. H mengatakan

sering batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan dan sering merasa sesak

nafas.
11

C. Diagnosa keperawatan

Analisa data pada Tn. H dengan diagnosa medis asma didapatkan data

fokus yaitu data subyektif Tn. H mengatakan apabila batuk sering berdahak

dan dahak sulit dikeluarkan, Tn. H mengatakan belum mengetahui tentang

cara memelihara lingkungan rumah yang sehat, Tn. H mengatakan jarang

membersihkan rumah. Data obyektif pernafasan 27 kali per menit, berat

badan 54 kilogram, tinggi badan 158 centimeter, pada pemeriksaan fisik dada

khususnya paru-paru didapatkan hasil, inspeksi dada simetris tidak ada luka,

dari pemeriksaan palpasi didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri tidak

sama, suara saat diperkusi suara paru redup dan auskultasi terdengar suara

tambahan (ronkhi), kondisi rumah Tn. H kotor, berdebu, lantai rumah masih

dari tanah, terdapat kandang ayam di depan rumah dan berbau tidak sedap,

terdapat kotoran ayam di dalam dan luar rumah, udara di dalam rumah

pengap karena jendela jarang dibuka.

Dari pengkajian tersebut didapatkan diagnosa keperawatan pada Tn. H

adalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada Tn. H berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam memelihara lingkungan rumah yang

sehat.

Dari hasil perhitungan skoring prioritas diagnosa keperawatan keluarga

dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada Tn. H berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam memelihara lingkungan

rumah yang sehat didapatkan sifat masalah aktual dengan nilai skore 1,

kemungkinan masalah dapat diubah sebagian dengan nilai skore 1,


12

kemungkinan masalah dapat dicegah cukup dengan nilai skore 2/3, dan

menonjolnya masalah yaitu masalah dirasakan dan harus segera ditangani

dengan nilai skore 1, jadi jumlah total nilai skore pada diagnosa keperawatan

bersihan jalan nafas tidak efektif pada Tn. H berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam memelihara lingkungan rumah yang

sehat adalah 3 2/3.

D. Intervensi

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Tn. H dengan tujuan

umum setelah dilakukan 3 kali kunjungan rumah diharapkan bersihan jalan

nafas pada Tn. H efektif ditandai dengan pernafasan 24 kali per menit, dahak

dapat keluar dan mengetahui cara batuk efektif yang benar, serta tujuan

khusus yaitu Tn. H mampu memelihara lingkungan, mempertahankan

lingkungan yang sehat. Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Tn.

H adalah kaji pengetahuan Tn. H tentang bagaimana lingkungan yang sehat

dengan rasional untuk mengetahui tingkat pengetahuan Tn. H tentang

lingkungan yang sehat. Kaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dada Tn.

H dengan rasional untuk mengetahui status kesehatan. Beri posisi semi fowler

dengan rasional untuk memaksimalkan ekspansi paru. Ajarkan Tn. H batuk

efektif dengan rasional untuk mengeluarkan dahak. Bantu Tn. H

memodifikasi lingkungan dengan rasional agar menciptakan lingkungan

rumah yang sehat. Motivasi Tn. H agar memelihara lingkungan yang sehat

dengan rasional untuk mempertahankan agar lingkungan tetap sehat.


13

E. Implementasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari Senin tanggal 22 April

2013 jam 13.00 WIB, yaitu : mengkaji pengetahuan Tn. H tentang bagaimana

lingkungan yang sehat dan didapatkan respon subyektif Tn. H mengatakan

belum mengetahui bagaimana lingkungan atau suasana rumah yang sehat, Tn.

H mengatakan jarang membersihkan rumah, dan respon obyektif kondisi

rumah Tn. H kotor, berdebu, dan lantai rumah masih dari tanah, terdapat

kandang ayam didepan rumah dan berbau tidak sedap, terdapat kotoran ayam

didalam dan luar rumah, udara didalam rumah pengap dikarenakan jendela

jarang dibuka. Pada jam 13.30 mengkaji tanda-tanda vital dan melakukan

pemeriksaan fisik dada Tn. H, didapatkan respon subyektif Tn. H mengatakan

bersedia diukur tanda-tanda vitalnya dan diperiksa fisik dadanya, dan respon

obyektif tekanan darah Tn. H 160/100 mmHg, nadi 98 kali per menit,

pernafasan 27 kali per menit, berat badan 54 kilogram, tinggi badan 158

centimeter, pada pemeriksaan fisik dada khususnya paru-paru didapatkan

hasil, inspeksi dada simetris tidak ada luka, dari pemeriksaan palpasi

didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri tidak sama, suara saat diperkusi

suara paru redup dan auskultasi terdengar suara tambahan (ronkhi).

Pada tindakan keperawatan pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 jam

12.00 WIB, yaitu : memberikan posisi semi fowler dan didapatkan respon

subyektif Tn. H mau diberi posisi semi fowler dan respon obyektif Tn. H

dalam posisi semi fowler. Pada jam 12.30 WIB mengajarkan Tn. H batuk

efektif, dan didapatkan respon subyektif Tn. H mengatakan bersedia diajari


14

batuk efektif, dan respon obyektif Tn. H nampak memperhatikan, Tn.H

mampu untuk mempraktekkannya, dahak sudah keluar kurang lebih 10 cc.

Jam 13.00 WIB membantu Tn. H memodifikasi lingkungan, didapatkan

respon subyektif Tn. H mengatakan mau memodifikasi lingkungan rumahnya

agar lebih sehat, Tn. H mengatakan mau memindahkan kandang ayam

kebelakang rumahnya, dan respon obyektif Tn. H nampak membersihkan

rumahnya dari kotoran ayam, debu, serta membuka jendela.

Pada tindakan keperawatan pada hari Rabu tanggal 24 April 2013 jam

13.00 WIB, yaitu: memotivasi Tn. H agar mempertahankan lingkungan

rumah yang sehat didapatkan respon subyektif Tn. H mengatakan akan

berusaha mempertahankan suasana atau lingkungan rumahnya yang sehat,

respon obyektif didapatkan kandang ayam sudah di pindahkan ke belakang

rumah, jendela dibuka, kotoran ayam sudah dibersihkan, debu sudah

berkurang. Pada jam 14.00 mengkaji tanda-tanda vital dan melakukan

pemeriksaan fisik dada Tn. H, didapatkan respon subyektif Tn. H mengatakan

bersedia diukur tanda-tanda vitalnya dan diperiksa fisik dadanya, dan respon

obyektif tekanan darah Tn. H 160/100 mmHg, nadi 98 kali per menit,

pernafasan 24 kali per menit, berat badan 54 kilogram, tinggi badan 158

centimeter, pada pemeriksaan fisik dada khususnya paru-paru didapatkan

hasil, inspeksi dada simetris tidak ada luka, dari pemeriksaan palpasi

didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri tidak sama, suara saat diperkusi

suara paru redup dan auskultasi masih terdengar suara tambahan (ronkhi).
15

F. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali kunjungan

rumah, hasil evaluasi dengan metode SOAP, didapatkan catatan

perkembangan subyektif Tn. H mengatakan sudah mengetahui tentang

bagaimana lingkungan yang sehat, Tn. H mengatakan mau lebih rajin

membersihkan rumahnya, Tn. H mengatakan batuk berdahak sudah

berkurang, dan data obyektif suasana rumah Tn. H nampak lebih bersih, tidak

ada kotoran ayam didalam dan luar rumah, didalam rumah tidak pengap

karena jendela sudah sering dibuka, kandang ayam sudah dipindahkan

kebelakang rumah, batuk berdahak sudah berkurang, pernafasan 24 kali per

menit. Berdasarkan data subyektif dan data obyektif diatas dapat dianalisa

masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi sehingga kunjungan rumah

dihentikan.
BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada asuhan

keperawatan keluarga yang ditemukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Gondangrejo Karanganyar, pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April

sampai 24 April 2013 pada keluarga Tn. H. Prinsip dari pembahasan ini

dengan memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan, diagnose

keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan dengan

metode wawancara langsung dengan pasien dan keluarga pasien serta metode

observasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan

yang merupakan suatu tahapan ketika seorang perawat mengambil informasi

secara terus-menerus dari keluarga yang dibinanya untuk mendapatkan data

tentang keluarga. Pada tahap pengkajian perawat perlu mengidentifikai data

demografi, genogram, sosio-kultural, data lingkungan, stuktur dan fungsi

keluarga, stess dan strategi koping yang digunakan keluarga, serta tugas

perkembangan keluarga, sedangkan pengkajian terhadap individu anggota

keluarga mencakup pengkajian fisik, mental, emosi, sosial, dan spiritual

(Ekasari,dkk, 2007).

16
17

Asma adalah peningkatan responsivitas bronkus terhadap berbagai

stimulus, bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas yang meluas yang

keparahannya berubah secara spontan maupun sebagai akibat pengobatan

(Jeremy, 2008). Asma adalah penyakit kronis (jangka panjang), suatu kondisi

ketika saluran udara tersumbat atau menyempit. Gejala asma dipicu oleh

benda-benda yang ada disekitar, gejala ini bervariasi pada masing-masing

individu, tetapi penyebab umumnya adalah udara dingin, kegiatan fisik

berlebihan, alergen (hal-hal yang menyebabkan alergi) seperti debu, tungau,

jamur, serbuk sari, bulu binatang, atau debu kecoa, dan beberapa jenis infeksi

virus (Pratyahara, 2011).

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa riwayat kesehatan

klien adalah Tn. H menderita asma sejak 4 tahun yang lalu, hal ini sesuai

dengan teori yang menyebutkan bahwa asma adalah penyakit kronis (jangka

panjang), suatu kondisi ketika saluran udara tersumbat atau menyempit

(Pratyahara, 2011). Asma Tn. H kambuh apabila udara dingin, khususnya

pada malam hari, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pasien

asma terjadi kondisi inflamasi kronik dan umum pada jalan nafas yang

penyebabnya tidak sepenuhnya dipahami, sebagai akibat dari inflamasi jalan

nafas menjadi hiperresponsif dan mudah menyempit sebagai respons terhadap

berbagai jenis rangsangan. Hal ini dapat mengakibatkan batuk, mengi, dada

terasa sesak, dan nafas pendek dan gejala-gejala ini seringkali memburuk

pada malam hari. Penyempitan jalan nafas biasanya reversible, tetapi pada

beberapa pasien dengan asma kronik, inflamasi ini dapat menyebabkan


18

obstruksi aliran udara yang tidak reversible. Ciri-ciri patologis yang khas

termasuk adanya sel inflamasi pada jalan nafas, eksudat plasma, edema,

hipertrofi otot polos, sumbatan mukus, dan terlepasnya epitel (Francis, 2006).

Tn. H juga mengatakan apabila penyakit asmanya kambuh Tn. H

menggunakan inhaler dengan jenis pressurized metered dose inhaler (pMDI),

tetapi jika asmanya tidak membaik Tn. H pergi kelayanan kesehatan untuk

memperoleh pengobatan. Saat dikaji Tn. H dalam keadaan batuk berdahak

dan dahak sulit dikeluarkan, nampak sesak napas. Menurut Pratyahara (2011),

dalam kasus-kasus asma ringan, gejala biasanya mereda dengan sendirinya,

akan tetapi sebagian besar penderita asma memerlukan obat untuk

mengendalikan atau mencegah serangan asma.

Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran

lainnya. Pemeriksaan serta pemeriksaan semua bagian tubuh. Pemeriksaan

fisik menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (Potter

dan Perry, 2005). Adanya gejala obstruksi aliran udara saat dilakukan

pemeriksaan fisik dapat membantu diagnosa asma. Mengi saat ekspirasi

merupakan tanda khas terbatasnya aliran udara, tetapi hal ini bukan

merupakan pengukuran yang paling sensitive terhadap obstruksi (Francis,

2006).

Dari hasil pengkajian fisik pada klien didapatkan pemeriksaan tanda-

tanda vital dan pemeriksaan fisik dada yang dilakukan kepada Tn. H

didapatkan hasil pengkajian, tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 98 kali per

menit, pernafasan 27 kali per menit, berat badan 54 kilogram, tinggi badan
19

158 centimeter. Pada pemeriksaan fisik dada khususnya paru-paru didapatkan

hasil, inspeksi dada simetris tidak ada luka, dari pemeriksaan palpasi

didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri tidak sama, suara saat diperkusi

suara paru redup dan auskultasi terdengar suara tambahan yaitu ronkhi.

Menurut Pratyahara (2011), apabila salah satu penyebab asma terhirup

bersama udara, jaringan didalam bronkhiolus meradang (mengalami

inflamasi), pada saat yang sama, otot-otot di bagian luar saluran pernafasan

mengetat sehingga saluran pernafasan menyempit (bronkokonstriksi).

Sementara itu, lendir pekat (mukus atau sputum) berproduksi secara

berlebihan dan memenuhi bronkhiolus yang menjadi bengkak.

Keluhan yang dirasakan Tn. H adalah Tn. H mengatakan sering batuk

berdahak dan dahak sulit dikeluarkan dan sering merasa sesak nafas. Menurut

Pratyahara (2011), pasien asma akan mengalami kesulitan bernafas atau sesak

yang disertai batuk dan mengi. Bentuk serangan akut asma mulai dari batuk

yang terus-menerus, kesulitan menarik atau menghembuskan nafas sehingga

perasaan dada seperti tertekan, dan nafas berbunyi. Hal ini terjadi karena

jaringan di dalam bronkus dan bronkiolus meradang. Pada saat yang sama,

otot-otot di bagian luar saluran pernafasan menyempit. Sementara itu, lendir

pekat (mukus) berproduksi secara berlebihan dan memenuhi bronkiolus yang

menjadi membengkak.

Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang

dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga

karena hal-hal sebagai berikut, yaitu sumber dari keluarga tidak cukup,
20

kurang mampu memelihara keuntungan dan manfaat dari pemeliharaan

lingkungan rumah, ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan, konflik

personal dalam keluarga, ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit,

sikap dan pandangan hidup, ketidakkompakan keluarga karena sifat

mementingkan diri sendiri (Sudiharto, 2007).

Berdasarkan teori diatas dari hasil pengkajian pada Tn. H didapatkan

Tn. H mengatakan belum mengetahui tentang cara memelihara lingkungan

rumah yang sehat, Tn. H mengatakan jarang membersihkan rumah, dimana

kondisi rumah Tn. H kotor, berdebu, lantai rumah masih dari tanah, terdapat

kandang ayam di depan rumah dan berbau tidak sedap, terdapat kotoran ayam

di dalam dan luar rumah, udara di dalam rumah pengap dikarenakan jendela

jarang dibuka, sebagian besar penghasilan Tn. H digunakan untuk memenuhi

kebutuhan pokok sehari-hari dan membeli obat, Tn. H hanya tinggal sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan

Perumusan masalah atau diagnosis keperawatan dilakukan dengan

menggunakan data yang diperoleh dari pengkajian keluarga. Diagnosis

keperawatan keluarga merupakan respons keluarga terhadap masalah

kesehatan yang dialami, baik aktual, risiko ataupun potensial, yang dapat

diatasi dengan tindakan keperawatan secara mandiri maupun kolektif yang

terdiri dari masalah, etiologi, serta tanda dan gejala (PES) (Ekasari, dkk,

2007).

Masalah adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia yang dialami keluarga atau anggota keluarga. Penyebab adalah suatu
21

pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima

tugas keluarga yaitu, mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat,

merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan. Tanda atau gejala adalah sekumpulan data

obyektif dan subyektif yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung

masalah dan penyebab (Ekasari,dkk, 2007).

Berdasarkan pengkajian yang telah penulis lakukan,dapat ditegakkan

diagnosa keperawatan utama yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif pada Tn.

H berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam memelihara

lingkungan rumah yang sehat. Hal ini ditandai dengan pernafasan 27 kali per

menit, terdengar suara tambahan (ronkhi), Tn. H mengatakan sering batuk

berdahak dan dahak sulit dikeluarkan dan sering merasa sesak nafas, serta

kondisi rumah Tn. H kotor, berdebu, lantai rumah masih dari tanah, terdapat

kandang ayam didepan rumah dan berbau tidak sedap, terdapat kotoran ayam

didalam dan luar rumah, udara didalam rumah pengap dikarenakan jendela

jarang dibuka.

Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan dalam

membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga

bersihan jalan nafas. Batasan karakteristik bersihan jalan nafas tidak efektif

adalah dispnea, penurunan suara nafas, orthopnea, suara nafas tambahan

(rales, crakles, ronkhi, wheezing), batuk tidak efektif, produksi sputum,

sianosis, kesulitan bicara, mata melebar, perubahan ritme dan frekuensi

pernafasan, gelisah. Sesuai dengan tanda dan gejala yang terjadi pada klien
22

yang memenuhi batasan karakteristik bersihan jalan nafas tidak efektif, maka

dapat ditegakkan diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif

(Nanda, 2009).

Hal ini didukung dengan teori yang menyebutkan bahwa, bersihan jalan

napas tidak efektif adalah suatu keadaan ketika individu mengalami suatu

ancaman nyata atau potensial pada status pernapasan karena

ketidakmampuannya untuk batuk secara efektif. Diagnosis ini ditegakkan jika

terdapat tanda mayor berupa ketidakmampuan untuk batuk atau kurangnya

batuk atau ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret dari jalan napas,

tanda minor yang mungkin ditemukan untuk menegakkan diagnosis ini adalah

bunyi napas abnormal, stridor dan perubahan frekuensi irama dan kedalaman

napas (Tamsuri, Anas, 2008).

Prioritas masalah adalah penentuan prioritas urutan masalah dalam

merencanakan penyelesaian masalah keperawatan melalui perhitungan skor.

Dalam satu keluarga, perawat dapat menemukan masalah lebih dari satu

diagnosis keperawatan keluarga, oleh karena itu perawat perlu menentukan

prioritas terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ada dengan

menggunakan skala prioritas asuhan keperawatan keluarga menurut Bailon

dan Maglaya. Skala ini memiliki empat kriteria, masing-masing kriteria

memiliki skor dan bobot yang berbeda disertai dengan pembenaran atau

alasan penentuan skala tersebut. Daftar Skoring Prioritas Masalah Asuhan

Keperawatan Keluarga dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


23

Tabel 3.1 Skoring Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga

No Kriteria Skor Bobot Nilai


1 Sifat masalah
skorbobot
Skala : Aktual 3 = Nilai masalah
Risiko 2 1 skala tertinggi
Potensial atau 1
wellness
2 Kemungkinan masalah dapat
skorbobot
diubah = Nilai masalah
Skala : Mudah 2 skala tertinggi
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk


skorbobot
dicegah = Nilai masalah
Skala : Tinggi 3 skala tertinggi
Cukup 2 1
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
skorbobot
Skala : Segera 2 = Nilai masalah
Tidak perlu segera 1 1 skala tertinggi
Tidak dirasakan 0

Jumlah total nilai skore pada diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas

tidak efektif pada Tn. H berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn.

H dalam memelihara lingkungan rumah yang sehat adalah 3 2/3.

3. Intervensi

Tujuan keperawatan keluarga adalah mengatasi masalah diagnosa

keperawatan keluarga. Tujuan perawatan keluarga dapat dibagi menjadi dua

yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang

menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan

mandiri. Jangka waktu ini untuk mengarahkan evaluasi pencapaian pada

waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan jangka pendek ditekankan

pada keadaan yang mengancam kehidupan (Setiadi, 2008).


24

Adapun kriteria dan tujuan jangka panjang atau tujuan umum yang telah

penulis tetapkan adalah setelah dilakukan 3 kali kunjungan rumah diharapkan

bersihan jalan nafas pada Tn. H efektif ditandai dengan pernafasan 24 kali per

menit, menurut Wilkinson (2006), menyebutkan kecepatan respirasi usia 14

tahun atau lebih, respirasinya adalah lebih dari 11 sampai 24 kali per menit,

dahak dapat keluar, mengetahui cara batuk efektif yang benar, dan tujuan

khusus atau tujuan jangka pendek yaitu Tn. H mampu memodifikasi

lingkungan, mempertahankan lingkungan yang sehat.

Perencanaan atau intervensi keperawatan adalah penyusunan rencana

asuhan keperawatan yang terdiri dari komponen tujuan umum, tujuan khusus,

kriteria, rencana tindakan, dan standar untuk menyelesaikan masalah

keperawatan keluarga berdasarkan prioritas dan tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dicetuskan maka penulis

menyusun intervensi yang telah disesuaikan dengan intervensi NIC (Nursing

Intervention Criteria). Pertama kaji pengetahuan Tn. H tentang bagaimana

lingkungan yang sehat dengan rasional untuk mengetahui tingkat

pengetahuan Tn. H tentang lingkungan yang sehat. Kedua kaji tanda-tanda

vital dan pemeriksaan fisik dada Tn. H dengan rasional untuk mengetahui

status kesehatan. Ketiga beri posisi semi fowler dengan rasional untuk

memaksimalkan ekspansi paru. Keempat ajarkan Tn. H batuk efektif dengan

rasional untuk mengeluarkan dahak. Kelima bantu Tn. H memodifikasi

lingkungan dengan rasional untuk menciptakan lingkungan rumah yang

sehat. Keenam motivasi Tn. H agar mempertahankan lingkungan yang sehat


25

dengan rasional untuk mempertahankan agar lingkungan tetap sehat

(Wilkinson, 2006).

4. Implementasi

Pelaksanaan atau implementasi adalah tahap penyelesaian masalah

keperawatan keluarga berdasarkan perencanaan yang ditetapkan melalui

prosedur spesifik yang terdiri dari partisipasi aktif keluarga, penyuluhan

kesehatan, konseling, kontrak, manajemen kasus, kolaborasi, dan konsultasi

(Ekasari, dkk, 2007).

Implementasi yang dilakukan berdasarkan intervensi yang direncanakan

pada tanggal 22 sampai 24 April 2013, yaitu mengkaji pengetahuan Tn. H

tentang bagaimana lingkungan yang sehat bertujuan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan tentang lingkungan yang sehat, sedangkan mengkaji tanda-tanda

vital dan pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengetahui status kesehatan.

Implementasi yang selanjutnya adalah memberikan posisi semi fowler

bertujuan untuk memaksimalkan ekspansi paru dan mengajarkan batuk efektif

bertujuan untuk mengeluarkan dahak, membantu memodifikasi lingkungan

bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Memberikan posisi semi

fowler dapat dilakukan, karena hal ini bertujuan untuk memungkinkan

ekspansi paru lebih baik dan mencegah aspirasi sekresi. Posisi semi fowler

adalah posisi dimana paru-paru lebih tinggi sehingga memungkinkan pada

saat inspirasi oksigen yang masuk ke paru lebih banyak, ventilasi maksimal

membuka area atelektasis dengan keadaan tersebut memaksimalkan

pengembangan dada atau paru (Wong, 2009).


26

Implementasi yang selanjutnya adalah memotivasi agar

mempertahankan lingkungan bertujuan untuk mempertahankan agar

lingkungan tetap sehat. Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan

bersosialisasi bagi anggota keluarga, sehingga anggota keluarga akan

memiliki waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal.

Oleh karena itu, kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang

ketenangan, keindahan, dan dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota

keluarga (Harmoko, 2012).

Adapun kekurangan yang penulis lakukan adalah pemeriksaan tanda-

tanda vital dan pemeriksaan fisik khususnya dada hanya dilakukan pada hari

pertama dan terakhir dikarenakan pada hari kedua penulis membantu Tn. H

memodifikasi lingkungan rumahnya, sehingga tidak sempat melakukan

pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik khususnya dada.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan menilai keefektifan intervensi yang telah

dilaksanakan. Evaluasi dilakukan bersama antara keluarga dan perawat

dengan melihat respons keluarga dan hasil yang dicapai yang dibandingkan

dengan standar yang telah ditetapkan. Evaluasi disusun dengan menggunakan

SOAP secara operasional. Subjektif (S) adalah hal-hal yang ditemukan oleh

keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Objektif

(O) adalah hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara objektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan. Analisis (A) adalah analisis dari hasil yang

telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis.
27

Perencanaan (P) adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat

respons keluarga pada tahap evaluasi (Ekasari, dkk, 2007).

Dalam tahap evaluasi penulis menggunakan metode SOAP S: Subyektif

data, O: Obyektif data, A: Analisis atau Assesment dan P: Planning. Setelah

melalukan implementasi diatas selama 3 kali kunjungan rumah dari tanggal

22 sampai 24 April 2013, didapatkan catatan perkembangan pada tanggal 24

April 2013 subyektif Tn. H mengatakan sudah mengetahui tentang bagaimana

lingkungan yang sehat, Tn. H mengatakan mau lebih rajin membersihkan

rumahnya, Tn. H mengatakan batuk berdahak sudah berkurang, dan obyektif

suasana rumah Tn. H nampak lebih bersih, tidak ada kotoran ayam didalam

dan luar rumah, didalam rumah tidak pengap karena jendela sudah sering

dibuka, kandang ayam sudah dipindahkan kebelakang rumah, batuk berdahak

sudah berkurang, pernafasan 24 kali per menit. Berdasarkan data subyektif

dan data obyektif diatas dapat dianalisa masalah bersihan jalan nafas efektif

teratasi sehingga kunjungan rumah dihentikan.

B. Simpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan

sebagai berikut:

a. Hasil pengkajian yang telah penulis lakukan pada tanggal 22 April 2013

keluhan utama yang dirasakan Tn. H adalah Tn. H mengatakan sering

batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan dan sering merasa sesak

nafas, pernafasan 27 kali per menit. Pada pemeriksaan fisik dada


28

khususnya paru-paru didapatkan hasil, inspeksi dada simetris tidak ada

luka, dari pemeriksaan palpasi didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri

tidak sama, suara saat diperkusi suara paru redup dan auskultasi

terdengar suara tambahan (ronkhi), kondisi rumah Tn. H kotor, berdebu,

lantai rumah masih dari tanah, terdapat kandang ayam di depan rumah

dan berbau tidak sedap, terdapat kotoran ayam di dalam dan luar rumah,

udara di dalam rumah pengap dikarenakan jendela jarang dibuka.

b. Diagnosa atau masalah keperawatan utama pada Tn. H adalah bersihan jalan

nafas tidak efektif pada Tn. H berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga Tn. H memelihara lingkungan rumah yang sehat.

c. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Tn. H dengan tujuan umum

setelah dilakukan 3 kali kunjungan rumah diharapkan bersihan jalan nafas

pada Tn. H efektif ditandai dengan pernafasan 24 kali per menit, dahak

dapat keluar dan mengetahui cara batuk efektif yang benar, serta tujuan

khusus yaitu Tn. H mampu memelihara lingkungan, mempertahankan

lingkungan yang sehat. Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Tn.

H adalah kaji pengetahuan Tn. H tentang bagaimana lingkungan yang sehat

dengan rasional untuk mengetahui tingkat pengetahuan Tn. H tentang

lingkungan yang sehat. Kaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dada

Tn. H dengan rasional untuk mengetahui status kesehatan. Beri posisi semi

fowler dengan rasional untuk memaksimalkan ekspansi paru. Ajarkan Tn. H

batuk efektif dengan rasional untuk mengeluarkan dahak. Bantu Tn. H

memodifikasi lingkungan dengan rasional untuk menciptakan lingkungan


29

yang sehat. Motivasi Tn. H agar mempertahankan lingkungan yang sehat

dengan rasional untuk mempertahankan agar lingkungan tetap sehat.

d. Tindakan keperawatan pada tanggal 22 sampai 24 April 2013 berdasarkan

berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat, antara lain, yaitu : kaji

pengetahuan Tn. H tentang bagaimana lingkungan yang sehat. Kaji tanda-

tanda vital dan pemeriksaan fisik dada Tn. H. Beri posisi semi fowler.

Ajarkan Tn. H batuk efektif. Bantu Tn. H memodifikasi lingkungan.

Motivasi Tn. H agar mempertahankan lingkungan yang sehat.

e. Pada tahap akhir, penulis mengevaluasi kepada pasien pada tanggal 24 April

2013 setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali kunjungan

rumah, hasil evaluasi dengan metode SOAP, didapatkan catatan

perkembangan subyektif Tn. H mengatakan sudah mengetahui tentang

bagaimana lingkungan yang sehat, Tn. H mengatakan mau lebih rajin

membersihkan rumahnya, Tn. H mengatakan batuk berdahak sudah

berkurang, dan data obyektif suasana rumah Tn. H nampak lebih bersih,

tidak ada kotoran ayam didalam dan luar rumah, didalam rumah tidak

pengap karena jendela sudah sering dibuka, kandang ayam sudah

dipindahkan kebelakang rumah, batuk berdahak sudah berkurang,

pernafasan 24 kali per menit. Berdasarkan data subyektif dan data obyektif

diatas dapat dianalisa masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi

sehingga planing kunjungan rumah dihentikan.


30

2. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi saran

sebagai berikut :

a. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana

yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan

pembuatan laporan.

b. Bagi Penulis Selanjutnya

Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu

lebih efektif, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan keluarga

pada klien secara optimal.

c. Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga dapat merawat anggota keluarga yang

menderita penyakit asma.


31

DAFTAR PUSTAKA

Bull, Eleanor. 2007. Simple Guides Asma. Penerjemah Elizabeth Yasmine. Jakarta
: Erlangga.

Brasher, Valentina. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Diyanto, Yahyo. 2007. Analisis Faktor-faktor Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan


Keperwatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
http://www.google.com. Diakses tanggal 2 Mei 2013 jam 13.00.

Ekasari, dkk. 2007. Panduan Pengalaman Belajar Lapangan Keperawatan


Keluarga Keperawatan Gerontik Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC.

Francis, Caia. 2006. Perawatan Respirasi. Penerjemah Stella Tinia. Editor Amalia
Safitri. Jakarta : Erlangga.

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Hidayat, Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

Jeremy, Ward, dkk. 2008. At a Glance Sistem Respirasi. Edisi Kedua. Penerjemah
Huriawati Hartanto. Jakarta : Erlangga.

Nanda. 2009. Nanda 2009 - 2011 Definisi & Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.

Potter Patricia A, Perry Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental


Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta :
EGC.

Pratyahara, Dayu. 2011. Asma Pada Balita. Jakarta : PT. Buku Kita.

Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta : EGC.

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik.


Jakarta : EGC.

Tamsuri, Anas. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Pernafasan.


Jakarta : EGC.
32

Wilkinson, Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan


Intervensi Nic dan Kriteria Hasil Noc. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6 Vol.2.
Jakarta : EGC.

You might also like