Professional Documents
Culture Documents
PEMBIMBING:
dr. Riana Azmi Bastari, Sp.M
Disusun Oleh:
Siti Sahara A. H
2012730156
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus mengenai Corpus Alienum pada Kornea ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan terimah kasih kepada dr. Riana, Sp. M yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Terima kasih juga kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Siti Sahara
I. IDENTITAS PASIEN:
Nama Pasien : Tn. P
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Tukang las
Agama : Islam
Alamat : Cibadak
II. ANAMNESIS :
Anamnesis dilakukan dengan metode autoanamnesis di Poli Mata Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Sekarwangi.
Keluhan Utama:
Pasien mengeluh mata kirinya terasa perih sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat Pengobatan:
Pasien telah berobat ke dokter umum di dekat rumah dan diberikan obat minum yaitu
Mefetan tablet 500mg, Lexcomet 4mg, dan Clindamycin 300mg, namun tidak ada
perubahan lebih baik pada mata pasien hanya rasa sakit kepala saja yang berkurang.
Riwayat Alergi:
Pasien tidak ada alergi obat, makanan, cuaca maupun debu.
Riwayat Psikososial:
Pasien mengatakan telah bekerja di bengkel sejak 6 bulan yang lalu. Pasien
terkadang tidak memakai kacamata atau pelindung wajah ketika sedang mengelas atau
mengrinda sesuatu karena tidak nyaman bila memakai pelindung wajah saat bekerja.
Tanda Vital:
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 83x/menit
Respirasi : 19x/menit
Suhu : Tidak diperiksa
V. RESUME
IX. PENATALAKSANAAN
Ekstraksi corpus alienum mengambil benda asing dengan bantuan slit-lamp. Alat
yang dibutuhkan diantaranya:
o Anestesi lokal Pantocain 0,5%
o Jarum steril No.26
o Cutton bud steril
o Verban tekan
Medikamentosa
o Salep antibiotik Kloramfenikol
o Sikloplegik
o Ketorolak
Edukasi
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
1. KORNEA
1.1. Anatomi dan Histologi Kornea
Gambar 1
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata
yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan
terdiri atas lapis:
1. Epitel
Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 50 m dan berbentuk epitel
gepeng berlapis tanpa tanduk.Bagian terbesar ujung saraf kornea berakhir pada epitel
ini.Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan sensibilitas kornea berupa rasa sakit
atau mengganjal. Daya regenerasi epitel cukup besar, sehingga apabila terjadi kerusakan
akan diperbaiki dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut.
2. Membran Bowman
Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane tipis yang
homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk kornea. Bila
3. Stroma
Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen yang
tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea.Di antara serat-
serat kolagen ini terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air dari bilik
mata depan. Kadar air di dalam stroma kurang lebih 70%. Kadar air dalam stroma relative
tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh epitel. Apabila fungsi
sel endotel kurang baik maka akan terjadi kelebihan kadar air, sehingga timbul sembab
kornea (edema kornea). Serat di dalam stroma demikian teratur sehingga memberikan
gambaran kornea yang transparan atau jernih. Bila terjadi gangguan dari susunan serat di
dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea akan mengakibatkan sinar yang
melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh.
Gambar 2
4. Membran Descement
Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening,
terletak di bawah stroma.Lapisan ini merupakan pelindung atau barrier infeksi dan
masuknya pembuluh darah.
2. TRAUMA MATA
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata.
Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan
sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.
Macam-macam bentuk trauma:
Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan pertukangan
Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam,
terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan angin,
dan peluru karet
b. Khemis
Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem
(perekat)
cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata
c. Fisis
Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari
Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma:
a. Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda
asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan
beracun. Benda beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan
misalnya potongan kayu. Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun
dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.
b. Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan
sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput jala
(retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan
menetap.
c. Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada trauma
khemis basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata berlebihan dan penderita
nampak sangat kesakitan, tetapi trauma basa akan berakibat fatal karena dapat
menghancurkan jaringan mata/ kornea secara perlahan-lahan
3. CORPUS ALIENUM
3.2. Patofisiologi
Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan. Benda asing
dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing tersebut diproyeksikan
ke arah mata dengan kekuatan yang besar.
Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi
pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan
kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan
terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan
nekrosis jaringan.
3.3. Penyebab
3.5. Diagnosis
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan:
1) Anamnesis kejadian trauma
2) Pemeriksaan tajamm penglihatan kedua mata
3) Pemeriksaan dengan oftalmoskop
4) Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma
5) Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita
3.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari bola mata.
Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea maka dengan mudah
dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas
lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda
bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi
antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban.
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus,
melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda asing, bila tidak
berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing tersebut.
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan dengan magnit
sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik dengan magnit, sesudah insisi
pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi
linier untuk usia muda dan ekstraksi ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua.
3.7. Pencegahan
Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja atau
berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata pelindung.
3.8. Komplikasi
Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan efek dari
corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral dimana fokus cahaya
pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat mempengaruhi visus. Reaksi inflamasi juga bisa
terjadi jika corpus alienum yang mengenai kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik
maupun perdarahan juga bisa timbul jika menembus cukup dalam.
Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi sekunder seperti
inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada media refraksi yang
berarti, prognosis bagi pasien adalah baik.
Ilyas, Sidrata & Yulianti, Sri Rahayu. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
Ilyas, Sidrata. 2012. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ke-4.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Kanski, Jack J. 2007. Clinical Ophthalmology a Systematic Approach, 6th Edition. Edinburgh
London New York Oxford Philadelphia St Louis Sydney Toronto: Butterworth
Heinemann Elsevier
Panduan Praktik Klinis Bagi Doktee di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi Revisi
Tahun 2014. IDI
Vaugan & Asburys. 2007. General Ophthalmology, 17th Edition. United States of America:
The McGraw-Hills