Professional Documents
Culture Documents
Studi Karakteristik Dan Pola Penanganan Kawasan Kumuh Kota Bau-Bau PDF
Studi Karakteristik Dan Pola Penanganan Kawasan Kumuh Kota Bau-Bau PDF
ABSTRACT
Bau-Bau is one of the city location target for NUSSP Programmed, which having 22.100 Km broad
areas and Bau-Bau City was have slums area problem. The aim of this research was find of slums area
characteristics in Bau-Bau city and try to give recommendation for problem solution pattern of that.
Method of this research was description-qualitative, be based on Rasionalistik-Eksplorative research.
Analiyses is helped by categori, typology and description techniques.
The result of this research were presence slums area charactreistics: (1) slums area in central city; (2)
slums area in flood plain rivers; (3) slums area in costal area. Based of characteristic and slums degree, so
The location more important to had solutions based recommendations such us : (1) Wolio area comprises
Bataraguru, Tomba and wale include Bau-Bau river; (2) Murhum area compries Lanto, Nganganaumala,
Wameo, tarafu and Bone-Bone include Bau-Bau river; (3) Makassar island in Kokalukuna district like
settlements of costal area.
Keywords: Characteristics, Solution, Slums area
1)
Dosen Tetap Pada Fakultas Teknik Universitas Haluoleo
Wilayah Kota Bau-Bau terdiri dari daratan menempatkan masyarakat setempat sebagai pelaku
dan kepulauan dengan luas 22.100 Km. Dari utama dalam pelaksanaan program mulai dari tahap
luas wilayah tersebut terdiri dari 6 (enam) perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
Kecamatan dan 41 (empat puluh satu) pemantauan dan evaluasi. Salah satu cara/bentuk
Kelurahan/Desa. Perkembangan jumlah penduduk yang ditempuh adalah dengan menyediakan
yang relatif tinggi di Kota Bau-Bau lebih bantuan pendampingan dan sumber daya untuk
dipengaruhi oleh faktor migrasi disamping meningkatkan keterampilan masyarakat dalam
pertilitas. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari mengidentifikasi masalah dan mencari alternatif
letak geografis wilayah Kota Bau-Bau yang pemecahannya serta mendorong masyarakat agar
memiliki akses yang tinggi ke daerah-daerah dapat mengorganisasikan dirinya dalam
tetangganya. Disamping itu lonjakan peningkatan pelaksanaan kegiatan-kegiatan untuk penanganan
jumlah penduduk tersebut terjadi karena adanya permasalahan terkait lingkungan permukiman
arus pengungsi dari daerah konflik di Maluku dan kumuh (Pedoman Umum NUSSP, 2006).
pengungsi dari Timor Timur yang masuk ke Kota Sanoff (1990) mendefenisikan arti partispasi
Bau-Bau. Persebaran penduduk di Kota Bau-Bau sebagai suatu interaksi langsung dari individu-
penduduk terbanyak Tahun 2008 adalah di individu dalam membahas dan memahami sejumlah
Kecamatan Murhum yaitu sebesar 33,41%, hal atau nilai-nilai yang dianggap penting bagi
menyusul Kecamatan Wolio sebesar 29,08%, semua. Dua hal penting dalam pendekatan
Konsentrasi penduduk yang tinggi dikedua partisipasi yakni individu-individu yangterlibat
kecamatan tersebut merupakan konsekwensi yang atau dilibatkan serta kesepakatan bersama atas
diembannya sebagai pusat aktifitas perkotaan di substansi yang dibahas dan dipahami. Sementara
Kota Bau-Bau. Tingkat kepadatan penduduk Walt dalam Parwoto (1997) merumuskan partisipasi
tertinggi terdapat di Kecamatan Murhum danWolio sebagai keterlibatan masyarakat tanpa dipaksa
yaitu masing-masing 7.348 jiwa/km2 dan 2.410 untuk mengambil dan melaksanakan keputusan
jiwa/km2. Sementara Kecamatan Bungi dan yang langsung menyangkut kehidupan mereka.
Sorawolio relatif masih rendah yaitu masing-
masing 174 jiwa/km2 dan 78 jiwa/km2. Olehnya itu, METODE PENELITIAN
Kota Bau-Bau memiliki permasalahan permukiman Kajian karaktersitik terhadap kawasan kumuh
yang sama dengan kota-kota lainnya yang ada di Kota Bau-Bau ini merupakan penelitian dengan
Indonesia yakni Kawasan kumuh (slums area) dan pendekatan deskrtiptif-kualitatif yang didasarkan
Kota Bau-Bau merupakan salah satu lokasi sasaran atas penelitian yang bersifat eksploratif rasionalistik
penanganan kawasan kumuh melalui Program dengan menggali informasi dari masyarakat tanpa
NUSSP (Neigborhood Upgrading and Shelter menentukan batas variabel maupun indikator yang
Sector Project). secara partisipatif bertujuan deskriptif. Pencarian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk data bukan dimaksudkan untuk membuktikan
menemukan karakteristik kawasan kumuh yang ada hipotesis, tetapi lebih merupakan pembentukan
di Kota Bau-Bau dan mencoba memberikan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang lebih
rekomendasi sebagai upaya penanganan terhadap dikumpulkan dan kemudian dikelompokkan dalam
permasalahan tersebut. unit-unit. Proses analisis data dimulai dengan
Konsep dasar dalam Program Penanganan mempelajari data yang tersedia dari berbagai
Perumahan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan sumber atau dokumen yang berkaitan. Analisis dan
adalah, pelaksanaan pengelolaan seluruh kegiatan penyusunan data dibantu dengan teknik
diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat dan Kategorisasi. Tipologi dan Deskripsi. Hasil
didampingi oleh konsultan. Jadi tidak diserahkan ke penelitian yang berupa karakteristik kawasan
birokrasi pemerintahan, fungsi birokrasi hanya kumuh di Kota Bau-Bau kemudian dikategorikan
memfasilitasi agar terjadi situsi yang kondusif menjadi beberapa kelompok dan. Analisis interaksi
sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam antar komponen yang akan menjadi temuan-temuan
mengelola program secara maksimal. Dengan penelitian, serta beberapa rekomendasi untuk
demikian NUSSP bukanlah program yang semata- penanganannya.
mata menyalurkan dana ke masyarakat melainkan
juga mendorong pemberdayaan masyarakat itu
HASIL DAN PEMBAHASAN
sendiri untuk dapat berdiri sendiri dalam
menyelesaikan berbagai persoalan lingkungan
Kawasan Padat dan Kumuh Pusat Kota
permukiman yang dihadapinya. Sesuai dengan
Sesuai dengan karakteristik wilayah kota Bau-
paradigma keberlanjutan dalam prinsip-prinsip
Bau, serta mempertimbangkan defenisi kumuh
pemberdayaan komunitas, maka NUSSP akan
mencapai lebih dari 100 jiwa/Ha. Kondisi perkantoran lainnya. Kawasan permukiman padat
permukiman di wilayah pelabuhan Murhum hingga dan kumuh juga terdapat di bantaran sungai Bau-
Kelurahan Bataraguru dan Tomba terdiri dari Bau yang memisahkan antara Kawasan Wolio
bangunan ruko yang sangat padat dan diantarai dengan Kawasan Murhum.
dengan bangunan rumah tinggal serta fasilitas
Berdasarkan survei primer yang dilakukan, penyediaan air bersih. Kawasan dapat
pada umumnya rumah di kawasan ini merupakan difungsikan sebagai asset ekonomi Kota Bau-
hak milik dengan kondisi permanen dan semi Bau; Image Kota Bau-Bau Water Front City.
permanen. Namun di beberapa titik lokasi juga b. Penataan dan pembangunan rumah dengan
terdapat bangunan non permanen/temporer. memanfaatkan Program Perumahan Swadaya.
Permasalahan permukiman lainnya adalah terdapat c. Peningkatan infrastruktur menitikberatkan pada
lahan-lahan yang disewakan kepada masyarakat rehabilitasi dan peningkatan kualitas jalan
pendatang yang belum memiliki tempat tinggal. lingkungan, saluran drainase, pengelolaan
Selain itu, juga terdapat bangunan rumah tinggal sampah dan penyediaan air bersih. Penataan dan
non permanen dibangun oleh masyarakat kemudian Restrukturisasi kawasan dengan pola Land
dipersewakan ke masyarakat pendatang. Consolidation (LC) atau Land Sharing (LS).
d. Penetapan Garis Sempadan Pantai dan Sungai.
Penyediaan Air Bersih
Kawasan Wolio mendapatkan pasokan air bersih
Pengembangan Perumahan bagi Masyarakat
dari Zona Wilayah Pelayanan II menggunakan
Berpenghasilan Rendah (MBR)
Mata air Kasombu dengan debit 80 100 liter/detik
Kawasan ini dapat dikembangkan untuk
yang dikelola oleh PDAM Kota Bau-Bau. Cakupan
perumahan MBR bagi masyarakat setempat.
pelayanan zona ini meliputi Kecamatan Wolio yang
Berbagai pilihan desain rumah termasuk rumah
terlayani baru sekitar 2,41 %. Namun dibeberapa
susun (rusun). Rencana alokasi ruang untuk
lokasi di kawasan ini Air bersih agak sulit
pembangunan rumah vertikal (Rusun) memang
didapatkan, karena pembuatan sumur agak sulit
diarahkan pada wilayah-wilayah yang sudah padat
disebabkan oleh struktur tanah yang berbatu dan
dan pada wilayah-wilayah dengan kebutuhan rumah
membutuhkan dana yang cukup besar.
sewa tinggi atau sebagai alternatif revitalisasi
Sistem Pembuangan Limbah kawasan kumuh dan padat perkotaan.
Pengelolaan air limbah di Kota Bau-Bau
Ruang Terbuka Hijau
dilaksanakan dengan sistem pengumpulan dan
Ruang terbuka hijau dapat disediakan dengan
pembuangan. Setiap tahapan dilakukan secara
memanfaatkan kawasan pinggir pantai yang
terstruktur dan berkesinambungan. Kebutuhan
menghadap pada kawasan komersial dan Kawasan
prasarana pengolahan air limbah sebagai bagian
sekitar Pantai Kamali. Kawasan Pantai Kamali
dari sistem pengumpulan ditentukan berdasarkan
merupakan kawasan reklamasi pantai yang menjadi
masing-masing sumber.
bagian dari penataan pantai. Kawasan tersebut
Penanganan Kawasan Wolio selain berfungsi sebagai public space juga berfungsi
Peningkatan Kualitas Lingkungan sebagai ruang terbuka hijau. Kawasan Hijau juga
a. Peremajaan Kawasan (Urban Renewal) adalah dapat ditetapkan sepanjang Sungai Bau-Bau yang
pengembangan rumah bagi masyarakat setempat akan berfungsi sebagai buffer zone dari kawasan
dengan memperbaiki infrastruktur jalan lokal, terbangun.
drainase, pembuangan sampah, sanitasi dan
Kecamatan Murhum meliputi : Kelurahan padatnya permukiman di wilayah Barat dan Timur
Baadia, Melai, Wajo, Lamangga, Tanganapada, kecamatan ini. Tingkat kepadatan bangunan arah
Bone-Bone, Tarafu, Wameo, Kaobula, Lanto dan selatan sangat rendah dan akses ke arah Selatan
Nganganaumala. Dari 11 kelurahan tersebut 2 sudah sangat mudah dalam hal ini pemerintah telah
kelurahan memiliki tingkat kekumuhan tinggi membuka akses jalan kearah Selatan Kecamatan
(Wameo dan Nanganaumala), 5 kelurahan memiliki Murhum.
tingkat kekumuhan sedang (Baadia, Melai, Bone-
Bone, Kaobula, dan Lanto) dan 4 kelurahan Penyediaan Air Bersih
memiliki tingkat kekumuhan rendah (Wajo, Kawasan Murhum mendapatkan pasokan air
Lamangga, Tanganapada dan Tarafu) Data bersih dari Zona Wilayah Pelayanan I
mengenai tingkat kekumuhan Kelurahan Wameo menggunakan sumber air permukaan kali
dan Nganganaumala dapat dilihat pada tabel 2. balanga/Kali Ambon dengan kapasitas debit 100
120 l/s. Beberapa lokasi di wilayah ini masih
Kondisi Permukiman kesulitan mendapatkan air bersih, masyarakat
Pola permukiman yang tejadi mengikuti pola mendapatkan air bersih dengan membeli di tempat-
jalan dan kondisi topografi setempat sehingga pola tempat penampungan yang telah disiapkan yang
pengembangan cendrung berbentuk grid dan linier. dikelola oleh masyarakat berupa tandon air yang
Kecenderungan perkembangan perumahan dan ditempatkan pada lokasi yang strategis untuk
pemurkiman di kecamatan Murhum cendrung ke dijangkau oleh masyarakat.
arah selatan . Hal ini disebakan sudah sangat
Kawasan Padat dan Kumuh Pesisir Pantai Kadolokatapi, dan Kalia-lia. Karakter kedua berupa
Kawasan Pesisir pantai/Nelayan (Murhum dan kawasan pantai yang landai sehingga memiliki
Wolio) wilayah peralihan daratan ke lautan yang khas.
Melihat kondisi karakter pantai di Kota Bau- Zona ini sebagian ditumbuhi berbagai vegetasi
bau sebenarnya terdapat dua karakter yang berbeda. peralihan terdiri dari berbagai spesies Mangrove
Karakter pertama, kawasan pantai dengan batas dari jenis Nypah, Avicenea, maupun Rhyzophora.
pantai berupa tebing sehingga tidak memiliki Kawasan ini antara lain tersebar di beberapa titik di
wilayah peralihan. Kawasan ini terdapat di garis Desa Palabusa, Kolese, Lowu-Lowu, sepanjang
pantai sepanjang pantai Desa Katobengke, pantai pusat kota, dan Sulaa.
Penanganan Kawasan Pesisir/Nelayan Pusat dikawasan pesisir ini. Pulau Makassar memiliki
Kota potensi untuk dikembangkan menjadi area wisata
Beberapa hal yang direkomendasikan untuk pantai, karena letaknya yang strategis dengan
menangani permasalahan kumuh di wilayah nuansa pesisir yang cukup baik secara estetika.
pesisir/nelayan antara lain : Topografi Pulau Makassar cenderung datar dengan
1. Redefinisi kawasan pada lokasi kumuh dengan kelerengan lahan berkisar antara 0 8 %,
prioritas kawasan khusus pesisir melaui pola berpotensi untuk dikembangkan permukiman
KIP. dengan dominasi type biasa. Namun perlu
2. Penegasan pemanfaatan ruang khususnya dizonasi perbandingannya dengan baik persentai
wilayah pesisir. built of area permukiman dengan Open Space
3. Pengaturan sempadan pantai. sebagai area resapan dan perkebunan masyarakat .
4. Pembangunan coastal road yang berfungsi Kepadatan bangunan yang paling tinggi terjadi pada
sebagai jaringan jalan dan juga sebagai batas radius dermaga dan pusat pelayanan pemerintah.
terluar yang memisahkan antara fungsi perairan Empat akses Jalan yang menghubungkan kelurahan
dan fungsi perumahan. Sukanayo dan Liwotu berpotensi linier untuk
5. Peningkatan kualitas prasarana dan sarana menjadi area permukiman dengan Fungsi
lingkungan permukiman pesisir Perdagangan. Oleh karena itu dibutuhkan
6. Peningkatan Kualitas perumahan pesisir. pengendalian berupa peraturan daerah yang
7. Penataan pantai untuk menambah daya tarik mengatur arah dan perkembangan perkim di Pulau
wisata. Makassar. Kawasan Pulau Makassar memiliki
8. Relokasi penduduk dari kawasan kumuh pesisir beberapa potensi terutama kaitannya dengan
pantai ke rumah susun yang telah dibangun. pengembangan kawasan wisata bahari ke depan,
9. Bantuan usaha ekonomi kawasan nelayan antara lain : (1) Kawasan Rekreasi pantai bagi
(perdesaan) seperti dana bergulir yang bersifat penduduk lokal; (2) Pasir yang indah dan halus; (3)
stimulatif. Kekerabatan masyarakat yang sangat tinggi; (3)
10. Pendampingan untuk penanganan. Keamanan lingkungan yang baik.