You are on page 1of 75

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit,
cacat, kelemahan, tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan
fisik, mental dan sosial yang memungkinkan untuk hidup produktif. Manusia
adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam memenuhi
kebutuhannya, untuk memenuhi kebutuhan tersebut individu dituntut untuk lebih
meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya dapat terpenuhi dan tingkat
social di masyarakat lebih tinggi, kemudian ini merupakan dambaan setiap
manusia.
Individu akan merasa gagal, putus asa dan akhirnya mempunyai suatu
pikiran negatif terhadap dirinya dan akhirnya akan merendahkan martabat sendiri,
individu akan merasa tidak mempunyai kemampuan apa-apa dan merasa rendah
diri, yang dikenal dengan gangguan kosep diri : Haga Diri Rendah. Klien dengan
gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah yang tidak ditangani akan mengisolasi
diri, perubahan sensori persepsi halusinasi dengar atau lihat, perilaku kekerasan,
dan klien akan kurang memperhatikan kebersihan diri. Oleh karena itu diperlukan
perawatan intensif baik dari segi kualitas maupun kuantitas dari pelayanan tenaga
kesehatan termasuk didalamnya adalah perawat.
Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan gangguan konsep diri:
Harga Diri Rendah meliputi peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pada peran promotif, perawat meningkatkan dan memelihara kesehatan mental
melalui penyuluhan dan pendidikan untuk klien dan keluarga. Dari aspek preventif
yaitu untuk meningkatkan kesehatan mental dan pencegahan gangguan konsep
diri: Harga Diri Rendah. Sedangkan pada peran kuratif perawat meencanakan dan
melaksanakn rencana tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga. Kemudian
peran rehabilitatif berperan pada follow up perawat klien dengan gangguan konsep
diri: Harga Diri Rendah melalui pelayanan di rumah atau home visite. Berdasarkan
data statistik yang kami dapatkan pada ruang puri Nurani Rumah Sakit Soeherto

1
Heerdjan sepuluh bulan yang lalu di dapatkan data klien yang mengalami
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah terdapat 1,72%, Isolasi Sosial terdapat
9,38%, Resiko Perilaku Kekerasan terdapat 22,70%, Perilaku Kekerasan 1,81,
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi terdapat 53,25% dengan jumlah pasien
yang dirawat
Dari hasil proporsi yang didapat walaupun dalam jumlah kecil namun
diperlukan penangan khusus, pada klien dengan gangguan konsep diri: Harga Diri
Rendah dapat mengakibatkan cemas dan takut, individu akan takut ditolak, takut
gagal, dan dipermalukan akharnya cenderung untuk menarik diri yang pada
akhirnya individu akan mengalami gangguan orientasi realita. Komplikasi yang
berbahaya adalah individu mempunyai keinginan untuk menciderai dirinya.

1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah
sebagaiberikut:
1. Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah (HDR)?
2. Bagaimana proses terjadinya harga diri rendah (HDR)?
3. Bagaimana proses keperawatan dengan klien harga diri rendah (HDR)?
4. Bagaimana gambaran kasus pada klien dengan harga diri rendah (HDR)?
5. Bagaimana proses keperawatan pada kasus tersebut ?
6. Terapi modalitas apa yang cocok untuk kliendengan harga diri rendah
(HDR)?
7. Model keperawatan apa yang cocok untuk klien dengan harga diri rendah
(HDR)?
8. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) apa yang cocok untuk klien dengan harga
diri rendah ?
9. Bagaimana Menyusun Proposal SPTK pada klien dengan harga diri rendah
(HDR) ?

2
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari harga diri rendah (HDR).
2. Untuk mengetahui proses terjadinya masalah dengan harga diri rendah
(HDR).
3. Untuk mengetahui proses keperawatan pada klien dengan harga diri rendah
(HDR).
4. Untuk mengetahui gambaran kasus pada klien dengan harga diri rendah
(HDR).
5. Untuk mengetahui proses keperawatan (trigger case) pada kasus tersebut.
6. Untuk mengetahui terapi modalitas yang cocok pada klien dengan harga diri
rendah (HDR).
7. Untuk mengetahui model keperawatan yang cocok pada klien dengan harga
diri rendah (HDR).
8. Untuk mengetahui Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang cocok pada
klien dengan harga diri rendah. (HDR).
9. Untuk mengetahui susunan SPTK pada pasien dengan harga diri rendah
(HDR).

3
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Pengertian
Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya interaksi
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman
dan objek, tujuan serta keinginan (Stuard dan Sudeen dalam Keliat, 1992).
Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang
dimiliki seseoranf terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang
berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan patut
dipertimbangkan (Towsend, 2005).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena karena
tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri (Keliat, 1998).
Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung.
Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga
diri rendah merupakan keadan dimana individu mengalami evaluasi diri yang
negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
Harga diri rendah (HDR) merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Towsend, 1998)
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah
adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan
gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung,
penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.

4
2.2 Proses terjadinya HDR
Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain:
a Faktor predisposisi
Faktor predisposisi (Budi Ana keliat, 1992)
Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan factorkonstribusi pada
gangguan konsep diri.
Anak yang tidak menerima kasih saying
Individu yang tidak mengerti akan dengan tujuan kehidupanakan gagal
menerima tangguang jawab untuk diri sendirid.Penolakan orang tua,
harapan yang tidak realistis,tergangtung pada orang lain dan ideal diri
yang tidakrealistis.
Faktor predisposisi (Stuard and Sudeen, 1998)
Penolakan orang tua
Harapan orang tua yang tidak realistis
Kegagalan yang berulang kali
Kurang mempunyai tanggung jawab personal
Ketergantungan pada orang lain
Ideal diri tidak realistis
b Faktor presipitasi
1. Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah :
- Hilangnya sebagian anggota tubuh
- Berubahnya penampilan atau bentuk tubuh
- Mengalami kegagalan
- Menurunnya produktivitas
2. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) dapat terjadi secara situasional
maupun kronik :
a. Situasional
Gangguan konsep diri (harga diri rendah) yang terjadi secara
situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul tibatiba,
misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban
perkosaan, atau menjadi nara pidana sehingga harus masuk penjara.

5
Selain itu dirawat dirumah sakit juga bisa menyebabkan rendahnya
harga diri seseorang dikarenakan penyakit fisik, pemasangan alat
bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai
akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas
kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.
b. Kronik
Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat.klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum
dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.
Baik faktor predisposisi atau presipitasi diatas bila telah
mempengaruhi seseorang baik dalam berpikir, bersikap, maupun
bertindak, maka dianggap telah mempengaruhi koping individu
tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme koping individu
inefektif). Bila kondisi klien dibiarkan tanpa ada intervensi lebih
lanjut dapat menyebabkan kondisi dimana klien tidak memiliki
kemauan untuk bergaul dengan orang lain (isolasi sosial). Klien yang
mengalami isolasi sosial dapat membuat klien asyik dengan dunia dan
pikirannya sendiri sehingga dapat muncull resiko perilaku kekerasan.
3. Teori para Ahli mengenai Harga Diri Rendah
Peplau dan Sulivan dalam Keliat (1999) mengatakan bahwa
pengalaman interpersonal di masa atau tahap perkembangan dari bayi
sampai lanjut usia yang tidak menyenangkan seperti good me, bad me,
not me, merasa sering dipersalahkan, atau merasa tertekan, kelak akan
menimbulkan perasaan aman yang tidak terpenuhi. Hal ini dapat
menimbulkan perasaan ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang
digunakan tidak efektif dapat menyebabkan harga diri rendah.
Caplan (dalam Keliat 1999) mengatakan bahwa lingkungan sosial,
pengalaman individu, dan adanya perubahan sosial seperti perasaan
dikucilkan, ditolak, serta tidak dihargai akan mempengaruhi individu.

6
Keadaan seperti ini dapapt menyebabkan stres dan menimbulkan
penyimpangan perilaku sepertiharga diri rendah.

2.3 Pathway

Ideal diri tidak Penolakan dari Kegagalan berulang


realistis orang lain kali

Evaluasi negatif terhadap


kemampuan diri

Gangguan konsep diri

Ketidakpercayaan diri

Merasa tidak berharga

Rendah diri

(Harga Diri Rendah)

2.4 Rentang Respon


Respon Respon
Adaptif Mal adaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi

Diri positif rendah identitas

1. Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif
2. Konsep diri positif

7
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya dan
sesuaidengan kenyataan
3. Harga diri rendah
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa
gagalmencapai keinginan
4. Kerancunan identitas
Ketidakmampuan indIvidu mengidentifikasi aspek psikologi pada masa
dewasa, sifatkepribadian yang bertentangan perasaan hampa dan lain-
lain
5. Dipersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas misalnya malu
dan sedihkarena orang lain.

2.5 Tanda dan gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala klieng dengan gangguan harga diri rendah:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Penolakan terhadap kemampuan diri
e. Tidak berani menatap lawan bicara
f. Lebih banyak menunduk
g. Bicara lambat dengan nada suara lemah
Menurut Carpenito, L.J (1998:352); Keliat, B.A (1994:20)
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah
mendapat terapi sinar pada kanker.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.

8
5) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
6) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
2.6 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan yang terdiri dari pengumpulan data dan perumusan masalah klien
(Budi Anna Keliat, 2005). Data yang dikumpulkan dalam pengkajian meliputi 5
aspek, yaitu, aspek fisik, aspek emosional, aspek intelektual, aspek sosial dan
aspek spritual.

Pengkajian keperawatan jiwa pada masalah keperawatan gangguan konsep


diri: harga diri rendah meliputi:

1. Identitas

a. Identitas yang merawat klien melakukan perkenalan dengan klien tentang:


nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik yang akan di bicarakan.
b. Usia dan nomor RM
c. Perawat menulis sumber data yang di dapat.
2. Alasan Masuk
a) Tanyakan pada klien atau keluarga.
b) Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit saat
ini.
c) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga dalam mengatasi masalah ini.
d) Bagaimana hasilnya.
3. Faktor Predisposisi
a) Tanyakan pada klien atau keluarga apakah klien ernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu.
b) Jika klien pernah, maka tanyakan bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya. Apabila ia dapat beradaptasi di masyarakat tanpa gejala

9
gangguan jiwa, apakah dia dapat beradaptasi tapi masih ada gejala sisa
atau gejala bertambah atau menetap.
c) Tanyakan pada klien pernah melakukan/ mengalami/ menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal.
d) Tanyakan pada klien atau keluarga yang mengalami gangguan jiwa apabila
ada keluarga yang nmengalami gangguan jiwa, maka tanyakan bagaimana
hubungan klien degan anggota keluarga tersebut. Tanyakan apa gejala
yang dialami serta riwayat pengobatan perawatan yang pernah diberikan
pada anggota keluarga tersebut.
e) Tanyakan pada klien atau keluarga tentang pengalamann yang tidak
menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma,
selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien di masa lalu.
4. Fisik
Pengkajian fisik di fokuskan pada system dan fungsi organ.
a) Ukur dan observasi tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
klien, ukur tinggi badan, dan berat badan klien.
b) Tanyakan pada klien atau keluarga apakah ada keluahan fisik yang
dirasakan oleh klien.
c) Kaji lebih lanjut system dan fungsi organ dan jelaskan sesuai dengan
keluhan yang ada.
d) Masalah keperawatan ditulis dengan data yang ada.
5. Psikososial
a) Genogram
Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan
klien dengan keluarga.

10
Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan, dan pola asuhan. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan
data.
b) Konsep Diri
1) Citra tubuh; bagaimana presepsi klien terhadap tubuhnya, bagian mana
tubuhnya yang disukai dan tidak disukai.
2) Ideal diri; tanyakan tentang: status dan posisi klien sebelum di rawat,
kepuasaan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja,
kelompok), kepuasaan klien sebagai lelaki/perempuan.
3) Peran: tanyakan tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/ kelompok/
masyarakat, kemampuan klien alam melaksanakan tugas.
4) Identitas diri: tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas/peranan, tanyakan harapan klien terhadap (keluarga, sekolah,
tempat kerja, masyarakat), harapan klien terhadap penyakitnya.

11
5) Harga diri: tanyakan hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan
penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kecewa terhadap dirinya sebagai wujud harga diri
rendah.
c) Hubungan Sosial
Tanyakan pada klien siapa orang terdekat dalam kehidupan, tempat
mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan. Tanyakan pada
klien kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat. Masalah
keperawatan ditulis sesuai dengan data.
d) Spiritual
1) Nilai keyakinan: tanyakan tentang pandangan dan keyakinan, terhadap
gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang dianut.
Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.
2) Kegiatan ibadah: tanyakan kegiatan ibadah dirumah secara individu dan
kelompok. Pendapat klien/ keluarga tentang kegiatan ibadah.
e) Status Mental.
Nilai penampilan klien rapih atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan (sedih, takut, khawatir) efek klien, interaksi
selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi berhitung, kemampuan penilaian
dan daya tilik diri.
f) Kebutuhan Persiapan Pulang.
1) Observasi makan klien, mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
2) Klien mampu BAB dan BAK menggunakan dan membersihkan WC,
serta membersihkan dan merapihkan kamar pakaian.
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.

12
6) Bagaimana aktivitas aktivitas dalam rumah, merencanakan mengelola
menyiapkan makanan, merapihkan rumah, mencuci pakaian sendiri dan
mengatur kebutuhan biaya sehari sehari.
7) Bagaimana aktivitas diluar rumah, belanja untuk kebutuhan sehari
hari, perjalanan mandiri berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi
atau umum, dan aktivitas yang lain yang dilakukan biasa bayar listrik,
telepon, air, ke kantor pos atau Bank.
g) Mekanisme Koping.
Data didapat dari wawancara pada klien dan keluarga, koping yang
dimiliki oleh klien baik adaktif maupun malaadktif.
h) Masalah Psikososial Dan Lingkungan.
Data didapat melalui wawancara dengan klien dan keluarga mengenai
masalah yang dimiliki klien.
i) Pengetahuan.
Data didapat melalui wawancara dengan klien dan keluaga mengenai
masalah disimpulkan dalam masalah.
2.7 Diagnosa Keperawatan
a. Pohon masalah
Isolasi sosial Effect

Harga diri rendah (HDR) Core Problem

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif Causa

b. Diagnosa Keperawatan Prioritas


a Harga diri rendah (HDR)
b Isolasi sosial
c Koping individu tidak efektif
d Koping keluarga tidak efektif

13
2.8 Rencana Tindakan Keperawatan
Klien Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Diagnosa Perecanaan
Tgl Intervensi Rasional
kepeawatan Tujuan Kriteria evaluasi
Kerusakan inteaksi Tujuan umum:
sosial: menarik diri Klien dapat
berhubugan dengan melakukan
harga diri rendah. hubungan sosial
secara bertahap.
Tujuan khusus I : Kriteria evaluasi: 1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
Klien dapat Klien dapat percaya. akan menimbulkan
membina mengungkapka a. Sapa klien dengan kepercayaan klien pada
hubungan saling n perasaannya. ramah, baik verbal perawat sehingga akan
percaya. Ekspresi wajah maupun nonverbal. memudahkan dalam
bersahabat. b. Perkenalkan diri pelaksanaan tindakan
Ada kontak dengan sopan. selanjutnya.
mata. c. Tanya nama
lengkap klien dan

14
Menunjukkan nama panggilan
rasa senang. yang disukai klien.
Mau berjabat d. Jelaskan tujuan
tangan. pertemuan, jujur
Mau menjawab dan menepati janji.
salam. e. Tunjukan sikap

Klien mau empati dan

duduk menerima klien

berdampingan. apa adanya.

Klien mau f. Beri prhatian pada

mengutarakan klien.

masalah yang 1.2 Beri kesempatan untuk


dihadapi. mengungkapkan
perasaanya tentang
penyakit yang di
deritanya.
1.3 Sediakan waktu untuk
mendengarkan klien.

15
1.4 Katakan pada klien
bahwa ia adalah
seorang yang berharga
dan bertanggung jawab
serta mampu
menolong dirinya
sendiri.
Tujuan khusus 2: Kriteria evaluasi: 2.1 Diskusikan kemampuan Pujian akan meningkatkan
Klien dapat Klen mampu dan aspek positif yang harga diri klien.
mengidentifikasi mempertahanka dimiliki klien dan beri
kemampuan dan n aspek yang pujian/reinforcement
aspek positif yang positif. atas kemampuan
dimiliki. mengungkapkan
perasaannya.
2.2 Saat bertemu klien,
hindarkan memberi
penilaian negatif.
Utamakan memberi
pujian yang realistis.

16
Tujuan khusus 3: Kriteria evaluasi: 3.1 Diskusikan kemampuan Peningkatan kemampuan
Klien dapat menilai Kebutuhan klien yang masih dapat mendorong klien untuk
kemampuan yang klien terpenuhi. di gunakan saat sakit. mandiri.
dapat digunakan. Klien dapat 3.2 Diskusikan juga
melakukan kemampuan yang
aktifitas terarah. dapat dilanjutkan
penggunaan di rumah
sakit dan di rumah
nanti.
Tujuan khusus 4: Kriteria evaluasi: 4.1 Rencanakan bersama Pelaksanaan kegiatan
Klien dapat Klien mampu klien aktifitas yang secara mandiri modal awal
menetapkan dan beraktifitas dapat dilakukan setiap untuk meningkatkan harga
merencanakan sesuai hari sesuai diri.
kegiatan sesuai kemampuan. kemampuan: kegiatan
dengan Klien mengikuti mandiri, kegiatan
kemampuan yang terapi aktifitas dengan bantuan
dimiliki. kelompok. minimal, kegiatan
dengan bantuan total.

17
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi
kondisi klien.
4.3 Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang boleh dilakukan
(sering klien takut
melaksanakannya).

Tujuan khusus 5: Kriteria evaluasi: 5.1 Beri kesempatan klien Dengan aktifitas klien akan
Klien dapat Klien mampu untuk mencoba mengetahui
melakukan beraktifitas kegiatan yang kemampuannya.
kegiatan sesuai sesuai direncanakan.
kondisi sakit dan kemampuan. 5.2 Beri pujian atas
kemampuannya. keberhasilan klien.
5.3 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di rumah.

18
Tujuan khusus 6: Kriteria evaluasi: 6.1 Beri pendidikan Perhatian keluarga dan
Klien dapat Klien mampu kesehatan pada pengertian keluarga akan
memanfaatkan melakukan apa keluarga tantang cara dapat membantu
sistem pendukung yang di ajarkan. merawat klien harga meningkatkan harga diri
yang ada Klien mau diri rendah. klien.
memberikan 6.2 Bantu keluarga
dukungan. memberi dukungan
selama klien dirawat.
6.3 Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di rumah

19
2.9 Strategi Pelaksanaan (SP)

HargaDiriRendah
Pasien Keluarga
SP1 SP1
1) Mengidentifikasi 1) Mengidentifikasi masalah yang
kemampuan positif yang dirasakan dalam merawat pasien.
dimiliki. 2) Menjelaskan proses terjadinyah hdr
2) Menilai kemampuan yang 3) Menjelaskan tentang cara merawat
dapat digunakan. pasien.
3) Memilih kemampuan yang 4) Bermain dalam merawat pasien hdr.
akan dilatih. 5) Menyusun RTL keluarga / jadwal
4) Melatih kemampuan keluarga untuk merawatpasien.
pertama yang telah dipilih.
5) Memasukan dalam jadwal
kegiatan pasien.
SP2 SP2
1) Evaluasi kegiatan yang 1) Evaluasi Sp 1.
lalu (sp 1) 2) Latih keluarga langsung kedepan.
2) Memilih kemampuan 3) Menyusun RTL keluarga/jadwal
kedua yang dapat keluarga untuk merawat klien.
dilakukan
3) Melatih kemampuan yang
dipilih
4) Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien.
SP3 SP3
1) Evaluasi kegiatan yang 1) Evaluasi kemampuan keluarga.
lalu (sp 1dan 2). 2) Evaluasi kemampuan pasien.
2) Memilih kemampuan 3) RTL keluarga: follow up, rujukan.
ketiga yang dapat
dilakukan.
3) Melatih kemampuan 3
yang dipilih
4) Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien.

20
BAB IV
TINJAUAN KASUS

4.1 GambaranKasus
Klien S 20 tahun, masuk RSJ dengan alasan sering menangis, sering
berbicara sendiri dengan menganggap bahwa dirinya orang terbodoh,
mengurungdiri, gelisah tidak bisa tidur dan suka berkata bahwa dirinya tidak
berguna dan tidak berharga karena tidak bisa membanggakan orang tuanya. Sudah
dua kali ini klien di rawat dengan alasan yang sama.

Penyebab klien menangis adalah setiap klien melihat anak berseragam


sekolah. Klien merasa putus asa karena mengingat dirinya tidak lulus SMA dan
hanya diasatu-satunya siswa yang tidak lulus di sekolahnya. Sejak saat itu pula klien
juga diputus oleh pasangannya sehingga membuat klien merasa semakin tidak
berharga dan tidak ada yang membutuhkan dirinya. Saat klien bercerita mengenai
permasalahannya, klien tidak berani menatap mata perawat dan selalu menunduk
saat diajak berbicara. Klien berbicara sangat pelan dan sesekali terisak. Klien
merasa minder dan jarang berbaur dengan keluarga karena kakak-kakak klien
sukses dalam pendidikan. Kakak-kakak klien adalah seorang dosen dan sarjanah
hukum sedangkan ayah klien adalah seorang pengusaha sukses. Menurut keluarga
(ibu dan kakak-kakaknya) klien sangat sensitif dan sering bicara sendiri meminta
maaf karena dia merasa bersalah, tidak berguna dan berharga sebagai anak. Klien
sering menangis dan jika sedang menangis, ayah klien sering menegurnya dengan
keras dan memarahinya sehingga klien mengurung dirinya di kamar.

4.2 Proses Keperawatan (trigger case)


I. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Nn.S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Agama : Islam

21
Alamat :-
Suku /bangsa : Jawa / Indonesia
Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa
Status perkawinan : belum menikah
Pekerjaan : tidak bekerja
Pendidikan : SMP
Ruang rawat : Ruang Melati
Rekam Medik :-
Tanggal masuk :-
Tanggal pengkajian :-

b. Faktor predisposisi
Klien sudah 2 kali di rawat di RSJ
Klien adalah satu-satunya siswa di sekolahnya yang tidak lulus ujian akhir
SMA
Klien di putus pacar
Kakak-kakak klien adalah seorang dosen dan sarjana pendidikan
sedangkan ayah klien adalah seorang pengusaha sukses
c. Faktor prespitasi
Ditegur dengan keras dan dimarahi ayah saat klien menangis.
d. Penilaian primer
Menurut kelompok kami, stressor yang mempengaruhi keadaan klien saat ini
sangat berarti untuk klien. Karena semua stressor tersebut membuat keadaan
klien terganggu yang ditandai dengan klien menjadi sangat sensitif,
menyalahkan diri sendiri dan menangis. Saat klien dimarahi ayahnya, klien
langsung mengurung diri di kamar.

e. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan klien yaitu maladaptif dengan berkali-
kali meminta maaf, menangis, bahkan mengurung diri di kamar. Mekanisme

22
ini tidak menyelesaikan masalah melainkan menghindar dan
melampiaskannya.
f. Penilaian sekunder
a. Dari sisi pendidikan klien adalah anak yang bisa dibilang gagal diantara
saudaranya karena kakaknya seorang dosen dan sarjana pendidikan
sedangkan dirinya tidak lulus sekolah.
b. Dari sisi dukungan sosial yang dimiliki klien sangat rendah, terbukti
dengan ayah klien selalu memarahi klien saat klien menangis.
c. Motivasi dalam diri klien sangat rendah karena klien sudah tidak
memperdulikan dirinya
g. Fisik
Dari observasi didapat data : -
h. Psikososial
a. Genogram

Keterangan :

45
: Perempuan (45th) : Tinggalserumah
50 : Laki-laki (50 th) : Klien / pasien

23
1. KonsepDiri
a. Citra tubuh
Klien merasa bahwa dirinya malu terhadap dirinya sendiri karena dia tidak
lulus SMA, sehingga dia mengurung dirinya dikamar.
b. Ideal diri
Harapan klien terhadap dirinya mempunyai semangat dalam menjalani
hidup kedepannya. Klien tidak merasa minder lagi dan merasa bersalah
kepada keluarganya dan bisa berinteraksi kepada keluarga dan teman-
temannya.

c. Harga diri
Klien merasa bahwa dirinya tidak berguna dan tidak beharga karena dia
tidak bisa membanggakan orang tuanya.
d. Penampilan peran
Klien merasa malu kepada orang tua dan kakak-kakaknya karena dirinya
merasa tidak berguna sehingga dia lebih memilih mengurung diri dikamar,
dan semenjak dia diputuskan pacarnya dia merasa bahwa dirinya sudah
tidak dianggap dan dikucilkan.
e. Identitas Diri
Sebelum masuk RSJ klien merasa senang dan ikut aktif dalam kegiatan
sekolahnya. Dalam keluarga klien mearsa peran sebagai anak selalu di
sayang. Di dalam lingkungan masyarakat klien juga ramah. Setelah klien
dalam pendidikan SMA tidak lulus klien terpuruk dan sedih karena sudah
gagal membahagiakan kedua orangtuanya. Klien menangis jika melihat
anak yang memakai seragam sekolah. Klien merasa kehilangan percaya
diri.
2. Hubungan Sosial
Klien mengatakan sebelum masuk RSJ biasanya kalau ada masalah selalu
cerita kepada orang tuanya terutama ibunya, sedangkan semenjak dia masuk
RSJ, keluarganya tidak peduli dengannya dan ayahnya sering memarahi
anaknya ketika sedang menangis. Dan dalam lingkungan keluarga dia lebih
memilih untuk menyendiri dikamar. Dalam lingkungan masyarakat dan

24
sekitarnya karena klien tidak mau berinteraksi karena klien merasa tidak ada
yang membutuhkan dirinya.
3. Spiritual
Klien mengaku beragama islam, tetapi semenjak dia masuk RSJ dia
mengalami distress spiritual karena dia hanya diam, dan mengurung diri
dikamar dan tidak pernah melakukan ibadah. Beda sebelumnya saat dia masih
dirumah, dia setiap hari melakukan ibadah bersama kedua orang tuanya.
4. Status Mental
a. Penampilan
-
b. Pembicaraan
Klien saat diajak bicara cenderung diam dan tidak mau menjawab
pertanyaan dari perawat, klien tampak melamun.
c. Aktivitas motorik
Klien tampak lesu dan tidak bersemangat saat diwawancarai dan pasien
menunduk saat diajak bicara.
d. Affect dan emosi
Klien tampak sedih dan sesekali terisak. Raut wajah datar dan menunduk
atau tidak mau menatap wajah perawat saat di wawancarai.
e. Interaksi selama wawancara
Klien kurang kooperatif saat di wawancarai, klien diam dan menunduk,
tidak mau menatap mata perawat.
f. Persepsi
Perawat melihat tanda-tanda klien negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan.

g. Proses fikir
Klien sering menunduk dan diam saat diajak berkomunikasi. Klien lebih
suka menyendiri.
h. Isi pikir

25
Klien saat ini berfikir bahwa dirinya malu dan tidak berguna, karena tidak
lulus SMA dan tidak bisa seperti kakak-kakaknya yang sukses dalam
pendidikan.
i. Tingkat kesadaran
a. Waktu :klien kurang dapat mengetahui kapan dirinya masuk RSJ dan dia
kurang mengetahui kapan harus beraktivitas seperti mandi, dan lain-lain,
karena klien cenderung melamun, tidak mau keluar kamar, selalu sendiri
dan diam.
b. Tempat : klien mengetahui saat ini klien berada di RSJ
c. Orang : klien masih dapat mengenali seseorang.
j. Memori
Klien mampu mengingat kejadian yang telah lalu dan baru-baru terjadi.
Klien masih ingat jam berapa dia bangun tadi, klien juga ingat kapan dirinya
tidak lulus SMA dan saat diputuskan pacarnya.
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berhitung saat diberi soal penambahan, klien mampu
menjawab dengan baik meskipun klien lambat dalam menjawab.
5. Analisa Data
No. Etiologi Problem
1. DS: Klien merasa minder karena dia tidak Harga diri rendah
lulus SMA sedang kakak-kakak klien
adalah seorang dosen dan sarjana
pendidikan. Ayah klien juga seorang
pengusaha sukses.
DO: Saat ditanya klien tidak berani menatap
mata perawat dan selalu menunduk. Gaya
bicaranya sangat pelan.
2. DS: Klien sering mengurung diri di kamar dan Isolasisosial
tidak suka berbaur dengan keluarga

26
3. DS: Klien tambah menangis saat ditegur dan Koping individu tidak
pergi mengurung diri di kamar efektif
4. DS: Ayah klien menegur klien dengan keras Koping keluarga tidak
dan memarahi klien saat klien menangis. efektif

II. Diagnosa Keperawatan


a. Pohon Masalah

Isolasisosial Effect

Harga Diri Rendah (HDR) Core Problem

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif Causa

b. Diagnosa Keperawatan Prioritas


1) Harga diri rendah
2) Isolasisosial
3) Koping individu tidak efektif
4) Koping keluarga tidak efektif

4.2 Terapi modalitas apa yang cocok pada keadaan klien adalah:
a. Terapi Lingkungan (Milleu Therapy)
Karena pada terapi ini dapat membantu pasien untuk
mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
membantu belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk
kembali ke masyarakat. Dengan terapi ini perawat mengajarkan pasien
untuk membuat dan menggunakan aktifitas yang menyenangkan. Hal ini
memberi kesempatan pada pasien untuk mengikuti bermacam-macam
kreasi dan membantu pasien untuk menerapkan keterampilan yang telah

27
dipelajari, misalnya membaca novel, menggambar kartun ataupun animasi.
Maka dengan mengajarkan hal tersebut pasien akan merasa akrab dengan
lingkungan yang diharapkan, pasien merasa senang/ nyaman dan tidak
merasa takut dengan lingkungannya, kebutuhan fisik klien akan mudah
terpenuhi. Dan pasien tidak tampak gelisah, tidak sering melamun, tidak
sering menangis lagi karena pasien dapat berinteraksi dengan lingkungan.
Misalnya: klien diajak jalan-jalan ke taman, diajak menari, bermusik
membaca, melukis/ menggambar, dan sebagainya.
b. Terapi Kelompok
Karena terapi kelompok ini merupakan bentuk terapi dengan upaya
perawat yang berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur dengan
tujuan untuk meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan
interpersonal, serta mengubah perilaku maladitf klien menjadi perilaku yang
adaptif.

4.3 Model keperawatan yang cocok sesuai dengan keadaan klien adalah:
a Model Existensial (Ellis, Rogers)
Kliensering berbicara sendiri dengan menganggap bahwa dirinya orang
terbodohsuka berkata bahwa dirinya tidak berguna dan tidak berharga
karena tidak bisa membanggakan orang tuanya.
b Model Supportive Theraphy (Wermon, Rockland)
Pada aspek psikologisnya, klien merasa bersalah terhadap orang tuanya
karena dia gagal dalam pendidikannya. Dia juga habis diputus pacarnya
sehingga dia semakin merasa sedih, sering menangis.
Pada aspek sosialnya, klien susah bergaul selama di RSJ, menarik diri dan
hanya mengurung diri di kamar.

28
4.4 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang cocok dengan keadaan klien
adalah:
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi: peningkatan
harga diri. Karena TAK penigkatan harga diri merupakan upaya untuk
meningkatkan harga dirinya bagi pasien menarik diri yang harga dirinya
rendah. TAK peningkatan harga diri memiliki tujuan untuk menerima dirinya
sendiri dengan penuh kepercayaan, menghargai dirinya, dan menilai positif diri
sendiri. Adapun sesi-sesi dalam TAK peningkatan harga diri yaitu sebagai
berikut :
1. Sesi I: Identifikasi hal positif pada diri
Tujuan :
1) Klien dapat mengetahui pentingnya menghargai diri sendiri.
2) Klien dapat mengidentifikasi hal positif diri.
2. Sesi II: Menghargai hal positif orang lain
Tujuan :
1) Klien dapat memahami pentingnya menghargai orang lain.
2) Klien dapat mengidentifikasi hal-hal positif orang lain.
3) Klien dapat memberikan umpan balik positif kepada orang lain.
3. Sesi III: menetapkan tujuan hidup yang realistis
1) Klien mengetahui pentingnya menetapkan tujuan hidup.
2) Klien menetapkan tujuan yang realistis.

29
4.5 Proposal Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Hari/Tanggal : Jumat 04 Agustus 2017

Pukul : 09.00 WIB

Pertemuan : Ke 1

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

A. Proses Keperawatan
Kondisi klien :Klien terlihat murung, sering melamun, terkadang menangis, klien
banyak menunduk dan pesimis, nada suara klien sangat pelan.
Dan klien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna, karena
mengingatklientidaklulus SMA, danhanyaklien yang tidak
lulus.Klien jugahabis di putuspasangannya.

Data Subjektif :

1) Klien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna, karena


mengingatklientidaklulus SMA, danhanyaklien yang tidak lulus.
2) Klienjugahabis di putuspasangannya.
Data Objektif :

1) Klien terlihat murung, terkadang menangis, klien banyak


menunduk dan pesimis, nada suara klien sangat pelan.
2) Klien sudah 2 kali dirawat dengan alasan yang sama yaitu harga
diri rendah (HDR).
Diagnosa Keperawatan :

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

30
Tujuan Khusus :

1) TUK 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya.


2) TUK 2 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.
3) TUK 3 Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
4) TUK 4 Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
5) TUK 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit
dan kemampuannya.
Rencana Tindakan Keperawatan: SP 1 (Pasien)

a) Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki.


b) Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini.
c) Memilih kemampuan yang akan dilatih.
d) Melatih kemampuan pertama yang telah dipilih.
e) Memasukkan dalam daftar kegiatan pasien.
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapuetik
Selamat pagi Mbak, perkenalkan nama saya Hengky, biasanya dipanggil
Hengky. Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Kalau
boleh tahu nama Mbak siapa ? dan senangnya dipanggil apa ?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan Mbak pagi ini ? Apakah masih ingat kenapa Mbak
dibawa ke sini?
c. Kontrak
Topik :Mbak, bagaimana kalau kita mengobrol sebentar tentang
kemampuan atau hal hal yang Mbak sukai dan ingin
dilakukan? Setelah itu kita akan menilai kegiatan mana
yang masih dapat dilakukan dan kemudian kita pilih salah
satu kegiatan yang akan kita latih.

31
Waktu :Mbaknya mau mengobrol berapa lama? Bagaimana kalau
15 menit saja?
Tempat :Mbak ingin mengobrol dimana? Bagaimana jika di taman
rumah sakit saja?

2. Tahap Kerja
Mbaknya kalau dirumah biasanya suka melakukan kegiatan apa? Atau hobi
mbak itu apa saja?

Oh Mbak suka bermain sosial network (online) dan bermain piano. Bagus
itu dan sangat menambah wawasan dan kreatif. Lalu ada tidak hobi yang lain
lagi?

Jadi mbak juga suka menggambar desain.

Kira-kira dari hobi yang telah disebutkan oleh mbak tadi, mungkin dapat kita
lakukan sekarang. Bagaimana jika kita bermain sosial network (online)
sekarang saja?

Wah, tampaknya mbak serius sekali.

Membuka sosial network lalu mencari dan melihat hal-hal yang bersifat
memotivasi seperti tadi bisa mbak lakukan disaat mbak sedang merasa tidak
mampu melakukan hal yang mbak harapkan.

Oh ya,bagaimana jika kegiatan ini saya masukan dalam jadwal kegiatan


harian Mbak S? Apakah Mbak S bersedia?

3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
Data Subyektif
Bagaimana perasaan Mbak setelah berbincang bincang sebentar
dengan saya?
Data Obyektif
Pasien dapat mengungkapkan kembali kegiatan yang disukai.

32
b. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah Mbak, nanti kita akan berlatih kegiatan yang sudah kita sepakati.
Tapi, saya harapkan Mbak mencoba mengingat-ingat lagi kegiatan lain yang
ingin dilakukan selama ini.
c. Kontrak Akan Datang
Topik : Baiklah Mbak, saya rasa cukup perbincangan kita untuk
pertemuan kali ini. Nanti akan kita lanjutkan untuk melatih
kegiatan yang telah kita sepakati pada pertemuan
berikutnya.
Waktu : Menurut Mbak, enaknya nanti jam berapa kita
melakukan kegiatan bermain sosial network (online)?
Bagaimana jika jam 13.00 WIB nanti?
Tempat : Mbak ingin melakukan bermain sosial network
(online)dimana? Bagaiamana kalau nanti tetap di taman
saja? Kalau begitu, terima kasih atas kerjasamanya dan
sampai jumpa nanti.

33
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Hari/Tanggal : Jumat 04 Agustus 2017

Pukul : 13.00 WIB

Pertemuan : Ke 2

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien : Klien terlihat murung, sering melamun, terkadang menangis,
klien banyak menunduk dan pesimis, nada suara klien sangat
pelan. Klien telah mengetahui beberapa kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
Data Subjektif :
1) Klien mampu mengungkapkan kembali kegiatan yang disukai
2) Klien suka bermain sosial network (online), bermain piano, dan
menggambar desain/kaligrafi.
Data Objektif :
1) Klien terlihat murung, terkadang menangis, klien banyak
menunduk dan pesimis, nada suara klien sangat pelan.
2) Klien mampu melakukan kegiatan yang di sukai yaitu bermain
sosial network (online) meskipun belum maksimal.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
Tujuan Khusus : TUK 5 klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi
sakit dan kemampuannya.
Rencana Tindakan Keperawatan: SP 1 (Pasien)
a) Melatih kemampuan pertama yang telah di pilih
b) Memasukkan dalam daftar kegiatan pasien

34
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi Mbak, masih ingat dengan saya yang tadi pagi ke sini?
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mbak sekarang? Apakah masih ingat dengan
kegiatan yang kita bicarakan tadi pagi dan ingin Mbak lakukan?

c. Kontrak
Topik : Baiklah apakah Mbak masih ingat apa yang akan kita
lakukan sekarang sesuai dengan kesepakatan kita tadi
pagi?
Yah benar, kita akan melakukan kegiatan yang Mbak
sukai yakni, bermain sosial network (online)

Apakah Mbak sudah siap?

Waktu : Mbak butuh waktu berapa lama? Bagaimana kalau 30


menit? Apa cukup?
Tempat : Mbaknya ingin bermain sosial network (online) dimana?
Bagaimana kalau di taman seperti yang kita di sepakati
kemarin.
2. Tahap Kerja
Bagaimana apakah mbak siap melakukan kegiatan sekarang? Jika iya mari
kita pergi ke taman, sudah saya siapkan peralatannya.

Baik Mbak untuk kegiatan kedua kali ini yaitu bermain sosial network lagi
ya.
Bermain sosial network apa yang mbak sukai?
Jadi mbak suka bermain facebook. Baik, saya akan menemani. Jika butuh
apa-apa nanti biar bisa saya bantu.
Loh, mbak kenapa sepertinya menghindari akun-akun tertentu? Ada apa
dengan mereka? Jadi mereka teman-teman mbak.

35
Mbak tidak perlu menghindari mereka/ siapa pun, sebaiknya mbak tetap
besosialisasi dengan mereka/ siapa pun.
Kegiatan ini bisa mbak lakukan untuk mengisi waktu luang.
Oh ya, bagaimana jika kegiatan ini saya masukan dalam jadwal kegiatan
harian Mbak S? Apakah Mbak Sbersedia?
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
Data Subjektif
Bagaimana perasaan mbak S setelah melakukan kegiatan tadi?
Data Objektif
Pasien mampu melakukan kegiatan bermainsosial network(online) yang
telah di sepakati dengan baik.

b. Rencana Tindak Lanjut


Baiklah Mbak setelah kita lakukan kegiatan hari ini saya harap Mbak tetap
melakukan kegiatan sosial network (online) jika ada waktu luang atau sedang
bosan. Jika ada kesulitan soal peralatan atau apa saja nanti bisa saya bantu.
c. Kontrak Akan Datang
Topik : Baiklah, kalau begitu bagaimana jika besok kita bertemu
lagi untuk merencanakan kegiatan selanjutnya yang ingin
Mbak lakukan?
Oya Mbak, bagaimanakalaubesokbermain sosial
network (online) lagi?
Waktu : Kalau mbak mau bertemu saya besok jam berapa?
Bagaimana kalau jam 09.00 saja?
Tempat : Mbak ingin melakukan pertemuan selanjutnya dimana?
Apatetap di sini atau ditempat lain? Bagaimana kalau
tetap di taman saja?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

36
Hari/Tanggal : Sabtu, 05 Agustus 2017

Pukul : 09.00 WIB

Pertemuan : Ke 3

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien :Klien masih tampak murung, jarang melamun,jarang menangis
dan klien sudah dapat berinteraksi dengan orang lain. Klien telah
mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan telah
melatih satu kemampuan yang telah masuk jadwal kegiatan harian
(ADL).
Data Subjektif :

1) Pasien mengatakan bahwa mampu bermain sosial network (online)


yang telah di sepakati.
2) Pasien tampak bermain sosial network (online) dengan baik.
Data Objektif :
1) Pasien masih tampak murung, namun jarang melamun, jarang
menangis.
2) Klien mampu melakukan kegiatan yang di sukai yaitu bermain
sosial network (online) meskipun belum maksimal.

Diagnosa Keperawatan:
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Tujuan Khusus : TUK 5 klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi
sakit dan kemampuannya.
Rencana Tindakan Keperawatan: SP 1 (Pasien)
a) Melatih kemampuan pertama yang telah di pilih

37
b) Memasukkan dalam daftar kegiatan pasien
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi Mbak, masih ingat dengan saya yang kemarinsiang ke sini?
b. Evaluasi/ Validasi
Bagaimana perasaan Mbak sekarang? Apakah masih ingat dengan
kegiatan yang kita bicarakan kemarinsiang dan ingin Mbak lakukan?
c. Kontrak
Topik : Baiklah apakah Mbak masih ingat apa yang akan kita
lakukan sekarang sesuai dengan kesepakatan kita kemarin
siang?
Yah benar, kita akan melakukan kegiatan yang Mbak
sukai yakni, bermain sosial network (online)
Apakah Mbak sudah siap?
Waktu : Mbak butuh waktu berapa lama? Bagaimana kalau 30
menit? Apa cukup?
Tempat : Mbaknya ingin bermain sosial network (online) dimana?
Bagaimana kalau di taman seperti yang kita di sepakati
kemarin.
2. Tahap Kerja
Bagaimana apakah mbak siap melakukan kegiatan sekarang? Jika iya mari
kita pergi ke taman, sudah saya siapkan peralatannya.

Yasudah, silahkan mbak mulai mencari video motivasi, saya akan


menemani.
Wah, mbak tampaknya serius sekali.
Kegiatan seperti ini dapat mbak S lakukan juga di rumah, untuk mengisi
waktu luang, selain dapat menghilangkan kebosanan.
Oh ya,bagaimana jika kegiatan ini saya masukan dalam jadwal kegiatan
harian Mbak S? Apakah Mbak S bersedia?Baik terimakasih mbak.

38
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
Data Subjektif
Bagaimana perasaan mbak S setelah melihat video motivasi tadi?
Data Objektif
Pasien mampu melakukan kegiatan bermain sosial network (online)
yang telah di sepakati dengan baik.
b. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah Mbak setelah kita lakukan kegiatan hari ini saya harap Mbak
tetap melakukan kegiatan bermain sosial network (online) jika ada waktu
luang atau sedang bosan.
c. Kontrak Akan Datang
Topik : Baiklah, kalau begitu bagaimana jika besok kita bertemu
lagi untuk merencanakan kegiatan selanjutnya yang ingin
Mbak lakukan?
Oya Mbak, saya ingin bertemu dan ngobrol-ngobrol
dengan orang tua Mbak S. Biasanya orang tua mbak S
berkunjung jam berapa? Oh,jadi orang tua mbak S
berkunjung jam 10.00 WIB. Baiklah kalau begitu besok
saya menemui orang tua mbak S. Bolehkan saya menemui
orangtua Mbak untuk mengobrol sebentar?
Waktu : Kalau mbak mau bertemu saya besok jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00 saja?
Tempat : Mbakinginmelakukanpertemuanselanjutnyadimana?
Apatetap di siniatauditempatlain? Bagaimanakalautetap di
tamansaja?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

39
Hari/Tanggal : Minggu, 06 Agustus 2017

Pukul : 10.00 WIB

Pertemuan : Ke 4

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

B. Proses Keperawatan
Kondisi Klien :Klien masih tampak murung, jarang melamun,jarang menangis
dan klien sudah dapat berinteraksi dengan orang lain. Klien telah
mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan telah
melatih satu kemampuan yang telah masuk jadwal kegiatan harian
(ADL).
Data Subjektif :
1) Pasien mengatakan bahwa mampu melakukan kegiatan bermain
sosial network(online) yang telah di sepakati.
2) Pasien tampak bermain sosial network (online)dengan baik.
Data Objektif :Pasien masih tampak murung, namun jarang melamun, jarang
menangis.

Diagnosa Keperawatan:
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Tujuan Khusus : TUK 6 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Rencana Tindakan Keperawatan: SP1 (Keluarga)

a) Mengidentifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat


pasien.
b) Menjelaskan proses terjadinya HDR.
c) Menjelaskantentangcaramerawatpasien.
d) Bermain peran dalam merawat pasien HDR.
e) Menyusun RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat
pasien.

40
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat sore Bapak/Ibu! Apakah benar Bapak/ Ibu keluarga dari mbak
S?
Perkenalkan nama saya Fahlul, saya biasa dipanggil Suster Fahlul, saya
adalah mahasiswi dari STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO yang
sedang praktik disini, dan saya adalah perawat yang bertugas pada pagi
hari ini.
Nama Bapak/Ibusiapa?
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana keadaan mbak L sekarang? Apakah sudah ada
perkembangan?
c. Kontrak
Topik :Baiklah Bapak/Ibu, bagaimana kalau pagi hari ini kita
bercakap-cakap sebentar tentang kondisi mbak L? Dan
nanti saya juga akan memberikan beberapa informasi yang
perlu Bapak/ Ibu ketahui tentang mbak L.
Waktu : Kira kira Bapak/Ibu bisanya berapa lama ? Bagaimana
Kalau 30 menit saja? Apakah Bapak/ Ibu bersedia.
Tempat : Bapak/Ibu ingin mengobrol dimana ? Bagaimana jika di
ruang perawatan saja?
2. Tahap Kerja
Kira kira apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang masalah mbak L?

Ya memang benar sekali Pak/Bu, mbak L itu memang terlihat murung,


sering melamun, dan sulit berinteraksi dengan orang lain, serta terkesan
tertutup. Sehingga Bapak/ Ibu mengalami kesulitan dalam memahami mbak
L dan tidak tahu harus berbuat apa. Namun perlu Bapak/ Ibu ketahui bahwa
dari perilaku yang ada pada mbak L tersebut. Merupakan ciri ciri dari orang
gangguan jiwa yakni dengan harga diri rendah. Hal tersebut biasanya terjadi

41
karena adanya kegagalan dalam mencapai keinginan, sehingga hilangnya
kepercayaan diri. Juga karena adanya penolakan dari orang terdekat termasuk
orang tua, sehingga mengakibatkan berkurangnya ideal diri.

Dan perlu Bapak/Ibu ketahui lagi bahwa mbak L sering mengatakan bahwa
dirinya sudah tidak berguna lagi karena tidak mampu mewujudkan impian
Bapak/ Ibu untuk menjadi orang sukses seperti kakak - kakaknya, dia merasa
gagal dalam mencapai kesuksesan tersebut. Mbak L juga habis di putus sama
pacarnya. Sehingga dia merasa kurang percaya diri akan kemampuannya dan
mengakibatkan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri
sendiri. Dan bila keadaan ini terus terus berlanjut, maka dapat mengakibatkan
masalah yang lebih berat lagi, misalnya sering uring uringan, bahkan dapat
melukai diri sendiri.

Sampai di sini, apakah Bapak/ Ibu sudah mengerti apa yang terjadi pada
mbak L dan mengapa mbak L bisa seperti ini?

Bagus sekali Bapak/Ibu sudah mengerti.

Kira kira Bapak/ Ibu mengetahui tidak apa saja kemampuan yang dimiliki
mbak L?

Ya benar, mbak L suka sekali bermain sosial network (online).

Oleh karena itu, agar masalah mbak L ini tidak berlanjut dan menjadi lebih
serius lagi, maka Bapak/Ibu juga harus ikut berperan dalam melakukan
perawatan pada Mbak L. Bapak/Ibu hanya perlu memberi respon positif
seperti pujian terhadap kegiatan yang di sukai oleh mbak L. Dan kepada
bapak kalau jangan selalu memarahi mbak L karena nanti menimbulkan efek
psikologis yang tidak baik pada mbak L. Mbak L akan lebih merasa bersalah
telah gagal dalam pendidikannya.

Di sini mbak L sudah dilatih kegiatan yang ia sukai, seperti kegiatan yang
sudah dilakukan yakni bermain sosial network (online). Bapak/Ibu dapat
membantu menyiapkan peralatan sepertilaptop/komputer/ handphone yang

42
dibutuhkan, hal ini secara tidak langsung membuat mbak L merasa mendapat
dukungan dari orangtua atas kegiatan yang dilakukan.

Sebelum Bapak/ Ibu memberikan respon positif secara langsung pada mbak
L, bagaimana kalau sekarang Bapak/Ibu mencoba terlebih dahulu? Seolah
olah saya ini mbak L.

Bapak/ Ibu dapat mengatakan bahwa mbak L itu mau melihat video-video
motivasi yang berdampak positif baginya.

Bagaimana, apakah Bapak/Ibu sudah siap?

Ya, bagus sekali. Nanti jika bertemu dengan mbak L, jangan lupa Bapak/Ibu
juga melakukan seperti itu.

3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Data Subyektif
Nah, bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita mengobrol Pak/Bu?
Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi mbak L
dan bagaimana cara merawatnya?
Data Obyektif
Orangtua pasien dapat menjelaskan kembali bagaimana proses
terjadinya harga diri rendah beserta penyebabnya. Dan dapat
menjelaskan kembali bagaimana cara merawat pasien.
b. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah Pak/Bu, setelah saya jelaskan tentang keadaan mbak L dan
penyebabnya, serta telah saya ajarkan bagaimana cara merawat mbak L.
Saya harap Bapak/ Ibu dapat mengerti dan tetap melakukannya baik di
rumah sakit maupun di rumah.

c. Kontrak Akan Datang


Topik : Baik Bapak/Ibu, saya rasa cukup untuk pertemuan kali
ini. Besok dapat kita lanjutkan lagi untuk melakukan pujian

43
secara langsung kepada mbak L seperti yang kita praktekan
tadi. Bagaimana apakah Bapak/Ibu bersedia?
Waktu : Kira-kira besok Bapak/Ibu pukul berapa akan datang?
Baik, jadi kita akan bertemu lagi pukul 16.00 WIB ya
Pak/Bu?
Tempat : Untuk tempatnya di ruang ini saja ya Pak/Bu, sekarang
saya permisi dulu, dan terima kasih atas kerja sama Bapak/
Ibu, selamat siang!

44
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Hari/Tanggal : Minggu 06 Agustus 2017

Pukul : 13.00 WIB

Pertemuan : Ke 5

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien : Klien masih tampak murung, jarang melamun,jarang menangis.
Klien telah mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan
telah melatih satu kemampuan yang telah masuk jadwal kegiatan
harian (ADL).

Data Subjektif :

1) Pasien mengatakan bahwa mampu melakukan kegiatan bermain


sosial network (online)yang telah di sepakati.
2) Pasien tampak bermain sosial network (online) dengan baik.

Data Objektif : Pasien masih tampak murung, namun jarang melamun.

Diagnosa Keperawatan:

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Tujuan Khusus :

a) TUK 4 Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan


sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
b) TUK 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuanya.

45
Rencana Tindakan Keperawatan: SP 2 (Pasien)

a) Evaluasikegiatan yang lalu SP 1


b) Memilihkemampuankedua yang dapatdilakukan
c) Melatih kemampuan yang dipilih
d) Masukukan dalam jadwal kegiatan pasien
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak L? Bertemu dengan saya lagi, masih ingat kan? Saya
harap mbak L tidak bosan bertemu dengan saya.
b. Evaluasi/ Validasi
Bagaimana perasaan Mbak pagi ini? Saya harap secerah cuaca hari ini.
Apakah sudah dicoba kegiatan yang kemarin sudah dimasukan kedalam
jadwal harian? Wah Bagus sekali.
c. Kontrak
Topik : Oh iya,mbak L masih ingat tidak kita mau ngapain hari
ini? Iya benar sekali. Kemarin mbak S menyebutkan selain
bermain sosial network (online), mbak L juga suka bermain
piano. Bagaimana kalau hari ini, kita berlatih bermain
piano.
Bagaimana apakah mbak L mau?
Waktu : Kira kira mbak L butuh waktu berapa lama untuk
bermain piano? Bagaimana kalau 30 menit saja?
Tempat : Mbak L ingin bermain pianodimana ? Bagaimana jika di
aula rumah sakit saja?
2. Fase Kerja
Mbak L ini peralatannya sudah saya siapkan. Kira-kira mbak bermain piano
dengan lagu apa?

Ya sudah selamat bermain piano. Saya akan mendampingi mbak, jika ada
yang dibutuhkan mbak L bisa minta bantuan pada saya.

46
Wah, Bagus sekali, bermain pianonya.

Setelah selesai mari kita rapikan alatalat yang telah digunakan. Mbak L harus
sering mengasah kemampuan mbak L seperti ini, karena Mbak L termasuk
orang yang pintar bermusik. Orang yang melihat MbakL bermain piano seperti
ini pasti juga berkata sama, jadi sudah terbukti bahwa Mbak L ini masih
memiliki kemampuan hebat dan masih berguna.

Oh ya,bagaimana jika kegiatan ini saya masukan dalam jadwal kegiatan


harian Mbak L? Apakah Mbak bersedia?
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
Data Subyektif
Bagaimana perasaan Mbak L setelah melakukan kegiatan kedua yakni
bermain piano? Apakah sekarang Mbak L semakin mahir dalam bermain
piano?
Data Obyektif
Pasien dapat melakukan kegiatan kedua yakni menggambar dan
merapikan peralatan yang telah digunakan dengan baik.
b. Rencana Tindak Lanjut
Bermain pianonya Mbak L sangat bagus. Saya harapkan Mbak dapat tetap
melakukan hal tersebut baik dirumah sakit maupun di rumah. Atau Mbak L
dapat bermain piano untuk menghilangkan kejenuhan.

c. Kontrak Akan Datang


Topik : Baiklah Mbak, saya rasa cukup sekian pertemuan
kita kali ini, bagaimana jika besok kita melatih
kemampuan Mbak yang lain? Apakah Mbak setuju?
Waktu : Menurut Mbak besok enaknya kita bertemu jam
berapa? Oh, Mbak L ingin seperti ini tadi. Berarti
besok bertemu lagi jam 09.00 WIB ya Mbak?

Tempat : Mbaknya besok ingin tetap di sini atau ganti

47
Tempat? Oh, Mbak S suka di sini. Ya sudah, besok
kita bertemu di aula rumah sakit lagi.
Kalau begitu terima kasih atas kerjasamanya untuk
Mbak S, dan jangan lupa tetap mengasah
kemampuannya.

48
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Hari/Tanggal : Senin, 07 Agustus 2017

Pukul : 16.00 WIB

Pertemuan : Ke 6

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

A. Proses Keperawatan
Kondisi klien : Klien sudah tidak murung ataupun melamun, dan klien sudah
dapat berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungan.Klien telah
mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan telah
melatih kemampuan yang lain, dan telah masuk jadwal kegiatan
harian (ADL)

Data Subjektif :

1) Klien mengatakan bahwa mampu melakukan kegiatan lain selain


bermain sosial network (online) yaitu bermain piano.
2) Klien terlihat bermain piano dengan baik dan bagus.

Data Objektif : Klien sudah tidak murung ataupun melamun, dan klien sudah
dapat berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungan.

Diagnosa Keperawatan:

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Tujuan Khusus : TUK 6 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Rencana Tindakan Keperawatan: SP 2 ( Keluarga)

a) Mengevaluasi kemampuan dari SP 1.

49
b) Melatih keluarga langsung ke pasien.
c) Menyusun RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat
pasien.
B. Strategi Komunikasi
A. Tahap Orientasi
a. Salam Terapuetik
Selamat Sore Bapak/Ibu ! Masih ingat dengan saya bukan? Saya yang
kemaren menemui Bapak/Ibu untuk menjelaskan cara merawat Mbak L.
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana keadaan Mbak L sekarang? Sudah ada perkembangan belum
Pak/Bu?
Bapak/Ibu sendiri masih ingat tidak tentang penjelasan saya kemarin
tentang kondisi Mbak L dan bagaimana cara merawatnya?
Ya alhamdulillah, jika Bapak/Ibu sudah tahu dan masih ingat.
c. Kontrak
Topik : Baiklah Pak/Bu, setelah kemarin kita latihan untuk
mencoba memberikan pujian kepada Mbak S. Maka
seperti yang sudah kita sepakati bersama, bahwa hari
ini kita akan menerapkan respon positif berupa pujian
secara langsung kepada Mbak L.
Apakah Bapak/Ibu sudah siap?
Waktu : Jika Bapak/Ibu bersedia, berapa lama waktu yang
dibutuhkan? Apakah 15 menit cukup?
Tempat : Bapak/Ibu ingin melakukan penerapan perawatan
dimana? Bagaimana kalau kita menemui Mbak L di
taman, mungkin sekarang dia sedang melakukan
kegiatan bermain piano. Jadi itu kesempatan Bapak/Ibu
untuk memberikan respon positif pada kegiatan yang
dilakukannya.

2. Tahap Kerja

50
Baiklah Bapak/Ibu mari kita menemui Mbak L di taman.

Saya harap nanti Bapak/Ibu langsung mempraktekan sendiri seperti yang


saya ajarkan dan kita latih kemarin. Nanti akan saya pantau dari belakang.

Ya, bagus. Bapak/Ibu sudah dapat memberikan pujian kepada Mbak L


dengan baik. Semakin sering Bapak/Ibu memberikan pujian serta respon
positif kepada kegiatan yang dilakukan Mbak L. Maka proses perbaikan
perilaku akan dapat cepat tercapai.

Selain memberi pujian, Bapak/Ibu juga dapat memberikan perhatian kepada


kegiatan yang dilakukan oleh Mbak L. seperti mengusulkan suatu lagu yang
Bapak/Ibu sukai untuk dimiankan sama mbak L.

3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
Data Subyektif
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mempraktekan langsung
kepada Mbak L? Tidak sulit bukan melakukannya?
Data Obyektif
Orangtua pasien dapat memberikan respon positif berupa pujian
terhadap kegiatan pasien.
b. Rencana Tindak Lanjut
Saya harap, apa yang saya ajarkan dan Bapak/Ibu lakukan hari ini, tetap
Bapak/Ibu ingat dan lakukan baik ada saya maupun tidak ada saya. Serta
baik itu di rumah sakit maupun di rumah.

c. Kontrak Akan Datang


Topik : Baiklah Bapak/Ibu, bagaimana jika besok kita atur
pertemuan lagi untuk melakukan evaluasi dari apa
yang saya ajarkan mulai pertemuan pertama hingga
sekarang? Dan untuk mengevaluasi bagaimana
perkembangan setelah kita lakukan beberapa tindakan
perawatan?

51
Waktu : Bapak/Ibu besok maunya jam berapa bertemu
dengan saya di sini? Bagaimana kalau jam 13.00 WIB
saja.
Tempat : Dan untuk besok Bapak/Ibu ingin bertemu dimana?
Bagaimana jika di taman rumah sakit saja?

52
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Hari/Tanggal : Selasa, 08 Agustus 2017

Pukul : 09.00 WIB

Pertemuan : Ke 7

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

A. Proses Keperawatan
Kondisi klien : Klien sudah tidak murung ataupun melamun, dan klien sudah
dapat berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungan.Klien
telah mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan
telah melatih kemampuan yang lain, dan telah masuk jadwal
kegiatan harian (ADL).

Data Subjektif :

1) Pasien mengatakan bahwa mampu melakukan kegiatan lain selain


bermain sosial network (online) yaitu bermain piano.
2) Pasien terlihat bermain piano dengan baik dan bagus

Data Objektif : Klien sudah tidak murung ataupun melamun, dan klien sudah
dapat berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungan.

Diagnosa Keperawatan:

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Tujuan Khusus :

a) TUK 4 Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan


sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

53
b) TUK 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuanya.
Rencana Tindakan Keperawatan: SP 3 (Pasien)

a) Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2).


b) Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan.
c) Melatih kemampuan ketiga yang dipilih.
d) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik:
Selamat pagi mbak L? Bertemu dengan saya lagi, jadi mbak L pasti tidak
lupa, tapi kalau bosan sepertinya iya.

Mbak S bosan tidak dengan saya? Ya, alhamdulilah kalau tidak.

b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan mbak pagi ini? Tidurnya tadi malam nyenyak
tidak?

Mbak L masih ingat tidak, apa saja yang sudah dilakukan pada pertemuan
satu dan pertemuan dua?

Ya benar, kemudian ingat tidak hari ini kita akan melakukan apa?

c. Kontrak
Topik : Mbak sesuai dengan janji kita kemarin,hari ini
bagaimana kalau kita sekarang berbincang bincang
untuk merencanakan kegiatan sesuai dengan kemapuan
yang mbak miliki. Tadi mbak mengatakan, bahwa
pertemuan pertama kita latihan bermain sosial network
(online), pertemuan kedua kita bermain piano. Dan
bagaimana jika hari ini, kita menggambar desain?
Apakah mbak bersedia?

54
Waktu : Nah untukmenggambar desain ini,mbak S butuh
waktu berapa lama? Bagaimana jika 15 menit, cukup
tidak?
Tempat : Baiklah mbak, sesuai perjanjian kemarin hari ini
kita akan melakukan kegiatan di taman saja.
B. Fase Kerja
Kira kira siapa desainer favoritmbak? kalau saya, sukanya dengan desainer
Anne Avantie.

Oh, mbak L suka sama desainer Biyan Wanaatmadja. Kenapa mbak L


dengan beliau?

Oh, karena mbak L suka dengan desain-desain baju yang beliau buat. Lalu
sekarang mbak L membuat desain apa?

Wah, mbak L mau membuat desain baju untuk saya? Makasih mbak, saya
pasti senang jika dibuatkan gambar desain baju, kan mbak L bagus kalau
membuat desain.

Kalau begitu,silahkan mulai membuat desainnya mbak. Sayaakan


mendampingi dan melihat cara mbak membuat desainnya, mungkin saja nanti
bisa saya tiru.

Sudah selesai ya Mbak membuat desainnya, bagus sekali Mbak. Ini benar
benar untuk saya? Terima kasih sekali Mbak, saya sangat senang
menerimanya.

Bagaimana kalau kegiatan seperti ini saya masukan ke jadwal kegiatan


Mbak seperti kegiatan bermain sosial network (onlien) dan bermain piano
kemaren? Mbak setuju kan?

C. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
Data Subyektif

55
Bagaimana perasaan mbak setelah melakukan kegiatan membuat
desain ini?
Data Obyektif
Pasien dapat melakukan kegitan ketiga yakni membuat desain dengan
baik dan bagus.
b. Rencana Tindak Lanjut
Bermain piano yang mbak lakukan semakin bagus, ini membuktikan
bahwa mbak L semakin pintar dalam berkreasi. Dan saya harapkan mbak
L tetap melakukan kegiatan seperti bermain sosial network, bermain
pianodan membuat desain baik di rumah sakit maupun di rumah nantinya.
c. Kontrak Akan Datang
Topik : Setelah kita lakukan tiga kegiatan beberapa hari ini,
untuk melihat adanya perkembangan pada mbak S,
bagaimana kalau nanti siang kita adakan evaluasi
bersama keluarga? mbak S tidak keberatan kan?
Waktu : Jika mbak S bersedia . bagaimana jika nanti kita
bertemu lagi pukul 16.00 WIB.
Tempat : Dan untuk tempatnya, bagaimana kalau kita bertemu
di ruang perawatan saja?

56
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Hari/Tanggal : Selasa, 08 Agustus 2017

Pukul : 16.00 WIB

Pertemuan : Ke 8

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. L

A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien :Klien sudah tidak murung ataupun melamun, dan klien sudah
dapat berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungan.Klien telah
mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan telah
melatih kemampuan yang lain, dan telah masuk jadwal kegiatan
harian (ADL).

Data Subjektif :

1) Pasien mengatakan bahwa mampu melakukan kegiatan lain selain


bermain sosial network (online) dan bermain piano, yaitu
menggambar desain.
2) Pasien terlihat menggambar desain denganbaik dan bagus

Data Objektif : Klien sudah tidak murung ataupun melamun, dan klien sudah
dapat berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungan.

Diagnosa Keperawatan:

Ganggun konsep diri: Harga diri rendah

Tujuan Khusus : TUK 6 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan Keperawatan: SP 3 (Keluarga)

57
a) Mengevaluasi kemampuan keluarga.
b) Mengevaluasi kemampuan pasien.
c) Membuat RTL keluarga:
1) Follow up
2) Rujukan
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat siang Bapak/ Ibu,masih ingat dengan saya? Bapak/Ibu tidak
bosan kan dengan saya?
b. Validasi/ Evaluasi
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kemarin saya ajarkan untuk
memberi pujian dan mempraktekannya secara langsung kepada mbak S?
c. Kontrak
Topik : Baiklah Bapak/ Ibu, seperti kesepakatan kita
kemarin, hari ini kita akan sedikit mengevaluasi
tentang apa yang sudah saya ajarkan pada bapak/Ibu
pada pertemuan pertama dan kedua. Serta kita juga
akan mengevaluasi sedikit tentang perkembangan yang
terjadi pada mbak S setelah di berikan tiga kegiatan
beberapa hari ini.
Waktu : Bapak/ ibu ingin mengobrol berapa lama?
Bagaimana jika 30 menit saja.
Tempat : Sesuai kesepakatan kemarin, kita akan mengobrol di
ruang perawatan. Atau Bapak/ Ibu ingin ke tempat
lain?
2. Tahap Kerja
Bapak/ibu bagaimana setelah pertemuan dengan saya kemarin, apakah
bapak dan ibu masih ingat dengan yang saya ajarkan pada pertemuan pertama
dan kedua kemarin? Jika masih ingat, bisa di ulang sedikit pada saya?

58
Ya bagus, jadi saya harapkan nantinya Bapak/ibu jika di rumah tetap
melakukan hal yang samasepertiyang saya ajarkan, seperti memberikan
pujian terhadap kegiatan mbak S, dan perhatian terhadap kegiatan yang akan
dilakukan mbak S.

Menurut Bapak/Ibu ada tidak perbaikan perilaku atau perkembangan yang


terjadi setelah diberikan kegiatan yang di sukai mbak S?

Ya benar, mbak S telah menunjukkan perbaikan perilaku, jadi saya harapkan


jika di rumah, Bapak/Ibu tetap mengingatkan jadwal kegiatan yang telah di
susun di sini, dan jangan lupa tetap memberikan apresiasi berupa pujian
terhadap mbak S nantinya.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
Data Subjektif
Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah mengetahui perkembangan
mbak S dan bagaimana cara perawatannya nanti di rumah?
Data Objektif
Keluarga pasien dapat mengerti dan mengulang yang apa telah di
ajarkan oleh perawat.
b. Rencana tindakan lanjut
Rujukan pulang

59
4.6 Proposal Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
A. TOPIK
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Peserta TAK mampu meningkatkan hubungan interpersonal anggota
kelompok, berkomunikasi, mampu berinteraksi maupun berespon
terhadap stimulasi yang diberikan.
2. Tujuan Khusus
1) Sesi I :
a) Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak
menyenangkan
b) Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.
2) Sesi II :
a) Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan.
b) Klien dapat memilih hal positif diri yang dapat dilatih.
c) Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih.
d) Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemapuan yang telah
dilatih.
C. LANDASAN TEORI
Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya,
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai nilai yang berkaitan
dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan (Stuart dan Sundeen
dalam keliat, 1992).
Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat
yang dimiliki seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu
ukuran yang berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk
kemampuan dan patut dipertimbangkan (Townsend, 2005).
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).

60
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ).
Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang
terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung (Schult & Videbeck, 1998 ).
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lama (NANDA, 2005). Individu cenderung untuk menilai dirinya negatif
dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).
Beberapa penelitian menunjukkan depresi yang diakibatkan karena
harga diri rendah, yang salah satunya mempunyai hasil 15.600 siswa
sekolah di Amerika, tingkat 6 sampai dengan 10 menunjukkan harga diri
rendah yang diakibatkan karena sering dilakukan
pengintimidasian/pengejekan berakibat menimbulkan resiko depresi pada
usia dewasa (Kendree, 2001).
Penyebab lain dari masalah harga diri rendah diperkirakan juga
sebagai akibat dari masa lalu yang kurang menyenangkan, misalnya terlibat
napza. Berdasarkan hasil dari overview dinyatakan bahwa pecandu napza
biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah.
Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh
ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas,
pasif agresif dan cenderung depresi. (Shives, 1998).
Terapi keperawatan yang dapat diberikan pada klien sendiri bisa
dalam bentuk terapi kognitif. Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran
negatif yang dialami oleh klien dengan harga diri rendah kronis ke arah
berpikir yang positif. Pada keluarga terapi yang diperlukan dapat berupa
triangle terapy yang bertujuan untuk membantu keluarga dalam
mengungkapkan perasaan mengenai permasalahan yang dialami oleh
anggota keluarga sehingga diharapkan keluarga dapat mempertahankan
situasi yang mendukung pada pengembalian fungsi hidup klien. Pada

61
masyarakat juga perlu dilakukan terapi psikoedukasi yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah harga diri rendah
kronis yang merupakan salah satu bagian dari masalah gangguan jiwa di
masyarakat.
D. Rencana Tindakkan.
1. Pengorganisasian
a. Struktur organisasi
Leader : Lely Apriliyanti Sampurno
Co leader : Fahlul Pangestia Putrie
Fasilitator 1 : Devita Fitri Selyna
Fasilitator 2 : Maulana Rifqy Rifaldi
Fasilitator 3 : Henky Andyka Setyawan
Observer 1 : Lusy Silviana Ariska
Observer 2 : Julipah Nuriyana
b. Tim Terapis
1) Leader :
Bertugas :
a) Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
b) Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
c) Menetapkan jalannya tata tertib
d) Menjelaskan tujuan diskusi
e) Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil
diskusi pada kelompok terapi diskusi tersebut
f) Kontrak waktu
g) Menimpulkan hasil kegiatan
h) Menutup acara
2) Co leader
Bertugas :
a) Mendampingi leader jika terjadi bloking
b) Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
c) Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah

62
3) Observer
Bertugas :
a) Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal
sampai akhir
b) Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
c) Mengobservasi perilaku pasien
4) Fasilitator
Bertugas :
a) Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus
dilakukan
b) Mendampingi peserta TAK
c) Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
d) Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
5) Anggota
Bertugas :
a) Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi.

2. Persiapan Klien
a. Kriteria Anggota Kelompok
Klien dengan indikasi : klien dengan menarik diri : Harga Diri Rendah
b. Proses seleksi
1) Klien yang mengikuti kegiatan TAK masuk alam kriteria anggota
kelompok
2) Jumlah kelompok yang mengikuti TAK adalah 6 orang
3) Melakukan kontrak tentang tempat, topik, dan tanggal pada klien
sebelum kegiatan TAK
c. Nama klien yang mengikuti terapi aktivitas kelompok :
1) Nn. S
2) Ny. A
3) Ny. I
4) Nn. B

63
5) Ny. W
6) Nn. E
3. Persiapan Kegiatan
a. Topik
Meningkatkan stimulasi persepsi klien dengan meningkatkan harga
diri dalam kelompok
b. Sasaran atau target
Klien dengan menarik diri : Harga Diri Rendah
c. Tempat
Ruang pertemuan RSJ Terpadu
d. Waktu
Hari/ tanggal : Senin, 05 Oktober 2015
Pukul : 10.00 10.45 WIB
Acara :
1) Fase orientasi : 5 menit
2) Fase kerja : 30 menit
3) Fase terminasi : 10 menit
Tempat : Ruang Pertemuan RSJ Terpadu
Jumlah pasien : 6 orang
e. Setting tempat

64
TAK STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH

Sesi 1 : identifikasi Hal Positif pada Diri


Tujuan
1. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan.
2. Klien dapat mengidentifikasi halpositif pada dirinya.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Spidol sebanyak klien yang mengikuti TAK.
2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK.
Metode
1. Diskusi
2. Permainan

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan konsep
diri : harga diri rendah.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapiutik
1. Salam dan terapis pada klien.
2. perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama ).
3. menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama ).
b. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak

65
1. Terapis menjalankan tujuan kegiatan,yaitu bercakap cakap tentang hal
positif diri sendiri.
2. Terapis menjalaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang meninggalkan kelompok,harus meminta izin
kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap kali mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta
memakai papan nama.
b. Terapis membagikan kertas dan spidol pada klien.
c. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan.
d. Terapis memberi pujian atas peran serta klien.
e. Terapis membagikan kertas yang kedua.
f. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri:
kemampuan yang dimiliki ,kegiatan yang biasa dilakukan dirumah dan
dirumah sakit.
g. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis
secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan bergiliran.
h. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mangikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri yaitu
melatih hal positif diri yang dapat diterapkan dirumah sakit dan
dirumah.

66
2. Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja .
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK . Untuk
TAK stimulasi persepsi: harga diri rendah sesi I, kemampuan klien yang diharapkan
adalah menuliskan pengalaman yang tidak menyenagkan dan aspek positif
(kemampuan yang dimiliki). Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 1
Stimulasi persepsi : harga diri rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkandan hal positif diri
sendiri

No Nama klien Menulis pengalaman Menulis hal positif diri


yang tidak sendiri
menyenangkan
1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut tak pada kolom nama

67
2. Untuk tiap klien,beri nilai pada tiap kemampuan menulis pengalaman yang
tidak menyenangkan dan aspek positif diri sendiri . Beri tanda jika klien
mampu dan tanda x jika klien tidak mampu .

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : Klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi peraepsi
harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak
menyenangkan, mengalami kesulitan hal positif diri. Anjurkan klien menulis
kemampuan dan hal positif dirinya dan tingkatkan reinforcement (pujian).

Sesi 2 : Melatih Positif pada Diri


Tujuan
1. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan.
2. Klien dapat memilih hal positif diri yang dapat dilatih.
3. Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih.
4. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemapuan yang telah dilatih.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Sesuaikan dengan kemempuan yang akan dilatih.
3. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Spidol dan papan tulis/ whiteboard/flipchart.
2. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih.
3. Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1.
4. Jadwal kegiatan sehari- hari dan pulpen.
Metode
1. Diskusi dan Tanya jawab.
2. Bermain peran.
Langkah kegiatan

68
1 . Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2 . Orientasi
a . Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Klien dan terapis pakai papan nama.
b . Evalauasi / validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien.
c . Kontrak
1. terapis menjeleskan tujuan kegiatan , yaitu melatih hal positif pada klien.
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin
kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan
positif pada sesi 1 dan memilih satu untuk dilatih.
b. Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di
whiteboard.
c. Terapis meminta klien untuk memilih satu dari daftar whiteboard .
Kegiatan yang paling banyak dipilih diambil untuk dilatih.
d. Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan/ kemampuan yang dipilih
dengan cara berikut:
1. Terapis memperagakan
2. Klien memperagakan ulang
3. Berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien .
e. Kegaiatan a sampai dengan d, dapat diulang untuk kemampuan/
kegiatan yang berbeda.

69
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. terapis memberikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada
jadwal kegiatan sehari - hari.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal positif lain.
2. Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai dilatih.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi
Evaluasi dilakuakan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi harga diri rendah sesi 2, kemampuan klien yang
diharapkan adalah memiliki satu hal positif yang akan dilatih dan
memperagakannya. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 2
Stimulasi persepsi : harga diri
Kemampuan melatih kegiatan positif

No Nama Membaca Memilih satu Memperagakan


klien daftar hal positif yang kegiatan positif
halpositif akan dilatih

70
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar
hal positif dirinya, memilih satu hal positif untuk dilatih dan memperagakan
kegiatan positif tersebut. Beri tanda jika klien mampu dan tandax jika
klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 2, TAK stimulasi
persepsi: harga diri rendah. Klien telah melatih merapikan tempat tidur. Anjurkan
dan jadwalkan agar klien melakukannya serta berikan pujian.

71
III. Implementasi
Dx
Tgl/ jam Implementasi Evaluasi Ttd
Kep
05/10/2015 HDR 1. Mengidentifikasi kemampuan dan S :
SP1 aspek positif yang dimiliki klien. Klien mengatakan mengatakan suka main
2. Memantau pasien menilai sosial network (online), membaca buku dan
kemampuan pasien yang masih menggambar kartun.
dapat digunakan . Klien mengatakan lebih senang dan memilih
3. Membantu pasien memilih membaca buku.
kegiatan yang akan dilatih sesuai O :
dengan kemampuan pasien. Klien mampu membaca novel dengan
4. Melatih pasien sesuai kemampuan bantuan , dengan motivasi, dengan wajah
yang dipilih. senang dan tanpa paksaan.
5. Memberikan pujian yang wajar Klien memasukan ke dalam jadwal harian.
terhadap keberhasilan pasien.
6. Menganjurkan pasien untuk A : Klien membaca buku kurang optimal.
memasukan ke dalam jadwal Tujuan belum tercapai
harian. P:

72
Ulangi intervensi SP 1
Bimbing klien untuk melakukan kegiatan
sesuai jadwal
09.00membaca novel
13.00membaca novel
06/10/2015 HDR 1. Mengidentifikasi kemampuan dan S :
SP1 aspek positif yang dimiliki klien. Klien mengatakan sudah mampu membaca
2. Memantau pasien menilai novel dengan baik dan benar.
kemampuan pasien yang masih O :
dapat digunakan. Klien mendemonstrasikan membaca novel
3. Membantu pasien memilih kegiatan dengan baik dan benar, senang dan wajah
yang akan dilatih sesuai dengan tanpa paksaan perawat.
kemampuan pasien. Klien memasukan ke dalam jadwal harian
4. Melatih pasien sesuai kemampuan A : Tujuan tercapai, klien sudah mampu
yang dipilih membaca novel dengan baik dan benar.
5. Memberikan pujian yang wajar
terhadap keberhasilan pasien. P:
6. Menganjurkan pasien untuk Pertahankan SP1
memasukan ke dalam jadwal harian.

73
Lanjutkan intervensi SP2
Bimbing klien untuk melakukan kegiatan
sesuai jadwal
09.00membaca novel
10.00menggambar kartun
13.00membaca novel
13.30menggambar kartun
07/10/2015 HDR 1. Mengevaluasi jadwal harian pasien. S :
SP1, 2. Melatih kemampuan kedua. Klien mengatakan mampu membaca novel
SP2 3. Menganjurkan pasien memasukan dengan baik dan benar, dan tidak terpaksa.
dalam jadwal harian. Klien mengatakan belum mahir
menggambar kartun dengan benar dan
sempurna
O:
Klien membaca novel dengan baik dan
benar. Klien menggambar kartun dengan
bantuan.

74
A : Klien sudah bisa membaca novel dengan
optimal, klien belum mahir menggambar
kartun dengan optimal, tujuan belum tercapai.

P:
Ulangi intervensi SP2
Bimbing klien untuk melakukan kegiatan
sesuai jadwal
07.00membaca novel
10.00menggambar kartun
13.00membaca novel
13.30menggambar kartun

75

You might also like