Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Universitas Airlangga
Surabaya
2014
0
CHAPTER 11
By : PALEPU
PEMBIAYAAN AKUISISI
Bahkan jika akuisisi dilakukan untuk menciptakan nilai ekonomi baru dan harga yang
sesuai, akuisis masih bisa menghancurkan nilai pemegang saham jika akuisis tidak tepat
dibiayai. Beberapa pilihan pembiayaan yang tersedia untuk pengakuisisi; termasuk
menerbitkan saham atau waran untuk menargetkan pemegang saham, atau mengakuisisi
saham target menggunakan surplus uang tunai atau penerimaan dari utang baru. Trade-off
antara opsi ini dari sudut pandang pemegang saham target biasanya bergantung pada pajak
mereka dan implikasi biaya transaksi. Untuk pengakuisisi, mereka dapat mempengaruhi
struktur modal perusahaan dan memberikan informasi baru bagi investor.
Seperti yang kita bahas di bawah ini, preferensi pembiayaan target dan mengakuisisi
pemegang saham bisa berbeda. Pengaturan pembiayaan dapat meningkatkan atau mengurangi
daya tarik akuisisi dari sudut pandang memperoleh pemegang saham. Akibatnya, analisis
lengkap dari akuisisi akan mencakup pemeriksaan implikasi dari pengaturan pembiayaan
untuk perusahaan pengakuisisi.
13.1 PENGANTAR
Ada banyak aktivitas berbeda yang dapat dimasukkan dalam lingkup restrukturisasi
perusahaan:
Merger: Suatu penggabungan dari dua (atau lebih) perusahaan di mana satu perusahaan
bertahan dengan namanya sendiri sementara yang lainnya tidak lagi eksis sebagai entitas
hukum.
Konsolidasi: Suatu pembangunan dari dua perusahaan atau lebih di mana seluruh
perusahaan tidak lagi eksis sebagai entitas hukum dan sebuah perusahaan baru terbentuk.
Akuisisi: Sebuah perusahaan membeli hak milik penuh atau sebagian dari beberapa atau
seluruh saham, atau sebagian atau seluruh aktiva dari perusahaan lain. Akuisisi saham
dapat dilakukan lewat sebuah merger (lihat di atas) atau sebuah penawaran tender.
Merger biasanya dinegosiasikan langsung dengan manajemen perusahaan target;
persetujuan dari dewan direksi perusahaan target biasanya diberikan sebelum penawaran
merget disampaikan kepada para pemegang saham perusahaan target untuk disetujui.
Dalam sebuah penawaran tender, penawaran untuk membeli saham dilakukan langsung
kepada para pemegang saham perusahaan target. Akuisisi dari sebagian atau seluruh
aktiva perusahaan lain biasanya dinegosiasikan langsung dengan manajemen perusahaan
yang menjual aktiva-aktiva tersebut.
Divestiture: Sebuah transaksi di mana satu perusahaan menjual sekelompok aktivanya
(misalnya, salah satu divisi atau lini bisnisnya) kepada perusahaan lainnya.
Go Private: Sebuah transaksi di mana para pemegang saham publik dari satu perusahaan
di-buy out oleh pemilik swasta. Dalam beberapa kasus, pemilik swasta ini mencakup
manajemen yang sudah ada.
Leveraged buyout (LBO): Sebuah transaksi di mana sebagian besar para pemegang saham
ekuitas saat ini di-buy out dengan menggunakan kas yang diperoleh dari meningkatkan
hutang. Dalam banyak kasus, hutang tersebut dijamin oleh aktiva perusahaan LBO.
Spinoff: Sebuah transaksi di mana satu perusahaan menerbitkan saham yang terpisah
untuk suatu bagian dari perusahaan saat ini. Perusahaan tunggal tersebut menjadi dua
6
(atau lebih) perusahaan yang terpisah, yang saham-sahamnya dapat diperdagangkan
secara independen satu sama lain.
Informasi laporan keuangan dapat menjadi sebuah input penting bagi pengambilan banyak
keputusan penting yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas di atas.
Ketika manajemen menaksir nilai perusahaan lain.
Ketika manajemen menaksir nilai perusahaannya sendiri Ketika para analis efek
berusaha memprediksi calon-calon merger (untuk memperoleh keuntungan dari premi
merger) sebagai bagian dari strategi investasi aktif.
Ketika bank-bank investasi dan firma-firma konsultan melakukan sebuah presentasi
mengenai laporan keuangan dan konsekuensi-konsekuen
si pasar modal dari suatu spinoff dibandingkan dengan suatu divestiture dari
sebuah divisi yang telah ada oleh salah satu klien mereka.
Ketika para pejabat yudisial berusaha menaksir nilai saham yang dimiliki oleh
pemegang saham minoritas
TABEL 13.2
PERINGKAT MOTIVASI CHIEF EXECUTIVE UNTUK MELAKUKAN MERGER
Pemahaman akan sifat sumber-sumber nilai yang beragam ini penting ketika
merancang suatu sistem informasi untuk mengestimasi besarannya dan juga ketika
memahami peranan yang dapat dimainkan oleh informasi laporan keuangan dalam
keputusan-keputusan restrukturisasi perusahaan.
A. Peluang Strategis
Salah satu motivasi untuk melakukan merger adalah membeli opsi atas prospek-
prospek pertumbuhan akan datang yang mungkin memiliki potensi naik secara mendadak.
Yang lain penggunaan kekuatan pasar. Sebagai contoh, dua perusahaan mungkin
melakukan merger dan menerapkan sebuah kebijakan penentuan harga yang memampukan
mereka mendapatkan laba di atas tingkat pengembalian kompetitif. Peraturan pemerintah
(misalnya, undang-undang antitrust
Data mengenai pendapatan dapat digunakan untuk menilai profitabilitas masing-
masing perusahaan saat ini dalam suatu industri dan ketika menilai perubahan-perubahan
dalam profitabilitas industri-industri yang telah menjalani restrukturisasi perusahaan yang
signifikan.
8
B. Sinergi dan Sinergi Berbalik
Keuntungan sinergis dari penggabungan kedua entitas tersebut. Pencapaian
keuntungan sinergistik mengharuskan diberikannya perhatian khusus terhadap integrasi dua
entitas yang berbeda tersebut. Masalah-masalah yang dikarenakan (misalnya) tabrakan-
tabrakan dalam kultur perusahaan dan pengunduran diri manajerial dapat menyebabkan
sinergi tak tercapai atau perlu waktu lebih lama untuk dicapai daripada yang diperkirakan
dalam analisis yang dilakukan sebelum merger.
TABEL 13.4
CONTOH-CONTOH POTENSI SINERGI DALAM AKUISISI PERUSAHAAN
Argumen tentang sinergi yang biasa digunakan untuk merger adalah jenis 2 + 2 = 5.
Sekelompok argumen untuk divestiture dan spinoff adalah jenis 5 2 = 4.
9
baru yang menganggap bahwa perusahaan tersebut dapat berada di (katakanlah) kategori
desil teratas untuk tingkat pengembalian akuntansi.
Ada penyesuaian kepentingan pribadi manajemen dengan kepentingan pemegang
saham yang ada.
E. Sumber-Sumber Lain
Dalam bidang merger, para pemegang saham dari perusahaan yang diakuisisi
tampaknya memperoleh bagian cukup besar dari investasi nilai dari merger tersebut.
Meskipun tidak meningkatkan nilai pasar, restrukturisasi perusahaan dapat
menyebabkan redistribusi nilai tersebut. obligor. Jika merger tersebut didanai oleh emisi
ekuitas, maka para obligor akan diuntungkan dan pemegang saham akan dirugikan karena
hutang mereka sekarang menjadi kurang beresiko daripada seblelum merger.
Melakukan spinoff atas divisi dengan profitabilitas rendah tersebut menjadi sebuah
perusahaan yang terpisah dapat menjadi salah satu cara untuk memaksa serikat buruh
menyetujui perlunya menyesuaikan biaya-biaya buruh mereka dengan norma-norma
perusahaan.
10
sinergi atau peningkatan efektivitas manajerial.
2. Pihak yang mengajukan penawaran mungkin memiliki akses ke informasi
pribadi yang mereka anggap tidak dicerminkan dalam harga pasar saat ini.
3. Pasar telah mengabaikan informasi di ranah publik, dan takeover atau buyout
tersebut adalah sebuah upaya untuk memanfaatkan undervaluation oleh pasar
modal.
4. Perusahaan yang mengajukan penawaran telah melakukan kesalahan dalam
analisis penilaiannya atau tengah menerapkan sebuah strategi yang bertujuan
untuk (misalnya) memaksimalkan ukuran perusahaan dan bukan kapitalisasi
pasar.
1. Yang dimaksud dengan tak langsung di sini berarti bahwa sekumpulan perusahaan
publik yang sebanding digunakan untuk menarik kesimpulan mengenai nilai pasar
dari sebuah entitas lainnya.
11
Harga pembelian dari sebuah kompleks apartemen yang disewakan seringkali
dinyatakan dalam hal multiple standar dari pembayaran sewa tahunan.
13.5 MENYUSUN DISTRIBUSI NILAI PASAR
Bagaimana pasar modal menentukan harga ekuitas dan efek-efek lainnya. Asumsi ini akan
mempengaruhi analis dalam dua cara:
1. Menentukan atribut-atribut yang harus dimasukkan dalam pelaksanaan penilaian.
2. Menentukan atribut-atribut yang harus dikeluarkan dalam pelaksanaan penilaian.
Salah satu motivasi yang paling sering disebutkan untuk melakukan akuisisi adalah
untuk memberikan diversifikasi yang lebih besar.
Tidak ada kenaikan nilai untuk perusahaan yang menyediakan diversifikasi.
Pendekatan yang paling sering direkomendasikan untuk mengestimasi nilai suatu
akuisisi atau divestiture adalah metode discounted cash flows (DCF). Pelaksanaan metode ini
terdiri dari:
1. Memilih bentang periode untuk menyusun perkiraan mengenai aliran kas.
2. Mengestimasi aliran kas selama bentang ini (termasuk nilai residu aktiva pada akhir
periode tersebut).
3. Mendiskonto aliran kas periode-per-periode dengan menggunakan suatu tingkat
diskonto (atau sekumpulan tingkat diskonto jika perbedaan periode-per-periode tidak
diakui).
. Buku ini menyarankan agar metode DCF tidak digunakan secara mekanis atau secara
eksklusif, dengan alasan-alasan sebagai berikut:
1. Ada masalah-masalah teoritis penting yang tak terpecahkan dalam metode DCF,
seperti perlakuan atas ketidakpastian dan inflasi, penyusunan definisi dan estimasi
biaya modal, serta perlakuan dependencies dalam kumpulan peluang selama beberapa
periode.
2. Angka yang diinginkan untuk nilai sebuah perusahaan dapat diketahui dengan mudah
lewat sekumpulan estimasi yang sesuai.
Mengingat kompleksnya kondisi literatur keuangan saat ini, sang analis harus belajar
menerima besarnya ketidakpastian mengenai model penentuan harga aktiva yang tersirat
dalam penentuan harga efek oleh pasar modal.
12
13.6 VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN DAN ANALISIS PRA-MERGER:
KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK PERUSAHAAN YANG DIAKUISISI
DAN YANG TAK DIAKUISISI
Penelitian yang berfokus pada karakteristik-karakteristik perusahaan yang diakuisisi dan tak
diakuisisi telah dilakukan dalam dua bidang yang berkaitan: (A) analisis klasifikasi ex post
dan (B) analisis prediktif ex ante. Dalam (A) fokusnya adalah pada karakteristik keuangan
dan karakteristik-karakteristik lain dari perusahaan yang diakuisisi dibandingkan dengan
yang tak diakuisisi.
Dalam analisis prediktif, fokusnya adalah memprediksikan perusahaan-perusahaan
mana yang nantinya akan menjadi target akuisisi dan (dalam beberapa kasus) akan
mengembangkan sinergi perdagangan atas dasar proyeksi-proyeksi ini.
A. Analisis Klasifikasi
hubungan antara karakteristik-karakteristik keuangan sebuah perusahaan dan
kemungkinan akuisisinya dalam suatu periode tertentu. Tahap pertama dari penelitian Palepu
adalah membandingkan antara perusahaan-perusahaan target dan perusahaan-perusahaan
kontrol atas dasar univariat.
Variabel-variabel ini dipilih untuk mengkaji beberapa hipotesis mengenai penyebab aktivitas
merger. Kesimpulan-kesimpulan utama yang ditarik oleh Palepu adalah:
1. Perusahaan-perusahaan target memiliki pengembalian saham yang lebih rendah
selama empat tahun sebelum takeover mereka;
2. Perusahaan-perusahaan target menunjukkan ketidakcocokan antara pertumbuhan dan
sumber daya yang lebih tinggi
3. Perusahaan-perusahaan target tidak dominan berada dalam industri-industri di mana
akuisisi terjadi pada tahun sebelumnya.
4. Perusahaan target rata-rata lebih kecil daripada perusahaan kontrol rata-rata.
5. Baik rata-rata rasio nilai pasar terhadap nilai buku maupun rasio harga terhadap laba
dari perusahaan target dan perusahaan kontrol tidak berbeda signifikan satu sama lain.
13
Penulis [Foster] menekankan bahwa meskipun indeks rasio kemungkinan signifikan
secara statistik, kemampuannya memberikan penjelasan relatif rendah.
Harris dkk. menyatakan bahwa terlepas dari signifikansi statistik dari model
multivariat mereka, hanya sebagian kecil saja dari faktor-faktor yang berperan terhadap
akuisisi tersebut
B. Analisis Prediktif
Mengembangkan strategi-strategi investasi untuk memanfaatkan prediksi mengenai
kandidat-kandidat yang mungkin. Namun perhatikan bahwa untuk mendapatkan laba
abnormal dalam bidang ini, model prediksi tersebut harus mendeteksi pergerakan-pergerakan
dalam kemungkinan akuisisi yang tidak sepenuhnya tercermin dalam harga-harga efek pasar
modal. Informasi ini mungkin digunakan untuk mencari sebuah perusahaan pengakuisisi
yang akan memaksimalkan kekayaan para pemegang saham yang telah ada, atau untuk
mempersiapkan pertahanan yang lebih kuat dari peminang [perusahaan pengakuisisi] yang
tak diinginkan.
Hasil-hasil yang dilaporkan dalam penelitian Wansley, Roenfeldt, dan Cooley (1983) secara
langsung menguji kemampuan mendapatkan laba abnormal dengan menggunakan prediksi-
prediksi kemungkinan akuisisi. Tahap pertama dari analisis mereka adalah mengembangkan
sebuah model multivariat untuk memprediksi potensi status akuisisi. Metode statistik yang
diguankan adalah analisis diskriminan.
Tahap kedua dalam penelitian yang dilakukan oleh Wansley, Roenfeldt, dan Cooley
(1983) adalah menggunakan model diskriminan. Laba abnormal diukur setelah mengontrol
pengembalian portofolio pasar (Rm) Arti penting dari penelitian yang dilakukan oleh
Wansley, Roenfeldt, dan Cooley (1983) ini bukan terletak dari signifikansi hasil-hasil yang
dilaporkan. (Hasil-hasil tersebut paling baik hanya signifikan secara marjinal.) Upaya
eksplisit untuk menguji hipotesis bahwa laba abnormal dapat diperoleh dengan menggunakan
hasil-hasil penelitian atas profil perusahaan-perusahaan yang menjadi kandidat akuisisi.
13.9 RINGKASAN
17
CASES : XL AKAN SEGERA MERGER DENGAN AXIS
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah menyetujui rencana merger XL Axiata
dan Axis Telekom Indonesia, hal ini membuat seluruh regulator di Indonesia telah setuju
dengan aksi korporasi ini. KPPU menilai tidak akan khawatir dengan adanya praktik
monopoli dan persaingan tidak sehat yang disebabkan oleh merger kedua operator tersebut.
"XL Axiata telah menerima persetujuan dari KPPU pada 6 Maret 2014," ungkap Sekretaris
Perusahaan XL Axiata Murni Nurdini. Sebelumnya, Direktur Utama XL, Axiata Hasnul
Suhaimi mengatakan, pihaknya optimis rencana merger dan akuisisi Axis bisa rampung pada
akhir Maret 2014.
Hasnul menuturkan, merger XL-Axis tidak akan menciptakan ruang monopoli dari sisi pasar.
Jumlah total pelanggan XL-Axis pasca-merger nanti akan lebih dari 65 juta, yang mewakili
sekitar 21% pangsa pasar. Angka ini masih jauh jika dibandingkan pangsa pasar Telkomsel
yang mencapai 131,5 juta pelanggan pada 2013. Namun, jumlah pelanggan XL-Axis akan
melampaui Indosat yang memiliki 59,6 juta pelanggan pada 2013.
XL Axiata akan mengakuisisi 95% saham Axis senilai US$ 865 juta atau sekitar Rp 10,5
triliun. Sumber dana berasal dari pinjaman Axiata Group Bhd, induk usaha XL Axiata,
sebesar US$ 500 juta. Sisanya US$ 365 juta dari pinjaman bank.
Selanjutnya, masih ada proses administrasi yang harus diselesaikan di internal XL untuk
closing akuisisi . Kepada para regulator, XL berjanji untuk tetap menawarkan produk yang
terjangkau, meningkatkan kualitas layanan, dan memperluas pasar, agar dampak merger bisa
dinikmati masyarakat. "Terwujudnya merger XL-Axis akan memberikan manfaat dan
keuntungan yang besar kepada pelanggan, serta menciptakan industri telekomunikasi yang
akan semakin sehat, tambah Hasnul.
18