Professional Documents
Culture Documents
Depok
Mei 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu dan teknologi di berbagai bidang telah mendorong
pesatnya pertumbuhan industri serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja. Namun, seiring dengan bertumbuhnya berbagai industri dengan teknologi
yang canggih dan maju, juga cenderung akan meningkatkan risiko lebih besar
yang memberi dampak dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
Melaksanakan pekerjaan secara efisien tidak hanya bergantung kepada
kemampuan atau keterampilan, tetapi juga dipengaruhi oleh penguasaan akan
prosedur kerja, uraian kerja (job description) yang jelas, peralatan kerja yang
tepat atau sesuai lingkungan kerja, dan sebagainya.
Pekerjaan akan menimbulkan reaksi psikologis bagi yang melakukan
pekerjaan tersebut. Reaksi ini dapat bersifat positif, misalnya senang, bergairah,
dan merasa sejahtera, atau reaksi yang bersifat negatif, misalnya bosan, acuh,
tidak serius, dan sebagainya. Setiap individu dalam suatu organisasi pasti akan
berinteraksi dengan segala sesuatu yang bersifat fisik di sekitarnya, seperti
bangunan, peralatan dan barang-barang lainnya, untuk dimanfaatkan atau
didayagunakan. Semua orang akan bekerja lebih baik apabila mereka berada di
lingkungan kerja yang sesuai dengan pekerjaan mereka dan demikian pula
peralatannya.
Hal-hal yang dapat mengurangi bahaya pada suatu pekerjaan adalah
meningkatkan status kesehatan pekerja sehingga dapat membantu
produktivitas perusahaan karena tingkat keselamatan yang baik akan menekan
angka kecelakaan sehingga pengeluaran perusahaan atas biaya kecelakaan
dapat dihemat, peralatan kerja dan mesin akan terpelihara secara baik dan
pengoperasiannya dapat dilaksanakan secara lebih efisien, terciptanya kondisi
kerja yang baik sehingga akan mendukung ke arah kenyamanan dan kemauan
bekerja.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah mempersiapkan dan menyesuaikan
sarana dan prasarana yang dapat melindungi, tetapi tidak mengubah bentuk,
proses atau spesifikasi. Perubahan-perubahan tersebut tidak sepenuhnya
menghilangkan bahaya yang bisa terjadi di luar kemampuan manusia.
Kemudian dapat juga dengan membuat isolasi kegiatan atau unsur-unsur yang
berbahaya sehingga para pekerja tidak berhubungan dan harus mengguanakan
alat tertentu sebagai pencegahan, mengadakan pelatihan para pekerja untuk
mencegah risiko dengan membatasi bahaya atau risiko dengan memakai alat
keselamatan kerja yang tersedia, mengadakan pengawasan teratur untuk dapat
memastikan bahwa faktor-faktor yang dapat membahayakan kesehatan dan
keselamatan kerja dapat terdeteksi setiap saat, serta memelihara kantor dan
peralatannya sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan timbulnya bahaya
bagi pekerja.
Salah satu topik yang diangkat pada makalah ini adalah industri besi dan
baja (pengecoran logam). Pengecoran logam adalah proses penuangan logam
cair dengan gaya gravitasi atau gaya lain ke dalam suatu cetakan, kemudian
dibiarkan membeku, sehingga terbentuk logam padat sesuai dengan bentuk
cetakannya. Industri ini ialah industri manufaktur yang mengolah bijih besi
menjadi barang jadi. Salah satu industri pengecoran logam di Indonesia
terdapat di Ceper, Klaten yang mengerjakan pengecoran besi dengan suhu
penuangan mencapai 1600C. Pada industri seperti ini, terdapat ancaman
bahaya seperti suhu lingkungan yang tinggi, radiasi sinar infra merah, percikan
logam panas, debu hasil pembakaran, industri listrik, dan serpihan material
logam. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai manajemen risiko yang andal untuk
menanggulangi kemungkinan kecelakaan kerja yang terjadi sekaligus
mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.
Maka, disusunlah makalah ini untuk memberikan rincian penanganan
bahaya, pada industri pengecoran logam, dalam kaitannya dengan kesehatan,
keselamatan kerja, dan lindung lingkungan.
B. TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas akhir dari mata kuliah K3LL (Kesehatan, Keselamatan
Kerja, dan Lindung Lingkungan).
2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi permasalahan, identifikasi bahaya
(hazard identification), penilaian risiko (risk assessment), hazard
communication, dan safety management system pada industri pengecoran
logam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
34.
35. Gambar 5. Piktogram sebagai salah satu bentuk hazard
communication
36.
37.