You are on page 1of 19

Universitas Indonesia Fakultas Teknik

Kode Mata Kuliah : ENG 300802


Mata Kuliah : KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN
Dosen : DR.Ir. Budihardjo Dipl.Ing.
Tugas No : 4
Kelompok : 6
Nomor dan nama mahasiswa
1. Felix Cahyo Kuncoro Jakti 0906511763
2. Lugas Trias Pamungkas 0906511813
3. Murni Gusti Dayanti 0906630424
4. Prasetia Rinaldo 0906630443
5. Rama Alpha Yuri Margaretha 0906488722
6. Risa Karlin 0906630462
7. Tagor 0906557392
8. Vincent 0906557404
9. Wanda Heryudiasari 0906630494

Depok
Mei 2011
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu dan teknologi di berbagai bidang telah mendorong
pesatnya pertumbuhan industri serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja. Namun, seiring dengan bertumbuhnya berbagai industri dengan teknologi
yang canggih dan maju, juga cenderung akan meningkatkan risiko lebih besar
yang memberi dampak dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
Melaksanakan pekerjaan secara efisien tidak hanya bergantung kepada
kemampuan atau keterampilan, tetapi juga dipengaruhi oleh penguasaan akan
prosedur kerja, uraian kerja (job description) yang jelas, peralatan kerja yang
tepat atau sesuai lingkungan kerja, dan sebagainya.
Pekerjaan akan menimbulkan reaksi psikologis bagi yang melakukan
pekerjaan tersebut. Reaksi ini dapat bersifat positif, misalnya senang, bergairah,
dan merasa sejahtera, atau reaksi yang bersifat negatif, misalnya bosan, acuh,
tidak serius, dan sebagainya. Setiap individu dalam suatu organisasi pasti akan
berinteraksi dengan segala sesuatu yang bersifat fisik di sekitarnya, seperti
bangunan, peralatan dan barang-barang lainnya, untuk dimanfaatkan atau
didayagunakan. Semua orang akan bekerja lebih baik apabila mereka berada di
lingkungan kerja yang sesuai dengan pekerjaan mereka dan demikian pula
peralatannya.
Hal-hal yang dapat mengurangi bahaya pada suatu pekerjaan adalah
meningkatkan status kesehatan pekerja sehingga dapat membantu
produktivitas perusahaan karena tingkat keselamatan yang baik akan menekan
angka kecelakaan sehingga pengeluaran perusahaan atas biaya kecelakaan
dapat dihemat, peralatan kerja dan mesin akan terpelihara secara baik dan
pengoperasiannya dapat dilaksanakan secara lebih efisien, terciptanya kondisi
kerja yang baik sehingga akan mendukung ke arah kenyamanan dan kemauan
bekerja.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah mempersiapkan dan menyesuaikan
sarana dan prasarana yang dapat melindungi, tetapi tidak mengubah bentuk,
proses atau spesifikasi. Perubahan-perubahan tersebut tidak sepenuhnya
menghilangkan bahaya yang bisa terjadi di luar kemampuan manusia.
Kemudian dapat juga dengan membuat isolasi kegiatan atau unsur-unsur yang
berbahaya sehingga para pekerja tidak berhubungan dan harus mengguanakan
alat tertentu sebagai pencegahan, mengadakan pelatihan para pekerja untuk
mencegah risiko dengan membatasi bahaya atau risiko dengan memakai alat
keselamatan kerja yang tersedia, mengadakan pengawasan teratur untuk dapat
memastikan bahwa faktor-faktor yang dapat membahayakan kesehatan dan
keselamatan kerja dapat terdeteksi setiap saat, serta memelihara kantor dan
peralatannya sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan timbulnya bahaya
bagi pekerja.
Salah satu topik yang diangkat pada makalah ini adalah industri besi dan
baja (pengecoran logam). Pengecoran logam adalah proses penuangan logam
cair dengan gaya gravitasi atau gaya lain ke dalam suatu cetakan, kemudian
dibiarkan membeku, sehingga terbentuk logam padat sesuai dengan bentuk
cetakannya. Industri ini ialah industri manufaktur yang mengolah bijih besi
menjadi barang jadi. Salah satu industri pengecoran logam di Indonesia
terdapat di Ceper, Klaten yang mengerjakan pengecoran besi dengan suhu
penuangan mencapai 1600C. Pada industri seperti ini, terdapat ancaman
bahaya seperti suhu lingkungan yang tinggi, radiasi sinar infra merah, percikan
logam panas, debu hasil pembakaran, industri listrik, dan serpihan material
logam. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai manajemen risiko yang andal untuk
menanggulangi kemungkinan kecelakaan kerja yang terjadi sekaligus
mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.
Maka, disusunlah makalah ini untuk memberikan rincian penanganan
bahaya, pada industri pengecoran logam, dalam kaitannya dengan kesehatan,
keselamatan kerja, dan lindung lingkungan.

B. TUJUAN

1. Untuk memenuhi tugas akhir dari mata kuliah K3LL (Kesehatan, Keselamatan
Kerja, dan Lindung Lingkungan).
2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi permasalahan, identifikasi bahaya
(hazard identification), penilaian risiko (risk assessment), hazard
communication, dan safety management system pada industri pengecoran
logam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI DAN DASAR-DASAR PENGECORAN LOGAM


Pengecoran (casting) adalah proses penuangan logam cair dengan gaya
gravitasi atau gaya lain ke dalam suatu cetakan, kemudian dibiarkan membeku,
sehingga terbentuk logam padat sesuai dengan bentuk cetakannya.
Beberapa keuntungan pembentukan dengan pengecoran :
(1) Dapat mencetak bentuk kompleks, baik bentuk bagian luar maupun bentuk
bagian dalam;
(2) Beberapa proses dapat membuat bagian (part) dalam bentuk jaringan;
(3) Dapat mencetak produk yang sangat besar, lebih berat dari 100 ton;
(4) Dapat digunakan untuk berbagai macam logam;
(5) Beberapa metode pencetakan sangat sesuai untuk keperluan produksi
massal.
Setiap metode pengecoran memiliki kelemahan tersendiri, namun secara
umum dapat disebutkan sebagai berikut:
(1) Keterbatasan sifat mekanik;
(2) Sering terjadi porositas;
(3) Dimensi benda cetak kurang akurat;
(4) Permukaan benda cetak kurang halus;
(5) Bahaya pada saat penuangan logam panas;
(6) Masalah lingkungan.
Beberapa contoh produk hasil industri pengecoran logam, antara lain:
(1) perhiasan (5) wajan/penggorengan
(2) patung (6) pipa
(3) blok mesin (7) roda kereta
(4) rangka mesin (8) pompa, dan lain-lain

B. PROSES PENGECORAN LOGAM


Secara umum, proses pengecoran logam (besi dan baja) dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Pattern/tool making (pembuatan pola)
2. Mould preparation (persiapan cetakan)
3. Metal preparation (persiapan logam)
4. Metal melting (pencairan logam)
5. Casting (pengecoran)
6. Removal of casting (pelepasan)
7. Fettling and finishing (pembersihan dan penyelesaian)
8. Heat treatment (penanganan panas)
9. Plant maintenance (perawatan lokasi)
10.Waste disposal (pembuangan limbah)
11.Material handling and packaging (penanganan material dan pengepakan)
Proses di atas dapat dijelaskan dengan skema di bawah ini:
Gambar 1. Skema proses pengecoran logam

Gambar 2. Diagram alir proses pengecoran logam

C. INDUSTRI PENGECORAN LOGAM DI INDONESIA


Salah satu daerah yang dikenal sebagai sentra industri pengecoran logam di
Indonesia ialah Ceper, Klaten. Di daerah ini terdapat sekitar 320 pengrajin
usaha pengecoran logam (berdasarkan data 2009). Industri yang terdapat di sini
masih merupakan home industry dan masih banyak dikerjakan dengan cara
manual.
Berdasarkan berita yang dikutip dari http://bpbdjateng.info, pada tanggal 6
Juli 2010 yang lalu, tiga ledakan dahsyat mengguncang pabrik pengecoran
logam di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Akibat ledakan
itu, empat orang pekerja mengalami luka bakar hebat, beberapa di antaranya,
kaki dan lengannya nyaris putus. Penyebab ledakan diduga akibat ikut
dileburnya mortir ke dalam wajan peleburan logam.

Gambar 3. Peta Kabupaten Klaten

D. REGULASI MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA


INDUSTRI PENGECORAN LOGAM
Beberapa regulasi yang berkaitan dengan sistem manajemen keselamatan
pada industri, termasuk industri besi dan baja (pengecoran logam), antara lain:
1) OHSAS 18001:2007
OHSAS 18000 adalah spesifikasi internasional untuk kesehatan dan
sistem manajemen keselamatan kerja. OHSAS 18001 disusun oleh badan
standar nasional yang berkapasitas dunia, badan sertifikasi, dan konsultan
spesialis.
Melalui OHSAS 18001, diharapkan dapat meminimalkan risiko kepada
pekerja, meningkatkan sistem manajemen K3 yang sudah ada, dan lainnya.
2) Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
BAB III
PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI MASALAH PADA INDUSTRI PENGECORAN LOGAM


Industri pengecoran logam merupakan industri yang mengolah bijih logam
menjadi benda jadi. Pada pengecoran logam di Ceper, Klaten, pengecoran besi
dilakukan dengan suhu penuangan mencapai 1600 C. Pada industri ini,
sebagian besar pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) meskipun
di lingkungan kerja terdapat ancaman bahaya. Faktor lingkungan fisik kerja dan
manajemen yang belum menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja
menjadi determinan pekerja tidak menggunakan APD.
Hampir semua industri menggunakan bahan kimia dalam berbagai variasi
penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan, atau analisis. Cairan
mudah terbakar yang sering digunakan dalam industri adalah hidrokarbon.
Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut organik seperti aseton,
benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena, heksana, dan lain-
lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi
yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets (MSDS), yang memberikan
penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan kimia, termasuk di
dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk disimpan secara
aman. Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak
atau tidak stabil. Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan kerja
akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar. Radiasi dapat
dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray difraksi atau radiasi internal yang
digunakan oleh material radioaktif, yang dapat masuk ke dalam badan manusia
melalui pernafasan atau serapan melalui kulit. Radiasi non-ionisasi seperti UV,
infra merah, frekuensi radio, laser, radiasi elektromagnetik dan medan magnet
juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber kecelakaan kerja.
Suhu yang tinggi merupakan salah satu sumber bahaya karena bisa
menimbulkan heat stroke dan heat cramps yang bisa menganggu efektivitas
kerja.
Selain itu, penggunaan peralatan dengan daya listrik yang besar akan
memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja.
B. HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT PADA INDUSTRI
PENGECORAN LOGAM
Keselamatan kerja merupakan target pertama dalam setiap proses produksi
terutama proses pengecoran logam, karena dalam proses ini kita akan
berhadapan dengan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi. Di bawah ini,
dipaparkan berbagai bahaya yang dapat timbul pada industri pengecoran
logam.
Proses
No Hazard Identification 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
1 Ledakan pada logam cair
Ledakan uap
Ledakan kimiawi
2 Tegangan termal
3 Api
4 Radiasi cahaya
5 Substansi beracun
Kimiawi
Gas
Uap air
Debu dan
Silika
Limbah beracun
6 Barang berbahaya
7 Tergelincir dan jatuh
8 Pekerjaan manual
9 Mesin dan peralatan
Bahaya mekanikal
contoh: terpotong, terjepit
Bahaya non-mekanikal
contoh: kebisingan, getaran, dan
listrik
Keterangan Proses:
1. Pattern/tool making (pembuatan 7. Fettling and finishing (pembersihan
pola) dan penyelesaian)
2. Mould preparation (persiapan 8. Heat treatment (penanganan
cetakan) panas)
3. Metal preparation (persiapan 9. Plant maintenance (perawatan
logam) lokasi)
4. Metal melting (pencairan logam) 10. Waste disposal (pembuangan
5. Casting (pengecoran)
limbah)
6. Removal of casting (pelepasan)
11. Material handling and packaging
(penanganan material dan
pengepakan)
12.
13. Tabel 1. Identifikasi bahaya pada tiap tahapan proses di industri
pengecoran (diolah dari Occupational Health and Safety Act 2004)
14.
15. Bahaya potensial ini
diharapkan tidak akan menjadi bahaya riil apabila semua peraturan
keselamatan telah diikuti dengan seksama dan selalu bekerja menurut prosedur
serta tata cara yang aman dan benar. Dengan demikian kita akan terhindar dari
bahaya dan tempat kita bekerja menjadi tempat yang aman.
16. Risiko-risiko yang dapat
terjadi di lingkungan kerja, antara lain ialah:
17. 1. Ledakan dan luka bakar akibat logam cair.
18. 2. Gangguan pernapasan akibat paparan gas, uap air, uap dan
debu lain.
19. 3. Efek pada kulit akibat kontak dengan bahan kimia yang korosif.
20. 4. Gangguan pada mata akibat radiasi cahaya, serpihan potongan
logam, ataupun terciprat bahan kimia.
21. 5. Tergelincir dan terjatuh.
22. 6. Nyeri otot dan sendi akibat kerja manual.
23. 7. Risiko akibat bahaya mekanikal, seperti terjepit, remuk, dan lain-
lain.
24. 8. Risiko akibat bahaya non-mekanikal, seperti getaran dan kebisingan.
25. 9. Polusi akibat adanya beracun dan berbahaya (B3) yang lepas ke
lingkungan.
26. Risiko harus dapat dikontrol dengan menghindarkannya sebisa
mungkin, namun apabila tidak memungkinkan, dampak risiko harus dapat
dikurangi sampai level terendah.
27. Di Indonesia, standar prosedur kesehatan dan keselamatan kerja masih
belum diterapkan secara optimal pada industri yang penuh dengan risiko ini.
Gambar di bawah, yaitu gambar seorang bapak dengan sandal jepit dan
bertelanjang dada sedang mengisi cetakan dengan logam panas, merupakan
contoh nyata bahwa belum ada manajemen risiko yang baik pada proses
pengecoran logam.
28.
29. Gambar 4. Menuang logam cair tanpa alat pelindung diri (APD)
30.
31. C. HAZARD COMMUNICATION PADA INDUSTRI PENGECORAN LOGAM
32. Dalam manajemen risiko, salah satu hal penting yang harus
diperhatikan ialah hazard communication, yaitu cara atau metode penyampaian
bahaya terutama kepada para pekerja. Beberapa contoh hazard communication
adalah pemberian label pada botol yang berisi bahan kimia ataupun dengan
tanda-tanda tertentu.
33. Di bawah ini diberikan berbagai contoh dari hazard communication
yang dapat ditemui pada industri pengecoran logam maupun industri pada
umumnya.

34.
35. Gambar 5. Piktogram sebagai salah satu bentuk hazard
communication
36.
37.

38. Gambar 6. Contoh label berdasarkan aturan ANSI/OSHA


39.
40. D. SAFETY MANAGEMENT SYSTEM PADA INDUSTRI PENGECORAN LOGAM
41. Safety Management System adalah istilah yang digunakan untuk
merujuk kepada suatu sistem manajemen yang komprehensif yang dirancang
untuk mengelola keselamatan dan unsur-unsur kesehatan di tempat kerja.
42. The Occupational Health and Safety Management System yang
diterapkan pada industri pengecoran logam mengikuti basis Standards: OHSAS
18001: 2007.
43. Regulasi internasional ini masih belum sepenuhnya diaplikasikan
dalam industri pengecoran logam di Indonesia. Hal ini menyebabkan rawan
terjadinya kecelakaan kerja, terutama bagi para pekerja.
44. Ketika menentukan cara terbaik untuk memanajemen risiko, dapat
digunakan hierarki kontrol. Hierarki ini dianjurkan dan dibutuhkan sebagai
ukuran kontrol untuk menangani risiko pada industri pengecoran logam.
45. Berbagai tindakan yang dapat dilakukan
Gambar 7. Hierarki untuk menanggulangi risiko ditampilkan dalam tabel
kontrol berikut:
46. B 47. Tindakan untuk mengontrol risiko
ahaya
48.Ledaka 49.Memastikan semua material bebas kelembaban dan
n uap disimpan di tempat kering
50.Ledaka 51.Melarang adanya pemantik api di area pencairan logam
n kimia
52.Tegang 53.Memastikan ketersediaan air bersih yang dapat
an diminum
termal
54.Api dan 55.Memastikan adanya pelindung yang tepat, seperti
terbaka screen, di sekitar tempat penuangan logam
r
56.Radiasi 57.Memastikan adanya APD seperti pelindung mata bagi
cahaya semua pekerja
58.Substan 59.Mengurangi penggunaan substansi beracun jika
si mungkin
beracun
60.B3 61.Melabeli barang berbahaya dengan tepat
62.Terjatuh 63.Mendesain layout area kerja sesuai dengan alur kerja
dan para pekerja
tergelin
cir
64.Penang 65.Mengusahakan penanganan material berbahaya tidak
anan dibawa manual, jika mungkin
manual
66.Bahaya 67.Memeriksa semua mesin dan peralatan secara berkala
mekani
kal
68.Bahaya 69. Mengidentifikasi dan meminimalkan sumber
listrik risiko elektrikal
70. Tabel 2. Manajemen risiko untuk berbagai bahaya di industri
pengecoran logam
71.
72. Beberapa ketentuan dan prosedur keselamatan yang terdapat di
industri ini:
1. Pakailah pakaian kerja dengan alat pelindung diri (APD) lainnya yang
diperlukan.
2. Bekerjalah sesuai petunjuk yang ada.
3. Berhati-hatilah dalam penggunaan alat-alat perlengkapan serta posisi dalam
bekerja.
4. Usahakan nyala api dalam kondisi yang baik.
5. Jauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar dari api.
6. Usahakan muatan yang akan dilebur, dalam keadaan bersih bebas dari air
oli dan bahan lainnya yang dapat menyebabkan percikan atau ledakan.
7. Bersihkan lantai pasir tempat proses pengecoran dari air kotoran dan
sebagainya.
8. Jaga jarak aman dengan tungku peleburan dan peralatan lain pada saat
peleburan dan penuangan logam cair.
9. Gunakan selalu alat pelindung diri (APD): sarung tangan kulit, apron, helm,
kacamata, sepatu kerja, masker, tang jepit dan lain sebagainya.
10.Tidak diperbolehkan memegang peralatan dan produk coran tanpa alat
pelindung diri (APD) selama proses peleburan dan pengecoran sedang
berjalan.
11.Seluruh pakaian berbahan katun minimal 90% atau lebih. Tidak memiliki
kantong di setiap bagiannya baik baju maupun celana, jika ada maka
kantong itu harus tertutup.
12.Jaket, kaca mata, pelindung muka, helm, sarung tangan kulit atau
aluminized gloves, dan sepatu harus dalam keadaan baik.
13.Menggunakan sepatu tipe moulder atau kick-of saat melakukan proses
pengecoran.
14.Mengunakan masker respirator anti debu saat mengeluarkan logam cair dari
tungku.
15.Menggunakan pelindung telinga jika ada dalam area pengecoran.
16.Tidak memiliki rambut terlalu panjang, atau merapihkan rambut dengan
menyembunyikannya dengan helm pengaman.
17.Tidak dianjurkan menggunakan jam kinetik dan barang-barang elektronik.
73.
74.

75. Gambar 8. Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective


Equipment (PPE)
76.
77. Dalam setiap industri, terutama dalam industri yang berisiko tinggi
seperti industri pengecoran logam, diperlukan pula suatu prosedur darurat.
Prosedur ini biasanya berkaitan dengan kejadian yang perlu mendapat
perlakuan atau penanganan khusus yang tidak dapat ditunda lagi, seperti
misalnya:
78. 1. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), memiliki banyak prosedur
darurat dan merupakan prosedur pertolongan pertama pada kecelakaan
tersebut.
79. 2. Bahaya kebakaran, misalnya prosedur cara memadamkan api dan
prosedur perawatan atau pemeliharaan perlengkapan pemadam kebakaran.
80. 3. Bahaya dari suatu reaktivitas tinggi dari suatu bahan kimia yang dapat
mengakibatkan kecelakaan, yaitu misalnya prosedur penanganan bahaya
meledak atau ledakan.
81.
82.
83.
84. Gambar 9. Assessment Sheet
85.
86.
87.
88. BAB IV
89. PENUTUP
90.
91. A. KESIMPULAN
92. Industri pengecoran logam (besi dan baja) merupakan industri
manufaktur yang mengolah bijih besi menjadi barang jadi. Salah satu industri
pengecoran logam di Indonesia terdapat di daerah Ceper, Klaten, Jawa Tengah.
93. Dalam kaitan dengan K3LL, perlu diidentifikasi hazard yang terdapat
dalam industri pengecoran logam ini. Hazards tersebut antara lain ledakan
logam cair, bahaya kebakaran, substansi beracun, bahaya terjatuh, mesin dan
peralatan, serta lain sebagainya. Hazard ini menimbulkan berbagai macam
risiko yang harus dianalisis dan ditangani agar tidak menimbulkan dampak yang
membahayakan, terutama bagi para pekerja dan juga kepada lingkungan. Salah
satu cara untuk menyampaikan atau mengomunikasikan hazard ialah dengan
pemberian label pada botol-botol kimia atau pemberian tanda-tanda tertentu.
Keseluruhan hal ini merupakan bagian dari sistem manajemen keselamatan
yang dirancang untuk mengelola keselamatan dan unsur-unsur kesehatan di
tempat kerja. Dalam sistem manajemen keselamatan ini, terdapat berbagai
prosedur keselamatan dan penanggulangan bahaya darurat yang mungkin
terjadi di industri pengecoran logam.
94. Di Indonesia, aspek K3LL masih belum menjadi bagian yang serius dari
industri pengecoran logam yang sudah ada. Padahal hal ini mutlak diperlukan
untuk menghindari dampak buruk atau kecelakaan ke depannya.
95.
96. B. SARAN
97. 1. Pihak industri pengecoran logam disarankan untuk menyiapkan
peraturan K3 di perusahaannya, mewajibkan penggunaan APD, dan
memberikan kesempatan bagi pekerja untuk mengikuti pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja, serta menciptakan lingkungan kerja
yang nyaman.
98. 2. Perlu dirancang APD untuk pengecoran logam di daerah tropis
sehingga memberikan kenyamanan bagi penggunanya akan tetapi tetap
memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja.
99. 3. Perlu adanya tindakan tegas pemerintah bagi industri pengecoran
logam yang tidak memperhatikan aspek kesehatan, keselamatan kerja,
dan lindung lingkungan.

You might also like