Polymerase Chain Reaction
PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION) : TEKNIK DAN
APLIKASINYA DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI
Elzal A dan Solachuddin J. Arief I. *
Bagian Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Abstrak
Makalah ini’ membahas kemampuan PCR dalam menggandakan DNA dalem_upaya
‘memperbanyak sampel yang sangat sedikit yang dibutuhkan untuk berbagai tujuan seperti misalnya
kkeperiuan diagnostik di bidang kedokteran gigi. PCR adalah suatu teknik penggandaan DNA in vitro
yang secara Ivas telah dikenal sebagai suatu metode biologi-molekuler. Diperlukan DNA cetakan,
primer, dNTP dan DNA polimerase , kemudian campuran ini akan dipapar dalam tiga macam subu
dalam beberapa siklus secara berulang-ulang guna memperbanyak DNA. Satu siklus terdiri dari
denaturasi double stranded DNA, annealing dan ekstensi schingga DNA diperbanyak dua kal. Sesudah
siklus ke -n kali, jumlah DNA akan diperbanyak 2° kali,
Abstract
‘This paper reviewed the ability of Polymerase Chain Reaction (PCR) in multiplying DNA in
order to amplify an extremely small amount of sample using an in-vitro chemical reaction which is
needed for various purposes such as diagnostic in dentistry
Polymerase chain reaction (PCR) is a technique of amplifying DNA in vitro which has been widely
recognized as a powerful molecular-biology method. DNA template primers, €NTP and DNA polymerase
are needed, and this mixture will be exposed to three different temperatures for several cyces to multiply
the DNA. The cycle consists of denaturation of double stranded DNA, annealing, and an extention phase
‘which then will multiply the DNA twice. After n times of cycles, the amount of DNA will be multiplied 2”
times
Pendahuluan
Pesatnya perkembangan ——_ilmu
pengetahuan dewasa ini telah merebak. ke
berbagai cabang bidang ilmu, termasuk imu
Kedokteran gigi. Saat ini kita menganalisis segala
sesuatu yang lebih kecil daripada sekedar sel dan
kita telah memasuki era molekuler pada tingkat
DNA. Analisis molekuler pada saat ini telah
banyak dilakukan sebagai salah satu cara
pendekatan baik dalam ilmu kedokteran gigi
dasar, forensik, maupun Klinik.
Sebagian besar penyakit-penyakit gigi
dan rongga mulut merupakan inféksi, Pada
sebagian besar infeksi, kesembuhannya sangat
ditentukan oleh diagnosis secara dini serta
tindakan —tepat_ = dan—segera_— dalam.
penanggulangannya. Akan tetapi ada kendala
yang masih harus dihadapiyaitu tidak
tersedianya alat diagnostik yang memenuhi
persyaratan. Cara yang paling tepat guna
menentukan adanya infeksi yaitu dengan cara
mendeteksi adanya bakteri, virus atau
Komponennya ( faktor-faktor virulensinya ) yang
paling spesifik didalam sel atau jaringan yang
berasal dari penderita. Saat ini dimungkinkan
‘untuk merancang probe DNA guna pendeteksian
bakteri atau virus yang menyebabkan penyakit-
penyakit infeksi gigi dan rongga mulut,
disamping mendeteksi kelainan genetik. **
Jummal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Vol.5.No.1.,1998 B‘Seringkali, mengingat jumlah sampel yang sangat
sedikit, kita perlu memperbanyak DNA guna
‘mempermudah pendeteksian
Teknologi DNA sccara luas telah
digunakan sebagai penunjang dalam pengelolaan
berbagai penyakit genetik maupun infeksi,
dengan sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi.
Dalam —perkembangan biologi molekuler
terdapatnya teknik teknik yang relatif baru
seperti PCR (Polymerase chain reaction) ,
‘molecular cloning, southern blotting, western
blotting, nothern blotting, DNA sequencing,
DNA hibridization, pulsed field gel
electrophoresis dan lain-lain,' yang dapat
‘memberikan kemudahan serta__ menambah
wawasan cara berfikir dalam melakeukan
pendckatan problem yang fundamental maupun
aplikasinya dalam bidang kedokteran gigi.
PCR (Polymerase Chain Reaction)
sendiri mulai dikembangkan pada pertengahan
1980an oleh Kary Mullis (Lewis). Dengan PCR
dapat dikopi suatu jumlah yang tidak terbatas
ari sekuen gen individu secara in vitro tanpa
perlu di klon. Teknik ini sangat berguna untuk
sampel dalam jumlah —sangat —_sedikit.
Persyaratannya adalah sekuens basa dari gen
yang akan dikopi harus diketahui dan
berdasarkan atas informasi ini primer DNA
dapat disintesis secara kimia yang akan
berkomplementer dengan sekuens yang berlokasi
pada kedua ujung gen target.'* Makalah ini
membahas prinsip dasar_metode PCR serta
penggunaannya dalam bidang kedokteran gigi
DNA (Deoxi ribonucleic acid )
Sebenamya, setiap aktifitas yang terjadi
didalam sel hidup hanya mungkin terjadi karena
adanya informasi yang diturunkan yang telah
disandi / dikode daiam molekul DNA. Informasi
yang dibawa molekul DNA dapat dibagi atas
sejummlah unit-unit yang terpisah yang dikenal
sebagai gen. DNA adalah komponen dasar
kromosom dan merupakan materi genetik
pengkode protein, DNA yang mengandung
informasi genetik tersebut terdapat di dalam inti
sel, berupa gen-gen yang terkandung di dalam
kromosom, atau lebih spesifik lagi dalam urutan
Polymerase Chain Reaction
nukleotida pada gen, yang akan dipindahkan
pada mRNA ( messenger ribonucleic acid ).
Selanjutnya mRNA akan keluar dari inti dan
membawanya kepusat-pusat sintesis protein yaitu
endoplasmik —retikulum dan nbosom di
sitoplasma untuk mengalami proses translasi
menjadi berbagai macam protein °”** Setiap
urutan tiga mukleotida disebut kodon dan urutan
kkodon akan menentukan urutan asam amino di
dalam protein nantinya,
Unsursunsur utama yang terdapat di
dalam DNA, temyata bersifat universal, yakni
dikandung oleh semua jenis organisme, sehingga
memungkinkan dilakukannya rekayasa genetika,
yaitu mengutak-atik gen dan memindahkan
potongan gen-gen dari satu organisme ke
corganisme lainnya, baik pada spesies yang sama.
ataupun yang berbeda. °”* Setiap kali organisme
direproduksi, instruksi_ yang == menuntun.
perkembangan suatu organisme baru harus
diturunkan dari orang tua kepada turunannya.®
Mikroorganismepun memiliki informasi genetika
yang sangat spesifik untuk dirinya, yang dapat
membedakannya dari Famili, Genus, spesies
bahkan strain maupun tipe lainnya.
Teknik dan Prinsip PCR
PCR adalah suatu metode biomolekuler
yang canggih untuk perbanyakan segmen DNA
spesifik secara in vitro, melalui suatu proses
enzimatik dengan menggunakan exzim DNA
polimerase dan primer nukleotida yang akan
berhibridisasi dengan bagian DNA dari dua arah
yang berlawanan. Dengan penggunaan teknik ini
dapat diamplifikasi suatu segmen DNA diantara
dua regio yang diketahui sekuennya, Sintesis
serat_bara DNA bermula dengan terjadinya
hibridisasi DNA primer secara spesifik pada
bagian tertentu rangkaian DNA target yang akan
dijadikan sebagai cctakan. Mengingat cetakan
berupa DNA berserat ganda, maka dibutuhkan
sepasang primer untuk menyalin kedua serat
tersebut, Agar kedua serat baru hasil penyalinan
tersebut dapat saling komplementer, diperlukan
sepasang primer yang akan berhibridisasi pada
dua daerah berlainan yang mengapit bagian
DNA yang akan digandakan. ”
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Vol.5.No.1.,1998 44Polymerase Chain Reaction
Persyaratan penting untuk amplifikasi
DNA adalah urutan / sekuens nukleotida pada
kedua ujung ( sekuens yang mengapit kedua
ujung_) harus diketahui.'?
Pertama-tama DNA. cetakan akan di denaturasi
dengan jalan pemanasan (94°) didalam campuran
‘yang juga berisi dua jenis primer oligonukleotida
,enzim DNA. polimerase dan empat macam
ANTP (deoxyribonucleoside triphosphates)
dalam jumlah berlebihan. Campuran reaksi
tersebut- kemudian didinginkan sampai
temperatur tertentu .(37°-56") yang» akan
menyebabkan primer berhibridisasi ( anneal )
dengan sekuens target, kemudian apabila
temperatur dinaikan lagi (72°-76°) _proses
annealing tethenti dan proses extension dimulai,
primer yang telah berhibridisasi akan
diperpanjang dengan bantuan DNA polimerase.
Demikianlah siklus denaturasi - annealing dan
sintesis DNA akan berulang_ terus-menerus
sampai didapat jumlah DNA yang diinginkan.
Jumlah fragmen DNA tersebut akan bertambah
secara exponential, misalnya suatu segmen DNA
diamplikasi sebanyak 30 siklus replikasi, sctara
teoritis akan dihasitkan 2°° fragmen turunannya,
Schingga dalam beberapa jam jumlah DNA
dalam nanogram dapat diperbanyak jutaan kali
yang dapat menghasilkan bebcrapa miligram
DNA yang dapat dengan mudah dipelajari. Hal
ini dapat terjadi karena tersedianya primer dan
‘enzim polimerase yang berlebihan, maka produk
dari siklus pertama dapat berfungsi sebagai
cetakan untuk siklus berikutnya — demikian
seterusnya.
PCR telah dipermudah_—_ dengan
penggunaan heat-stable enzyme taq polymerase
dari Thermophilus aquaticus dan dilengkapi
dengan pengatur suhu yang otomatis. Kekuatan
PCR. bergantung pada tingginya sensitifitas
pengikatan primer pada sekuens DNA target
selama reaksi annealing. Pada penanganan
sampel harus diperhatikan agar tidak terjadi
kontaminasi. Mengingat kontaminasi DNA asing
yang sangat kecil sekalipun dapat menyebabkan
kesalahan yang besar ( positif palsu ) *
sedangkan negatif palsu dapat diakibatkan oleh
jumlah primer yang tidak adekuat ."*
Aplikasi Polymerase Chain Reaction (PCR)
Apabila dalam upaya _mendiagnosis
suatu penyakit dengan menggunakan_teknologi
DNA terlalu sedikit jumlah sampel yang tersedia,
diperlukan suatu tindakan memperbanyak salinan
DNA melalui proses sintesis yang akan
dilakukan secara berulang dengan menggunakan
suatu teknik yang dikenal sebagai teknik
PCR“? Sampel dapat diambil dari cairan
usi, saliva, gigi, spesimen patologik, sel mukosa
ataupun jaringan mulut lainya, guna keperluan
diagnostik, deteksi keganasan, —_ataupun
‘identifikasi individu pada kasus-Kasus forensik,
PCR dapat digunakan bilamana isolasi
dan analisis DNA dibutuhkan, ketika sekuens
‘genom target diketahui. PCR dapat digunakan
untuk mengisolasi dan melabel fragmen DNA,
‘menganalisis interaksi protein-DNA, sekuens
DNA-RNA dan manipulasi terapi gen
Aplikasinya dalam bidang Kedokteran Gigi
sangat Iuas Karena teknik ini dapat diterapkan
pada spesimen yang telah difiksasi dengan
formalin atau tertanam dalam perafin. Agen -
agen infeksi kulit, jaringan dan lesi_ mukosa
mulut dapat dideteksi, seperti bakceri, virus HIV,
hepatitis, cytomegalovirus dan Epstein Barr
virus. PCR juga dapat digunakan dalam
‘mendetcksi DNA Herpes simplex virus (HSV)
dalam Iekosit yang bersirkulasi pada penderita
herpes labialis rekuren yang akut dan lain-lain.
‘Dengan semakin banyaknya dapat di
klon dan di sekuens gen-gen yang bertanggung
jawab atas fenotip Klinis semakin meningkat pula
enggunaannya teknik PCR untuk mendiagnosis
dan memonitor pengobatan beberapa penyakit.
PCR dapat pula digunakan sebagai suatu marker
untuk menentukan sidik DNA spesifik untuk
tumor malignan tertenta dan memonitor adanya
sel-sel neoplastik selama pengobatan dengan anti
kanker. Penggunaan PCR juga penting dalam
penentuan adanya virus dalam lesi-lesi oral
premalignan.
Kesimpulan
PCR merupakan suatu metode yang sederhana,
cepat dan sangat potensial dalam proses
perbanyakan DNA terutama pada keadaan
jumlah sampel yang mengandung sangat sodikit
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Vol.5.No.1.,1998, 45DNanya. PCR digunakan untuk mensintesis
DNA secara in vitro dengan proses enzimatik
‘menggunakan 2 primer oligonukleotida yang,
akan berhibridisasi dengan rantai tunggal DNA
target. Perbanyakan (amplifikasi) DNA
dilakukan dengan sikiusberulang yang
melibatkan rangkaian reaksi-reaksi denaturasi
DNA. template, hibridisasi primer, proses
perpanjangan / elongasi DNA (extension) yang
kemudian akan menghasilkan fragmen DNA
yang spesifik. Dewasa ini teknik PCR telah
digunakan secara meluas diberbagai bidang
termasuk bidang Kedokteran gigi
Kepustakaan
1. Kocher TD & Wilson AC. DNA amplification
by polymerase chain reaction.n’ Essential
‘Molecular Biology a practical approach volume
TI. 1% ed. Oxford: IRL Press,1994 : 185-207.
2. Epplen JT. Et al . On the potential of simple
repetitive DNA for fingerprinting in clinical,
forensic and evolutionary dynamic studies, Clin
Invest 1992;70(11):1043-51.
3. Ibrahim E. Aplikasi analisis DNA dalam Bidang
Forensik. JDU/ 1995; 263): 21-6.
4, Tenover FC. Diagnostic deoxyribonucleic acid
probes for infectious diseases. Clin Microbiol
Rey 1988;1:82-101
5. Hyypia T, Huovinen P, Holmberg M & Petterson
UL Nucleic acid probes in the diagnosis of
human microbial pathogens. In: Symons RH,
eds. Nucleic acid probes. Boca Raton: CRC
Press Inc, 1989: 81-112.
6. Kleinsmith LI & Kish VM, The flow of genetic
information. In: Principles of Cell and
‘Molecular Biology 1995. 2" ed. New York
Harper Collins College Publishers: 105,
7. Scebandrio AWK. Seminar Pelatihan Biologi
Molekuler Bagi Klinisi, FKUL 22-24 April 1997.
Polymerase Chain Reaction
8, Tjokronegoro A. Kemajuan IPTEK Kedokteran,
Biologi Molekular dan Bioteknologi, M7 1994,
44: 725-728.
9. Alberts B et al. Macromolecules : Stucture, Shape,
and Information. In: Molecular Biology of the
Cell . 3° ed, New york: Gardland Publishing,
Inc 1994 : 99-111.
10.Mouton C & Menard C. DNA fingerprinting of
Porphyromonas gingivalis by acbitrarily primed
PCR. In : Robert Genco etal eds Molecular
pathogenesis of periodontal disease. Washington
DC: ASM Press,1994 :33-46,
I.Janeway CA & Travers P. The Polymerase chain
Reaction. In: Immunobiology The Immune
System in Health and Disease. 3" ed. New york:
Gardland Publishing Inc, 1997: 2:42,
12Ficarra G & Eversole LR. Polymerase chain
reaction : relevance for oral pathology. Min
‘Stomatol 1992 ; 41(10) : 425-9.
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Vol.5.No.1.,1998 46