Professional Documents
Culture Documents
64 129 1 PB PDF
64 129 1 PB PDF
ABSTRACT
This study aimed is to evaluate the performance of the service and financial performance of general
hospitals that implement regional public service agency since 2012, especially in
Subosukowonosraten. Service performance is measured by six indicators, namely: Bed Occupacy
Rate (BOR), Turn Over Interval (TOI), Bed Turn Over (BTO), Average Length of Stay (AVLOS), Gross
Date Rate (GDR) and Net Date Rate (NDR). Financial performance is measured by financial ratios of
liquidity ratios, solvency ratios, profitability ratios, and the dependency ratio of APBD/N. Based on
the evaluation of the financial and service performance, and then tested their effects on the overall
performance of hospitals as measured by Cost Recovery Rate (CRR) and Level of Independence (TK).
Alternative hypothesis is the service performance and financial performance affects the Cost
Recovery Rate (CRR) and the level of Independence (TK) hospitals in Subosukowonosraten. Samples
were hospitals in the region Subosukowonosraten, while the data are cross-sectional study with the
observation 2013. Testing using nonparametric statistical hypothesis that the Pearson correlation.
The results showed that the performance of services as measured by TOI significantly correlated
with the direction of the CRR negative relationship. Service performance as measured by AVLOS
significantly correlated to the level of independence of the hospital with the direction of a positive
relationship. Financial performance as measured by profitability ratios are statistically proven to
correlate strongly with Cost Recovery Rate and level of independence with the direction of a positive
relationship. Finally, the dependency ratio of the APBD/N proved to be statistically correlated with
the Cost Recovery Rate and level of independence with the direction of a negative relationship.
Keywords : performance of the service, financial performance, cost recovery rate, and level of
independence.
A. PENDAHULUAN. Oleh karena layanan kesehatan
Salah satu reformasi pengelolaan merupakan layanan publik yang urgen dan
keuangan negara adalah adanya fleksibilitas sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam
dalam pengelolaan keuangan. Undang- rangka pencapaian kesejahteraan sosial.
undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pemerintah mengeluarkan Undang-undang
Perbendaharaan Negara pasal 68 dan 69 Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
menegaskan bahwa instansi pemerintah yang mengamanatkan bahwa rumah sakit
yang tugas pokok dan fungsinya memberi yang didirikan Pemerintah Pusat dan
pelayanan kepada masyarakat dapat Pemerintah Daerah harus dikelola dalam
menerapkan pola pengelolaan keuangan bentuk Badan Layanan Umum (BLU) atau
yang fleksibel dengan mengutamakan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Menteri Kesehatan RI juga menegaskan
Instansi pemerintah yang demikian bahwa Rumah Sakit Daerah pada awal tahun
selanjutnya disebut sebagai Badan Layanan 2012 diwajibkan sudah menerapkan Pola
Umum (BLU). Peluang ini secara khusus Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
disediakan untuk satuan kerja atau unit Umum Daerah (PPK-BLUD). PPK-BLUD
kerja pemerintah yang melaksanakan tugas memberikan fleksibilitas berupa
operasional pelayanan publik, seperti keleluasaan bagi pengelola untuk
layanan kesehatan, pendidikan, pengelolaan menerapkan praktik-praktik bisnis yang
kawasan, dan lisensi. sehat guna meningkatkan kualitas
pelayanan publik. Beberapa fleksibilitas PPK-
28
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
BLUD antara lain penggunaan langsung mengemban misi sosial untuk memenuhi
pendapatan operasionalnya tanpa harus kebutuhan pelayanan kesehatan publik.
meminta persetujuan lebih dahulu kepada Untuk itu salah satu strategi yang
Bendahara Umum Daerah (BUD), digunakan adalah dengan cara
pergeseran anggaran sesuai dengan jenis meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
belanjanya, penentuan tarif rumah sakit Lestari dkk. (2009) menegaskan bahwa
kecuali tarif bagi kelas III, penetapan kualitas pelayanan berbanding lurus dengan
remunerasi pengelola, kewenangan untuk kinerja keuangan rumah sakit dan tingkat
merekrut pegawai non PNS dan sebagainya. kepuasan pasien. Masnah (2012) mengukur
Selama ini, citra rumah sakit kinerja RSUP dr. Muhammad Hoesin
pemerintah relatif lebih buruk dibanding Palembang dari segi pelayanan maupun
rumah sakit swasta di mata masyarakat. keuangan selama tiga tahun. Hasil
Pelayanan yang buruk seperti antrian yang penelitiannya menunjukkan bahwa tren
panjang, pelayanan yang kurang ramah dan kinerja pelayanan belum sesuai dengan
profesional dari petugas medis, pasien standar tipe rumah sakit sehingga kinerja
sering ditelantarkan dalam waktu yang keuangannya pun relatif stagnan. Madjid
relatif lama, serta fasilitas sarana dan dkk. (2009) meneliti kinerja keuangan pada
prasarana kesehatan yang kurang memadai 69 BLU rumah sakit milik pemerintah pusat
merupakan citra yang melekat pada rumah dan hasilnya menunjukkan bahwa secara
sakit milik pemerintah. Kondisi tersebut umum rata-rata current ratio, quick ratio,
menyebabkan berkurangnya kenyamanan dan debt ratio cukup baik, tetapi banyak
pasien dalam berobat di rumah sakit BLU yang memiliki angka rasio keuangan di
pemerintah sehingga tingkat kepuasan bawah rata-rata dibandingkan dengan yang
pasiennya rendah. Jika pengelolaan rumah berada di atas rata-rata. Angka
sakit pemerintah tidak segera dibenahi, ketergantungan dengan APBN secara rata-
maka mengakibatkan penurunan minat rata sebesar 42% termasuk angka yang
masyarakat untuk berobat ke rumah sakit cukup tinggi dan dapat dipastikan tanpa
pemerintah, kemudian muncul pencitraan adanya suntikan dana dari pemerintah
bahwa rumah sakit milik pemerintah identik (APBN), sebagian besar BLU tersebut tidak
dengan pelayanan kesehatan untuk mampu menjalankan kegiatan
masyarakat kalangan bawah, serta operasionalnya. Hantoro (2010) melaporkan
memposisikan rumah sakit pemerintah bahwa kinerja pelayanan rumah sakit
kurang siap menghadapi globalisasi jasa berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
dalam Asean Economic Community (AEC) pasien, tetapi kepuasan pasien tidak
yang dimulai tahun 2015. Masnah (2012) mempengaruhi hubungan antara kinerja
menjelaskan bahwa dengan adanya pelayanan dan loyalitas pasien. Sedangkan
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan Sunanto dan Nandiwardhana (2005) menilai
BLUD pada RSUD diharapkan dapat kualitas pelayanan rumah sakit dengan
meningkatkan kinerja pelayanan dan kinerja menggunakan model Servquel dan hasil
keuangan sehingga rumah sakit mampu penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas
memberikan pelayanan kesehatan yang pelayanan yang baik mampu meningkatkan
optimal dan dapat bersaing dengan kinerja keuangan rumah sakit.
kompetitornya. Penerapan pola pengelolaan Berdasarkan hasil penelitian di
keuangan BLUD memberikan peluang bagi atas, peneliti termotivasi untuk melakukan
RSUD untuk bertindak lebih responsif dan evaluasi terhadap kinerja pelayanan
agresif dalam menghadapi tuntutan maupun kinerja keuangan rumah sakit
masyarakat dan eskalasi perubahan yang umum daerah yang menerapkan PPK-BLUD
cepat di bidang kesehatan dengan cara di wilayah Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,
melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi yang Wonogiri, Sragen, dan Klaten atau disingkat
efektif dan efisien, namun tidak dengan istilah Subosukowonosraten. Semua
meninggalkan jati dirinya dalam RSUD di wilayah Subosukowonosraten telah
29
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
menerapkan PPK-BLUD per 1 Januari 2012, (2009) menegaskan bahwa kualitas
bahkan ada beberapa RSUD yang sudah pelayanan berbanding lurus dengan kinerja
menerapkan PPK-BLUD sejak tahun 2009. keuangan rumah sakit dan tingkat kepuasan
Kinerja pelayanan tersebut diukur dengan pasien rawat inap dan instalasi gawat
menggunakan indikator Bed Occupacy Rate darurat. Dan yang tidak kalah penting dalam
(BOR), Turn Over Interval (TOI), Bed Turn pencapaian kinerja pelayanan dan keuangan
Over (BTO), Average Length of Stay (AVLOS), tersebut harus diimbangi dengan tingkat
Gross Date Rate (GDR) dan Net Date Rate efektifitas dan efisiensi operasional rumah
(NDR) sesuai Masnah (2012). Sedangkan sakit. Madjid (2009) menjelaskan bahwa
kinerja keuangan diukur dengan rasio salah satu pengukur tingkat efektivitas dan
likuiditas, rasio solvabilitas, rasio efisiensi rumah sakit adalah Cost Recovery
rentabilitas, dan rasio ketergantungan Rate (CRR) dan Tingkat Kemadirian (TK).
terhadap APBD berdasarkan penelitian Dengan demikian hipotesis alternatif
Madjid (2009). Terakhir, kinerja pelayanan penelitian ini adalah:
dan kinerja keuangan tersebut diuji H1a:Kinerja pelayanan berpengaruh
pengaruhnya terhadap kinerja rumah sakit terhadap terhadap Cost Recovery Rate
secara keseluruhan yang menunjukkan rumah sakit
tingkat efisensi dan efektivitas rumah sakit H1b:Kinerja pelayanan berpengaruh
yang diukur dengan Cost Recovery Rate terhadap terhadap tingkat kemandirian
(CRR) dan Tingkat Kemandirian (TK) RSUD. rumah sakit
Evaluasi atas kinerja dapat H2a:Kinerja keuangan berpengaruh terhadap
dilakukan dengan membandingkan antara Cost Recovery Rate rumah sakit
tingkat kerja yang sesungguhnya dengan H2b:Kinerja keuangan berpengaruh terhadap
target tingkat kinerja yang diindentifikasi, tingkat kemandirian rumah sakit
atau dengan tingkat kinerja organisasi lain B. METODE PENELITIAN
yang sebidang, atau menggunakan Populasi penelitian ini adalah
benchmark pada bidang yang sejenis. seluruh Rumah Sakit Umum Daerah di
Pengukuran kinerja berdasarkan aspek wilayah Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,
pelayanan dan keuangan secara berimbang Wonogiri, Sragen dan Klaten. Metode
dapat bermanfaat untuk perkembangan pemilihan sampel secara nonprobabilitas
pencapaian strategi. Untuk menilai kinerja, dengan metode judgment sampling dengan
tidak ada satupun pengukuran yang dapat pertimbangan sebagai berikut:
memenuhi keinginan seluruh bagian 1. Rumah sakit sudah menerapkan pola
organisasi. Keseimbangan yang diharapkan pengelolaan keuangan BLUD per 1
hanya dapat dihubungkan dengan strategi Januari 2012.
tertentu yang ingin dicapai organisasi yang 2. Rumah sakit menyusun laporan
bersangkutan, misalnya tingkat pengelolaan keuangan berbasis akrual sesuai dengan
keuangan dan tingkat pelayanan. Salah satu standar akuntansi keuangan, serta
metode yang dapat dipakai dalam menerbitkan laporan kinerja.
pengukuran kinerja adalah dengan Berdasarkan kriteria sampel diatas, maka
menggunakan analisis terhadap rasio, baik sampel yang digunakan dalam penelitian ini
rasio yang mengukur kinerja pelayanan sejumlah 9 (sembilan) RSUD sebagai berikut:
maupun kinerja keuangan. Lestari dkk.
Tabel 1
Daftar Sampel Penelitian
No. Nama RSUD Kepemilikan
1. RSUD Kota Surakarta Kota Surakarta
2. RSUD dr. Moewardi Propinsi Jawa Tengah
3. RSD Prof. Dr. Soeharso Pusat
4. RSUP dr. Soeradji Pusat
30
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
5. RSUD Kabupaten Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo
6. RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri
7. RSUD Kabupaten Karanganyar Kabupaten Karanganyar
8. RSUD Pandanarang Kabupaten Boyolali
9. RSUD Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen
31
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
utang-utang jangka pendeknya, Hipotesis penelitian ini secara
yang diukur dari aset lancar umum adalah kinerja pelayanan dan
dibagi dengan kewajiban kinerja keuangan berpengaruh
lancar. terhadap kinerja rumah sakit secara
b. Rasio Solvabilitas keseluruhan. Maksud dari kinerja
Rasio solvabilitas adalah rasio rumah sakit secara keseluruhan adalah
yang menunjukkan pencapaian tingkat efektivitas dan
kemampuan rumah sakit dalam efisiensi dalam pengelolaannya. Teknik
melunasi utang-utang jangka analisis data yang digunakan untuk
panjangnya, yang diukur dari menguji hipotesis penelitian adalah
total kewajiban dibagi dengan dengan Pearson correlation. Nilai
total aset. koefisien korelasi ini berkisar antara -1
c. Rasio Rentabilitas sampai dengan 1. Semakin dekat
Rasio rentabilitas adalah rasio dengan nilai minus satu atau satu,
yang menunjukkan kemam- maka makin erat hubungan antara
puan rumah sakit dalam kedua variabel yang diuji, dan
menghasilkan surplus, yang sebaliknya. Semakin dekat dengan nilai
diukur dari surplus operasional nol, maka kedua variabel yang diuji
dibagi dengan pendapatan semakin tidak berhubungan. Dalam
neto rumah sakit. menguji hipotesis digunakan alat uji
d. Rasio Ketergantungan terhadap statistik regresi linier berganda. Semua
APBD/N teknik analisis data dalam penelitian ini
Rasio ketergantungan terhadap dilakukan dengan bantuan program
APBD/N merupakan rasio yang komputer SPSS version 22.0 for
membandingkan antara dana windows. Berikut ini adalah gambar
BLUD yang bersumber dari model penelitian untuk pengujian
APBD/N dengan total total hipotesis penelitian.
pendapatan BLUD.
32
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
Tabel 5.1
Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian
33
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
signifikan. Cost Recovery Rate, ditunjukkan oleh
Hasil pengujian hipotesis 1a yang besarnya koefisien korelasi Pearson
menyatakan bahwa kinerja dan nilai signifikansi dibawah 0,05
pelayanan berpengaruh terhadap pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2.
Hasil Pengujian Hubungan Kinerja Pelayanan Terhadap Cost Recovery Rate
Tabel 3.
Hasil Pengujian Hubungan Kinerja Pelayanan Terhadap Tingkat Kemandirian
34
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
BTO 0,004 (+) 0,992 Korelasi lemah, tdk signifikan
AVLOS 0,602 (+) 0,006** Korelasi kuat, signifikan
GDR 0,074 (-) 0,850 Korelasi lemah, tdk signifikan
NDR 0,018 (-) 0,963 Korelasi lemah, tdk signifikan
35
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
dengan lebih efektif dan efisien. Dan Hipotesis 2b menyatakan bahwa
secara jangka panjang, rumah sakit kinerja keuangan berpengaruh
diharapkan tingkat kemandiriannya terhadap tingkat kemandirian rumah
semakin meningkat sehingga dapat sakit, yang merupakan proksi dari
mengurangi alokasi dana APBD/N tingkat efisiensi dan efektifitas. Hasil
untuk belanja barang dan jasa pengujian hipotesis 2b dapat dilihat
maupun investasi rumah sakit, tanpa di tabel 5 dibawah ini.
mengurangi kualitas pelayanan
kesehatan publik.
Tabel 5.
Hasil Pengujian Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Kemandirian
36
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
rumah sakit yang diukur dari tingkat 2. Rumah sakit pemerintah yang dipilih
kemandiriannya. Tanda positif sebagai sampel penelitian
menunjukkan bahwa korelasi antara merupakan rumah sakit umum tidak
AVLOS dan tingkat kemandirian termasuk rumah yang bersifat
berbanding lurus. Artinya adalah jika khusus, seperti rumah sakit jiwa
AVLOS meningkat, maka tingkat (RSJ), rumah sakit paru-paru, dan
kemandirian rumah sakit juga sebagainya.
semakin tinggi. 3. Sampel penelitian dibatasi wilayah
3. Pengujian hipotesis 2a membuktikan Subosukowonosraten sehingga
bahwa kinerja keuangan yang diukur sampel yang diambil relatif sedikit.
dengan rasio rentabilitas dan 4. Memasukkan variabel independen
ketergantungan terhadap APBD lainnya atau memvariasi pengukuran
berkorelasi kuat dan signifikan untuk variabel independen maupun
terhadap tingkat efektivitas dan dependennya berdasarkan beberapa
efisiensi rumah sakit yang diukur penelitian sebelumnya.
dengan CRR. Rasio rentabilitas Berikut ini adalah beberapa
menunjukkan tanda positif, yang pertimbangan yang perlu
berarti bahwa semakin tinggi diperhatikan dalam mengembangkan
rentabilitas maka kinerja rumah sakit dan memperluas penelitian ini
semakin efektif dan efisien. Hasil adalah:
tersebut membuktikan bahwa 1. Mengembangkan data penelitian
semakin tinggi kemampuan rumah dengan menggabungkan dengan
sakit dalam menghasilkan surplus data time series, atau dengan
operasional, maka rumah sakit telah kata data penelitian
beroperasi secara efektif dan efisien. menggunakan pooled data.
Variabel ketergantungan terhadap Dengan demikian analisis
APBD/N menunjukkan tanda negatif, terhadap kinerja pelayanan dan
yang berarti bahwa semakin kecil kinerja keuangan pada RSUD
tingkat ketergantungan terhadap yang menerapkan pola
APBD, maka rumah sakit dapat lebih pengelolaan badan layananan
efektif dan efisien. Hasil tersebut umum daerah dapat
menunjukkan bahwa penerapan PPK- komprehensif dan hasil
BLUD di rumah sakit pemerintah penelitian didukung oleh data
berhasil mengurangi ketergantungan empiris yang cukup kuat.
rumah sakit terhadap subsidi 2. Sampel penelitian menggunakan
pemerintah. rumah sakit milik pemerintah,
4. Pengujian hipotesis 2b membuktikan baik yang bersifat umum, atau
bahwa rasio rentabilitas dan rumah sakit khusus seperti
ketergantungan terhadap APBD/N rumah sakit jiwa, rumah sakit
berkorelasi kuat secara signifikan paru-paru, dan lain-lain.
terhadap tingkat kemandirian rumah 3. Wilayah sampel penelitian dapat
sakit pemerintah. Hasil tersebut diperluas tidak hanya di wilayah
sama dengan hasil pengujian Subosukowonostraten, misalkan
hipotesis 2a di atas. wilayah Jawa Tengah.
4. Memasukkan variabel
Beberapa keterbatasan yang dapat independen lainnya, seperti
mempengaruhi hasil penelitian ini adalah remunerasi, kepuasan pelanggan
sebagai berikut. dan sebagainya yang dapat
1. Data penelitian ini bersifat cross berpengaruh terhadap tingkat
section, menggunakan sampel 9 efektivitas dan efisiensi rumah
rumah sakit milik pemerintah dan sakit.
data sekunder kinerja pelayanan dan
keuangan pada tahun 2013.
37
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
DAFTAR PUSTAKA Layanan Umum. Nuansa Aulia.
Sancoko, Bambang. 2010. Pengaruh
Bahrul, Kirom. 2010. Mengukur kinerja renumerasi terhadap kualitas
pelayanan dan kepuasan konsumen. pelayanan publik. Jurnal Ilmu
Bandung: Pustaka reka Cipta. Administrasi & Organisasi.
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi sektor publik Universitas Brawijaya. Malang.
di indonesia. Yogyakarta: Pusat Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Pengembangan Akuntansi FE UGM. 2005. Departemen Kesehatan RI.
Lestari, Wijayanti Puji., Sunarto, dan Titik
Kuntari. 2009. Analisa faktor penentu Sunanto, Sandra., Abraham Nandiwardhana.
kepuasan pasien di rumah sakit pku 2005. Analisis kesenjangan dimensi
muhammadiyah bantul. Jurnal kualitas layanan berdasarkan
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. persepsi manajemen dan persepsi
Universitas Islam Indonesia. pasien pada unit rawat inap di rumah
Yogyakarta. sakit umum daerah dokter abdul aziz
Mahmudi. 2010. Manajemen kinerja sektor singkawang kalimantan barat. Jurnal
publik. Yogyakarta: UPP STIE YKPN. Widya Manajemen & Akuntansi. Vol
5, No.1.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi sektor publik. Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 2004
Yogyakarta: cetakan pertama. tentang Perbendaharaan Negara.
Penerbit Andi.
Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009
Masnah. 2012. Analisis rasio financial dan tentang Rumah Sakit.
rasio nonfinancial sebagai dasar Wisniewski, Mik dan Mike Donnely. 1996.
pengukuran kinerja RSUP dr. Measuring service quality in public
Muhammad hoesin palembang. sector: the potensial for SERVQUAL.
Jurnal Manajemen Pelanggan Total Quality Management. Vol. 7,
Kesehatan. Universitas Binadarma. No. 4.
Madjid, Noor Choolis., Cahyono, Heru, dan Zauhar, Soesilo. 2001. Administrasi
Tohirin. 2009. Evaluasi antara kinerja Pelayanan Publik: Sebuah
keuangan dan operasional pada Perbincangan Awal. Jurnal Ilmiah
satker rumah sakit umum pemerintah Administrasi Publik Jurusan Ilmu
yang menerapkan pola pengelolaan Administrasi Publik Fakultas Ilmu
badan layanan umum. Kajian Administrasi Universitas Brawijaya,
Akademis. BPPK. Vol.1, No.2.
Hantoro, Fajar Dwi. 2010. Pengaruh kinerja Zeithaml, Valerie A, A. Parasuraman and
pelayanan terhadap loyalitas Leonard L. Berry. 1990. Delivering
pelanggan dengan kepuasan Quality Service, Balancing Customer
pelanggan sebagai variabel Perception and Expectations. USA:
pemoderasi (studi pada rumah sakit The Press.
cakra husada di kota klaten). Skripsi.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta __ Mary Jo Bitner. 1996. Service
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Marketing. New York: McGraw - Hil
Republik Indonesia. 2009. Companies, Inc.
Pengelolaan Keuangan Badan
38