You are on page 1of 11

PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No.

1 ISSN : 2252 - 7885


EVALUASI KINERJA PELAYANAN DAN KEUANGAN RSUD YANG MENERAPKAN POLA
PENGELOLAAN KEUANGAN BLUD DI SUBOSUKOWONOSRATEN

Handayani Tri Wijayanti


e-mail: yanidiawan@yahoo.co.id
Sriyanto
e-mail: Sriyanto.kra@gmail.com
Dosen stie atma bhakti surakarta

ABSTRACT
This study aimed is to evaluate the performance of the service and financial performance of general
hospitals that implement regional public service agency since 2012, especially in
Subosukowonosraten. Service performance is measured by six indicators, namely: Bed Occupacy
Rate (BOR), Turn Over Interval (TOI), Bed Turn Over (BTO), Average Length of Stay (AVLOS), Gross
Date Rate (GDR) and Net Date Rate (NDR). Financial performance is measured by financial ratios of
liquidity ratios, solvency ratios, profitability ratios, and the dependency ratio of APBD/N. Based on
the evaluation of the financial and service performance, and then tested their effects on the overall
performance of hospitals as measured by Cost Recovery Rate (CRR) and Level of Independence (TK).
Alternative hypothesis is the service performance and financial performance affects the Cost
Recovery Rate (CRR) and the level of Independence (TK) hospitals in Subosukowonosraten. Samples
were hospitals in the region Subosukowonosraten, while the data are cross-sectional study with the
observation 2013. Testing using nonparametric statistical hypothesis that the Pearson correlation.
The results showed that the performance of services as measured by TOI significantly correlated
with the direction of the CRR negative relationship. Service performance as measured by AVLOS
significantly correlated to the level of independence of the hospital with the direction of a positive
relationship. Financial performance as measured by profitability ratios are statistically proven to
correlate strongly with Cost Recovery Rate and level of independence with the direction of a positive
relationship. Finally, the dependency ratio of the APBD/N proved to be statistically correlated with
the Cost Recovery Rate and level of independence with the direction of a negative relationship.

Keywords : performance of the service, financial performance, cost recovery rate, and level of
independence.
A. PENDAHULUAN. Oleh karena layanan kesehatan
Salah satu reformasi pengelolaan merupakan layanan publik yang urgen dan
keuangan negara adalah adanya fleksibilitas sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam
dalam pengelolaan keuangan. Undang- rangka pencapaian kesejahteraan sosial.
undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pemerintah mengeluarkan Undang-undang
Perbendaharaan Negara pasal 68 dan 69 Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
menegaskan bahwa instansi pemerintah yang mengamanatkan bahwa rumah sakit
yang tugas pokok dan fungsinya memberi yang didirikan Pemerintah Pusat dan
pelayanan kepada masyarakat dapat Pemerintah Daerah harus dikelola dalam
menerapkan pola pengelolaan keuangan bentuk Badan Layanan Umum (BLU) atau
yang fleksibel dengan mengutamakan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Menteri Kesehatan RI juga menegaskan
Instansi pemerintah yang demikian bahwa Rumah Sakit Daerah pada awal tahun
selanjutnya disebut sebagai Badan Layanan 2012 diwajibkan sudah menerapkan Pola
Umum (BLU). Peluang ini secara khusus Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
disediakan untuk satuan kerja atau unit Umum Daerah (PPK-BLUD). PPK-BLUD
kerja pemerintah yang melaksanakan tugas memberikan fleksibilitas berupa
operasional pelayanan publik, seperti keleluasaan bagi pengelola untuk
layanan kesehatan, pendidikan, pengelolaan menerapkan praktik-praktik bisnis yang
kawasan, dan lisensi. sehat guna meningkatkan kualitas
pelayanan publik. Beberapa fleksibilitas PPK-

28
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
BLUD antara lain penggunaan langsung mengemban misi sosial untuk memenuhi
pendapatan operasionalnya tanpa harus kebutuhan pelayanan kesehatan publik.
meminta persetujuan lebih dahulu kepada Untuk itu salah satu strategi yang
Bendahara Umum Daerah (BUD), digunakan adalah dengan cara
pergeseran anggaran sesuai dengan jenis meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
belanjanya, penentuan tarif rumah sakit Lestari dkk. (2009) menegaskan bahwa
kecuali tarif bagi kelas III, penetapan kualitas pelayanan berbanding lurus dengan
remunerasi pengelola, kewenangan untuk kinerja keuangan rumah sakit dan tingkat
merekrut pegawai non PNS dan sebagainya. kepuasan pasien. Masnah (2012) mengukur
Selama ini, citra rumah sakit kinerja RSUP dr. Muhammad Hoesin
pemerintah relatif lebih buruk dibanding Palembang dari segi pelayanan maupun
rumah sakit swasta di mata masyarakat. keuangan selama tiga tahun. Hasil
Pelayanan yang buruk seperti antrian yang penelitiannya menunjukkan bahwa tren
panjang, pelayanan yang kurang ramah dan kinerja pelayanan belum sesuai dengan
profesional dari petugas medis, pasien standar tipe rumah sakit sehingga kinerja
sering ditelantarkan dalam waktu yang keuangannya pun relatif stagnan. Madjid
relatif lama, serta fasilitas sarana dan dkk. (2009) meneliti kinerja keuangan pada
prasarana kesehatan yang kurang memadai 69 BLU rumah sakit milik pemerintah pusat
merupakan citra yang melekat pada rumah dan hasilnya menunjukkan bahwa secara
sakit milik pemerintah. Kondisi tersebut umum rata-rata current ratio, quick ratio,
menyebabkan berkurangnya kenyamanan dan debt ratio cukup baik, tetapi banyak
pasien dalam berobat di rumah sakit BLU yang memiliki angka rasio keuangan di
pemerintah sehingga tingkat kepuasan bawah rata-rata dibandingkan dengan yang
pasiennya rendah. Jika pengelolaan rumah berada di atas rata-rata. Angka
sakit pemerintah tidak segera dibenahi, ketergantungan dengan APBN secara rata-
maka mengakibatkan penurunan minat rata sebesar 42% termasuk angka yang
masyarakat untuk berobat ke rumah sakit cukup tinggi dan dapat dipastikan tanpa
pemerintah, kemudian muncul pencitraan adanya suntikan dana dari pemerintah
bahwa rumah sakit milik pemerintah identik (APBN), sebagian besar BLU tersebut tidak
dengan pelayanan kesehatan untuk mampu menjalankan kegiatan
masyarakat kalangan bawah, serta operasionalnya. Hantoro (2010) melaporkan
memposisikan rumah sakit pemerintah bahwa kinerja pelayanan rumah sakit
kurang siap menghadapi globalisasi jasa berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
dalam Asean Economic Community (AEC) pasien, tetapi kepuasan pasien tidak
yang dimulai tahun 2015. Masnah (2012) mempengaruhi hubungan antara kinerja
menjelaskan bahwa dengan adanya pelayanan dan loyalitas pasien. Sedangkan
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan Sunanto dan Nandiwardhana (2005) menilai
BLUD pada RSUD diharapkan dapat kualitas pelayanan rumah sakit dengan
meningkatkan kinerja pelayanan dan kinerja menggunakan model Servquel dan hasil
keuangan sehingga rumah sakit mampu penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas
memberikan pelayanan kesehatan yang pelayanan yang baik mampu meningkatkan
optimal dan dapat bersaing dengan kinerja keuangan rumah sakit.
kompetitornya. Penerapan pola pengelolaan Berdasarkan hasil penelitian di
keuangan BLUD memberikan peluang bagi atas, peneliti termotivasi untuk melakukan
RSUD untuk bertindak lebih responsif dan evaluasi terhadap kinerja pelayanan
agresif dalam menghadapi tuntutan maupun kinerja keuangan rumah sakit
masyarakat dan eskalasi perubahan yang umum daerah yang menerapkan PPK-BLUD
cepat di bidang kesehatan dengan cara di wilayah Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,
melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi yang Wonogiri, Sragen, dan Klaten atau disingkat
efektif dan efisien, namun tidak dengan istilah Subosukowonosraten. Semua
meninggalkan jati dirinya dalam RSUD di wilayah Subosukowonosraten telah

29
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
menerapkan PPK-BLUD per 1 Januari 2012, (2009) menegaskan bahwa kualitas
bahkan ada beberapa RSUD yang sudah pelayanan berbanding lurus dengan kinerja
menerapkan PPK-BLUD sejak tahun 2009. keuangan rumah sakit dan tingkat kepuasan
Kinerja pelayanan tersebut diukur dengan pasien rawat inap dan instalasi gawat
menggunakan indikator Bed Occupacy Rate darurat. Dan yang tidak kalah penting dalam
(BOR), Turn Over Interval (TOI), Bed Turn pencapaian kinerja pelayanan dan keuangan
Over (BTO), Average Length of Stay (AVLOS), tersebut harus diimbangi dengan tingkat
Gross Date Rate (GDR) dan Net Date Rate efektifitas dan efisiensi operasional rumah
(NDR) sesuai Masnah (2012). Sedangkan sakit. Madjid (2009) menjelaskan bahwa
kinerja keuangan diukur dengan rasio salah satu pengukur tingkat efektivitas dan
likuiditas, rasio solvabilitas, rasio efisiensi rumah sakit adalah Cost Recovery
rentabilitas, dan rasio ketergantungan Rate (CRR) dan Tingkat Kemadirian (TK).
terhadap APBD berdasarkan penelitian Dengan demikian hipotesis alternatif
Madjid (2009). Terakhir, kinerja pelayanan penelitian ini adalah:
dan kinerja keuangan tersebut diuji H1a:Kinerja pelayanan berpengaruh
pengaruhnya terhadap kinerja rumah sakit terhadap terhadap Cost Recovery Rate
secara keseluruhan yang menunjukkan rumah sakit
tingkat efisensi dan efektivitas rumah sakit H1b:Kinerja pelayanan berpengaruh
yang diukur dengan Cost Recovery Rate terhadap terhadap tingkat kemandirian
(CRR) dan Tingkat Kemandirian (TK) RSUD. rumah sakit
Evaluasi atas kinerja dapat H2a:Kinerja keuangan berpengaruh terhadap
dilakukan dengan membandingkan antara Cost Recovery Rate rumah sakit
tingkat kerja yang sesungguhnya dengan H2b:Kinerja keuangan berpengaruh terhadap
target tingkat kinerja yang diindentifikasi, tingkat kemandirian rumah sakit
atau dengan tingkat kinerja organisasi lain B. METODE PENELITIAN
yang sebidang, atau menggunakan Populasi penelitian ini adalah
benchmark pada bidang yang sejenis. seluruh Rumah Sakit Umum Daerah di
Pengukuran kinerja berdasarkan aspek wilayah Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,
pelayanan dan keuangan secara berimbang Wonogiri, Sragen dan Klaten. Metode
dapat bermanfaat untuk perkembangan pemilihan sampel secara nonprobabilitas
pencapaian strategi. Untuk menilai kinerja, dengan metode judgment sampling dengan
tidak ada satupun pengukuran yang dapat pertimbangan sebagai berikut:
memenuhi keinginan seluruh bagian 1. Rumah sakit sudah menerapkan pola
organisasi. Keseimbangan yang diharapkan pengelolaan keuangan BLUD per 1
hanya dapat dihubungkan dengan strategi Januari 2012.
tertentu yang ingin dicapai organisasi yang 2. Rumah sakit menyusun laporan
bersangkutan, misalnya tingkat pengelolaan keuangan berbasis akrual sesuai dengan
keuangan dan tingkat pelayanan. Salah satu standar akuntansi keuangan, serta
metode yang dapat dipakai dalam menerbitkan laporan kinerja.
pengukuran kinerja adalah dengan Berdasarkan kriteria sampel diatas, maka
menggunakan analisis terhadap rasio, baik sampel yang digunakan dalam penelitian ini
rasio yang mengukur kinerja pelayanan sejumlah 9 (sembilan) RSUD sebagai berikut:
maupun kinerja keuangan. Lestari dkk.
Tabel 1
Daftar Sampel Penelitian
No. Nama RSUD Kepemilikan
1. RSUD Kota Surakarta Kota Surakarta
2. RSUD dr. Moewardi Propinsi Jawa Tengah
3. RSD Prof. Dr. Soeharso Pusat
4. RSUP dr. Soeradji Pusat

30
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
5. RSUD Kabupaten Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo
6. RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri
7. RSUD Kabupaten Karanganyar Kabupaten Karanganyar
8. RSUD Pandanarang Kabupaten Boyolali
9. RSUD Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen

Data yang digunakan dalam pengujian hipotesis kedua adalah


penelitian ini merupakan data sekunder tingkat kemandirian (TK). Kedua
yang diperoleh dari laporan keuangan variabel tersebut merupakan proksi
dan laporan kinerja RSUD. Data kinerja rumah sakit secara
penelitian dianalisis dengan teknik cross- keseluruhan yang menunjukkan
section, yaitu menggunakan data tingkat efisiensi dan efektivitas
laporan keuangan dan laporan kinerja 9 pengelolaan rumah sakit. Berikut
(sembilan) RSUD di wilayah adalah definisi operasional serta
Subosukowonosraten pada satu periode perhitungan CRR dan TK berdasarkan
amatan yaitu tahun 2013. Madjid (2009):
Berikut adalah definisi 1. Cost Recovery Rate (CRR) adalah
operasional dan pengukuran variabel rasio yang menunjukkan seberapa
yang digunakan dalam penelitian ini. banyak belanja operasional rumah
a. Variabel dependen untuk pengujian sakit dapat dibiayai dari
hipotesis pertama penelitian ini pendapatan fungsional rumah
adalah Cost Recovery Rate (CRR), sakit
sedangkan variabel dependen untuk
2. .
Belanja Operasional
CRR = Pendapatan Fungsional X 100%

3. Tingkat Kemandirian (TK) adalah fungsionalnya, baik belanja


rasio yang menunjukkan seberapa operasional maupun belanja
mampu rumah sakit membiayai investasinya.
seluruh belanja dari pendapatan
Pendapatan Operasional RS
TK = Belanja Operasional + Belanja Investasi X 100%
b. Variabel independen terdiri dari BTO adalah frekuensi
kinerja pelayanan dan kinerja pemakaian tempat tidur
keuangan yang diukur dengan pada satu periode
indikator-indikator berikut ini. d. Average Length of Stay
1. Kinerja pelayanan (AVLOS)
Kinerja pelayanan yang digunakan AVLOS adalah rata-rata lama
dalam penelitian ini berdasarkan rawat seorang penderita
ukuran kinerja pelayanan yang e. Gross Date Rate (GDR)
diatur oleh Departemen GDR adalah angka kematian
Kesehatan RI (2005), yang terdiri umum untuk setiap 1.000
dari : pasien yang keluar
a. Bed Occupancy Rate (BOR) f. Net Date Rate (NDR)
BOR adalah persentase NDR adalah angka kematian
pemakaian tempat tidur pasien setelah 48 jam
pada satuan waktu tertentu dirawat untuk setiap 1.000
b. Turn Over Interval (TOI) pasien keluar.
TOI adalah rata-rata hari 2. Kinerja keuangan
dimana tempat tidur tidak a. Rasio Likuiditas
ditempati dari telah diisi ke Rasio likuiditas adalah rasio
saat terisi berikutnya. yang menunjukkan emampuan
c. Bed Turn Over (BTO) rumah sakit dalam melunasi

31
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
utang-utang jangka pendeknya, Hipotesis penelitian ini secara
yang diukur dari aset lancar umum adalah kinerja pelayanan dan
dibagi dengan kewajiban kinerja keuangan berpengaruh
lancar. terhadap kinerja rumah sakit secara
b. Rasio Solvabilitas keseluruhan. Maksud dari kinerja
Rasio solvabilitas adalah rasio rumah sakit secara keseluruhan adalah
yang menunjukkan pencapaian tingkat efektivitas dan
kemampuan rumah sakit dalam efisiensi dalam pengelolaannya. Teknik
melunasi utang-utang jangka analisis data yang digunakan untuk
panjangnya, yang diukur dari menguji hipotesis penelitian adalah
total kewajiban dibagi dengan dengan Pearson correlation. Nilai
total aset. koefisien korelasi ini berkisar antara -1
c. Rasio Rentabilitas sampai dengan 1. Semakin dekat
Rasio rentabilitas adalah rasio dengan nilai minus satu atau satu,
yang menunjukkan kemam- maka makin erat hubungan antara
puan rumah sakit dalam kedua variabel yang diuji, dan
menghasilkan surplus, yang sebaliknya. Semakin dekat dengan nilai
diukur dari surplus operasional nol, maka kedua variabel yang diuji
dibagi dengan pendapatan semakin tidak berhubungan. Dalam
neto rumah sakit. menguji hipotesis digunakan alat uji
d. Rasio Ketergantungan terhadap statistik regresi linier berganda. Semua
APBD/N teknik analisis data dalam penelitian ini
Rasio ketergantungan terhadap dilakukan dengan bantuan program
APBD/N merupakan rasio yang komputer SPSS version 22.0 for
membandingkan antara dana windows. Berikut ini adalah gambar
BLUD yang bersumber dari model penelitian untuk pengujian
APBD/N dengan total total hipotesis penelitian.
pendapatan BLUD.

Gambar 1. Model Penelitian


Kinerja Pelayanan:
- BOR
- TOI
- BTO Tingkat Efektivitas &
- AVLOS Efisiensi:
- GDR - Cost Recovery Rate
- NGR
Kinerja Pelayanan: - Tingkat
- Rasio Likuiditas Kemandirian
- Rasio Solvabilitas
- Rasio Rentabilitas
- Rasio
Ketergantungan
Terhadap APBD

C. HASIL DAN PEMBAHASAN informasi mengenai karakteristik


Statistik deskriptif dalam penelitian variabel penelitian meliputi nilai
ini disajikan untuk memberikan minimum, maksimum, rata-rata,dan
deviasi standar.

32
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
Tabel 5.1
Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian

Variabel Minimum Maksimum Rata-rata Deviasi Standar


(N=9)
BOR 65,350 83,460 77,925 6,682
TOI 0,730 2,150 1,335 0,445
BTO 69,770 99,900 81,672 9,396
AVLOS 3,010 4,780 3,837 0,540
GDR 2,020 3,980 2,7644 0,605
NDR 1,010 1,890 1,430 0,283
LIQ 2,500 7,820 5,131 1,702
SOLV 2,270 7,200 4,126 1,611
RENT 20,010 32,440 26,032 4,789
K_APBD 25,970 58,760 42,161 9,189
CRR 1,000 1,330 1,194 0,104
TK 50,020 75,780 65,166 9,272
Sumber: Data diolah.
Keterangan:
BOR : Bed Occupancy Rate
TOI : Turn Over Interval
BTO : Bed Turn Over
AVLOS: Average Length Of Stay
GDR : Gross Date Rate
NDR : Net Date Rate
LIQ : Rasio Likuiditas
SOLV : Rasio Solvabilitas
RENT: Rasio Rentabilitas
K_APBD: Ketergantungan pada Dana APBD
CRR : Cost Recovery Rate
TK : Tingkat Kemandirian BLUD

Rata-rata BOR menunjukkan membiayai biaya operasionalnya


bahwa rata-rata pemakaian tempat yang didanai dari pendapatan
tidur RSUD di Subosukowonosraten fungsionalnya menunjukkan angka
pada tahun 2013 sebesar 77,925% rata-rata sebesar 1,194. Dan
dari jumlah tempat tidur yang kemampuan rumah sakit dalam
tersedia di RSUD. Rata-rata TOI membiayai baik biaya operasional
mengindikasikan bahwa rata-rata maupun kebutuhan investasi dari
hari dimana tempat tidur tidak pendapatannya sebesar 65,166%,
ditempati dari hari telah diisi ke hari yang berarti bahwa 34, 834% harus
saat terisi berikutnya sebesar 1,33 didukung oleh dana APBD/N.
hari. BTO menunjukkan angka rata- Hipotesis pertama menyatakan
rata 81,972 yang berarti bahwa rata- bahwa kinerja pelayanan
rata frekuensi pemakaian tempat berpengaruh terhadap terhadap Cost
tidur rumah sakit pada tahun 2013 Recovery Rate dan tingkat
sebesar 81,972 kali. kemandirian RSUD. Hipotesis
Rata-rata lama rawat pasien pertama diuji menggunakan korelasi
sebesar 3,83 hari, berarti bahwa bivariat atau product moment
pasien rawat inap di RSUD wilayah Pearson. Hipotesis pertama terbukti
Subosukowonosraten rata-rata secara statistik jika koefisien korelasi
dirawat selama hampir 4 hari. menunjukka angka di atas 0,5 dan
Sedangkan rata-rata angka kematian probabilitasnya lebih kecil dari 0,05.
pasien setelah 48 jam dirawat untuk Hal itu menunjukkan bahwa korelasi
setiap 1.000 pasien keluar adalah antara variabel independen dan
1,43. Kemampuan RSUD untuk dependennya cukup kuat dan

33
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
signifikan. Cost Recovery Rate, ditunjukkan oleh
Hasil pengujian hipotesis 1a yang besarnya koefisien korelasi Pearson
menyatakan bahwa kinerja dan nilai signifikansi dibawah 0,05
pelayanan berpengaruh terhadap pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2.
Hasil Pengujian Hubungan Kinerja Pelayanan Terhadap Cost Recovery Rate

Variabel Koef. Pearson Tanda sig Kesimpulan


BOR 0,555 (+) 0,121 Korelasi kuat, tdk signifikan
TOI 0,697 (-) 0,037* Korelasi kuat, signifikan
BTO 0,495 (+) 0,175 Korelasi lemah, tdk signifikan
AVLOS 0,459 (+) 0,214 Korelasi lemah, tdk signifikan
GDR 0,273 (-) 0,478 Korelasi lemah, tdk signifikan
S NDR 0,443 (-) 0,232 Korelasi lemah, tdk signifikan
u
m
ber: Data diolah * tingkat signifikan 5%
** tingkat signifikan 1%

Tabel 2 menunjukkan bahwa terhadap tingkat efisiensi dan


kinerja pelayanan yang diukur TOI efektifitas rumah sakit.
berkorelasi kuat dan signifikan Selanjutnya, hasil pengujian
terhadap tingkat efektivitas dan hipotesis 1b yang menyatakan bahwa
efisiensi rumah sakit yang diukur kinerja pelayanan berpengaruh
dengan CRR. Tanda negatif terhadap tingkat kemandirian rumah
menunjukkan korelasi antara TOI dan sakit dapat dilihat di tabel 3. Kinerja
CRR berbanding terbalik. Dengan kata pelayanan yang berkorelasi kuat
lain, jika TOI semakin tinggi, maka CRR terhadap tingkat efektifitas rumah
semakin rendah, dan sebaliknya. sakit yang diukur dari tingkat
Dengan demikian hipotesis 1a kemandiriannya adalah BOR dan
menunjukkan hasil bahwa semakin AVLOS. Tanda positif menunjukkan
sedikit jarak hari dimana tempat tidur bahwa korelasi antara BOR dan AVLOS
tidak ditempati dari hari telah diisi ke dengan tingkat kemandirian
saat hari terisi berikutnya, maka berbanding lurus. Artinya adalah jika
kinerja rumah sakit akan semakin BOR dan AVLOS meningkat, maka
efektif dan efisien. tingkat kemandirian rumah sakit juga
Kinerja pelayanan lainnya semakin tinggi, namun hasil korelasi
yang menunjukkan korelasi yang kuat tersebut tidak signifikan bagi BOR,
terhadap tingkat efektifitas dan tetapi signifikan bagi AVLOS pada
efisiensi rumah sakit adalah BOR, tingkat signifikansi 1%. Kinerja
tetapi korelasi tersebut tidak terbukti pelayanan yang diukur dengan BTO,
signifikan. Kinerja pelayanan yang TOI, GDR, dan NDR berkorelasi lemah
diukur dengan BTO, AVLOS, GDR, dan terhadap tingkat kemandirian rumah
NDR menunjukkan korelasi yang lemah sakit.

Tabel 3.
Hasil Pengujian Hubungan Kinerja Pelayanan Terhadap Tingkat Kemandirian

Variabel Koef. Pearson Tanda sig Kesimpulan


BOR 0,556 (+) 0,120 Korelasi kuat, tdk signifikan
TOI 0,420 (-) 0,260 Korelasi lemah, tidak signifikan

34
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
BTO 0,004 (+) 0,992 Korelasi lemah, tdk signifikan
AVLOS 0,602 (+) 0,006** Korelasi kuat, signifikan
GDR 0,074 (-) 0,850 Korelasi lemah, tdk signifikan
NDR 0,018 (-) 0,963 Korelasi lemah, tdk signifikan

Susumber: Data diolah * tingkat signifikan 5%


** tingkat signifikan 1%

Hipotesis kedua menyatakan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan


bahwa kinerja keuangan berpengaruh ketergantungan terhadap APBD. Hasil
terhadap Cost Recovery Rate dan pengujian hipotesis kedua dapat dilihat
tingkat kemandirian rumah sakit. pada tabel 4 dan tabel 5 sebagai
Kinerja keuangan diukur dengan 4 berikut.
(empat) indikator keuangan, yaitu rasio
Tabel 4.
Hasil Pengujian Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap Cost Recovery Rate

Variabel Koef. Pearson Tanda sig Kesimpulan


LIQ 0,190 (+) 0,121 Korelasi lemah, tdk signifikan
SOLV 0,019 (-) 0,637 Korelasi lemah, tidak signifikan
RENT 0,673 (+) 0,047* Korelasi kuat, signifikan
SK_APBD/N 0,825 (-) 0,006** Korelasi kuat, signifikan
u
sumber: Data diolah * tingkat signifikan 5%
** tingkat signifikan 1%
Tabel 4 menunjukkan hasil pengujian memperbaiki citra rumah sakit
hipotesis 2a, yang menyatakan pemerintah dalam memberikan
bahwa kinerja keuangan pelayanan kesehatan kepada
berpengaruh terhadap tingkat masyarakat. Selain itu, tujuan rumah
efektifitas dan efisiensi rumah sakit sakit pemerintah setelah
yang diukur dengan CRR. Tabel 4 menerapkan PPK-BLUD tercapai
menunjukkan hasil bahwa kinerja dengan adanya peningkatan kinerja
keuangan yang diukur dengan rasio pelayanannya serta kinerja
rentabilitas dan ketergantungan keuangannya.
terhadap APBD/N berkorelasi kuat Variabel ketergantungan
dan signifikan terhadap tingkat terhadap APBD/N menunjukkan
efektivitas dan efisiensi rumah sakit tanda negatif, yang berarti bahwa
yang diukur dengan CRR. Rasio semakin kecil tingkat ketergantungan
rentabilitas menunjukkan tanda terhadap dana APBD/N, maka rumah
positif, yang berarti bahwa semakin sakit justru lebih efektif dan efisien.
tinggi rentabilitas maka kinerja Hasil tersebut menunjukkan bahwa
rumah sakit semakin efektif dan penerapan PPK-BLUD di rumah sakit
efisien. Hasil tersebut membuktikan pemerintah berhasil mengurangi
bahwa semakin tinggi kemampuan ketergantungan rumah sakit
rumah sakit dalam menghasilkan terhadap subsidi pemerintah, dan
surplus operasional, maka rumah rumah sakit semakin efektif dan
sakit telah beroperasi secara efektif efisien dalam memberikan pelayanan
dan efisien. Meskipun image kinerja kesehatan. Dengan demikian,
rumah sakit pemerintah tidak sebaik penerapan PPK-BLUD menunjukkan
rumah sakit swasta, namun dengan hasil bahwa dengan pelaksanaan
diterapkannya pola pengelolaan manajemen ala bisnis yang sehat,
keuangan badan layanan umum berlahan tetapi pasti kinerja rumah
daerah (PPK-BLUD) telah berhasil sakit pemerintah dapat diperbaiki

35
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
dengan lebih efektif dan efisien. Dan Hipotesis 2b menyatakan bahwa
secara jangka panjang, rumah sakit kinerja keuangan berpengaruh
diharapkan tingkat kemandiriannya terhadap tingkat kemandirian rumah
semakin meningkat sehingga dapat sakit, yang merupakan proksi dari
mengurangi alokasi dana APBD/N tingkat efisiensi dan efektifitas. Hasil
untuk belanja barang dan jasa pengujian hipotesis 2b dapat dilihat
maupun investasi rumah sakit, tanpa di tabel 5 dibawah ini.
mengurangi kualitas pelayanan
kesehatan publik.

Tabel 5.
Hasil Pengujian Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Kemandirian

Variabel Koef. Pearson Tanda sig Kesimpulan


LIQ 0,021 (-) 0,958 Korelasi lemah, tdk signifikan
SOLV 0,280 (+) 0,466 Korelasi lemah, tidak signifikan
RENT 0,9`40 (+) 0,000* Korelasi kuat, signifikan
K_APBD/N 0,775 (-) 0,014* Korelasi kuat, signifikan

Sumber: Data diolah * tingkat signifikan 5%


** tingkat signifikan 1%

Berdasarkan tabel 5, hasil pengujian membuktikan bahwa rumah sakit


menunjukkan bahwa rasio yang berhasil mengelola sumber daya
rentabilitas dan ketergantungan keuangan dan manusianya secara
terhadap APBD/N berkorelasi kuat efektif dan efisien, dapat
secara signifikan terhadap tingkat menurunkan tingkat ketergantungan
kemandirian rumah sakit pemerintah. rumah sakit pemerintah terhadap
Hasil pengujian hipotesis 2b sama dana APBD/N.
dengan 2a, yang menyatakan bahwa D. KESIMPULAN DAN SARAN
variabel rasio rentablitas dan Berikut ini adalah kesimpulan berdasarkan
ketergantungan terhadap APBD/N pengujian hipotesis.
berkorelasi kuat secara signifikan 1. Pengujian hipotesis 1a membuktikan
terhadap tingkat kemandirian rumah bahwa kinerja pelayanan yang diukur
sakit. Koefisien korelasi rasio dengan Turn Over Interval (TOI)
rentablitas bertanda positif yang berkorelasi kuat dan signifikan
menunjukkan hubungan searah terhadap tingkat efektivitas dan
antara rentabilitas dan tingkat efisiensi rumah sakit yang diukur
kemandirian rumah sakit. Atau dengan CRR. Tanda negatif
dengan kata lain, semakin besar menunjukkan korelasi antara TOI dan
kemampuan rumah sakit CRR berbanding terbalik. Jika TOI
menghasilkan surplus operasional, semakin tinggi, maka CRR semakin
maka semakin tingi kemandirian rendah, dan sebaliknya. Dengan
rumah sakit dalam mendanai biaya demikian hipotesis 1a menunjukkan
operasional dan investasinya. hasil bahwa semakin kecil hari
Sementara koefisien variabel dimana tempat tidur tidak ditempati
ketergantungan terhadap APBD/N dari telah diisi ke saat terisi
bertanda negatif, yang menunjukkan berikutnya, maka kinerja rumah sakit
hubungan berlawanan arah. Artinya akan semakin efektif dan efisien.
bahwa semakin kecil tingkat 2. Pengujian hipotesis 1b membuktikan
ketergantungan terhadap APBD/N, bahwa kinerja pelayanan yang diukur
maka tingkat kemandirian rumah dengan AVLOS berkorelasi kuat dan
sakit semakin tinggi. Hal tersebut signifikan terhadap tingkat efektifitas

36
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
rumah sakit yang diukur dari tingkat 2. Rumah sakit pemerintah yang dipilih
kemandiriannya. Tanda positif sebagai sampel penelitian
menunjukkan bahwa korelasi antara merupakan rumah sakit umum tidak
AVLOS dan tingkat kemandirian termasuk rumah yang bersifat
berbanding lurus. Artinya adalah jika khusus, seperti rumah sakit jiwa
AVLOS meningkat, maka tingkat (RSJ), rumah sakit paru-paru, dan
kemandirian rumah sakit juga sebagainya.
semakin tinggi. 3. Sampel penelitian dibatasi wilayah
3. Pengujian hipotesis 2a membuktikan Subosukowonosraten sehingga
bahwa kinerja keuangan yang diukur sampel yang diambil relatif sedikit.
dengan rasio rentabilitas dan 4. Memasukkan variabel independen
ketergantungan terhadap APBD lainnya atau memvariasi pengukuran
berkorelasi kuat dan signifikan untuk variabel independen maupun
terhadap tingkat efektivitas dan dependennya berdasarkan beberapa
efisiensi rumah sakit yang diukur penelitian sebelumnya.
dengan CRR. Rasio rentabilitas Berikut ini adalah beberapa
menunjukkan tanda positif, yang pertimbangan yang perlu
berarti bahwa semakin tinggi diperhatikan dalam mengembangkan
rentabilitas maka kinerja rumah sakit dan memperluas penelitian ini
semakin efektif dan efisien. Hasil adalah:
tersebut membuktikan bahwa 1. Mengembangkan data penelitian
semakin tinggi kemampuan rumah dengan menggabungkan dengan
sakit dalam menghasilkan surplus data time series, atau dengan
operasional, maka rumah sakit telah kata data penelitian
beroperasi secara efektif dan efisien. menggunakan pooled data.
Variabel ketergantungan terhadap Dengan demikian analisis
APBD/N menunjukkan tanda negatif, terhadap kinerja pelayanan dan
yang berarti bahwa semakin kecil kinerja keuangan pada RSUD
tingkat ketergantungan terhadap yang menerapkan pola
APBD, maka rumah sakit dapat lebih pengelolaan badan layananan
efektif dan efisien. Hasil tersebut umum daerah dapat
menunjukkan bahwa penerapan PPK- komprehensif dan hasil
BLUD di rumah sakit pemerintah penelitian didukung oleh data
berhasil mengurangi ketergantungan empiris yang cukup kuat.
rumah sakit terhadap subsidi 2. Sampel penelitian menggunakan
pemerintah. rumah sakit milik pemerintah,
4. Pengujian hipotesis 2b membuktikan baik yang bersifat umum, atau
bahwa rasio rentabilitas dan rumah sakit khusus seperti
ketergantungan terhadap APBD/N rumah sakit jiwa, rumah sakit
berkorelasi kuat secara signifikan paru-paru, dan lain-lain.
terhadap tingkat kemandirian rumah 3. Wilayah sampel penelitian dapat
sakit pemerintah. Hasil tersebut diperluas tidak hanya di wilayah
sama dengan hasil pengujian Subosukowonostraten, misalkan
hipotesis 2a di atas. wilayah Jawa Tengah.
4. Memasukkan variabel
Beberapa keterbatasan yang dapat independen lainnya, seperti
mempengaruhi hasil penelitian ini adalah remunerasi, kepuasan pelanggan
sebagai berikut. dan sebagainya yang dapat
1. Data penelitian ini bersifat cross berpengaruh terhadap tingkat
section, menggunakan sampel 9 efektivitas dan efisiensi rumah
rumah sakit milik pemerintah dan sakit.
data sekunder kinerja pelayanan dan
keuangan pada tahun 2013.

37
PRO-BANK, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Perbankan, edisi Maret 2015. Vol.1 No. 1 ISSN : 2252 - 7885
DAFTAR PUSTAKA Layanan Umum. Nuansa Aulia.
Sancoko, Bambang. 2010. Pengaruh
Bahrul, Kirom. 2010. Mengukur kinerja renumerasi terhadap kualitas
pelayanan dan kepuasan konsumen. pelayanan publik. Jurnal Ilmu
Bandung: Pustaka reka Cipta. Administrasi & Organisasi.
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi sektor publik Universitas Brawijaya. Malang.
di indonesia. Yogyakarta: Pusat Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Pengembangan Akuntansi FE UGM. 2005. Departemen Kesehatan RI.
Lestari, Wijayanti Puji., Sunarto, dan Titik
Kuntari. 2009. Analisa faktor penentu Sunanto, Sandra., Abraham Nandiwardhana.
kepuasan pasien di rumah sakit pku 2005. Analisis kesenjangan dimensi
muhammadiyah bantul. Jurnal kualitas layanan berdasarkan
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. persepsi manajemen dan persepsi
Universitas Islam Indonesia. pasien pada unit rawat inap di rumah
Yogyakarta. sakit umum daerah dokter abdul aziz
Mahmudi. 2010. Manajemen kinerja sektor singkawang kalimantan barat. Jurnal
publik. Yogyakarta: UPP STIE YKPN. Widya Manajemen & Akuntansi. Vol
5, No.1.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi sektor publik. Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 2004
Yogyakarta: cetakan pertama. tentang Perbendaharaan Negara.
Penerbit Andi.
Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009
Masnah. 2012. Analisis rasio financial dan tentang Rumah Sakit.
rasio nonfinancial sebagai dasar Wisniewski, Mik dan Mike Donnely. 1996.
pengukuran kinerja RSUP dr. Measuring service quality in public
Muhammad hoesin palembang. sector: the potensial for SERVQUAL.
Jurnal Manajemen Pelanggan Total Quality Management. Vol. 7,
Kesehatan. Universitas Binadarma. No. 4.
Madjid, Noor Choolis., Cahyono, Heru, dan Zauhar, Soesilo. 2001. Administrasi
Tohirin. 2009. Evaluasi antara kinerja Pelayanan Publik: Sebuah
keuangan dan operasional pada Perbincangan Awal. Jurnal Ilmiah
satker rumah sakit umum pemerintah Administrasi Publik Jurusan Ilmu
yang menerapkan pola pengelolaan Administrasi Publik Fakultas Ilmu
badan layanan umum. Kajian Administrasi Universitas Brawijaya,
Akademis. BPPK. Vol.1, No.2.
Hantoro, Fajar Dwi. 2010. Pengaruh kinerja Zeithaml, Valerie A, A. Parasuraman and
pelayanan terhadap loyalitas Leonard L. Berry. 1990. Delivering
pelanggan dengan kepuasan Quality Service, Balancing Customer
pelanggan sebagai variabel Perception and Expectations. USA:
pemoderasi (studi pada rumah sakit The Press.
cakra husada di kota klaten). Skripsi.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta __ Mary Jo Bitner. 1996. Service
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Marketing. New York: McGraw - Hil
Republik Indonesia. 2009. Companies, Inc.
Pengelolaan Keuangan Badan

38

You might also like