You are on page 1of 14

Vol. VII No. 3 : ..

, 2010

PENGELOLAAN DAN PERILAKU BURUNG ELANG


DI PUSAT PENYELAMATAN SATWA CIKANANGA, SUKABUMI
(Management and Behaviour of Eagles at Wildlife Rescue Center of Cikananga,
Sukabumi)*
Oleh/By:
Reny Sawitri dan/and Mariana Takandjandji
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam
Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp. 0251-8633234, 7520067; Fax 0251-8638111 Bogor
*Diterima : 1 Maret 2010; Disetujui : 28 April 2010

s
ABSTRACT
Wildlife Rescue Center of Cikananga (PPSC), is a non governmental organization (NGO) which has
facilitated rescue and rehabilitated wildlife, released wildlife to nature, and educated wildlife conservation
programs. The purposes of this study were to obtain information on management and behaviour of eagles at
the PPSC. Method was done by tabulation of eagle species from the year of 2005-2008, average activities as
motionless, movement and eating behaviour. The number of eagles in the PPSC was 65 individuals which
included in 14 species. The total number of eagles released to the nature was 31 individuals until 2005.
Observation in cage showed that stasionary activity as a part of motionless behaviour was about 29.4%; this
activity was done in a long time but withless frequency. Moreover, the stasionary activity was done when the
temperature of environment colder and the birds stayed on the woody stick. The frequent movement
behaviours were flying (18.46%), visiting food (13.20%), and walking (10.39%). The eating behaviours were
different by eagle species and food kinds. Feeding live prey could raise wildbeast behaviour, shorter time of
visiting and eating food. Species and environment sanitation were done by checking of eagle healthy, giving
of medicine and cleaning of cage.
Keywords: PPSC, eagle, management, behaviour, sanitation

ABSTRAK
Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) merupakan salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM)
yang memfasilitasi penyelamatan dan rehabilitasi satwaliar, pelepasliaran satwaliar ke habitat alamnya, dan
pendidikan program konservasi satwaliar. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi tentang
pengelolaan dan perilaku burung elang di PPSC. Metode yang digunakan adalah tabulasi keragaman jenis
burung elang dari tahun 2005-2008, rata-rata aktivitas perilaku diam, bergerak dan ingestif. Burung elang di
PPSC berjumlah 65 individu, 14 jenis dan yang telah dilepasliarkan sampai tahun 2005 berjumlah 31
individu. Pengamatan di kandang menunjukkan aktivitas stasioner (diam) yang merupakan bagian perilaku
diam sebesar 29,4% yang berlangsung lama dengan frekuensi kecil. Aktivitas ini dilakukan saat suhu
lingkungan mulai naik atau tinggi dengan bertengger pada kayu. Perilaku bergerak yang sering dilakukan
adalah terbang (18,46%), mendatangi pakan (13,20%), dan berjalan (10,39%). Perilaku makan dibedakan
menurut jenis burung dan pakan. Pemberian pakan berupa mangsa hidup membangkitkan sifat liar,
memperpendek waktu mendekati makan maupun aktivitas makan. Sanitasi burung elang dan lingkungan
dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan, pemberian obat-obatan, dan pembersihan kandang.
Kata kunci: PPSC, burung elang, pengelolaan, perilaku, sanitasi

257
Vol. VII No. 3 : 257-270, 2010

I. PENDAHULUAN 1825) dan owa (Hylobates moloch Aude-


bert, 1799) dari famili mamalia, ular phy-
Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga
ton (Phyton reticulatus Schneider, 1801)
(PPSC) yang terletak di Kabupaten Suka-
dan buaya senyulong (Tomistoma schege-
bumi merupakan salah satu lembaga swa-
lii Cuvier, 1807) dari famili reptilia.
daya masyarakat non komersial yang ber-
Keberhasilan program pelepasliaran
dedikasi dalam mengkonservasi satwaliar
atau re-introduksi burung elang di PPSC
di Indonesia. Pusat Penyelamatan Satwa
dirasa belum dilakukan secara optimal
Cikananga didirikan pada tanggal 27
karena ternyata populasi burung elang
Agustus 2001 sebagai bentuk dari salah
yang ada masih cukup banyak. Burung
satu program Convency Biodiversity
elang tersebut merupakan titipan hasil si-
(CBD) yang diratifikasi oleh Pemerintah
taan dari perburuan maupun perdagang-
Indonesia pada tahun 1995.
an, walaupun telah diketahui jenisnya
Kegiatan yang dilaksanakan oleh lem-
memiliki status konservasi dilindungi me-
baga ini diantaranya mendukung kebi-
nurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Ta-
jakan yang memfasilitasi penyelamatan
hun 1999. Oleh karena itu diperlukan pe-
satwaliar, penyelamatan dan pelepasliar-
nelitian yang bertujuan untuk mening-
an satwaliar ke habitat alamnya, pendi-
katkan biology assessment burung elang
dikan program konservasi satwaliar terha-
yang berkaitan dengan perilaku, pemberi-
dap masyarakat sekitar kawasan, melak-
an jenis pakan, kesehatan termasuk sani-
sanakan seminar dan penelitian konser-
tasi kandang untuk mengembalikan kon-
vasi satwaliar serta networking dengan
disi burung melalui sistem penangkaran
pusat penyelamatan satwa lainnya. Secara
pada kandang sosialisasi dan kandang
keseluruhan kegiatan PPSC mengacu pa-
pre-release (habituasi), mengetahui peri-
da program standard assessment biology
laku burung elang, pengelola dapat me-
yang berorientasi pada studi jenis satwa
mantau kesehatan, perkembangbiakan,
confiscated berdasarkan IUCN Guide-
dan kemampuannya dalam beradaptasi
lines. Selain itu, usaha ini juga untuk me-
dengan lingkungan.
mulihkan perilaku seperti latihan terbang
dan berburu mangsa bagi burung elang
dengan menyediakan fasilitas dan teknik II. METODOLOGI
rehabilitasi yang memadai (Rahman et
al., 2005). Pelepasliaran atau re-introduk- A. Lokasi Penelitian
si burung elang ke alam merupakan prio- Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga
ritas utama program PPSC. berlokasi 36 km dari pusat kota Suka-
Pembangunan infrastruktur untuk bumi, Jawa Barat ke arah selatan. Waktu
mendukung kegiatan rehabilitasi dan pe- tempuh yang dibutuhkan untuk mencapai
lepasliaran di PPSC terdiri dari prasarana lokasi ini kurang lebih satu jam melalui
perkantoran, kandang satwa, dan gudang jalur selatan, Sukabumi-Sagaranten.
pakan. Kandang satwa yang ada, menurut Lokasi PPSC memiliki luas 14 ha, di
fungsinya dibagi menjadi tiga bagian ya- sebelah utara berbatasan dengan Kam-
itu kandang karantina, sosialisasi atau ob- pung Cijember, Desa Cisitu; di sebelah ti-
servasi, dan kandang pre-release (habitu- mur berbatasan dengan Kampung Ganda-
asi). Satwaliar yang mendapat perhatian soli, Desa Cisitu; di sebelah selatan ber-
untuk direhabilitasi dan dilepasliarkan batasan dengan Kampung Cisantri, Desa
kembali di antaranya adalah beberapa je- Cisitu; dan di sebelah barat berbatasan
nis burung seperti burung elang dan pa- dengan Kampung Batu Gede, Desa Cime-
ruh bengkok dari famili Accipitridae, ka- rang. Ketinggian areal PPSC berkisar an-
suari dari famili Casuaridae, beruang ma- tara 400-925 m dpl sehingga udara di se-
du (Helarctos malayanus Horsfield, kitarnya cukup sejuk dengan temperatur
258
Pengelolaan dan Perilaku Burung Elang.....(R. Sawtri dan M. Takandjandji)

siang dan malam hari antara 18-230C minck, 1822), burung elang paria (Milvus
sedangkan kelembaban yang cukup tinggi migrans Boddaert, 1783), dan burung
merupakan hasil dari curah hujan tahunan elang ikan kepala kelabu (Ichthyophaga
dengan nilai rata-rata jumlah hujan (Q) ichthyaetus Horsfield, 1821), teropong bi-
basah sebesar 0,50 atau 50% yang terma- nokuler, jenis pakan burung, kandang,
suk tipe curah hujan C atau agak basah. alat tulis, kamera, jam, kantong plastik,
Struktur vegetasi yang mendominasi faeces (kotoran) burung elang, dan for-
areal PPSC di antaranya pohon jeunjing malin.
(Paraserianthes falcataria (L) I.C.Niel-
sen) dan johe (Emilia sonchifolia (L) C. Prosedur Kerja
D.C), sedangkan tumbuhan bawah dido-
minasi oleh kirinyuh (Eupatorium odora- 1. Keragaman Jenis Burung Elang di
tum L.) dan babadotan (Ageratum cony- PPSC
zoides L.) (PPSC, 2005b). Keragaman jenis burung elang di
Satwaliar yang dapat dijumpai di are- PPSC dikaji melalui data sekunder yang
al PPSC terdiri dari aves, mamalia, repti- dikompilasi dari tahun 2001-2008 untuk
lia, amphibia, dan serangga. Jenis mama- memperoleh informasi tingkat keberhasil-
lia yang ditemukan di kawasan PPSC di an program rehabilitasi dan pelepasliaran
antaranya adalah kukang jawa (Nyctice- di habitat alamnya.
bus coucang Boddaert,1785), kucing hu-
tan (Felis bengalensis Linnaeus, 1758), 2. Pengamatan Perilaku
musang luwak (Paradoxurus hermaphro- Pengamatan perilaku burung elang di-
ditus Pallas, 1777), trenggiling (Manis ja- bedakan menjadi dua yaitu pengamatan
vanica Desmarest, 1822), bajing kekes individual dan pengamatan kelompok se-
(Exilisciurus exilis Moore, 1958), garang- bagai bahan pembanding. Pengamatan in-
an (Herpestes semitorquatus Gray, 1846), dividual adalah pengamatan yang dilaku-
lalai kembang (Eonycteris spelaea Dob- kan pada masing-masing individu burung
son, 1871), dan codot krawar (Cynop- elang di dalam kandang sosialisasi de-
terus brachyotis Muller, 1838). Jenis aves ngan tujuan untuk mengetahui perilaku
yang dijumpai di areal ini sebanyak 35 je- harian. Perilaku yang diamati di antara-
nis, di antaranya tepus pipi perak (Stachy- nya perilaku diam, bergerak, dan ingestif
ris melanothorax Temminck, 1823), pu- (makan). Jumlah individu yang diamati
yuh tegalan (Turnix suscitator Gmelin, untuk melakukan pengamatan perilaku
1789), cekakak jawa (Halcyon cyanoven- tersebut yaitu tujuh ekor diantaranya bu-
tris Vieillot, 1818), dan cekakak sungai rung elang jawa (S. bartelsi), burung elang
(Todirhamphus chloris Boddaert, 1783) brontok fase terang (S. cirrhatus), burung
(PPSC, 2005b). elang brontok fase gelap (S. cirrhatus),
burung elang ular bido (S. cheela), bu-
B. Bahan dan Alat rung elang hitam (I. malayensis), burung
Bahan dan alat yang dipergunakan da- elang paria (M. migrans), dan burung
lam penelitian ini diantaranya adalah bu- elang ikan kepala kelabu (I. ichthyaetus)
rung elang seperti burung elang jawa yang dipilih secara acak.
(Spizaetus bartelsi Stresemann, 1924), bu- Pengamatan burung elang dalam ke-
rung elang brontok fase terang (Spizaetus lompok dilakukan untuk mengetahui in-
cirrhatus Gmelin, 1788), burung elang teraksi sosial dalam struktur kecil. Jum-
brontok fase gelap (Spizaetus cirrhatus lah burung yang diamati yakni sebanyak
Gmelin, 1788), burung elang ular bido lima individu elang ular bido (S. cheela),
(Spilornis cheela Latham, 1790), burung karena jenis burung elang lainnya tidak
elang hitam (Ichtinaetus malayensis Tem- memungkinkan untuk dicampur dalam
satu kandang sosialisasi.
259
Vol. VII No. 3 : 257-270, 2010

3. Sanitasi Burung dan Kandang aktivitas aktif yang dilakukan dengan


berpindah tempat pada bagian bawah
Pengamatan sanitasi lingkungan dila-
kandang atau di tempat bertengger meng-
kukan dengan mengambil sampel faeces
gunakan kaki. Mendatangi adalah aktivi-
(kotoran) burung elang untuk mengetahui
tas mendekati pakan yang diberikan. Ter-
kesehatan burung. Parameter yang di-
bang adalah aktivitas aktif yang dilaku-
amati adalah kandungan cacing dan as-
kan menggunakan sayap. Membersihkan
pergillosis. Analisis laboratorium dilaku-
diri adalah aktivitas membersihkan tubuh
kan di Balai Besar Penelitian Veteriner,
menggunakan kaki atau paruh. Bersuara
Cimanggu.
adalah aktivitas mengeluarkan suara.
Meregangkan badan atau bulu adalah ak-
D. Data yang Dikumpulkan
tivitas yang dilakukan manakala terlihat
Pengamatan dimulai dengan melihat ada gangguan di sekitar kandang. Melon-
aktivitas dan mengklasifikasikannya ke cat adalah aktivitas yang dilakukan pada
dalam jenis perilaku. Pencatatan dilaku- pagi hari saat pemberian pakan di mana
kan dari awal hingga berakhirnya suatu burung bergerak dan melompat dari tem-
aktivitas yakni mulai pukul 06.00-18.00. pat bertengger menuju pakan yang diberi-
Parameter yang diamati adalah perila- kan terutama pakan dalam bentuk mati
ku dan aktivitas burung (frekuensi aktivi- berupa potongan-potongan daging. Mem-
tas, rata-rata aktivitas, dan frekuensi rela- bawa pakan adalah aktivitas bergerak
tif). Perilaku yang diamati meliputi peri- yang dilakukan dengan cara mencengke-
laku diam, bergerak, dan ingestif (ma- ram pakan atau mangsa menggunakan ja-
kan). Masing-masing perilaku mempu- ri atau cakarnya yang sangat kuat.
nyai beberapa aktivitas. Perilaku ingestif (makan) meliputi ak-
Perilaku diam meliputi aktivitas istira- tivitas makan, minum, defekasi (buang
hat, stasioner, menggeliat, menengok, air besar), dan urinasi (buang air kecil).
dan mengangkat kaki. Aktivitas istirahat Makan adalah aktivitas ingestif yang di-
adalah aktivitas pasif dengan posisi tubuh lakukan dengan cara mengambil dan
bertengger, kaki satu diangkat dan terka- mencabuti bulu mangsa menggunakan
dang kepala dimasukkan ke dalam sayap paruh atau kaki. Minum adalah aktivitas
(Takandjandji dan Mite, 2008). Aktivitas yang dilakukan dengan cara mencelupkan
stasioner adalah aktivitas pasif yang dila- paruh ke dalam air. Defekasi adalah akti-
kukan dengan posisi tubuh bertengger pa- vitas membuang hasil metabolisme dalam
da kayu dan mata terbuka. Aktivitas bentuk padat. Aktivitas urinasi dilakukan
menggeliat adalah aktivitas yang dilaku- dengan cara membuang hasil metabolis-
kan dengan cara merentangkan kedua ka- me dalam bentuk cair.
ki dan sayap secara bergantian antara ka-
nan dan kiri. Aktivitas menengok adalah E. Analisis Data
aktivitas yang dilakukan dengan mengge-
rakkan mata sambil menengok ke kiri dan 1. Keragaman Jenis dan Populasi Bu-
kanan, aktivitas mengangkat kaki adalah rung Elang di PPSC
aktivitas yang dilakukan dengan cara Keragaman jenis dan populasi burung
mengangkat kaki secara bergantian lalu elang di kandang sosialisasi dan kandang
memasukkan ke dalam bulu-bulu tubuh- pre-release (habituasi) dianalisis secara
nya. deskriptif untuk mengetahui tingkat ke-
Perilaku bergerak memiliki aktivitas berhasilan program pelepasliaran.
berjalan, mendatangi, terbang, member-
2. Perilaku Burung Elang di PPSC
sihkan diri atau menyelisik, bersuara, me-
regangkan badan atau bulu, meloncat, Frekuensi setiap aktivitas burung pe-
dan membawa makanan. Berjalan adalah mangsa di PPSC dicatat dan dianalisis de-
260
Pengelolaan dan Perilaku Burung Elang.....(R. Sawtri dan M. Takandjandji)

ngan menggunakan formula Sudjana pasliarkan kembali, dan dipindahkan ke


(1992), sebagai berikut: tempat penitipan lainnya atau kebun bina-
F = Fi1 + Fi2 + Fi3 + ...Fin tang. Kematian burung yang terjadi di
PPSC ini lebih banyak karena kondisi bu-
Dimana:
F = Frekuensi
rung pada saat datang telah sakit, stres
Fi1,2,3, ...,n = Frekuensi suatu aktivitas. ataupun rendahnya daya adaptasi burung
terhadap lokasi yang baru.
Untuk mengetahui rata-rata setiap ak- Burung elang yang telah dilepasliar-
tivitas digunakan rumus: kan sampai tahun 2005 berjumlah 31 in-
Rata-rata Jumlah aktivitas dalam kandang dividu, terdiri dari burung elang ular bido
aktivitas = Jumlah hari pengamatan (Spilornis cheela Latham, 1790) 16 indi-
vidu, elang brontok (Spizaetus cirrhatus)
Frekuensi relatif aktivitas mengguna- tujuh individu, elang tikus (Elanus caeru-
kan rumus: leus Desfontaines, 1789) tiga individu,
elang jambul garis dagu (Accipiter trivi-
Frekuensi suatu aktivitas
Frel =
Frekuensi seluruh aktivitas
x 100 % rgatus Temminck, 1824) satu individu,
alap-alap sapi (Falco moluccensis Bona-
atau parte, 1850) satu individu, elang bondol
fi (Haliastur indus Boddaert, 1783) dua in-
Frel = x 100 %
fa dividu, dan elang laut perut putih (Halia-
Dimana: eetus leucogaster Gmelin, 1788) satu in-
Frel = Frekuensi relatif
fi = Frekuensi suatu aktivitas
dividu (PPSC, 2005a). Lokasi pelepas-
fa = Frekuensi seluruh aktivitas. liaran burung elang adalah PPSC Cikana-
nga dan Suaka Margasatwa Cikepuh,
3. Sanitasi Burung Elang dan Kandang Ujung Kulon. Lokasi baru yang menjadi
Analisis sanitasi burung elang dan tujuan translokasi burung elang adalah
kandang dilakukan dengan mengamati PPS Yogyakarta. Jumlah burung elang
kesehatan burung elang yang dihubung- yang dilepasliarkan dibandingkan dengan
kan dengan kondisi prasarana kandang. yang mati, keberhasilannya masih sangat
rendah yaitu hanya sekitar 30%. Hal ini
disebabkan adanya perubahan sifat bu-
III. HASIL DAN PEMBAHASAN rung yang dipengaruhi lamanya waktu
penitipan di kandang PPSC sehingga bu-
A. Keragaman Jenis Burung Elang di rung terlihat agak jinak dan berkurang si-
PPSC fat liarnya terutama dalam berburu mang-
sa. Selain itu ukuran kandang yang ada
Sejak PPSC didirikan pada tahun
sangat terbatas sehingga mempengaruhi
2001 hingga saat penelitian dilakukan,
kemampuan burung elang untuk terbang.
burung elang yang dititipkan terdapat 15
Jenis burung yang ditranslokasikan ada-
jenis (Tabel 1). Jumlah burung elang di
lah burung elang bondol (H. indus) dan
PPSC saat ini setelah 11 individu ditrans-
elang laut perut putih (H. leucogaster) ke
lokasikan di Suaka Elang Taman Nasi-
pusat penyelamatan di Taman Nasional
onal Gunung Halimun-Salak terdapat 53
Kepulauan Seribu (Balai Taman Nasional
individu. Selisih jumlah burung dari ta-
Kepulauan Seribu, 2009).
hun 2001-2005 ke tahun 2006-2007 seba-
nyak 66 individu sedangkan selisih jum-
B. Perilaku Burung Elang
lah burung dari tahun 2006-2007 sampai
tahun 2008 sebanyak 93 individu. Selisih Pengamatan dan pencatatan aktivitas
jumlah individu tersebut sebagian besar dilakukan dengan mengklasifikasikan ke
karena mati, dimatikan (euthanised), dile-

261
Vol. VII No. 3 : 257-270, 2010

dalam jenis perilaku dari awal hingga Aktivitas stasioner berlangsung lama
berakhirnya aktivitas. dengan frekuensi yang kecil dan biasanya
dilakukan pada saat suhu lingkungan mu-
1. Perilaku Diam
lai naik atau tinggi sambil bertengger di
Pengamatan perilaku diam terhadap atas kayu. Aktivitas istirahat lebih banyak
burung elang di dalam kandang menun- dilakukan setelah makan. Aktivitas beris-
jukkan aktivitas stasioner merupakan ak- tirahat dilakukan dengan posisi tubuh
tivitas tertinggi yakni sebesar 29,4% di- bertengger, bagian ventral merunduk, ke-
bandingkan dengan aktivitas lainnya dua kaki mencengkeram erat pada kayu
(Gambar 1). atau tenggeran dan kedua mata terpejam,

Tabel (Table) 1. Jenis burung elang di PPSC pada tahun 2001-2005, 2006-2007, dan 2008 (Eagle species at
Cikananga Wildlife Rescue Center in the year of 2001-2005, 2006-2007, and 2008)
Populasi (Population)
Jenis burung elang (Eagle species)
(Individu)
No.
Nama daerah Nama Ilmiah 2001- 2006-
2008
(Local name) (Scientific name) 2005 2007
1. Elang jawa Spizaetus bartelsi Stresemann, 1924 8 8 4
2. Elang gunung Spizaetus alboniger Blyth, 1845 1 1 1
3. Elang brontok hitam Spizaetus cirrhatus Gmelin, 1788 69 18 9
4. Elang brontok putih Spizaetus cirrhatus Gmelin, 1788 0 31 19
5. Elang Spizaetus spp. Stresemann, 1924 0 1 0
6. Elang ular bido Spilornis cheela Latham, 1790 72 46 28
7. Elang bondol Haliastur indus Boddaert, 1783 38 38 0
8. Elang paria Milvus migrans Boddaert, 1783 1 1 1
9. Elang hitam Ichtinaetus malayensis Temminck, 1822 3 1 1
10. Elang sayap coklat Butastur liventer Temminck, 1827 1 1 0
11. Elang tikus Elanus caeruleus Desfontaines, 1789 14 3 0
12. Elang perut karat Hieraetus kienerii Saint-Hilaire, 1835 1 1 0
13. Elang ikan kepala kelabu Ichthyophaga ichthyaetus Horsfield, 1821 1 1 1
14. Elang jambul garis dagu Accipiter trivirgatus Temminck, 1824 1 0 0
15. Elang laut perut putih Haliaeetus leucogaster Gmelin, 1788 13 6 0
Total 223 157 64

Persentase aktivitas (percentage of activities) %


8

4
Stasioner (stationary)
3 Istirahat (resting)
Menggeliat (stretching)
2
Menengok (observing)

1 Angkat kaki (lifting leg )

0
Spizaetus Spizaetus Spilornis Ichtinaetus Milvus migrans Spizaetus bartelsi Ichthyophaga
cirrhatus cirrhatus cheela malayensis ichthyaetus

Jenis burung (species)

Gambar (Figure) 1. Perilaku diam pada burung elang di PPSC (The motionless behaviour of eagle species at
Cikananga Wildlife Rescue Center)
262
Pengelolaan dan Perilaku Burung Elang.....(R. Sawtri dan M. Takandjandji)

burung elang sering terlihat melakukan pala direbahkan ke belakang, disembu-


aktivitas istrahat dengan cara mengangkat nyikan di antara bulu-bulu punggung de-
satu kaki dan memasukkan ke dalam bu- ngan mata tertutup.
lu-bulu tubuhnya yang dilakukan secara Bagi burung di penangkaran yang ke-
bergantian dalam selang waktu 10-15 me- butuhan makanan dan lain-lainnya telah
nit, terutama pada waktu hari hujan. Saat terpenuhi, mereka lebih banyak melaku-
menjalankan aktivitas ini, bulu tubuh kan aktivitas diam menunggu mangsa
agak terbuka dan biasanya kepala dire- atau istirahat dibandingkan burung elang
bahkan ke belakang, disembunyikan di di alam, sehingga terlihat malas. Padahal
antara bulu-bulu punggung dengan mata burung elang merupakan predator tingkat
tertutup. Walaupun aktivitas istrahat di- tinggi (top predator) yang seharusnya le-
lakukan sambil memejamkan kedua mata bih agresif dalam mencari dan mengejar
tetapi kedua telinga tetap terjaga sehingga mangsa.
apabila ada petugas memasuki kandang,
2. Perilaku Bergerak
burung akan tersentak dan langsung ter-
bang sambil berteriak keras. Aktivitas ini Perilaku bergerak yang sering dilaku-
lebih sering dilakukan oleh burung elang kan oleh burung elang adalah terbang
ular bido (Spilornis cheela). Aktivitas (18,46%), mendatangi pakan (13,20%),
menengok dan mengangkat kaki merupa- dan berjalan (10,39%) (Gambar 2). Peri-
kan gerakan yang dilakukan dalam aktivi- laku bergerak lebih banyak dilakukan
tas beristirahat. oleh jenis burung elang hitam (I. malay-
Aktivitas menggeliat dilakukan pada ensis) dan burung elang paria (M. mig-
pagi hari atau setelah melakukan aktivitas rans), karena kedua jenis elang tersebut
istirahat. Aktivitas ini dilakukan dalam sangat aktif. Kondisi ini sesuai dengan
keadaan diam atau bertengger pada kayu keadaan burung ini di habitat alamnya
bertujuan untuk memelihara tubuh agar yang lebih banyak terbang sepanjang ha-
tetap segar yakni dengan melakukan ge- ri, baik mencari pakan maupun gliding
rakan untuk mengusir kepenatan. Menu- atau terbang mengikuti arah angin. Bu-
rut Priyono dan Handini (1996), gerakan rung elang brontok (S. cirrhatus) lebih
menggeliat dilakukan untuk melemaskan suka berjalan di tanah dan terbang mem-
otot-otot yang tegang. Hal ini merupakan bawa pakannya naik ke atas tenggeran.
suatu kepentingan untuk menghasilkan Beberapa jenis burung mempunyai va-
kondisi tubuh yang sehat, segar, dan tidak riasi bentuk dan ukuran kaki, dimana ada
mudah terserang penyakit. jenis burung yang jarang mendarat karena
Aktivitas menengok sering dilakukan mempunyai kaki yang lemah sehingga
juga oleh burung elang ular bido (Spilor- sulit atau bahkan tidak bisa digunakan
nis cheela) dan hal ini berkaitan dengan untuk berjalan (Burnie, 1992).
sifat investigasi atau menyelidiki yang di- Burung pemangsa memiliki kaki yang
milikinya sangat tinggi terutama terhadap dilengkapi dengan cakar yang panjang
lingkungan. Sifat menyelidiki tersebut di- untuk dapat menangkap mangsa sehingga
maksudkan untuk mencari tahu apakah sulit digunakan untuk berjalan. Mangsa
ada gangguan di sekitar lingkungan, se- yang diperoleh selalu dibawa ke atas
hingga dapat mempertahankan kehidupan tenggeran untuk kemudian dicabik dan
selanjutnya. dimakan, berbeda dengan burung elang
Aktivitas mengangkat kaki sering dila- ular bido (S. cheela) yang lebih menyukai
kukan oleh burung elang dalam selang melakukan aktivitas makan di lantai, ka-
waktu 10-15 menit, terutama pada waktu rena sangat sensitif terhadap gangguan.
hari hujan. Saat menjalankan aktivitas ini, Apabila dirasa ada gangguan, burung
bulu tubuh agak terbuka dan biasanya ke- elang ular bido (S. cheela) langsung
263
Vol. VII No. 3 : 257-270, 2010

Frekuensi aktivitas (frequency of activities) %


7

Spizaetus cirrhatus
5
Spizaetus cirrhatus

4 Spilornis cheela
Ichtinaetus malayensis
Milvus migrans
3
Spizaetus bartelsi
2 Ichthyophaga ichthyaetus

0
A B C D E F G H
Jenis aktivitas (Activities)

Gambar (Figure) 2. Perilaku bergerak pada burung elang di PPSC (The movement behaviour of eagle spe-
cies at Cikananga Wildlife Rescue Center)
Keterangan (Remarks):
A = Berjalan (Walking), B = Mendatangi pakan (Visiting food), C = Terbang (Flying), D = Membersihkan
diri (Cleanliness of body), E = Bersuara (Whistling), F = Meregangkan badan atau bulu (Stretching body), G
= Meloncat (Jumping), H = Membawa makanan (Taking food)

mengeluarkan suara dan memekarkan bu- ri makanan. Kemampuan terbang juga da-
lunya sehingga bentuk badannya terlihat pat menjadikan burung sebagai pemakan
lebih besar. Penglihatan dan pendengar- yang efektif, oleh karena itu bagi burung
annya sangat berperan penting dan lebih yang akan dilepasliarkan harus terlebih
sensitif dibandingkan dengan indera pen- dahulu diadaptasikan terhadap keadaan
ciuman. Burnie (1992) mengatakan, mata alam dan direhabilitasi kesehatan dan pe-
dari burung pemburu atau pemangsa sela- rilakunya dengan lingkungan yang lebih
lu mengarah lurus ke depan memberi besar agar mampu bertahan hidup pada
pandangan binokuler. Pandangan yang lingkungan yang baru.
binokuler memungkinkan burung pe-
3. Perilaku Ingestif
mangsa melihat mangsa yang mendekat.
Burung yang di dalam kandang pe- Umumnya burung pemangsa menggu-
nangkaran mempunyai kemampuan ter- nakan dua cara untuk menangkap mang-
bang yang terbatas karena luasan kan- sanya dimana pemakan ikan menangkap
dang yang terbatas, sehingga tidak me- mangsa menggunakan paruh sedangkan
mungkinkan bagi seekor burung melaku- burung pemangsa lainnya menggunakan
kan aktivitas terbang dalam waktu yang cakar untuk mencengkeram mangsa dan
lama. Umumnya burung yang sudah lama paruh digunakan untuk mencabik mangsa
di penangkaran, frekuensi dari sifat ter- (Burnie, 1992).
bang dan agresifnya akan berkurang di- Jenis burung elang brontok (S. cirrha-
bandingkan dengan burung yang hidup di tus) fase terang maupun fase gelap meng-
alam, padahal burung sudah dirancang se- habiskan waktu makan lebih lama diban-
demikian rupa untuk bisa terbang dan ke- dingkan oleh jenis burung elang lainnya
tika terbang burung membutuhkan tenaga (Gambar 3). Hal ini berkaitan erat dengan
yang besar. Kemampuan terbang pada sifat keagresifan jenis burung ini yang
burung dapat memungkinkannya untuk kurang sensitif terhadap kehadiran satwa
menjelajahi daerah yang luas saat menca- lainnya ataupun kehadiran manusia.

264
Pengelolaan dan Perilaku Burung Elang.....(R. Sawtri dan M. Takandjandji)

Frekuensi (frequency)
35

30

25

20
Makan (ingestion)
15
Defekasi (defecation)
10

Spizaetus Spizaetus Spilornis Ichthyophaga Ichtinaetus Milvus Spizaetus


cirrhatus cirrhatus cheela ichthyaetus malayensis migrans bartelsi

Jenis burung (species)

Gambar (Figure) 3. Perilaku makan burung elang di PPSC (The ingestive behaviour of eagle species at Cika-
nanga Wildlife Rescue Center)

Jenis burung elang ular bido (S. chee- ferensi terhadap suatu jenis pakan (Tabel
la) kurang agresif tetapi sangat sensitif 2).
terhadap kehadiran manusia maupun Hasil pengamatan ternyata jenis bu-
gangguan dari jenis burung lain seperti rung elang tersebut di atas (Tabel 2) lebih
burung kakatua (Cacatua sulphurea suka memilih jenis pakan hidup seperti
Gmelin, 1788) yang kandangnya terletak marmot (Marmota spp.) dan burung pu-
berdekatan dengan kandang burung ini yuh tegalan (Turnix suscitator Gmelin,
dan bersuara sangat keras. Gangguan ter- 1789) (Gambar 4 dan Gambar 5) diban-
sebut akan berpengaruh terhadap aktivitas dingkan dengan pakan dalam bentuk mati
makan (ingestif) burung elang. Apabila seperti ayam potong, karena pakan dalam
ada orang yang mendekati kandangnya, bentuk hidup lebih banyak darahnya di-
pakan yang diberikan dicengkeram, ke- bandingkan dengan pakan dalam bentuk
dua sayap dimekarkan, kemudian menun- mati. Rata-rata waktu yang digunakan un-
duk sambil berteriak. Burung ini lebih tuk mendekati pakan berupa mangsa hi-
baik menunggu untuk memulai makan dup lebih sedikit dibandingkan dengan
sampai suasana tenang, oleh karena itu, waktu mendekati pakan dalam bentuk
jenis burung elang ular bido sebaiknya di- mati. Waktu makan pada burung elang
pisahkan dari kandang jenis burung elang tersebut lebih lama atau lebih sebentar
lainnya. tergantung tingkat kesukaan burung, se-
Perilaku defekasi atau membuang ko- perti pada burung elang jawa (S. bartelsi)
toran umumnya merupakan perilaku yang lebih senang diberi potongan ayam bagi-
mengikuti aktivitas makan dan dilakukan an kepala dibandingkan dengan bagian
sekali sedangkan aktivitas minum sangat potongan ayam lainnya.
jarang dilakukan oleh burung ini, sehing- Pemberian pakan pada burung elang
ga pemberian obat-obatan untuk burung bervariasi jenisnya agar tidak terjadi keje-
jenis ini lebih mudah dengan mencam- nuhan. Jenis pakan yang diberikan ada-
purkannya dalam makanannya. lah daging ayam, kadal (Mabuya multi-
fasciata Kuhl, 1820), burung puyuh te-
4. Lama Waktu Makan
galan (Turnix suscitator), tikus (Rattus
Lama waktu makan pada burung elang spp.), marmot (Marmota spp.), dan kelin-
memperlihatkan perilaku makan yang ci (Lepus nigricollis F. Cuvier, 1823).
memiliki kecenderungan atau tingkat pre- Jumlah pakan burung elang setiap makan,

265
Vol. VII No. 3 : 257-270, 2010

Tabel (Table) 2. Lama waktu makan burung elang di PPSC (Ingestive time of eagle species at Cikananga
Wildlife Rescue Center)
Lama waktu makan (Ingestive time)
(menit/minute)
Jenis burung elang Jenis kegiatan
No. Burung puyuh
(Eagle species) (Activities) Daging ayam Marmot
tegalan
(Chicken meat) (Hamster)
(Garden quail)
1. Elang brontok fase Mendekati mangsa 40,0 4,0 2,0
terang (Spizaetus (Approaching food)
cirrhatus) Makan (Eating) 77,5 37,33 26,66
Membersihkan paruh 2,0 0,0 1,5
(Cleaning bill)
2. Elang brontok fase Mendekati mangsa 20,0 1,0 8,0
gelap (Spizaetus (Approaching food)
cirrhatus) Makan (Eating) 120,0 53,0 52,0
Membersihkan paruh 1,0 3,0 1,0
(Cleaning bill)
3. Elang ular bido Mendekati makan 82,4 4,0 3,0
(Spilornis cheela) (Approaching food)
Makan (Eating) 14,0 56,66 42,0
Membersihkan paruh 2,0 2,0 2,0
(Cleaning bill)
4. Elang hitam Mendekati mangsa 15,0 60,0 120,0
(Ichtinaetus (Approaching food)
malayensis) Makan (Eating) 45,0 25,0 20,0
Membersihkan paruh 1,0 2,0 2,0
(Cleaning bill)
5. Elang paria (Milvus Mendekati makan 15,0 2,0 0,0
migrans) (Approaching food)
Makan (Eating) 25,0 40,0 0,0
Membersihkan paruh 1,0 2,0 0,0
(Cleaning bill)
6 Elang jawa (Spizaetus Mendekati makan 20,0 10,0 0,0
bartelsi) (Approaching food)
Makan (Eating) 22,5 75,0 0,0
Membersihkan paruh 2,0 1,0 0,0
(Cleaning bill)
7. Elang ikan Mendekati mangsa 20,0 15,0 0,0
(Ichthyophaga (Approaching food)
ichthyaetus) Makan (Eating) 85,0 25,0 0,0
Membersihkan paruh 1,0 2,0 0,0
(Cleaning bill)

Gambar (Figure) 4. Burung elang


ular bido (S. cheela) sedang makan
burung puyuh tegalan (Turnix
suscitator) (Crested serpent-eagle
was eating garden quail)

266
Pengelolaan dan Perilaku Burung Elang.....(R. Sawtri dan M. Takandjandji)

Gambar (Figure) 5. Burung elang


brontok (S. cirrhatus) fase terang
sedang makan marmot (Marmota spp.)
(Changeable hawk-eagle was eating
hamster)

yaitu kadal (dua ekor), marmot (satu Cara burung elang memangsa pakan
ekor), burung puyuh tegalan (satu ekor), hidup berupa burung puyuh, yakni mang-
katak (dua ekor) atau tikus (satu ekor) da- sa langsung ditangkap, dibawa ke atas
lam keadaan hidup, sedangkan daging tenggeran, bulu-bulunya dibersihkan dan
ayam atau daging kelinci sebanyak 200 g bagian perut yang dimakan terlebih dahu-
diberikan dalam keadaan mati (Nuraida, lu. Berdasarkan hasil pengamatan, burung
2005). Selain itu ditambahkan pula feed elang tidak menyukai mangsa yang masih
supplement setiap bulan untuk mening- berbulu, sehingga bulu-bulu tersebut di-
katkan nafsu makannya. Umumnya pem- bersihkan lalu kemudian dimakan dan
berian pakan dilakukan sebanyak 10% apabila masih terdapat bulu-bulu yang
dari berat badan dengan frekuensi pembe- tertinggal akan dibersihkan hingga bersih.
rian dua hari sekali. Setelah pemberian Namun apabila mangsa langsung dima-
pakan tersebut di atas, burung-burung ter- kan tanpa pembersihan bulu-bulu terlebih
sebut dipuasakan setiap hari Senin dan dahulu, maka setelah kurang lebih lima
Kamis dalam seminggu untuk menghin- jam kemudian bulu-bulu tersebut dimun-
dari kegemukan atau obesitas. Saat ini je- tahkan kembali.
nis pakan seperti burung puter dan bu- Burung pemangsa pada umumnya ti-
rung pipit sudah tidak diberikan lagi, ka- dak dapat mengunyah makanannya kare-
rena tidak ada pasokan dari masyarakat na tidak memiliki gigi, sehingga mangsa
dan jenisnya digantikan oleh burung pu- biasanya disobek dengan menggunakan
yuh tegalan yang ditangkap oleh masya- cakar atau ditelan secara utuh, berarti bu-
rakat sekitar kawasan dengan cara meng- rung pemangsa dapat menelan tulang dan
obor pada malam hari. bulu yang semuanya tidak dapat dicerna.
Pemberian pakan berupa mangsa hi- Oleh karena itu makanan yang dimakan
dup, seperti marmot dan burung puyuh dapat dimuntahkan kembali bersama ben-
tegalan pada umumnya lebih disukai. da-benda yang tidak dapat dicerna dalam
Hal ini dapat dilihat dari sisa bagian pa- bentuk padat.
kan yang hanya berupa bulu dan bagian
dalam (jeroan). Pemberian pakan hidup C. Pengelolaan Burung Elang dan Kan-
akan menumbuhkan naluri liar burung dang
elang untuk berburu mangsanya. Sisa-sisa Sanitasi terhadap lingkungan, baik pa-
makanan tersebut dibersihkan pada sore da burung maupun kandang merupakan
atau pagi hari agar tidak mengundang la- kegiatan rehabilitasi burung elang yang
lat ataupun tumbuhnya jamur. meliputi perawatan dan pemulihan.
267
Vol. VII No. 3 : 257-270, 2010

Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa dengan mengoperasi bagian kaki yang
tahapan, yaitu perawatan burung elang di terserang. Obat-obat yang diberikan ada-
dalam kandang karantina, kandang sosia- lah Betadine yang mengandung povidine
lisasi, dan kandang pre-release (habitua- iodine 10%, ball badage yang mengan-
si) serta pemeriksaan kesehatan. Sanitasi dung interdigital bandage, Amoxilin 100
kandang dilakukan dua kali dalam sehari, mg/kg berat badan P.O, Roxin (Euro-
yaitu pada pagi hari sebelum pemberian floxacin) 15 mg/kg berat badan satu kali
pakan dan sore hari sebelum animal keep- sehari selama tujuh hari. Selain itu diberi-
er (perawat satwa) kembali ke rumah. kan Ryrnadyl (Carfropen) 10 mg/kg P.O,
Kondisi kesehatan burung berdasarkan Ketofer (Ketoprofen) 1-5 g untuk satu ka-
hasil pemeriksaan laboratorium Balai Be- li per hari selama tiga hari (Rosnaedy dan
sar Penelitian Veteriner adalah bebas dari Setiaji, 2006). Timbulnya penyakit ini ka-
penyakit cacing, karena setiap dua bulan rena kurang vitamin, gigitan hewan, sani-
diberi obat cacing dan kutu seperti Vibra- tasi kandang yang buruk, luka waktu pe-
gan dan Ultra-care. Namun pada burung nangkapan, contohnya perangkap burung,
elang jawa (S. bartelsi) yang ada di kan- tertusuk benda tajam, dikandangkan da-
dang pre-release memiliki kandungan ja- lam waktu yang lama, dan kegemukan
mur Aspergillus flavus 105 CFU/g, ke- yang mengakibatkan tekanan badan ter-
adaan ini belum begitu membahayakan hadap kaki (Fowler, 1993).
kesehatan burung tersebut. Namun apabi- Kondisi burung elang selama di PPSC
la kandungan jamur Aspergillosis dan je- selain dipengaruhi oleh kesehatan juga
nis lainnya terdapat pada saluran perna- sebagai akibat dari sanitasi kandang. Sa-
pasan meliputi beberapa macam jamur nitasi kandang, meliputi kegiatan pem-
yang bersifat pathogenic seperti Asper- bersihan kandang yang dilakukan dua ka-
gillus fumigatus, A. flavus, A. niger, A. li per hari pada waktu pagi dan sore hari
nidulans, A. terreus, A. glaucus, dan Pe- sebelum diberi pakan dan sesudah diberi
nicillium spp. akan membahayakan atau pakan untuk membersihkan kandang dari
bahkan menyebabkan kematian pada bu- sisa-sisa makanan yang akan menimbul-
rung. Pengobatan yang dapat dilakukan kan tumbuhnya jamur, di samping itu
adalah pemberian obat kumur, serbuk kondisi kandang yang ada tidak cukup
chlorine atau sulphur 0,1-0,2%, potasium memadai dari segi prasarana dan kese-
iodide dalam air minum, amphotericin B, hatan. Aspek yang mempengaruhi adalah
dan nystatin (Soedrajat, 2007). matahari dan kondisi kandang.
Penyakit yang ditemui pada burung Untuk mencegah timbulnya jamur dan
elang di PPSC di antaranya adalah menjaga kebersihan kandang digunakan
bumble foot yang menyerang tiga indivi- desinfektan seperti disinfectant biocide
du burung elang hitam (I. malayensis) dengan dosis 25 ml dalam 10 liter air,
dan dua individu burung elang jawa (S. spectaral lima ml dalam empat liter air
bartelsi). Bumble foot adalah pedoderma- ataupun detol cair yang disiramkan di
titis pada telapak kaki burung elang de- kandang setiap bulan, sehingga jamur ti-
ngan ciri-ciri ultus, cellulitis, dan abcess dak akan tumbuh.
pada bagian jaringan epitel atau lapisan
epithelium bagian superficial yang diikuti IV. KESIMPULAN DAN SARAN
oleh infeksi bakteri seperti Escheria coli
dan Staphylococcus aureus (Gray, 1997; A. Kesimpulan
Best, 2002). Indikasi yang dapat dilihat 1. Burung elang saat ini yang terdapat di
adalah peradangan kaki disebabkan oleh PPSC sejumlah 64 individu sebelum
berbagai hal yang biasanya disertai abrasi ditranslokasikan ke Suaka Elang, Ta-
ulcerasi, pembengkakan, dan kuku patah. man Nasional Gunung Halimun Salak
Pengobatan yang telah dilakukan adalah
268
Pengelolaan dan Perilaku Burung Elang.....(R. Sawtri dan M. Takandjandji)

(TNGHS) sedangkan jumlah burung DAFTAR PUSTAKA


yang dilepasliarkan sampai tahun Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu.
2005 berjumlah 31 individu. Keber- 2009. Program Prioritas tahun 2005-
hasilan program penyelamatan satwa 2009. http://www.tnlkepulauanseribu.
khususnya elang, masih rendah, seki- Diakses tanggal 15 Mei 2009.
tar 30% dibandingkan dengan angka Best, R. 2002. Pemangsa Medicine and
kematian burung di PPSC akibat ja- Surgeri. http://zoovet.eusa.ed.ac.uk
mur sekitar 95%. /birds % 20 of % 20 prey %
2. Pengamatan perilaku burung elang se- .202.doc. Diakses tanggal 25 Mei
bagai salah satu kegiatan evaluasi ke- 2009.
adaan spesies untuk dilepasliarkan, Burnie, D. 1992. Burung. Seri Eyewit-
memperlihatkan bahwa aktivitas sta- ness. Dorling Kindersley Bekerja-
sioner (29,4%) sebagai bagian dari sama The Natural History Museum.
perilaku diam merupakan aktivitas London.
tertinggi dibandingkan dengan aktivi- Fowler, M.E. 1993. Zoo and Wild Ani-
tas lainnya. Perilaku bergerak yang mal Medicine Curent Therapi 3nd
sering dilakukan oleh jenis burung Edition WB Saunders Company.
elang adalah terbang (18,46%), men- USA.
datangi pakan (13,20%), dan berjalan Gray,W. 1997. What is Bumble Foot.
(10,39%). Perilaku makan dinyatakan http://www.falconeria. Org/veterinaria
dalam lama waktu makan dan mende- /bumble/What is Bumble Foot. htm.
kati mangsanya, pemberian pakan be- Diakses tanggal 25 Mei 2009.
rupa mangsa hidup memperpendek Nuraida. 2005. Manajemen Pemberian
waktu mendekati makan maupun Pakan Satwaliar di Pusat Penyela-
waktu makannya. matan Satwa Cikananga. Laporan
3. Upaya pengelolaan lingkungan di Pu- Praktek Magang Mahasiswa D3. De-
sat Penyelamatan Satwa Cikananga partemen Klinik Veteriner. IPB.
(PPSC) dalam program konservasi ex- Priyono, N.S dan S. Handini. 1996. Me-
situ raptor Indonesia adalah melalui melihara, Menangkar dan Melatih
sanitasi lingkungan yang dilakukan Nuri. Penebar Swadaya. Jakarta.
dengan pemeriksaan kesehatan, pem- Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga
berian obat-obatan, dan pembersihan (PPSC). 2005a. Raptor Management
kandang. at the Cikananga Wildlife Rescue
Center (PPSC) Indonesia.
B. Saran Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga
1. Kondisi burung elang di kandang per- (PPSC). 2005b. Upaya Pengelolaan
lu dimonitor kesehatannya dan di- Lingkungan (UPL) Hidup dan Upa-
bangkitkan kembali naluri liarnya de- ya Pemantauan Lingkungan Hidup
ngan memberi pakan mangsa hidup (UPL) Pusat Penyelamatan Satwa
terutama terhadap jenis-jenis yang Cikananga (PPSC), Kampung Cika-
akan dilepasliarkan kembali. nanga, Desa Cisitu, Kecamatan Nya-
2. Translokasi atau pemindahan ke loka- lindung, Kabupaten Sukabumi.
si yang baru harus memperhatikan ke- Rahman, Z., F.M. Fuad, and R. Sozer.
amanan dan kenyaman bagi jenis-je- 2005. The Management of Confis-
nis elang yang akan dilepasliarkan cated Raptors at Animal Rescue
terutama daerah pelepasan, populasi Centres in Indonesia. Proceedings of
yang pernah mendiami daerah pele- the 4th Symposium on Asian Rap-
pasan, daya dukung habitat, dan ling- tors 2005. Asean Raptor Research &
kungan sekitar. conservation Network, Malaysian

269
Vol. VII No. 3 : 257-270, 2010

Nature Society, 28-31 October 2005, dap Satwa Unggas di Pusat Penyela-
Taiping, Perak, Malaysia. Hal 225. matan Satwa Cikananga. Bericik 17.
Rosnaedy, D. dan G. Setiaji. 2006. La- PPSC.
poran Magang Profesi: Program Pen- Sudjana, M.A. 1992. Metode Statistika.
didikan Profesi Dokter Hewan Penerbit Tarsito. Bandung.
(PPDH). Pusat Penyelamatan Satwa Takandjandji, M. dan M. Mite. 2008. Pe-
Cikananga, Kampung Cikananga, rilaku Burung Beo Alor di Penang-
Desa Cisitu, Kecamatan Nyalindung, karan Oilsonbai, Nusa Tenggara Ti-
Kabupaten Sukabumi. mur. Buletin Plasma Nutfah 14(1):
Soedrajat, A. 2007. Pengendalian Ke- 43-48. Badan Penelitian dan Pe-
amanan Biologi Bio-Security terha- ngembangan Pertanian.

270

You might also like