Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Elang
Jurnal Elang
, 2010
s
ABSTRACT
Wildlife Rescue Center of Cikananga (PPSC), is a non governmental organization (NGO) which has
facilitated rescue and rehabilitated wildlife, released wildlife to nature, and educated wildlife conservation
programs. The purposes of this study were to obtain information on management and behaviour of eagles at
the PPSC. Method was done by tabulation of eagle species from the year of 2005-2008, average activities as
motionless, movement and eating behaviour. The number of eagles in the PPSC was 65 individuals which
included in 14 species. The total number of eagles released to the nature was 31 individuals until 2005.
Observation in cage showed that stasionary activity as a part of motionless behaviour was about 29.4%; this
activity was done in a long time but withless frequency. Moreover, the stasionary activity was done when the
temperature of environment colder and the birds stayed on the woody stick. The frequent movement
behaviours were flying (18.46%), visiting food (13.20%), and walking (10.39%). The eating behaviours were
different by eagle species and food kinds. Feeding live prey could raise wildbeast behaviour, shorter time of
visiting and eating food. Species and environment sanitation were done by checking of eagle healthy, giving
of medicine and cleaning of cage.
Keywords: PPSC, eagle, management, behaviour, sanitation
ABSTRAK
Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) merupakan salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM)
yang memfasilitasi penyelamatan dan rehabilitasi satwaliar, pelepasliaran satwaliar ke habitat alamnya, dan
pendidikan program konservasi satwaliar. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi tentang
pengelolaan dan perilaku burung elang di PPSC. Metode yang digunakan adalah tabulasi keragaman jenis
burung elang dari tahun 2005-2008, rata-rata aktivitas perilaku diam, bergerak dan ingestif. Burung elang di
PPSC berjumlah 65 individu, 14 jenis dan yang telah dilepasliarkan sampai tahun 2005 berjumlah 31
individu. Pengamatan di kandang menunjukkan aktivitas stasioner (diam) yang merupakan bagian perilaku
diam sebesar 29,4% yang berlangsung lama dengan frekuensi kecil. Aktivitas ini dilakukan saat suhu
lingkungan mulai naik atau tinggi dengan bertengger pada kayu. Perilaku bergerak yang sering dilakukan
adalah terbang (18,46%), mendatangi pakan (13,20%), dan berjalan (10,39%). Perilaku makan dibedakan
menurut jenis burung dan pakan. Pemberian pakan berupa mangsa hidup membangkitkan sifat liar,
memperpendek waktu mendekati makan maupun aktivitas makan. Sanitasi burung elang dan lingkungan
dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan, pemberian obat-obatan, dan pembersihan kandang.
Kata kunci: PPSC, burung elang, pengelolaan, perilaku, sanitasi
257
Vol. VII No. 3 : 257-270, 2010
siang dan malam hari antara 18-230C minck, 1822), burung elang paria (Milvus
sedangkan kelembaban yang cukup tinggi migrans Boddaert, 1783), dan burung
merupakan hasil dari curah hujan tahunan elang ikan kepala kelabu (Ichthyophaga
dengan nilai rata-rata jumlah hujan (Q) ichthyaetus Horsfield, 1821), teropong bi-
basah sebesar 0,50 atau 50% yang terma- nokuler, jenis pakan burung, kandang,
suk tipe curah hujan C atau agak basah. alat tulis, kamera, jam, kantong plastik,
Struktur vegetasi yang mendominasi faeces (kotoran) burung elang, dan for-
areal PPSC di antaranya pohon jeunjing malin.
(Paraserianthes falcataria (L) I.C.Niel-
sen) dan johe (Emilia sonchifolia (L) C. Prosedur Kerja
D.C), sedangkan tumbuhan bawah dido-
minasi oleh kirinyuh (Eupatorium odora- 1. Keragaman Jenis Burung Elang di
tum L.) dan babadotan (Ageratum cony- PPSC
zoides L.) (PPSC, 2005b). Keragaman jenis burung elang di
Satwaliar yang dapat dijumpai di are- PPSC dikaji melalui data sekunder yang
al PPSC terdiri dari aves, mamalia, repti- dikompilasi dari tahun 2001-2008 untuk
lia, amphibia, dan serangga. Jenis mama- memperoleh informasi tingkat keberhasil-
lia yang ditemukan di kawasan PPSC di an program rehabilitasi dan pelepasliaran
antaranya adalah kukang jawa (Nyctice- di habitat alamnya.
bus coucang Boddaert,1785), kucing hu-
tan (Felis bengalensis Linnaeus, 1758), 2. Pengamatan Perilaku
musang luwak (Paradoxurus hermaphro- Pengamatan perilaku burung elang di-
ditus Pallas, 1777), trenggiling (Manis ja- bedakan menjadi dua yaitu pengamatan
vanica Desmarest, 1822), bajing kekes individual dan pengamatan kelompok se-
(Exilisciurus exilis Moore, 1958), garang- bagai bahan pembanding. Pengamatan in-
an (Herpestes semitorquatus Gray, 1846), dividual adalah pengamatan yang dilaku-
lalai kembang (Eonycteris spelaea Dob- kan pada masing-masing individu burung
son, 1871), dan codot krawar (Cynop- elang di dalam kandang sosialisasi de-
terus brachyotis Muller, 1838). Jenis aves ngan tujuan untuk mengetahui perilaku
yang dijumpai di areal ini sebanyak 35 je- harian. Perilaku yang diamati di antara-
nis, di antaranya tepus pipi perak (Stachy- nya perilaku diam, bergerak, dan ingestif
ris melanothorax Temminck, 1823), pu- (makan). Jumlah individu yang diamati
yuh tegalan (Turnix suscitator Gmelin, untuk melakukan pengamatan perilaku
1789), cekakak jawa (Halcyon cyanoven- tersebut yaitu tujuh ekor diantaranya bu-
tris Vieillot, 1818), dan cekakak sungai rung elang jawa (S. bartelsi), burung elang
(Todirhamphus chloris Boddaert, 1783) brontok fase terang (S. cirrhatus), burung
(PPSC, 2005b). elang brontok fase gelap (S. cirrhatus),
burung elang ular bido (S. cheela), bu-
B. Bahan dan Alat rung elang hitam (I. malayensis), burung
Bahan dan alat yang dipergunakan da- elang paria (M. migrans), dan burung
lam penelitian ini diantaranya adalah bu- elang ikan kepala kelabu (I. ichthyaetus)
rung elang seperti burung elang jawa yang dipilih secara acak.
(Spizaetus bartelsi Stresemann, 1924), bu- Pengamatan burung elang dalam ke-
rung elang brontok fase terang (Spizaetus lompok dilakukan untuk mengetahui in-
cirrhatus Gmelin, 1788), burung elang teraksi sosial dalam struktur kecil. Jum-
brontok fase gelap (Spizaetus cirrhatus lah burung yang diamati yakni sebanyak
Gmelin, 1788), burung elang ular bido lima individu elang ular bido (S. cheela),
(Spilornis cheela Latham, 1790), burung karena jenis burung elang lainnya tidak
elang hitam (Ichtinaetus malayensis Tem- memungkinkan untuk dicampur dalam
satu kandang sosialisasi.
259
Vol. VII No. 3 : 257-270, 2010
261
Vol. VII No. 3 : 257-270, 2010
dalam jenis perilaku dari awal hingga Aktivitas stasioner berlangsung lama
berakhirnya aktivitas. dengan frekuensi yang kecil dan biasanya
dilakukan pada saat suhu lingkungan mu-
1. Perilaku Diam
lai naik atau tinggi sambil bertengger di
Pengamatan perilaku diam terhadap atas kayu. Aktivitas istirahat lebih banyak
burung elang di dalam kandang menun- dilakukan setelah makan. Aktivitas beris-
jukkan aktivitas stasioner merupakan ak- tirahat dilakukan dengan posisi tubuh
tivitas tertinggi yakni sebesar 29,4% di- bertengger, bagian ventral merunduk, ke-
bandingkan dengan aktivitas lainnya dua kaki mencengkeram erat pada kayu
(Gambar 1). atau tenggeran dan kedua mata terpejam,
Tabel (Table) 1. Jenis burung elang di PPSC pada tahun 2001-2005, 2006-2007, dan 2008 (Eagle species at
Cikananga Wildlife Rescue Center in the year of 2001-2005, 2006-2007, and 2008)
Populasi (Population)
Jenis burung elang (Eagle species)
(Individu)
No.
Nama daerah Nama Ilmiah 2001- 2006-
2008
(Local name) (Scientific name) 2005 2007
1. Elang jawa Spizaetus bartelsi Stresemann, 1924 8 8 4
2. Elang gunung Spizaetus alboniger Blyth, 1845 1 1 1
3. Elang brontok hitam Spizaetus cirrhatus Gmelin, 1788 69 18 9
4. Elang brontok putih Spizaetus cirrhatus Gmelin, 1788 0 31 19
5. Elang Spizaetus spp. Stresemann, 1924 0 1 0
6. Elang ular bido Spilornis cheela Latham, 1790 72 46 28
7. Elang bondol Haliastur indus Boddaert, 1783 38 38 0
8. Elang paria Milvus migrans Boddaert, 1783 1 1 1
9. Elang hitam Ichtinaetus malayensis Temminck, 1822 3 1 1
10. Elang sayap coklat Butastur liventer Temminck, 1827 1 1 0
11. Elang tikus Elanus caeruleus Desfontaines, 1789 14 3 0
12. Elang perut karat Hieraetus kienerii Saint-Hilaire, 1835 1 1 0
13. Elang ikan kepala kelabu Ichthyophaga ichthyaetus Horsfield, 1821 1 1 1
14. Elang jambul garis dagu Accipiter trivirgatus Temminck, 1824 1 0 0
15. Elang laut perut putih Haliaeetus leucogaster Gmelin, 1788 13 6 0
Total 223 157 64
4
Stasioner (stationary)
3 Istirahat (resting)
Menggeliat (stretching)
2
Menengok (observing)
0
Spizaetus Spizaetus Spilornis Ichtinaetus Milvus migrans Spizaetus bartelsi Ichthyophaga
cirrhatus cirrhatus cheela malayensis ichthyaetus
Gambar (Figure) 1. Perilaku diam pada burung elang di PPSC (The motionless behaviour of eagle species at
Cikananga Wildlife Rescue Center)
262
Pengelolaan dan Perilaku Burung Elang.....(R. Sawtri dan M. Takandjandji)
Spizaetus cirrhatus
5
Spizaetus cirrhatus
4 Spilornis cheela
Ichtinaetus malayensis
Milvus migrans
3
Spizaetus bartelsi
2 Ichthyophaga ichthyaetus
0
A B C D E F G H
Jenis aktivitas (Activities)
Gambar (Figure) 2. Perilaku bergerak pada burung elang di PPSC (The movement behaviour of eagle spe-
cies at Cikananga Wildlife Rescue Center)
Keterangan (Remarks):
A = Berjalan (Walking), B = Mendatangi pakan (Visiting food), C = Terbang (Flying), D = Membersihkan
diri (Cleanliness of body), E = Bersuara (Whistling), F = Meregangkan badan atau bulu (Stretching body), G
= Meloncat (Jumping), H = Membawa makanan (Taking food)
mengeluarkan suara dan memekarkan bu- ri makanan. Kemampuan terbang juga da-
lunya sehingga bentuk badannya terlihat pat menjadikan burung sebagai pemakan
lebih besar. Penglihatan dan pendengar- yang efektif, oleh karena itu bagi burung
annya sangat berperan penting dan lebih yang akan dilepasliarkan harus terlebih
sensitif dibandingkan dengan indera pen- dahulu diadaptasikan terhadap keadaan
ciuman. Burnie (1992) mengatakan, mata alam dan direhabilitasi kesehatan dan pe-
dari burung pemburu atau pemangsa sela- rilakunya dengan lingkungan yang lebih
lu mengarah lurus ke depan memberi besar agar mampu bertahan hidup pada
pandangan binokuler. Pandangan yang lingkungan yang baru.
binokuler memungkinkan burung pe-
3. Perilaku Ingestif
mangsa melihat mangsa yang mendekat.
Burung yang di dalam kandang pe- Umumnya burung pemangsa menggu-
nangkaran mempunyai kemampuan ter- nakan dua cara untuk menangkap mang-
bang yang terbatas karena luasan kan- sanya dimana pemakan ikan menangkap
dang yang terbatas, sehingga tidak me- mangsa menggunakan paruh sedangkan
mungkinkan bagi seekor burung melaku- burung pemangsa lainnya menggunakan
kan aktivitas terbang dalam waktu yang cakar untuk mencengkeram mangsa dan
lama. Umumnya burung yang sudah lama paruh digunakan untuk mencabik mangsa
di penangkaran, frekuensi dari sifat ter- (Burnie, 1992).
bang dan agresifnya akan berkurang di- Jenis burung elang brontok (S. cirrha-
bandingkan dengan burung yang hidup di tus) fase terang maupun fase gelap meng-
alam, padahal burung sudah dirancang se- habiskan waktu makan lebih lama diban-
demikian rupa untuk bisa terbang dan ke- dingkan oleh jenis burung elang lainnya
tika terbang burung membutuhkan tenaga (Gambar 3). Hal ini berkaitan erat dengan
yang besar. Kemampuan terbang pada sifat keagresifan jenis burung ini yang
burung dapat memungkinkannya untuk kurang sensitif terhadap kehadiran satwa
menjelajahi daerah yang luas saat menca- lainnya ataupun kehadiran manusia.
264
Pengelolaan dan Perilaku Burung Elang.....(R. Sawtri dan M. Takandjandji)
Frekuensi (frequency)
35
30
25
20
Makan (ingestion)
15
Defekasi (defecation)
10
Gambar (Figure) 3. Perilaku makan burung elang di PPSC (The ingestive behaviour of eagle species at Cika-
nanga Wildlife Rescue Center)
Jenis burung elang ular bido (S. chee- ferensi terhadap suatu jenis pakan (Tabel
la) kurang agresif tetapi sangat sensitif 2).
terhadap kehadiran manusia maupun Hasil pengamatan ternyata jenis bu-
gangguan dari jenis burung lain seperti rung elang tersebut di atas (Tabel 2) lebih
burung kakatua (Cacatua sulphurea suka memilih jenis pakan hidup seperti
Gmelin, 1788) yang kandangnya terletak marmot (Marmota spp.) dan burung pu-
berdekatan dengan kandang burung ini yuh tegalan (Turnix suscitator Gmelin,
dan bersuara sangat keras. Gangguan ter- 1789) (Gambar 4 dan Gambar 5) diban-
sebut akan berpengaruh terhadap aktivitas dingkan dengan pakan dalam bentuk mati
makan (ingestif) burung elang. Apabila seperti ayam potong, karena pakan dalam
ada orang yang mendekati kandangnya, bentuk hidup lebih banyak darahnya di-
pakan yang diberikan dicengkeram, ke- bandingkan dengan pakan dalam bentuk
dua sayap dimekarkan, kemudian menun- mati. Rata-rata waktu yang digunakan un-
duk sambil berteriak. Burung ini lebih tuk mendekati pakan berupa mangsa hi-
baik menunggu untuk memulai makan dup lebih sedikit dibandingkan dengan
sampai suasana tenang, oleh karena itu, waktu mendekati pakan dalam bentuk
jenis burung elang ular bido sebaiknya di- mati. Waktu makan pada burung elang
pisahkan dari kandang jenis burung elang tersebut lebih lama atau lebih sebentar
lainnya. tergantung tingkat kesukaan burung, se-
Perilaku defekasi atau membuang ko- perti pada burung elang jawa (S. bartelsi)
toran umumnya merupakan perilaku yang lebih senang diberi potongan ayam bagi-
mengikuti aktivitas makan dan dilakukan an kepala dibandingkan dengan bagian
sekali sedangkan aktivitas minum sangat potongan ayam lainnya.
jarang dilakukan oleh burung ini, sehing- Pemberian pakan pada burung elang
ga pemberian obat-obatan untuk burung bervariasi jenisnya agar tidak terjadi keje-
jenis ini lebih mudah dengan mencam- nuhan. Jenis pakan yang diberikan ada-
purkannya dalam makanannya. lah daging ayam, kadal (Mabuya multi-
fasciata Kuhl, 1820), burung puyuh te-
4. Lama Waktu Makan
galan (Turnix suscitator), tikus (Rattus
Lama waktu makan pada burung elang spp.), marmot (Marmota spp.), dan kelin-
memperlihatkan perilaku makan yang ci (Lepus nigricollis F. Cuvier, 1823).
memiliki kecenderungan atau tingkat pre- Jumlah pakan burung elang setiap makan,
265
Vol. VII No. 3 : 257-270, 2010
Tabel (Table) 2. Lama waktu makan burung elang di PPSC (Ingestive time of eagle species at Cikananga
Wildlife Rescue Center)
Lama waktu makan (Ingestive time)
(menit/minute)
Jenis burung elang Jenis kegiatan
No. Burung puyuh
(Eagle species) (Activities) Daging ayam Marmot
tegalan
(Chicken meat) (Hamster)
(Garden quail)
1. Elang brontok fase Mendekati mangsa 40,0 4,0 2,0
terang (Spizaetus (Approaching food)
cirrhatus) Makan (Eating) 77,5 37,33 26,66
Membersihkan paruh 2,0 0,0 1,5
(Cleaning bill)
2. Elang brontok fase Mendekati mangsa 20,0 1,0 8,0
gelap (Spizaetus (Approaching food)
cirrhatus) Makan (Eating) 120,0 53,0 52,0
Membersihkan paruh 1,0 3,0 1,0
(Cleaning bill)
3. Elang ular bido Mendekati makan 82,4 4,0 3,0
(Spilornis cheela) (Approaching food)
Makan (Eating) 14,0 56,66 42,0
Membersihkan paruh 2,0 2,0 2,0
(Cleaning bill)
4. Elang hitam Mendekati mangsa 15,0 60,0 120,0
(Ichtinaetus (Approaching food)
malayensis) Makan (Eating) 45,0 25,0 20,0
Membersihkan paruh 1,0 2,0 2,0
(Cleaning bill)
5. Elang paria (Milvus Mendekati makan 15,0 2,0 0,0
migrans) (Approaching food)
Makan (Eating) 25,0 40,0 0,0
Membersihkan paruh 1,0 2,0 0,0
(Cleaning bill)
6 Elang jawa (Spizaetus Mendekati makan 20,0 10,0 0,0
bartelsi) (Approaching food)
Makan (Eating) 22,5 75,0 0,0
Membersihkan paruh 2,0 1,0 0,0
(Cleaning bill)
7. Elang ikan Mendekati mangsa 20,0 15,0 0,0
(Ichthyophaga (Approaching food)
ichthyaetus) Makan (Eating) 85,0 25,0 0,0
Membersihkan paruh 1,0 2,0 0,0
(Cleaning bill)
266
Pengelolaan dan Perilaku Burung Elang.....(R. Sawtri dan M. Takandjandji)
yaitu kadal (dua ekor), marmot (satu Cara burung elang memangsa pakan
ekor), burung puyuh tegalan (satu ekor), hidup berupa burung puyuh, yakni mang-
katak (dua ekor) atau tikus (satu ekor) da- sa langsung ditangkap, dibawa ke atas
lam keadaan hidup, sedangkan daging tenggeran, bulu-bulunya dibersihkan dan
ayam atau daging kelinci sebanyak 200 g bagian perut yang dimakan terlebih dahu-
diberikan dalam keadaan mati (Nuraida, lu. Berdasarkan hasil pengamatan, burung
2005). Selain itu ditambahkan pula feed elang tidak menyukai mangsa yang masih
supplement setiap bulan untuk mening- berbulu, sehingga bulu-bulu tersebut di-
katkan nafsu makannya. Umumnya pem- bersihkan lalu kemudian dimakan dan
berian pakan dilakukan sebanyak 10% apabila masih terdapat bulu-bulu yang
dari berat badan dengan frekuensi pembe- tertinggal akan dibersihkan hingga bersih.
rian dua hari sekali. Setelah pemberian Namun apabila mangsa langsung dima-
pakan tersebut di atas, burung-burung ter- kan tanpa pembersihan bulu-bulu terlebih
sebut dipuasakan setiap hari Senin dan dahulu, maka setelah kurang lebih lima
Kamis dalam seminggu untuk menghin- jam kemudian bulu-bulu tersebut dimun-
dari kegemukan atau obesitas. Saat ini je- tahkan kembali.
nis pakan seperti burung puter dan bu- Burung pemangsa pada umumnya ti-
rung pipit sudah tidak diberikan lagi, ka- dak dapat mengunyah makanannya kare-
rena tidak ada pasokan dari masyarakat na tidak memiliki gigi, sehingga mangsa
dan jenisnya digantikan oleh burung pu- biasanya disobek dengan menggunakan
yuh tegalan yang ditangkap oleh masya- cakar atau ditelan secara utuh, berarti bu-
rakat sekitar kawasan dengan cara meng- rung pemangsa dapat menelan tulang dan
obor pada malam hari. bulu yang semuanya tidak dapat dicerna.
Pemberian pakan berupa mangsa hi- Oleh karena itu makanan yang dimakan
dup, seperti marmot dan burung puyuh dapat dimuntahkan kembali bersama ben-
tegalan pada umumnya lebih disukai. da-benda yang tidak dapat dicerna dalam
Hal ini dapat dilihat dari sisa bagian pa- bentuk padat.
kan yang hanya berupa bulu dan bagian
dalam (jeroan). Pemberian pakan hidup C. Pengelolaan Burung Elang dan Kan-
akan menumbuhkan naluri liar burung dang
elang untuk berburu mangsanya. Sisa-sisa Sanitasi terhadap lingkungan, baik pa-
makanan tersebut dibersihkan pada sore da burung maupun kandang merupakan
atau pagi hari agar tidak mengundang la- kegiatan rehabilitasi burung elang yang
lat ataupun tumbuhnya jamur. meliputi perawatan dan pemulihan.
267
Vol. VII No. 3 : 257-270, 2010
Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa dengan mengoperasi bagian kaki yang
tahapan, yaitu perawatan burung elang di terserang. Obat-obat yang diberikan ada-
dalam kandang karantina, kandang sosia- lah Betadine yang mengandung povidine
lisasi, dan kandang pre-release (habitua- iodine 10%, ball badage yang mengan-
si) serta pemeriksaan kesehatan. Sanitasi dung interdigital bandage, Amoxilin 100
kandang dilakukan dua kali dalam sehari, mg/kg berat badan P.O, Roxin (Euro-
yaitu pada pagi hari sebelum pemberian floxacin) 15 mg/kg berat badan satu kali
pakan dan sore hari sebelum animal keep- sehari selama tujuh hari. Selain itu diberi-
er (perawat satwa) kembali ke rumah. kan Ryrnadyl (Carfropen) 10 mg/kg P.O,
Kondisi kesehatan burung berdasarkan Ketofer (Ketoprofen) 1-5 g untuk satu ka-
hasil pemeriksaan laboratorium Balai Be- li per hari selama tiga hari (Rosnaedy dan
sar Penelitian Veteriner adalah bebas dari Setiaji, 2006). Timbulnya penyakit ini ka-
penyakit cacing, karena setiap dua bulan rena kurang vitamin, gigitan hewan, sani-
diberi obat cacing dan kutu seperti Vibra- tasi kandang yang buruk, luka waktu pe-
gan dan Ultra-care. Namun pada burung nangkapan, contohnya perangkap burung,
elang jawa (S. bartelsi) yang ada di kan- tertusuk benda tajam, dikandangkan da-
dang pre-release memiliki kandungan ja- lam waktu yang lama, dan kegemukan
mur Aspergillus flavus 105 CFU/g, ke- yang mengakibatkan tekanan badan ter-
adaan ini belum begitu membahayakan hadap kaki (Fowler, 1993).
kesehatan burung tersebut. Namun apabi- Kondisi burung elang selama di PPSC
la kandungan jamur Aspergillosis dan je- selain dipengaruhi oleh kesehatan juga
nis lainnya terdapat pada saluran perna- sebagai akibat dari sanitasi kandang. Sa-
pasan meliputi beberapa macam jamur nitasi kandang, meliputi kegiatan pem-
yang bersifat pathogenic seperti Asper- bersihan kandang yang dilakukan dua ka-
gillus fumigatus, A. flavus, A. niger, A. li per hari pada waktu pagi dan sore hari
nidulans, A. terreus, A. glaucus, dan Pe- sebelum diberi pakan dan sesudah diberi
nicillium spp. akan membahayakan atau pakan untuk membersihkan kandang dari
bahkan menyebabkan kematian pada bu- sisa-sisa makanan yang akan menimbul-
rung. Pengobatan yang dapat dilakukan kan tumbuhnya jamur, di samping itu
adalah pemberian obat kumur, serbuk kondisi kandang yang ada tidak cukup
chlorine atau sulphur 0,1-0,2%, potasium memadai dari segi prasarana dan kese-
iodide dalam air minum, amphotericin B, hatan. Aspek yang mempengaruhi adalah
dan nystatin (Soedrajat, 2007). matahari dan kondisi kandang.
Penyakit yang ditemui pada burung Untuk mencegah timbulnya jamur dan
elang di PPSC di antaranya adalah menjaga kebersihan kandang digunakan
bumble foot yang menyerang tiga indivi- desinfektan seperti disinfectant biocide
du burung elang hitam (I. malayensis) dengan dosis 25 ml dalam 10 liter air,
dan dua individu burung elang jawa (S. spectaral lima ml dalam empat liter air
bartelsi). Bumble foot adalah pedoderma- ataupun detol cair yang disiramkan di
titis pada telapak kaki burung elang de- kandang setiap bulan, sehingga jamur ti-
ngan ciri-ciri ultus, cellulitis, dan abcess dak akan tumbuh.
pada bagian jaringan epitel atau lapisan
epithelium bagian superficial yang diikuti IV. KESIMPULAN DAN SARAN
oleh infeksi bakteri seperti Escheria coli
dan Staphylococcus aureus (Gray, 1997; A. Kesimpulan
Best, 2002). Indikasi yang dapat dilihat 1. Burung elang saat ini yang terdapat di
adalah peradangan kaki disebabkan oleh PPSC sejumlah 64 individu sebelum
berbagai hal yang biasanya disertai abrasi ditranslokasikan ke Suaka Elang, Ta-
ulcerasi, pembengkakan, dan kuku patah. man Nasional Gunung Halimun Salak
Pengobatan yang telah dilakukan adalah
268
Pengelolaan dan Perilaku Burung Elang.....(R. Sawtri dan M. Takandjandji)
269
Vol. VII No. 3 : 257-270, 2010
Nature Society, 28-31 October 2005, dap Satwa Unggas di Pusat Penyela-
Taiping, Perak, Malaysia. Hal 225. matan Satwa Cikananga. Bericik 17.
Rosnaedy, D. dan G. Setiaji. 2006. La- PPSC.
poran Magang Profesi: Program Pen- Sudjana, M.A. 1992. Metode Statistika.
didikan Profesi Dokter Hewan Penerbit Tarsito. Bandung.
(PPDH). Pusat Penyelamatan Satwa Takandjandji, M. dan M. Mite. 2008. Pe-
Cikananga, Kampung Cikananga, rilaku Burung Beo Alor di Penang-
Desa Cisitu, Kecamatan Nyalindung, karan Oilsonbai, Nusa Tenggara Ti-
Kabupaten Sukabumi. mur. Buletin Plasma Nutfah 14(1):
Soedrajat, A. 2007. Pengendalian Ke- 43-48. Badan Penelitian dan Pe-
amanan Biologi Bio-Security terha- ngembangan Pertanian.
270