You are on page 1of 1

Meneladani Rasulullah SAW

Oleh : A. Syariful Wafa, S.Pd.I, MA


.


.


.
* .


Berdasarkan hadits shahih, Rasulullah lahir pada hari Senin. Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury di dalam
Ar-Rakhiqul Makhtum berpendapat beliau lahir pada tanggal 9 Rabiul Awal. Namun pendapat paling masyhur
menyepakati beliau lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal.
Kelahiran Rasulullah SAW adalah rahmat yang sangat besar. Beliau, setelah diutus menjadi Nabi empat puluh
tahun setelah kelahirannya, dipuji oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang menjelaskan karakter sang Nabi
terakhir ini:

Lebih dalam hubungannya dan lebih menunjukkan ikatan yang mengaitkan mereka. Karena beliau adalah
bagian dari diri mereka, yang bersambung dengan mereka dengan hubungan jiwa dengan jiwa, sehingga
hubungan ini lebih dalam dan lebih sensitif."
Sedangkan Ibnu Katsir dalam Tafsir Qur'anil Adzim berkata, "Allah SWT menyebutkan limpahan nikmat yang
telah diberikan-Nya kepada orang-orangy mukmin melalui seorang rasul yang diutus oleh-Nya dari kalangan
mereka sendiri, yakni dari bangsa mereka dan sebahasa dengan mereka."
Rasulullah merasakan beratnya penderitaan dan kesulitan umatnya, bahkan lebih berat bagi Rasulullah daripada
apa yang dirasakan oleh umatnya sendiri. Maka setiap saat yang diperjuangkan adalah umat, yang dibela adalah
umat, yang dipikirkan menjelang wafat adalah umat. "Ummatii... ummatii...", kata Rasulullah yang selalu
memikirkan umatnya menjelang wafatnya.
Rasulullah juga sangat menginginkan umatnya memperoleh hidayah serta kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat. Maka segala hal yang diperintahkan Allah untuk disampaikan kepada umatnya telah beliau sampaikan.
Segala hal yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka beliau paparkan. Bahkan Rasulullah
menyimpan doa terbaiknya untuk umatnya kelak di yaumul hisab agar umatnya beroleh syafaat. Itulah bentuk-
bentuk kasih sayang Rasulullah kepada umatnya.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Lalu bagaimana sikap kita terhadap beliau yang demikian luar biasa kasih sayangnya kepada kita? Beliau yang
namanya kita sebut dalam syahadat, kita bersaksi bahwa beliau adalah Rasulullah lalu kita membacanya setiap
kali shalat.
Ayat di atas menjadi pedoman bagi kita bahwa manusia terbaik yang harus kita teladani adalah Rasulullah
SAW. Teladan yang seharusnya kita contoh perilakunya, kita contoh kata-katanya, kita contoh ibadah dan
akhlaknya.
Dalam ayat yang lain Allah SWT menegaskan bahwa kecintaan kepada Allah baru dikatakan benar jika
seseorang meneladani Rasulullah dan mengikuti sunnahnya.

Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran : 31)
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Rasulullah SAW bersabda,


Sungguh aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang
berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa. Barangsiapa di antara kalian hidup, maka ia akan melihat
banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku, dan
sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham.
(HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
Semoga Allah SWT memudahkan kita umat Islam mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan meneladani akhlak
mulianya


Artinya : Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang
berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.

You might also like