You are on page 1of 20

Andre dan Iwan adalah sahabat dari usia mereka 5 tahun, mereka berdua adalah teman

yang sangat dekat, di saat Andre sakit Iwan selalu ada untuknya. Mereka selalu
bermain bersama dan belajar bersama walaupun mereka berbeda sekolah, mereka ada
janjian akan bertemu di taman dekat rumah agar bermain bersama, Hei, dari mana
saja Ndre? kata Iwan. Maaf tadi ban sepeda motor Ibuku bocor saat mau menuju ke
mari, jawab Andre. Iwan hanya tersenyum dan langsung mengajak Andre untuk bermain
petak umpat, mereka bermain dengan gembira. Waktu sudah menunjukkan pukul 18:00
WIB. Mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Ketika mereka berumur 8 tahun Andre
memiliki beberapa teman baru yang bernama Roni dan Hafiz, Andre juga mengenalkan
teman barunya ke Iwan. Mereka pun bermain bersama, hampir setiap hari Andre
menteraktir temannya untuk makan bakso.

Wahh, banyak banget duitmu Ndre, Kata Hafiz. Andre pun hanya tersenyum ketika
Hafiz memujinya seperti itu. Andre kemarin itu pergi ke luar negeri bersama
keluarganya. Roni, Hafiz dan Iwan pun kesepian. Hafiz dan Roni memberitahu Iwan
bahwa mereka mendekati Andre hanya meminta duitnya saja.
Eh Wan, kau gak berani ya minta duit sama si Andre? kata Hafiz.
Apa? Kok ngomong begitu Fiz? jawab Iwan.
Hei, ini kesempatan kita loh kita ambil semua duit Andre, Kata Roni.
Ah aku gak mau, Andre adalah sahabat aku, aku gak mau berbuat jahat ke dia, jawab
Iwan.
Ah jangan sok baik deh Wan, jawab Hafiz.

Ketika adzan maghrib mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Iwan terus berpikir
bagaimana caranya agar Roni dan Hafiz berhenti berpikir jahat ke Andre. Iwan pun
bertanya kepada Ibunya. Ibu, apakah ada orang jahat di dunia ini? Ibunya heran
kenapa tiba-tiba Iwan bertanya seperti itu ke Ibunya, Ibunya memeluk Iwan lalu
berkata, Tidak ada orang jahat di dunia ini Iwan. kata Ibunya sambil memeluknya
dengan penuh kasih sayang. Lalu Iwan pun tertidur lelap. Di sore hari, Andre dan
keluarganya akhirnya kembali dari liburan ke luar negeri. Iwan mendatangi Rumah
Andre.

Assalamualaikum, Andre.. Andre.. kata Iwan. Lalu Ibu Andre ke luar.


Waalaikumsalam, ada apa Iwan? Jawab Ibu Andre.
Ada Andrenya Tante? Tanya Iwan.
Maaf sekali Iwan, Andre Sedang kurang enak badan ketika pulang dari Thailand,
Jawab Ibu Andre.
Oh begitu ya, Kata Iwan. Iwan pun pergi sendiri dan bermain sendiri. Iwan melihat
Hafiz dan Roni sedang bermain.
Hei.. Iwan sedang apa kau? Tanya Hafiz.
Mana sahabatmu yang bencong itu? Haha, kata Roni sambil ketawa terbahak-bahak.
Jangan pernah bilang dia banci ya! Kata Iwan dengan wajah marah.
Ohh jadi ngajak berantem nih? Kata Hafiz yang ingin memukul Iwan.
Ssstt.. sudahlah Fiz untuk apa memukul anak ini? Selagi kita masih bisa ngorupin
uang Andre ya kan? kata Roni dengan santai. Akhirnya Roni dan Hafiz pun pergi
ninggalin Iwan,

Hai namaku renata andiana. Panggil aku renata. Aku tinggal di jakarta. Eh gak usah
lama lama ya, langsung aja denger cerita aku.

Sekarang aku libur kenaikan kelas selama sebulan. Suatu hari


Renata, besok kita mau liburan ke pantai gili pasir, lombok sekarang kamu beresin
barang barang kamu yang mau dibawa ke sana yaa ucap mama.
Bener mah! ucapku tak percaya karena di sana pemandangannya indah.
Iya bener, ayu buru kemasin barang barang kamu suruh mama.
Aku pun beranjak dari sofa empuk dan pergi ke kamar.
Aku akan membawa handphone, baju ganti, alat sholat, baju renang, pokoknya semua
barang yang dibutuhkan di sana.

Its time to go to sleep, honey, ucap bunda sambil tersenyum.


Okey mom, I say.
Good night sweety. ucap bunda dan daddy.

Ya, itulah kata-kata yang selalu diucapkan bunda and daddy. Namaku Caroline
Sarasvaty, aku baru kelas 1 SMP. Aku keturunan belanda, ayahku orang belanda tapi
bunda orang indonesia asli. Aku baru pindah dari belanda, aku pindah ke indonesia
karena daddy pindah kerja ke sini. Besok merupakan hari paling menegangkan dan
bersejarah karena aku akan mendapat teman baru tentunya orang indonesia. Ini hari
yang ditunggu-tunggu. Sebenarnya aku belum fasih berbahasa indonesia, tapi ya
bagaimanapun aku wajib berbahasa indonesia. Okey, I did it, akhirnya aku tiba di
sekolah yang belum pernah aku lihat karena aku hanya melihatnya di google. Baru
pertama kali melangkah saja aku sudah gugup. Anak-anak lain melihatku tapi aku
hanya tersenyum.

Akhirnya aku menemukan salah satu guru, dan ternyata itu walikelasku. Hai, you are
new student here right? kata bu Jasmin, Ya, aku jawab sambil tersenyum. Aku
dipersilahkan masuk ke salah satu ruangan kelas yang cukup luas dan berisikan 30
orang murid. Aku memperkenalkan diri di depan kelas. Bu Jasmin mempersilahkan aku
duduk di samping anak yang berkucir kuda dan bermuka manis. Hai Caroline namaku
Sinta, Sapanya. Hai Sinta, senang berkenalan denganmu. Sambil menjabat tangan.

Batu tempatku berdiri ini masih sama seperti dulu, tak terkikis dengan hantaman
ombak yang berulang kali menerpa. Sama seperti ingatanku akan kenangan-kenangan
yang ada di pantai ini, di batu ini. Seperti dulu, suara ombak adalah favoritku,
aroma laut seperti mengantarku kembali ke masa lalu saat laut ini masih bersih
tanpa ada kapal-kapal pariwisata seperti sekarang. Kupejamkan mata dan kurasakan
angin menerpa lembut raga yang sudah mulai menua dimakan oleh waktu ini. Suaramu
sayup-sayup terdengar di telingaku, aku tau ini tidak nyata, hanya ilusi yang
sengaja laut berikan padaku untuk tetap mengenangmu meskipun telah empat puluh
tahun berlalu. Suaramu itulah yang membawaku kembali ke tempat ini, tempat kenangan
kita dulu.

3. Tehnik Pencampuraan Obat Suntik


3.1 Penyiapan Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu dilakukan
langkah langkah sebagai berikut:
1) Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5 BENAR
(benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)
2) Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer
batch, tgl kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.
3) Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas/tidak
lengkap.
4) Menghitung kesesuaian dosis.
5) Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6) Menghitung volume pelarut yang digunakan.
7) Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang
perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan
tanggal kadaluarsa campuran. (contoh label obat)
8) Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis,
ruang perawatan, jumlah paket. (contoh label pengiriman)
9) Melengkapi dokumen pencampuran (contoh form pencampuran dibuku 1: Pedoman
Dasar Dispensing Sediaan Steril)
10) Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan
pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box. Nama : No. MR :
..Ruang : .. Obatmg dalam ml Rute P. : ... Tgl. &
Waktu Penyiapan : jam Tgl & Waktu kadaluarsa : jam Penyimpanan :
Nama :... . .. .............. MR. Ruangan :. Paket berisi :
............injeksi Tgl & waktu penyiapan ......................

4. SOP PENYIMPANAN DAN PENGENDALIAN OBAT SAMPEL/DONASI PENYIMPANAN DAN PENGENDALIAN


OBAT SAMPEL/DONASI PROSEDUR TETAP FARMASI
No. Dokumen No. Revisi Halaman Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh, Direktur Utama

Pengertian
1. Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
2. Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan / kekosongan obat di unit-unit
pelayanan.
3. Perbekalan farmasi donasi adalah perbekalan farmasi yang diberikan secara Cuma-
Cuma atau gratis dari perusahaan farmasi untuk digunakan di rumah sakit tanpa
imbalan apapun.
Perbekalan farmasi ini dapat dijadikan aset rumah sakit.

Tujuan
1. Penyimpanan dan pengendalian obat sampel/donasi dapat digunakan dalam rangka
promosi kesehatan serta pada kasus tertentu dimana obat tersebut belum ada di
pasaran.
Selain itu juga dapat diberikan pada daerah bencana atau kejadian luar biasa (KLB)
2. Penyimpanan dan pengendalian obat sampel/donasi dilakukan secara akurat Baca
secara fonetik Kamus - Lihat kamus yang lebih detail

Kebijakan
1. Apabila pihak rumah sakit memperoleh obat sampel/donasi dari pihak tertentu maka
perbekalan farmasi tersebut wajib mendapatakan pengesahan dari KFT.
2. Obat yang disediakan untuk keperluan program kesehatan tertentu hanya boleh
dipergunakan bagi pasien tertentu sesuai dengan kriteria, target dan sasaran
program tersebut. Selain itu obat tersebut tidak boleh diperjualbelikan kepada
pasien.
3. Bantuan perbekalan farmasi sampel/donasi yang diterima pihak rumah sakit untuk
kasus tertentu misalnya kejadian luar biasa (KLB), maka pihak rumah sakit segera
menyalurkan bantuan tersebut kepada pasien tanpa pungutan biaya.
4. Perbekalan farmasi donasi/sampel dapat dijadikan aset rumah sakit.

Prosedur
1. Perbekalan farmasi yang disahkan oleh KFT harus memenuhi persyaratan kelengkapan
data antara lain hasil penelitian mengenai indikasi obat serta kandungan obat
tersebut. Koordinasi obat dan perbekalan kesehatan yang berasal dari pihak donor
harus diverifikasi oleh:
1) pihak dinas kesehatan kabupaten/kota berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota
bila obat dan perbekalan kesehatan langsung dikirim ke kabupaten/kota;
2) dinas Kesehatan Provinsi berkoordinasi dengan BPBD Provinsi bila obat dan
perbekalan kesehatan donasi langsung dikirim ke Provinsi;
3) pihak Kementerian Kesehatan (Ditjen Binfar dan Alkes) bila obat dan Perbekalan
Kesehatan di terima di tingkat Nasional;
4) bila obat dan perbekalan kesehatan diterima oleh BPBD atau BNPB, maka BPBD atau
BNPB memberikan informasi bantuan ke Dinas Kesehatan Provinsi di tingkat provinsi
atau Kementerian Kesehatan di tingkat nasional.
Berdasarkan hasil verifikasi dapat disimpulkan menerima atau menolak obat dan
perbekalan kesehatan donasi.

2. Persyaratan teknis obat sumbangan,


antara lain:
1) masa kadaluarsa obat dan perbekalan kesehatan sumbangan minimal 2 (dua) tahun
pada saat diterima oleh penerima bantuan. Hal ini dimaksudkan agar obat dan
perbekalan kesehatan tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan program
maupun situasi darurat;
2) obat dan perbekalan kesehatan sumbangan yang diterima harus berasal dari sumber
resmi dan terdaftar/mempunyai izin edar di negeri pemberi atau mendapat pengakuan
dari WHO atau lembaga independen lainnya. Hal ini diperlukan untuk menjamin
keamanan dari obat dan perbekalan kesehatan yang akan diterima;
3) obat yang diterima sebaiknya sesuai dengan DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional),
hal ini diperlukan agar tidak mengganggu Program Penggunaan Obat Esensial di sarana
kesehatan);
4) kekuatan/potensi/dosis dari obat sebaiknya sama dengan obat yang biasa digunakan
oleh petugas kesehatan;
5) semua obat dan perbekalan kesehatan menggunakan label berbahasa Indonesia atau
bahasa Inggris;
6) obat dan perbekalan kesehatan sumbangan sebaiknya memenuhi aturan internasional
pengiriman barang yaitu setiap obat dan perbekalan kesehatan yang dikirim hendaknya
disertai dengan detail isi karton yang menyebutkan secara spesifik bentuk sediaan,
jumlah, nomor batch, tanggal kadaluarsa (expire date), volume, berat dan kondisi
penyimpanan yang khusus;
7) obat dan perbekalan kesehatan sumbangan donor bisa mendapat fasilitas pembebasan
tarif pajak sesuai ketenyuan perundangundangan yang berlaku;
8) obat dan perbekalan kesehatan donasi yang rusak/kadaluwarsa dilakukan pemusnahan
sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

Unit Terkait
1. Apotek
2. Gudang farmasi

3. Depo farmasi Dokumen Terkait


1. Kartu stok induk
2. MPO Peralatan Formularium RS. UNHAS Farmakope Indonesia Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN)

Hey, Agam! Ah payah kau, lari saja lama sekali, Aling yang sudah berdiri dengan
gagahnya di atas batu tempat kita biasa menghabiskan sore, meneriakiku supaya
berlari lebih cepat. Aling memang seorang perempuan, tapi jangan diragukan lagi,
larinya bagaikan maling, gesit dan cepat sekali. Cepatlah! Lihat, airnya jernih
sekali, teriaknya sekali lagi. Kamu kan tau, Ling, aku tidak bisa lari cepat,
jawabku sambil terengah-engah. Makanya olahraga dong, kamu di rumah saja sih
kerjaannya, jadi sekalinya lari langsung capek begini, aku tidak sempat lagi
menanggapi komentar Aling. Aku langsung terduduk di atas batu yang besar ini.
Bentuknya hampir mirip karang, tidak banyak orang yang tau lokasi batu ini karena
tempatnya yang jauh dari keramaian pantai. Dari batu ini, aku dan Aling sering
menghabiskan sore sambil melihat matahari terbenam. Airnya yang jernih dan ombaknya
yang hangat membuat kami senang berlama-lama di sini meski hanya sekedar duduk
mengobrol atau memungut sampah yang mengambang di permukaan.
Entah aku sedang bermimpi atau tidak, yang jelas saat aku terbangun aku sudah
berada di ruangan yang asing, ini bukanlah kamarku. Ruangan ini sangat besar dengan
beberapa figura yang terpasang rapi di setiap dindingnya, membuat kamar mewah ini
semakin mempesona. Sebuah pintu kaca hitam yang mampu memantulkan bayangan diriku,
kuperhatikan diriku, sebuah gaun merah maron selutut telah melekat di tubuhku,
menggantikan pakaianku sebelumnya, tak lupa sebuah syal juga sudah terlilit di
leherku membuat udara dingin di luar sana sedikit tak terasakan.

Tiba tiba pintu itu mulai terbuka, sesosok laki laki dengan jubah hitamnya mulai
mendekatiku.
Bagaimana keadaanmu via sayang? Tanya laki laki itu seraya tersenyum padaku.
Maaf, Apa kita sebelumnya saling kenal? Kulontarkan sebuah pertanyaan yang sedari
tadi sudah kutahan namun akhirnya terucapkan juga. Ia nampak menautkan sebelas
alisnya dengan senyuman yang masih bertahan di bibir seksinya itu.
aku tak mengenalnya jadi seharusnya ia juga tak mengenalku bukan?, tapi kenapa ia
tau namaku dan memanggilku dengan sebutan sayang? Pikirku.
Ternyata benar, kau melupakanku, tidak hanya itu kau juga melupakan kodratmu!
Aku terbelalak dengan kalimatnya,
Maksud kamu?
Aku adalah kekasihmu, namun kau mati saat pertempuran antara bangsa vampire dengan
drakula, dan itulah hari yang paling buruk bagiku, tapi kau akan terlahir kembali
setelah 100 tahun kematianmu, aku menunggu saat itu datang dimana kau akan terlahir
sebagai manusia, aku terus menjagamu hingga kekuatan kekuatan alami dalam dirimu
muncul seperti sekarang, dan setelah kemunculan kekuatanmu itu kau tidak bisa lagi
menjadi manusia sejati karena sebagian jiwamu adalah vampire, makanya aku membawamu
ke kastilku! Jelasnya panjang lebar dengan mengenggam tanganku, aku tersontak
mendengar semua kalimat kalimat yang keluar dari mulutnya itu. Sungguh aku benar
benar tak percaya.
Aku adalah manusia, tak ada sedikitpun jiwa vampire dalam diriku! Elakku dengan
melepas genggamannya.
Percayalah via, apa kamu ingin membuktikannya?. aku bisa menunjukkannya padamu!!
Oke kita buktikan semuanya! Ucapku geram.

Ia mulai menjentikkan jemarinya dan tak lama seorang wanita muncul entahh dari
mana, ia membawa sebuah pisau.
Ulurkan tanganmu, jika manusia biasa terluka, maka luka itu akan menimbulkan sakit
dan juga bekas belum lagi penyembuhannya memakan waktu yang lama, berbeda dengan
vampire jika ia terluka, maka luka itu akan sembuh dengan sendirinya tanpa berbekas
atau menimbulkan rasa sakit dan luka itu menghilang sepenuhnya hanya dalam kedipan
mata!
Oke mari kita lakukan!

Suasana siang sangatlah bahagia. Burung berkicau merdu, kendaraan bersatu padu di
jalan raya, semua makhluk hidup menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Matahari
bersinar terang, awan menghiasi langit yang biru, kupu-kupu terbang mengitari bunga
beraroma harum dan berwarna indah. Hari ini, cuaca cerah begitu pula suasana hati
semua makhluk hidup.

Padang rumput yang luas, sangatlah asri berwarna hijau muda. Tidak ada rumput yang
layu, semuanya menampakkan kebahagiaan yang berseri-seri. Beralaskan tanah berwarna
kecolekatan, gadis manis melangkah lunglai menuju arah yang tidak pasti.

Aku memperhatikan sekilas, sehingga aku tertarik untuk mengikutinya. Gadis itu
berambut panjang berwarna kecokelatan yang berkilau. Jika dipandang, dia adalah
gadis yang cantik. Kulitnya berwarna putih dan bersih, jika disentuh pasti lembut.
Namun, aku memandangnya kejauhan di sisi samping.
Wajahnya redup, matanya memerah. Rambutnya acak-acakan, tidak ada sunggingan senyum
yang menghiasi wajah mungilnya. Mengapa gadis cantik itu tampak berbeda? Tampak
berbeda dari makhluk hidup lainnya yang dengan riang bahagia menjalankan aktivitas
biasa. Aku terus mengikutinya, sehingga ia berhenti di sebuah pohon beringin yang
besar.

Aku menghentikan langkah kakiku tepat di sebelah gadis itu, masih seperti tadi
wajahnya mendung. Berbeda 360 derajat dari cuaca hari ini.
Ada apa dengan dirimu, gadis cantik? tanyaku membelai rambutnya, berusaha menjadi
ayah dari gadis itu. Aku ingin gadis itu menceritakan kisah dari hidupnya yang
menjadikan alasan sehingga wajahnya dapat redup seperti itu.
Aku menanti datangnya hujan ujarnya berusaha sedatar mungkin. Walau aku tahu,
gadis kecil itu akan segera mengalirkan air mata dari pelupuk matanya.

Sejenak, ia terdiam memandang langit yang cerah. Ia tidak mengeluarkan sepatah


kata, wajahnya datar. Namun, matanya menunjukkan makna yang dalam. Aku kembali
membelai rambutnya. Aku tersenyum memandang gadis mungil yang tergolong cantik itu.

Mengapa? Ceritakan padaku apa yang terjadi. Mungkin, aku bisa memberi solusinya.
Jangan malu-malu, sayang, tuturku lemah lembut. Gadis itu tidak banyak bicara,
namun aku menganggapnya sebagai anak sendiri.
Karena aku akan malu jika aku meneteskan air mata ditengah cuaca yang cerah ini.
Mereka akan memandangku, jika hujan turun maka aku bisa menumpahkan semua isi
hatiku tanpa ada yang melihat, aku menghela napas dan kembali melontarkan senyum.
Dia juga tergolong gadis yang pandai dan tahu artinya malu.

Walau dia tidak ingin mencurahkan isi hatinya padaku, aku tahu dia sedang mengalami
masalah yang berat. Namun, bebannya tidak dia tumpahkan dari hati kecilnya saat
semua riang bahagia. Jika dia anakku, aku akan bangga padanya.

Selang berapa waktu kemudian, doanya terkabul. Aku menatap langit yang kini
mendung, matahari tidak berani menampakkan dirinya. Dia bersembunyi di dalam awan
hitam yang bertumpuk-tumpuk. Angin mulai berhembus kencang, aku memandang gadis
itu. Matanya berkaca-kaca. Aku menepuk pundak mungilnya.

Kau bisa menangis sepuasnya, bisikku memberi bantal kecil padanya. Ia terdiam
tanpa menampakkan senyum. Perlahan, wajahnya tidak terlihat lagi setelah ia
menutupi wajahnya dengan bantal kecil pemberianku. Mereka menganggap gadis kecil
ini sedang tidur, namun sebenarnya ia sedang asyik menumpahkan isi hatinya.

Cerpen Karangan: Tita Larasati Tjoa


Facebook: Tita Larasati
Seorang gadis kelahiran tahun 2005.

Perlahan ia mulai menggores tanganku dengan pisau itu, membuatku sedikit merinding
dan menutup mataku. Tak ada rasa sakit sama sekali, dari situ aku mulai
memberanikan diri membuka mataku, mungkin ia belum menggoresnya, namun dugaanku
salah, darahku telah menetes tak beraturan dan luka itu perlahan menghilang tak
berbekas. Aku mengucek kedua mataku, kenapa bisa?
Dari situ aku mulai mempercayainya dan mempercayai kodratku.

Ia mulai memelukku sangat erat, ia menangis dalam pelukanku, bagiku itu wajar,
bagaimana tidak? Roy sudah menungguku 100 tahun lamanya, ia juga harus menunggu 17
tahun hingga kekuatan vampireku muncul terlebih lagi memori tentangnya dalam
ingatanku sama sekali tak ada, siapa yang sanggup seperti itu?.

Minumlah ini! Roy menyodarkan segelas air putih untukku


Aku pikir kau akan menyodorkanku darah, ternyata air putih! Ucapku dengan
tersenyum padanya.
Siapa bilang ini air putih, ini adalah darah sama seperti dugaanmu! Aku
terbelalak dibuatnya, bagaimana bisa darah berwarna putih, memangnya ada?
Darah kan warnanya merah tapi itu putih seperti layaknya air, apa vampire bisa
buta warna? Tanyaku padanya, tak kusangka ia mulai tertawa, membuatnya semakin
tampan.
Ini benar benar darah sayang, ini bewarna putih karena telah diolah secara khusus
dan tak banyak vampire yang mengetahui cara mengolah darah supaya seperti ini!!
Oh benarkah?, tapi aku tidak pernah meminumnya, aku takut! Secara halus aku
menolaknya.
Aku khusus membuat ramuan ini untukmu sayang, agar kau bisa menyamarkan baumu
supaya bangsa vampire maupun serigala tidak memangsamu, minumlah ini, kau juga
vampire! Tegasnya dengan menggenggam tanganku.

Apa yang ia katakan benar, aku mulai memberanikan diri mengambil gelas itu, namun
aku mulai bertanya akan sesuatu.
Tunggu, kamu bilang kamu membuat ini untukku supaya bangsa vampire dan drakula
tidak memangsaku, memangnya kenapa mereka ingin memangsaku bahkan bangsaku sendiri?

Kamu sepenuhnya bukanlah vaampire, dengan kata lain kamu adalah manusia setengah
vampire dan tidak semua vampire yang mati akan hidup lagi, karena kamu adalah salah
satu putri dari kerajaan vampire maka peraturan itu berlaku untukmu, kau akan hidup
kembali, dan kekuatan dari darahmu bisa membuat vampire lain berlipat bahkan sampai
10 kali, dan bangsa drakula ingin membunuhmu karena mereka takut akan punah jika
ada vampire yang bisa menggigitmu, maka dari itu setelah kekuatanmu muncul bau dari
tubuhmu sangatlah khas dan berbeda dari vampire lain jadi aku membawamu kemari, aku
akan melindungimu sayang!! Jelas sembari mengelus rambut panjang dengan lembut.
Aku akan meminumnya! Aku tersenyum padanya dan mulai meminum cairan itu, rasanya
sama seperti air, bau amis dan lainnya sudah tak ada.

Saat aku selesai meminumnya tiba tiba segerombolan orang orang aneh mengepung
kastil ini.
Siapa mereka?, kenapa mereka mengeluarkan taring dan mengendus?
Mereka bangsa kita, sepertinya mereka sudah mengetahui keberadaanmu!
Tapi aku sudah meminum cairan ini! aku menunjuk gelas yang telah kosong.
Aku juga tidak tau kenapa mereka bisa tau!!
Dia terlihat sangat cemas sekarang. Tiba tiba seorang wanita datang dengan membawa
selembar kain yang berlumuran darah.
Maaf tuan, sepertinya mereka datang karena ini! Wanita itu menyerahkan kain tadi
pada roy.
Oh iya, darah ini!
Itu kan darahku! Ucapku
Benar, darahmu tercium oleh mereka, keadaannya tak baik untukmu bersamaku
sekarang! Ucapnya dengan memenggangi pipiku dengan menghusapnya membuatku menatap
kedua manik matanya, entah kenapa aku takut kehilangannya.
Aku ingin bersamamu, bawa aku pergi bersamamu di manapun itu! Air mataku mulai
menetes keluar, dadaku terasa sangat sesak.
Aku akan selalu bersamamu, kalaupun kita tidak bersama bukan berarti kita pisah,
karena aku ada di hatimu!
Aku memeluknya, air mataku tumpah dalam dekapannya.
Kamu harus pergi sekarang sayang, aku janji aku akan menjemputmu, jangan khawatir,
oke?. Aku mengangguk pelan. Dia mulai mengecup bibirku, membuat sekelebat bayangan
muncul dalam ingatanku, namun aku tak tahu bayangan apa itu. Dia mulai menjentikan
jemarinya lagi, elang hitam kemarilah, aku butuh bantuanmu!!, tak lama seekor
elang hitam berubah menjadi sesosok pria.
Bawa dan lindungi dia, dia adalah gadisku!
Baik tuan! Ucap seseorang itu dengan berubah kembali menjadi elang
Naiklah, dia akan melindungimu, dan pakai jubah ini! ia memakaikanku sebuah jubah
warna cokelat yang berbulu lebat. Aku menurutinya, ia membantuku menaiki elang
tersebut dan elang itu mulai terbang meninggalkan kastil.
Sebelum sosok roy menghilang dalam pandanganku, ia sempat berkelahi dengan bangsa
vampire setelah penjagaan kastil itu berhasil ditembus oleh mereka. Aku sempat
khawatir padanya. Entah elang ini akan membawaku kemana, kupasrahkan hidupku
padanya, namun sekelebat bayangan hitam mulai mengikuti kami

Bersambung, nantikan episode selanjutnya guys

Cerpen Karangan: Aisyifive


Facebook: Aisyah novi
Maaf ya cerpennya tak beraturan begitu, berikan komen ya guys agar bisa ngerti
letak kesalahannya dan bisa update episode selanjutnya. salam.

Cerpen Kekasih Yang Hilang (Part 1) merupakan cerita pendek karangan Aisyifive,
kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen
terbaru buatannya.

Aling adalah seorang gadis berdarah campuran Jepang-Indonesia. Sebenarnya, namanya


adalah Aiko, tapi seperti yang sudah kukatakan tadi, ia bisa berlari secepat
maling, jadi banyak teman-teman yang memanggilnya Aling alias Aiko Maling.
Bukannya tersinggung, Aiko justru senang-senang saja disebut seperti itu, Justru
dengan begitu teman-teman akan selalu ingat aku kan, Gam. begitu katanya.

Sejak kecil, kami sudah bersahabat karena kami adalah tetangga. Saat pertama kali
Aling datang ke rumah, aku heran melihat pipinya yang bersemu merah dan kontras
sekali dengan kulitnya yang putih pucat. Sedangkan aku, yang murni berdarah Jawa
berkulit coklat, belum pernah melihat gadis cilik seperti Aling. Seperti boneka,
batinku. Beda dengan diriku yang masih malu-malu saat disuruh berkenalan, Aling
justru tanpa malu-malu mengenalkan diri padaku. Namaku Aiko, kata mama itu artinya
kasih sayang, begitu katanya dengan sedikit logat yang menurutku aneh.

Tak disangka-sangka, ternyata aku dan Aling sama-sama memiliki kekaguman khusus
dengan laut. Apalagi, laut di daerah kami sangat indah. Airnya jernih, ombaknya
hangat dan suasananya pun menenangkan. Dulu, aku sering pergi sendiri ke tempat ini
hanya untuk sekedar duduk-duduk menghabiskan sore sambil memejamkan mata dan
mendengar deru ombak. Namun sejak ada Aling, semuanya berbeda.

Pernah suatu sore sepulang sekolah, aku merasa frustasi karena banyak temanku yang
mengejekku dengan sebutan gendut. Karena sedih, setelah bel sekolah berbunyi, aku
segera melesat pergi menuju ke batu tempat aku biasa menghabiskan soreku. Sambil
menangis, aku berlari, tak sadar bahwa di belakangku ada mata penasaran yang
mengikutiku dengan sepeda kecilnya. Sesampainya aku di sana, aku segera terduduk
dan memeluk lututku sambil menangis. Aku tidak bersuara, sebab malu jika dilihat
orang. Tiba-tiba ada tangan yang menyentuh pundakku, dengan perasaan kaget aku
melihat ke atas, dan di sana aku lihat Aling berdiri. Kulitnya yang pucat diterpa
matahari, rambutnya yang halus tertiup angin laut, wajahnya mengulas senyum hangat
sehangat matahari sore saat itu.

Kamu kenapa menangis? Boleh aku duduk di sini? katanya dengan setengah menunduk.
Aku hanya mengangguk, dalam hati aku bertanya-tanya, kenapa dia bisa sampai di
sini? Ah sudahlah, aku kembali memeluk lututku. Pasti kamu diejek sama Rino ya?
Rino yang iseng itu loh, Aling diam sesaat. Sudahlah biarkan saja, kamu tau kan
namaku Aiko, tapi karena lariku kencang, aku dipanggilnya Aling alias Aiko Maling,
Aling tertawa. Tahu siapa yang panggil aku begitu? Itu tuh, si Rino dan teman-
temannya itu. Aku tidak marah sama Rino, karena memang aku kalau lari seperti
maling, dan justru dengan begitu teman-teman akan selalu ingat aku kan, Gam? aku
tahu Aling mengalihkan pandangannya ke laut, tangannya mengelus-elus pundakku
dengan lembut, Sudahlah jangan menangis, lihat pemandangan di sini indah sekali,
sayang kalau kamu ke sini hanya untuk menangis. Sesaat hanya terdengar sisa-sisa
tangisku yang belum hilang. Namun entah kenapa, karena ada Aling aku merasa tenang,
kemudian berhenti menangis.

Sejak saat itu setiap sore aku dan Aling selalu pergi ke pantai. Mulanya aku merasa
canggung karena terbiasa sendiri jika di pantai, tapi hangatnya pribadi Aling
menghilangkan rasa canggung itu. Aling adalah seorang pemberani, dia sering berdiri
di ujung batu, sementara aku takut melihatnya jatuh. Dia selalu tertawa, sangat
berbeda dengan aku yang pendiam dan lebih suka tersenyum. Kehangatan Aling seperti
penyakit yang menulari setiap orang yang ada di dekatnya.

Hey, melamun saja kamu ini, lihat itu, lautnya indah sekali, ombaknya hangat. Coba
kalau kamu lihat terus-menerus, laut itu seperti memberi pesan ketenangan kepada
setiap penikmatnya, celoteh Aling. Aku senang sekali tinggal di sini, Gam.
Alamnya indah, apalagi pantainya. Aku selalu kagum melihat ini semua, bayangkan,
Tuhan bisa menciptakan sesuatu sesempurna ini. Andaikan semua manusia seperti kita,
pasti alam akan selalu seperti ini, indah dan menenangkan. Ya, kan, Gam? Aling
menoleh ke arahku, air mukanya bersemangat, Ya, Ling. Berada di sini membuatku
sadar bahwa alam juga butuh dijaga, siapa manusia yang sanggup merusak keindahan
seperti ini. Kemudian hening. Aling berdiri dan berjalan ke ujung batu. Dia
kemudian merentangkan tangannya. Sambil berdiri, ia menghirup udara dalam-dalam.
Kebiasaan ini selalu dilakukan Aling sebelum kami beranjak pulang. Sore itu sebelum
kami pulang, Aling berkata, Gam, kamu harus selalu datang kemari ya. Lihat-lihat,
siapa tau ada perubahan-perubahan yang tidak sempat aku lihat. Aku hanya
mengangguk sepintas kemudian berjalan pulang bersama Aling.

Seperti biasa, suatu sore sepulang sekolah, aku dan Aling berjalan bersama menuju
ke pantai. Ada yang aneh hari ini, Aling berubah pendiam. Ia yang jalan di
belakangku sambil menuntun sepedanya diam saja, tidak berkata apapun, padahal
biasanya Aling selalu mengajakku ngobrol atau bercanda. Mungkin hari ini dia sedang
ingin diam saja, batinku. Tak sadar, aku terus saja berjalan dan tidak menoleh ke
belakang. Saat menoleh kulihat Aling berhenti jauh di belakangku. Dia tidak
berdiri, melainkan jongkok di samping sepedanya, memeluk lutut. Dari jauh dapat
kulihat tubuhnya yang bergetar, seakan-akan hendak menangis. Panik, aku segera
berlari menghampiri Aling,

Kenapa kamu, Ling? tanyaku panik. Aling diam saja, malah makin erat memeluk
lututnya dan makin bergetar pula tubuhnya. Aling, ada apa sih? Bicara padaku,
Ling. Aling menggeleng. Makin bingung aku menghadapinya. Sebagai seorang laki-laki
yang belum pernah melihat seorang perempuan menangis, aku hanya bisa ikut jongkok
di sebelah Aling dan diam sambil memegang tubuhnya yang bergetar. Ada apa ini?
Tidak biasanya Aling seperti ini. Ya sudah, Ling, kalau kamu tidak mau kasih tau,
tapi jangan nangis di sini. Ayo berdiri, kubonceng kamu sampai ke batu ya. Aling
menurut. Dia hanya berdiri tanpa berkata apa-apa dan kemudian naik ke boncengan
sepeda.

Sesampainya di batu pun Aling tidak berkata apa-apa, dia hanya turun dan langsung
duduk di atas batu sambil memeluk lututnya. Aku belum pernah melihat Aling
menangis, murung pun jarang sekali. Ia hanya pernah murung sekali, seingatku, saat
ayahnya bilang sepedanya akan dijual. Tapi itu pun hanya sehari karena keesokannya
ayahnya bilang sepeda Aling yang lama akan diganti dengan yang lebih baru. Aku
langsung duduk di sebelah Aling setelah memarkirkan sepeda. Awalnya aku ingin
bertanya, tapi kuurungkan niatku. Lebih baik Aling menangis dulu sampai lega, baru
jika ia bersedia menceritakan apa yang membuatnya menangis, ia bisa bercerita
kepadaku.
Gam, tiba-tiba terdengar suara lirih Aling. Aku segera menengok dan mendapati
Aling sedang menyeka air mata di pipinya yang merah. Tanpa sadar, tanganku refleks
menggapai pipinya dan mengusap air mata di sana. Aling tidak berkata apa-apa, tidak
juga menatapku.
Ada apa sih, Ling? Tidak biasanya kamu menangis seperti ini. Aling diam sejenak
dan menarik nafas, Papa akan pindah tugas, Gam. Dan seluruh keluargaku pun akan
pindah, aku kaget, namun tidak berkomentar apa-apa, Sudah berapa lama kita
bersahabat, Gam? Sepuluh tahun? Bagaimana mungkin aku bisa meninggalkan daerah ini,
lautnya yang indah, ombaknya yang hangat, suasananya yang tenang dan kamu, Gam,
sahabatku satu-satunya, lanjut Aling, aku masih diam.

Jika aku pindah, maka semuanya akan berbeda, Gam. Aku akan rindu sekali dengan
alam ini, karena aku akan pindah ke kota. Tidak akan bisa lagi kunikmati sore-sore
sepulang sekolah, berjalan menuntun sepeda ini di jalanan yang sejuk, dipayungi
oleh pohon-pohon rindang di sepanjang jalan. Tidak akan bisa lagi aku duduk di batu
ini menikmati deburan ombak dan aroma laut yang sangat aku suka. Tidak bisa lagi
Aling menutup wajahnya dengan tangan dan kembali menangis tersedu-sedu. Aku jadi
ikut sedih, ingin meneteskan air mata tapi kumalu. Jadi aku merangkul Aling dan
berkata, Kamu masih bisa ke sini, Ling. Jika kamu pindah, kapan-kapan datanglah ke
rumahku dan kita bisa pergi ke batu ini seperti biasanya, aku akan menemanimu. Batu
ini masih milik kita, tidak apa-apa, Ling. Hanya itu yang dapat kukatakan sembari
merangkul Aling. Sore itu kami habiskan dengan diam dan sesekali suara isak tangis
Aling terdengar. Tidak ada satu pun dari kami yang berkata-kata, tapi kami berdua
sama-sama menyadari, semuanya tidak akan sama lagi jika kami berpisah.

Hari-hari pun berjalan cepat, Aling seperti menjadi orang lain. Bagiku Aling jadi
pendiam, meskipun keceriaannya tetap ada. Seminggu setelah Aling mengatakan akan
pindah rumah, kami masih pergi ke batu sore hari sepulang sekolah. Aling lebih
banyak diam, meskipun sesekali mengajakku mengobrol atau sekedar bercanda. Terakhir
kali kami pergi ke batu di penghujung hari minggu sore itu Aling berkata padaku,
Benar ya, Gam, kamu antar aku ke sini kalau suatu saat aku pulang. Dan janji sama
aku ya, Gam, kamu akan selalu ke sini, jagain lautnya. Jangan buang sampah
sembarangan, kalau liat sampah pungut aja seperti biasanya kita lakukan. Aku
mengangguk dan menggenggam tangan Aling erat. Sedih rasanya, tapi aku tidak mungkin
menunjukkannya di depan Aling karena itu hanya akan membuatnya makin sedih.

Untuk pertama kalinya aku berani berdiri di ujung batu ini sambil menggenggam
tangan Aling. Aku menoleh, melihat wajah Aling yang sedang memejamkan mata sipitnya
dan menghirup udara dalam-dalam. Wajahnya yang diterpa sinar matahari sore membuat
pipinya bersemu merah, bibir mungil merah mudanya seperti berkata sesuatu dalam
diam. Tak disangka tiba-tiba sebutir air mata mengalir dari sudut matanya. Aku
terkejut dan tanpa disangka Aling berbalik dan memelukku, Agam, aku pasti akan
rindu dengan alam ini, laut ini, ombak ini, suara burung-burung camar ini, aroma
laut ini, kamu dan teman-teman, dan semua ini, Gam Aling menangis di bahuku dan
tanpa bisa kutahan lagi aku pun ikut menangis. Kamu harus selalu kesini ya, Gam.
Lanjut Aling kemudian melepas pelukannya dan kembali menatap laut. Aku yang bingung
hanya bisa merangkul Aling dan berkata Aku janji, Ling secara samar-samar. Meski
begitu, aku tau Aling pasti mendengar perkataanku.

Keesokan harinya, bertepatan dengan hari ulang tahun Aling, tiba juga hari Aling
harus pindah. Ia sudah tidak terlihat sedih lagi, meskipun matanya bengkak dan aku
tahu ia habis menangis semalaman. Sebelum pergi Aling memaksaku lari menuju ke batu
untuk terakhir kalinya. Aling saat berlari tetaplah Aling yang dulu, cepat seperti
maling. Sedih rasanya mengingat mungkin ini hari terakhir aku dan Aling berlari
bersama menuju ke batu, tapi melihat wajah Aling yang secerah ini membuatku tak
kuasa memperlihatkan wajah sedihku dan membuatnya ikut sedih juga.

Agam, Agam, sampai kapan kamu mau lari selama itu? Cepat sini waktu kita tidak
banyak! Teriak Aling dari atas batu. Aku terngah-engah dan setengah menunduk
bertumpu dengan lutut begitu sampai di atas sana, Aku pasti kemari lagi laut!
teriak Aling berkali-kali, mengucapkan janji bahwa ia tidak akan melupakan laut ini
apalagi membiarkan laut ini terbengkalai dan menjadikan aku sebagai jaminannya.
Lucu memang melihat sebegitu dekatnya aku, Aling dan laut, namun beginilah adanya.
Lautlah yang menjadi saksi bisu persahabatanku dengan Aling, suka dan duka dan
kecintaan kami pada alam. Seperti mengerti akan kepergian Aling, ombak hangat
menyapu kaki kami hingga sebatas betis, Aling jongkok dan memegang batu tampat kami
biasa duduk-duduk, Semoga kamu tidak terkikis ombak-ombak ini ya, Batu. Kata
Aling. Kemudian sekali lagi ia berdiri dan merentangkan tangan sambil menghirup
udara laut dalam-dalam seperti biasanya sebelum kami beranjak pulang ke rumah.
Sebisa mungkin aku melihat Aling lekat-lekat untuk terakhir kalinya, karena esok
hari aku tidak akan bisa lagi melihat Aling bertingkah seperti ini.

Setelah itu waktu terasa cepat, Aling yang mengajakku pulang, pelukan terakhir
Aling sebelum kami berpisah, aku bahkan memaksa ayah untuk mengantar Aling ke
stasiun demi mengulur waktu tapi tetap saja terasa cepat. Sore itu setelah pulang
dari stasiun, suara deburan ombak, kicauan burung camar, bunyi rem sepeda Aling dan
tawa khas Aling bercampur jadi satu di dalam telingaku. Memunculkan siluet bayangan
Aling yang sedang tersenyum diterpa matahari sore muncul setiap kali aku memejamkan
mata. Membuat seorang laki-laki berumur 14 tahun sepertiku mengerti apa artinya
rindu.

Tiga puluh satu tahun kemudian

Sore hari aku bergegas menuju batu di pinggir laut itu. Hari ini adalah hari ulang
tahun Aling, tepat tiga puluh satu tahun berlalu sejak kepindahan Aling. Entah
mengapa aku masih setia menunggu Aling menepati janjinya untuk kembali lagi kemari
dan duduk-duduk sore seperti yang dulu sering kami lakukan. Tiga puluh satu tahun
berlalu sejak Aling pindah, tiga puluh satu tahun pula aku tidak pernah lagi
mendengar kabarnya, terakhir kudengar Aling pindah lagi ke Denmark 3 bulan setelah
kepindahannya dari sini, dan tiga puluh satu tahun sudah Aling yang kunanti-nanti
tak pernah kembali. Sesekali Aling muncul dalam mimpiku, berlari di depanku atau
berdiri sambil merentangkan tangannya di atas batu ini. Aling yang berumur empat
belas tahun, dengan rambut sebahunya, tawa khasnya dan pipi merahnya mentapaku.

Tiga puluh satu tahun sudah aku selalu bergegas pergi ke batu setiap hari ulang
tahun Aling, berharap mungkin saat aku memejamkan mata, ada tangan yang menepuk
pundakku seperti dulu saat Aling menepuk pundakku ketika aku menangis. Tapi nihil,
tidak pernah ada. Hari ini aku kembali berdiri di atas bukit, merentangkan tangan.
Tanpa sadar kebiasaan yang dulu sering Aling lakukan menjadi kebiasaanku juga.
Kupejamkan mata dan kudengarkan suara ombak, kicau burung camar dan kuhirup aroma
laut dalam-dalam. Cuaca laut saat ini sedang indah-indahnya, tidak banyak yang
berubah setelah tiga puluh satu tahun meskipun beberapa restoran banyak yang telah
dibangun dan daerah pantai di sekitar laut yang mulai dikembangkan sebagai daerah
pariwisata. Tetap saja, setiap kali aku memejamkan mata dan menyatukan diriku
dengan laut, bayangan Aling selalu muncul, tertawa, berlari dan merentangkan tangan
di depanku.

Saat sedang mendengarkan deru ombak yang diiringi dengan kicau burung camar,
kurasakan ada tangan kecil yang menarik-narik saku celanaku, terkaget, aku pun
membuka mata, menengok ke bawah dan melihat seorang gadis cilik wajahnya mirip
Aling saat pertama kali ia datang ke rumahku. Aku kenal betul dengan wajah ini,
hanya saja ada apa dengan hidungnya? Ya, hidungnya sedikit berbeda dengan Aling.
Apakah ini

Om, Om pasti Om Agam kan? Temannya mama? anak kecil itu berkata, matanya yang
bulat polos menatapku. Temannya mama? Lalu siapa anak ini? Apakah dia Anak kecil
itu kembali menarik saku celanaku dan membuyarkan lamunanku, dari jauh aku lihat
ada seorang laki-laki sebayaku mendekat. Aku yakin betul bahwa anak ini ada
hubungan darah dengan Aling, garis matanya menyiratkan segalanya. Laki-laki itu
semakin mendekat, kemudian berdiri berhadapan denganku, mengulurkan tangannya,
Perkenalkan nama saya Adry, suami Aiko. Mas pasti Agam, kan, sahabat Aiko? jadi
benar dugaanku. Lalu, dimana Aling? Perkenalkan juga, Mas, ini Aimee putri kami.
Lanjut laki-laki itu sembari menyuruh Aimee menyalamiku. Aku hanya tersenyum
melihat Aimee. Ia betul-betul mirip dengan Aling. Ada perlu apa datang kemari,
Mas? tanyaku dengan sopan. Laki-laki itu kemudian mulai bercertita

Empat tahun yang lalu, sehari setelah Aimee lahir, Aling mengalami komplikasi yang
membuatnya koma selama empat hari. Dokter sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
menjaga Aling tetap hidup tapi tuhan berkehendak lain, lima hari setelah kelahiran
Aimee, Aling kembali kepada tuhan meninggalkan suami dan ketiga putrinya. Setelah
kepeninggalan Aling, Adry memutuskan untuk membongkar lemari lama berisi berkas-
berkas milik Aling dan menemukan album foto yang sudah usang. Ketika Adry membuka
album itu, tertera judul yang ditulis dengan huruf kapital berbunyi AKU, ARIA DAN
LAUT di sudut kanan bawah album itu ada tempelan cangkang kerang berwarna putih
dan di atasnya ada gambar 3 burung camar dan gulungan ombak yang digambar dengan
tangan. Adry membuka-buka album itu dan isinya adalah foto laut, ombak, pantai,
burung camar, batu, langit sore, Aling sendiri dan aku. Adry menangis melihat album
itu, kemudian ia mendekapnya, dan ternyata ada surat yang jatuh dari album itu.
Surat dengan perangko kira-kira dua puluh tahun yang lalu, yang sampai saat ini
tidak pernah dibuka oleh Adry.

Karena itu aku datang kemari dan aku rasa surat dan album ini pantasnya disimpan
olehmu, bukan olehku. Sepertinya ini sebuah pesan dari Aiko. Begitu ujarnya
menutup ceritanya sore itu. Langit mendung, berwarna kelabu seperti akan hujan. Aku
mengajak Adry untuk mampir ke rumahku, tapi katanya tak perlu, tadi sudah mampir
mencariku dan orang rumah bilang aku sedang pergi ke pantai. Adry dan Aimee
akhirnya bergegas pulang, begitu juga dengan aku sambil memeluk album itu,
menyusuri jalan dengan hujan gerimis dan angin laut yang dingin menusuk hingga ke
tulang.

Sore itu hujan deras. Sampai di rumah, aku segera membuka album itu dan melihat
wajahku dan Aling di sana. Foto pertama kami saat aku tercebur ke laut, bukannya
membantu, Aling malah mengarahkan kameranya berbalik dan jadilah foto kami berdua
dengan mukaku yang kusut. Hampir di setiap foto, wajah Aling selalu ceria. Ada satu
foto saat Aling sedang berdiri merentangkan tangannya dan aku ingat betul siapa
yang mengambil foto itu. Foto itu aku sendiri yang mengambil, sembunyi-sembunyi
saat Aling sedang tidak melihatnya, tak kusangka foto ini dicetak dan dialbumkan
oleh Aling. Di bawahnya ada tulisan, Indah kan alamnya? Aku suka sekali di sana,
lihat langitnya begitu biru. Memang alam adalah ciptaan Tuhan yang paling
sempurna. Tersenyum aku melihatnya, hingga foto terakhir kami di stasiun yang
diambil oleh ayahku dengan keterangan SAMPAI JUMPA LAGI, AGAM! tanpa sadar air
mata menetes dari pipiku, menyadari bahwa kami sama sekali tidak memiliki
kesempatan untuk bertemu lagi. Kupeluk album itu sesaat, kemudian aku ambil surat
di tengah halaman dan mulai membacanya,

Teruntuk sahabatku, Agam,


Hai, apa kabarmu di sana? Semoga baik-baik saja ya. Kabarku di sini baik-baik saja.
Aku sekarang ada di Denmark. Banyak sekali yang ingin aku tulis untukmu, Gam, tapi
pertama-tama aku akan memberi tahumu satu hal, aku akan segera menikah! Iya,
menikah! Dengan laki-laki bernama Adry. Ia orang Indonesia yang baik sekali. Ia
juga mengenalmu, aku sering menceritakanmu padanya, dan ia ingin sekali berkenalan
denganmu. Setelah menikah nanti, kami akan pulang ke Indonesia dan memulai hidup di
sana. Semoga aku bisa kembali ke desa kota dan jalan-jalan ke pantai bersamamu ya,
Gam.
Bagaimana keadaan laut? Apakah masih sama seperti dulu? Apakah batu besar itu masih
ada di sana? Apakah kamu masih selalu kesana setiap sore atau mungkin hanya
sesekali? Aku harap kau masih ke sana dan jangan lupa beritahu aku jika ada
perubahan ya!
Aku rinduuuuuu sekali padamu, pada laut kita, pada batu kita dan segalanya yang
ada di sana. Aku harap tidak ada yang merusak alam indah ciptaan Tuhan di sana,
sehingga saat aku ke sana nanti, aku masih bisa menikmati deru ombak, suara burung
camar dan matahari sore yang hangat. Tentu saja bersamamu dan bersama keluarga
kecilku nantinya. Tunggu aku ya, Gam!
Sekian dulu surat dariku, kuharap kamu membaca dan membalasnya. Mungkin surat ini
sampai saat hari ulang tahunmu, jadi kuucapkan saja selamat ulang tahun, Aria,
semoga panjang umur dan sehat selalu, sukses dalam menjalani hidup dan selalu ingat
padaku. Sampai jumpa lagi!
Dari sahabatmu, Aling a.k.a Aiko Maling.

Ya, Aling, sudah tentu aku mengingatmu dan selamat ulang tahun. Semoga kau bahagia
di sana dan selalu mengingatku, doaku dalam hati. Kupeluk album itu tanpa bisa
berkata-kata lagi. Aku bukanlah seorang bocah berumur empat belas tahun seperti
dulu, namun setelah tiga puluh satu tahun berlalu, di usiaku yang sudah kepala
empat ini aku masih bisa melihat bayangan wajah Aling setiap kali aku memejamkan
mata diiringi dengan suara ombak, kicau burung camar dan hangat matahari sore. Aku
bukan bocah berumur empat belas tahun lagi, tapi aku tidak bisa menahan air mata
yang turun saat ini, mengingat bahwa Aling sudah tiada dan tidak mungkin ada jumpa
lagi. Aku menangis hingga tertidur, mempikan Aling dengan pipi merah dan kulit
putih pucatnya berlari sambil tertawa di depanku, dengan latar belakang laut biru
kesayangan kami.

Aku membuka mataku yang basah oleh air mata. Aku selalu mengingatmu, Ling, batinku.
Tak peduli jika ada orang yang melihatku bagaikan banci atau orang gila, aku segera
menyeka air mata dengan tanganku yang sudah keriput. Rambut di kepalaku sudah
banyak yang memutih. Pandanganku sudah kabur, namun tak sedikit pun kenangan
tentang Aling kabur dalam benakku. Aku masih mengingatnya. Aku masih ingat
teriakannya menyuruhku lari lebih cepat, bunyi rem sepedanya dan sudah tentu
tawanya yang khas. Tempat ini selalu menjadi kenangan. Bagaimana pun perubahannya,
Aling selalu hidup di tempat ini dan di hatiku. Bersama dengan deru ombak, kicau
burung camar dan hangatnya matahari sore.

Cerpen Karangan: Alya Khalishah


Facebook: Alya Khalishah
baru pertama kali mengirim cerita, jadi mohon dimaklumi kesalahan-kesalahannya.
selamat membaca! ^^

Cerpen Aku dan Aling merupakan cerita pendek karangan Alya Khalishah, kamu dapat
mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru
buatannya.

Entah aku sedang bermimpi atau tidak, yang jelas saat aku terbangun aku sudah
berada di ruangan yang asing, ini bukanlah kamarku. Ruangan ini sangat besar dengan
beberapa figura yang terpasang rapi di setiap dindingnya, membuat kamar mewah ini
semakin mempesona. Sebuah pintu kaca hitam yang mampu memantulkan bayangan diriku,
kuperhatikan diriku, sebuah gaun merah maron selutut telah melekat di tubuhku,
menggantikan pakaianku sebelumnya, tak lupa sebuah syal juga sudah terlilit di
leherku membuat udara dingin di luar sana sedikit tak terasakan.

Tiba tiba pintu itu mulai terbuka, sesosok laki laki dengan jubah hitamnya mulai
mendekatiku.
Bagaimana keadaanmu via sayang? Tanya laki laki itu seraya tersenyum padaku.
Maaf, Apa kita sebelumnya saling kenal? Kulontarkan sebuah pertanyaan yang sedari
tadi sudah kutahan namun akhirnya terucapkan juga. Ia nampak menautkan sebelas
alisnya dengan senyuman yang masih bertahan di bibir seksinya itu.
aku tak mengenalnya jadi seharusnya ia juga tak mengenalku bukan?, tapi kenapa ia
tau namaku dan memanggilku dengan sebutan sayang? Pikirku.
Ternyata benar, kau melupakanku, tidak hanya itu kau juga melupakan kodratmu!
Aku terbelalak dengan kalimatnya,
Maksud kamu?
Aku adalah kekasihmu, namun kau mati saat pertempuran antara bangsa vampire dengan
drakula, dan itulah hari yang paling buruk bagiku, tapi kau akan terlahir kembali
setelah 100 tahun kematianmu, aku menunggu saat itu datang dimana kau akan terlahir
sebagai manusia, aku terus menjagamu hingga kekuatan kekuatan alami dalam dirimu
muncul seperti sekarang, dan setelah kemunculan kekuatanmu itu kau tidak bisa lagi
menjadi manusia sejati karena sebagian jiwamu adalah vampire, makanya aku membawamu
ke kastilku! Jelasnya panjang lebar dengan mengenggam tanganku, aku tersontak
mendengar semua kalimat kalimat yang keluar dari mulutnya itu. Sungguh aku benar
benar tak percaya.
Aku adalah manusia, tak ada sedikitpun jiwa vampire dalam diriku! Elakku dengan
melepas genggamannya.
Percayalah via, apa kamu ingin membuktikannya?. aku bisa menunjukkannya padamu!!
Oke kita buktikan semuanya! Ucapku geram.

Ia mulai menjentikkan jemarinya dan tak lama seorang wanita muncul entahh dari
mana, ia membawa sebuah pisau.
Ulurkan tanganmu, jika manusia biasa terluka, maka luka itu akan menimbulkan sakit
dan juga bekas belum lagi penyembuhannya memakan waktu yang lama, berbeda dengan
vampire jika ia terluka, maka luka itu akan sembuh dengan sendirinya tanpa berbekas
atau menimbulkan rasa sakit dan luka itu menghilang sepenuhnya hanya dalam kedipan
mata!
Oke mari kita lakukan!

Suasana siang sangatlah bahagia. Burung berkicau merdu, kendaraan bersatu padu di
jalan raya, semua makhluk hidup menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Matahari
bersinar terang, awan menghiasi langit yang biru, kupu-kupu terbang mengitari bunga
beraroma harum dan berwarna indah. Hari ini, cuaca cerah begitu pula suasana hati
semua makhluk hidup.

Padang rumput yang luas, sangatlah asri berwarna hijau muda. Tidak ada rumput yang
layu, semuanya menampakkan kebahagiaan yang berseri-seri. Beralaskan tanah berwarna
kecolekatan, gadis manis melangkah lunglai menuju arah yang tidak pasti.

Aku memperhatikan sekilas, sehingga aku tertarik untuk mengikutinya. Gadis itu
berambut panjang berwarna kecokelatan yang berkilau. Jika dipandang, dia adalah
gadis yang cantik. Kulitnya berwarna putih dan bersih, jika disentuh pasti lembut.
Namun, aku memandangnya kejauhan di sisi samping.

Wajahnya redup, matanya memerah. Rambutnya acak-acakan, tidak ada sunggingan senyum
yang menghiasi wajah mungilnya. Mengapa gadis cantik itu tampak berbeda? Tampak
berbeda dari makhluk hidup lainnya yang dengan riang bahagia menjalankan aktivitas
biasa. Aku terus mengikutinya, sehingga ia berhenti di sebuah pohon beringin yang
besar.
Aku menghentikan langkah kakiku tepat di sebelah gadis itu, masih seperti tadi
wajahnya mendung. Berbeda 360 derajat dari cuaca hari ini.
Ada apa dengan dirimu, gadis cantik? tanyaku membelai rambutnya, berusaha menjadi
ayah dari gadis itu. Aku ingin gadis itu menceritakan kisah dari hidupnya yang
menjadikan alasan sehingga wajahnya dapat redup seperti itu.
Aku menanti datangnya hujan ujarnya berusaha sedatar mungkin. Walau aku tahu,
gadis kecil itu akan segera mengalirkan air mata dari pelupuk matanya.

Sejenak, ia terdiam memandang langit yang cerah. Ia tidak mengeluarkan sepatah


kata, wajahnya datar. Namun, matanya menunjukkan makna yang dalam. Aku kembali
membelai rambutnya. Aku tersenyum memandang gadis mungil yang tergolong cantik itu.

Mengapa? Ceritakan padaku apa yang terjadi. Mungkin, aku bisa memberi solusinya.
Jangan malu-malu, sayang, tuturku lemah lembut. Gadis itu tidak banyak bicara,
namun aku menganggapnya sebagai anak sendiri.
Karena aku akan malu jika aku meneteskan air mata ditengah cuaca yang cerah ini.
Mereka akan memandangku, jika hujan turun maka aku bisa menumpahkan semua isi
hatiku tanpa ada yang melihat, aku menghela napas dan kembali melontarkan senyum.
Dia juga tergolong gadis yang pandai dan tahu artinya malu.

Walau dia tidak ingin mencurahkan isi hatinya padaku, aku tahu dia sedang mengalami
masalah yang berat. Namun, bebannya tidak dia tumpahkan dari hati kecilnya saat
semua riang bahagia. Jika dia anakku, aku akan bangga padanya.

Selang berapa waktu kemudian, doanya terkabul. Aku menatap langit yang kini
mendung, matahari tidak berani menampakkan dirinya. Dia bersembunyi di dalam awan
hitam yang bertumpuk-tumpuk. Angin mulai berhembus kencang, aku memandang gadis
itu. Matanya berkaca-kaca. Aku menepuk pundak mungilnya.

Kau bisa menangis sepuasnya, bisikku memberi bantal kecil padanya. Ia terdiam
tanpa menampakkan senyum. Perlahan, wajahnya tidak terlihat lagi setelah ia
menutupi wajahnya dengan bantal kecil pemberianku. Mereka menganggap gadis kecil
ini sedang tidur, namun sebenarnya ia sedang asyik menumpahkan isi hatinya.

Cerpen Karangan: Tita Larasati Tjoa


Facebook: Tita Larasati
Seorang gadis kelahiran tahun 2005.

Perlahan ia mulai menggores tanganku dengan pisau itu, membuatku sedikit merinding
dan menutup mataku. Tak ada rasa sakit sama sekali, dari situ aku mulai
memberanikan diri membuka mataku, mungkin ia belum menggoresnya, namun dugaanku
salah, darahku telah menetes tak beraturan dan luka itu perlahan menghilang tak
berbekas. Aku mengucek kedua mataku, kenapa bisa?
Dari situ aku mulai mempercayainya dan mempercayai kodratku.

Ia mulai memelukku sangat erat, ia menangis dalam pelukanku, bagiku itu wajar,
bagaimana tidak? Roy sudah menungguku 100 tahun lamanya, ia juga harus menunggu 17
tahun hingga kekuatan vampireku muncul terlebih lagi memori tentangnya dalam
ingatanku sama sekali tak ada, siapa yang sanggup seperti itu?.

Minumlah ini! Roy menyodarkan segelas air putih untukku


Aku pikir kau akan menyodorkanku darah, ternyata air putih! Ucapku dengan
tersenyum padanya.
Siapa bilang ini air putih, ini adalah darah sama seperti dugaanmu! Aku
terbelalak dibuatnya, bagaimana bisa darah berwarna putih, memangnya ada?
Darah kan warnanya merah tapi itu putih seperti layaknya air, apa vampire bisa
buta warna? Tanyaku padanya, tak kusangka ia mulai tertawa, membuatnya semakin
tampan.
Ini benar benar darah sayang, ini bewarna putih karena telah diolah secara khusus
dan tak banyak vampire yang mengetahui cara mengolah darah supaya seperti ini!!
Oh benarkah?, tapi aku tidak pernah meminumnya, aku takut! Secara halus aku
menolaknya.
Aku khusus membuat ramuan ini untukmu sayang, agar kau bisa menyamarkan baumu
supaya bangsa vampire maupun serigala tidak memangsamu, minumlah ini, kau juga
vampire! Tegasnya dengan menggenggam tanganku.

Apa yang ia katakan benar, aku mulai memberanikan diri mengambil gelas itu, namun
aku mulai bertanya akan sesuatu.
Tunggu, kamu bilang kamu membuat ini untukku supaya bangsa vampire dan drakula
tidak memangsaku, memangnya kenapa mereka ingin memangsaku bahkan bangsaku sendiri?

Kamu sepenuhnya bukanlah vaampire, dengan kata lain kamu adalah manusia setengah
vampire dan tidak semua vampire yang mati akan hidup lagi, karena kamu adalah salah
satu putri dari kerajaan vampire maka peraturan itu berlaku untukmu, kau akan hidup
kembali, dan kekuatan dari darahmu bisa membuat vampire lain berlipat bahkan sampai
10 kali, dan bangsa drakula ingin membunuhmu karena mereka takut akan punah jika
ada vampire yang bisa menggigitmu, maka dari itu setelah kekuatanmu muncul bau dari
tubuhmu sangatlah khas dan berbeda dari vampire lain jadi aku membawamu kemari, aku
akan melindungimu sayang!! Jelas sembari mengelus rambut panjang dengan lembut.
Aku akan meminumnya! Aku tersenyum padanya dan mulai meminum cairan itu, rasanya
sama seperti air, bau amis dan lainnya sudah tak ada.

Saat aku selesai meminumnya tiba tiba segerombolan orang orang aneh mengepung
kastil ini.
Siapa mereka?, kenapa mereka mengeluarkan taring dan mengendus?
Mereka bangsa kita, sepertinya mereka sudah mengetahui keberadaanmu!
Tapi aku sudah meminum cairan ini! aku menunjuk gelas yang telah kosong.
Aku juga tidak tau kenapa mereka bisa tau!!
Dia terlihat sangat cemas sekarang. Tiba tiba seorang wanita datang dengan membawa
selembar kain yang berlumuran darah.
Maaf tuan, sepertinya mereka datang karena ini! Wanita itu menyerahkan kain tadi
pada roy.
Oh iya, darah ini!
Itu kan darahku! Ucapku
Benar, darahmu tercium oleh mereka, keadaannya tak baik untukmu bersamaku
sekarang! Ucapnya dengan memenggangi pipiku dengan menghusapnya membuatku menatap
kedua manik matanya, entah kenapa aku takut kehilangannya.
Aku ingin bersamamu, bawa aku pergi bersamamu di manapun itu! Air mataku mulai
menetes keluar, dadaku terasa sangat sesak.
Aku akan selalu bersamamu, kalaupun kita tidak bersama bukan berarti kita pisah,
karena aku ada di hatimu!
Aku memeluknya, air mataku tumpah dalam dekapannya.
Kamu harus pergi sekarang sayang, aku janji aku akan menjemputmu, jangan khawatir,
oke?. Aku mengangguk pelan. Dia mulai mengecup bibirku, membuat sekelebat bayangan
muncul dalam ingatanku, namun aku tak tahu bayangan apa itu. Dia mulai menjentikan
jemarinya lagi, elang hitam kemarilah, aku butuh bantuanmu!!, tak lama seekor
elang hitam berubah menjadi sesosok pria.
Bawa dan lindungi dia, dia adalah gadisku!
Baik tuan! Ucap seseorang itu dengan berubah kembali menjadi elang
Naiklah, dia akan melindungimu, dan pakai jubah ini! ia memakaikanku sebuah jubah
warna cokelat yang berbulu lebat. Aku menurutinya, ia membantuku menaiki elang
tersebut dan elang itu mulai terbang meninggalkan kastil.

Sebelum sosok roy menghilang dalam pandanganku, ia sempat berkelahi dengan bangsa
vampire setelah penjagaan kastil itu berhasil ditembus oleh mereka. Aku sempat
khawatir padanya. Entah elang ini akan membawaku kemana, kupasrahkan hidupku
padanya, namun sekelebat bayangan hitam mulai mengikuti kami
Bersambung, nantikan episode selanjutnya guys

Cerpen Karangan: Aisyifive


Facebook: Aisyah novi
Maaf ya cerpennya tak beraturan begitu, berikan komen ya guys agar bisa ngerti
letak kesalahannya dan bisa update episode selanjutnya. salam.

Cerpen Kekasih Yang Hilang (Part 1) merupakan cerita pendek karangan Aisyifive,
kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen
terbaru buatannya.

Saat itu anak-anak lain memandangku sambil tersenyum, aku pun membalas senyuman
mereka. Saat itu pelajaran matematika, gurunya bernama pak Wawan. Aku mengikuti
pelajaran tersebut dengan baik. Saat bel berbunyi pertanda waktu istirahat aku
diajak makan di kantin bersama Sinta. Banyak anak yang berkenalan denganku kecuali
Irene.
Gak usah dilihatin gitu banget dong Carol, dia memang seperti itu, kata Sinta.
Oke, jawabku dengan nada datar. Selesai aku makan bareng Sinta. Irene menghampiri
kami.
Eh, lo anak baru.. Mentang-mentang anak bule lo langsung ngeboom di sekolah ini,
kata Irene dengan nada tinggi.
Masalah gue lo, Kataku sambil menunduk. Irene langsung pergi tanpa ada sepatah
kata pun.

Saat pulang sekolah, aku dijemput sama daddy dengan mobil. Ku lihat Irene memakai
motor di belakangku. And you know her home is in front of my house. Ibunya ada di
rumah, ibunya melihat ke arahku dan tersenyum. Aku dan bunda membuat cupcake
sebagai salam kenal ke beberapa tetangga termasuk Irene. Saat aku dan bunda membawa
cupcake ke rumah Irene, aku melihat ada kamar yang kelihatannya sangat jorok dan
berantakan. Dan ya benar perkiraanku itu adalah kamar Irene.

Ibunya ke luar dan akhirnya kami pun mengobrol. Aku gugup saat masuk ke rumahnya.
Ibu Irene menyuruhku untuk memanggil Irene ke luar and it was dangerous for me,
tapi aku tidak bisa menolaknya. Saat aku mengetuk pintu kamarnya, ia menjerit
seperti orang kesurupan. Im so scared you know. Ibu Irene langsung masuk ke kamar
Irene sambil membawa beberapa obat. Aku bertanya dalam hati. Obat apa itu? Mengapa
Irene berteriak? Mengapa ibunya panik? pertanyaan-pertanyaan itu aku sembunyikan
dan aku pendam.

Keesokan harinya Irene menghampiriku dengan Sinta tapi mukanya pucat, Sorry ya
kemaren gue marahin lo.. sebenarnya.. aku langsung kaget saat kata sebenarnya itu
terucap di mulut Irene. Sebelum Irene melanjutkan kata-katanya, Irene langsung
pingsan. Aku dan Sinta minta tolong ke anak lainnya untuk membawa Irene ke UKS.
Suhu badannya sangat panas. Matanya merah. Hidungnya keluar darah. Aku takut, aku
langsung memeluk Sinta.

Did she alright? kataku kepada Sinta.


She will fine Carol, dont be scared. Dia udah sering seperti ini, kata Sinta.
Sering? Apa maksudnya semua ini? Apakah Irene memang sering sakit seperti ini? Aku
jadi bingung memikirkannya. Aku dan Sinta menunggu ibu Irene datang. Akhirnya ibu
Irene datang sambil membawa obat yang saat itu aku lihat di rumah Irene.

Akhirnya Irene sadar dan ibunya memberikan obat kepada Irene. Irene tersenyum
padaku, tapi aku hanya diam karena aku masih takut akan kejadian tadi pagi. Aku
menghampiri Irene dan ibunya. Tolong jaga Irene ya Carol. Ibu sangat
mengharapkanmu, Kata tante Yuni -ibunya Irene. Baiklah, aku menjawab sambil
tersenyum. Tante Yuni pun pergi dan memberikan obat itu padaku. Sesudah tante Yuni
pergi, Irene memegang tanganku dan berkata, Carol makasih ya mau jagain aku, kamu
memang sahabat yang paling baik.

Sahabat? Sejak kapan? Berteman saja tidak? Tapi aku menjawab, Ya, sebenernya kamu
tadi pagi mau bilang apa? ia tersenyum dan berkata, Aku ini bodoh, saat aku kecil
aku diculik lalu aku ingat di ruangan yang penuh dengan alat-alat, obat dan suntik.
Mereka menjadikan aku sebagai tikus percobaan eksperimen mereka. aku terkejut, dia
melanjutkan ceritanya. Aku hanya menangis aku disuntik.. Dan aku kejang-kejang.
Pada akhirnya aku pingsan dan berada di jalanan. aku mengerti mengapa ia harus
memakai obat terus. Kalau aku gak ada, tolong bilang ke ibuku kalau aku
menyayanginya. Sangat menyayanginya. belum sempat aku menjawab, Irene sudah tiada.
Ya, itu merupakan akhir pahit bagiku. Irene meninggal pada hari itu juga.

Saat acara pemakaman Irene, tante Yuni memberikan aku sepucuk surat yang
bertuliskan, To: Caroline from: Irene. Saat aku membuka isi surat tersebut aku
menangis. Hai, Carol. Sorry aku marah padamu saat itu. Aku memang suka frustasi
dan stres. Aku ketergantungan obat. Mungkin ini kata-kata terakhirku untukmu. Aku
belum pernah punya teman. Makasih udah jadi temanku walaupun beberapa menit. Jangan
nangis ya? I will miss you Irene.

Cerpen Karangan: Keisya Aulia Rikanov


Facebook: Keisya Aulia Rikanov
Hei hei guys! Cerpen kedua telah tiba ini beda deh sama yang sebelumnya. Enjoy for
reading! Ill be back soon! ^_^

Cerpen I Will Miss You merupakan cerita pendek karangan Keisya Aulia Rikanov, kamu
dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru
buatannya.

Esoknya
Renata ayo kita berangkat teriak mama.
Iya ma kataku sambil keluar dari kamar.
Kami pun segera berangkat ke bandara soekarno hatta dan berangkat naik pesawat.

Aku tak tahu dari jakarta ke lombok berapa jam, karena tadi waktu aku di pesawat
aku ketiduran. Aku, mama, papa pun menginap di hotel yang ada di sekitar situ.
Besok baru kami ke pantai gili pasir. Jarak hotel ke pantai cukup dekat kok.

Esoknya
Kami sudah tiba di pantai gili pasir lombok. Di sana aku berenang air di sana
dingin.
Tak terasa hari sudah petang dan besok kami harus pulang ke jakarta.

Esoknya
Byyyyy lombok Pamitku saat ada di dalam pesawat.

Cerpen Karangan: Syafaat Dinihari

Cerpen Liburan Ke Pantai Gili Pasir Lombok merupakan cerita pendek karangan Syafaat
Dinihari, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen
cerpen terbaru buatannya.

Beberapa hari kemudian Andre datang menemui Iwan di taman.


Hei Iwan.. Apa kabar? Sudah lama tidak ketemu ya hehe, kata Andre dengan semangat
bertemu dengan Iwan.
Hehe iya nih, Kata Iwan dengan lesu.
Kau kenapa Iwan? Tanya Andre.
Hmm ya? Hehe gak apa-apa kok. Kata Iwan sambil tersenyum.

Begitu ya, bagaimana kita bermain badminton? Tanya Andre.


Yahh seru juga tuh, Kata Iwan sambil semangat. Mereka pun bermain badminton
bersama dengan semangat. Sedangkan Roni dan Hafiz yang satu sekolah dengan Andre
selalu saja meminta uang Andre.
Eh Fiz, si Andre belakangan ini kok gak mau ngeluarin duit lagi ya? Tanya Roni.
Iya nih Roni. Bagaimana kita minta secara paksa aja? Jawab Hafiz menantang.
Hmm benar juga tuh bagaimana nanti waktu di taman aja kita mintanya? Kata Roni
dengan semangat.

Di sore hari Hafiz dan Roni bermain dengan Andre, Hei Ndre.. bagi duit dong?
Tanya Hafiz.
Untuk apa? Tanya Andre kembali.
Ya tidak untuk apa-apa sih, sudah berikan saja duitmu, Kata Hafiz sambil mencekik
Andre.
Hentikan Hafiz aghh! Kata Andre. Tiba-tiba datang Iwan.
Heii hentikan! jerit Iwan.
Aaahh datang juga dia si perusuh! Kata Roni.
hHentikan Hafiz jangan paksa Andre untuk memberikan kalian uang, Kata Iwan dengan
wajah marah. Tiba-tiba Hafiz memukul Iwan dan terjadilah perkelahian di sana, Dan
akhirnya Hafiz menangis lalu pergi.

Heii Hafiz tunggu! Kata Roni.


Jangan pernah kalian ganggu sahabatku lagi! Kata Iwan dengan wajah kesal.
Haha thanks ya Wan, kau keren juga ya kalau marah, Kata Andre sambil ketawa.
Haha kau bisa aja Ndre, kata Iwan sambil tersenyum.
Wan, aku akan pindah rumah hari ini ke Jakarta, Kata Andre dengan wajah serius.
Hah? Serius Ndre? Terkejut Iwan.
Haha iya Wan, kok wajahmu jadi sedih gitu sih? jawab Andre sambil ketawa.
Jadi kita gak bakal bisa bermain bersama lagi? Tanya Iwan.
Itu tidak benar Wan, malah inilah awal persahabatan kita, aku yakin kita pasti
bertemu lagi. Kata Andre.

Akhirnya Andre pun pergi ke Jakarta dan meninggalkan sahabatnya yang ada di Medan.
Tahun terus bergantian di saat usia Iwan sudah berumur 12 tahun dia selalu
menyendiri di saat SMP ini pun dia belum mempunyai teman. Dia hanya bisa berharap
agar Andre bisa kembali bermain bersamanya. Di sore hari Iwan duduk-duduk di Taman
sendiri.

Ehem.. apa Ada Iwan di sini? Tanya orang misterius.


Ya.. saya sendiri ada apa ya? Tanya Iwan terkejut.
Hei apa kabar sahabatku? Tanya orang misterius tersebut.
Andre.. haha kapan kau kembali? Tanya Iwan.
Kemarin aku baru sampai di Medan, Jawab Andre.
Kenapa kau tidak bilang sih Ndre? Tanya Iwan dengan wajah kesal.
Yahh maaf deh Wan lagian aku sibuk terus nih, Jawab Andre.
Iya deh, eh hidungmu berdarah Ndre, kau sakit ya? Tanya Iwan.
Eh gak kok. Jawab Andre. Tiba-tiba Andre jatuh pingsan dan Iwan pun melapor ke
Ibunya Andre.

Lalu Andre dibawa ke rumah sakit, Tante, Andre sakit apa? Tanya Iwan.
Sebenarnya Andre menderita Leukimia Wan, Jawab Ibunya.
Apa? Kenapa Andre tidak pernah cerita? Tanya Iwan terkejut.
Dia tidak mau membuat sahabatnya sedih, Jawab Ibu Andre sambil mengeluarkan air
mata.
Jadi, makanya itu Andre dibawa ke Jakarta? Hanya untuk pergi berobat? Tanya Iwan
sambil menangis.
Iya, kau benar Iwan, Jawab Ibu Andre sambil menangis. Iwan dan seluruh anggota
keluarga Andre pun menangis di rumah sakit tersebut.

Dan di saat itu Iwan melihat Andre terbaring di tempat tidur. Hei, jangan menangis
kawan, aku gak kenapa-kenapa kok, kata Andre sambil tersenyum.
Tidak, kenapa kau tidak bilang padaku Ndre? Tanya Iwan sambil menangis.
Hehe maafkan aku sahabatku, aku hanya tidak mau kau bersedih karena aku, Jawab
Andre sambil tersenyum.
Kenapa? Kita ini kan sahabat kita harus senang bersama dan juga susah bersama,
Kata Iwan kepada Andre sambil menangis.
Iwan, kau benar-benar sahabat terbaik yang pernah ada dalam hidupku, aku punya
pesan terakhir untukmu wahai sahabatku. Jangan pernah menyerah seberat apa pun
rintangan menghadapimu Kata Andre dengan wajah sedih.

jangan bicara seperti itu Ndre, kita akan selalu bersama dan bermain bersama,
kata Iwan dengan wajah penuh dengan air mata.
Jaga Ibuku ya Wan ingat pesanku tadi, kau adalah sahabat lamaku yang terbaik tidak
kau benar-benar sahabat terbaikku yang pernah ada di dunia ini. Jangan pernah
menyerah! Kata Andre dengan penuh harapan. Anddreee, Menjerit Iwan ketika
melihat sahabatnya pergi meninggalkannya. Andre meninggalkan sahabatnya dan semua
keluarganya, setelah kepergian Andre, Iwan berjanji akan memenuhi janjinya kepada
Andre. Dan semua penuh kenangan antara cerita dua orang sahabat yang saling
mempercayai dan saling memahami.

Cerpen Karangan: Adrian Fahri


Facebook: Adrian Fahri

Cerpen Sahabat Lama merupakan cerita pendek karangan Adrian Fahri, kamu dapat
mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru
buatannya.

You might also like