Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
HALAMAN JUDUL
NPM 1401160061
Kelas VIII D Program Studi D-IV Alih Program
ii
ABSTRAK
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Agar dapat digunakan sebagai alat manajemen dan
akuntabilitas, APBN harus disusun berdasarkan prestasi kinerja yang hendak dicapai dengan menerapkan
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK). Evaluasi penerapan PBK sampai dengan tahun 2013 menunjukkan
bahwa sisi akuntabilitas sudah berjalan dengan baik tetapi belum dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan
penganggaran yang dilakukan Kementerian Negara/Lembaga. Terkait dengan hal tersebut, dilakukan
penyempurnaan kebijakan sistem penganggaran yang ditandai dengan diterbitkannya Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Pemerintah kini menerapkan kebijakan sistem penganggaran berbasis
hasil (outcome). Langkah yang dilakukan Pemerintah adalah melakukan penataan Arsitektur dan Informasi
Kinerja (ADIK) dalam dokumen penganggaran. Dengan ADIK, keterkaitan antara input, aktivitas, output, dan
outcome terlihat semakin jelas dengan didukung pengukuran keberhasilan pencapaian outcome dan output
melalui indikator kinerja yang memadai. Tulisan ini memaparkan tentang penerapan ADIK dalam penganggaran
sebagai wujud continuous improvement dalam perencanaan dan penganggaran dengan studi kasus pada
Direktorat Jenderal Anggaran (DJA).
Kata kunci: Penganggaran Berbasik Kinerja, Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK), Continuous Improvement,
APBN, DJA
The State Budget (APBN) is the annual financial plan of the state government approved by the House of
Representatives (DPR). In order to be used as a management and accountability tool, the APBN should be
prepared by applying Performance Based Budgeting (PBB). The evaluation of PBB implementation until 2013
indicates that the accountability side has been running well but can not be used to measure Stame
Ministri/Institution performance yet. In relation to this, the improvement of the budgeting system policy is marked
by the issuance of Regulation of the Minister of Finance No. 136 / PMK.02 / 2014 on the Guidelines for
Formulating and Reviewing the Work Plan and Budget of State Ministries / Institutions. The government has
adopted a policy of outcome-based budgeting system. The steps taken by the Government are to arrange the
Architecture and Performance Information (ADIK) in the budgeting document. With ADIK, the linkage between
inputs, activities, outputs, and outcomes is seen clearly with the support of measuring the success of achieving
outcomes and outputs through adequate performance indicators. This paper describes the implementation of
ADIK in budgeting as a continuous improvement of planning and budgeting with case study at Directorate
General of Budget (DJA).
Keyword: Performance Based Budgeting, Architecture and Financial Information (ADIK), Continuous
Improvement, APBN, DJA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
proses penerapan ADIK dan struktur ADIK (hubungan antara Form I, II, dan III ADIK) tanpa
melihat nilai nominal anggaran. Penelitian dilakukan terhadap struktur ADIK DJA TA 2016.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
3. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja merupakan proses penilaian dan pengungkapan masalah implementasi
kebijakan untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja, baik dari sisi
efisiensi dan efektivitas dari suatu program/kegiatan. Cara pelaksanaan evaluasi dapat
dilakukan dengan cara membandingkan hasil terhadap target (dari sisi efektivitas) dan
realisasi terhadap rencana pemanfaatan sumber daya (dilihat dari sisi efisiensi). Hasil
evaluasi kinerja merupakan umpan balik (feed back) bagi suatu organisasi untuk
memperbaiki kinerjanya.
4
BAB III
METODE PENELITIAN
5
BAB IV
PEMBAHASAN
6
Selanjutnya, setelah dikaji lebih dalam dengan menggunakan metode analisis Chi-
Square Automatic Interaction Detector (CHAID), evaluasi atas substansi program yang
dikelola K/L secara keseluruhan memberikan hasil sebagai berikut (PMK Nomor
196/PMK.02/2015):
Nasional
Kementerian/Lembaga
Eselon I
Program
Eselon II
Kegiatan
Indikator Kinerja Kegiatan
Output
Komponen
Pada arsitektur kinerja yang berlaku saat itu, hanya dikenal output kegiatan di level
penanggung jawab program atau Satuan Kerja (Satker). Tidak dikenal output di level K/L
(output K/L) dan juga tidak dikenal output program di level eselon I. Fakta tersebut berkaitan
dengan tidak terdapatnya output K/L dan output program (level eselon I) dalam dokumen
Rencana Strategis K/L (Renstra K/L). Dokumen Renstra K/L hanya memuat sasaran
strategis (outcome level K/ L) dan sasaran program (outcome level eselon I) (PMK No.
196/PMK.02/2015).
7
Secara umum, lemahnya arsitektur dan informasi kinerja dalam RKA-K/L akan
menghambat proses pengambilan kebijkan karena anggaran belum dapat dijadikan sebagai
alat managerial dan kontrol. Para pihak yang terkait dengan suatu program sulit
mengkomunikasikan program yang mereka jalankan karena masing-masing mempunyai
interpretasi sendiri atas suatu program. Pada akhirnya, perencanaan dan evaluasi yang
dilakukan cenderung business as usual atau bahkan hanya sekedar menuliskan ulang
program yang sudah dijalankan pada tahun sebelumnya. Lemahnya arsitektur dan informasi
kinerja perlu mendapat perhatian khusus untuk dilakukan perbaikan.
Konsep penganggaran berbasis kinerja mensyaratkan bahwa kinerja yang diukur
mulai dari penggunaan sumber daya (input) dan adanya relevansi antara keluaran (output)
dengan hasil (outcome). Karena RKA-K/L belum dapat menyajikan rumusan informasi
kinerja yang terukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan belum dapat menunjukkan
relevansinya dengan sumber daya yang digunakan, untuk membantu proses perencanaan,
penganggaran, dan evaluasi terhadap program-program pembangunan, diperlukan adanya
penataan ADIK dalam RKA-K/ L. Selain itu, tidak adanya output level K/ L dan output level
eselon I juga menjadi pertimbangan utama perlunya dilakukan penataan arsitektur kinerja
(PMK No. 196/PMK.02/2015). Penataan ADIK dalam penyusunan RKA-K/L menggunakan
pendekatan kerangka logika (logic model) untuk memberikan gambaran hubungan logis
antara sumber daya (input), aktivitas (proses), keluaran (output) dan hasil dari program
(outcome).
Secara sederhana, hubungan unsur-unsur dari program dapat digambarkan sebagai
berikut. Jika sumber daya untuk melaksanakan suatu program tersedia, maka kegiatan-
kegiatan dalam program tersebut dapat dilaksanakan. Jika kegiatan-kegiatan tersebut
dilaksanakan dengan sukses, maka dapat diharapkan terciptanya suatu output dan outcome
tertentu. Logic model sering digunakan dalam tahap evaluasi program , tetapi dapat juga
digunakan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan (PMK No. 196/PMK.02/2015). Jadi,
pendekatan logic model dalam penataan ADIK membentuk suatu rangkaian yang dapat
menunjukkan hubungan dan keterkaitan logis antara kondisi yang diinginkan oleh suatu
program dan strategi dalam mencapai kondisi yang diinginkan.
Masing-masing komponen membentuk suatu rangkaian yang dapat memperlihatkan
hubungan dan keterkaitan logis antara kondisi yang diinginkan oleh suatu program dan
strategi dalam mencapai kondisi yang diinginkan tersebut. Secara umum keterkaitan antar
komponen dalam RKA-K/L dapat ditunjukkan dalam Gambar Arsitektur RKA-K/L Berbasis
Outcome di atas. Hubungan logis dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Suatu Outcome akan dicapai apabila telah terdapat atau diproduksi output yang
diperlukan
2. Untuk menghasilkan output diperlukan serangkaian aktivitas
3. Untuk melaksanakan berbagai aktivitas diperlukan berbagai input (sumber daya)
Adapun bentuk arsitektur RKA-K/L berbasis outcome adalah sebagai berikut.
Arsitektur RKA-K/L
Berbasis pada Outcome
Aktivitas
Input
8
Arsitektur dan informasi kinerja setelah penataan ADIK menyajikan informasi kinerja
pada setiap level organisasi. Jika arsitektur kinerja sebelumnya tidak menyajikan output
pada level K/L dan level eselon I, kini struktur ADIK menjadi lebih informatif dengan
menyajikan input, aktivitas, dan output pada tiap level organisasi dengan tambahan
penyajian outcome pada level Kementerian/Lembaga. Secara umum, penyajian ADIK
dengan format baru yang mulai diterapkan sejak tahun anggaran 2016 adalah sebagai
berikut.
Nasional
Kementerian/Lembaga
Output Outcome
Input Aktivitas Target Target
Indikator Indikator
Eselon I
Output Outcome
Input Aktivitas
Target Target
Indikator Indikator
Eselon II
Output
Input Aktivitas Target
Indikator
9
hal yang harus terus diperbaiki. Continuous improvement perlu dilakukan untuk peningkatan
akuntabilitas pengelolaan anggaran khususnya terkait pengukuran pencapaian outcome
yang telah ditetapkan. Penyempurnaan ADIK akan terus dilakukan secara berkelanjutan
untuk mendukung pelaksanaan fungsi penganggaran yang diemban Kementerian
Keuangan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, struktur organisasi DJA dapat digambarkan pada
gambar di bawah ini.
Dit.
Anggaran
Dit. Dit. Dit. PNBP Dit.
Sekretariat Dit. Bidang
Anggaran Anggaran Harmonisasi
Direktorat Penyusunan Polhuk Dit. Sistem
Bidang Bidang Peraturan
Jenderal APBN Hankam Penganggaran
Ekontim PMK Penganggaran
dan BA
BUN
10
yang digunakan dalam menyusun RKA-K/L DJA tahun anggaran 2016 dengan susunan
sebagai berikut:
1. Form I :struktur RKA-K/L Kementerian Keuangan untuk tahun 2016
2. Form II :struktur Rencana Kerja dan Anggaran Level Eselon I, Direktorat Jenderal
Anggaran
3. Form III : struktur Rencana Kerja dan Anggaran Level Eselon II, Direktorat Jenderal
Anggaran
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, konsep penataan arsitektur
ADIK didasarkan pada pendekatan logic model, hierarki fungsi, dan informasi yang bersifat
top-down. Adapun format informasi kinerja dalam RKA-K/L setelah penerapan ADIK pada
Pada Kementerian Keuangan (Form I), Unit Eselon I DJA (Form II), dan Unit Eselon II DJA
(Form III) adalah sebagai berikut.
Indikator outcome:
01.Rasio penerimaan pajak terhadap PDB
02.Rasio utang terhadap PDB
03.Rasio defisit APBN terhadap PDB
Output Perencanaan Penganggaran, Pelaksanaan anggaran, dan transfer ke
daerah yang berkualitas
Indikator output:
01.Akurasi perencanaan APBN
02.Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L
03.Indeks pemerataan keuangan antar daerah
Aktivitas 01.Pengelolaan anggaran pemerintah pusat
02.Pengelolaan perbendaharaan negara
03.Peningkatan kualitas hubungan keuangan pusat dan daerah
Input 01.Gaji dan Tunjangan
02.Operasional dan Pemeliharaan Kantor
07.Peralatan dan Mesin
08.Gedung dan Bangunan
09.Data dan Informasi
11.Layanan Internal Organisasi
11
Kementerian Keuangan juga sudah mampu menjawab kebutuhan atau masalah yang harus
diselesaikan yaitu terjaganya kesinambungan fiskal.
Indikator outcome:
98. Akurasi perencanaan APBN
99. Deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran
03. Rasio defisit APBN terhadap PDB
Output I Alokasi anggaran pemerintah pusat yang efektif dan efisien
Indikator output:
99. Persentase ketepatan waktu penyelesaian Nota Keuangan, APBN,
APBNP, dan DIPA
Aktivitas 01. Menyusun analisis, kebijakan, dan proyeksi kebijakan APBN
02. Menyusun peraturan pelaksanaan di bidang penganggaran
03. Menyusun dokumen APBN
04. Menyusun konsolidasi laporan keuangan BSBL
05. Melaksanakan bimtek/monev
06. menerbitkan DIPA
Output II Kebijakan penganggaran yang berkualitas
99. Persentase ketepatan waktu penyelesaian kebijakan penganggaran
Aktivitas 01. Menyusun rekomendasi kebijakan peraturan penganggaran
02. Menyusun kebijakan penganggaran
03. Mengembangkan sistem informasi di bidang penganggaran
04. Melaksanakan monev
Outcome 02 Pengelolaan PNBP dan subsidi yang optimal
Indikator outcome:
99. Persentase implementasi single source database PNBP
Output Peraturan di bidang PNBP dan subsidi energi yang efektif
Indikator output:
99. persentase penyelesaian peraturan di bidang PNBP dan subsidi
energi
Aktivitas 01. Menyusun peraturan terkait PNBP dan subsidi energi
02. Melaksanakan monev
Input 01 . Gaji dan Tunjangan
02 . Operasional dan Pemeliharaan Kantor
07 . Peralatan dan Mesin
08 . Gedung dan Bangunan
Dalam struktur RKA-K/L (Form II) DJA, terlihat jelas relevansi antara input, aktivitas,
output, dan outcome dengan rumusan informasi kinerja yang terukur. Struktur RKA-K/L DJA
(Form II) sudah dapat memberikan gambaran hubungan logis antara input, aktivitas, output,
dan outcome. Jika sumber daya (gaji dan tunjangan, operasional dan pemeliharaan kantor,
peralatan dan mesin, serta gedung dan bangunan) tersedia maka kegiatan DJA dapat
dilaksanakan. Terlaksananya kegiatan tersebut dengan baik diharapkan akan dapat
mencapai output berupa alokasi anggaran pemerintah pusat yang efektif dan efisien,
kebijakan penganggaran yang berkualitas, serta peraturan di bidang PNBP dan subsidi
energi yang efektif. Tercapainya atau tidaknya output tersebut ditunjukkan oleh indikator
output. Hasilnya, diharapkan outcome DJA berupa pengelolaan anggaran yang berkualitas
dapat dicapai. Pencapaian outcome dapat diukur dari indikator : akurasi perancanaan
APBN, deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran, dan rasio defisit APBN
terhadap PDB.
12
Struktur RKA-K/L Form II DJA tahun 2016 berbeda dengan struktur RKA-K/L
sebelum penerapan ADIK karena terdapat rumusan output pada level eselon I yang
menunjukkan keluaran yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan oleh DJA. Rumusan
input, aktivitas, output dan outcome juga terlihat jelas. Tidak ada lagi output yang berbasis
input seperti dokumen, kendaraan, ataupun bangunan. Outcome DJA juga sudah mampu
menjawab kebutuhan atau masalah yang harus diselesaikan yaitu pengelolaan anggaran
yang berkualitas.
Indikator output:
01 . Deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran KL
Suboutput 001. Peraturan pelaksanaan di bidang penganggaran
Aktivitas 051. Penyusunan Pagu Indikatif
052. Penyusunan pagu anggaran
053. Penyusunan pagu definitif/alokasi anggaran
054. Penyusunan RPMK pengelolaan BA BUN
055. Penyusunan Pagu APBNP
Output 002. Monitoring dan Evaluasi
Indikator output:
01. Deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran KL
Suboutput 001. Monitoring dan Evaluasi
Aktivitas 051. Pelaksanaan Bimtek
052. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi penganggaran
053. Penyusunan laporan
Input Tidak dijelaskan secara rinci
Pada level Eselon II (Form III), keluaran paling tinggi bukan lagi dalam bentuk
outcome tetapi dalam bentuk output. Apabila uraian setiap output, suboutput, dan aktivitas
dicermati, dengan mudah dapat ditarik hubungan antara ketiganya. Kegiatan Pengelolaan
ABPP memiliki dua output berupa peraturan pelaksanaan di bidang penganggaran serta
monitoring dan evaluasi. Output peraturan pelaksanaan di bidang penganggaran dapat
diukur dengan indikator deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran K/L.
Output monitoring dan evaluasi dapat diukur dengan indikator deviasi antara rencana dan
evaluasi penyerapan anggaran K/L. Akan tetapi, dalam Form III ini terdapat kekurangan
dimana input tidak dijelaskan secara rinci karena keterbatasan data. Dalam dokumen RKA-
K/L input ditunjukkan oleh sumber daya yang digunakan dan dilengkapi dengan pagu
anggaran.
Indikator output:
01. persentase ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan BSBL
yang lengkap
Suboutput 001. laporan keuangan BSBL
Aktivitas 51. Konsolidasi keuangan BSBL
052. Bimbingan sistem akuntansi dan laporan keuangan BUN dan BSBL
13
Secara umum, Form III ADIK ini sudah disusun menggunakan logic model sehingga
hubungan antara output, suboutput, dan aktivitas di dalamnya sudah tergambar dengan
jelas. Kegiatan Pengelolaan BSBL memiliki output berupa laporan keuangan BSBL. Output
tersebut dapat diukur dengan indikator deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan
anggaran K/L. Output monitoring dan evaluasi dapat diukur dengan indikator persentase
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan BSBL yang lengkap. Terdapat dua
aktivitas yang dilaksanakan dalam mendukung pencapaian output tersebut yaitu konsolidasi
keuangan BSBL dan imbingan sistem akuntansi dan laporan keuangan BUN dan BSBL.
Akan tetapi, dalam Form III ini terdapat kekurangan dimana input tidak dijelaskan secara
rinci karena keterbatasan data. Dalam dokumen RKA-K/L input ditunjukkan oleh sumber
daya yang digunakan dan dilengkapi dengan pagu anggaran.
Output 001. Nota Keuangan beserta RUU APBN dan RUU APBNP
Indikator output:
01 . akurasi perencanaan APBN
Suboutput 001. Nota Keuangan beserta RUU APBN dan RUU APBNP
Aktivitas 051. penyusunan kajian
052. penyusunan RAPBN/RAPBNP/laporan semester
053. Pembahasan RAPBN/RAPBNP/laporan semester
054. Sosialisasi RAPBN/RAPBNP/laporan semester
055. Pengembangan sistem informasi penyusunan APBN
056. Penyusunan RPP tentang APBN
Apabila uraian setiap output, suboutput, dan aktivitas dicermati, dengan mudah
dapat ditarik hubungan antara ketiganya. Kegiatan Penyusunan APBN memiliki output
berupa Nota Keuangan beserta RUU APBN dan RUU APBNP. Output tersebut dapat diukur
dengan indikator akurasi perencanaan APBN. Terdapat enam aktivitas yang dilaksanakan
dalam mendukung pencapaian output tersebut yaitu penyusunan kajian, penyusunan
RAPBN/RAPBNP/laporan semester, pembahasan RAPBN/RAPBNP/laporan semester,
sosialisasi RAPBN/RAPBNP/laporan semester, pengembangan sistem informasi
penyusunan APBN, dan penyusunan RPP tentang APBN. Akan tetapi, dalam Form III ini
terdapat kekurangan dimana input tidak dijelaskan secara rinci karena keterbatasan data.
Dalam dokumen RKA-K/L input ditunjukkan oleh sumber daya yang digunakan dan
dilengkapi dengan pagu anggaran.
Indikator output:
01 . persentase penyelesaian peraturan di bidang PNBP dan subsidi energi
02.persentase implementasi single source database PNBP
Suboutput 001. Peraturan di bidang PNBP dan Subsidi Energi
Aktivitas 051. Penyusunan peraturan yang terkait dengan kegiatan hulu
052. Penyusunan Peraturan terkait PNBP K/L
053. Penyusunan Peraturan Pelaksanaan RUU PNBP
054. Penyusunan terkait dengan Subsidi jenis BBM tertentu, LPG tabung 3
Kg, dan LGV
055. Pelaksanaan Implementasi Single Source Database PNBP
056. Koordinasi terkait Optimalisasi Penerimaan PNBP
057. Penyusunan Rekomendasi Kajian Kebijakan di Bidang PNBP
Output 002. Monitoring dan Evaluasi
14
Indikator output:
01.Persentase Implementasi Single Source Database PNBP
Suboutput 002. Monitoring dan Evaluasi
Aktivitas 051. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi PNBP
052. Penyusunan laporan monitoring dan evaluasi
Output, suboutput, dan aktivitas dalam Form III ini mempunyai hubungan yang kuat.
Kegiatan Pengelolaan BSBL memiliki dua output yaitu peraturan di bidang PNBP dan
subsidi energi serta Monitoring dan Evaluasi. Output peraturan di bidang PNBP dan subsidi
energi dapat diukur dengan indikator persentase penyelesaian peraturan di bidang PNBP
dan subsidi energi serta persentase implementasi single source database PNBP dengan
didukung oleh tujuh aktivitas. Output monitoring dan evaluasi dapat diukur dengan indikator
persentase implementasi single source database PNBP yang didukung dengan dua
aktivitas. Akan tetapi, dalam Form III ini terdapat kekurangan dimana input tidak dijelaskan
secara rinci karena keterbatasan data. Dalam dokumen RKA-K/L input ditunjukkan oleh
sumber daya yang digunakan dan dilengkapi dengan pagu anggaran.
Indikator output:
98.persentase ketepatan waktu penyelesaian juknis/norma penganggaran
Suboutput 001. Peraturan Bidang Penganggaran
Aktivitas 051. Penyusunan PMK
052. Penyusunan Perpres
Output 002. Sistem informasi di bidang penganggaran
Indikator output:
01.jumlah sistem informasidi bidang penganggaran
Suboutput 001. Sistem Informasi Bidang Penganggaran
Aktivitas 051. Perencanaan/Analisis
052. Desain
053. Pengembangan/Pembangunan
054. Uji Coba
055. Implementasi
056. Pemeliharaan
Output 003. Monitoring dan Evaluasi
Indikator output:
01.Implementasi Hasil Evaluasi Kinerja Penganggaran
Suboutput 001. Monitoring dan Evaluasi
Aktivitas 051. Pelaksanaan kajian/monev/kegiatan
052. Penyusunan laporan/kajian/monev/kegiatan
15
kinerja penganggaran. Akan tetapi, dalam Form III ini terdapat kekurangan dimana input
tidak dijelaskan secara rinci karena keterbatasan data. Dalam dokumen RKA-K/L input
ditunjukkan oleh sumber daya yang digunakan dan dilengkapi dengan pagu anggaran.
Indikator output:
01.Persentase Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja
Suboutput 001. Layanan Perencanaan dan Keuangan
002. Layanan Organisasi
003. Layanan SDM
004. Layanan Bantuan Hukum
005. Layanan Dukungan Teknis Lainnya
Aktivitas 051. penyusunan dokumen perencanaan
052. penyelenggaraan tugas perbendaharaan
053. penyusunan laporan keuangan dan laporan kegiatan
051. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
052. Penyusunan Media Komunikasi dan Publik
053. Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Organisasi
054. Pelaksanaan Monitoring Capaian Transformasi Kelembagaan
051. Pelaksanaan Monev Terhadap Kepatuhan Peraturan Kepegawaian
052. Pengelolaan Tugas Umum Kepegawaian
053. Penyelenggaraan Rapat Konsolidasi Sekretariat
051. Penyusunan Dokumen Monev Standar Operating Procedure (SOP)
052. Penyusunan Dokumen Penerapan Pengendalian Intern
053. Penyusunan Dokumen Penerapan Manajemen Risiko
054. Penyusunan Dokumen Layanan Bantuan Hukum dan Pendampingan
051. Dukungan Pelaksanaan Sosialisasi, Workshop, dan Internalisasi
Penganggaran
052. Dukungan Dalam Rangka Penelaahan Anggaran
053. Dukungan Pelaksanaan Pembahasan APBN
054. Dukungan Pelaksanaan Operasional Layanan Perkantoran dan
Pengadaan Barang Jasa
Output 002. Dukungan Manajerial
Indikator output:
01 . Terlaksananya Layanan Peningkatan Kompetensi
02 . Persentase jumlah pegawai yang memenuhi standar jamlat
Suboutput 001. Layanan Peningkatan Kompetensi Pegawai
Aktivitas 051. Penyelenggaraan Internalisasi/Sosialisasi/FGD
052. Penyelenggaran Beasiswa
053. Penyelenggaran Pelatihan Soft and Hard Competency
054. Penyelenggaraan Assessment Center/Psikotest/Pemetaan
Kompetensi
Output 004. Dokumen DIPA
Indikator output:
01. Tersusunnya Dokumen DIPA
Suboutput 001. Dokumen DIPA
Aktivitas 051. Persiapan Penyusunan Dokumen DIPA
052. Pencetakan, Pengiriman, dan Prosesi Dokumen DIPA
Kegiatan kesekretariatan adalah kegiatan pendukung fungsi DJA. Kegiatan ini tidak
berhubungan langsung dengan tugas, pokok, dan fungsi DJA. Akan tetapi, kegiatan
16
kesekretariatan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari
DJA. Apabila uraian setiap output, suboutput, dan aktivitas dicermati, dengan mudah dapat
ditarik hubungan antara ketiganya. Kegiatan kesekretariatan memiliki tiga output yaitu
layanan kesekretariatan, dukungan manajerial, dan dokumen DIPA. Sebelum penerapan
ADIK, susunan anggaran terdiri dari program, output, kegiatan, komponen, dan
subkomponen yang seringkali mempunyai karakter input. Setelah penataan ADIK, output
pada kegiatan kesekretariatan menunjukkan sesuatu yang dihasilkan dari pelaksanaan
suatu kegiatan.
Indikator output:
99.Persentase persetujuan atas rekomendasi harmonisasi
peraturan/kebijakan bidang penganggaran
Suboutput Rekomendasi kebijakan penganggaran
Aktivitas 051. Penyusunan rekomendasi di bidang jaminan sosial
052. Penyusunan rekomendasi penganggaran remunerasi
053. Penyusunan rekomendasi kebijakan PNBP
054. Penyusunan rekomendasi kebijakan peraturan penganggaran KL
055. Pelaksanaan Kajian Kebijakan
17
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan
Improvement berasal dari kata dasar improve yang artinya meningkat atau berubah
menjadi lebih baik. Continuous improvement adalah peningkatan / perbaikan
berkesinambungan ke arah lebih baik. Continuous improvement dilakukan terhadap proses
dan sumber daya manusia. Istilah ini mengacu pada konsep kaizen di
Jepang. Kaizen adalah istilah dalam bahasa Jepang yang berarti perbaikan terus-menerus
atau perbaikan berkelanjutan. Kaizen harus dilaksanakan organisasi yang menggunakan
filosofi Total Quality Management. Hal ini sejalan dengan salah satu nilai-nilai Kementerian
Keuangan yaitu "kesempurnaan". Kesempurnaan mempunyai arti selalu melakukan upaya
perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik. Melakukan upaya
perbaikan terus-menerus atau continuous improvement adalah cara terbaik untuk mencapai
kesempurnaan.
Salah satu fungsi Kementerian Keuangan adalah melakukan perumusan, penetapan,
dan pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan. Sehubungan dengan fungsi dalam bidang penganggaran tersebut,
Kementerian Keuangan mengupayakan perbaikan sistem penganggaran secara terus
menerus. Continuous improvement dalam penganggaran sangat penting untuk dilakukan
agar APBN semakin berkualitas. Kualitas APBN mendukung kualitas pengambilan
keputusan dan kebijakan yang lebih baik. Hal ini juga penting dilakukan agar pengelolaan
anggaran khususnya terkait pengukuran pencapaian outcome semakin akuntabel.
DJA adalah unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang sudah
menerapkan ADIK secara penuh pada tahun 2016. Proses penataan ADIK di lingkungan
Kementerian Keuangan sudah dilakukan sejak tahun 2014. Proses penataan ini dimulai
dengan penyelarasan dokumen perencanaan, dokumen penganggaran serta dokumen
kinerja pada level Kementerian (Formulir I). Penataan ADIK pada level DJA (Formulir II) dan
level eselon II/satker (Formulir III) dilakukan pada tahun 2015. Tujuan penataan Formulir II
ADIK adalah agar unit eselon I dapat menggambarkan outcome sebagai ultimate goal
sesuai tugas dan fungsinya dengan berorientasi pada stakeholders. Tujuan penataan
Formulir III ADIK adalah unit eselon I dapat mendefinisikan kembali output dengan
memperhatikan tugas dan fungsi (core business) serta barang atau jasa akhir yang
dihasilkan kepada customer.
Pada tahun anggaran 2016, RKA-K/L DJA sudah dibuat berdasarkan struktur ADIK
yang baru. Kini struktur ADIK menjadi lebih informatif dengan menyajikan input, aktivitas,
dan output pada tiap level organisasi dengan tambahan penyajian outcome pada level
Eselon I dan level Kementerian/Lembaga. Secara umum, terdapat tiga bagian struktur ADIK
yang digunakan dalam menyusun RKA-K/L DJA tahun anggaran 2016 dengan susunan
sebagai berikut:
1. Form I : struktur RKA-K/L Kementerian Keuangan untuk tahun 2016
2. Form II : struktur Rencana Kerja dan Anggaran Level Eselon I, Direktorat Jenderal
Anggaran
3. Form III : struktur Rencana Kerja dan Anggaran Level Eselon II, Direktorat Jenderal
Anggaran
Konsep penataan arsitektur ADIK didasarkan pada pendekatan logic model, hierarki
fungsi, dan informasi yang bersifat top-down. Penataan ADIK dalam RKA-K/L menandai
babak baru perencanaan dan penganggaran APBN. Namun demikian, seiring dengan
implementasinya, tentunya banyak hal yang harus terus diperbaiki. Continuous improvement
perlu dilakukan untuk peningkatan akuntabilitas penganggaran.
Dalam struktur RKA-K/L (Form I) Kementerian Keuangan, terlihat jelas relevansi
antara input, aktivitas, output, dan outcome dengan rumusan informasi kinerja yang terukur.
Struktur RKA-K/L Kementerian Keuangan (Form I) sudah dapat memberikan gambaran
18
hubungan logis antara input, aktivitas, output, dan outcome. Jika sumber daya (gaji dan
tunjangan, operasional dan pemeliharaan kantor, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, data dan informasi, serta layanan internal organisasi) tersedia maka kegiatan
kementerian keuangan yang fungsinya dilaksanakan oleh DJA yaitu pengelolaan anggaran
pemerintah pusat dapat dilaksanakan. Struktur RKA-K/L Form I Kementerian Keuangan
tahun 2016 berbeda dengan struktur RKA-K/L sebelum penerapan ADIK karena terdapat
rumusan output pada level K/L yang menunjukkan keluaran yang dihasilkan dari kegiatan
yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan. Rumusan input, aktivitas, output dan outcome
juga terlihat jelas. Tidak ada lagi output yang berbasis input seperti dokumen, kendaraan,
ataupun bangunan.
Dalam struktur RKA-K/L (Form II) DJA, terlihat jelas relevansi antara input, aktivitas,
output, dan outcome dengan rumusan informasi kinerja yang terukur. Struktur RKA-K/L DJA
(Form II) sudah dapat memberikan gambaran hubungan logis antara input, aktivitas, output,
dan outcome. Jika sumber daya (gaji dan tunjangan, operasional dan pemeliharaan kantor,
peralatan dan mesin, serta gedung dan bangunan) tersedia maka kegiatan DJA dapat
dilaksanakan. Terlaksananya kegiatan tersebut dengan baik diharapkan akan dapat
mencapai output berupa alokasi anggaran pemerintah pusat yang efektif dan efisien,
kebijakan penganggaran yang berkualitas, serta peraturan di bidang PNBP dan subsidi
energi yang efektif. Tercapainya atau tidaknya output tersebut ditunjukkan oleh indikator
output. Hasilnya, diharapkan outcome DJA berupa pengelolaan anggaran yang berkualitas
dapat dicapai. Pencapaian outcome dapat diukur dari indikator : akurasi perancanaan
APBN, deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran, dan rasio defisit APBN
terhadap PDB.
Pada level Eselon II (Form III), keluaran paling tinggi bukan lagi dalam bentuk
outcome tetapi dalam bentuk output. Apabila uraian setiap output, suboutput, dan aktivitas
dicermati, dengan mudah dapat ditarik hubungan antara ketiganya. Kegiatan Pengelolaan
ABPP memiliki dua output berupa peraturan pelaksanaan di bidang penganggaran serta
monitoring dan evaluasi. Output peraturan pelaksanaan di bidang penganggaran dapat
diukur dengan indikator deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran K/L.
Output monitoring dan evaluasi dapat diukur dengan indikator deviasi antara rencana dan
evaluasi penyerapan anggaran K/L. Akan tetapi, dalam Form III ini terdapat kekurangan
dimana input tidak dijelaskan secara rinci karena keterbatasan data. Dalam dokumen RKA-
K/L input ditunjukkan oleh sumber daya yang digunakan dan dilengkapi dengan pagu
anggaran.
5.2 Rekomendasi
1. Dalam struktur ADIK eselon II, input ADIK belum dituliskan secara eksplisit sehingga
dalam kedepannya perlu perbaikan.
2. Perhitungan outcome perlu dilakukan penajaman agar tidak hanya berbasis kuantitas
tetapi juga kualitas.
3. Setelah penataan ADIK, alokasi anggaran dilakukan berdasarkan fungsi. Kini,
anggaran dikelompokkan berdasarkan outputnya. Hal ini menimbulkan konsekuensi
pemantauan anggaran oleh staf keuangan menjadi sedikit berkurang. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penyesuaian dalam pelaksanaan anggarannya dengan
menciptakan sistem pemantauan anggaran internal satker untuk kepentingan
manajerial.
19
DAFTAR PUSTAKA
Biro Perencanaan dan Keuangan Kementerian Keuangan. 2016. Buletin Kinerja Edisi XXX.
Jakarta: Biro Perencanaan dan Keuangan Kementerian Keuangan
Direktorat Jenderal Anggaran. 2014. Bahan Paparan Penataan Arsitektur dan Informasi
Kinerja dalam RKA-K/L. Dipresentasikan pada Diklat Penataan ADIK September 2014.
Direktorat Jenderal Anggaran. 2014. Bahan Paparan Penataan Arsitektur dan Informasi
Kinerja dalam RKA-K/L. Dipresentasikan dalam sosialisasi ADIK 2014
Hansen, D. R., dan M.M. Mowen. 2007. Managerial Accounting, 8th Edition. United States:
Thomson South-Western.
Jackson, Peter M., Public Service Performance Evaluation: A Strategic Perspective. 1993.
USA: Blackwell Publishers.
iv