You are on page 1of 23

MAKALAH INDIVIDU

PENELITIAN TERAPAN AKUNTANSI MANAJEMEN

PENERAPAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA (ADIK)


SEBAGAI WUJUD CONTINUOUS IMPROVEMENT
DALAM PENGANGGARAN

(Studi Kasus: Direktorat Jenderal Anggaran)

Disusun oleh:

Siti Nur Laila No. Daftar Hadir 32


Mahasiswa Tugas Belajar pada PKN STAN
Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Pajak
Unit Kantor Asal : Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak
Mobile Phone : 085726161179
Alamat E-mail : siti.nurlaila16@gmail.com

HALAMAN JUDUL
NPM 1401160061
Kelas VIII D Program Studi D-IV Alih Program

Penelitian Untuk Memenuhi Tugas Tengah Semester VIII


Tahun Akademik 2016/2017
April, 2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii
ABSTRAK ............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 1
1.3 Ruang Lingkup...................................................................................................................... 1
1.4 Subject Matter ....................................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 3
2.1 Sistem Perencanaan Dan Penganggaran APBN ............................................................ 3
2.2 Penganggaran Berbasis Kinerja ........................................................................................ 3
2.3 Penataan Arsitektur Dan Informasi Kinerja (ADIK) ......................................................... 4
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................. 5
3.1 Jenis dan Sumber Data ....................................................................................................... 5
3.2 Sifat Penelitian ...................................................................................................................... 5
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................................... 6
4.1 Penerapan ADIK Sebagai Bentuk Continuous Improvement Dalam Penganggaran 6
4.2 Struktur ADIK DJA Tahun Anggaran 2016 ..................................................................... 10
4.2.1 Kementerian Keuangan (Form I) .............................................................. 11
4.2.2 Unit Eselon I DJA (Form II) ...................................................................... 12
4.2.3 Unit Eselon II DJA (Form III) .................................................................... 13
4.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................................................... 17
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ........................................................................... 18
5.1 Simpulan .............................................................................................................................. 18
5.2 Rekomendasi ...................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................iv

ii
ABSTRAK

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Agar dapat digunakan sebagai alat manajemen dan
akuntabilitas, APBN harus disusun berdasarkan prestasi kinerja yang hendak dicapai dengan menerapkan
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK). Evaluasi penerapan PBK sampai dengan tahun 2013 menunjukkan
bahwa sisi akuntabilitas sudah berjalan dengan baik tetapi belum dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan
penganggaran yang dilakukan Kementerian Negara/Lembaga. Terkait dengan hal tersebut, dilakukan
penyempurnaan kebijakan sistem penganggaran yang ditandai dengan diterbitkannya Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Pemerintah kini menerapkan kebijakan sistem penganggaran berbasis
hasil (outcome). Langkah yang dilakukan Pemerintah adalah melakukan penataan Arsitektur dan Informasi
Kinerja (ADIK) dalam dokumen penganggaran. Dengan ADIK, keterkaitan antara input, aktivitas, output, dan
outcome terlihat semakin jelas dengan didukung pengukuran keberhasilan pencapaian outcome dan output
melalui indikator kinerja yang memadai. Tulisan ini memaparkan tentang penerapan ADIK dalam penganggaran
sebagai wujud continuous improvement dalam perencanaan dan penganggaran dengan studi kasus pada
Direktorat Jenderal Anggaran (DJA).

Kata kunci: Penganggaran Berbasik Kinerja, Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK), Continuous Improvement,
APBN, DJA

The State Budget (APBN) is the annual financial plan of the state government approved by the House of
Representatives (DPR). In order to be used as a management and accountability tool, the APBN should be
prepared by applying Performance Based Budgeting (PBB). The evaluation of PBB implementation until 2013
indicates that the accountability side has been running well but can not be used to measure Stame
Ministri/Institution performance yet. In relation to this, the improvement of the budgeting system policy is marked
by the issuance of Regulation of the Minister of Finance No. 136 / PMK.02 / 2014 on the Guidelines for
Formulating and Reviewing the Work Plan and Budget of State Ministries / Institutions. The government has
adopted a policy of outcome-based budgeting system. The steps taken by the Government are to arrange the
Architecture and Performance Information (ADIK) in the budgeting document. With ADIK, the linkage between
inputs, activities, outputs, and outcomes is seen clearly with the support of measuring the success of achieving
outcomes and outputs through adequate performance indicators. This paper describes the implementation of
ADIK in budgeting as a continuous improvement of planning and budgeting with case study at Directorate
General of Budget (DJA).

Keyword: Performance Based Budgeting, Architecture and Financial Information (ADIK), Continuous
Improvement, APBN, DJA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Pendekatan penyusunan APBN mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Sebelum
reformasi keuangan negara tahun 2003, APBN disusun berdasarkan pendekatan tradisional.
Penyusunan anggaran dengan pendekatan tradisional atau line budget hanya didasarkan
pada kebutuhan belanja/pengeluaran. Berhasil atau tidaknya APBN ditunjukkan oleh
keseimbangan antara pendapatan dan belanja. Apabila APBN mengalami surplus/defisit,
maka pelaksanaan anggaran tersebut dianggap gagal. Penganggaran tradisional dianggap
memiliki banyak kelemahan seperti belum menghubungkan anggaran dengan kinerja,
penganggaran hanya dilakukan untuk satu tahun anggaran saja, dan kontrol yang terlalu
ketat pada harga input.
Sejalan dengan diterbitkannya paket undang-undang keuangan negara tahun 2003,
Indonesia mulai menerapkan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) yang berorientasi pada
output. Tujuannya adalah agar APBN dapat digunakan sebagai alat manajemen dan
akuntabilitas. Dalam penganggaran berbasis kinerja, anggaran tidak hanya didasarkan pada
apa yang dibelanjakan saja tetapi juga melihat output yang penggunaan biayanya harus
efektif dan efisien. Anggaran menggambarkan tujuan dari pengeluaran, biaya dari program
yang diusulkan untuk mencapai tujuan, serta pengukuran dan hasil dari setiap program.
Sejalan dengan proses continuous improvement dalam penganggaran, dilakukan
evaluasi penerapan PBK dalam penganggaran pada tahun 2013. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa fungsi akuntabilitas APBN sudah berjalan dengan baik tetapi belum
dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan penganggaran yang dilakukan
Kementerian Negara/Lembaga. Keterkaitan antara sumber daya (input) dan keluaran
(output) yang ingin dihasilkan, maupun output dan outcome yang ingin dicapai, masih
sangat lemah. Sehubungan dengan hal tersebut, dilakukan penyempurnaan kebijakan
sistem penganggaran yang ditandai dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
Pemerintah kini merapkan kebijakan sistem penganggaran berbasis hasil (outcome).
Langkah yang dilakukan Pemerintah adalah melakukan penataan informasi kinerja atau
Arsitektur dan Informasi Keuangan (ADIK) dalam dokumen penganggaran. Dengan ADIK,
keterkaitan antara input, aktivitas, output, dan outcome terlihat semakin jelas dengan
didukung pengukuran keberhasilan pencapaian outcome dan output melalui indikator kinerja
yang memadai. Pemerintah terus melakukan continuous improvement dalam penyusunan
APBN. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan anggaran dan
meningkatkan fungsi anggaran sebagai alat manajemen. Sehubungan dengan hal tersebut,
penulis akan memaparkan tentang proses penerapan ADIK dalam penganggaran sebagai
wujud continuous improvement penganggaran dengan studi kasus pada Direktorat Jenderal
Anggaran (DJA) pada Tahun Anggaran (TA) 2016.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami penerapan ADIK sebagai wujud continuous improvement dalam
penganggaran
2. Memahami struktur ADIK dengan studi kasus pada DJA Tahun Anggaran 2016

1.3 Ruang Lingkup


Penelitian ini dilakukan atas penerapan ADIK sebagai wujud continuous
improvement dalam penganggaran dengan studi kasus di DJA. Penelitian ini terbatas pada

1
proses penerapan ADIK dan struktur ADIK (hubungan antara Form I, II, dan III ADIK) tanpa
melihat nilai nominal anggaran. Penelitian dilakukan terhadap struktur ADIK DJA TA 2016.

1.4 Subject Matter


Proses continuous improvement terus dilakukan dalam penganggaran. Salah satu
issue yang sedang hangat adalah continuous improvement berupa penerapan ADIK dalam
penyusunan RKA-K/L sebagai wujud penyempurnaan PBK. Issue ini sejalan dengan
pekerjaan saya sebelumnya di Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas sebagai
salah satu penyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L).
Penelitian atas proses penerapan ADIK sangat menarik untuk dilakukan. Akan tetapi, karena
pada tahun anggaran 2016 Direktorat Jenderal Pajak (DJP) masih belum menerapkan ADIK,
studi kasus dilakukan di DJA sebagai unit Eselon I Kementerian Keuangan yang sudah
menerapkan ADIK.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Perencanaan Dan Penganggaran APBN


Sebelum tahun 2005, sistem perencanaan dan penganggaran APBN dilaksanakan
dengan pendekatan tradisional dimana penyusunan anggaran hanya didasarkan pada pada
kebutuhan belanja/pengeluaran. Setelah adanya reformasi di bidang perencanaaan dan
penganggaran yang ditandai dengan terbitnya UndangUndang Nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara dan UndangUndang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan pembangunan Nasional, sistem perencanaan dan penganggaran APBN
disusun dengan tiga pendekatan yaitu anggaran terpadu (unified budget), kerangka
pengeluaran jangka menengah biasa disebut KPJM (medium term expenditure framework),
dan penganggaran berbasis kinerja biasa disebut PBK (performance based budget). Dalam
pelaksanaannya, perencanaan dan penganggaran APBN fokus pada PBK. Dua pendekatan
lainnya yaitu anggaran terpadu dan KPJM berlaku sebagai pendukung penerapan PBK.
Anggaran terpadu merupakan syarat penerapan PBK dan KPJM menyokong penganggaran
kegiatan yang disusun hingga beberapa tahun mendatang.

2.2 Penganggaran Berbasis Kinerja


Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pengertian anggaran berbasis
kinerja adalah suatu pendekatan dalam penyusunan anggaran yang didasarkan pada kinerja
atau prestasi kerja yang ingin dicapai. Prinsipprinsip yang digunakan dalam penganggaran
berbasis kinerja meliputi alokasi anggaran berorientasi pada kinerja, fleksibilitas pengelolaan
anggaran untuk mencapai hasil dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas (let the manager
manages), dan money follow function, function followed by structure money follow function.
Sejalan prinsip tersebut, penerapan PBK diharapkan akan mampu mencapai tujuan sebagai
berikut:
1. Menunjukan keterkaitan antara pendanaan dan prestasi kinerja yang akan dicapai
(directly linkages between performance and budget)
2. Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaksanaan (operational efficiency)
3. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas dan
pengelolaan anggaran (more flexibility and accountability).
Penyusunan anggaran berbasis kinerja memerlukan tiga komponen untuk masing-
masing program dan kegiatan, yaitu:
1. Indikator Kinerja
Indikator Kinerja adalah alat ukur untuk menilai keberhasilan suatu program/kegiatan.
Indikator Kinerja yang digunakan terdiri Indikator Kinerja Utama Program (IKU Program)
untuk menilai kinerja program, Indikator Kinerja Kegiatan (IK Kegiatan) untuk menilai
kinerja kegiatan, dan Indikator Keluaran untuk menilai kinerja subkegiatan (tingkatan di
bawah kegiatan).
2. Standar Biaya
Standar biaya yang digunakan merupakan standar biaya masukan pada awal tahap
perencanaan anggaran berbasis kinerja, dan nantinya menjadi standar biaya keluaran.
Pengertian tersebut diterjemahkan berupa Standar Biaya Umum (SBU) dan Standar
Biaya Khusus (SBK). SBU digunakan lintas Kementerian/Lembaga dan/atau lintas
wilayah, sedangkan SBK digunakan oleh Kementerian/Lembaga tertentu dan/atau di
wilayah tertentu. Standar biaya merupakan keunikan PBK yang diterapkan di Indonesia
karena tidak ditemukan di negara lain yang sudah terlebih dahulu menerapkan PBK.
Standar biaya digunakan sebagai alat untuk menilai efisiensi pada masa transisi dari
sistem penganggaran yang bercorak input base ke penganggaran yang bercorak
output base.

3
3. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja merupakan proses penilaian dan pengungkapan masalah implementasi
kebijakan untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja, baik dari sisi
efisiensi dan efektivitas dari suatu program/kegiatan. Cara pelaksanaan evaluasi dapat
dilakukan dengan cara membandingkan hasil terhadap target (dari sisi efektivitas) dan
realisasi terhadap rencana pemanfaatan sumber daya (dilihat dari sisi efisiensi). Hasil
evaluasi kinerja merupakan umpan balik (feed back) bagi suatu organisasi untuk
memperbaiki kinerjanya.

2.3 Penataan Arsitektur Dan Informasi Kinerja (ADIK)


Penataan ADIK tidak membuat suatu jenis dokumen baru atau menambah berbagai
dokumen yang selama ini sudah ada. Penataan ADIK dilakukan untuk penajaman anggaran
agar keterkaitan antara input, aktivitas, output, dan outcome terlihat semakin jelas dengan
didukung pengukuran keberhasilan pencapaian outcome dan output melalui indikator kinerja
yang memadai. Penerapan sistem penganggaran berbasis hasil (outcome) tersebut akan
diawali dengan penataan arsitektur kinerja dalam dokumen RKA-K/ L, yang selanjutnya
diikuti dengan penguatan dan penajaman informasi kinerja menjadi semakin jelas, relevan,
dan terukur sesuai dengan PMK Nomor 196/PMK.02/2015.
Penataan ADIK mengubah pola penyusunan RKA-K/L yang semula disusun dengan
menggunakan empat unsur utama yaitu program, kegiatan, output, dan komponen. Setelah
penataan ADIK, komponen penyusunan RKA-K/L terdiri dari lima komponen yaitu outcome,
output, input, aktivitas, serta indikator dan target untuk masing-masing output dan outcome.
Penataan ADIK dalam penyusunan RKA-K/L menggunakan pendekatan kerangka
logika (logic model) untuk memberikan gambaran hubungan logis antara sumber daya
(input), aktivitas (proses), keluaran (output) dan hasil dari program (outcome). Konsep dasar
logic model adalah (a) segala sesuatu pasti mempunyai fungsi; (b) sesuatu yang
mempunyai fungsi, pasti mempunyai pasangan; dan (c) hubungan pasangan tersebut
membentuk pola standar (universal) sebagai "hubungan sebab-akibat" sebagaimana
digambarkan dalam bagan berikut.

Pola Hubungan Sebab-Akibat dalam Logic Model

Sumber : Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.02/2015


Secara sederhana, hubungan unsur-unsur dari program dapat digambarkan sebagai
berikut. Jika sumber daya untuk melaksanakan suatu program tersedia, maka kegiatan-
kegiatan dalam program tersebut dapat dilaksanakan. Jika kegiatan-kegiatan tersebut
dilaksanakan dengan sukses, maka dapat diharapkan terciptanya suatu output dan outcome
tertentu. Logic model sering digunakan dalam tahap evaluasi program , tetapi dapat juga
digunakan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan (PMK No. 196/PMK.02/2015). Jadi,
pendekatan logic model dalam penataan ADIK membentuk suatu rangkaian yang dapat
menunjukkan hubungan dan keterkaitan logis antara kondisi yang diinginkan oleh suatu
program dan strategi dalam mencapai kondisi yang diinginkan.

4
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
penulis dari beberapa sumber, di antaranya:
1. Data Formulir ADIK 2016 dari Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan
2. Peraturan tentang PBK dan ADIK
3. Literatur terkait PBK dan ADIK dari materi sosialisasi ADIK, laman resmi Kementerian
Keuangan, internet, dan sumber lain.
Pengolahan data dilakukan dengan melakukan kajian literatur terhadap data
sekunder penelitian.

3.2 Sifat Penelitian


Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Adapun alasan penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif adalah karena dalam penelitian ini data yang dihasilkan
berupa data deskriptif yang diperoleh dari data-data berupa tulisan, kata-kata dan dokumen
yang berasal dari sumber atau informan yang diteliti dan dapat dipercaya.

5
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penerapan ADIK Sebagai Bentuk Continuous Improvement Dalam


Penganggaran
Improvement berasal dari kata dasar improve yang artinya meningkat atau berubah
menjadi lebih baik. Continuous improvement adalah peningkatan / perbaikan
berkesinambungan ke arah lebih baik. Continuous improvement dilakukan terhadap proses
dan sumber daya manusia. Istilah ini mengacu pada konsep kaizen di
Jepang. Kaizen adalah istilah dalam bahasa Jepang yang berarti perbaikan terus-menerus
atau perbaikan berkelanjutan. Kaizen harus dilaksanakan organisasi yang menggunakan
filosofi Total Quality Management. Hal ini sejalan dengan salah satu nilai-nilai Kementerian
Keuangan yaitu "kesempurnaan". Kesempurnaan mempunyai arti selalu melakukan upaya
perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik. Melakukan upaya
perbaikan terus-menerus atau continuous improvement adalah cara terbaik untuk mencapai
kesempurnaan.
Salah satu fungsi Kementerian Keuangan adalah melakukan perumusan, penetapan,
dan pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan. Sehubungan dengan fungsi dalam bidang penganggaran tersebut,
Kementerian Keuangan mengupayakan perbaikan sistem penganggaran secara terus
menerus. Continuous improvement dalam penganggaran sangat penting untuk dilakukan
agar APBN semakin berkualitas. Kualitas APBN mendukung kualitas pengambilan
keputusan dan kebijakan yang lebih baik. Hal ini juga penting dilakukan agar pengelolaan
anggaran khususnya terkait pengukuran pencapaian outcome semakin akuntabel.
Sebelum tahun 2005, sistem perencanaan dan penganggaran APBN dilaksanakan
dengan pendekatan tradisional. Penyusunan anggaran dengan pendekatan tradisional atau
line budget hanya didasarkan pada kebutuhan belanja/pengeluaran. Berhasil atau tidaknya
APBN ditunjukkan oleh keseimbangan antara pendapatan dan belanja. Apabila APBN
mengalami surplus/defisit, maka pelaksanaan anggaran tersebut dianggap gagal.
Penganggaran tradisional dianggap memiliki banyak kelemahan seperti belum
menghubungkan anggaran dengan kinerja, penganggaran hanya dilakukan untuk satu tahun
anggaran saja, dan kontrol yang terlalu ketat pada harga input.
Sejalan dengan diterbitkannya paket undang-undang keuangan negara tahun 2003,
Indonesia mulai menerapkan PBK yang berorientasi pada output. Tujuannya adalah agar
APBN dapat digunakan sebagai alat manajemen dan akuntabilitas. Dalam penganggaran
berbasis kinerja, anggaran tidak hanya didasarkan pada apa yang dibelanjakan saja tetapi
juga melihat output yang penggunaan biayanya harus efektif dan efisien. Anggaran
menggambarkan tujuan dari pengeluaran, biaya dari program yang diusulkan untuk
mencapai tujuan, serta pengukuran dan hasil dari setiap program
Arsitektur RKA-K/L tersebut telah mengubah sistem penganggaran yang sebelumnya
didasarkan pada input based yaitu jenis belanja, menjadi sistem penganggaran yang
berdasarkan output based, yaitu performance based budgeting (Kementerian Keuangan,
2014). Setelah reformasi perencanaan dan penganggaran, Kementerian Keuangan selalu
mengupayakan agar sistem PBK dapat direalisasikan dengan baik. Akan tetapi, setelah
dilakukan evaluasi pada tahun 2013 yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan c.q.
Direktorat Sistem Penganggaran terhadap program-program yang dikelola oleh K/L,
dihasilkan temuan penting berikut (PMK No. 196/PMK.02/2015):
1. Jumlah output terlalu banyak (output tahun 2012 berjumlah 11.702)
2. Banyak output bersifat administratif bukan substantif, misalnya: "laporan" atau
"dokumen". Output dengan rumusan ini teridentifikasi sekitar 3.879 output
3. Banyak output yang berkarakteristik input, misalnya "kendaraan", "komputer", "gedung
dan bangunan", dengan hasil identifikasi sekitar 360 output
4. Rumusan output yang ditargetkan tidak jelas sehingga sulit untuk dievaluasi (data
anomali sejumlah 2.14 kasus)

6
Selanjutnya, setelah dikaji lebih dalam dengan menggunakan metode analisis Chi-
Square Automatic Interaction Detector (CHAID), evaluasi atas substansi program yang
dikelola K/L secara keseluruhan memberikan hasil sebagai berikut (PMK Nomor
196/PMK.02/2015):

1. Tidak jelas mana input, output, atau outcome


2. Rumusan outcome kurang jelas dan terlalu normatif
3. Sulit melihat relevansi antara input dengan output dan/atau outcome
4. Relevansi outcome terhadap need or problem tidak terlihat karena informasi tersebut
tidak dapat diperoleh dalam database RKA-K/L

Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa RKA-K/L pada saat itu sebagai


bentuk dokumen perencanaan dan penganggaran program yang akan dilaksanakan oleh
masing-masing unit penanggung jawab program pada K/ L belum dapat menggambarkan
informasi kinerja program yang logis untuk dapat diukur dan evaluasi sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada masyarakat. Adapun bentuk arsitektur kinerja sebelum
penataan ADIK dilakukan adalah sebagai berikut.

Bentuk Arsitektur Kinerja Dalam RKA-K/L


Sebelum Penataan ADIK

Nasional

Kementerian/Lembaga

Eselon I
Program

IKU Program Outcome

Eselon II
Kegiatan
Indikator Kinerja Kegiatan

Output

Komponen

Sumber: Kementerian Keuangan, 2014

Pada arsitektur kinerja yang berlaku saat itu, hanya dikenal output kegiatan di level
penanggung jawab program atau Satuan Kerja (Satker). Tidak dikenal output di level K/L
(output K/L) dan juga tidak dikenal output program di level eselon I. Fakta tersebut berkaitan
dengan tidak terdapatnya output K/L dan output program (level eselon I) dalam dokumen
Rencana Strategis K/L (Renstra K/L). Dokumen Renstra K/L hanya memuat sasaran
strategis (outcome level K/ L) dan sasaran program (outcome level eselon I) (PMK No.
196/PMK.02/2015).

7
Secara umum, lemahnya arsitektur dan informasi kinerja dalam RKA-K/L akan
menghambat proses pengambilan kebijkan karena anggaran belum dapat dijadikan sebagai
alat managerial dan kontrol. Para pihak yang terkait dengan suatu program sulit
mengkomunikasikan program yang mereka jalankan karena masing-masing mempunyai
interpretasi sendiri atas suatu program. Pada akhirnya, perencanaan dan evaluasi yang
dilakukan cenderung business as usual atau bahkan hanya sekedar menuliskan ulang
program yang sudah dijalankan pada tahun sebelumnya. Lemahnya arsitektur dan informasi
kinerja perlu mendapat perhatian khusus untuk dilakukan perbaikan.
Konsep penganggaran berbasis kinerja mensyaratkan bahwa kinerja yang diukur
mulai dari penggunaan sumber daya (input) dan adanya relevansi antara keluaran (output)
dengan hasil (outcome). Karena RKA-K/L belum dapat menyajikan rumusan informasi
kinerja yang terukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan belum dapat menunjukkan
relevansinya dengan sumber daya yang digunakan, untuk membantu proses perencanaan,
penganggaran, dan evaluasi terhadap program-program pembangunan, diperlukan adanya
penataan ADIK dalam RKA-K/ L. Selain itu, tidak adanya output level K/ L dan output level
eselon I juga menjadi pertimbangan utama perlunya dilakukan penataan arsitektur kinerja
(PMK No. 196/PMK.02/2015). Penataan ADIK dalam penyusunan RKA-K/L menggunakan
pendekatan kerangka logika (logic model) untuk memberikan gambaran hubungan logis
antara sumber daya (input), aktivitas (proses), keluaran (output) dan hasil dari program
(outcome).
Secara sederhana, hubungan unsur-unsur dari program dapat digambarkan sebagai
berikut. Jika sumber daya untuk melaksanakan suatu program tersedia, maka kegiatan-
kegiatan dalam program tersebut dapat dilaksanakan. Jika kegiatan-kegiatan tersebut
dilaksanakan dengan sukses, maka dapat diharapkan terciptanya suatu output dan outcome
tertentu. Logic model sering digunakan dalam tahap evaluasi program , tetapi dapat juga
digunakan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan (PMK No. 196/PMK.02/2015). Jadi,
pendekatan logic model dalam penataan ADIK membentuk suatu rangkaian yang dapat
menunjukkan hubungan dan keterkaitan logis antara kondisi yang diinginkan oleh suatu
program dan strategi dalam mencapai kondisi yang diinginkan.
Masing-masing komponen membentuk suatu rangkaian yang dapat memperlihatkan
hubungan dan keterkaitan logis antara kondisi yang diinginkan oleh suatu program dan
strategi dalam mencapai kondisi yang diinginkan tersebut. Secara umum keterkaitan antar
komponen dalam RKA-K/L dapat ditunjukkan dalam Gambar Arsitektur RKA-K/L Berbasis
Outcome di atas. Hubungan logis dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Suatu Outcome akan dicapai apabila telah terdapat atau diproduksi output yang
diperlukan
2. Untuk menghasilkan output diperlukan serangkaian aktivitas
3. Untuk melaksanakan berbagai aktivitas diperlukan berbagai input (sumber daya)
Adapun bentuk arsitektur RKA-K/L berbasis outcome adalah sebagai berikut.

Arsitektur RKA-K/L
Berbasis pada Outcome

Outcome Indikator Target

Output Indikator Target

Aktivitas

Input

Sumber: Kementerian Keuangan, 2014

8
Arsitektur dan informasi kinerja setelah penataan ADIK menyajikan informasi kinerja
pada setiap level organisasi. Jika arsitektur kinerja sebelumnya tidak menyajikan output
pada level K/L dan level eselon I, kini struktur ADIK menjadi lebih informatif dengan
menyajikan input, aktivitas, dan output pada tiap level organisasi dengan tambahan
penyajian outcome pada level Kementerian/Lembaga. Secara umum, penyajian ADIK
dengan format baru yang mulai diterapkan sejak tahun anggaran 2016 adalah sebagai
berikut.

Bentuk Arsitektur Kinerja Dalam RKA-K/L


Setelah Penataan ADIK

Nasional

Kementerian/Lembaga

Output Outcome
Input Aktivitas Target Target
Indikator Indikator

Eselon I

Output Outcome
Input Aktivitas
Target Target
Indikator Indikator

Eselon II

Output
Input Aktivitas Target
Indikator

Sumber: Kementerian Keuangan (diolah)

Di samping penerapan arsitektur kinerja, diperlukan pula penguatan dan penajaman


informasi kinerja. Rumusan outcome, output, aktivitas, input, serta indikator dan target
kinerja suatu output dan outcome harus dirumuskan dengan jelas, terukur, dan relevan.
Penataan ADIK dalam RKA-K/L menandai babak baru perencanaan dan
penganggaran APBN. Namun demikian, seiring dengan implementasinya, tentunya banyak

9
hal yang harus terus diperbaiki. Continuous improvement perlu dilakukan untuk peningkatan
akuntabilitas pengelolaan anggaran khususnya terkait pengukuran pencapaian outcome
yang telah ditetapkan. Penyempurnaan ADIK akan terus dilakukan secara berkelanjutan
untuk mendukung pelaksanaan fungsi penganggaran yang diemban Kementerian
Keuangan.

4.2 Struktur ADIK DJA Tahun Anggaran 2016


Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Anggaran adalah salah satu unit eselon I yang
melaksanakan sebagian fungsi dari Kementerian Keuangan. Sentra dari peran Direktorat
Jenderal Anggaran tersebut terletak pada tugasnya untuk merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di bidang penganggaran. Sesuai dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), kebijakan di bidang fiskal diarahkan pada
keseimbangan antara peningkatan alokasi anggaran dengan upaya untuk memantapkan
kesinambungan fiskal melalui pengingkatan penerimaan negara dan efisiensi belanja
negara, serta dengan tetap mengupayakan penurunan defisit anggaran (Direktorat Jenderal
Anggaran, 2017).

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, struktur organisasi DJA dapat digambarkan pada
gambar di bawah ini.

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Anggaran

Direktorat Jenderal Anggaran

Dit.
Anggaran
Dit. Dit. Dit. PNBP Dit.
Sekretariat Dit. Bidang
Anggaran Anggaran Harmonisasi
Direktorat Penyusunan Polhuk Dit. Sistem
Bidang Bidang Peraturan
Jenderal APBN Hankam Penganggaran
Ekontim PMK Penganggaran
dan BA
BUN

Sumber: (Direktorat Jenderal Anggaran, 2017)

DJA adalah unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang sudah


menerapkan ADIK secara penuh pada tahun 2016. Proses penataan ADIK di lingkungan
Kementerian Keuangan sudah dilakukan sejak tahun 2014. Proses penataan ini dimulai
dengan penyelarasan dokumen perencanaan, dokumen penganggaran serta dokumen
kinerja pada level Kementerian (Formulir I). Penataan ADIK pada level DJA (Formulir II) dan
level eselon II/satker (Formulir III) dilakukan pada tahun 2015. Tujuan penataan Formulir II
ADIK adalah agar unit eselon I dapat menggambarkan outcome sebagai ultimate goal
sesuai tugas dan fungsinya dengan berorientasi pada stakeholders. Tujuan penataan
Formulir III ADIK adalah unit eselon I dapat mendefinisikan kembali output dengan
memperhatikan tugas dan fungsi (core business) serta barang atau jasa akhir yang
dihasilkan kepada customer.
Pada tahun anggaran 2016, RKA-K/L DJA sudah dibuat berdasarkan struktur ADIK
yang baru. Kini struktur ADIK menjadi lebih informatif dengan menyajikan input, aktivitas,
dan output pada tiap level organisasi dengan tambahan penyajian outcome pada level
Eselon I dan level Kementerian/Lembaga. Secara umum, terdapat tiga bagian struktur ADIK

10
yang digunakan dalam menyusun RKA-K/L DJA tahun anggaran 2016 dengan susunan
sebagai berikut:
1. Form I :struktur RKA-K/L Kementerian Keuangan untuk tahun 2016
2. Form II :struktur Rencana Kerja dan Anggaran Level Eselon I, Direktorat Jenderal
Anggaran
3. Form III : struktur Rencana Kerja dan Anggaran Level Eselon II, Direktorat Jenderal
Anggaran
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, konsep penataan arsitektur
ADIK didasarkan pada pendekatan logic model, hierarki fungsi, dan informasi yang bersifat
top-down. Adapun format informasi kinerja dalam RKA-K/L setelah penerapan ADIK pada
Pada Kementerian Keuangan (Form I), Unit Eselon I DJA (Form II), dan Unit Eselon II DJA
(Form III) adalah sebagai berikut.

4.2.1 Kementerian Keuangan (Form I)

Outcome Terjaganya kesinambungan fiskal

Indikator outcome:
01.Rasio penerimaan pajak terhadap PDB
02.Rasio utang terhadap PDB
03.Rasio defisit APBN terhadap PDB
Output Perencanaan Penganggaran, Pelaksanaan anggaran, dan transfer ke
daerah yang berkualitas

Indikator output:
01.Akurasi perencanaan APBN
02.Persentase kinerja pelaksanaan anggaran K/L
03.Indeks pemerataan keuangan antar daerah
Aktivitas 01.Pengelolaan anggaran pemerintah pusat
02.Pengelolaan perbendaharaan negara
03.Peningkatan kualitas hubungan keuangan pusat dan daerah
Input 01.Gaji dan Tunjangan
02.Operasional dan Pemeliharaan Kantor
07.Peralatan dan Mesin
08.Gedung dan Bangunan
09.Data dan Informasi
11.Layanan Internal Organisasi

Dalam struktur RKA-K/L (Form I) Kementerian Keuangan, terlihat jelas relevansi


antara input, aktivitas, output, dan outcome dengan rumusan informasi kinerja yang terukur.
Struktur RKA-K/L Kementerian Keuangan (Form I) sudah dapat memberikan gambaran
hubungan logis antara input, aktivitas, output, dan outcome. Jika sumber daya (gaji dan
tunjangan, operasional dan pemeliharaan kantor, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, data dan informasi, serta layanan internal organisasi) tersedia maka kegiatan
kementerian keuangan yang fungsinya dilaksanakan oleh DJA yaitu pengelolaan anggaran
pemerintah pusat dapat dilaksanakan. Terlaksananya kegiatan tersebut dengan baik
diharapkan akan dapat mencapai output berupa perencanaan penganggaran, pelaksanaan
anggaran, dan transfer ke daerah yang berkualitas. Tercapainya atau tidaknya output
tersebut ditunjukkan oleh indikator output berupa akurasi perencanaan APBN. Hasilnya,
diharapkan outcome Kementerian Keuangan berupa terjaganya kesinambungan fiskal dapat
tercapai dengan indikator yang sudah ditetapkan.
Struktur RKA-K/L Form I Kementerian Keuangan tahun 2016 berbeda dengan
struktur RKA-K/L sebelum penerapan ADIK karena terdapat rumusan output pada level K/L
yang menunjukkan keluaran yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian
Keuangan. Rumusan input, aktivitas, output dan outcome juga terlihat jelas. Tidak ada lagi
output yang berbasis input seperti dokumen, kendaraan, ataupun bangunan. Outcome

11
Kementerian Keuangan juga sudah mampu menjawab kebutuhan atau masalah yang harus
diselesaikan yaitu terjaganya kesinambungan fiskal.

4.2.2 Unit Eselon I DJA (Form II)

Outcome 01.Pengelolaan anggaran yang berkualitas

Indikator outcome:
98. Akurasi perencanaan APBN
99. Deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran
03. Rasio defisit APBN terhadap PDB
Output I Alokasi anggaran pemerintah pusat yang efektif dan efisien

Indikator output:
99. Persentase ketepatan waktu penyelesaian Nota Keuangan, APBN,
APBNP, dan DIPA
Aktivitas 01. Menyusun analisis, kebijakan, dan proyeksi kebijakan APBN
02. Menyusun peraturan pelaksanaan di bidang penganggaran
03. Menyusun dokumen APBN
04. Menyusun konsolidasi laporan keuangan BSBL
05. Melaksanakan bimtek/monev
06. menerbitkan DIPA
Output II Kebijakan penganggaran yang berkualitas
99. Persentase ketepatan waktu penyelesaian kebijakan penganggaran
Aktivitas 01. Menyusun rekomendasi kebijakan peraturan penganggaran
02. Menyusun kebijakan penganggaran
03. Mengembangkan sistem informasi di bidang penganggaran
04. Melaksanakan monev
Outcome 02 Pengelolaan PNBP dan subsidi yang optimal

Indikator outcome:
99. Persentase implementasi single source database PNBP
Output Peraturan di bidang PNBP dan subsidi energi yang efektif

Indikator output:
99. persentase penyelesaian peraturan di bidang PNBP dan subsidi
energi
Aktivitas 01. Menyusun peraturan terkait PNBP dan subsidi energi
02. Melaksanakan monev
Input 01 . Gaji dan Tunjangan
02 . Operasional dan Pemeliharaan Kantor
07 . Peralatan dan Mesin
08 . Gedung dan Bangunan

Dalam struktur RKA-K/L (Form II) DJA, terlihat jelas relevansi antara input, aktivitas,
output, dan outcome dengan rumusan informasi kinerja yang terukur. Struktur RKA-K/L DJA
(Form II) sudah dapat memberikan gambaran hubungan logis antara input, aktivitas, output,
dan outcome. Jika sumber daya (gaji dan tunjangan, operasional dan pemeliharaan kantor,
peralatan dan mesin, serta gedung dan bangunan) tersedia maka kegiatan DJA dapat
dilaksanakan. Terlaksananya kegiatan tersebut dengan baik diharapkan akan dapat
mencapai output berupa alokasi anggaran pemerintah pusat yang efektif dan efisien,
kebijakan penganggaran yang berkualitas, serta peraturan di bidang PNBP dan subsidi
energi yang efektif. Tercapainya atau tidaknya output tersebut ditunjukkan oleh indikator
output. Hasilnya, diharapkan outcome DJA berupa pengelolaan anggaran yang berkualitas
dapat dicapai. Pencapaian outcome dapat diukur dari indikator : akurasi perancanaan
APBN, deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran, dan rasio defisit APBN
terhadap PDB.

12
Struktur RKA-K/L Form II DJA tahun 2016 berbeda dengan struktur RKA-K/L
sebelum penerapan ADIK karena terdapat rumusan output pada level eselon I yang
menunjukkan keluaran yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan oleh DJA. Rumusan
input, aktivitas, output dan outcome juga terlihat jelas. Tidak ada lagi output yang berbasis
input seperti dokumen, kendaraan, ataupun bangunan. Outcome DJA juga sudah mampu
menjawab kebutuhan atau masalah yang harus diselesaikan yaitu pengelolaan anggaran
yang berkualitas.

4.2.3 Unit Eselon II DJA (Form III)

4.2.3.1 Kegiatan Pengelolaan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (ABPP)

Output 001. Peraturan pelaksanaan di bidang penganggaran

Indikator output:
01 . Deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran KL
Suboutput 001. Peraturan pelaksanaan di bidang penganggaran
Aktivitas 051. Penyusunan Pagu Indikatif
052. Penyusunan pagu anggaran
053. Penyusunan pagu definitif/alokasi anggaran
054. Penyusunan RPMK pengelolaan BA BUN
055. Penyusunan Pagu APBNP
Output 002. Monitoring dan Evaluasi

Indikator output:
01. Deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran KL
Suboutput 001. Monitoring dan Evaluasi
Aktivitas 051. Pelaksanaan Bimtek
052. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi penganggaran
053. Penyusunan laporan
Input Tidak dijelaskan secara rinci

Pada level Eselon II (Form III), keluaran paling tinggi bukan lagi dalam bentuk
outcome tetapi dalam bentuk output. Apabila uraian setiap output, suboutput, dan aktivitas
dicermati, dengan mudah dapat ditarik hubungan antara ketiganya. Kegiatan Pengelolaan
ABPP memiliki dua output berupa peraturan pelaksanaan di bidang penganggaran serta
monitoring dan evaluasi. Output peraturan pelaksanaan di bidang penganggaran dapat
diukur dengan indikator deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran K/L.
Output monitoring dan evaluasi dapat diukur dengan indikator deviasi antara rencana dan
evaluasi penyerapan anggaran K/L. Akan tetapi, dalam Form III ini terdapat kekurangan
dimana input tidak dijelaskan secara rinci karena keterbatasan data. Dalam dokumen RKA-
K/L input ditunjukkan oleh sumber daya yang digunakan dan dilengkapi dengan pagu
anggaran.

4.2.3.2 Kegiatan Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Belanja Subsidi


dan Belanja LainLain (BSBL)

Output 001. Laporan keuangan BSBL

Indikator output:
01. persentase ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan BSBL
yang lengkap
Suboutput 001. laporan keuangan BSBL
Aktivitas 51. Konsolidasi keuangan BSBL
052. Bimbingan sistem akuntansi dan laporan keuangan BUN dan BSBL

13
Secara umum, Form III ADIK ini sudah disusun menggunakan logic model sehingga
hubungan antara output, suboutput, dan aktivitas di dalamnya sudah tergambar dengan
jelas. Kegiatan Pengelolaan BSBL memiliki output berupa laporan keuangan BSBL. Output
tersebut dapat diukur dengan indikator deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan
anggaran K/L. Output monitoring dan evaluasi dapat diukur dengan indikator persentase
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan BSBL yang lengkap. Terdapat dua
aktivitas yang dilaksanakan dalam mendukung pencapaian output tersebut yaitu konsolidasi
keuangan BSBL dan imbingan sistem akuntansi dan laporan keuangan BUN dan BSBL.
Akan tetapi, dalam Form III ini terdapat kekurangan dimana input tidak dijelaskan secara
rinci karena keterbatasan data. Dalam dokumen RKA-K/L input ditunjukkan oleh sumber
daya yang digunakan dan dilengkapi dengan pagu anggaran.

4.2.3.3 Kegiatan Penyusunan Rancangan APBN (PAPBN)

Output 001. Nota Keuangan beserta RUU APBN dan RUU APBNP

Indikator output:
01 . akurasi perencanaan APBN
Suboutput 001. Nota Keuangan beserta RUU APBN dan RUU APBNP
Aktivitas 051. penyusunan kajian
052. penyusunan RAPBN/RAPBNP/laporan semester
053. Pembahasan RAPBN/RAPBNP/laporan semester
054. Sosialisasi RAPBN/RAPBNP/laporan semester
055. Pengembangan sistem informasi penyusunan APBN
056. Penyusunan RPP tentang APBN

Apabila uraian setiap output, suboutput, dan aktivitas dicermati, dengan mudah
dapat ditarik hubungan antara ketiganya. Kegiatan Penyusunan APBN memiliki output
berupa Nota Keuangan beserta RUU APBN dan RUU APBNP. Output tersebut dapat diukur
dengan indikator akurasi perencanaan APBN. Terdapat enam aktivitas yang dilaksanakan
dalam mendukung pencapaian output tersebut yaitu penyusunan kajian, penyusunan
RAPBN/RAPBNP/laporan semester, pembahasan RAPBN/RAPBNP/laporan semester,
sosialisasi RAPBN/RAPBNP/laporan semester, pengembangan sistem informasi
penyusunan APBN, dan penyusunan RPP tentang APBN. Akan tetapi, dalam Form III ini
terdapat kekurangan dimana input tidak dijelaskan secara rinci karena keterbatasan data.
Dalam dokumen RKA-K/L input ditunjukkan oleh sumber daya yang digunakan dan
dilengkapi dengan pagu anggaran.

4.2.3.4 Kegiatan Pengelolaan PNBP dan Subsidi

Output 001. Peraturan di bidang PNBP dan subsidi energi

Indikator output:
01 . persentase penyelesaian peraturan di bidang PNBP dan subsidi energi
02.persentase implementasi single source database PNBP
Suboutput 001. Peraturan di bidang PNBP dan Subsidi Energi
Aktivitas 051. Penyusunan peraturan yang terkait dengan kegiatan hulu
052. Penyusunan Peraturan terkait PNBP K/L
053. Penyusunan Peraturan Pelaksanaan RUU PNBP
054. Penyusunan terkait dengan Subsidi jenis BBM tertentu, LPG tabung 3
Kg, dan LGV
055. Pelaksanaan Implementasi Single Source Database PNBP
056. Koordinasi terkait Optimalisasi Penerimaan PNBP
057. Penyusunan Rekomendasi Kajian Kebijakan di Bidang PNBP
Output 002. Monitoring dan Evaluasi

14
Indikator output:
01.Persentase Implementasi Single Source Database PNBP
Suboutput 002. Monitoring dan Evaluasi
Aktivitas 051. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi PNBP
052. Penyusunan laporan monitoring dan evaluasi

Output, suboutput, dan aktivitas dalam Form III ini mempunyai hubungan yang kuat.
Kegiatan Pengelolaan BSBL memiliki dua output yaitu peraturan di bidang PNBP dan
subsidi energi serta Monitoring dan Evaluasi. Output peraturan di bidang PNBP dan subsidi
energi dapat diukur dengan indikator persentase penyelesaian peraturan di bidang PNBP
dan subsidi energi serta persentase implementasi single source database PNBP dengan
didukung oleh tujuh aktivitas. Output monitoring dan evaluasi dapat diukur dengan indikator
persentase implementasi single source database PNBP yang didukung dengan dua
aktivitas. Akan tetapi, dalam Form III ini terdapat kekurangan dimana input tidak dijelaskan
secara rinci karena keterbatasan data. Dalam dokumen RKA-K/L input ditunjukkan oleh
sumber daya yang digunakan dan dilengkapi dengan pagu anggaran.

4.2.3.5 Kegiatan Pengembangan Sistem Penganggaran

Output 001. Peraturan Bidang Penganggaran

Indikator output:
98.persentase ketepatan waktu penyelesaian juknis/norma penganggaran
Suboutput 001. Peraturan Bidang Penganggaran
Aktivitas 051. Penyusunan PMK
052. Penyusunan Perpres
Output 002. Sistem informasi di bidang penganggaran

Indikator output:
01.jumlah sistem informasidi bidang penganggaran
Suboutput 001. Sistem Informasi Bidang Penganggaran
Aktivitas 051. Perencanaan/Analisis
052. Desain
053. Pengembangan/Pembangunan
054. Uji Coba
055. Implementasi
056. Pemeliharaan
Output 003. Monitoring dan Evaluasi

Indikator output:
01.Implementasi Hasil Evaluasi Kinerja Penganggaran
Suboutput 001. Monitoring dan Evaluasi
Aktivitas 051. Pelaksanaan kajian/monev/kegiatan
052. Penyusunan laporan/kajian/monev/kegiatan

Pada Form III ADIK Kegiatan Pengembangan Sistem Penganggaran, hubungan di


antara unsur di dalamnya dapat tergambar dengan jelas. Aktivitas, suboutput, dan output
mempunyai hubungan yang kuat. Kegiatan Pengembangan Sistem Penganggaran memiliki
tiga output yaitu peraturan bidang penganggaran, sistem informasi di bidang penganggaran,
serta monitoring dan evaluasi. Output peraturan di bidang peraturan bidang penganggaran
dapat diukur dengan indikator persentase ketepatan waktu penyelesaian juknis/norma
penganggaran. Output sistem informasi di bidang penganggaran dapat diukur dengan
indikator output jumlah sistem informasidi bidang penganggaran. Sedangkan, output
monitoring dan evaluasi diukur dengan indikator output berupa implementasi hasil evaluasi

15
kinerja penganggaran. Akan tetapi, dalam Form III ini terdapat kekurangan dimana input
tidak dijelaskan secara rinci karena keterbatasan data. Dalam dokumen RKA-K/L input
ditunjukkan oleh sumber daya yang digunakan dan dilengkapi dengan pagu anggaran.

4.2.3.6 Kegiatan Layanan Kesekretariatan

Output 001. Layanan Kesekretariatan

Indikator output:
01.Persentase Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja
Suboutput 001. Layanan Perencanaan dan Keuangan
002. Layanan Organisasi
003. Layanan SDM
004. Layanan Bantuan Hukum
005. Layanan Dukungan Teknis Lainnya
Aktivitas 051. penyusunan dokumen perencanaan
052. penyelenggaraan tugas perbendaharaan
053. penyusunan laporan keuangan dan laporan kegiatan
051. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
052. Penyusunan Media Komunikasi dan Publik
053. Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Organisasi
054. Pelaksanaan Monitoring Capaian Transformasi Kelembagaan
051. Pelaksanaan Monev Terhadap Kepatuhan Peraturan Kepegawaian
052. Pengelolaan Tugas Umum Kepegawaian
053. Penyelenggaraan Rapat Konsolidasi Sekretariat
051. Penyusunan Dokumen Monev Standar Operating Procedure (SOP)
052. Penyusunan Dokumen Penerapan Pengendalian Intern
053. Penyusunan Dokumen Penerapan Manajemen Risiko
054. Penyusunan Dokumen Layanan Bantuan Hukum dan Pendampingan
051. Dukungan Pelaksanaan Sosialisasi, Workshop, dan Internalisasi
Penganggaran
052. Dukungan Dalam Rangka Penelaahan Anggaran
053. Dukungan Pelaksanaan Pembahasan APBN
054. Dukungan Pelaksanaan Operasional Layanan Perkantoran dan
Pengadaan Barang Jasa
Output 002. Dukungan Manajerial

Indikator output:
01 . Terlaksananya Layanan Peningkatan Kompetensi
02 . Persentase jumlah pegawai yang memenuhi standar jamlat
Suboutput 001. Layanan Peningkatan Kompetensi Pegawai
Aktivitas 051. Penyelenggaraan Internalisasi/Sosialisasi/FGD
052. Penyelenggaran Beasiswa
053. Penyelenggaran Pelatihan Soft and Hard Competency
054. Penyelenggaraan Assessment Center/Psikotest/Pemetaan
Kompetensi
Output 004. Dokumen DIPA

Indikator output:
01. Tersusunnya Dokumen DIPA
Suboutput 001. Dokumen DIPA
Aktivitas 051. Persiapan Penyusunan Dokumen DIPA
052. Pencetakan, Pengiriman, dan Prosesi Dokumen DIPA

Kegiatan kesekretariatan adalah kegiatan pendukung fungsi DJA. Kegiatan ini tidak
berhubungan langsung dengan tugas, pokok, dan fungsi DJA. Akan tetapi, kegiatan

16
kesekretariatan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari
DJA. Apabila uraian setiap output, suboutput, dan aktivitas dicermati, dengan mudah dapat
ditarik hubungan antara ketiganya. Kegiatan kesekretariatan memiliki tiga output yaitu
layanan kesekretariatan, dukungan manajerial, dan dokumen DIPA. Sebelum penerapan
ADIK, susunan anggaran terdiri dari program, output, kegiatan, komponen, dan
subkomponen yang seringkali mempunyai karakter input. Setelah penataan ADIK, output
pada kegiatan kesekretariatan menunjukkan sesuatu yang dihasilkan dari pelaksanaan
suatu kegiatan.

4.2.3.7 Kegiatan Harmonisasi Peraturan Penganggaran (HPP)

Output 001. Rekomendasi kebijakan penganggaran

Indikator output:
99.Persentase persetujuan atas rekomendasi harmonisasi
peraturan/kebijakan bidang penganggaran
Suboutput Rekomendasi kebijakan penganggaran
Aktivitas 051. Penyusunan rekomendasi di bidang jaminan sosial
052. Penyusunan rekomendasi penganggaran remunerasi
053. Penyusunan rekomendasi kebijakan PNBP
054. Penyusunan rekomendasi kebijakan peraturan penganggaran KL
055. Pelaksanaan Kajian Kebijakan

Dalam kegiatan harmonisasi peraturan penganggaran, ditetapkan bahwa output


kegiatan berupa rekomendasi kebijakan penganggaran. Terdapat lima aktivitas yang perlu
dilakukan untuk mencapai suboutput dan output, yaitu penyusunan rekomendasi di bidang
jaminan sosial, penyusunan rekomendasi penganggaran remunerasi, penyusunan
rekomendasi kebijakan PNBP, penyusunan rekomendasi kebijakan peraturan
penganggaran, dan pelaksanaan kajian kebijakan. Apabila uraian setiap output, suboutput,
dan aktivitas dicermati, dengan mudah dapat ditarik hubungan antara ketiganya. Akan
tetapi, dalam Form III ini terdapat kekurangan dimana input tidak dijelaskan secara rinci
karena keterbatasan data. Dalam dokumen RKA-K/L input ditunjukkan oleh sumber daya
yang digunakan dan dilengkapi dengan pagu anggaran.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Dalam penelitian ini, keterbatasan yang dialami penulis adalah sebagai berikut.
1. Keterbatasan data mengingat data yang diperoleh penulis hanya berupa Form ADIK I,
II, dan III tanpa sehingga belum dapat melihat penerapannya secara langsung dalam
RKA-K/L.
2. Keterbatasan wawasan penulis atas tugas dan fungsi DJA mengingat penulis tidak
bekerja secara langsung di DJA.
3. Keterbatasan waktu untuk melakukan analisis yang lebih mendalam.

17
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan
Improvement berasal dari kata dasar improve yang artinya meningkat atau berubah
menjadi lebih baik. Continuous improvement adalah peningkatan / perbaikan
berkesinambungan ke arah lebih baik. Continuous improvement dilakukan terhadap proses
dan sumber daya manusia. Istilah ini mengacu pada konsep kaizen di
Jepang. Kaizen adalah istilah dalam bahasa Jepang yang berarti perbaikan terus-menerus
atau perbaikan berkelanjutan. Kaizen harus dilaksanakan organisasi yang menggunakan
filosofi Total Quality Management. Hal ini sejalan dengan salah satu nilai-nilai Kementerian
Keuangan yaitu "kesempurnaan". Kesempurnaan mempunyai arti selalu melakukan upaya
perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik. Melakukan upaya
perbaikan terus-menerus atau continuous improvement adalah cara terbaik untuk mencapai
kesempurnaan.
Salah satu fungsi Kementerian Keuangan adalah melakukan perumusan, penetapan,
dan pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan. Sehubungan dengan fungsi dalam bidang penganggaran tersebut,
Kementerian Keuangan mengupayakan perbaikan sistem penganggaran secara terus
menerus. Continuous improvement dalam penganggaran sangat penting untuk dilakukan
agar APBN semakin berkualitas. Kualitas APBN mendukung kualitas pengambilan
keputusan dan kebijakan yang lebih baik. Hal ini juga penting dilakukan agar pengelolaan
anggaran khususnya terkait pengukuran pencapaian outcome semakin akuntabel.
DJA adalah unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang sudah
menerapkan ADIK secara penuh pada tahun 2016. Proses penataan ADIK di lingkungan
Kementerian Keuangan sudah dilakukan sejak tahun 2014. Proses penataan ini dimulai
dengan penyelarasan dokumen perencanaan, dokumen penganggaran serta dokumen
kinerja pada level Kementerian (Formulir I). Penataan ADIK pada level DJA (Formulir II) dan
level eselon II/satker (Formulir III) dilakukan pada tahun 2015. Tujuan penataan Formulir II
ADIK adalah agar unit eselon I dapat menggambarkan outcome sebagai ultimate goal
sesuai tugas dan fungsinya dengan berorientasi pada stakeholders. Tujuan penataan
Formulir III ADIK adalah unit eselon I dapat mendefinisikan kembali output dengan
memperhatikan tugas dan fungsi (core business) serta barang atau jasa akhir yang
dihasilkan kepada customer.
Pada tahun anggaran 2016, RKA-K/L DJA sudah dibuat berdasarkan struktur ADIK
yang baru. Kini struktur ADIK menjadi lebih informatif dengan menyajikan input, aktivitas,
dan output pada tiap level organisasi dengan tambahan penyajian outcome pada level
Eselon I dan level Kementerian/Lembaga. Secara umum, terdapat tiga bagian struktur ADIK
yang digunakan dalam menyusun RKA-K/L DJA tahun anggaran 2016 dengan susunan
sebagai berikut:
1. Form I : struktur RKA-K/L Kementerian Keuangan untuk tahun 2016
2. Form II : struktur Rencana Kerja dan Anggaran Level Eselon I, Direktorat Jenderal
Anggaran
3. Form III : struktur Rencana Kerja dan Anggaran Level Eselon II, Direktorat Jenderal
Anggaran

Konsep penataan arsitektur ADIK didasarkan pada pendekatan logic model, hierarki
fungsi, dan informasi yang bersifat top-down. Penataan ADIK dalam RKA-K/L menandai
babak baru perencanaan dan penganggaran APBN. Namun demikian, seiring dengan
implementasinya, tentunya banyak hal yang harus terus diperbaiki. Continuous improvement
perlu dilakukan untuk peningkatan akuntabilitas penganggaran.
Dalam struktur RKA-K/L (Form I) Kementerian Keuangan, terlihat jelas relevansi
antara input, aktivitas, output, dan outcome dengan rumusan informasi kinerja yang terukur.
Struktur RKA-K/L Kementerian Keuangan (Form I) sudah dapat memberikan gambaran

18
hubungan logis antara input, aktivitas, output, dan outcome. Jika sumber daya (gaji dan
tunjangan, operasional dan pemeliharaan kantor, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, data dan informasi, serta layanan internal organisasi) tersedia maka kegiatan
kementerian keuangan yang fungsinya dilaksanakan oleh DJA yaitu pengelolaan anggaran
pemerintah pusat dapat dilaksanakan. Struktur RKA-K/L Form I Kementerian Keuangan
tahun 2016 berbeda dengan struktur RKA-K/L sebelum penerapan ADIK karena terdapat
rumusan output pada level K/L yang menunjukkan keluaran yang dihasilkan dari kegiatan
yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan. Rumusan input, aktivitas, output dan outcome
juga terlihat jelas. Tidak ada lagi output yang berbasis input seperti dokumen, kendaraan,
ataupun bangunan.
Dalam struktur RKA-K/L (Form II) DJA, terlihat jelas relevansi antara input, aktivitas,
output, dan outcome dengan rumusan informasi kinerja yang terukur. Struktur RKA-K/L DJA
(Form II) sudah dapat memberikan gambaran hubungan logis antara input, aktivitas, output,
dan outcome. Jika sumber daya (gaji dan tunjangan, operasional dan pemeliharaan kantor,
peralatan dan mesin, serta gedung dan bangunan) tersedia maka kegiatan DJA dapat
dilaksanakan. Terlaksananya kegiatan tersebut dengan baik diharapkan akan dapat
mencapai output berupa alokasi anggaran pemerintah pusat yang efektif dan efisien,
kebijakan penganggaran yang berkualitas, serta peraturan di bidang PNBP dan subsidi
energi yang efektif. Tercapainya atau tidaknya output tersebut ditunjukkan oleh indikator
output. Hasilnya, diharapkan outcome DJA berupa pengelolaan anggaran yang berkualitas
dapat dicapai. Pencapaian outcome dapat diukur dari indikator : akurasi perancanaan
APBN, deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran, dan rasio defisit APBN
terhadap PDB.
Pada level Eselon II (Form III), keluaran paling tinggi bukan lagi dalam bentuk
outcome tetapi dalam bentuk output. Apabila uraian setiap output, suboutput, dan aktivitas
dicermati, dengan mudah dapat ditarik hubungan antara ketiganya. Kegiatan Pengelolaan
ABPP memiliki dua output berupa peraturan pelaksanaan di bidang penganggaran serta
monitoring dan evaluasi. Output peraturan pelaksanaan di bidang penganggaran dapat
diukur dengan indikator deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran K/L.
Output monitoring dan evaluasi dapat diukur dengan indikator deviasi antara rencana dan
evaluasi penyerapan anggaran K/L. Akan tetapi, dalam Form III ini terdapat kekurangan
dimana input tidak dijelaskan secara rinci karena keterbatasan data. Dalam dokumen RKA-
K/L input ditunjukkan oleh sumber daya yang digunakan dan dilengkapi dengan pagu
anggaran.

5.2 Rekomendasi

1. Dalam struktur ADIK eselon II, input ADIK belum dituliskan secara eksplisit sehingga
dalam kedepannya perlu perbaikan.
2. Perhitungan outcome perlu dilakukan penajaman agar tidak hanya berbasis kuantitas
tetapi juga kualitas.
3. Setelah penataan ADIK, alokasi anggaran dilakukan berdasarkan fungsi. Kini,
anggaran dikelompokkan berdasarkan outputnya. Hal ini menimbulkan konsekuensi
pemantauan anggaran oleh staf keuangan menjadi sedikit berkurang. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penyesuaian dalam pelaksanaan anggarannya dengan
menciptakan sistem pemantauan anggaran internal satker untuk kepentingan
manajerial.

19
DAFTAR PUSTAKA

Biro Perencanaan dan Keuangan Kementerian Keuangan. 2016. Buletin Kinerja Edisi XXX.
Jakarta: Biro Perencanaan dan Keuangan Kementerian Keuangan
Direktorat Jenderal Anggaran. 2014. Bahan Paparan Penataan Arsitektur dan Informasi
Kinerja dalam RKA-K/L. Dipresentasikan pada Diklat Penataan ADIK September 2014.
Direktorat Jenderal Anggaran. 2014. Bahan Paparan Penataan Arsitektur dan Informasi
Kinerja dalam RKA-K/L. Dipresentasikan dalam sosialisasi ADIK 2014

Hansen, D. R., dan M.M. Mowen. 2007. Managerial Accounting, 8th Edition. United States:
Thomson South-Western.

Jackson, Peter M., Public Service Performance Evaluation: A Strategic Perspective. 1993.
USA: Blackwell Publishers.

Juliani, Henny. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Dalam Pengelolaan Keuangan


Negara Untuk Mewujudkan Good Governance. 2010. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Kementerian Kauangan dan Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2009. Pedoman Penerapan
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK). Jakarta: Kementerian Kauangan dan
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas)

Kementerian Keuangan. Pedoman Penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja Dalam


Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga. 2014. Jakarta: Kementerian
Keuangan

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan. 2016. Implementasi Logic Model Dalam


Penganggaran. Bogor: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Kementerian
Keuangan.

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan. 2016. Modul Penyusunan Informasi Kinerja.


Bogor: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Kementerian Keuangan.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja
Anggaran Kementerian/Lembaga.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi
Kinerja atas Pelaksanaan RKA-K/L.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan
Peraturan Direktur Jenderal Anggaran Nomor PER-3/AG/2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Penelitian dan Penelaahan Informasi Kinerja Hasil Penataan Arsitektur
dan Informasi Kinerja Kementerian Negara/Lembaga.
https://.kemenkeu.go.id (Diakses Senin, 17 April 2017)
https://id.wikipedia.org/ (Diakses Senin, 17 April 2017)

iv

You might also like