Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi
sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di
sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat aliran darah atau
alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan
mengalami infark.
Faktor risiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis
sehingga berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik, antara lain kadar serum lipid,
hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa, dan diet yang tinggi lemak jenuh,
Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST Elevation Myocardial Infarct)
merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri atas angina
pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST, dan IMA dengan elevasi ST. Infark miokard akut
dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri
koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh
Saat ini, prevalensi STEMI meningkat dari 25% ke 40% dari presentasi Infark Miokard
(Depkes, 2013). Infark Miokard Akut diklasifikasikan berdasar EKG 12 sandapan menjadi
Infark miokard akut ST-elevasi (STEMI) : oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan
area infark yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan
adanya elevasi segmen ST pada EKG. Infark miokard akut non ST-elevasi (NSTEMI): oklusi
sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan miokardium, sehingga tidak
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu tindakan untuk mengenal pasti keluhan utama pasien
disamping beberapa keluhan penyerta. Anamnesis yang benar dapat membantu dokter untuk
menegakkan diagnosis yang tepat. Anamnesis dapat dilakukan secara langsung kepada pasien
atau autoanamnesis.
Yang pertama adalah ditanyakan identitas pasien seperti Nama lengkap pasien, umur
pasien, tanggal lahir, jenis kelamin, agama, alamat, umur (orang tua), pendidikan dan
pekerjaan (orang tua) ,suku bangsa. Dalam kasus ini, pasien seorang laki-laki berusia 50
tahun. Identitas lain tidak disertakan. Seterusnya adalah menanyakan keluhan utama dari
pasien. Pasien ini mengeluh nyeri pada dada yang terus menerus sejak 40 menit yang lalu.
Nyeri yang muncul tiba tiba pada dada kiri dan menjalar ke lengan kiri berkurang saat
istirahat namun terus menerus muncul kembali dan semakin memberat. Selanjutnya, riwayat
penyakit dahulu juga ditanyakan yaitu apakah sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit
yang sama, ataupun penyakit lain yang pernah pasien derita. Perlu dianamnesis pula apakah
ada riwayat infark miokard sebelumnya serta faktor-faktor risiko antara lain hipertensi,
diabetes melitus, dislipidemia, merokok, stres serta riwayat sakit jantung koroner pada
keluarga.
Pada hampir setengah kasus, terdapat faktor pecetus sebelum terjadi STEMI, seperti
aktivitas fisik berat, stres emosi atau penyakit medis atau bedah. Walaupun STEMI bisa
terjadi sepanjang hati atau malam, variasi sirkadian dilaporkan pada pagi hari dalam beberapa
Pemeriksaan Fisik
Sebagian besar pasien cemas dan tidak bisa istirahat (gelisah). Seringkali pucat
disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal >30 menit dan banyak keringat
dicurigai kuat adanya STEMI. Sekitar seperempat pasien infark anterior mempunyai
manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardia dan/ atau hipotensi). Tanda fisis lain pada
disfungsi ventrikular adalah S4 dan S3 gallop, penurunan intensitas bunyi jantung kedua.
Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik apikal yang bersifat sementara
karena disfungsi aparatus katup mitral dan pericardial friction rub. Peningkatan suhu sampai
Tanda-tanda vital :
Pada auskultasi didapatkan bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2 normal, murmur (-),
Pemeriksaan penunjang3
Elektrokardiogram
Pemeriksaan EKG 12 sandapan harus dilakukan pada semua pasien dengan nyeri
dada atau keluhan y a n g dicurigai STEMI. Pemeriksaan ini harus dilakukan segera
dalam 10 menit sejak kedatangan di IGD. Pemeriksaan EKG di IGD merupakan landasan
dalam menentukan keputusan terapi karena bukti kuat menunjukkan gambaran elevasi
tetap simtomatik dan terdapat kecurigaan kuat STEMI, EKG serial dengan interval 5-10
evolusi menjadi gelombang Q pada EKG yang akhirnya didiagnosis infark miokard
biasanya mengalami a n g i n a pektoris tak stabil atau non STEMI. Pada sebagian pasien
gelombang Q atau hilangnya gelombang R dan infark miokard non transmural jika EKG
tidak selalu ada korelasi gambaran patologis EKG dengan lokasi infark
IMA mural/nontransmural. Pada gambar 5 dapat dilihat EKG yang menyebabkan STEMI
anterior ekstensif.
Gambar 1. EKG menunjukan STEMI Anterior Ekstensif3
Laboratorium3
Pemeriksaan yang akan dianjurkan adalah creatine kinase (CK)MB dan cardiac
spesific troponin (cTn)T atau cTn1 dan dilakukan secara serial. cTn harus digunakan
sebagai j petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal,
karena pada keadaan ini juga akan ' diikuti peningkatan CKMB. Pada pasien dengan
:
elevasi ST dan gejala IMA, terapi reperfusi diberikan segera mungkin dan tidak
Peningkatan nilai enzim di atas 2 kali nilai batas atas normal menunjukkan ada nekrosis
puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari. Operasi
cTn: ada 2 jenis yaitu cTn T dan cTn I. Enzim ini meningkat setelah 2 jam
bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTnT
masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.
Mioglobin: dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 4-8
jam.
Creatinin kinase (CK): Meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.
Lactic dehydrogenase (LDH): meningkat setelah 24-48 jam bila ada infark miokard,
mencapai puncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.
Garis horizontal menunjukkan upper reference limit (URL) biomarker jantung pada
laboratorium kimia klinis. URL adalah nilai yang mempresentasikan 99th percentile
kelompok kontrol tanpa STEMI. Reaksi non spesifik terhadap injuri miokard adalah
leukositosis polimorfonuklear yang dapat terjadi dalam beberapa jam setelah onset nyeri
Diagnosis Kerja
Myocardial Infraction ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri dada yang khas dan
gambaran EKG adanya elevasi ST baru pada titik J => 2mm pada pria atau =>1,5mm pada
wanita, minimal 2 sandapan V2-V3 atau =>1mm pada sandapan dada yang lain atau
sandapan ekstremitas. LBB baru atau diduga baru dipertimbangkan sebagai STEMI
elevasi ST pada sandapan aVR ditemukan pada pasien dengan oklusi pada left main atau
arteri desendens anterior kiri proksimal. Perubahan gelombang T hiperakut jarang dijumpai
pada fase paling awal STEMI, sebelum berkembang menjadi elevasi ST.
diagnosis namun keputusan memberikan terapi revaskularisasi tak perlu menunggu hasil
pemeriksaan enzim, mengingat tatalaksana STEMI prinsip utama penatalaksanaan lebih cepat
Diagnosis Banding4,5,6
Perikarditis Nyeri dada yang tajam, elevasi segmen ST. LED meningkat
retrosternal atau sebelah Gelombang T umumnya ke
Leukositosis
kiri atas, tetapi inversi bila ada
miokarditis Peningkatan enzim
Bertambah saat
jantung
bernapas, batuk atau
menelan
NSTEMI Lebih berat dan lama Depresi segmen ST. Enzim jantung
(>30 menit), tidak hilang meningkat minimal
Inversi T dalam.
dengan nitrat, mungkin 2x dari nilai batas
perlu opiate atas normal.
Prinzmetal Sering terjadi di malam Elevasi segmen ST > 0,1 mV Enzim jantung tidak
angina hari saat istirahat atau pada 2 atau lebih sadapan meningkat.
selama tidur REM ekstremitas, >0,2 mV pada
prekordial.
Disritmia
Inversi Gelombang T.
Tidak mereda dengan
istirahat tetapi biasanya
menghilang dalam 5
menit
Etiologi7
STEMI terjadi jika thrombus arteri koroner terjadisecara cepat pada lokasi injury
Epidemiologi7
Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di
negara maju. Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 30% dengan lebih dari separuh
kematian terjadi sebelum pasien mencapai rumah sakit. Walaupun laju mortalitas menurun
sebesar 30% dalam 2 dekade terakhir, sekitar 1 di antara 25 pasien yang tetap hidup pada
perawatan awal, meninggal dalam tahun pertama setelah IMA.1Di Inggris penyakit
Patofisiologi3
Infark mikard akut dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah
koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang
sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat
biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu.
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskular, di
mana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur,
ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga
terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Pada
STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red trombus, yang dipercaya
Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP, epinefrin,
serotonin) memicu aktivitas trombosit, yang selanjutnya akan memproduksi dan melepaskan
tromboksan A2 (vasokonstriksi lokal yang poten). Selain itu aktivitas trombosit memicu
reseptor mempunyai mempunyai afinitas tinggi terhadap asam amino pada protein adhesi
yang larut (integrin) seperti faktor von Willebrand (vWF)dan fibrinogen dimana keduanya
adalah molekul multivalen yang dapat mengikat 2 pletelet yang berbeda secara stimulan,
Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel yang rusak.
Faktor VII dan diaktivasi, mengakibatkan konversi protrombin menjadi trombin, yang
kemudian mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat (culprit)
kemudian akan mengalami oklusi oleh trombus terdiri dari agregat trombosit dan fibrin.
Pada kondisi yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri koroner
yang disebabkan oleh emboli koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner dan berbagai
Gejala klinis
Sebelum munculnya gejala STEMI, pada setengah kasus faktor penyebab seperti
aktivitas yang berat, stress emosional dilaporkan telah terjadi terlebih dahulu. Walau STEMI
dapat terjadi pada siang maupun malam, variasi sirkadian dilaporkan bahwa STEMI umum
terjadi pada saat bagun tidur selama beberapa jam dari bangun tidur.
Rasa nyeri merupakan keluhan paling umum yang dirasakan oleh pasien STEMI.
Rasa nyeri bersifat dalam dan visceral; yang biasanya dideskripsikan dengan berat, menekan.
Hal ini serupa dengan keluhan pada angina pectoris namun biasanya lebih hebat dan bertahan
lebih lama. Rasa nyeri biasanya berada pada bagian tengah dada dan atau epigastrium, dan
dalam beberapa keadaan dapat menjalar ke lengan. Lokasi nyeri yang sering berada di bawah
prosessus xiphoid dan bantahan pasien akan penyakit jantung, menyebabkan sering tertukar
Rasa nyeri dari STEMI dapat mensimulasikan rasa nyeri pada perikarditis akut,
emboli paru, costochondritis, dan penyakit Gastrointestinal. Maka dari itu, sebaiknya keadaan
diatas dijadikan sebagai diagnosis banding. Terkadang STEMI tanpa rasa nyeri juga dapat
terjadi, dan angka kejadiannya meningkat pada orang STEMI yang disertai dengan DM.
STEMI pada orangtua juga sering kali tidak bergejala nyeri, namun dapat langsung hadir
Kebanyakan pasien merasa gelisah dan tidak mampu beristirahat, berusaha untuk
mengurangi rasa sakit dengan bangun tidur, mengubah posisi tidur namun tidak berhasil.
Tanda rasa nyeri dibawah sternum selama lebih dari 30 menit, menunjukkan adanya gejala
STEMI. Walau banyak pasien yang kecepatan nadi dan kekuatan nadinya masih normal,
namun seperempat dari jumlah pasien STEMI mengalami perangsangan saraf simpatis,
tenang, dan pulsasi apikal juga biasanya sulit untuk dipalpasi, namun pada pasien dengan
infark dinding anterior, pulsasi sistolik abnormal.dapat terjadi, dan suara jantung tiga (S3) dan
empat (S4) dapat terdengar, sistolik murmur yang terjadi karena adanya gangguan katup
mithral.6
Penatalaksanaan3
1. Oksigen
Suplemen Oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri <90%.
Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama.
2. Nitrogliserin
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat
diberikan smapai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain mengurangi nyeri dada, NTG juga
meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh koroner yang terkena
a. Morfin
Morfin sangan efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan
dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg
dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg.1
b. Aspirin
di ruang emergensi. Selanjutnya aspirin diberikan oral dengan dosis 75-162 mg.3
c. Penyekat Beta
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta IV,
selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol 5
mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis. Lima belas menit setelah dosis IV
Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan disfungsi dan
dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien STEMI menjadi pump failure atau
Sasaran terapi hiperfusi pada pasien STEMI adalah door-to-needle (atau medical
contact-to-needle) time untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30 menit atau
door-to-balloon (atau medical contact-to-ballon) time untuk PCI dapat dicapai dalam 90
menit.
Komplikasi3
1. Disfungsi Ventrikular
ukuran dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses
gagal jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun pasca infark. Segera
dan elongasi zona infark. Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan yang
terjadi dikaitkan ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi terbesar pasca infark
2. Gangguan Hemodinamik
baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal (10 hari infark)
dan sesudahnya.Tanda klinis yang tersering dijumpai adalah ronki basah di paru
dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen sering dijumpai
kongesti paru.
3. Syok Kardiogenik
dengan infark terbatas primer pada ventrikel kanan.Infrak ventrikel kanan secara
klinis menyebabkan tanda gagal ventrikel kanan yang berat (distensi vena
segmen ST sadapan EKG sisi kanan, terutama sadapan V4R, seting dijumpai
Insidens aritmia pasca infark lebih tinggi pada pasien segera setlah onset
iskemia miokard.
6. Ekstrasistol Ventrikel
pada hampir semua pasien STEMI dan tidak memerlukan terapi. Hipokalemia
8. Fibrilasi ventrikel
9. Fibrilasi atrium
14. Perikarditis
Pencegahan
Berhenti merokok.
Prognosis3
TIMI risk score : sistem prognostik paling akhir yang menggabungkan anamnesis
sederhana dan pemeriksaan fisis yang dinilai pada pasien STEMI yang mendapat
terapi trombolitik.
Kesimpulan
Laki-laki 50 tahun tersebut dengan nyeri dada kiri menjalar ke lengan kiri menderita
infark miokard akut dengan ST elevasi (STEMI) berdasarkan gejala klinis dan ditemukan
adanya ST elevasi pada hasil EKG pasien tersebut. Sesak napas dan nyeri dada yang menjalar
ke rahang dan lengan kiri dapat disebabkan oleh iskemik pada infark miokard akut dengan
elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.
Daftar Pustaka
1. Guyton AC, Hall JE.. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.
Kedokteran;2005.147:6-9.
3. Sudoyo Aru W, et all. Miokarditis akut dengan elevasi ST. Idrus Alwi, Lukman Buku
4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6.
5. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi: pemeriksaan dan manajemen. Edisi ke-2.
6. Isselbacher, et all. Harrison Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-3. Volume
3. Jakarta: EGC;2008.h.1201-44.
2003. h.112-3.