Professional Documents
Culture Documents
AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN: PENDAPAT AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN DAN
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
Dosen Pengampu:
Akie Rusaktiva Rustam, SE, MSA, Ak, CA
OLEH:
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
ridho serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Sholawat serta salam tidak lupa selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Muhammad
SAW. Alhamdulillah makalah yang diberi judul Audit Atas Laporan Keuangan: Pendapat
Auditor Atas Laporan Keuangan Dan Laporan Auditor Independen dapat terselesaikan
dengan baik melalui bantuan berbagai pihak yang terkait.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
karena itu kritik, saran dan masukan yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam
pengembangan pendidikan di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui cara merumuskan pendapat auditor
2. Untuk mengetahui ketentuan perumusan suatu opini atas laporan keuangan
3. Untuk mengetahui standar nasional dalam lapran auditor
4. Untuk mengetahui bentuk dan redaksi laporan auditor
5. Untuk mengetahui format baku laporan audit
6. Untuk mengetahui contoh bentuk laporan audit
7. Untuk mengetahui modifikasi terhadap laporan auditor
8. Untuk mengetahui opini modifikasi (ISA 705)
9. Untuk mengetahui contoh bentuk dan isi laporan auditor WTP, WDP, TW, dan TMP
Untuk mengetahui laporan keuangan disalahsajikan secara material
BAB II
PEMBAHASAN
Laporan keuangan memiliki peran yaitu menyediakan informasi yang berguna bagi
para pengguna untuk memprediksi sumber daya yang dimiliki, dibutuhkan, dan di hasilkan
oleh perusahaan sehingga dapat mempengaruhi pengguna laporan keuangan dalam
mengambil keputusan terkait dengan rencana masa depan perusahaan. Namun tidak semua
pengguna laporan keuangan merupakan orang yang mengerti tentang laporan keuangan.
Keterbatasan pengetahuan tersebut dapat diatasi dengan mengandalkan pihak ketiga yaitu
opini audit dari auditor eksternal.
Opini audit adalah pernyataan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan dari
entitas yang telah diaudit. Kewajaran ini menyangkut materialitas, posisi keuangan, dan arus
kas. Opini audit merupakan opini yang diberikan oleh auditor tentang kewajaran penyajian
laporan keuangan perusahaan tempat auditor melakukan audit. Ikatan Akuntan Indonesia (SA
Seksi 150) menyatakan bahwa laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Opini audit adalah laporan
yang diberikan seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil penilaian atas kewajaran
laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Dalam menyatakan suatu opini, auditor
harus menyimpulkan apakah auditor telah memperoleh keyakinan yang memadai tentang
apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah terbebas dari kesalahan penyajian
material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
Opini yang diberikan oleh auditor berdasarkan tahap-tahap dan prosedur audit yang
dilakukan untuk mendapatkan bukti yang memadai dan objektif, sehingga auditor dapat
menarik kesimpulan atas kewajaran laporan keuangan tersebut. Secara khusus, auditor juga
harus melakukan evaluasi terhadap ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku,
antara lain:
1. Apakah laporan keuangan telah mengungkapkan kebijakan akuntansi signifikan yang
dipilih telah diterapkan secara memadai.
2. Kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan secara konsisten dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku dan sudah tepat.
4. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan, dapat diandalkan,
dapat diperbandingkan dan dapat dipahami.
Berdasarkan SA 700 terdapat 2 tipe opini yang dinyatakan oleh auditor, yaitu opini
tanpa modifikasian dan opini dengan modifikasi. Auditor harus meyatakan opini tanpa
modifikasian apabila auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disusun dalam semua
hal yang material telah sesuai dengan pelaporan keuangan yang berlaku. Namun jika auditor
menyimpulkan bahwa berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara
keseluruhan tidak terbebas dari salah saji yang material, serta auditor tidak memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan bebas dari salah
saji yang material, maka auditor harus memodifikasi opininya.
Pada saat auditor menyimpulkan berdasarkan bukti audit yang diperoleh bahwa
laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari salah saji yang meterial serta auditor
tidak memperoleh bukti audit secara memadai, maka auditor harus melakukan modifikasi
terhadap opininya. Berdasarkan SA 705, terdapat tipe modifikasi terhadap opini auditor,
antara lain:
Ketika menyatakan suatu opini tanpa modifikasi, laporan auditor harus mencakup
suatu bagian dengan judul opini, sedangakan apabila auditor memodifikasi opini audit,
auditor dalan laporan audit harus menggunakan subjudul Opini Wajar dengan
Pengecualian, Opini TidakWajar, atau Opini Tidak Menyatakan Pendapat, sesuai
dengan opininya pada paragraf opini.
Dalam SA 705, auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor ketika auditor
menyimpulkan bahwa berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara
keseluruhan tidak bebas dari salah saji yang material. Selain itu auditor tidak dapat
memperoleh bukti audit yang cukup kuat dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan
keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material. Berikut merupakan ilustrasi
bagaimana pertimbangan auditor tentang sifat hal-hal yang menimbulkan modifikasi terhadap
opini audit.
Pada saat auditor menyatakan suatu opini tidak menyatakan pendapat, auditor harus
mengubah paragraf pendahuluan dalam laporan auditor untuk menyatakan bahwa auditor
ditugaskan untuk mengaudit laporan keuangan. Auditor juga harus mengubah penjelasan
tentang tanggung jawab auditor dan ruang lingkup audit dalam laporan auditor independen.
2.1.1 Ketentuan Perumusan suatu Opini atas Laporan Keuangan
Auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Untuk merumuskan opini tersebut, auditor harus menyimpulkan apakah auditor telah
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan. Kesimpulan tersebut harus memperhitungkan:
Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 330, apakah bukti audit yang cukup dan
tepat telah diperoleh;
Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 450, apakah kesalahan penyajian yang
tidak dikoreksi adalah material, baik secara invidual maupun secara kolektif;dan
Evaluasi yang diharuskan oleh paragraf 12-15.
Auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan ketentuan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Pengevaluasian tersebut harus mencakup pertimbangan atas aspek kualitatif praktik
akuntansi entitas, termasuk indikator kemungkinan penyimpangan dalam pertimbangan
manajemen. Secara khusus, auditor harus mengevaluasi apakah, dari sudut pandang
ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku:
Laporan keuangan mengungkapkan kebijakan akuntansi signifikan yang dipilih
dan diterapkan secara memadai;
Kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan konsisten dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku dan sudah tepat;
Estimasi akuntansi yang dibuat oleh manajemen adalah wajar;
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan, dapat
diandalkan, dapat diperbandingkan, dan dapat dipahami;
Laporan keuangan menyediakan pengungkapan yang memadai untuk
memungkinkan pengguna laporan keuangan yang dituju memahami pengaruh
transaksi dan peristiwa material terhadap informasi yang disampaikan dalam
laporan keuangan; dan
Terminologi yang digunakan dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap
laporan keuangan, sudah tepat.
Ketika laporan keuangan disusun berdasarkan suatu kerangka penyajian wajar,
pengevaluasian yang diharuskan juga harus mencakup apakah laporan keuangan mencapai
penyajian wajar. Pengevaluasian auditor tentang apakah laporan keuangan mencapai
penyajian wajar harus mencakup pertimbangan- pertimbangan sebagai berikut:
Penyajian, struktur, dan isi laporan keuangan secara keseluruhan; dan
Apakah laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan terkait,
mencerminkan transaksi dan peristiwa yang mendasarinya dengan suatu cara
yang mencapai penyajian wajar.
Auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan merujuk secara memadai
pada, atau menjelaskan, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Menurut matriks perumusan opini yang akan menjadi alat bantu (tool) bagi
auditor dalam merumuskan opini. Matriks ini merupakan pengejawantahan dari
dasar pertimbangan dan proses perumusan opini yang telah diuraikan di atas dan
diharapkan dapat mengurangi (bukan menghilangkan sama sekali) subjektivitas
auditor dalam membuat opini. Bila diibaratkan, matriks tersebut adalah mesin
pembuat keputusan. Dengan mesin itu, auditor hanya diminta untuk memasukkan
bahan-bahan dan tinggal menunggu hasilnya. Mesin itulah yang pada akhirnya
akan menentukan jenis opini yang keluar, berdasarkan bahan yang ada. Berbekal
pemahaman mengenai kecukupan bukti, salah saji, dan materialitas (termasuk aspek
pervasiveness), auditor tinggal memasukkan seluruh temuan yang berpengaruh pada
opini atas laporan keuangan ke dalam Matriks tersebut. Dalam prosesnya, auditor
hanya diminta untuk menentukan apakah sebuah temuan berakibat pada terjadinya
salah saji beserta nilai salah saji yang terjadi. Selanjutnya, auditor harus menilai
apakah bukti audit terkait pengungkapan temuan yang berakibat salah saji tersebut
cukup memadai. Lalu, auditor juga diminta untuk menentukan materialitas salah saji
yang terjadi beserta dampak pervasiveness atas transaksi atau akun yang terkait
salah saji tersebut. Setelah semua pertimbangan mengenai salah saji, kecukupan
bukti, materialitas dan pervasiveness terpetakan, auditor tinggal menentukan opini
yang sesuai dengan menggunakan Matriks Opini Terpilih. Di sini prinsip
konservatisme memegang peranan karena opini akhir yang mewakili laporan
keuangan secara keseluruhan akan ditentukan berdasarkan bobot atau proporsi opini
yang terbesar. Proporsi atau persentase ini didasarkan pada perbandingan antara
nilai temuan untuk setiap kelompok opini dengan total nilai temuan yang berakibat
salah saji.
a) Berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak
bebas dari salah saji yang material; atau
b) Bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan
secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material tidak dapat diperoleh, maka
auditor wajib memodifikasi opininya.
2.1.4 Bentuk dan Redaksi Laporan Auditor
Tabel dibawah menyajikan kutipan dari ISA 700 mengenai bentuk dan redaksi
laporan auditor.
Laporan auditor diberi judul Independent Auditors Report atau Laporan Auditor
Independen dan pemberian judul untuk setiap alinea diharuskan sebagai berikut.
Laporan audit bentuk baku adalah (standar unqualified audit report) adalah
laporan yang diterbitkan oleh seorang auditor ketika seluruh kondisi audit terpenuhi,
tidak diketemukan kesalahan saji yang signifikan yang tergeletak tak diperbaiki, serta
laporan ini berisi pendapat auditor bahwa laporan keuangan telah disajika secara wajar
sesuai dengan GAAP/PSAK.
Laporan auditor bentuk baku memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas,
hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Kesimpulan ini dibuat hanya bilamana auditor telah merumuskan pendapat
demikian berdasarkan suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing.
Laporan auditor bentuk baku harus menyebutkan laporan keuangan auditan dalam
paragraf pengantar, menggambarkan sifat audit dalam paragraf lingkup audit, dan
menyatakan pendapat auditor dalam paragraf pendapat.
Unsur pokok laporan auditor bentuk baku adalah sebagai berikut:
1. Judul Laporan. Standar auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul laporan dan
dalam judul tersebut tercantum pula kata independen. Sebagai contoh, judul yang
tepat adalah laporan auditor independen. Kewajiban untuk mencantumkan kata
independen dimaksudkan untuk memberitahu para pengguna laporan bahwa audit
tersebut dalam segala aspeknya dilaksanakan secara objektif bukan memihak.
2. Alamat laporan audit. Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para
pemegang saham, atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini
telah menjadi suatu kebiasaan untuk mengalamatkan laporan ini kepada para
pemegang saham untuk menunjukkan bahwa auditor itu independen terhadap
perusahaan dan dewan direksi perusahaan yang diaudit.
3. Paragraf pendahuluan. Paragraf pertama laporan menunjukkan tigal hal. Pertama,
membuat suatu pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan publik telah
melaksanakan audit. Kedua, paragraf ini menyatakan laporan keuangan yang telah
diaudit termasuk pencantumman tanggal neraca serta periode akuntansi dari laporan
laba rugi dan laporan arus kas. Ketiga, paragraf pendahuluan menyatakan bahwa
laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab
auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
pelaksanaan audit. Tujuan dari pernyataan-pernyataan ini adalah untuk
mengkomunikasikan bahwa manajemen bertanggung jawab atau pemilihan prinsip
akuntansi yang tepat atas keputusan mereka memilih ukuran yang digunakan serta
pengungkapan mereka tentang penggunaan prinsip-prinsip tersebut serta untuk
mengklarifikasikan peran manajemen dan auditor.
4. Paragraf scape. Paragrfa scape ini berisi pernyataan faktual tentang apa yang
dilakukan auditor selama proses audit. Sesuai dengan SAS 93 mewajibkan bahwa
negara asal prinsip itu digunakan dalam mempersiapkan laporankeuangan dan
standar audit yang diikuti oleh auditor yang diidentifikasikan dalam laporan audit.
5. Paragraf pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan audit bentuk baku menyajikan
kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Bagian
ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan laporan audit, sehingga seringkalii
seluruh laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat auditor.
6. Nama KAP. Nama tersebut akan mengklasifikasikan kantor akuntan publik atau
praktisi mana yang telah melaksanakan proses audit. Umumnya yang dituliskan nama
kantor akuntan publik karena seluruh bagian dari kantor akuntan publik tersebut
bertanggung jawab baik secara hukum maupun secara profesi, dalam memastikan
agar kualitas pekerjaan audit memenuhi standar profesi.
7. Tanggal laporan audit. Tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit
adalah tanggal pada saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting di lokasi
pemeriksaan.
2.1.6 Lima Contoh Bentuk Laporan Audit
Contoh 1. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian (laporan audit baku)
Kami telah mengaudit neraca PT. GUNADARMA per 31 Desember 20X1 serta laporan rugi
laba, laporan perubahan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan.
Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar
kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi
penilaian atas standar akkuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh
manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami
yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT. GUNADARMA per 31 Desember
20X1, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Kantor akuntan
Eliya Isfaatun, SE., MMSI
Kepada Yth.
Direksi dan Dewan Komisaris
PT. GUNADARMA
Jl. Margonda Raya No 100
Pondok Cina Depok
Kami telah mengaudit neraca PT. GUNADARMA per 31 Desember 20X1 serta
laporan rugi laba, laporan perubahan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan
audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah
saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi
penilaian atas standar akkuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh
manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami
yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Perusahaan menolak menyajikan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada 31
Desember 20X1. Penyajian laporan yang meringkas kegiatan operasi, investasi, dan
pembelanjaan perusahaan tersebut diharuskan oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum
(SAK).
Menurut pendapat kami, kecuali tidak disajikannya laporan arus kas yang
mengakibatkan tidak lengkapnya penyajian seperti yang diuraikan dalam paragraph di atas,
laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan PT. GUNADARMA per 31 Desember 20X1, dan hasil usaha,
untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Kantor akuntan
Eliya Isfaatun, SE., MMSI
Kami telah mengaudit neraca PT. GUNADARMA per 31 Desember 20X1 serta
laporan rugi laba, laporan perubahan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan
audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah
saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi
penilaian atas standar akkuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh
manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami
yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Perusahaan tidak memasukkan kewajiban sewa guna usaha dari aktiva tetap dan
kewajiban dalam neraca terlampir, dan menurut pendapat kami, harus dikapitalisasi agar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika kewajiban sewa guna usaha ini
dikapitalisasi, aktiva tetap akan bertambah sebesar Rp. 120.000.000,-, kewajiban jangka
panjang sebesar Rp. 120.000.000,-. Tambahan laba bersih akan berkurang sebesar Rp.
12.000.000 dan laba per lembar saham akan berkurang sebesar Rp. 1.200,- untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut.
Menurut pendapat kami, kecuali untuk dampak tidak dikapitalisasinya kewajiban
sewa guna usaha seperti yang kami uraikan dalam paragraph di atas, laporan keuangan yang
kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
PT. GUNADARMA per 31 Desember 20X1, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Kantor akuntan
Eliya Isfaatun, SE., MMSI
Kepada Yth.
Direksi dan Dewan Komisaris
PT. GUNADARMA
Jl. Margonda Raya No 100
Pondok Cina Depok
Kami telah mengaudit neraca PT. GUNADARMA per 31 Desember 20X1 serta
laporan rugi laba, laporan perubahan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan
audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah
saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi
penilaian atas standar akkuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh
manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami
yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam catatan X atas laporan keuangan, perusahaan
mencantumkan perkiraan pabrik dan ekuipmen pada nilai appraisal, dan menghitung
depresiasinya berdasarkan nilai tersebut.
Karena penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum seperti yang
diuraikan diatas, pada tanggal 31 Desember 20X1, saldo persediaan lebih tinggi sebesar Rp.
525.000.000,-. Dengan diperhitungkannya biaya depresiasi ke dalam biaya overhead pabrik
berdasarkan nilai revaluasi yang lebih besar dari harga pokok aktiva tetap dan aktiva tetap
dikurangi akumulasi depresiasinya disajikan lebih tinggi sebesar Rp. 75.500.000
dibandingkan jika disajikan atas dasar harga pokoknya.
Menurut pendapat kami, karena dampak dari hal yang kami uraikan dalam paragraph
diatas, laporan keuangan yang kami sebut di atas tidak menyajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan PT. GUNADARMA per 31
Desember 20X1, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Kantor akuntan
Eliya Isfaatun, SE., MMSI
Kepada Yth.
Direksi dan Dewan Komisaris
PT. GUNADARMA
Jl. Margonda Raya No 100
Pondok Cina Depok
Kantor akuntan
Eliya Isfaatun, SE., MMSI
Apabila laporan keungan yang dibuat berdasarkan kerangka penyajian yang wajar,
namum tidak mencapai penyajian yang wajar maka auditor wajib membahas hal tersebut
dengan klien dan melihat persyaratan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan
bagaimana solusi atas masalah tersebut. Auditor wajib menentukan apakah diperlukan
modifikasi opini sesuai dengan yang tercantum dalam ISA 705. Jika diperlukan maka auditor
harus memberikan modifikasi pendapatnya atas laporan keuangan secara jelas dan tepat.
Berikut opini (kondisi) yang mewajibkan auditor untuk memodifikasinya yaitu :
Berdasarkan bukti audit yang telah didapatkan oleh auditor yang dianggap telah
cukup dan tepat, maka auditor memberikan kesimpulan bahwa adanya kesalahan penyajian
baik secara individual atau kolektif yang bersifat material dan pervasive terhadap laporan
keuangan
3. Opini Tidak Menyatakan Pendapat (TMP)
Auditor tidak mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat yang digunakan sebagai
dasar opini, sehingga auditor menyimpulkan bahwa adanya kemungkinan terdapat
dampak salah saji yang tidak dapat terdeteksi atas laporan keuangan. Jika hal tersebut
ada maka bersifat material dan pervasive
Kondisi yang sangat jarang terjadi dan melibatkan lebih dari satu ketidakpastian,
maka auditor menyimpulkan bahwa tidak memberikan pendapat atas laporan
keuangan (meskipun telah mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat terkait
ketidakpastian tersebut) karena interaksi yang berpotensi dari ketidakpastian tersebut
dengan kemungkinan dampak secara kumulatif dari ketidakpastian tersebut terhadap
laporan keuangan.
Berdasarkan ISA 705 alinea A1, berikut gambaran jenis opini audit yang dipengaruhi
oleh pendapat auditor yaitu :
Ketika modifikasi dilakukan maka dibutuhkan rincian terkait masalah dan alasan
adanya modifikasi tersebut yang wajib dicatumkan dalam alinea mengenai dasar untuk
modifikasi (basis for modification paragraph). Berikut rincian isi alenia modifikasi dan
CaLK yang terkait dengan alenia modifikasi yaitu :
Tujuan dibuatnya alinea modifikasi
Laporan auditor dapat saja menunjukan atau mengacu kepada pembahasan yang lebih
mendalam pada catatan atas laporan keuangan
Dalam ISA 450.4 terdapat dua istilah terkait salah saji dalam laporan keuangan yaitu
salah saji (misstatement) dan salah saji yang tidak dikoreksi (uncorrected misstatements).
Auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu laporan keuangan mengalami salah saji
jika auditor sudah mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat. Dengan bukti tersebut
auditor dapat memberikan kesimpulan bahwa laporan keuangan terdapat salah saji baik
individu atau tergabung adalah bersifat material dan pervasif. Salah saji atas laporan
keuangan dapat timbul dalam kaitannya, antara lain :
2.2.3 Tidak Dapat Memperoleh Bukti Audit yang Cukup dan Tepat
Ketika auditor tidak mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat yang digunakan
sebagai dasar pemberian opini maka auditor menyimpulkan bahwa dampak yang
kemungkinan terjadi yang disebabkan salah saji yang tidak ditemukan yaitu material, auditor
memberikan pendapat WDP atau material dan pervasif, auditor tidak memberikan pendapat
Beberapa hal yang menyebabkan auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat (pembatasan lingkup audit / scope audit) yaitu :
1) Keadaa diluar kendali entitas yang bersangkutan. Misalnya hilangnya data disebabkan
oleh bencana alam
2) Keadaan yang berkaitan dengan sifat atau waktu pekerjaan auditor. Misalnya
menunjuk auditor sesudah entitas meghitung persediaan catatan pembukuan belum
selesai pada saat audit atau auditor memutuskan bahwa prosedur audit substantif tidak
cukup namun pengendalian intern tidak berfungsi
3) Adanya pembatasan gerak auditor yang diminta atau yang telah ditetapkan oleh
manajemen. Misalnya permintaan konfimrasi piutang dagang
Apabila hal diatas terjadi maka diperlukan sudut pandang lain terkait implikasi audit
seperti penilaian risiko kecurangan dan apakah auditor masih menerima atau tidak penugasan
tersebut. Apabila pembatasan ruang lingkup terjadi yang telah diketahui sebelum penunjukan
auditor maka lazimnya auditor menolak penugasan tersebut.
a) Mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat dengan melaksanakan prosedur audit
alternatif
b) Membahas dengan manajemen dan TCWG untuk menentukan solusinya. Namun apabila
tidak ada solusinya maka auditor juga harus memberikan konfirmasi bahwa akan
memodifikasi opininya dan perumusan redaksi laporannya
2.2.4 Contoh Bentuk dan Isi Laporan Auditor WTP, WDP, TW, dan TMP
Tanggung jawab kami adalah memberikan opini atas laporan keuangan berdasarkan audit
kami. Kami melaksanakan audit kami sesuai dengan International Standards on
Auditing.Standar-standar ini mengharuskan kami mematuhi kewajiban etika serta
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh jaminan yang layak mengenai
apakah laporan keuangan bebas dari salah saji yang material.
Kami percaya bahwa kami telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat sebagai
dasar pemberian pendapat audit kami.
Opini
Menurut pendapat kami, laporan keuangan tersebut di atas menunjukkan secara wajar
(atau memberikan gambaran yang benar dan wajar), dalam segala hal yang material, posisi
keuangan ABC pada tanggal 31 Desember 2016 serta hasil usaha dan arus kasnya untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan International Financial Reporting
Standards.
(Bentuk dan isi bagian ini dalam laporan auditor bervariasi tergantung dari sifat
tanggungjawab pelaporan lain auditor menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku)
[Nama KAP]
[Nama AP]
[Alamat KAP]
Menurut opini kami, kecuali untuk dampak hal-hal yang dijelsakan dalam paragraf
basis untuk opini wajar dengan pengecualian, laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT ABC tanggal 31 Desember 2016, serta
kinerja keuangan dan arus kasnya untuk tahun yang berkhir pada tanggal tersebut sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di indonesia.
(Bentuk dan isi bagian ini dalam laporan auditor bervariasi tergantung dari sifat
tanggungjawab pelaporan lain auditor menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku)
[Nama KAP]
[Nama AP]
[Alamat KAP]
Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Seperti yang dijelaskan dalam catatan x atas lapora keuangan konsolidasi perusahaan tidak
mengkonsolidasi laporan keuangan PT XYZ(entitas anak perusahaan) yang diakusisi pada
tahun 2016, karena Perusahaan tidak dapt memastikan nilai wajar dari aset dan liabilitas
material tertentu PT XYZ pada tanggal akusisi. Oleh karena itu invesatasi tersebut dicatat
berdasarkan biaya. Menurut standar akuntansi keuangan di Indonesia, entitas anak tersebut
seharusnya dikonsolidasi kerena entitas anak tersebut dikendalikan oleh perusahaan.
Seandainya PT XYZ dikonsolidasi , banyak unsur dalam laporan keuangan konsolidasian
akan terpenngaruh secara material. Dampak dari tidak dikonsolidasikannya entitas anak
tersebut terhadap laporan keuangan konsolidasian tidak dapat ditentukan.
Menurut opini kami, karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf basis untuk
opini tidak waja, laporan keuangan konsolidasian tidak menyajiakan secara wajar, posisi
keuangan konsolidasian PT ABC tanggal 31 Desember 2016, serta kinerja keuangan dan arus
kas konsolidasiannya untuk tahun berkahir pada tanggal sesuai dengan Standar akuntansi
keuangan di Indonesia.
(Bentuk dan isi bagian ini dalam laporan auditor bervariasi tergantung dari sifat
tanggungjawab pelaporan lain auditor menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku)
[Nama KAP]
[Nama AP]
[Alamat KAP]
Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf basis untuk opini tidak
menyatakan pendapat, kami tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
menyediakan suatu basis bagi opini audit. Oleh karena itu kami tidak menyatak opini atas
laporan keuangan.
(Bentuk dan isi bagian ini dalam laporan auditor bervariasi tergantung dari sifat
tanggungjawab pelaporan lain auditor menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku)
[Nama KAP]
[Nama AP]
[Alamat KAP]
Berikut contoh WDP Pembatasan Lingkup
Kami tidak mengamati penghitungan fisik persedian, karena sebelum tanggal penghitungan
persediaan kami belum ditunjuk sebagai auditor. Kami juga tidak dapat mengetahui kuantitas
persediaan pada tanggal neraca dengan menggunakan prosedur audit lainnya. Oleh karena itu,
kami tidak dapat menemukan apakah diperlukan penyesuaian dalam persediaan, dan angka-
angka didalam laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas
Menurut opini kami, kecuali untuk dampak yang diakibatkan oleh hal yang dijelaskan dalam
alinea Dasar Pendapat dengan Pengecualian, posisi keuangan PT XXX ....................
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali dalam proses
audit atapun proses atestasi lainnya karena opini tersebut merupakan informasi utama
yang dapat diinformasikan kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan
auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Laporan audit merupakan media yang
dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit
diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat
memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang
diauditnya. Auditor dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan
profesionalnya.