You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu manusia memiliki sifat dan karakter yang berbeda.


Perbedaan sifat dan karakter manusia merupakan suatu hal yang
memaksa terjadinya satu proses interaksi social, tetapi perbadaan antar
individu akan menjadi satu masalah jika menyikapi sebuah perbedaan
dengan satu sikap emosional tanpa ada pengertian satu sama lain yang
berujung pada konflik social. Ketika konflik social terjadi akan di
ekspresikan ke dalam satu tindakan kekerasan baik kekerasan dalam
bentuk fisik maupun lisan. Konflik social dapat terjadi di lingkungan yang
dimana terdapat sekelompok manusia seperti lingkungan akademik,
lingkungan kerja dan lingkungan masyarakat.
Kekerasan dapat terjadi di dalam kegiatan olahraga karena dalam
olahraga individu maupun team dituntut untuk berkompetisi untuk jadi
pemenang. Kemenangan menjadi satu hal yang mutlak diinginkan oleh
setiap atlet dalam menjalani kompetisi karenanya target kemenangan bisa
menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan dalam olahraga.
Kekerasan dalam olahraga tidak hanya terjadi pada pelaku aktif
olahraga/atlet tetapi pada supporter olahraga.
Kalau dilihat secara filsafat kita harus menalaah bagaimana
kekerasan dalam olahraga dari aspek ontology, espitemologi dan aksiologi.
Sehingga kedudukan kekerasan dalam filsafat bisa dijelaskan secara rinci.
Bagaimanapun kekerasan sudah menjadi rahasia umum dalam kegiatan
olahraga yang bisa dilakukan oleh siapa saja, mulai dari atlet, pelatih,
penonton/supporter bahkan masyarakat umum.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah kekerasan dilihat dari aspek ontologis?

2. Bagaimanakah kekerasan dilihat dari aspek epistemologi?

3. Bagaimanakah kekerasan dilihat dari aspek aksiologi?

C. Tujuan

Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kekerasan dilihat dari aspek ontologis?

2. Untuk mengetahui kekerasan dilihat dari aspek epistemologi?

3. Untuk mengetahui kekerasan dilihat dari aspek aksiologi?


BAB II

PEMBAHASAN

A. ONTOLOGI

Ontologi adalah cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan

hakikat hidup (KBBI). Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang

membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Istilah ontologi berasal dari

bahasa yunani, yaitu ta onta berarti yang ada, dan logos berarti ilmu

pengetahuan atau ajaran. Dengan demikian, ontology berarti ilmu

pengetahuan atau ajaran tentang yang berada. Muhadjir (2011:16)

menjelaskan bahwa ontologi itu ilmu yang membicarakan tentang the being.

Yang dibahas ontologi adalah hakikat realitas.

Penjelasan di atas mennggambarkan bahwa ontologi membahas

sesuatu yang ada. Namun secara sederhana kita selalu mengatakan bahwa

ontologi selalu diartikan dengan apa, hal ini memberikan gambaran bahwa

ontology berkaitan dengan makna dari sesuatu hal. Makna dari suatu kata

ataupun permasalahan tentu memiliki pandangan dari berbagai pihak.

Dalam permasalahan ini kita akan melihat secara ontologi kekerasan dalam

olahraga.

Secara sederhana kekerasan adalah ancaman atau penggunaan

kekuatan fisik untuk menimbulkan kerusakan pada orang lain. Menurut

Soerjono Soekanto, kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik secara


paksa terhadap orang atau benda. Adapun kekerasan sosial adalah

kekerasan yang dilakukan terhadap orang dan barang karena orang dan

barang tersebut termasuk dalam kategori sosial tertentu. Sedangkan Abdul

Munir Mulkan menyatakan bahwa kekerasan adalah tindakan fisik yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk melukai, merusak

atau menghancurkan orang lain atau harta benda dan segala fasilitas

kehidupan yang merupakan bagian dari dari orang lain tersebut.

Sementara itu dalam Kamus Sosiologi (2012:106) dijelaskan

bahwa kekerasan merupakan suatu ekspresi yang dilakukan oleh individu

maupun kelompok di mana secara fisik maupun verbal mencerminkan

tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat.

Pendapat lain Kaplan dan Sundeen menyatakan bahwa perilaku kekerasan

adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain,maupun

lingkungan.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kekerasan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang ataupun

sekelompok orang dengan menggunakan lisan ataupun fisik untuk melukai,

merusak ataupun mengahncurkan orang lain ataupun benda dan fasilitas

lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku kekerasan atau tindak

kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah dan permusuhan yang

mengakibatkan hilangnya konrol diri di mana individu bisa berperilaku


menyerang atau melakuakan suatu tindakan yang dapat membahayakan

diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Dalam ontology ada 2 objek yaitu objek formal dan objek material.

Masing-masing objek memiliki pandangan yang berbeda, objek formal

adalah objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas sedangkan

objek material suatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran. Jika dikaitkan

dengan kekerasan maka objek formal nya adalah pandangan seseorang

dengan kekerasan terkait dengan kekerasan yang dilakukan oleh pelaku,

mulai dari merencanakan sampai melaksanakan kekerasan tersebut.

Sedangkan objek material dari kekerasan adalah ide atau pemikiran kenapa

kekerasan itu dilakukan.

Dalam dunia olahraga sudah jamak terjadi kekerasan baik di dalam

lapangan maupun di luar lapangan. Fenomena di lapangan terlihat kalau

kekerasan yang terjadi dalam olahraga melibatkan semua unsure.

Kekerasan yang terjadi tidak hanya melibatkan penonton dengan penonton,

atlet dengan atlet, atlet dengan wasit, tetapi terkadang juga melibatkan

penonton dengan atlet. Hal ini tentu menjadi preseden buruk bagi dunia

olahraga karena bisa membuat orang takut menjadi atlet atau takut

menonton pertandingan olahraga.

Kekerasan yang terjadi pada umumnya dibagi atas 2 bentuk, yaitu;

1) Kekerasan langsung (direct violence) adalah kekerasan yang dilakukan

secara langsung tanpa adanya perantaran, yang bisanya kekerasan ini


dilakukan sesaat dan ciri khasnya mudah untuk didamaikan, 2) Kekerasan

tak langsung (indirect violence) adalah kekeasan yang dilakukan dengan

sindiran, atau prilaku yang berjalan secara ajeg, kekeran model ini sulit

untuk diatasi. Dalam dunia olahraga kekerasan langsung sering terjadi saat

pertandingan, seperti di sepakbola. Terkadang pemain melakukan

kekerasana kepada wasit karena ketidakpuasaan terhadap keputusan

wasit. Sementara kekerasan tak langsung lebih kepada perang sindiran

atau lebih kepada kata-kata kotor yang dikeluarkan atlet kepada lawannya.

Keadaan ini sering dilakukan sebelum pertandingan berlangsung.

B. EPISTEMOLOGI

Epistemologi merupakan tahapan berikutnya setelah pembahasan

ontologi dalam filsafat. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme

dan logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan

logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Epistemologi secara etimologi dapat

diartikan teori pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori

pengetahuan yang dalam bahasa Inggris disebut dengan theory of

knowledge. Dengan kata lain, epistemologi adalah bidang ilmu yang

membahas pengetahuan manusia, dalam berbagai jenis dan ukuran

kebenarannya.

Namun secara sederhana banyak yang mengartikan bahwa

epistemologi diartikan dengan bagaimana. Kalau kita bicara bagaimana,


maka hal ini menyatakan bahwa pada epistemologi menitik beratkan pada

proses atau penyebab terjadinya sesuatu. Proses terjadinya pengetahuan

merupakan bagian penting dalam epistemologi, sebab hal ini akan mewarnai

corak pemikiran kefilsafatannya. Melalui epistimologi manusia akan

memahami bagaimana ilmu pengetahuan itu ada secara ilmiah, Cara

memperoleh ilmu pengetahuan yang ilmiah itu yang paling banyak disentuh

epistimologi.

Kalau kita kaitkan dengan kekerasan maka dapat dikatakan bahwa

secara epistemologi kita akan membahas bagaimana terjadinya kekerasan

atau proses terjadinya kekerasan tersebut. Kekerasan bisa terjadi dimana

saja, di rumah, di sekolah, atau di tempat kerja. Sama halnya didunia

olahraga, kekerasan bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa

saja. Tak heran sering kita melihat terjadi kekerasan karena hal kecil

sekelipun.

Kalau kita lihat proses terjadinya, tentu tidak bisa langsung

memutuskan secara sepihak karena kekerasan merupakan fenomena yang

kompleks, dan oleh karena itu tidak bisa dilihat dari kacamata tunggal

semata. Dengan tetap mengingat hal ini, tentu sangat menarik untuk

menyimak faktor-faktor apa saja saja yang dapat menjadi penyebab

terjadinya kekerasan. Namun dalam hal ini akan dibahas secara spesifik

kekerasan dalam dunia olahraga.


Fenomena olahraga mengalami perkembangan begitu pesat sampai

kedalam seluruh aspek olahraga. Olahraga tidak hanya dilakukan untuk

tujuan kebugaran badan dan kesehatan, tetapi juga menjangkau aspek

politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Oleh karenanya pemecahan masalah

dalam olahraga dilakukan dengan pendekatan inter-disiplin. Begitu luasnya

perkembangan olahraga maka masalah kekerasan juga sangat luas.

Kekerasan tidak hanya melibatkan aktor dalam dunia olahraga itu sendiri

seperti atlet, pelatih, manajer tetapi juga melibatkan orang-orang luar

seperti penonton.

Kekerasan dapat terjadi di dalam kegiatan olahraga karena dalam

olahraga individu maupun team dituntut untuk berkompetisi menjadi

pemenang. Kemenangan menjadi hal yang mutlak diinginkan oleh setiap

atlet dalam menjalani kompetisi karenanya target kemenangan bisa menjadi

salah satu penyebab terjadinya kekerasan dalam olahraga. Kekerasan

dalam olahraga tidak hanya melibatkan pelaku aktif olahraga (atlet, wasit,

pelatih) tetapi juga pelaku diluar seperti penonton atau supporter olahraga.

Terjadinya kekerasan dalam olahraga tentu ada faktor

penyebabnya, berikut faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam olah

raga, antara lain disebabkan oleh:

a. Kecurangan pemain

b. Kecurangan pelatih

c. Kecurangan pengurus
d. Kecurangan wasit

e. Ketidakpuasan penonton menyaksikan kekalahan team yang

didukungnya

f. Tidak menjunjung tinggi sportivitas dalam olah raga (siap menang atau

kalah dalam setiap pertandingan).

Selain karena unsur di atas, diduga kekerasan juga disebabkan oleh

agresivitas atlet atau pemain, baik dalam latihan maupun dalam

pertandingan. Tindakan agresif cenderung terjadi pada situasi yang tidak

seimbang atau berlawanan. Pada atlet umumnya terikat pada beberapa

kelompok social, seperti keluarga, sekolah, teman latihan, teman bergaul

dan sebagainya. Tindakan agresif akan tertuju pada orang yang tidak

disenangi atau yang berlawanan. Misalnya atlet dimarahi oleh pelatihnya

dia tidak berani melawan pelatihnya tetapi dia akan bertindak agresif

dengan menyerang temannaya atau lawannya.

C. AKSIOLOGI

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa

aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia,

kajian tentang nilai, khususnya etika. Menurut bahasa yunani, aksiologi

berasal dari perkataan axios yang berarti nilai dan logos berarti teori (ilmu).

Aksiologi atau etika adalah studi tentang prinsip-prinsip dan konsep yang

mendasari penilaian terhadap perilaku manusia.. Aksiologi merupakan

cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia


menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang

tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.

Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai,

yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi juga

menunjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam

menerapkan ilmu kedalam praktis. Aksiologi memuat pemikiran tentang

masalah nilai-nilai termasuk nilai-nilai tinggi dari tuhan, misalnya, nilai

moral, nilai agama, nilai keindahan (estetika). Aksiologi juga mengandung

pengertian lebih luas dari pada etika atau higher values of life (nilai-nilai

kehidupan yang bertaraf tinggi). Menurut Susanto (2016) Aksiologi

memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan berikut. Untuk apa

pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara

cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana

penentuan objek yang di telaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?

Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasional

metode ilmiah dengan norma-norma moral atau profesional.

Pembahasan yang menjadi pokok dalam aksiologi berhubungan

dengan etika. Etika berkaitan dengan moral, perkembangan moral

berlandaskan dengan (1) apa yang dipandang baik dan fair (2) apa alasan

untuk berbuat baik dan (3) apa perspektif budaya yang melandasi

perbuatan baik itu, pada tahap heteromi, seseorang melandaskan

pertimbangan moral mereka kepada kepatuhan searah yaitu kepada


penguasa (otoritas) seperti orang tua, orang dewasa, dan peraturan yang

sudah mapan.

Kalau bicara olahraga maka nilai-nilai filosofis yang terkandung

dalam olahraga adalah sportivitas, kejujuran, fair play, serta siap menang

dan siap kalah. Tantangan kita sekarang adalah bagaimana nilai-nilai

filosofis yang ada dalam olahraga, seperti fair play, kejujuran, sportif, siap

menang siap kalah bisa diilhami oleh setiap pelaku olahraga. Ketika seluruh

pelaku olahraga tidak bisa menjalankan semua nilai ini maka kekerasan

akan sering kita lihat dalam olahraga.

Kekerasan-kekeraan yang terjadi dalam olahraga tentu memiliki nilai

yang negatif dimata masyarakat. Masyarakat akan memandang negatif

kalau olahraga tidak aman bagi mereka, sehingga citra olahraga yang

penuh sportivitas bisa hilang. Kekerasan yang terjadi tidak hanya

melibatkan atlet, pelatih, wasit, penonton tetapi terkadang juga masyarakat

luar.

Kekerasan tidak hanya berdampak pada pelaku olahraga tetapi juga

stakeholder yang terkait dengan olahraga. Bagi atlet, kekerasan yang terjadi

akan berdampak kepada psikisnya, atlet cenderung takut bertanding. Bagi

masyarakat, kekerasan yang terjadi akan berdampak kepada keengganan

untuk menonton pertandingan. Sedangkan bagi stakeholder, mereka akan

enggan menjadi sponsor atau supporter kegiatan olahraga, karena secara


tidak langsung akan berdampak negatif terhadap perusahaan atau

lembaganya.

Kalau kita lihat secara keseluruhan, maka ada beberapa cabang

olahraga yang sifatnya body contact secara langsung, sehingga kekerasan

tidak bisa terelakan. Cabang-cabang beladiri, seperti karate, taekwondo,

tarung derajat, tinju, dan cabang permainan seperti sepakbola adalah

cabang yang rentan terjadi kekerasan. Tetapi jika itu dilakukan sesuai

dengan peraturan yang ada, sebenarnya tidak akan terjadi permasalahan.

Selain itu sikap siap menerima kekalahan harus diilhami oleh setiap atlet,

pelatih maupun supporter.

Untuk menghindari kekerasan yang terjadi, ada beberapa hal yang

bisa dilakukan antara lain:

1. Pelatih,wasit,dan official lainnya jangan pernah mentoleransi tindakan

kekerasan

2. Perlu penerapan atuaran secara konsisten di setiap tingkatan baik pada

individu maupun institusi

3. Sesegera mungkin menghukum siapa saja yang melakukan kekerasan

4. Atlet yang melakukan kekerasan segera di isolasi atau di keluarkan dari

pertandingn

5. Mereka yang mempunyai potensi untuk melakukan kekerasan di

arahkan ke hal yang bersifat positif, seperti ke olahraga tinju silat

ataupun karate
6. Etika fair play perlu di ajarkan kepada pemain yang terlinat dalam

olahraga

7. Media massa perlu informasi yang seimbang dan actual


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Secara ontologism kekerasan adalah kekerasan adalah suatu kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang ataupun sekelompok orang dengan

menggunakan lisan ataupun fisik untuk melukai, merusak ataupun

mengahncurkan orang lain ataupun benda dan fasilitas lainnya. Dalam

dunia olahraga sudah jamak terjadi kekerasan baik di dalam lapangan

maupun di luar lapangan. Fenomena di lapangan terlihat kalau kekerasan

yang terjadi dalam olahraga melibatkan semua unsure. Kekerasan yang

terjadi tidak hanya melibatkan penonton dengan penonton, atlet dengan

atlet, atlet dengan wasit, tetapi terkadang juga melibatkan penonton

dengan atlet. Hal ini tentu menjadi preseden buruk bagi dunia olahraga

karena bisa membuat orang takut menjadi atlet atau takut menonton

pertandingan olahraga.

2. secara epistemologi kekerasan bisa terjadi dimana saja, di rumah, di

sekolah, atau di tempat kerja. Sama halnya didunia olahraga, kekerasan

bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Tak heran sering

kita melihat terjadi kekerasan karena hal kecil sekelipun. Terjadinya

kekerasan dalam olahraga tentu ada faktor penyebabnya, berikut faktor

penyebab terjadinya kekerasan dalam olah raga, antara lain disebabkan


oleh: 1) Kecurangan pemain, 2) Kecurangan pelatih, 3) Kecurangan

pengurus, 4) Kecurangan wasit, 5) Ketidakpuasan penonton menyaksikan

kekalahan team yang didukungnya, dan 6) Tidak menjunjung tinggi

sportivitas dalam olah raga (siap menang atau kalah dalam setiap

pertandingan).

3. Kekerasan-kekeraan yang terjadi dalam olahraga tentu memiliki nilai yang

negatif dimata masyarakat. Masyarakat akan memandang negatif kalau

olahraga tidak aman bagi mereka, sehingga citra olahraga yang penuh

sportivitas bisa hilang. Kekerasan yang terjadi tidak hanya melibatkan

atlet, pelatih, wasit, penonton tetapi terkadang juga masyarakat luar.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, maka saran dari

penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi kalangan akademisi disarankan untuk melakukan kajian lainnya

tentang ontologi, epistemologi, dan aksiologi pada pembahasan

kekerasan dalam olahraga.

2. Bagi Institusi agar lebih memperhatikan penyusunan konsep-konsep

untuk pengembangan pemikiran dalam memecahkan permasalahan

kajian filsafat ilmu olahraga.

You might also like