You are on page 1of 21

KEWIRAUSAHAWAN

Perbedaan Waralaba Dengan Usaha Lain


Diajukan untuk memenuhi tugas individu
Mata kuliah : Kewirausahaan
Jurusan : Ilmu Hukum
Dosen pengampu : Dr.Ir.Suparto, M.Si., M.M.,M.H.

Nama : Nur Meifiani

NPM : 151010004

FAKULTAS HUKUM

JURUSAN ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T dan


Sholawat serta salam tidak lupa pula kami kirimkan kepada nabi kita yaitu Nabi
Muhammad SAW karena beliaulah kita tau jalan hidup yang sesungguhnya.
sehingga kita menjadi manusia-manusia yang punya kepribadian-kepribadian
yang berbudi pekerti.

Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk
menambah wawasan khususnya mengenai perkembangan ekonomi islam
khususnya di bidangan pasar modal syariah dan obligasi syariah. dan adapun
metode yang kami ambil dalam penyusunan makalah ini adalah berdasarkan
pengumpulan sumber informasi dari berbagai karya tulis dari orang-orang yang
berkompeten dengan tema makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan motivasi sekaligus


menambah wawasan untuk kami pribadi khususnya dan untuk para pembaca.
Tidak lupa juga kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat kesalahan dalam hal penyusunan dan isi makalah maupun kosa kata yang
mungkin tidak memenuhi standar bahasa indonesia yang baik dan benar. Kami
sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk
itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya.

Pekanbaru 14 Februari 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 3

1.3. Tujuan Pembahasan .......................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 5

2.1. Pasar Modal Syariah ....................................................................... 5

2.2. Perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia ........................ 10

2.3. Sejarah Obligasi ............................................................................ 11

2.4. Pengertian Obligasi Syariah ....................... ...................................13

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 1

3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 1

3.2 Saran ................................................................................................ 1

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................1

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan global di bidang ekonomi terutama dengan munculnya sebuah
lembaga yang bergerak dibidang keuangan membuat banyaknya pilihan atau
produk dalam penghimpunan dana salah satunya adalah bank.
bank syariah yang saat ini sudah mulai tumbuh dan berkembang, sangat
membantu masyarakat khususnya orang-orang Islam yang tidak ingin melakukan
kegiatan yang mengandung unsur ribawi seperti yang ada di perbankan
konvensional. Islam yang dengan tegas melarang praktik riba, mau tidak mau
maka orang-orang Islam harus mencari jalan lain untuk menghindarinya yaitu
perbankan syariah.
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
Bank adalah lembaga keuangan yang bersifat sebagai intermediasi keuangan.
Dengan demikian, dalam sebuah bank terdapat minimal dua macam kegiatan,
yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana untuk kemudian
menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan dana.
Lalu bagaimana proses penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan
oleh perbankan syariah. Pada prinsipnya hampir sama dengan perbankan
konvensional, artinya dalam sistem perbankan dikenal produk-produk berupa giro
(demand deposit), tabungan (saving deposit), dan deposito (time deposit) sebagai
sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat. Perbedaanya adalah bahwa
dalam sistem perbankan syariah tidak dikenal adanya bunga sebagai
kontraprestasi terhadap nasabah deposan, melainkan melalui mekanisme bagi
hasil dan bonus yang bergantung pada jenis produk apa yang dipilih oleh nasabah.

1
Dengan demikian, produk penghimpunan dana (funding) yang ada dalam
sistem perbankan syariah terdiri dari Giro (Wadiah dan Mudharabah), Deposito
(Mudharabah), dan Tabungan (Wadiah dan Mudharabah).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
maka yang menjadi perumusan masalah pada makalah ini adalah strategi
penghimpunan dana dan prinsip yang diterapkan pada penghimpunan dananya

1.3 Tujuan Pembahasan


Penyusunan makalah ini bertujuan :
1. Pengantar Tentang strategi penghimpunan dana
2. Untuk mengetahui pengertian penghimpunan dana
3. Untuk mengetahui produk penghimpunan dana
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari produk penghimpunan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Strategi

Strategi merupakan faktor yang penting dalam pencapaian tujuan perusahaan.


Keberhasilan suatu usaha tergantung pada kemampuan pimpinan yang
bersangkutan dalam merumuskan strategi yang digunakan. Strategi yang
digunakan oleh berbagai perusahaan sangat tergantung dari tujuan perusahaan.
Keadaan perusahaan dan lingkungan yang ada.

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang terbentuk
dari kata stratos yang berarti militer dan ag yang berarti memimpin. Menurut
Lawrence R Jauch dan William F Glueck Strategi adalah rencana yang disatukan,
menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan
tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, Strategi adalah rencana yang cermat mengenai
kegiatan mencapai sasaran khusus. Konsep dan teori dalam ilmu strategi banyak
yang berasal dari strategi militer. Keputusan strategis, baik dalam bidang militer
maupun dunia usaha, berkaitan dengan tiga karakteristik umum yaitu : Strategi
merupakan hal yang penting, strategi meliputi komitmen yang penting dari
sumber daya, strategi tidak mudah diubah.

Menurut Robert M Grant ada tiga peranan penting strategi dalam manajemen
yaitu: strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan, strategi sebagai
sarana koordinasi dan komunikasi, dan strategi sebagai target konsep strategi akan
digabungkan dengan misi dan visi untuk menentukan dimana perusahaan akan
berada dalam masa yang akan datang.

Strategi adalah pola tindak manajemen untuk mencapai tujuan badan usaha.
Tujuan bisa jangka panjang, yaitu yang ingin dicapai dalam kurun waktu lebih
dari 1 tahun ( 1-5 tahun yang akan datang), dan tujuan jangka pendek, yaitu yang
ingin dicapai dalam kurun waktu 1 tahun atau kurang. Ada pula tujuan strategi,

3
yaitu yang ingin dicapai agar posisi dan daya saing bisnis makin kuat. Disamping
itu ada tujuan finansial, yaitu target yang ditentukan manajemen bertalian dengan
kinerja finansial.

2.2 Pengertian Strategi Penghimpunan Dana

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dalam Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Strategi yaitu taktik atau rencana yang disusun untuk mencapai sasaran
dan tujuan. yang sebelumnya telah ditentukan oleh sekelompok orang. Sedangkan
penghimpunan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah melumpukkan,
menampung, dan menimbun. Dan dapat disimpulkan penghimpunan dana adalah
suatu cara atau metoda dalam menghimpun dana yang dikumpulkan dalam suatu
lembaga yang telah diatur oleh pemerintah untuk melakukan tugasnya dalam
mengelola dan menghimpun dana, jadi strategi penghimpunan dana adalah suatu
rencana atau taktik dalam mengelola dana. Lembaga pengelola yang dimaksud
adalah bank, badan amil zakat dll.

2.3 Penghimpunan Dana

Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki peranan yaitu sebagai
penghimpun dana masyarakat. Kemudian dana yang telah dihimpun disalurkan
kemabali kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha atau yang lainnya.
Kegiatan menghimpun dana disebut juga dengan istilah funding dan penyaluran
dana disebut dengan istilah financing/lending. Bank dikatakan berhasil dalam
menghimpun dan menyalurkan dana ditentukan oleh bagaimana bank tersebut
dapat merebut hati masyarakat, sehingga peranan bank sebagai financial
intermediary bejalan sesuai harapan (Fitriah dan Nur S. Buchori, 2011).

Peran bank syariah sebagai manajer investasi melakukan penghimpunan


dana dari nasabahnya dengan prinsip wadi'ah yad dhamanah (titipan), mudharabah
(bagi hasil), atau ijarah atau sewa (Ascarya dan Yumanita, 2006). Lebih lanjut
menurut Wirdyaningsih (2007) membagi penghimpunan dana dalam prinsip yang
meliputi : giro wadi'ah atau titipan, tabungan mudharabah, deposito mudharabah

4
2.3.1 Penghimpunan Dana Prinsip Wadi'ah

Wadi'ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepada pihak
lainnya, baik individu ataupun lembaga yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja pihak yang menitip barang tersebut menghendaki. Dalam transaksi
penitipan barang (wadiah), pemilik barang mendapatkan keuntungan dari akad
wadiah. Sedangkan penerima titipan, yakni pihak yang memberi jasa titipan
barang, tidak pantas diwajibkan menanggung kerusakan.

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang


Perbankan Syariah, pasal 19 Ayat 1 huruf a dinyatakan, Yang dimaksud dengan
akad wadiah adalah akad penitipan barang atau uang antara pihak yang
mempunyai barang atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan
untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang". Prinsip
wadi'ah dalam perbankan syariah sering diimplementasikan pada kegiatan
penghimpunan dana berupa giro dan tabungan. Terkait dengan produk wadi'ah,
terdapat dua jenis dari produk wadi'ah, seperti wadi'ah yad al amanah dan wadi'ah
yad adh amanah. Untuk lebih jelas mengenai produk-produk tersebut, akan dijelaskan
pada tabel dan skema berikut :

Tabel 2.1
Perbedaan Wadi'ah Yad Al Amanah dengan Wadi'ah Yad Adh Amanah

Wadi'ah Yad Al Amanah Wadi'ah Yad Adh Amanah


1) Pihak yang diberi kepercayaan 1) Barang yang dititipkan dapat
titipan tidak boleh menggunakan digunakan dan dimanfaatkan oleh
dan memanfaatkan barang yang pihak penerima titipan.
dititipkan. 2) Bagi hasil didapatkan pihak bank
2) Biaya titipan dapat dibebankan dari pengguna dana. Penitip juga
oleh pihak penerima titipan kepada dapat diberikan bonus secara
pihak penitip sebagai biaya intensif oleh pihak bank.
penitipan.
Aplikasi pada perbankan :
Aplikasi pada perbankan: a) Giro wadi'ah
a) Safe deposit box
b) Rahn
Sumber : Konsep dan Sistem Perbankan Syariah

5
Dalam tabungan wadi'ah, bank dengan nasabah tidak boleh mensyaratkan
pembagian hasil keuntungan atas pemanfaatan harta tersebut. Namun bank
diperbolehkan memberikan bonus (fee) kepada pemilik harta titipan (nasabah)
selama tidak disyaratkan dimuka. Dengan kata lain, pemberian bonus (fee)
merupakan kebijakan bank yang bersifat sukarela (Izzanizza, 2012). Adapun
besarnya bonus yang diterima bank syariah dapat dihitung dengan rumus
(Ahmadifham, 2010) :

Total Pembiayaan Bonus Wadi'ah = (Tarif Bonus Wadi'ah x Saldo


Terendah)

2.3.2 Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah

Salah satu tantangan dan rintangan yang dihadapi bisnis syariah Islam
adalah investasi. Konsep dari investasi tersebut belum mampu memberikan
patokan tingkat penghasilan yang pasti. Prinsip yang harus dilakukan dalam
investasi syariah Islam adalah tanpa paksaan, adil, dan melakukan transaksi pada
kegiatan produk dan jasa yang tidak menyalahi aturan dalam Islam, termasuk
manipulasi dan spekulasi. Investasi merupakan bentuk aktif dari ekonomi syariah
Islam, dikarenakan setiap harta ada zakatnya. Salah satu hikmah dari zakat ini
adalah mendorong setiap muslim menginvestasikan hartanya. Harta yang
diinvestasikan tidak akan termakan zakat, melainkan keuntungannya saja
(Veithzal Rivai, 2010: 422).

Prinsip yang sesuai pada investasi ialah akad yang menggunakan prinsip
mudharabah (trust financing, trust invesment). Menurut Veithzal Rivai (2010:
422), menyatakan bahwa mudharabah merupakan skema investasi yang
pengelolaan modalnya berasal penuh dari investor yang diberikan kepada
pengelola usaha. Dalam hal ini, investor memberikan sejumlah modal usaha
kepada pengelola usaha dengan adanya perjanjianpembagian keuntungan. Lebih
lanjut Erni Susana dan Annisa Prasetyani (2011) menjelaskan mudharabah
sebagai suatu kerjasama usaha antara dua orang, dimana pihak pertama (shohibul
maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola
(mudharib). Mudharib yang bertindak sebagai pengelola harus bertanggung jawab

6
bila terjadi kerugian yang diakibatkan karena kelalaian dan wakil shohibul maal
harus mengelola modal secara profesional untuk mendapatkan laba yang optimal.

Perhitungan prinsip mudharabah yang dimaksud adalah pembiayaan yang


dilakukan oleh bank syariah yaitu, dengan perhitungan bagi hasil pada tabungan
dan giro mudharabah atas dasar saldo rata-rata pembiayaan (SRRP), saldo rata-
rata harian dana (SRRH), dan pendapatan margin dan bagi hasil (P). Adapun
perhitungan mudharabah pada bank syariah dapat dihitung dengan rumus (Safira,
2011):

Landasan hukum mudharabah tertuang pada Al-Qur'an surat Al-Jumu'ah


[62]: 10, yang artinya :

"Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaran engkau di muka bumi


dan carilah karunia Allah SWT dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya
supaya kamu beruntung".

Penghimpunan dana dengan prinsip mudharabah, dibagi atas dua skema


yaitu skema muthlaqah dan skema muqayyadah. Prinsip mudharabah muthlaqah,
menjelaskan bahwa kedudukan bank syariah adalah sebagai mudharib (pihak yang
mengelola dana) sedangkan penabung atau deposan adalah shohibul maal
(pemilik dana). Prinsip mudharabah muqayyadah, kedudukan bank bertindak
sebagai agen saja, karena shohibil maal adalah nasabah pemilik dana mudharabah
muqayyadah, sedang mudharib adalah nasabah pembiayaan mudharabah
muqayyadah.

Prinsip mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah dapat


diterapkan dalam kegiatan usaha bank syariah untuk produk tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah. Melalui peraturan Fatwa DSN No.
2/DSN-MUI/IV/2000 dan Fatwa DSN No. 3/DSN-MUI/IV/2000, tabungan

7
mudharabah dan deposito mudharabah dapat diambil beberapa ketentuan umum
sebagai berikut :

1. Nasabah merupakan shohibul maal atau pemilik dana, dan bank


merupakan mudharib atau pengelola dana.
2. Berbagai macam usaha dapat dilakukan bank yang tidak menentang
prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk mudharabah dengan
pihak lain.
3. Modal dinyatakan dalam bentuk tunai dengan jumlahnya dan bukan
piutang.
4. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
5. Biaya operasional dapat ditutup oleh mudharib dengan menggunakan
keuntungan yang menjadi biaya.

2.4 Strategi Penghimpunan

Menurut Khasmir (2005:85), strategi yang digunakan oleh bank untuk


memperoleh sumber dana yang berasal dari masyrakat dalam bentuk dana pihak
ketiga yang bertujuan untuk mengembangkan usahanya, strategi tersebut yaitu
Strategi Promosi. Strategi Promosi merupakan sarana untuk memperkenalkan
produk sebuah bank kepada masyarakat agar masyarakat tertarik dengan produk-
produk tersebut. Jenis promosi yang dapat digunakan oleh setiap bank dalam
mempromosikan baik produk maupun jasanya, antara lain:

1. Promosi melalui periklanan (Advertising).

Merupakan promosi yang dilakukan dalam bentuk tayangan atau


gambar atau kata-kata yang tertuang dalam spanduk, brosur, billboard,
koran, majalah, televisi, atau radio-radio.

2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)


Merupakan promosi yang digunakan untuk meningkatkan penjualan
melalui potonga harga atau hadiah pada waktu tertentu terhadap barang-
barang tertentu pula.

8
3. Publisitas (Publicity).
Merupakan promosi yang dilakukan untuk meningkatkan citra bank di
depan para calon nasabah atau nasabahnya melalui kegiatan sponsorship
terhadap suatu kegiatan amal atau sosial atau olahraga.

Menurut Fandy Tjiptono (1995:200) tujuan dari promosi adalah


menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan pelanggan
sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya. Dari uraian diatas dapat
diterangkan sebagai berikut:

1. Menginformasikan, dapat berupa:


a. Menginformasikan pasar mengenai produk baru.
b. Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk.
c. Menyampaikan perubahan harga kepada pasar.
d. Menjelaskan cara kerja produk.
e. Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan.
2. Membujuk Pelanggan Sasaran untuk:
a. Membentuk pilihan merek.
b. Mengalihkan pilihan ke merek lain.
c. Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk.
d. Mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga.
e. Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan marketing.
3. Mengingatkan terdiri atas:
a. Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan
dibutuhkan dalam waktu dekat.
b. Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk
perusahaan.
c. Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan.
d. Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada perusahaan.

9
2.5 Prinsip prinsip Penghimpunan Dana
2.5.1 Giro
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat di lakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah bayar lainnya atau dengan
pemindah bukuan.adapun yang di maksud dengan giro syariah adalah giro yang
dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini Dewan Syariah
Nasional (DSN) telah mengeluarkan fatwa Nomor 01/DSN-MUI/VI/2000 yang
menyatakan bahwa Giro yang dibenarkan secara syariah adalah Giro yang
dijalankan berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah. Pada umumnya pemilik
rekening giro adalah pengusaha atau pemilik kegiatan yang membutuhkan alat
pembayaran berbentuk cek.

A. Giro Wadiah

Giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang
setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Dalam konsep wadiah
yad al-dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan atau
memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Hal ini berarti bahwa wadiah
yad dhamanah mempunyai implikasi hukum yang sama dengan qard, yakni
nasabah bertindak sebagai pihak yang meminjamkan uang dan bank bertindak
sebagai pihak yang di pinjami.dengan demikian pemilik dana dan bank tidak
boleh saling menjanjikan untuk memberikan imbalan atas penggunaan atau
pemanfaatan dana atau barang titipan barang tersebut. Jadi ini mirip seperti
yang dilakukan Zubair bin Awwam ketika menerima titipan uang di zaman
Rasulullah Saw.

Dalam kaitannya dengan produk giro, bank syariah menerapkan prinsip


wadiah yad dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip yang
memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan
uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak
yang dititipi yang disertai hak untuk mengelola dana titipan dengan tanpa
mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil dari keuntungan pengelolaan
dana tersebut. Namun demikian, bank syariah diperkenankan memberikan
insentif berupa bonus dengan catatan tidak di syaratkan sebelumnya.

10
Dari pemaparan diatas, dapat dinyatakan beberapa ketentuan umum giro
wadiah sebagai berikut:

Dana wadiah dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial


dengan syarat bank harus menjamin pembayaran kembali nominal
dana wadiah tersebut
Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik
atau di tanggung bank, sedangkan pemilik dana tidak di janjikan
imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan
memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif
untuk menarik dana masyarakat tapi tidak boleh di perjanjikan
dimuka.
Pemilik dana wadiah dapat menarik lagi dananya sewaktu waktu
(on call), baik sebagian ataupun seluruhnya.
Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya
mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persayaratan
lainnya yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat
memberikan buku cek,bilyet giro, dan debit card.
Terhadap pembukuan rekening ini bank dapat mengenakan
pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang
benar-benar terjadi.

Seperti yang telah dikemukakan di atas, Bank dapat memberikan


bonus atas penitipan dana wadiah. Pemberian bonus dimaksud merupakan
kewenangan bank dan tidak boleh diperjanjikan dimuka.

B. Giro Mudharabah

Penghimpunan dana dengan prinsip Mudharabah adalah perjanjian


kerjasama dimana pihak pertama (shahib al mal) menyediakan dana dan pihak
kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Hasil usaha
dibagikan sesuai dengan nisbah yang disepakati.

11
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagi
hasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut,
bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh
kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah mismanagement (salah
urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut.

Dalam mengelola harta mudharabah, bank menuntup biaya operasional


giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Di
samping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan
nasabah giran tanpa persetujuan yang bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, PPH bagi hasil giro mudharabah dibebankan langsung ke
rekening giro mudharabah pada saat perhitungan bagi hasil.

2.5.2 Tabungan
A. Tabungan Wadiah

Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad


wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat
sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan denga produk tabungan
wadiah, bank syariah menggunakan akad wadiah yad dhamanah. Dalam hal
ini nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank
syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya,
sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi dana atau barang
yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan dana atau barang
tersebut. Sebagai konsekuensinya, bank bertanggung jawab terhadap keutuhan
harta titipan tersebut. Di sisi lain, bank juga berhak sepenuhnya atas
keuntungan dari hasil penggunaan atau pemanfaatan dana atau barang
tersebut.

Mengingat wadiah yad dhamanah ini mempunyai implikasi hukum yang


sama dengan qardh, maka nasabah penitip dan bank tidak boleh saling
menjanjikan untuk membagihasilkan keuntungan harta tersebut. Namun
demikian, bank diperkenankan memberikan bonus kepada pemilik harta

12
titipan selama tidak disyaratkan dimuka. Denga kata lain, pemberian bonus
merupakan kebijakan bank syariah semata besifat sukarela.

Dari pemaparan diatas, dapat dinyatakan beberapa ketentuan umum


tabungan wadiah sebagai berikut:

Tabungan wadiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni


yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat (on call) sesuai
dengan kehendak pemilik harta.
Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan
barang menjadi milik atau tanggungan bank, sedangkan nasabah
penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian.
Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta
sebagai sebuah insentif selama tidak diperjanjikan dalam akad
pembukaan rekening.

B. Tabungan Mudharabah

Yang dimaksud dengan tabungan mudharabah adalah tabungan yang


dijalankan berdasarkan akad mudhrabah. Seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya, mudharabah mempunyai dua bentuk, yakni mudharabah
mutlaqah dan mudharabah muqayyadah, yang perbedaan utama di antara
keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik
dana kepada bank dalam mengelola hartanya, baik dari sisi tempat, waktu,
maupun objek investasinya.

Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana),
sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Sebagai
mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk
melakukan akad mudharabah dengan pihak lain.

Namun disisi lain, bank syariah juga memiliki sifat sebagai seorang wali
amanah (trustee), yakni bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad

13
baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan
atau kelalaiannya.

Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagi


hasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut,
bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh
kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah mismanagement (salah
urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut.

Dalam mengelola harta mudharabah, bank menuntup biaya operasional


tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Di
samping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan
nasabah penabung tanpa persetujuan yang bersangkutan. Sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, PPH bagi hasil tabungan mudharabah dibebankan
langsung ke rekening tabungan mudharabah pada saat perhitungan bagi hasil.

Dalam mengelola harta mudharabah, bank menuntup biaya operasional


giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Di
samping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan
nasabah giran tanpa persetujuan yang bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, PPH bagi hasil giro mudharabah dibebankan langsung ke
rekening giro mudharabah pada saat perhitungan bagi hasil.

2.5.3 Deposito
Selain giro dan tabungan, produk perbankan syariah yang lainnya yang
termasuk produk penghimpunan dana (funding) adalah deposito. Berdasarkan
undang-undang tentang perbankan yang dimaksud deposito berjangka adalah
simpanan yang penarikannnya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu
menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.

Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang


dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional

14
MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang
dibenarkan adalah deposito yang yang berasarkan prinsip mudharabah.

Deposito sebagai salah satu produk perbankan dalam perbankan syariah


menggunakan skema mudharabah. Hal ini sejalan dengan tujuan dari nasabah
menggunakan intrumen deposito yakni sebagai sarana investasi dalam upaya
memperoleh keuntungan.

Berdasarkan pada fatwa DSN-MUI ini deposito yang dibenarkan secara


syariah adalah yang berdasarkan prinsip mudharabah dengan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :

Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemiliki
dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai


macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak
lain.

Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan
piutang.

Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan


dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan


menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan.

Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana),
sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Dalam
kapasitasnya sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentang dengan prinsip serta mengembangkannya, termasuk
melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.

15
Dengan demikian bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib
memiliki sifat seorang wali amanah (trustee), yakni harus berhati-hati atau
bijaksana serta beriktikad bak dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
timbul akibat kesalahan atau kelalaiannnya. Disamping itu, bank syariah juga
bertinddak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang diharapkan dapat
memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar berbagai macam
aturan syariah.

Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagihasilkan


dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening. Dlam mengelola dana tersebut, bank tidak
bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya.
Namun apabila yang terjadi adalah mismanagement (salah urus), bank
bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut.

16
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

1. Penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank


untuk mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan
disalurkan kepada pihak kreditur dalam rangka menjalankan fungsinya
sebagai intermediasi antara pihak deposan dengan pihak kreditur.
2. Mudharabah adalah penanaman dari pemilik dana (shahibul maal)
kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha
tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung dan rugi
(profit and loss sharing) atau metode pendapatan (revenue sharing)
antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati.
3. instrumen penghimpunan dana dari masyarakat secara langsung ini
menggunakan tiga instrumen simpanan, yaitu Giro (demand deposit),
Tabungan (saving deposit), dan Deposito (Time deposit).

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdurochman, Oman, 2004. Dampak Program Penjaminan Pemerintah Terhadap


Penghimpunan Dana Masyarakat Dan Suku Bunga Simpanan Pada Bank
Umum. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
http://www.digilib.ui.ac.id/.

Sudarmo, Joko, 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana


Simpedes di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. http://www.digilib.ui.ac.id/.

Anshori, Abdul Ghofur. 2007, Perbankan Syariah Di Indonesia, Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Karim,Adiwarman.2004, Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

18

You might also like