Professional Documents
Culture Documents
Mekanisme Cendawan Antagonis PDF
Mekanisme Cendawan Antagonis PDF
74
Mekanisme antagonisme Thricoderma spp. terhadap beberapa patogen tular tanah
Indonesia sebagai negara dengan luas areal adalah mempunyai stadia penyebaran dan
terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, masa bertahan yang terbatas di dalam tanah,
tetapi masih ada beberapa kendala yang walaupun beberapa patogen tular tanah ini
dihadapi. Beberapa kendala yang dapat menghasilkan spora udara sehingga
menyebabkan rendahnya produktivitas karet dapat menyebar ke areal yang lebih luas.
di Indonesia adalah kurangnya penerapan Patogen R. microporus dapat bertahan dalam
teknologi budidaya karet, gangguan cuaca dan tanah tergantung dari banyak sedikitnya sisa-
iklim serta serangan hama dan penyakit. sisa akar dan kayu yang tertinggal dalam
Kerugian yang disebabkan penyakit tanah, dan dari berbagai faktor yang
tanaman tidak hanya kehilangan hasil akibat mempengaruhi pembusukan (Nadris et al.,
kerusakan tanaman tetapi juga besarnya biaya 1987; Semangun, 2004). JAP dapat bertahan
yang diperlukan untuk pengendaliannya. sampai 6, 20, dan 40 bulan pada akar dengan
Penyakit pada tanaman karet biasanya diameter 0,6 cm, 2,5 cm, dan 7,5 cm
disebabkan oleh serangan jamur dan gangguan (Semangun, 2004).
fisiologis seperti kekurangan unsur hara, Pengendalian JAP pada tanaman karet
lingkungan yang tidak mendukung untuk dapat dilakukan dengan membersihkan
pertumbuhan karet dan drainase yang kurang sumber infeksi sebelum dan sesudah
baik. Penyakit jamur akar putih (JAP) yang penanaman karet. Salah satu alternatif
disebabkan patogen Rigidoporus microporus (R. pengendalian JAP yang mempunyai prospek
microporus) merupakan penyakit penting pada baik adalah pemanfaatan agen hayati jamur
tanaman karet. JAP dapat menyerang semua Trichoderma spp. Jamur ini dapat ditemukan
umur tanaman, tetapi lebih banyak di kebun pada berbagai jenis tanah.
karet muda. Tanaman yang terserang daunnya Tahun 1791 empat spesies dari genus
akan tampak kusam, melengkung ke bawah Trichoderma telah diperkenalkan di Jerman.
(daun yang sehat berbentuk seperti perahu), Spesies Trichoderma dibedakan berdasarkan
daun menguning, mudah rontok, kadang- warna dan bentuk konidia serta penampilan
kadang terbentuk bunga dan buah sebelum koloni. Sebagian besar spesies diidentifikasi
waktunya. Serangan berat menyebabkan akar sebagai Trichoderma lignorum (T. lignorum/T.
busuk sehingga tanaman mudah rebah. Pada viride) dengan ciri konidia bulat dan T. koningii
permukaan akar akan terdapat benang-benang mempunyai konidia lonjong. Potensi
miselium jamur (rizomorf) berwarna putih penggunaan Trichoderma spp. sebagai agen
menjalar di sepanjang akar dan dapat pengendalian hayati telah disarankan lebih
mencapai 180 cm (Nadris et al., 1987; dari 75 tahun yang lalu oleh Weindling
Semangun, 2004). berdasarkan aktivitas penghambatan
Penularan JAP pada umumnya melalui Trichoderma spp. terhadap patogen tular tanah
kontak akar tanaman sehat dengan tanaman Rhizoctonia solani (R. solani) (Elad dan Hadar,
sakit. Patogen JAP merupakan jamur polifag 1981; Strashnov et al., 1985; Mohidin et al.,
yang dapat menyerang bermacam-macam 2010).
tanaman seperti teh, kopi, kakao, kelapa, Menurut Sivan dan Chet (1986) dan Calvet
kelapa sawit, mangga, nangka, ubi kayu, jati, et al. (1990) beberapa jenis Trichoderma spp.
cengkeh dan tanaman kayu lainnya. Jamur R. dapat mengurangi insiden patogen tular tanah
microporus merupakan patogen tular tanah pada kondisi alamiah. Faktor seperti pH
(soil-bor ne pathogens) yaitu kelompok tanah, aerasi dan sumber nutrisi merupakan
mikroorganisme yang sebagian besar siklus faktor yang mempengaruhi perkembangan
hidupnya berada di dalam tanah dan memiliki Trichoderma spp di lapangan. Pada pH rendah
kemampuan untuk menginfeksi perakaran dan keadaan yang lembab, Trichoderma sp.
atau pangkal batang sehingga dapat akan berkembang dengan baik. Trichoderma
menyebabkan infeksi dan kematian bagi spp. banyak digunakan sebagai agen hayati
tanaman. Ciri-ciri utama patogen tular tanah untuk mengendalikan patogen tular tanah
75
Warta Perkaretan 2013, 32(2), 74 - 82
Sclerotinia sp., Fusarium sp., Pythium sp., Mekanisme Antagonisme Trichoderma spp.
Rhizoctonia sp. (Hajieghrari et al., 2008),
Ganoderma sp. dan Rigidoporus microporus Mekanisme pengendalian dengan agen
( Wi d ya s t u t i , 2 0 0 6 ; Jaya s u r i ya d a n hayati terhadap jamur patogen tumbuhan
Thennakoon, 2007). secara umum dibagi menjadi tiga macam,
Penelitian di Rubber Research Institute of yaitu kompetisi terhadap tempat tumbuh dan
Nigeria (RRIN) tentang pengendalian R. nutrisi, antibiosis, dan parasitisme (Baker dan
microporus menggunakan tiga jamur antagonis Cook, 1982). Umumnya kematian
yaitu Trichoderma sp, Penicillium dan Aspergillus mikroorganisme disebabkan kekurangan
menunjukkan bahwa Trichoderma sp. paling nutrisi, oleh karena itu pengendalian dengan
efektif menghambat R. microporus dengan agen hayati salah satunya bertujuan untuk
penghambatan 81,85%, diikuti oleh Penicillium memenangkan kompetisi dalam mendapatkan
(65,27%), sedangkan Aspergillus tidak nutrisi. Beberapa jenis Trichoderma spp.
mempunyai daya hambat (Omorusi et al., menghasilkan siderofor yang mengkhelat besi
2011). dan menghentikan pertumbuhan jamur lain.
Keuntungan menggunakan Trichoderma Pada siklus hidup Fusarium sp., kebutuhan
spp. yang berpotensi sebagai agen hayati nutrisi sangat diperlukan untuk
adalah pertumbuhannya cepat, mudah mempertahankan tingkat perkecambahan
dikulturkan dalam biakan maupun kondisi spora 20-30%. Perkecambahan tersebut dapat
alami. Selain itu, beberapa jenis Trichoderma menurun jika terjadi kompetisi nutrisi dengan
spp. dapat bertahan hidup dengan membentuk mikroorganisme lain. Mohidin et al., (2010)
klamidospora pada kondisi yang tidak melaporkan T. harzianum T35 berhasil
menguntungkan dan cukup tahan terhadap mengendalikan Fusarium oxysporum (F.
fungisida dan herbisida. oxysporum) dengan cara mengkoloni rizosfer
Menurut Hajieghrari (2008), T. harizanum, dan mengambil nutrisi lebih banyak.
T. viridae, T. virens, T. hamatum, T. roseum dan T. Kompetisi nutisi juga dilakukan T. viride untuk
koningii merupakan spesies yang sering mengendalikan Chondrostereum purpureum
digunakan sebagai agen pengendalian hayati. (Grosclaude et al., 1973).
Perkembangan selanjutnya, Trichoderma Trichoderma spp. adalah jamur saprofit
diproduksi untuk tujuan komersial. T. tanah yang secara alami merupakan parasit
harzianum isolat T39 (Trichodex oleh dan menyerang banyak jenis jamur penyebab
Machteshim, Israel) adalah produk pertama penyakit tanaman atau memiliki spektrum
yang terdaftar untuk dikomersialisasikan pengendalian yang luas. Jamur Trichoderma
sebagai agen hayati dan banyak diaplikasikan spp. dapat menjadi hiperparasit pada beberapa
di kebun anggur (Freeman et al, 2004.). Ecofit jenis jamur penyebab penyakit tanaman dan
(T. viridae) dan Tri 002 (T. harzianum) yang pertumbuhannya sangat cepat (Gambar 1).
dipasarkan di India dan Eropa, masing-masing Dalam keadaan lingkungan yang kurang baik,
untuk mengendalikan patogen tanah pada miskin hara atau kekeringan, Trichoderma spp.
berbagai tanaman sayuran yang ditanam di akan membentuk klamidospora sebagai
lapangan dan di rumah kaca (Koch, 1999). propagul untuk bertahan dan berkembang
Soilgard (T. virens GL21) merupakan kembali jika keadaan lingkungan sudah
biopestisida yang terdaftar di Amerika Serikat menguntungkan. Oleh karena itu dengan
(Lumsden et al., 1996). Produk komersial sekali aplikasi Trichoderma spp. akan tetap
biopestisida Binab-T , GlioGard dan tinggal dalam tanah. Hal ini merupakan salah
RootShield juga dilaporkan efektif untuk satu kelebihan pemanfaatan Trichoderma spp.
mengendalikan patogen tanah penyebab sebagai agen pengendalian hayati khususnya
rebah semai dan busuk akar (Barbosa et al., untuk patogen tular tanah.
2001), Supresivit (T. harzianum) untuk
mengendalikan Phytophthora sp. dan Pythium
ultimum (Broov, 2004).
76
Mekanisme antagonisme Thricoderma spp. terhadap beberapa patogen tular tanah
T. koningii T. viridae
R. microporus
Gambar 1. Spektrum pertumbuhan Trichoderma spp. yang lebih cepat dan dapat memarasit
R. microporus (lingkaran merah) (Chet et al., 2005)
77
Warta Perkaretan 2013, 32(2), 74 - 82
78
Mekanisme antagonisme Thricoderma spp. terhadap beberapa patogen tular tanah
Mekanisme parasitisme merupakan Fusarium sp. (Lumsden et al., 1992 cit. Chet et
fenomena menarik yang berperan penting al., 2005) dan Sclerotium rolfsii (Widyastuti et al.,
d a l a m p r o s e s p e n ge n d a l i a n h aya t i . 2003) dan hasilnya menunjukkan Trichoderma
Trichoderma sp. biasanya menggunakan sp. secara efektif dapat menekan pertumbuhan
mekanisme ini bersama mekanisme lain yaitu jamur patogen.
kompetisi dan antibiosis. Trichoderma spp. Menurut Baker dan Cook (1982), pada
telah diujikan terhadap beberapa patogen u m u m n ya m e k a n i s m e a n t a g o n i s m e
tanaman seperti Ganoderma sp. (Widyastuti et Trichoderma spp. dalam menekan patogen
al., 1998a), R. lignosus (Widyastuti dan yaitu sebagai mikoparasitik dan kompetitor
Sumardi. 1998; Widyastuti et al., 1998b; yang agresif. Awalnya, hifa Trichoderma spp.
Widyastuti et al., 2001), Rhizoctonia sp., tumbuh memanjang, kemudian membelit dan
79
Warta Perkaretan 2013, 32(2), 74 - 82
mempenetrasi hifa jamur inang (Gambar 4) menembus dinding sel inang, Trichoderma sp.
sehingga hifa inang mengalami vakoulasi, lisis juga menghasilkan antibiotik seperti gliotoksin
dan akhirnya hancur. Menurut Harjono dan dan viridian. Widyastuti (2006) cit.
Widyastuti (2001), Trichoder ma spp. Hadisudarmo (2009) menguji tiga spesies
melakukan penetrasi ke dalam dinding sel Trichoderma terhadap patogen Ganoderma
inang dengan bantuan enzim pendegradasi pilippii yang diisolasi dari berbagai macam
dinding sel yaitu kitinase, glukanase, dan pohon dan hasilnya menunjukkan bahwa T.
protease, selanjutnya menggunakan isi hifa reesei paling efektif sebagai mikoparasit diikuti
inang sebagai sumber makanan. Pada saat oleh T. koningii dan T. harzianum.
melilit dan menghasilkan enzim untuk
Baker dan Cook (1982) melaporkan bahwa 2. Satu mekanisme penghambatan yang
T. harzianum dan T. hamatum bertindak sebagai dimiliki Trichoderma spp. tidak dapat
mikoparasit terhadap jamur R. solani dan S. beker ja sendiri untuk menghasilkan
rolfsii dengan menghasilkan enzim -(1,3) penghambatan yang signifikan. Konsep
glukanase dan kitinase yang menyebabkan pengendalian penyakit dengan agen hayati
eksolisis pada hifa inang. Selain itu, T. tersebut akan berhasil jika terdapat
keseimbangan antar faktor yang
hamatum juga menghasilkan enzim selulase
mempengaruhi.
sehingga menambah kemampuannya sebagai 3. Mekanisme antagonisme yang dimiliki oleh
mikoparasit pada jamur Phytium spp. Laporan Trichoderma spp. berpotensi besar sebagai
lain menunjukkan kombinasi kedua enzim - pengendali patogen tular tanah R.
(1,3) glukanase dan kitinase meningkatkan microporus penyebab penyakit jamur akar
kemampuan mengkoloni sklerotium (Elad et putih.
al., 1980). Baker dan Cook (1982) juga
menyatakan bahwa enzim -(1,3) glukanase Daftar Pustaka
dihasilkan oleh jamur T. koningii dan mampu
menghancurkan miselia Sclerotinia sclerotiorum. Auvin-Guette, C., S. Rebuffat, I. Vuidepot, M.
Massias and B. Bodo. 1993. Structural
Kesimpulan elucidation of trikoningins KA and KB,
Peptaibols from Trichoderma koningii. J.
1. Mekanisme antagonisme Trichoderma spp. Chem. Soc., Perkin Trans. 1: 249 255.
melalui kompetisi terhadap tempat tumbuh
dan nutrisi, antibiosis, dan parasitisme.
80
Mekanisme antagonisme Thricoderma spp. terhadap beberapa patogen tular tanah
81
Warta Perkaretan 2013, 32(2), 74 - 82
82