You are on page 1of 9

Warta Perkaretan 2013, 32(2), 74 - 82

MEKANISME ANTAGONISME Trichoderma spp.


TERHADAP BEBERAPA PATOGEN TULAR TANAH
Mechanism of Antagonism of Trichoderma spp. Againts Several Soil Borne Pathogens

Intan Berlian, Budi Setyawan, dan Hananto Hadi


Balai Penelitian Getas, Jl. Patimura Km 6, Kotak Pos 804 Salatiga 50702, email: baligetas@yahoo.com

Diterima tgl 20 Februari 2013 /Disetujui tgl 8 Juli 2013

Abstrak caused unappropriate adoption of the recommended


r u b b e r c u l t i v a t i o n t e c h n o l o g y, d u e t o
Karet memiliki peran sangat penting bagi weather/climate, pest and disease. White root
perekonomian Indonesia. Beberapa kendala disease caused by Rigidoporus microporus is an
rendahnya produktivitas karet di Indonesia important disease in rubber plants. Trichoderma
adalah kurangnya penerapan teknologi spp. have been reported to be an effective antagonists
budidaya karet, gangguan cuaca, iklim dan against many plant pathogenic fungi, including
hama penyakit. Penyakit jamur akar putih Rigidoporus microporus. The inhibitory mechanism
yang disebabkan patogen Rigidoporus of Trichoderma spp. against Rigidoporus
microporus merupakan penyakit penting pada microporus was through space competition,
tanaman karet. Salah satu alternatif untuk mycoparasitism and antibiosis. Antibiosis has an
pengendalian JAP adalah pemanfaatan jamur important role in the process of disease control and it
Trichoderma spp. Mekanisme pengendalian is most likely associated with other mechanisms of
Trichoderma spp. terhadap jamur patogen competition and mycoparasitism. Only one
tumbuhan yaitu dengan kompetisi terhadap mechanism of inhibition by Trichoderma spp. will
tempat tumbuh dan nutrisi, antibiosis, dan not provide an effective or significant inhibition. The
parasitisme. Antibiosis mempunyai peran concept of disease control by using biological agents
penting dalam proses pengendalian dan will be successful only if there is a balance amongst
hampir selalu terkait dengan mekanisme lain temperature, pH and humidity factors. The
yaitu kompetisi dan mikoparasitisme. Satu mechanism of antagonism of Trichoderma spp.
mekanisme penghambatan yang dimiliki have a great potential as the controlling agent the soil
Trichoderma spp. tidak dapat bekerja sendiri borne pathogens of Rigidoporus microporus that
untuk menghasilkan penghambatan yang causes white root disease in rubber plant.
signifikan. Konsep pengendalian penyakit
dengan agen hayati akan berhasil jika terdapat Key words: Trichoderma spp., Rigidoporus
keseimbangan antara faktor suhu, pH, dan microporus, competition, mycoparasitism and
kelembaban yang optimum. Mekanisme antibiosis.
antagonisme yang dimiliki oleh Trichoderma
spp. berpotensi besar sebagai pengendali Pendahuluan
patogen tular tanah Rigidoporus microporus
penyebab penyakit jamur akar putih. Karet merupakan salah satu komoditi
perkebunan penting di Indonesia, baik sebagai
Kata kunci: Trichoderma spp., Rigidoporus sumber pendapatan, kesempatan kerja dan
microporus, kompetisi, mikoparasitisme, devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi
antibiosis sentra-sentra baru di wilayah sekitar
perkebunan karet maupun pelestarian
Abstract lingkungan dan sumberdaya hayati. Menurut
data Direktorat Jenderal Perkebunan (2012),
Rubber has played an important role in pada tahun 2011 luas perkebunan karet di
supporting Indonesia's economic. The low Indonesia yaitu 3.450.144 ha dengan total
productivity of rubber plantations in Indonesia is produksi 2.640.849 ton karet kering. Meskipun

74
Mekanisme antagonisme Thricoderma spp. terhadap beberapa patogen tular tanah

Indonesia sebagai negara dengan luas areal adalah mempunyai stadia penyebaran dan
terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, masa bertahan yang terbatas di dalam tanah,
tetapi masih ada beberapa kendala yang walaupun beberapa patogen tular tanah ini
dihadapi. Beberapa kendala yang dapat menghasilkan spora udara sehingga
menyebabkan rendahnya produktivitas karet dapat menyebar ke areal yang lebih luas.
di Indonesia adalah kurangnya penerapan Patogen R. microporus dapat bertahan dalam
teknologi budidaya karet, gangguan cuaca dan tanah tergantung dari banyak sedikitnya sisa-
iklim serta serangan hama dan penyakit. sisa akar dan kayu yang tertinggal dalam
Kerugian yang disebabkan penyakit tanah, dan dari berbagai faktor yang
tanaman tidak hanya kehilangan hasil akibat mempengaruhi pembusukan (Nadris et al.,
kerusakan tanaman tetapi juga besarnya biaya 1987; Semangun, 2004). JAP dapat bertahan
yang diperlukan untuk pengendaliannya. sampai 6, 20, dan 40 bulan pada akar dengan
Penyakit pada tanaman karet biasanya diameter 0,6 cm, 2,5 cm, dan 7,5 cm
disebabkan oleh serangan jamur dan gangguan (Semangun, 2004).
fisiologis seperti kekurangan unsur hara, Pengendalian JAP pada tanaman karet
lingkungan yang tidak mendukung untuk dapat dilakukan dengan membersihkan
pertumbuhan karet dan drainase yang kurang sumber infeksi sebelum dan sesudah
baik. Penyakit jamur akar putih (JAP) yang penanaman karet. Salah satu alternatif
disebabkan patogen Rigidoporus microporus (R. pengendalian JAP yang mempunyai prospek
microporus) merupakan penyakit penting pada baik adalah pemanfaatan agen hayati jamur
tanaman karet. JAP dapat menyerang semua Trichoderma spp. Jamur ini dapat ditemukan
umur tanaman, tetapi lebih banyak di kebun pada berbagai jenis tanah.
karet muda. Tanaman yang terserang daunnya Tahun 1791 empat spesies dari genus
akan tampak kusam, melengkung ke bawah Trichoderma telah diperkenalkan di Jerman.
(daun yang sehat berbentuk seperti perahu), Spesies Trichoderma dibedakan berdasarkan
daun menguning, mudah rontok, kadang- warna dan bentuk konidia serta penampilan
kadang terbentuk bunga dan buah sebelum koloni. Sebagian besar spesies diidentifikasi
waktunya. Serangan berat menyebabkan akar sebagai Trichoderma lignorum (T. lignorum/T.
busuk sehingga tanaman mudah rebah. Pada viride) dengan ciri konidia bulat dan T. koningii
permukaan akar akan terdapat benang-benang mempunyai konidia lonjong. Potensi
miselium jamur (rizomorf) berwarna putih penggunaan Trichoderma spp. sebagai agen
menjalar di sepanjang akar dan dapat pengendalian hayati telah disarankan lebih
mencapai 180 cm (Nadris et al., 1987; dari 75 tahun yang lalu oleh Weindling
Semangun, 2004). berdasarkan aktivitas penghambatan
Penularan JAP pada umumnya melalui Trichoderma spp. terhadap patogen tular tanah
kontak akar tanaman sehat dengan tanaman Rhizoctonia solani (R. solani) (Elad dan Hadar,
sakit. Patogen JAP merupakan jamur polifag 1981; Strashnov et al., 1985; Mohidin et al.,
yang dapat menyerang bermacam-macam 2010).
tanaman seperti teh, kopi, kakao, kelapa, Menurut Sivan dan Chet (1986) dan Calvet
kelapa sawit, mangga, nangka, ubi kayu, jati, et al. (1990) beberapa jenis Trichoderma spp.
cengkeh dan tanaman kayu lainnya. Jamur R. dapat mengurangi insiden patogen tular tanah
microporus merupakan patogen tular tanah pada kondisi alamiah. Faktor seperti pH
(soil-bor ne pathogens) yaitu kelompok tanah, aerasi dan sumber nutrisi merupakan
mikroorganisme yang sebagian besar siklus faktor yang mempengaruhi perkembangan
hidupnya berada di dalam tanah dan memiliki Trichoderma spp di lapangan. Pada pH rendah
kemampuan untuk menginfeksi perakaran dan keadaan yang lembab, Trichoderma sp.
atau pangkal batang sehingga dapat akan berkembang dengan baik. Trichoderma
menyebabkan infeksi dan kematian bagi spp. banyak digunakan sebagai agen hayati
tanaman. Ciri-ciri utama patogen tular tanah untuk mengendalikan patogen tular tanah

75
Warta Perkaretan 2013, 32(2), 74 - 82

Sclerotinia sp., Fusarium sp., Pythium sp., Mekanisme Antagonisme Trichoderma spp.
Rhizoctonia sp. (Hajieghrari et al., 2008),
Ganoderma sp. dan Rigidoporus microporus Mekanisme pengendalian dengan agen
( Wi d ya s t u t i , 2 0 0 6 ; Jaya s u r i ya d a n hayati terhadap jamur patogen tumbuhan
Thennakoon, 2007). secara umum dibagi menjadi tiga macam,
Penelitian di Rubber Research Institute of yaitu kompetisi terhadap tempat tumbuh dan
Nigeria (RRIN) tentang pengendalian R. nutrisi, antibiosis, dan parasitisme (Baker dan
microporus menggunakan tiga jamur antagonis Cook, 1982). Umumnya kematian
yaitu Trichoderma sp, Penicillium dan Aspergillus mikroorganisme disebabkan kekurangan
menunjukkan bahwa Trichoderma sp. paling nutrisi, oleh karena itu pengendalian dengan
efektif menghambat R. microporus dengan agen hayati salah satunya bertujuan untuk
penghambatan 81,85%, diikuti oleh Penicillium memenangkan kompetisi dalam mendapatkan
(65,27%), sedangkan Aspergillus tidak nutrisi. Beberapa jenis Trichoderma spp.
mempunyai daya hambat (Omorusi et al., menghasilkan siderofor yang mengkhelat besi
2011). dan menghentikan pertumbuhan jamur lain.
Keuntungan menggunakan Trichoderma Pada siklus hidup Fusarium sp., kebutuhan
spp. yang berpotensi sebagai agen hayati nutrisi sangat diperlukan untuk
adalah pertumbuhannya cepat, mudah mempertahankan tingkat perkecambahan
dikulturkan dalam biakan maupun kondisi spora 20-30%. Perkecambahan tersebut dapat
alami. Selain itu, beberapa jenis Trichoderma menurun jika terjadi kompetisi nutrisi dengan
spp. dapat bertahan hidup dengan membentuk mikroorganisme lain. Mohidin et al., (2010)
klamidospora pada kondisi yang tidak melaporkan T. harzianum T35 berhasil
menguntungkan dan cukup tahan terhadap mengendalikan Fusarium oxysporum (F.
fungisida dan herbisida. oxysporum) dengan cara mengkoloni rizosfer
Menurut Hajieghrari (2008), T. harizanum, dan mengambil nutrisi lebih banyak.
T. viridae, T. virens, T. hamatum, T. roseum dan T. Kompetisi nutisi juga dilakukan T. viride untuk
koningii merupakan spesies yang sering mengendalikan Chondrostereum purpureum
digunakan sebagai agen pengendalian hayati. (Grosclaude et al., 1973).
Perkembangan selanjutnya, Trichoderma Trichoderma spp. adalah jamur saprofit
diproduksi untuk tujuan komersial. T. tanah yang secara alami merupakan parasit
harzianum isolat T39 (Trichodex oleh dan menyerang banyak jenis jamur penyebab
Machteshim, Israel) adalah produk pertama penyakit tanaman atau memiliki spektrum
yang terdaftar untuk dikomersialisasikan pengendalian yang luas. Jamur Trichoderma
sebagai agen hayati dan banyak diaplikasikan spp. dapat menjadi hiperparasit pada beberapa
di kebun anggur (Freeman et al, 2004.). Ecofit jenis jamur penyebab penyakit tanaman dan

(T. viridae) dan Tri 002 (T. harzianum) yang pertumbuhannya sangat cepat (Gambar 1).
dipasarkan di India dan Eropa, masing-masing Dalam keadaan lingkungan yang kurang baik,
untuk mengendalikan patogen tanah pada miskin hara atau kekeringan, Trichoderma spp.
berbagai tanaman sayuran yang ditanam di akan membentuk klamidospora sebagai
lapangan dan di rumah kaca (Koch, 1999). propagul untuk bertahan dan berkembang

Soilgard (T. virens GL21) merupakan kembali jika keadaan lingkungan sudah
biopestisida yang terdaftar di Amerika Serikat menguntungkan. Oleh karena itu dengan
(Lumsden et al., 1996). Produk komersial sekali aplikasi Trichoderma spp. akan tetap
biopestisida Binab-T , GlioGard dan tinggal dalam tanah. Hal ini merupakan salah
RootShield juga dilaporkan efektif untuk satu kelebihan pemanfaatan Trichoderma spp.
mengendalikan patogen tanah penyebab sebagai agen pengendalian hayati khususnya
rebah semai dan busuk akar (Barbosa et al., untuk patogen tular tanah.
2001), Supresivit (T. harzianum) untuk
mengendalikan Phytophthora sp. dan Pythium
ultimum (Broov, 2004).

76
Mekanisme antagonisme Thricoderma spp. terhadap beberapa patogen tular tanah

T. koningii T. viridae

R. microporus

Gambar 1. Spektrum pertumbuhan Trichoderma spp. yang lebih cepat dan dapat memarasit
R. microporus (lingkaran merah) (Chet et al., 2005)

Antibiosis adalah mekanisme antagonisme isothiocyanate-terkonjugasi lectin yang


yang melibatkan hasil metabolit penyebab mengikat chitotriose, atau dengan
lisis, enzim, senyawa folatil dan non-folatil Calcofluor White yang mengikat oligomer
atau toksin yang dihasilkan oleh suatu -glucan dan N-asetil-D-glukosamin
mikroorganisme. Meskipun mikoparasitisme (GlcNAc).
dianggap sebagai mekanisme antagonisme b. Alkyl pyrones. Metabolit sekunder ini
yang utama, tetapi penelitian lebih lanjut merupakan antibiotik yang dihasilkan
mengungkapkan bahwa metabolit sekunder oleh T. harzianum, T. viride, T. koningii dan
yang dihasilkan Trichoderma spp. juga berperan T. hamatum (Howell, 2005). Menurut
penting dalam aktifitas antijamurnya (Chet et Rajathilagam (2001) cit. Rajeswari &
al., 2005). Beberapa metabolit sekunder yang Kannabiran (2011), T. harzianum
dihasilkan Trichoderma spp. yaitu : memproduksi senyawa folatil (alkil
a. Lytic activity. Trichoderma spp. diketahui pyrones) yang bersifat antijamur yaitu
mempunyai kemampuan mendegradasi dapat menghambat perkecambahan dan
dinding sel jamur inang. Howell (2003) pertumbuhan miselia Colletotrichum
mempelajari mekanisme molekuler capsici. T. harzianum juga menghasilkan 6-
enzim litik yang terlibat dalam aktivitas n-pentyl-2H-pyran-2-1 and 6-n-pentenyl-2H-
agen hayati T. harzianum dan menyatakan pyran-2-1. Pentyl merupakan metabolit
bahwa degradasi dinding sel jamur utama yang dapat mengendalikan R.
terutama disebabkan kitinase, glukanase solani penyebab rebah semai (Claydon et
dan protease. Jika hifa Trichoderma spp. al., 1987).
melekat dan melilit hifa jamur inang, c. Isonitriles. Salah satu antibiotik yang
maka hifa inang mengalami vakoulasi, termasuk senyawa ini adalah isonitrin A-D
lisis dan akhirnya hancur. Trichoderma dan isonitrinic acids E dan F yang
spp. melakukan penetrasi ke dalam dihasilkan oleh T. hamatum, T. harzianum,
dinding sel inang tersebut dengan bantuan T. koningii, T. polysporum, dan T.viride
enzim pendegradasi dinding sel seperti (Howell, 2005), dan pola produksinya
kitinase, glukanase, dan protease, serta tergantung masing-masing spesies.
menggunakan isi hifa inangnya sebagai Isonitrin A efektif sebagai antibakteria dan
sumber makanan. Hasil penelitian antijamur, sedangkan isonitrin D hanya
selanjutnya (Howell, 2005) menyebutkan efektif sebagai antijamur. Menurut Faull
interaksi tersebut dapat dibuktikan et al., (1994), antibiotik isonitrile dapat
dengan adanya fluorensensi mengendalikan F. oxysporum, R. solani dan
menggunakan pewar na f luorescein Pythium ultimum.

77
Warta Perkaretan 2013, 32(2), 74 - 82

d. Polyketides. Salah satu antibiotik yang t e r m a s u k s e n yawa i n i a d a l a h


termasuk senyawa ini adalah harzianolide Trichorzianines yang dihasilkan oleh T.
yang diproduksi oleh T. harzianum dan harzianum. Trichorzianines merupakan
diketahui dapat menghambat peptida dengan 19-residu asam amino
pertumbuhan jamur patogen. Senyawa ini ya n g s e b a g i a n b e s a r a d a l a h a -
juga menekan perkecambahan spora F. aminoisobutyric acid. Masing-masing
oxysporum f.sp. melonis dan klamidospora trichorzianines A dan B pernah dibuktikan
F. oxysporum f.sp. vasinfectum. Harzianolide dapat menekan pertumbuhan Sclerotium
juga dihasilkan oleh T. koningii (Howell, rolfsii sebesar 70% dan 36% (Correa et al.,
2005). Harzianolide yang dihasilkan T. 1995).
harzianum dapat menghambat f. Diketopiperazines. Refisi yang
perkecambahan konidia dan mengklasifikasikan Gliocladium virens ke
klamidospora F. oxysporum (Sharma, dalam genus Trichoderma menyebabkan
2011), G. graminis, F. culmorum, F. daftar antibiotik yang dihasilkan oleh
moniliforme (Kucuk dan Kivan, 2004) dan anggota genus ini semakin luas dan
Cladosporium herbarum (Barbosa et al., mencakup diketopiperazines. Antibiotik
2001). yang dihasilkan oleh T. virens pertama kali
e. Peptaibols. Salah satu antibiotik yang diisolasi oleh Weindling dan Emerson
termasuk senyawa ini adalah peptide (1936), kemudian disebut sebagai
trichopolyns A dan B yang dihasilkan oleh gliotoksin (Weindling, 1941). Gliotoksin
T. polysporum dan mempunyai daya telah terbukti dapat menghambat
hambat terhadap perkembangan jamur pertumbuhan miselia, pembentukan
patogen dan bakteri gram positif (Fuji et sporangium, dan motilitas zoospora dari
al., 1978). Hasil ekstraksi jamur T. koningii beberapa spesies Phytophthora. Howell
menghasilkan 19-residu peptaibol (2003) melaporkan bahwa gliotoksin
t r i k o n i n g i n K AV d a n 1 1 - r e s i d u hanya diproduksi oleh strain tertentu
lipopeptaibols trikoningins KBI and KBII (yang disebut strain "Q") dalam T. virens.
(Auvin-Guette et al., 1993). Ketiganya Penelitian lebih lanjut menunjukkan
terbukti sangat aktif terhadap bakteri bahwa strain penghasil gliotoksin
gram positif Staphylococcus aureus tetapi memberikan penghambatan yang baik
tidak aktif terhadap gram negatif terhadap R. solani (Gambar 2).
Escherichia coli. Senyawa lain yang juga

Gambar 2. Mekanisme penghambatan antibiotik gliotoksin terhadap


R. solani (A), medium tanpa antibiotik gliotoksin (B)
(Howell, 2003).

78
Mekanisme antagonisme Thricoderma spp. terhadap beberapa patogen tular tanah

Antibiotik diketopiperazine gliovirin juga h. Steroids. Salah satu antibiotik yang


diproduksi oleh T. virens (Gambar 3), termasuk senyawa tersebut yaitu viridin
tetapi tidak oleh strain yang memproduksi (Brian dan McGowan, 1945 cit. Chet et al.,
gliotoksin. Gliovirin yang diproduksi oleh 2005) yang pertama kali diisolasi dari T.
jamur strain "P" sangat toksik terhadap P. viride dan mempunyai kemampuan
ultimum, dan strain "P" adalah agen menghambat perkecambahan spora
pengendalian hayati yang lebih efektif terhadap beberapa jamur. Kombinasi
dibandingkan strain "Q" (Howell, 2005). viridin dengan gliotoksin terbukti mampu
g. Sesquiter penes. Metabolit carotane menekan penyakit black scurf yang
sesquiterpene CAF-603 dihasilkan oleh T. disebabkan R. solani pada kentang.
virens dan memiliki aktivitas antibiotik Viridin juga dapat menekan secara
(Watanabe et al., 1990). T. virens juga langsung pertumbuhan R. solani dan P.
menghasilkan heptelidic acid bersama ultimum serta perkecambahan sklerotia
dengan T. viride dan T. koningii. Metabolit dari Sclerotium rolfsii. Pada jalur prekursor
ini juga telah terbukti memiliki aktivitas viridian dapat dihasilkan produk akhir
antibiotik terhadap beberapa jenis bakteri bernama viridiol.
anaerob, jamur P. ultimum dan R. solani
dengan cara menghambat biosintesis
kolesterol.

Gambar 3. Mekanisme penghambatan antibiotik gliovirin T. virens terhadap Pythium


ultimum (A). T. virens dengan antibiotik gliovirin mutan (B). (Howell, 2003).

Mekanisme parasitisme merupakan Fusarium sp. (Lumsden et al., 1992 cit. Chet et
fenomena menarik yang berperan penting al., 2005) dan Sclerotium rolfsii (Widyastuti et al.,
d a l a m p r o s e s p e n ge n d a l i a n h aya t i . 2003) dan hasilnya menunjukkan Trichoderma
Trichoderma sp. biasanya menggunakan sp. secara efektif dapat menekan pertumbuhan
mekanisme ini bersama mekanisme lain yaitu jamur patogen.
kompetisi dan antibiosis. Trichoderma spp. Menurut Baker dan Cook (1982), pada
telah diujikan terhadap beberapa patogen u m u m n ya m e k a n i s m e a n t a g o n i s m e
tanaman seperti Ganoderma sp. (Widyastuti et Trichoderma spp. dalam menekan patogen
al., 1998a), R. lignosus (Widyastuti dan yaitu sebagai mikoparasitik dan kompetitor
Sumardi. 1998; Widyastuti et al., 1998b; yang agresif. Awalnya, hifa Trichoderma spp.
Widyastuti et al., 2001), Rhizoctonia sp., tumbuh memanjang, kemudian membelit dan

79
Warta Perkaretan 2013, 32(2), 74 - 82

mempenetrasi hifa jamur inang (Gambar 4) menembus dinding sel inang, Trichoderma sp.
sehingga hifa inang mengalami vakoulasi, lisis juga menghasilkan antibiotik seperti gliotoksin
dan akhirnya hancur. Menurut Harjono dan dan viridian. Widyastuti (2006) cit.
Widyastuti (2001), Trichoder ma spp. Hadisudarmo (2009) menguji tiga spesies
melakukan penetrasi ke dalam dinding sel Trichoderma terhadap patogen Ganoderma
inang dengan bantuan enzim pendegradasi pilippii yang diisolasi dari berbagai macam
dinding sel yaitu kitinase, glukanase, dan pohon dan hasilnya menunjukkan bahwa T.
protease, selanjutnya menggunakan isi hifa reesei paling efektif sebagai mikoparasit diikuti
inang sebagai sumber makanan. Pada saat oleh T. koningii dan T. harzianum.
melilit dan menghasilkan enzim untuk

Gambar 4. Mekanisme mikoparasit oleh Trichoderma spp. terhadap R. solani.


(Howell, 2005).

Baker dan Cook (1982) melaporkan bahwa 2. Satu mekanisme penghambatan yang
T. harzianum dan T. hamatum bertindak sebagai dimiliki Trichoderma spp. tidak dapat
mikoparasit terhadap jamur R. solani dan S. beker ja sendiri untuk menghasilkan
rolfsii dengan menghasilkan enzim -(1,3) penghambatan yang signifikan. Konsep
glukanase dan kitinase yang menyebabkan pengendalian penyakit dengan agen hayati
eksolisis pada hifa inang. Selain itu, T. tersebut akan berhasil jika terdapat
keseimbangan antar faktor yang
hamatum juga menghasilkan enzim selulase
mempengaruhi.
sehingga menambah kemampuannya sebagai 3. Mekanisme antagonisme yang dimiliki oleh
mikoparasit pada jamur Phytium spp. Laporan Trichoderma spp. berpotensi besar sebagai
lain menunjukkan kombinasi kedua enzim - pengendali patogen tular tanah R.
(1,3) glukanase dan kitinase meningkatkan microporus penyebab penyakit jamur akar
kemampuan mengkoloni sklerotium (Elad et putih.
al., 1980). Baker dan Cook (1982) juga
menyatakan bahwa enzim -(1,3) glukanase Daftar Pustaka
dihasilkan oleh jamur T. koningii dan mampu
menghancurkan miselia Sclerotinia sclerotiorum. Auvin-Guette, C., S. Rebuffat, I. Vuidepot, M.
Massias and B. Bodo. 1993. Structural
Kesimpulan elucidation of trikoningins KA and KB,
Peptaibols from Trichoderma koningii. J.
1. Mekanisme antagonisme Trichoderma spp. Chem. Soc., Perkin Trans. 1: 249 255.
melalui kompetisi terhadap tempat tumbuh
dan nutrisi, antibiosis, dan parasitisme.

80
Mekanisme antagonisme Thricoderma spp. terhadap beberapa patogen tular tanah

Baker, K. F. dan R. J. Cook. 1982. Biological Faull, J. L, K. A. Graeme-Cook, and B. L.


control of plant pathogens. The American Pilkington. 1994. Production of an
Phytopathology Society. Minnessota isonitrile antibiotic by an UV-induced
Fravel. mu t a n t o f Tr i c h o d e r m a h a r z i a n u m .
Barbosa, M. A. G., K. G. Rehn, M. Menezes, Phytochemistry. 36 (5):1273-1276.
and R. de L.R. Mariano. 2001. Antagonism Freeman, S, D. Minz, I. Kolesnik, O. Barbul,
of Trichoderma species on Cladosporium A. Zveibil, M. Maymon, Y. Nitzani, B.
herbarum and their enzimatic Kirshner, D. Rav-David, A. Bilu, A. Dag, S.
characterization. Brazilian Journal of Shafir, and Y. Elad. 2004. Trichoderma
Microbiology 32 : 98 - 104. biocontrol of Colletotrichum acutatum and
Broov, J. 2004. Mycoparasitic fungi Botrytis cinerea and survival in strawberry.
Trichoderma spp. in plant protection. Plant European Journal of Plant Pathology 110:
Protect. Sci. 40 (2) : 6374. 361370.
Calvet, C, J. Pera, and J. M. Barea. 1990. Fuji, K., E. Fujita, Y. Takaishi, T. Fujita, I.
Interactions of Trichoderma spp. with Arita, M. Komatsu, and N. Hiratsuka.
Glomus mosseae and two wilt pathogenic 1978. New antibiotics, trichopolyns A and
fungi. Agriculture, Ecosystems and B: isolation and biological activity.
Environment 29 (1 4) : 59 65. Experientia 34:237239.
Chet, I., N. Benhamou, and S. Haran. 2005. Grosclaude, C., J. L. Ricard, and B. Dubos,
Mycoparasitism and lytic enzymes. In 1973 Inoculation of Trichoderma viride
Harman, G. E. and C. P. Kubicek (Eds), spores via pruning shears for biological
Trichoderma and Gliocladium enzymes control of Stereum purpureum on plum tree
biological control and commercial wounds. Plant Dis. Rep. 57: 2528.
applications Volume 2. Taylor and Francis. Hadisudarmo, P. 2009. Biologi tanah: kajian
London. p e n ge l o l a a n t a n a h b e r wawa s a n
Claydon, N., M. Allan, J. R. Hanson, A. G. Avent. lingkungan. Galang Press, Yogyakarta.
1 9 8 7 . A n t i f u n g a l a l k y l py r o n e s o f Hajieghrari, B., M. Torabi-Giglou, M. R.
Trichoderma harzianum. Transactions of the Mohammadi, and M. Davari. 2008.
British Mycological Society. 88 (4) : 503 Biological potential of some Iranian
513. Trichoderma isolates in the control of soil
Correa, A., S. Rebuffat, B. Bodo, M. F. borne plant pathogenic fungi. African
Roquebert, J. Dupont, and L. Bettucci. Journal of Biotechnology 7 (8) : 967 - 972.
1995. In vitro inhibitory activity of Har jono and S. M. Widyastuti. 2001.
trichorzianines of Sclerotium rolfsii Sacc. Antifungal activity of purified
Crypt. Mycol. 16:185190. endochitinase produced by biocontrol
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Luas agent Trichoderma reseei againsts Ganoderma
areal dan produksi perkebunan seluruh philippii. Pakistan J. Biol. Sc. 4 (10) : 1232 -
indonesia menur ut pengusahaan. 1234.
<www.ditjenbun.go.id>. Diakses tanggal Howell, C. R. 2003. Mechanisms employed by
23 Januari 2013. Trichoderma species in the biological control
Elad, Y., I. Chet, and J. Katan. 1980. of plant diseases: the history and evolution
Trichoderma harzianum: a biocontrol agent of current concepts. Plant Disease 87 (1) : 4-
effective against Sclerotium rolfsii and 10.
Rhizocionia solani. Phytopathology 70:119- Howell, C. R. 2005. The role of antibiosis in
121. biocontrol. In Harman, G. E. and C. P.
Elad, Y and Y. Hadar. 1981. Biological Control Kubicek (Eds). Trichoderma and Gliocladium
of Rhizoctonia solani by Trichoderma enzymes biological control and commercial
harzianum in Carnation. Plant Disease 65 : applications Vol 2. Taylor and Francis,
675-677. London.

81
Warta Perkaretan 2013, 32(2), 74 - 82

Jayasuriya, K. E. and B. I. Thennakoon. 2007. Watanabe, N., M. Yamagishi, T. Mizutani, H.


Biological control of Rigidoporus Kondoh, S. H. Omura, H. Anada, and K.
Microporus, the cause of white root disease Ku s h i d a . 1 9 9 0 . C A F 6 0 3 : A n e w
in rubber. Cey. J. Sci. (Bio. Sci.) 36 (1): 9 antifungal carotane sesquiterpene: isolation
16. and structure elucidation. J. Nat. Prod. 53:
Koch, E. 1999. Evaluation of commercial 11761181.
products for microbial control of soil-borne Widyastuti, S. M. 2006. The biological control
plant diseases. Crop Protection 18 (2) : 119 of Ganoderma root rot by Trichoderma.
125. ACIAR Proceedings No. 124.
Kucuk, C. and M. Kivan. 2004. In vitro Widyastuti, S. M. and Sumardi. 1998.
antifungal activity of strains of Trichoderma Antagonistic potential of Trichoderma spp.
harzianum. Turk J. Biol 28 : 111 - 115. against root rot pathogens of tree species.
Lumsden, R. D., J. F. Walter and C. P. Baker. Asian J. Sust. Agric. 1 (2) : 1-8.
1996. Development of Gliocadium virens for Widyastuti, S. M., Sumardi, A. Sulthoni dan
damping-off disease control. Can. J. Plant Harjono. 1998a. Pengendalian hayati
Pathol 18 : 463 468. penyakit akar merah pada akasia dengan
Mohiddin, F. A., M. R. Khan, S. M. Khan and Trichoderma spp. J. Perlind. Tan. Indon. 4
B.H. Bhat. 2010. Why Trichoderma is (2) : 65-72.
considered super hero (super fungus) Widyastuti, S. M., Sumardi, dan N. Hidayati.
against the evil parasites ? Plant Pathology 1998b. Kemampuan Trichoderma spp untuk
Journal 9 : 92 - 102. pengendalian hayati fungi akar putih pada
Nandris, D., M. Nicole, and J. P. Geiger. 1987. Acacia mangium secara in vitro. Bull.
Root rot diseases. Plant Disease 71 (4) : 298
Kehutanan 36 : 24-38.
306.
Widyastuti, S. M., Sumardi, dan P. Sumantoro.
Omorusi, V. I., E. E. Omo-Ikerodah, and M. U.
B. Mokwunye. 2011. Evaluation of effect of 2001. Efektivitas Trichoderma spp. sebagai
antagonistic fungi and arbuscular pengendali hayati terhadap tiga patogen
mycorrhizal fungi (AMF) on incidences of tular tanah pada beberapa jenis tanaman
some disease of Hevea brasiliensis (Muell. kehutanan. J. Perlind. Tan. Indon. 7 (2) : 98-
Arg). Nature and Science 9 (12):151-154. 107.
Rajeswari, P. and B. Kannabiran. 2011. In vitro Widyastuti, S. M., Harjono, Sumardi, and D.
effects of antagonistic microorganisms on Yuniarti. 2003. Biological control of
Fusarium oxysporum [Schlecht. Emend. Sclerotium rolfsii damping-off with three
Synd and Hans] infecting Arachis hypogaea isolates of Trichoderma spp. Online J. Biol.
L. Journal of Phytology 3(3): 83-85. Sc. 3 (1) : 95-102.
Sharma, P. 2011. Complexity of Trichoderma- Weeden, C. R., A. M. Shelton and M. P.
Fusarium interaction and manifestation of Hoffmann. 2008. Biological control: a
biological control. Australian Journal Crop guide to natural enemies in North America.
Science 5 (8) : 1027 1038. < www.plant-health.co.za>. Diakses tanggal
Semangun, 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman 22 Januari 2013.
Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada We i n d l i n g , R . 1 9 4 1 . E x p e r i m e n t a l
University Press, Yogyakarta. consideration of the mold toxins of
Sivan, A. and I. Chet. 1986. Biological control Gliocladium and Trichoderma.
of Fusarium spp. in cotton, wheat and Phytopathology 31:9911003.
muskmelon by Trichoderma harzianum. Weindling, R. and O. H. Emerson. 1936. The
Journal of Phytopathology 116 : 39 47. isolation of a toxic substance from the
Y. Strashnov,Y. Elad, A. Sivan, Y. Rudich, and I. culture filtrate of Trichoderma.
Chet. 1985. Control of Rhizoctonia solani Phytopathology 26:10681070.
fruit rot of tomatoes by Trichoderma
harzianum Rifai. Crop Protection 4 (3) :
359364.

82

You might also like