You are on page 1of 10

OPTIMASI PENYERAPAN ION LOGAM Pb2+ DALAM LARUTAN

Pb(NO3)2 MENGGUNAKAN ADSORBEN ARANG BIJI SALAK SECARA


SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

OPTIMAZION ADSORPTION OF METAL ION Pb2+ IN SOLUTION


Pb(NO3)2 USING ADSORBENT SALAK SEED CHARCOAL
BY ATOMIC ADSORPTION SPECTROSCOPY (AAS)
Maya Saraswati, Bekti Nugraheni.
Program Studi D-3 Anafarma Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi YAYASAN
PHARMASI
ABSTRAK
Ion logam Pb2+ merupakan salah satu logam berat yang banyak mencemari
perarian dan menimbulkan efek seperti gangguan kesehatan, kerusakan otak,
gagal ginjal, anemia, gangguan janin pada ibu hamil dan masalah serius pada
perkembangan anak-anak. Biji Salak diketahui mengandung selulosa yang dapat
dibuat arang sehingga dapat digunakan sebagai adsorben untuk menurunkan kadar
logam berat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kondisi optimum dari
biji salak dalam menyerap ion logam Pb2+ dalam larutan Pb(NO3)2 dengan
parameter konsentrasi larutan, lama pengadukan dan pH larutan. Metode yang
digunakan untuk mengukur kadar logam Pb menggunakan Spektroskopi Serapan
Atom (SSA). Hasil penelitian ini menunjukkan adsorben biji salak mampu
menurunkan ion logam Pb2+ dalam larutan Pb(NO3)2 dengan kondisi optimum
pada konsentrasi 100 ppm dengan penurunan sebanyak 97,22%; pada variasi lama
pengadukan optimum pada 90 menit dengan penyerapan sebanyak 96,26%; serta
pada variasi pH larutan ion logam optimum pada pH 6 dengan penyerapan
sebanyak 95,59%.

Kata kunci : adsorben, biji salak, ion logam Pb2+, larutan Pb(NO3)2, SSA.

ABSTRACT

Pb2 + metal ion is one of the most heavily polluting metals and cause health
damage such as brain damage, kidney failure, anemia, fetal disorders in pregnant
women and serious problems with children's growth. Salak seeds known contain
cellulose that can be made charcoal so it can be used as an adsorbent to reduce
heavy metal content. The purpose of this research is to know the optimum
condition of salak seed in absorbing Pb2 + metal ion in solution of Pb(NO3)2 with
parameter of concentration, stirring time and pH of solution. The method used to
measure Pb metal content using Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). The
results of this study showed that salak seed adsorbent able to decrease Pb 2+ metal
ion in Pb(NO3)2 solution with optimum condition at concentration 100 ppm with
adsorption 97.22%; optimum stirring duration at 90 minutes with absorption
96.26%; and optimum pH variation at pH 6 with absorption 95.59%.
Keywords: adsorbent, salak seed, Pb2+ metal ion, Pb(NO3)2 solution, AAS.
PENDAHULUAN
Polusi lingkungan merupakan salah satu isu yang dihadapi kehidupan
masyarakat. Sebagai contoh pembuangan limbah industri yang mengandung
timbal, tembaga, kadmium, dan kromium di mana limbah tersebut dapat
mengkontaminasi sumber air bawah tanah dan menyebabkan polusi yang sangat
serius (Akhmad, 2015). Logam berat Pb memiliki dampak terhadap kesehatan
seperti mengganggu sistem syaraf dan kecerdasan, efek sistemik seperti mual,
muntah serta merusak fungsi organ lainnya (Parsa, 2001).
Untuk mengurangi pencemaran logam berat Pb terutama di perairan maka
diupayakan salah satu cara yaitu dengan proses adsorpsi. Proses adsorpsi selama
ini menggunakan adsorben seperti silika gel, alumina, karbon aktif dan zeolit.
Adsorben tersebut cukup baik untuk melakukan adsorpsi namun masih memiliki
kekurangan dalam hal nilai ekonomis (Junaedi, 2015). Untuk itu diperlukan
penelitian untuk dapat menemukan adsorben yang mampu menyerap logam berat
dengan baik namun juga ekonomis. Biji salak merupakan salah satu adsorben
yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut karena memiliki kemampuan
adsorbsi yang baik dan biji salak merupakan limbah yang tidak dimanfaatkan
(Kusumo,2012).
Biji salak memiliki struktur dinding sel yang kaku yang tersusun dari
senyawa selulosa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Afrizal (2008),
diketahui bahwa kayu dan komponennya, seperti selulosa, lignin, hemiselulosa,
dan sebagainya, telah digunakan dalam industri penjernihan air untuk
menghilangkan logam berat seperti Cu(II), Pb(II), Cd(II), Cr(III) dan sebagainya.
Penelitian yang dilakukan oleh Safrianti dkk. (2012) dan Wardalia (2016)
membuktikan bahwa kandungan selulosa dalam sekam padi mampu menurunkan
kadar logam timbal.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan upaya untuk
mengurangi kadar logam berat Pb karena dapat bersifat toksik jika melampaui
ambang batas. Perlu dilakukan penelitian tentang optimasi penyerapan ion logam
Pb2+ dalam larutan Pb(NO3)2 menggunakan adsorben arang biji salak secara
spektrofotometri serapan atom (SSA).
METODE PENELITIAN
Objek penelitian yang digunakan adalah optimasi penyerapan ion logam
Pb2+ dalam larutan Pb(NO3)2 menggunakan adsorben arang biji salak
menggunakan alat spektrofotometri serapan atom (SSA). Sampel dalam penelitian
ini adalah biji salak yang telah dibersihkan dan dibuat menjadi adsorben dengan
teknik sampling random acak sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi
secara acak berdasarkan frekuensi probabilitas semua anggota populasi.
Variabel bebas dalam penelitian kali ini adalah arang biji salak. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah optimasi konsentrasi menggunakan larutan
Pb(NO3)2 dengan variasi konsentrasi 40; 60; 80; 100; dan 120 ppm, optimasi lama
pengadukan menggunakan hasil optimasi konsentrasi dari larutan Pb(NO3)2
dengan variasi waktu 0; 30; 60; 90; dan 120 menit dan optimasi pH menggunakan
hasil optimasi konsentrasi dari larutan Pb(NO3)2 dan hasil optimasi lama
pengadukan dengan variasi pH yang digunakan adalah 4 ; 5 dan 6. Variabel
kontrol dalam penelitian ini adalah metode preparasi sampel yaitu pembuatan
adsorben biji salak dengan menggunakan suhu pengarangan 2500C selama 2,5
jam, massa adsorben yang digunakan adalah 0,5 gram dan volume larutan
Pb(NO3)2 yang digunakan yaitu 10,0 mL.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
BAHAN
Biji salak yang dibuat menjadi adsorben, Larutan Pb(NO 3)2, aqua DM, Larutan
Asam Nitrat (p) 0,1 N, metanol, larutan NaOH 5%, kertas whatman no.42.
ALAT
Spektrofotometer serapan atom tipe PinAAcle 900F, Neraca digital, neraca
analitik, labu takar 10,0 ml; 100,0 ml, erlenmeyer 250 ml, beaker glass 250 ml,
pipet tetes, pipet volume 10,0 ml, corong kaca, kurs porselen, shaker batch,
ayakan nomor 120 mesh, pH meter, batang pengaduk, botol vial 15 mL.
CARA KERJA
Pembuatan Adsorben Biji Salak
Biji salak dipisahkan dari buahnya lalu dicuci dengan air sampai bersih
dan dijemur di bawah terik matahari hingga kering. Biji salak yang telah kering
dihaluskan dengan cara dilakukan penggilingan menjadi serbuk. Serbuk biji salak
yang diperoleh dicuci menggunakan metanol dan aqua DM sampai diperoleh
filtrat yang tidak berwarna. Setelah bersih kemudian diarangkan pada suhu 250C
selama 2,5 jam. Arang biji salak diayak dengan pengayak no 120 dengan ukuran
partikel 125 m. Lalu arang yang dihasilkan disimpan untuk digunakan dalam
proses adsorbsi logam berat.
Optimasi Konsentrasi Terhadap Penyerapan Ion Logam Pb2+
Pembuatan larutan baku utama Pb(NO3)2 1000 ppm kemudian diencerkan
untuk mendapatkan konsentrasi 40, 60, 80,100 dan 120 ppm dari larutan tersebut
yang kemudian digunakan untuk optimasi konsentrasi. Selanjutnya adsorben biji
salak ditimbang masing-masing 0,5 gram lalu dimasukkan dalam erlenmeyer 250
mL dan ditambahkan larutan Pb(NO3)2 sebanyak 10,0 mL pada variasi konsentrasi
40, 60, 80, 100, dan 120 ppm. Larutan kemudian dishaker selama 30 menit lalu
disaring dengan kertas saring whatman no.42 dan filtrat yang dihasilkan
ditampung pada labu takar 10,0 mL dan ditepatkan volumenya hingga 10,0 ml
dengan aqua DM. Larutan kemudian dimasukkan dalam vial dan ditambah 1 tetes
HNO3 0,1 N dan diukur kadarnya dengan SSA pada panjang gelombang Pb
maksimal 283,31 nm.
Optimasi Lama Pengadukan Terhadap Penyerapan Ion Logam Pb2+
Adsorben ditimbang masing-masing 0,5 gram dan dimasukkan dalam
Erlenmeyer 250 mL. kemudian ditambahkan larutan ion logam Pb(NO3)2 dengan
konsentrasi optimum berdasarkan pengukuran sebelumnya yaitu 100 ppm
sebanyak 10,0 mL ke dalam erlenmeryer. Larutan dishaker masing-masing selama
0 ; 30 ; 60; 90; dan 120 menit kemudian disaring dengan kertas whatman no.42
dan filtrat yang dihasilkan ditampung dalam labu takar 10,0 mL dan ditepatkan
volumenya sampai 10,0 mL dengan aqua DM. Larutan kemudian dimasukkan
dalam vial dan ditambah 1 tetes HNO 3 0,1 N dan diukur dengan SSA pada
panjang gelombang Pb maksimal 283,31 nm.
Optimasi pH Terhadap Penyerapan Ion Logam Pb2+
Adsorben ditimbang masing-masing 0,5 gram dimasukkan dalam
erlenmeyer 250 ml selanjutnya ditambahkan 10,0 mL larutan Pb(NO 3)2 dengan
konsentrasi optimum yaitu 100 ppm yang masing-masing sudah dikondisikan
pHnya menjadi pH 4, 5, dan 6 kemudian dilakukan pengadukan dengan shaker
sesuai dengan hasil optimasi lama pengadukan yaitu 90 menit. Larutan kemudian
disaring dengan kertas whatman no.42 dan ditampung dalam labu takar 10,0 mL
dan ditepatkan volumenya sampai 10,0 mL dengan aqua DM lalu ditambah 1 tetes
HNO3 0,1 N dan diukur dengan SSA pada panjang gelombang Pb maksimal
283,31 nm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Preparasi sampel adsorben arang biji salak dilakukan dengan cara
memisahkan biji salak dari buahnya kemudian dikeringkan untuk menghilangkan
kadar air di dalam biji salak. Kadar air di dalam biji salak harus dihilangkan
karena adanya air dapat mengurangi daya adsorbsi adsorben arang biji salak. Pada
proses pencucian digunakan metanol dan aqua DM yang berfungsi melarutkan
pengotor yang bersifat polar dan non polar sehingga diperoleh serbuk biji salak
yang bebas kontaminan (Aji dan Kurniawan,2012). Adsorben arang biji salak
dibuat melalui proses karbonisasi biji salak dalam muffle furnace pada suhu 250oC
selama 2,5 jam. Besarnya suhu yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhasni (2014) yang menyatakan bahwa
penggunaan suhu proses karbonisasi di atas 250oC menyebabkan hasil adsorben
yang didapat semakin kecil. Tujuan dari karbonasi serbuk biji salak untuk
menghilangkan zat-zat yang mudah menguap dan memberikan pori-pori pada
adsorben (Hendra, 2008). Setelah didapat arang biji salak kemudian dilakukan
pengayakan untuk memperoleh adsorben dengan ukuran dan luas permukaan yang
sama sehingga dapat mempermudah dalam proses penyerapan ion logam Pb 2+.
Ukuran adsorben mempengaruhi proses adsorbsi, semakin luas permukaan
adsorben maka semakin banyak zat yang teradsorpsi. Luas permukaan adsorben
ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben (Syauqiah dkk, 2011).
Setelah dilakukan pengayakan adsorben arang biji salak dapat digunakan untuk
proses optimasi konsentrasi, lama pengadukan, dan pH terhadap penurunan ion
logam Pb2+.

Optimasi konsentrasi pada penurunan ion logam Pb2+ dilakukan dengan


menggunakan larutan Pb(NO3)2 dengan konsentrasi 40; 60; 80; 100; dan 120 ppm.
Pada setiap konsentrasi digunakan adsorben biji salak dengan berat masing-
masing 0,5 gram, lama pengadukan yang digunakan adalah 30 menit dan volume
larutan 10,0 mL. Hasil yang diperoleh dari optimasi konsentrasi dapat dilihat pada
gambar 1.

Gambar 1.Optimasi konsentrasi larutan ion logam dalam % penyerapam ion logam Pb2+

Berdasarkan hasil yang diperoleh, kondisi optimum penyerapan ion logam Pb2+
oleh adsorben biji salak terjadi pada konsenrtrasi 100 ppm dengan penyerapan
97,22%. Pada konsentrasi 40 ppm hingga 100 ppm diduga terjadi persaingan
adsorbsi antara air dengan ion logam. Berdasarkan penelitian Anne and Lennart,
(2004) diketahui bahwa material lignoselulosa menyerap air pada gugus hidroksil.
Pada konsentrasi 120 ppm terjadi penurunan, hal ini terjadi karena pada
konsentrasi yang lebih tinggi, jumlah ion logam dalam larutan tidak
sebanding dengan jumlah sisi aktif pada adsorben arang biji salak yang
tersedia sehingga permukaan biji salak akan mencapai titik jenuh dan
efisiensi penyerapan pun menjadi menurun (Refilda dkk, 2001).
Optimasi Lama Pengadukan Terhadap Penyerapan Ion Logam Pb2+
bertujuan untuk memperoleh waktu yang paling baik atau paling optimum
dalam proses adsorpsi ion logam Pb 2+ oleh absorben biji salak. Konsentrasi
larutan Pb(NO 3)2 yang digunakan dalam optimasi lama pengadukan adalah
konsentrasi yang sudah optimum yaitu 100 ppm sebanyak 10,0 mL. Variasi
lama pengadukan yang digunakan adalah 0 menit, 30 menit, 60 menit, 90
menit dan 120 menit. Proses pengadukan menggunakan alat shaker batch.
Hasil pengukuran dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Optimasi lama pengadukan ion logam dalam penyerapam ion logam Pb2+

Dari hasil percobaan diperoleh lama pengadukan yang paling optimum pada
waktu 90 menit dengan penyerapan ion logam Pb2+ sebesar 96,26%. Pada lama
pengadukan 0 menit hingga 90 menit terjadi peningkatan, peningkatan yang
terjadi kemungkinan karena gugus aktif dari adsorben biji salak belum mencapai
kejenuhan, artinya masih banyak sisi aktif adsorben arang biji salak yang belum
digunakan untuk mengadsorb ion logam Pb2+. Semakin lama waktu kontak, maka
semakin banyak logam yang teradsorpsi karena semakin banyak kesempatan
partikel adsorben untuk bersinggungan dengan logam. Hal ini menyebabkan
semakin banyak logam yang terikat didalam pori-pori karbon aktif (Erika, 2014).
Penurunan terjadi pada lama pengadukan 120 menit dengan penurunan sebesar
95,95%, hal ini dikarenakan permukaan aktif pada adsorben sudah cukup jenuh
sehingga tidak memungkinkan untuk menyerap adsorbat lebih banyak. Selain itu
jika waktu pengocokan atau lamanya pengadukan ditingkatkan lagi maka tidak
akan terjadi penambahan penyerapan secara signifikan (Pratiwi, 2014).
Pengaruh pH Terhadap Penyerapan Ion Logam Pb2+ dilakukan dengan
menggunakan hasil optimasi sebelumnya yaitu dengan berat adsorben biji salak
sebanyak 0,5 gram dan konsentrasi larutan ion logam Pb2+ 100 ppm sebanyak 10,0
mL serta lama pengadukan selama 90 menit. Variasi pH yang digunakan adalah
pada pH 4, 5, dan 6. Untuk mendapatkan variasi pH yang diinginkan dilakukan
penambahan NaOH 5% dan HNO3 1% sampai diperoleh pH yang diinginkan.
Optimasi pH larutan dilakukan karena pH dapat mempengaruhi gugus-gugus
fungsional dari dinding biomassa yang berperan aktif dalam proses penyerapan
logam berat. Selain itu, berpengaruh juga pada kelarutan dari ion logam dalam
larutan (Latifah dkk, 2013). Hasil optimasih pH dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 10. Optimasi pH dalam % penyerapan ion logam Pb2+

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pH mengalami peningkatan pada pH 4


sampai 6. Pada pH 4 dan pH 5 hasil yang didapat belum optimum karena pada pH
rendah penyerapan terhadap semua ion logam mengalami penurunan karena
permukaan adsorben dikelilingi oleh ion H+ (gugus fungsi yang terdapat pada
adsorben terprotonasi) sehingga menyebabkan terjadi tolak menolak antara
permukaan adsorben dengan ion logam, sehingga adsorpsinya pun menjadi rendah
(Sembiring, 2009). Pada pH 6 diperoleh kondisi pH yang optimum dengan
penyerapan ion logam Pb2+ sebanyak 95,59%. Sedangkan pada pH di atas 6
diduga penyerapan cenderung berkurang karena pada pH yang lebih tinggi
terdapat lebih banyak ion OH- sehingga ion-ion logam membentuk Pb(OH)2 dan
mulai mengendap yang mengakibatkan lebih sukar terjadinya penyerapan oleh
adsorben. (Latifah dkk, 2013).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Serbuk biji salak dapat menyerap ion logam Pb2+ dalam larutan Pb(NO3)2
2. Kapasitas optimum yang diperoleh dengan massa adsorben biji salak 0,5 gram
pada variasi konsentrasi ion logam adalah 100 ppm dengan penurunan sebesar
97,22 %; variasi lama pengadukan ion logam pada waktu 90 menit dengan
penurunan 96,26; variasi pH larutan ion logam pada pH 6 dengan persentase
penurunan 95,59%.
Saran
Saran yang dapat disampaikan penulis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan penyerapan
adsorben biji salak terhadap logam-logam lain seperti Cr, Cu, Ag, dan As.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan optimasi lain untuk
meningkatkan daya adsorbsi serbuk biji salak seperti massa adsorben, suhu
pemanasan, lama pemanasan, luas adsorben dan pH diatas 6 yaitu 7-12.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut penerapannya pada limbah industri.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dra. Erlita Verdia Mutiara, M.Si.,Apt.,
ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi YAYASAN PHARMASI Semarang. Bekti
Nugraheni, M.Sc., Apt., ketua Program Studi D-3 Analis Farmasi dan Makanan
YAYASAN PHARMASI Semarang serta sebagai dosen pembimbing. Achmad
Wildan, S.T., M.T., dosen penguji I yang telah memberikan kritik dan saran dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Mighfar Syukur, S.Si., M.Sc., dosen penguji II yang
telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2008. Selulosa Bakterial Nata de Coco Sebagai Adsorben pada Proses
Adsorpsi Logam Cr(III). Skripsi. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta
Aji, B.K., dan Kurniawan. 2012. Pemanfaatan Serbuk Biji Salak (Salacca zalacca)
sebagai Adsorben Cr(VI) dengan Metode Batch dan Kolom. Jurnal Sains
POMITS.1.(1): 1-6.
Akhmad, A., dan Iriany. 2015. Pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang Bulu
Sebagai Adsorben Untuk Menjerap Logam Kadmium (II) Dan Timbal (II).
Jurnal Teknik Kimia USU,Vol. 4,(3)
Anne-M.O., and Lennart, S. 2004. The association of water to cellulose and
hemicellulose in paper examined by FTIR spectroscopy. Carbohydrate
Research Elsevier.Volume 339. Issue 4: 813-818
Erika., M.G. 2014. Aplikasi Karbon Aktif Dari Cangkang Kelapa Sawit Dengan
Aktivator H3PO4 Untuk Penyerapan Logam Berat Cd dan Pb. Jurnal
Teknik Kimia USU.Vol. 3. No: 1
Hendra, R. 2008. Pembuatan Karbon Aktif dari Batu Bara. Skripsi. Depok:
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Junaedi, N.F. 2015. Pemanfaatan Arang Sekam Padi Sebagai Adsorben Untuk
Menurunkan Ion Logam Berat Dalam Air Limbah Timbal (Pb). Skripsi.
Makassar: Universitas Hasanudin
Kusumo, A. 2012. Kandungan Gizi Biji Salak (Salacca Edulis) Ditelaah dari
Berbagai Metode Pelunakan Biji. Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana
Latifah, R.N., Ernia, R., Yulianto, E.R., dan Pramono, E. 2013. Pemanfaatan
Keratin Bulu Ayam Sebagai Adsorpsi Ion Pb Dalam Limbah Tekstil.
Laporan Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Nurhasni, H., dan Nubzah S. 2014. Sekam Padi untuk Menyerap Ion Logam
Tembaga dan Timbal dalam Air Limbah. Valensi.Vol. 4.(1): 36-44
Parsa, K. 2001. Penentuan Kandungan Pb Dan Penyebaran di Dalam Tanah
Pertanian Disekitar Jalan Raya Kemenuh, Gianyar. Skripsi. Bali:
Universitas Udayana
Pratiwi, W. 2014. Pemanfaatan limbah kulit pisang kepok (musa paradisiaca
formatypica) sebagai biosorben logam merkuri (Hg). Skripsi. Palu:
Universitas Tadulako
Refilda, R.Z., dan Rahmayeni. 2001. Pemanfaatan Ampas Tebu Sebagai Bahan
Alternatif Pengganti Penyerap Sintetik Logam logam Berat Pada Air
Limbah. Skripsi. Padang: Universitas Andalas
Safrianti, I., Nelly, W., dan Titin, A.Z. 2012. Adsorpsi Timbal (II) Oleh Selulosa
Limbah Jerami Padi Teraktivasi Asam Nitrat: Pengaruh pH Dan Waktu
Kontak. Laporan Penelitian. Pontianak: Universitas Tanjungpura
Sembiring, Z., Buhani, Suharso, dan Sumadi. 2009. The Isothermic Adsorption Of
Pb(II), Cu(II) and Cd(II) Ions on Nannochloropsis sp Encapsulated by
Silica Aqua-Gel. Indo. J. Chem. 1-5
Syauqiah, I. 2011. Analisis Variasi Waktu dan Kecepatan Pengaduk Pada Proses
Adsorbsi Limbah Logam Berat Dengan Arang Aktif. Info Teknik. Vol. 12.
No.1: 104-109
Wardalia. 2016. Karakterisasi Pembuatan Adsorben Dari Sekam Padi Sebagai
Pengadsorp Logam Timbal Pada Limbah Cair. Skripsi. Serang: Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa

You might also like