You are on page 1of 9

Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN)

Jl. Tata Bumi No. 5 Yogyakarta


(FIT ISI) Tahun 2013 Telp. (0274) 587239, Fax (0274) 587138

Kajian Rehabilitasi Lahan


Dengan Aplikasi Analisa Citra Satelit dan GIS
untuk Mitigasi Bencana

Sri Sukmawati1, Wiwik Yunarni Widiarti2


1. Jur. T.. Sipil, Fak. Teknik Universitas Jember
2. Jur. T.. Sipil, Fak. Teknik Universitas Jember

srisukmawati67@gmail.com

Abstract
Land rehabilitation is the reconstruction of the disaster areas to support disaster mitigation , can be
carried out by the method of vegetative soil conservation . Rehabilitation and management of sloping
lands by means of utilizing the right plants as a means of conservation , according to the geographical
and topographical conditions This could be an alternative for land rehabilitation Glagahwero sub
watershed area , Panti district , Jember regency , which in 2006 experienced flash floods . From the study
before are known , flooding is caused due to erosive soils and land use change . The purpose of this study
was to determine the suitability of the area function and physiological condition of the plants for support
the rehabilitation process .
Primary data used is the 2008 Aster satellite imagery and other supporting data , such as soil type
maps, slope maps , maps of erosion , rainfall data and others. Analysis performed with Geographic
Information Systems ( GIS ) . The results of the study are known , the protected forest area , covering an
area of 1,000 ha that potentially critical and annual crop cultivation area covering 4200 ha , 50 % is
potentially critical . Rehabilitation efforts must be made , by vegetative conservation methods , the plant
is adapted by the area function and physiological conditions .
The study showed that , as erosion control on protected forest areas can be selected sengon laut
and kemlandingan . Teak , mahogany and sono keling for buffer zones and plant coffee , cacao ,
rambutan , durian , avocado , jackfruit , interspersed with salam and mahogany , for annual cultivation
area . As for the edge of the river , as the amplifier terrace , can be planted with bamboo , salak and
kaliandra .

Keywords : Citra Satelit, GIS , Mitigasi Bencana , Rehabilitasi Lahan

Pendahuluan tahun 2009 Nurul, dkk melakukan penelitian dan


menemukan perubahan pada kondisi topografi, tata
Pada Januari tahun 2006, di Kabupaten
guna lahan dan karakteristik Daerah Aliran Sungai
Jember, tepatnya di Daerah Aliran Sungai (DAS)
(DAS), sub DAS Glagahwero serta beberapa titik
Bedadung, Sub DAS Glagahwero kecamatan Panti,
longsor. Saran dari Nurul, dkk untuk segera
telah terjadi banjir bandang yang mengakibatkan
mengupayakan rehabilitasi lahan guna memperbaiki
kerusakan yang parah pada prasarana jalan, jembatan,
kondisi lingkungan di sekitar DAS dan sub DAS
bangunan pengairan dan daerah pemukiman (Kompas,
sebagai upaya pencegahan agar bencana itu tidak
3 Januari 2006), terutama pada lokasi dengan keadaan
terjadi lagi. Sri (2012) juga sudah mengkaji kondisi
topografi, geologi, morfologi, hidrologi dan
subDAS sebelum banjir tahun 2006. Menurut Sri,
klimatologi yang kurang menguntungkan. Menurut
banjir bandang terjadi karena lahan kritis, meski
penelitian yang dilakukan Wiwik (2008), kondisi
fungsi kawasan sudah ditanami dengan tanaman yang
topografi , klimatologi, jenis tanah, tata guna lahan
sesuai.
dan karakteristik pada Daerah Aliran Sungai (DAS),
Sub DAS Glagahwero cenderung bersifat erosif. Pada

www.stpn.ac.id | 1
Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN)
Jl. Tata Bumi No. 5 Yogyakarta
(FIT ISI) Tahun 2013 Telp. (0274) 587239, Fax (0274) 587138

Pencegahan dan penanggulangan bencana untuk mengelola lahan, sesuai dengan keadaan
membutuhkan manajemen yang tepat, dinamis , geografis dan topografinya setelah terjadi banjir
terpadu dan berkelanjutan. Mitigasi bencana, bandang tahun 2006. Tujuannya, memberi masukan
merupakan bagian dari manajemen bencana, yaitu kepada instansi dan pihak-pihak terkait tentang
proses pengumpulan dan analisa data bencana sebagai tanaman yang tepat dan luasannya, untuk mengelola
upaya untuk meminimalisir kerentanan dan bahaya lahan sesuai dengan keadaan geografis dan
terhadap suatu daerah. Untuk lebih jelasnya topografinya, sebagai upaya rehabilitasi lahan . Data
digambarkan sebagai berikut: yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Data primer adalah pengambilan data sampel, data
Kesiapan Bencana penggunaan lahan dan jenis tanaman di outlet Sub
Mitigasi
Bencana Terjadi DAS. Data sekunder yang diperlukan antara lain :
Citra satelit daerah penelitian, yaitu Citra Satelit Aster
Citra hasil pemotretan tanggal 10 Oktober 2008,
Pukul 02:52:58, data curah hujan tahun 2001-2010
Rekonstruksi yang diperoleh dari Dinas Pengairan, peta topografi
Penyelamatan
dan Penataan skala 1:25.000 dari BAKOSURTANAL, peta tata
dan Bencana
Kembali guna lahan, peta batas DAS dan jaringan sungai,
peta jenis tanah, , peta curah hujan, peta
geomorfologi dan peta kelerengan sub DAS
Rehabilitasi Glagahwero sesudah tahun 2006 (skala 1:25.000)
diperoleh dari Balai Pengelolaan DAS Sampean dan
dari hasil penelitian serta peta erosi Sub DAS
Sumber: Johanes Catur Wahyu Putranto, Modul Pelatihan Glagahwero sesudah tahun 2006
Tanggap Bencana)
Metodologi
Gambar 1. Alur Manajemen Bencana
Metode yang digunakan meliputi: metode
Proses rehabilitasi merupakan upaya pengumpulan data, yakni mengumpulkan data spasial
rekonstruksi dan penataan kembali daerah bencana data atribut dari instansi terkait, melalui studi literatur
untuk mendukung mitigasi bencana. Rehabilitasi (kepustakaan) dan studi katalog citra. Metode
lahan bisa dilakukan dengan metode konservasi tanah interpretasi dan analisa dilakukan untuk
vegetatif, yakni cara rehabilitasi dan pengelolaan menginterpretasi dan menganalisis kenampakan
lahan miring dengan memanfaatkan tanaman yang keruangan digitasi hasil interpretasi, dilakukan secara
tepat sebagai sarana konservasi. Cara rehabilitasi visual pada citra maupun pada peta-peta pendukung
dengan metode ini dipilh karena menurut tim kajian lainnya. Analisa ini didapat dengan mendeskripsikan
Yayasan Pengabdi Masyarakat, secara umum banjir segala kenampakan keruangan yang diperoleh dari
bandang disebabkan oleh beberapa faktor pokok, kegiatan interpretasi. Untuk memudahkan input data,
antara lain: topografi yang curam, hutan yang gundul, Sub DAS Glagahwero (Sub DAS Joyo) dibagi dalam
penutup tanah yang terbawa arus serta batuan bumi 88 grid berukuran 1000 m x 1000 m, dan analisa
yang lemah. Metoda vegetatif adalah metoda spasial menggunakan perangkat lunak ArcView 3.3.
konservasi dengan menanam berbagai jenis Penggunaan metode grid ini dilakukan dengan
tanaman seperti tanaman penutup tanah, tanaman mempertimbangkan perhitungan besarnya erosi yang
penguat teras, penanaman dalam strip, pergiliran akan dihitung kemudian dan memudahkan input data
tanaman serta penggunaan pupuk organik dan mulsa. berupa kemiringan lereng yang sangat bervariasi, di
Pengelolaan tanah secara vegetatif juga dapat samping juga menyesuaikan dengan grid dari analisa
menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air spasial (SIG).
karena bersifat memelihara kestabilan struktur tanah Interpretasi penggunaan lahan ini menggunakan
melalui sistem perakaran dengan memperbesar citra Aster dan mengacu pada sistem klasifikasi lahan
granulasi tanah, penutupan lahan oleh seresah dan menurut USGS (United State Geography System).
tajuk mengurangi evaporasi dan dapat meningkatkan Data ASTER menawarkan lebih banyak pilihan
aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan ketelitian spasial ( 60 m, 30 m, 15 m) dan lebih
peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar banyak ketelitian spectral, yang dapat meningkatkan
jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi. kualitas hasil klasifikasi.Untuk memudahkan proses
Fungsi lain daripada vegetasi berupa tanaman analisa (koreksi-koreksi dan overlay), dilakukan
kehutanan yang tak kalah pentingnya yaitu memiliki pembatasan wilayah penelitian dengan memotong
nilai ekonomi sehingga dapat menambah penghasilan Citra (cropping) menurut batasan daerah penelitian.
petani. Ini yang menjadi rumusan masalah dalam Selengkapnya bisa dilihat pada gambar 2.
penelitian, yakni apa tanaman yang tepat pada
masing-masing fungsi kawasan dan berapa luasan

www.stpn.ac.id | 2
Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN)
Jl. Tata Bumi No. 5 Yogyakarta
(FIT ISI) Tahun 2013 Telp. (0274) 587239, Fax (0274) 587138

Interpretasi dan Analisis Spasial hasil interpretasi,


yang meliputi analisis spasial penggunaan lahan,
erosi, kemiringan lahan, dan kriteria manajemen.
Overlay analisis spasial tutupan lahan, erosi,
kemiringan lahan, dan kriteria manajemen
menghasilkan analisis lahan kritis pada fungsi
kawasan tertentu. Untuk analisis fungsi kawasan
didapatkan dengan meng-overlay analisis spasial
Gambar 2. Citra Satelit Aster 2008 dan hasil Cropping kemiringan lereng, jenis tanah dan intensitas hujan,
Likasi Penelitian yang ditetapkan berdasarkan kriteria dan tata cara
penetapan hutan lindung dan hutan produksi seperti
Setelah dicropping, dilakukan koreksi
yang dijelaskan dalam SK Menteri Pertanian No. 837
radiometrik pada citra. Citra Aster dikoreksi
dan karakteristik fisik DAS yakni : kemiringan lereng,
menggunakan Citra Orthofoto Landsat+ETM7 yang
jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi dan
sudah terkoreksi, untuk menguji kelayakannya.
curah hujan harian rata-rata.. Selanjutnya
Selanjutnya koreksi geometrik, untuk mendapatkan
mengoverlay atau menumpang tindihkan analisis
data yang lebih teliti dari sisi planimetrik. Tujuan
fungsi kawasan, dan jenis tanaman yang sesuai, dapat
koreksi ini untuk melakukan georeferensi citra,
diketahui luasan fungsi kawasan dan tanaman yang
dengan cara mensuperposisi (overlay) dengan layer
sesuai untuk ditanam, sebagai upaya konservasinya.
GIS yang sudah tergeoreferensi atau sudah diketahui
koordinat dan sistem proyeksinya, misalnya jalan, Hasil dan Pembahasan/Diskusi
sawah, dan sebagainya, sehingga dihasilkan citra Lokasi Penelitian
yang mempunyai sistem koordinat dan skala yang
seragam. Citra inipun siap dimanipulasi bersama Penelitian ini dilakukan di Sub Daerah Aliran
dengan peta dalam system informasi geografis, untuk Sungai (DAS) Glagahwero (dalam Laporan
mandapatkan data spasial liputan lahan. Metode Monitoring dan Evaluasi Kinerja DAS Bedadung
Observasi Check Lapangan (field check), dilakukan oleh Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal
di lapangan dengan cara mengecek secara langsung di Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Balai
lapangan untuk mendapatkan ketelitian interpretasi Pengelolaan DAS Sampean, menyebutnya dengan
yang diharapkan. Ketelitian Interpretasi ini didapat Sub DAS Joyo) , sampai titik outlet di Kali Dinoyo,
dari survey lapangan dengan alat berupa tabel di DAS Bedadung Kabupaten Jember Propinsi Jawa
kesesuaian. yang berisikan titik lokasi hasil Timur, dengan luas daerah tangkapan air (catchment
interpretasi, lokasi survei dan koordinat. Titik survei, area) 8800 ha. Secara geografis daerah ini terletak
sebagai sampel diambil berdasarkan hasil interpretasi pada 80000 - 81500 LS dan 1133000 -
yang dinilai kurang meyakinkan oleh peneliti 1134500 BT (gambar 3)
sehingga perlu dilakukan cek lapangan. Nilai
keakuratan interpretasi dapat dihitung dengan
rumus (Campbell, 1983, Danoedoro, 2005 dalam
Rizky, 2008) :
JumlahKebenaranInterpretasi
Ketepa tan Interpretasi x100%
JumlahSampelLapangan
Gambar 3. Lokasi Peneloitian
Menurut Campbell (1983) dalam Danoedoro (2005 : Kondisi Klimatologi
154) yang dikutip Rizky (2008) menyebutkan bahwa
Kecamatan Panti merupakan daerah yang
nilai ambang akurasi keseluruhan adalah sebesar 85%.
beriklim basah. Tetapi di wilayah Sub DAS
Nilai tersebut digunakan sebagai nilai minimum
Glagahwero beriklim tropis yang dipengaruhi angin
untuk diterimanya suatu pemetaan
Muson. Rata-rata temperatur udara adalah 23C,
penutup/penggunaan lahan berbasis citra
kelembaban udara 89%, lama penyinaran matahari
penginderaan jauh. Setelah itu dilakukan uji statistik
65,71% dan kecepatan angin rata-rata 2,0 km/jam.
untuk mengetahui apakah ketelitian koreksi
Dalam 10 tahun terakhir, curah hujan rata-rata
radiometrik dapat diterima atau tidak, karena benar
1.950 mm/th. Curah hujan terendah 1.458 mm/th dan
atau tidaknya bentuk serta posisi obyek pada citra
tertinggi sebesar 2.425 mm/th. Intensitas hujan harian
dengan acuan bentuk dan posisi asli di lapangan atau
terbesar sebesar 17,750 mm/hari, yang terjadi di
di peta pada proyeksi tertentu menentukan kualitas
wilayah sub DAS bagian hulu di kecamatan Panti.
geometrik secara kuantitatif.
Hasil analisa intensitas curah hujan di daerah
Metode Analisis Deskriptif didapat dari
penelitian dapat dilihat pada gambar 4 dan tabel 1 di
penggabungan dua analisis yaitu Analisis Ketelitian
bawah ini.

www.stpn.ac.id | 3
Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN)
Jl. Tata Bumi No. 5 Yogyakarta
(FIT ISI) Tahun 2013 Telp. (0274) 587239, Fax (0274) 587138

Tabel 2. Jenis Tanah di sub DAS Glagahwero


Warna Jenis Tanah Luas
(Ha)
Andosol Dan Regosol Coklat 3200
Latosol Coklat Dan Regosol Kelabu 3700
Latosol Coklat Kemerahan Volkan 1900
Basis
Jumlah 8800

Gambar 4. Hasil Analisis Intensitas Curah Hujan


Tabel 1. Hasil Analisa Intensitas Curah Hujan

Kelas Luasan
Warna Curah Hujan
Hujan (Ha)

13.60 - 20.70
A
mm/hr 500
20.70 - 27.79
B
mm/hr 2900
27.70 - 34.80 Sumber : BP DAS Sampean 2009 dan Analisa ArcView 3.3
C
mm/hr 3300 Gambar 5. Hasil Analisa Jenis Tanah sub DAS
D > 34.80 mm/hr 2100 Glagahwero
Jumlah 8800 Koreksi Radiometrik dan Koreksi Geometrik
Sumber: BP DAS Sampean 2009 dan Analisa Koreksi radiometrik Citra Aster menghasilkan
ArcView 3.3 RMS error rata-rata sebesar 0.416 piksel. Hasil
rektifikasi layak ini untuk digunakan dalam proses
selanjutnya karena menurut Jaya (2006), nilai RMS
Kondisi Karakteristik DAS Error yang diijinkan tidak boleh lebih dari 0,5
Survey lapangan menunjukkan, kondisi sungai piksel.
di daerah penelitian mempunyai morfologi sungai Ketelitian koreksi radiometrik diketahui dengan
tidak beraturan, terutama di bagian hulu, terdapat melakukan uji statistik dari beberapa sampel titik
banyak anak sungai yang yang semuanya bermuara yang sama pada Citra dan peta referensi. Dari hasil
pada alur sungai Dinoyo, menyebar di kaki Gunung uji statiatik didapatkan, standart deviasi koordinat x
Kukusan dan merupakan daerah yang peka erosi. sebesar 0,614 m dan standart deviasi koordinat y
Bentuk aliran sungai Dinoyo dapat digolongkan sebesar 4,251 m. Kualitas ketelitian yang sama antara
dalam tipe menyebar. Setelah banjir tahun 2006, koordinat x dan koordinat y, ditunjukkan oleh hasil
banyak batuan-batuan besar yng ikut dalam longsoran, uji t. Dengan 95% selang kepercayaan selisih
memenuhi sungai Dinoyo. koordinat x dan y, berada pada selang -1,036
Jenis Tanah x y 4,630. Ini berarti t hitung lebih kecil dari
Laporan Monitoring dan Evaluasi Kinerja DAS t tabel, dan ketelitian koreksi radiometrik bisa
Bedadung, menyebutkan bahwa berdasarkan peta diterima.
tanah skala 1: 250.000 (1973) dan skala 1: 250.000 Pemetaan Tutupan Lahan
(1982) terbitan Lembaga Penelitian Tanah Bogor Peta Tutupan Lahan didapatkan dari interpretasi
pada Sub DAS Glagahwero DAS Bedadung di Jawa citra yang dilakukan, berdasarkan delapan unsur
Timur terdapat 3 jenis tanah, secara umum dapat interpretasi yaitu rona, bentuk, ukuran, pola,
dilihat pada tabel 2 dan gambar 5. bayangan, tekstur, situs dan asosiasi. Dari
unsur-unsur interpretasi citra yang digunakan,
dihasilkan 8 kelas tutupan lahan yaitu hutan, sawah,
semak belukar, kebun, ladang, pemukiman, dan awan.
Pengkelasan tersebut didasarkan pada pengambilan

www.stpn.ac.id | 4
Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN)
Jl. Tata Bumi No. 5 Yogyakarta
(FIT ISI) Tahun 2013 Telp. (0274) 587239, Fax (0274) 587138

data di lapangan dan obyek yang terlihat pada citra,


yang selanjutnya digunakan untuk training area
dalam klasifikasi citra. Klasifikasi citra dimaksudkan
untuk mengelompokkan atau melakukan segmentasi
terhadap kenampakkan yang homogen dengan
memasukkan piksel-piksel ke dalam kelas-kelas atau
kategori-kategori yang telah ditentukan berdasarkan
nilai kecerahan piksel yang bersangkutan. Metode
klasifikasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah klasifikasi terbimbing (supervised
classification) dimana analis perlu membuat area
contoh (training area) terlebih dahulu.
Klasifikasi dijital citra Aster 2008, pada daerah Gambar 7. Hasil Analisa Tutupan Lahan per Grid
penelitian menghasilkan 8 kelas tutupan lahan yaitu Tabel 4. Hasil Analisa Tutupan Lahan
hutan, kebun, ladang, pemukiman, sawah, semak
belukar, sungai , tanah kosong dan awan, yang
Warna Tingkat Tutupan Lahan Luasan (Ha)
masing-masing luasannya ditunjukkan dalam gambar
6 dan tabel 3 di bawah ini.
Jarang 1600
Rapat 900
Sangat Rapat 4200
Sedang 2100
Jumlah 8800
Sumber : Analisa Citra dan Analisa ArcView 3.3
Analisa Data Spasial Kemiringan Lereng
Dari peta kontur yang dihasilkan dari penelitian
Nurul dkk (2008), dan peta topografi skala 1:25.000
Gambar 6. Hasil Interpretasi Citra Satelit Aster
dari Bakosurtanal, kemiringan lereng per grid
Tabel 3. Klasifikasi Tutupan Lahan dihitung dengan persamaan :
N o. J en is T u tu p a n L a h a n L ua s (H a ) P ro s enta s e K n K n1
1 H u ta n 1 2 1 3 ,2 6 8 1 3 ,7 2 kemiringan x100%
2
3
K eb u n
L ad a ng
1 0 0 4 ,9 6 3
7 3 8 ,9 4 5
1 1 .3 7
8 ,3 6
(1000 2 1000 2 )
4 P em u k im an 6 4 2 ,5 3 3 7 ,2 7
5 Sa w ah 1 3 0 9 ,4 1 1 4 ,8 1 K n K n 1 adalah selisih kontur yang berurutan.
6 Se m ak b elu k ar 1 5 2 5 ,7 7 1 7 ,2 6 Pembagian kelas kemiringan lereng dilakukan
7. A w an 1 8 1 1 ,9 2 5 2 0 ,4 9
8. T an ah ko so n g 5 9 4 ,5 1 8 6 ,7 2 berdasarkan pedoman yang diberikan oleh
Ju m lah 8 8 4 1 ,3 3 2 100 Departemen Kehutanan. Direktorat Jendaral
S u m b er : H a s il In ter p reta s i citr a A ster 2 0 0 8
Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Untuk
Nilai akurasi dari klasifikasi dihitung menggunakan kelas datar, kemiringan <8%, landai 8% -15%, agak
matrik kesalahan (confusion matrik). Overall Curam, 16% - 25%, curam 26% - 40%, sangat
accuracy minimum atau tingkat ketelitian sebagai curam > 40%. Hasil analisa per grid dapat dilihat
kriteria utama klasifikasi tutupan lahan dengan pada gambar 8 dan tabel 5.
menggunakan penginderaan jauh, harus tidak kurang
dari 85%. Dan overall accuracy dalam penelitian
sebesar 87.902%.
Analisa Data Spasial Tutupan Lahan
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan
penampakan obyek pada prosentase penutupan tajul
pohon pada citra, penutupan lahan dibagi halam 5
kelas (Rizky, 2008), yaitu sangat rapat, rapat, sedang,
jarang dan sangat jarang. Hasil analisa kelas tutupan
lahan per grid dapat dilihat pada gambar 6 dan tabel 4
di bawah ini.
Gambar 8. Hasil Analisa Kemiringan Lereng per Grid

www.stpn.ac.id | 5
Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN)
Jl. Tata Bumi No. 5 Yogyakarta
(FIT ISI) Tahun 2013 Telp. (0274) 587239, Fax (0274) 587138

Warna Kelas Lereng Luasan (Ha) Analisa Data Spasial Fungsi Kawasan
Analisa fungsi kawasan, dilakukan dengan cara
Agak Curam 2300 mengoverlay hasil analisa kemiringan lereng, hasil
Sangat Curam 100 analisa intensitas hujan dan analisa jenis tanah (BP
Curam 1400
DAS Bedadung, 2009). Hasil analisa fungsi kawasan
Sub DAS Glagahwero menunjukkan bahwa, luas
Datar 3000 1.000 Ha, sebagai kawasan hutan lindung, 3.600 Ha
Landai 2000 kawasan penyangga dan 4.200 Ha, kawasan budidaya
Jumlah 8800 tanaman tahunan. kawasan lindung seluas 1.000
Ha, kawasan penyangga 3.600 Ha dan kawasan
budidaya tanaman tahunan seluas 4.200 Ha.
Tabel 5. Hasil Analisa Kemiringan Lereng Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 10 tabel 7.
Untuk mengetahui berapa luasan lahan kritis
Analisa Data Spasial Erosi pada masing-masing fungsi kawasan, dilakukan
overlay analisa data spasial tutupan lahan, erosi,
Perhitungan erosi dihitung dengan program kemiringan dan manajemen pengelolaan, dan
WEPP versi grid. Pemilihan metode ini mengikuti memberikan skor sesuai dengan pedoman lahan kritis
cara penelitian Wiwik (2008), agar dapat dihitung dan yang dikeliarkan oleh Departemen Kehutanan. Hasil
dibandingkan dengan mudah. Data yang diperlukan analisa lahan kritis dapat dilihat pada tabel 8.
sebagai input adalah data klimatologi, yaitu data
curah hujan dari tahun 2000 2010, data kemiringan
lereng, data juenis tanah dan data tanaman serta
pengolahan lahannya. Hasil perhitungan erosi dengan
WEPP versi grid selengkapnya, dapat dilihat pada
gambar 9 dan tabel 6.

Sumber : Analisa ArcView 3.3


Gambar 10. Hasil Analisa Fungsi Kawasan

Warna Fungsi Kawasan Luasan (Ha)


Sumber : Analisa ArcView 3.3

Kawasan Budidaya Tanaman


4200
Warna Tingkat Erosi Luasan (Ha) Tahunan

Kawasan Lindung 1000


Rendah 3400
Kawasan Penyangga 3600
Sedang 3500
Jumlah 8800
Tinggi 1600
Tabel 7. Hasil Analisa Fungsi Kawasan
Sangat Tinggi 300
Jumlah 8800
Gambar 9. Hasil Analisa Erosi per Grid
Tabel 6. Hasil Analisa Erosi

www.stpn.ac.id | 6
Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN)
Jl. Tata Bumi No. 5 Yogyakarta
(FIT ISI) Tahun 2013 Telp. (0274) 587239, Fax (0274) 587138

dipangkas, biji atau bagian vegetatif untuk


pembiakan mudah didapat/diperoleh, untuk tujuan
penghijauan, jenis-jenis pohon yang dipilih harus
Tabel 8. Tingkat Kekritisan pada Fungsi Kawasan disenangi oleh masyarakat. Karena itulah, maka
Fungsi Kawasan jenis-jenis yang direkomendasikan untuk dipilih
Tingkat Kawasan Kawasan Kawasan dengan persyaratan tumbuh adalah sebagai berikut :
Kekritisan Hutan Budidaya Lindung Sebagai Pengendali Erosi, dengan ciri : berakar
Lahan Lindung Pertanian non Hutan intensif dengan akar tunggang panjang, tumbuh cepat
Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) di waktu muda. Jenis pohon yang memenuhi syarat
Tidak Kritis 0 2.100 3.000 antara lain : Sengon laut (Paraseriathes falcataria),
Potensial Kritis 800 1.900 600 Waru gunung (Hibicus macrophyllus), Marmojo
Agak Kritis 200 1.200 0 (Indigofera galegoides), Gianti (Sesbania Sesban),
Kritis 0 0 0 Hapaan (Flemingia congesta), Kemlandingan
Sangat Kritis 0 0 0 (Leucaena glauca), Johar(Cassia siamea), Mindi
Sumber: Analisis ArcView 3.3 (Melia azedarach), Balsa (Ochroma bicolar),
Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa, pada Wungu/bungur (Lagerstroemia speciosa), Alingsem
kawasan hutan lindung seluas 1.000 Ha, menjadi (Homalium tomentosum), Eucalyps (Eucalyptus alba),
lahan yang potensial kritis hampir 100%, pada Laban (Vitex pubescens), Kemiri (Aleurites
kawasan bididaya tanaman tahunan, hampir 50% moluccana), Damar (Agthissp)
berpotensi kritis, sedang kawasan non hutan dapat Sebagai Pengendali Longsor, dengan ciri : berakar
dikatakan masih aman. Berdasarkan hal di atas maka kurang intensif, akar tunggang tumbuh cepat dan
upaya konservasi harus segera dilakukan, untuk dalam, pertumbuhan batang kurang cepat di waktu
mitigasi bencana. muda. Jenis pohon yang memenuhi syarat antara lain :
Analisa Jenis Tanaman Tekik (Albizzia lebeck), Pilang (Acocia
Leucophlocea), Asem (Tamaridus indica), Tajuman
Analisa jenis tanaman yang sesuai dilakukan (Bauhinia malabarica), Trrengguli (Cassia fistula),
dengan memperhatikan kemiringan lereng, jenis Sono keling (Dalbergia latifolia), Sono kembang
tanah, curah hujan dan fungsi kawasannya. (Pterocarpus indicus), Sono sisso (Dalbergia sisso),
Menurut Rita Hanafie, berdasarkan kemiringan Mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla), Rengas
lerengnya, lahan dibedakan kemiringannya menjadi (Gluta rengas), Kesambi (Chleichera oleosa), Jati
4 (empat) yakni : Lahan dengan lereng 0 3% , datar, (Ttectona grandis)
termasuk rawa-rawa, untuk tanaman padi atau kebun Tanaman pohon buah-buahan/pertanian yang
kelapa. Lahan dengan lereng 3 8% , baik untuk dianjurkan untuk pengawetan tanah dan air, dengan
tanaman setahun tertentu, apabila dibuat teras atau ciri : berumur panjang. Jenis pohon yang memenuhi
kontur. Lahan dengan lereng 8 15%, baik untuk syarat anrara lain : Cengkeh (Eugenia aromatica),
tanaman rumput sehingga cocok untuk area Jambu mete (Anacardium occidentale), Jambu biji
peternakan. Lahan dengan lereng > 15%, baik untuk (Psidium guajava), Rambutan (Nephelium
tanaman kayu sehingga cocok dijadikan area lappaceum), Sirsak (Annona muricata), Alpukat
perkebunan atau kehutanan. Karena lahan (Persea Americana), Nangka (Artocarpus
terdegradasi akibat banjir bandang mengalami heterophyllus), Aren (Arenga pinnata)
kehilangan unsur hara maka pemilihan jenis tanaman
disarankan jenis-jenis tanaman yang digunakan untuk Untuk tujuan penyediaan makanan ternak, jenis
memulihkan kondisinya, dengan syarat-syarat : cepat tanaman yang memenuhi syarat antara lain : Sengon
tumbuh, mampu menghasilkan serasah yang banyak, (Paraserianthes falcataria), Kemlandingan ((Leucaena
bertajuk lebat, mampu hidup dengan baik di tempat glauca), Putri malu (Minosa pudica), Orok-orok
tersebut, sistem perakaran melebar, kuat, dalam, dan (Croltalaria spp), Turi (Sesbania grandifolia), Dadap
berakar serabut cukup banyak, mudah ditanam dan (Erythrina lithosperma), Rumput gajah (Pennisetum
tidak memerlukan pemeliharaan, tahan terhadap hama purpureum), Sentro (Centrocema pubescens), Stilo
dan penyakit, mampu memperbaiki tanah terutama (Stilosanthes spp), Rumput raja (Pannisetum
untuk kandungan unsur nitrogen, sedapat mungkin purpoides), Rumput setaria (Setaria anceps), Rumput
bernilai ekonomis dan dalam jangka pendek dapat bahia (Paspalum notarum)
menghasilkan bahan makanan seperti buah-buahan, Tanaman penguat teras atau tepi sungai/tebing juga
makanan ternak dan lain-lain, mampu tumbuh di sebagai penahan longsor. jenis pohon yang sesuai
tempat terbuka dengan penyinaran penuh (jenis antara lain : Aren (Arenga pinnata), Bambu
pioner, intoleran, beriap sehat), dapat tumbuh dan (Giganthochloa sp), Kaliandra (Calliandra
bersaing dengan alang-alang serta cepat menutup calothyrsus), Gamal (Glyricidia sepium), Salak
tanah, mudah bertunas setelah terbakar atau (Salacca edulis), Rotan (Calamus sp)

www.stpn.ac.id | 7
Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN)
Jl. Tata Bumi No. 5 Yogyakarta
(FIT ISI) Tahun 2013 Telp. (0274) 587239, Fax (0274) 587138

Berdasarkan uuraian di atas maka, pilihan Daerah subDAS Glagahwero memang rawan
tanaman yang sesuai sebagai pengendali erosi pada bencana. Penelitian yang dilakukan Sri (2012) dengan
kawasan hutan lindung dapat dipilih tanaman sengon menggunakan data sebelum banjir tahun 2006,
laut, marmojo, kemiri dan kemlandingan. Selama ini diketahui kawasan hutan lindung mempunyai luasan
yang sudah ditanam sengon laut dan kemlandingan. 2.800 Ha, yang berpotensial kritis, berkurang menjadi
Tanaman jati, mahoni sono keeling dan sono 1.000 Ha, setelah banjir. Kawasan Budidaya Tanaman
kembang untuk kawasan penyangga dan tanaman Tahunan, yang sebelumnya seluas 2.100 Ha,
kopi, coklat, rambutan, durian, alpukat, nangka, bertambah menjadi 4.200 Ha, dan Kawasan Lindung
diselingi dengan salam dan mahoni, untuk kawasan non Hutan seluas 3.900 Ha, relatif sama dengan
budidaya tanaman tahunan. Sedang untuk tepi sungai, sebelum banjir, tetapi hampir 3.000 Ha berpotensi
sebagai penguat teras, dan juga penahan longsor, bisa kritis. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat
ditanami bambu, salak dan kaliandra. Selengkapnya dikatakan banjir terjadi karena adanya perubahan tata
dapat dilihat pada gambar 11 dan tabel 9. guna lahan dan penggundulan hutan
Tanaman-tanaman tersebut sebenarnya sebagian Untuk rehabilitasi lahan dengan metode
sudah ditanam, sesuai dengan fungsi kawasannya (Sri, konservasi vegetatif, dapat dipilih tanaman sengon
2012). Namun banjir bandang masih juga datang, laut, marmojo, kemiri dan kemlandingan, sebagai
karena selama ini banyak terjadi illegal logging dan pengendali erosi pada kawasan hutan lindung.
kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Tanaman jati, mahoni, sono kembang dan sono keling
untuk kawasan penyangga dan tanaman kopi, coklat,
rambutan, durian, alpukat, nangka, diselingi dengan
salam dan mahoni, untuk kawasan budidaya tanaman
tahunan. Sedang untuk tepi sungai, sebagai penguat
teras, juga penahan longsor, bisa ditanami bambu,
salak dan kaliandra.
Keberhasilan rehabilitasi lahan ini akan dapat
dicapai jika dalam pelaksanaannya, polisi hutan dapat
menjaga dengan baik daerah rehabilitasi. Karena
bukan tidak mungkin kegiatan illegal logging akan
dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab, seperti yang telah terjadi selama ini.
Ketegasan aparat pemerintah dalam menjatuhkan
sanksi atau hukuman bagi pelakunya akan sangat
mendukung program rehabilitasi lahan ini sebagai
Sumber : Analisa ArcView 3.3
upaya mitigasi bencana.
Gambar 11. Hasil Analisa Kesesuaian Tanaman
Ucapan terima kasih
Tabel 9. Hasil Analisa Kesesuaian Tanaman
Terimakasih kepada panitia Forum Ilmiah Tahunan
Tanaman yang Ikatan Surveyor Indonesia tahun 2013, yang telah
Warna Fungsi Kawasan memberikan kesempatan untuk share ilmu.
sesuai
Terimakasih kepada kolega bapak Eko Budi Wahyono
kopi, coklat, (STPN) dan Wiwik Yunarni Widiarti (FT.Unej), atas
rambutan, kerjasama yang baik selama ini.
Kawasan Budidaya durian, alpukat, Daftar Pustaka
Tanaman Tahunan nangka diselingi Asdak, Chay, 2004., Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
salam dan Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
mahoni
BP DAS Sampean, 2009, Laporan Monitoring dan
sengon laut dan Evaluasi Kinerja DAS Bedadung, Departemen
Kawasan Lindung
kemlandingan Kehutanan.
jati, mahoni dan Departemen Kehutanan. Direktorat Jendaral Rehabilitasi
Kawasan Penyangga Lahan dan Perhutanan Sosial. 2004. Lahan Kritis. Buku
sonokeling
1. Balai Pengelolaan DAS Sampean-Madura,
Bondowoso
Kesimpulan dan Saran Catur Wahyu Putranto. J., Modul Pelatihan Tanggap
Bencana

www.stpn.ac.id | 8
Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN)
Jl. Tata Bumi No. 5 Yogyakarta
(FIT ISI) Tahun 2013 Telp. (0274) 587239, Fax (0274) 587138

Hanafie, Rita., Pengantar Ekonomi Pertanian,


Pratinjau, books.google.co.id
Priyantari, Nurul, dkk, 2008, Integrasi Pengukuran Tim Kajian Yayasan Pengabdi Masyarakat,
Secara Terpadu (Geographycal, Geophysical, Penelitian Dasar Dan Persiapan Untuk Sub Proyek
Geotechnical System) Untuk Aplikasi Tata Guna Sistem Peringatan Dini Dan Evakuasi Dini Di
Lahan di Kecamatan Panti Jember, Laporan Hasil Kabupaten Jember
Penelitian Hibah Bersaing, www.jica.go.jp/project/indonesian/indonesia/.../pdf/
Sukmawati, Sri, 2012, Pengembangan Sistem outputs_17_01.pdf
Informasi Geografis (SIG) dan Data Multi Yunarni, Wiwik, Model Penatagunaan Lahan
Temporal Citra Satelit Untuk Evaluasi Konservasi Berdasar Erosi, Sedimen dan Limpasan pada
lahan Dengan Metode Vegetatif., Jurnal Rekayasa, SubDAS Glagahwero, DAS Bedadung di
Vol.9, No. 2 Hal.193-204 Kabupaten Jember, Tesis, Program Pasca Sarjana,
Universitas Brawijaya, Malang, 2008
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

www.stpn.ac.id | 9

You might also like