You are on page 1of 11

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR

SUPRACONDYLER HUMERI SINISTRA DENGAN PEMASANGAN NAIL AND WIRE

Oleh: Eko Budi Prasetyo (Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan)

Abstract

Many found case of Fractur supracondyler humeri sinistra which caused by accident and
its elbow used for the antiers to heavy the body. This condition will generate the problems of
physical capacities in the form of pain in bone, spasme of muscle and limitation of LGS. As for
functional ability problems difficulty of moment for activity toileting, treatment of everyday
activity and x'self entangling arm of fraktur. Research method used by case study. After get the
treatment in therapy during 6x therapy ( T1-T6) with the Infra Red, Massage, Therapy of
Practice and TENS getting a well enough result. As for its therapy is degradation assess the pain
in bone kept quiet from value 2 becoming value 1, pain in bone depress from value 4 becoming
value 2 and pain in bone move from value 6 becoming value 5,spasme muscle decrease from
value 2 becoming value 1, active improvement LGS area sagital from S = 50-00-900 becoming S
= 50-00-1000 and area of giration R ( s900) = 800-00-750 becoming R ( s900) = 900-00-800, passive
improvement LGS [at] area of sagital S = 50-00-1100 becoming S = 100-00-1200 area of giration
R ( s900) = 850-00-850 becoming R ( s900) = 950-00-850. Make-Up of value ADL of dressy
activity from value 2 becoming value 1, cleaning from value 3 becoming value 2, bath from
value 2 becoming value 1, using toilet from value 2 becoming value 1, dressing smartly from
value 2 becoming value 1 and prepare to drink from value 2 becoming value 1.

Key Word : Fractur supracondyler humeri sinistra, Infra Red, Massage, aktif and pasif
movement, Hold Relax dan TENS.

PENDAHULUAN Berbagai upaya pelayanan kesehatan yang


Pembangunan di bidang kesehatan semula hanya penyembuhan penderita saja,
merupakan bagian integral dari secara berangsur-angsur berkembang
pembangunan nasional, yang bertujuan sehingga mencakup upaya meningkatkan
untuk tercapainya suatu kemampuan hidup (promotif), pencegahan (preventif),
sehat bagi individu, agar dapat menunjukkan penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan
derajat kesehatan yang optimal sebagai salah (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh,
satu tujuan nasional. Pembangunan yang terpadu dan berkesinambungan serta
semakin meningkat dimaksudkan untuk berperan dalam masyarakat.
meningkatkan kualitas kehidupan Fisioterapi menurut KEPMENKES RI
masyarakat yang optimal, yang lebih baik. No. 1363, (2001) adalah suatu bentuk
pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada timbulnya berbagai permasalahan antara lain
individu untuk memulihkan gerak dan nyeri gerak, keterbatasan gerak, oedem dan
fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan lain-lain sehingga perlu suatu penanganan
dengan menggunakan penanganan secara segera karena apabila tidak cepat
manual, meningkatkan gerak, peralatan mendapatkan penanganan akan
(fisik, elektroterapi dan mekanis) pelatihan mengakibatkan kecacatan yang lebih lanjut.
fungsi, komunikasi. Pada kasus ini, fisioterapi sangat berperan
Pada kasus-kasus orthopedi, dalam hal untuk membantu memfungsikan sikunya
ini kondisi patah tulang yang dijumpai pada kembali dan mencegah komplikasi-
anak-anak dan orang dewasa yang komplikasi.
disebabkan jatuh dan sikunya digunakan METODE PENELITIAN
untuk menyangga berat badan, akibatnya 1. Pendekatan
siku mendorong fragmen yang lebih kecil ke Rancangan penelitian yang digunakan
depan bersama dengan lengan bawah, dan adalah studi kasus.
mengakibatkan patah tulang ujung bawah 2. Desain Penelitian
humerus atau fractur supracondyler. Untuk Penelitian ini dilakukan dengan cara
penanganannya dapat dengan reposisi secara melakukan interview dan observasional pada
manipulasi atau konservatif atau dengan seseorang pasien dengan kondisi Ischialgia
cara operasi. Desain penelitian digambarkan sebagai
Apabila dalam fractur ini mengalami berikut:
pergeseran jaringan yang parah, maka
X Y
sebaiknya dilakukan operasi secepatnya
untuk mencegah deformitas dengan cara
pemasangan fiksasi menggunakan nail and
wire supaya tidak mengalami pergeseran Z
jaringan dan untuk menstabilisasi sendi. Keterangan:
Setelah dilakukan suatu tindakan reposisi X : Keadaan pasien sebelum diberikan
baik secara konservatif maupun operasi program fisioterapi
maka sendi siku akan diimmobilisasi sampai Y : Keadaan pasien setelah diberikan
tulang benar-benar menyambung. program fisioterapi
Immobilisasi ini akan mengakibatkan Z : Program fisioterapi
Permasalahan yang timbul sebelum gerak sendi yang bisa dilakukan pada suatu
pasien menjalani program terapi adalah sendi. Disini penulis menggunakan alat yaitu
pasien merasakan nyeri tekan pada bekas Goneometer untuk mengukur LGS. dengan
incisi, nyeri gerak pada siku kiri, spasme prosedur pengukuran sebagai berikut:
otot biceps brachii, keterbatasan lingkup
gerak sendi pada siku kiri dan gangguan 3. Spasme otot dengan palpasi
aktifitas fungsional, kemudian pasien pergi Spasme otot dilakukan dengan cara
ke fisioterapi untuk menjalani program palpasi yaitu: dengan jalan menekan dan
terapi. Sebelumnya pasien menjalani memegang organ atau bagian tubuh pasien
pemeriksaan fisioterapi yang berupa nyeri untuk mengetahui kelenturan otot punggung,
dengan VAS, kekuatan otot dengan MMT, misal: terasa kaku, tegang atau lunak. Untuk
LGS trunk dengan mid line, dan spasme kriteria penilaiannya sebagai berikut:
dengan palpasi. Setelah melakukan Nilai 0 : tidak spasme
pemeriksaan didapatkan permasalahan Nilai 1 : spasme ringan
kapasitas fisik dan kemampuan fungsional, Nilai 2 : spasme sedang
oleh fisioterapi pasien diberi modalitas Nilai 3 : spasme berat
terapi dengan IR, Massage, TL dan Tens.
Dengan pemberian tersebut diharapkan PROSEDUR PENGAMBILAN DATA
adanya peningkatan pada kapasitas fisik dan Prosedur pengambilan atau
kemampuan fungsional. pengumpulan data ini mencakup:
1. Data primer
INSTRUMENT PENELITIAN a. Pemeriksaan fisik
1. Nyeri diukur dengan VDS Bertujuan untuk mengetahui keadaan
VDS (Verbal Discriptive Scale), dengan fisik pasien. Pemeriksaan ini terdiri dari:
definisi : (1) tidak nyeri, (2) nyeri sangat vital sign, inspeksi, palpasi, pemeriksaan
ringan, (3) nyeri ringan, (4) nyeri tidak gerakan dasar, kemampuan fungsional dan
begitu berat, (5) nyeri cukup berat,(6) nyeri lingkungan aktifitas.
berat, (7) nyeri hampir tak tertahankan. b. Interview
2. Lingkup Gerak Sendi (LGS) Metode ini digunakan untuk
Yaitu suatu cara yang dilakukan oleh mengumpulkan data dengan jalan tanya
fisoterapi untuk mengetahui besarnya lingkup jawab antara terapis dengan sumber data:.
c. Observasi humerus pada sendi siku dan dengan ulna
Dilakukan untuk mengamati pada articulatio radio ulnaris superior. .
perkembangan pasien selama diberikan 1. Persendian
terapi. Sendi siku dibentuk oleh tiga tulang
yaitu : tulang humerus, tulang radius dan
2. Data Sekunder tulang ulna. Ligamen-ligamen pada sendi
a. Studi dokumentasi siku berfungsi untuk memperkuat
b. Data Pustaka persendian dan ligamen-ligamen tersebut
Didapatkan dari buku-buku majalah antara lain :
dan kumpulan jurnal yang berkaitan dengan a. Ligamentum Collaterale Radialis
kasus LBP karena kompresi VLII-V. b. Ligamentum Collaterale Ulnae
c. Ligamentum Anulare Radii
ANATOMI DAN FISIOLOGI 2. Struktur Otot
A. Anatomi dan Fisiologi Lengan Otot-otot pada lengan dibedakan atas
a. Tulang Humerus otot-otot penggerak lengan atas dan otot-otot
Ujung atas humerus mempunyai caput, penggerak lengan bawah.
yang membentuk dua pertiga kepala sendi 1. Otot-Otot Penggerak Lengan Atas
dan bersendi dengan cavitas glenoidalis a. M. Biceps brachii
scapula. b. M. Brachialis
b. Tulang Ulna c. M. Coraco brachialis
Ulna atau tulang hasta adalah sebuah d. M. Triceps brachii
tulang pipa yang mempunyai sebuah batang e. M. Anconeus
dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang 2. Otot-Otot Penggerak Lengan Bawah
sebelah medial dari lengan bawah dan lebih a. M. Pronator teres
panjang dari radius atau tulang pengumpil. b. M. Flexor carpi radialis
Kepala ulna ada di sebelah bawah. Ujung c. M. Palmaris longus
atas ulna kuat dan tebal, dan masuk dalam d. M. Flexor carpi ulnaris
formasi sendi siku. e. M. Pronator quadratus
c. Tulang Radius f. M. Brachioradialis
Radius adalah tulang lateral lengan g. M. Extensor carpi radialis brevis
bawah. Ujung atasnya bersendi dengan h. M. Extensor carpi ulnaris
i. M. Supinator ulna berbentuk concave dan terdapat
3. Sistem Persyarafan gerakan roll dan slide. Pada gerakan fleksi-
Plecsus brachialis di bentuk oleh rami extensi terjadi gerakan concave terhadap
primari anterior dari C5-TH1 dapat convex, jadi gerakan tersebut searah dengan
digambarkan sebagai berikut : (1) serabut gerakan arthrokinematikanya sehingga pada
dari C4,5,6 berjalan membentuk truncus gerakan fleksi terjadi gerakan roll dan slide
superior, (2) serabut dari C7 berjalan ke ke anterior dan pada gerakan extensi terjadi
lateralis membentuk truncus medialis, (3) gerakan roll dan slide ke posterior.
serabut dari C8,TH1,2 berjalan ke lateral Gerakan pronasi terjadi gerakan sendi
membentuk truncus inferior. Plecsus ini humero ulnar roll ke lateral dan dorsal, slide
berjalan ke lateral distal menuju fossa ke medial, dorsal dan distal. Sedangkan pada
axillaris, plecsus ini menurut letaknya gerakan supinasi terjadi gerakan sendi
dibagi menjadi : (1) pars supraclavicularis humero ulnar roll ke medial dan ventral,
terletak di atas fossa axillaris, (2) pars infra slide ke lateral, ventral dan proksimal.
claficularis teletak di bawah fossa axilaris. C. Patologi
Patologi adalah ilmu yang mempelajari
B. BIOMEKANIK sifat dan perjalanan penyakit yang meliputi :
1. Osteokinematika sendi elbow etiologi, perubahan patologi, tanda-tanda
Pada dasarnya di dalam sendi siku klinis, diagnosa, komplikasi serta prognosis.
terdapat gerakan kedua arah : fleksi /extensi 1. Etiologi
dan rotasi (masing-masing pronasi dan Fractur supracondyler humeri sinistra
supinasi). Fleksi dan extensi terjadi diantara ini disebabkan adanya kekerasan yang
humerus disatu pihak dan lengan lengan terjadi secara langsung pada lengan atas
bawah dipihak yang lain (radius dan ulna). bagian distal dikarenakan kecelakaan
Pronasi dan supinasi terjadi karena radius kendaraan bermotor. Kemungkinan lain
berputar pada ulna; sementara itu radius juga yang dapat menyebabkan fractur
berputar pada poros bujurnya sendiri (Wolf, supracondyler humeri antara lain (1)
1994) peristiwa trauma tunggal, (2) tekanan yang
2. Arthrokinematika Sendi Elbow berulang-ulang dan (3) keadaan patologis
Tulang pembentuk sendi siku humerus akibat adanya tumor, kanker dan
berbentuk convex, sedangkan radius dan osteoporosis.
2. Perubahan Patologi 3. Lingkup Gerak Sendi (LGS)
Dengan tindakan operasi, fragmen Pemeriksaan lingkup gerak sendi
tulang yang akan disambung kembali adalah suatu cara pengukuran yang bisa
mempunyai kemampuan untuk dilakukan suatu sendi. Sedangkan tujuan
menyambung (Apley, 1995). daripada pengukuran LGS adalah: 1)
Proses penyambungan tulang dibagi Untuk mengetahui besarnya LGS yang ada
dalam 5 tahap yaitu (1) kerusakan jaringan pada suatu sendi, 2) Membantu diagnosa
dan pembentukan hematoma, (2) radang dan dan menentukan fungsi sendi penderita, 3)
proliferasi, (3) calsificasi atau pembentukan Untuk evaluasi terhadap penderita sebelum
callus, (4) konsolidasi dan (5) remodelling. dan sesudah terapi, 4) Untuk
D. Obyek yang dibahas meningkatkan motivasi dan semangat
1. Nyeri penderita dalam menjalani program terapi,
Menurut The International Association 5) Untuk dokumentasi dapat digunakan
For The Study Of Paint (IASP), nyeri untuk keperluan riset.
adalah pengalaman sensorik dan emosional 4. Fungsional Aktivitas
yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan Pemeriksaan fungsional adalah suatu
kerusakan jaringan atau berpotensi merusak proses untuk mengetahui kemampuan pasien
jaringan; atau menyatakan istilah kerusakan dalam melakukan aktivitas spesifik dalam
tersebut. hubungannya dengan rutinitas kehidupan
2. Spasme Otot sehari-hari ataupun waktu senggangnya
Spasme otot terjadi oleh karena proteksi yang terintegrasi dengan lingkungan
oleh adanya nyeri. Reaksi proteksi lain aktivitasnya (Mardiman, Sri, 1994).
adalah penderita berusaha menghindari Pemeriksaan fungsional dapat dinilai
gerakan yang menyebabkan nyeri apabila dengan indeks ADL yang menilai 16 bidang
dibiarkan terus meneruskan menyebabkan kemampuan yaitu : 1) transfer dari lantai ke
kekakuan sendi, pemendekan otot, atropi kursi, 2) transfer dari kursi ke bed, 3)
otot dan gangguan fungsi pada lengan berjalan dalam ruangan, 4) berjalan di luar,
kanan. 5) naik tangga/ trap, 6) turun tangga/ trap, 7)
. Skala penilaiannya adalah nilai 0 = berpakaian, 8) mencuci, 9) mandi, 10)
tidak ada spasme, nilai 1 = spasme sedang menggunakan toilet, 11) kontrol bowel dan
dan nilai 2 = spasme berat. bladder, 12) berhias, 13) menyikat gigi, 14)
menyiapkan teh atau kopi, 15) menggunakan venteropostero lateralis dan ventropostero
kran, 16) makan. Skala penilaiannya adalah medialis dari thalamus yang akhirnya ke
nilai 1 = dapat melakukan tanpa bantuan, 2 korteks cerebri. Cabang-cabang collateral
= dapat melakukan dengan bantuan, 3 = menuju ke forma sioreti cularis sistem
tidak dapat melakukan (Mardiman, Sri, limbic dan hypothalamus (Nugraha, 2001).
1994). 2. Spasme Otot
E. Hasil Pembahasan Keluhan T1 T2 T3 T4 T5 T6
1. Nyeri Spasme 2 2 1 1 1 1
Nyeri sebagai respon sensorik tubuh Table 2 evaluasi nilai spasme otot.
terhadap kerusakan jaringan. Nyeri dianggap Spasme otot muncul akibat adanya efek
sebagai proses normal perpatahan tubuh defend mechanisme dari tubuh akibat adanya
yang diperlukan untuk memberi tanda reaksi radang dari tubuh itu sendiri atau
bahwa terjadi kerusakan jaringan (Loases bagian tubuh tertentu dan biasanya bersifat
dan Melzack, 1999) lokal. Reaksi lain adalah penderita berusaha
menghindari gerakan yang menyebabkan
Table 1 evaluasi nyeri T1-T6 nyeri. Apabila dibiarkan terus menerus akan
Mekanisme terjadi nyeri adalah dimulai mengakibatkan kekakuan sendi dan
rangsangan nyeri diterima oleh cociceptors, gangguan fungsional, untuk mengetahui
Jenis nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6 spasme otot dapat dilakukan dengan cara
Nyeri 2 1 1 1 1 1 palpasi, yaitu dengan cara meraba,
diam
menekan, memegang organ atau bagian
Nyeri 4 4 3 3 3 2
tubuh pasien, misal: terasa tegang, kaku atau
tekan
Nyeri 6 6 5 5 5 5 lunak.
gerak Dari hasil evaluasi diatas dapat dilihat
diteruskan ke tanduk belakang medulla terjadi penurunan derajat spasme atau
spinalis melalui serabut afferent sensorik. kekakuan otot dari nilai 2 menjadi 1.
Oleh serabut afferent, rangsangan nyeri
disampaikan ke tanduk belakang medulla
spinalis tepatnya pada lamina II, III, V, 3. Lingkup Gerak Sendi (LGS)
selanjutnya rangsangan menyebar ke traktus
anterolateralis dan meneruskan
Bidang T1 T2 T3 T4 T5 T6
o o o o o o
Sagital S=5 -0 -90 S=5 -0 -90 S=5o-0o-95o

S=5o-0o-95o S=5o-0o-95o S=5o-0o-100o


(aktif)
Sagital S=5o-0o-110o S=5o-0o-115o S=10o-0o-120 o
S=10o-0o-120o S=10o-0o-120o S=10o-0o-120o
(pasif)
Rotasi R(s90o)=80o- R(s90o)=85o- R(s90o)=90o- R(s90o)=90o-0o- R(s90o)=90o-0o- R(s90o)=90o-0o-
o o o o
0 -75 0 -75 0o-80o 80 o
80 o
80o
(aktif)
Rotasi R(s90o)=85o- R(s90o)=90o- R(s90o)=95o-
o o o o R(s90o)=95o-0o- R(s90o)=95o-0o- R(s90o)=95o-0o-
0 -80 0 -80 0o-85o
(pasif) 85o 85o 85o

Tabel 3 evaluasi LGS T1-T6


Lingkup gerak sendi merupakan jarak Dari data diatas diketahui derajat
yang ditempuh sendi saat bergerak (Kisner, peningkatan lingkup gerak sendi yang
1996). Penurunan LGS disebabkan reaksi terjadi pada area yang mengalami fraktur
proteksi, yaitu penderita berusaha yang dinilai dari gerakan aktif maupun
menghidari gerakan yang menyebabkan gerakan pasif sehingga tujuan akan tercapai
nyeri. Bila diabaikan terus menerus akan dengan maksimal.
mengakibatkan penurunan kekuatan sendi 4. Fungsional Aktivitas
elbow dan terjadi gangguan fungsional. Kemampuan fungsional adalah
Untuk memeriksa lingkup gerak sendi kemampuan dari pasien untuk melakukan
digunakan goniometer, yang pada dasarnya aktivitas sehari-harinya. Terganggunya
berupa unsur dengan dua buah tungkai aktivitas fungsional oleh karena adanya rasa
panjang, satu merupakan tungkai statis dan nyeri sehingga pasien membatasi aktivitas
yang satunya bergerak (Kisner, 1996). yang menimbulkan nyeri. Untuk mengetahui
Dalam pengukuran lingkup gerak sendi kemampuan fungsional dari pasien
ada empat bidang basis (Sagital, Frontal, digunakan indeks ADL. Gangguan pada
Trasvesal, dan Rotasi). Pada sendi elbow kemampuan fungsional pasien yaitu pasien
dan ridicular proximal dimaksudkan untuk mengalami kesulitan pada saat menekuk dan
mengetahui lingkup gerak sendi yang meluruskan siku secara maksimal. Aktivitas
terbatas (Kisner, 1996). sehari-hari pasien mengalami kesulitan saat
makan, minum, mandi, dan berpakain.
Sedangkan untuk transfer pasien tidak
mengalami kesulitan (Mardiman, 1994).
No Aktivitas T1 T2 T3 T4 T5 T6
1 Transfer, dari lantai ke kursi 1 1 1 1 1 1
2 Transfer, dari kursi ke bad 1 1 1 1 1 1
3 Berjalan dalam ruangan 1 1 1 1 1 1
4 Berjalan di luar 1 1 1 1 1 1
5 Naik tangga/ trap 1 1
1 1 1 1
6 Turun tangga/ trap 1 1
1 1 1 1
7 Berpakaian 2 2
2 1 1 1
8 Mencuci 3 3
2 2 2 2
9 Mandi 2 1
1 1 1 1
10 Menggunakan toilet 2 2
1 1 1 1
11 Kontrol bowel dan bladder 1 1
1 1 1 1
12 Berhias 2 2
2 2 1 1
13 Menyikat gigi 1 1
14 Menyiapkan minuman teh 2 2 1 1 1 1

atau kopi 2 1 1 1
15 Menggunakan kran 1 1 1 1 1 1
16 Makan 1 1 1 1 1 1
Tabel 4 evaluasi fungsional aktifitas. Skala penilaian
Dari table diatas dapat diketahui bahwa Nilai 1 = dapat melakukan tanpa bantuan
ada peningkatan aktifitas fungsional yang Nilai 2 = dapat melakukan dengan bantuan
dilakukan oleh pasien selama manjalani Nilai 3 = tidak dapat melakukan
terapi dengan skala penilaian

KESIMPULAN
Dari keterangan di atas dapat diambil aktivitas mandi pada T1=2 dan T6=1,
kesimpulan bahwa post operasi fractur aktivitas toileting pada T1=1 dan T6=1,
supracondyler humeri dengan pemasangan aktivitas berhias pada T1=2 dan T6=1 dan
nail and wire dapat mengakibatkan aktivitas menyiapkan minuman pada
munculnya berbagai permasalahan- T1=2dan T6=1. Dari data-data tersebut
permasalahan fisioterapi yaitu (1) adanya menunjukan adanya perkembangan pasien
nyeri tekan pada bekas incisi, (2) nyeri gerak ke arah perbaikan.
pada siku kiri terutama untuk gerakan fleksi
dan extensi, (3) spasme otot biceps brachii,
(4) keterbatasan gerak siku kiri terutama
untuk gerakan fleksi dan extensi dan (5)
gangguan aktivitas fungsional yang
melibatkan lengan kiri. Modalitas fisioterapi
yang digunakan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut adalah
Infra Red, massage, terapi latihan dan
TENS.
Setelah dilakukan penanganan fisioterapi
sebanyak 6 kali terapi didapatkan adanya
peningkatan kondisi pasien dari terapi
pertama (T1) sampai terapi ke enam (T6)
yaitu : nyeri diam pada T1=2dan T6=1,
nyeri tekan pada T1=4 dan T6=2, nyeri
gerak pada T1=6 dan T6=5, spasme otot
pada T1=2 dan T6=1, LGS aktif pada T1= S
(50-00-900) dan T6= S (50-00-
1000),sedangkan LGS pasif pada T1= S (50-
00-1100)dan T6= S (100-00-1200) dan
peningkatan untuk aktivitas fungsional yaitu
aktivitas berpakaian pada T1=2 dan T6=1,
aktivitas mencuci pada T1=3 dan T6=2, DAFTAR PUSTAKA
Apley.G.A. Louis Solomon; Buku Ajar
Orthopedi Dan Fraktur Sistem S. Snell, Richard; Anatomi Klinik Untuk
Apley, edisi ke7; widya medika, Mahasiswa Kedokteran; Edisi
Jakarta, 1995. Ketiga, EGC, Jakarta, 1991.
Bloch, Bernand; Fraktur Dan Dislokasi; Sujatno, Lg,at,al; Sumber Fisis; Akademi
Yayasan Essentia Medica, 1978. Fisioterapi Surakarta, Depkes RI,
Chusid,J.G; Neuroanatomi Korelatif Dan Surakarta, 1993.
Neurologi Fungsional; Edisi Sujono, Yudhi; Terapi Latihan Pada OA
Pertama; Gadjah Mada University Sendi Lutut; TITAFI XV, Semarang,
Press; Yogyakarta, 1991. 2000.
De Wolf A.N; Pemeriksaan Alat Penggerak Surini, Sri Susilowati; Anatomi II Upper
Tubuh; cetakan kedua; Bohn Stafleu Extremitas; Akademi Fisioterapi
Van Loghum; Zaventem, 1994. Surakarta, Depkes RI, Surakarta,
Gersh, M.R; Electrotherapy In 1993.
Rehabilitation; F.A. Davis Wood Elizabeth C.T.Breard; Massage
Company; Philadelphia, 1992. Principles And Technique; Second
Kisner, Carolyn dan Colby, Lynn; Edition; W.B Sunday Company,
Therapeutic Exercise Foundation Philadelphia, 1974.
And Techniques; Third Edition; F.A.
Davis Company; Philadelphia, 1996.
Mardiman Sri, Ed; Dokumentasi Persiapan
Praktek Professional Fisioterapi;
Akademi Fisioterapi Surakarta,
Depkes RI, Surakarta, 1994.
Nugroho; Pelatihan Pelaksanaan
Fisioterapi Komprehensif Pada
Nyeri; Akademi Fisioterapi
Surakarta, Depkes RI, Surakarta,
2001.
Parjoto Slamet; Terapi Listrik Untuk
Modulasi Nyeri; IFI Cabang
Semarang; Semarang, 2002.
Pearce C. Evelyn; Anatomi Dan Fisiologi
Untuk Paramedis; Gramedia,
Jakarta, 2002
Platzer, Warner; Atlas Dan Buku Teks
Anatomi Manusia; Bagian Satu;
EGC, Jakarta, 1996.

You might also like