You are on page 1of 20

P2

LEMBAR PERHITUNGAN

1. Variabel 1 (50oC)
Wasam asetat =xVx%
= 1,1949 gr/ml x 62,095 ml x 0,99
= 73,455 gr
1000
CA0 =
73,455 1000
= 250
60

= 4,897 mol/L
Wmetanol =xVx%
= 0,9032 gr/ml x 186,243 ml x 0,96
= 161,4861 gr
1000
CB0 =
161,4861 1000
= 250
34

= 18,9984 mol/L
(.)( 2 4 )
CA =
(.0,4)(5 0,23 )
= 5
= 0,08V 0,23

XA = 1-
0
Arah Kesetimbangan Teoritis
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
Gof reaksi = Gof produk - Gof reaktan

Diketahui data Hof standar (Smith dkk, 2001) :


Hof 298 CH3COOH = - 484500 J/mol
Hof 298 C2H5OH = - 277690 J/mol
Hof 298 CH3COOC2H5 = - 480000 J/mol
Hof 298 H2O = - 285830 J/mol

Hof 298 = (Hof 298 CH3COOC2H5 + Hof 298 H2O)-( Hof 298 CH3COOH + Hof 298
C2H5OH)
= (-480000 285830) (-484500 277690)
= -3640 J/mol

Diketahui data Go standar (Yaws, 1997) :


Gof 298 CH3COOH = - 389900 J/mol
Gof 298 C2H5OH = - 174780 J/mol
Gof 298 CH3COOC2H5 = - 332200 J/mol
Gof 298 H2O = - 237129 J/mol

B-1
P2

Maka :
Gof 298 = (Gof 298 CH3COOC2H5 + Gof 298 H2O)-( Gof 298 CH3COOH + Gof 298
C2H5OH)
= (-332200 237129) (-389900 1774780)
= -4649 J/mol
Dari persamaan Vant Hoff :
Gof 298 = -RT ln K
298
ln K =
1
(4649 )

ln K = 1
8,314 . 298

K = 6,5302

Variabel 1 50oC (323 K)


298 1 1
ln = ( )
2
1
(3640) 1 1

ln = 1 (323 298)
2 8,314

323
ln 6,5302 = 0,1137

K323 = 5,026

t (menit) Volume titran (ml) CA = 0,08V+0,23 XA


0 28,4 2,502 0,4983
11 26 2,31 0,5368
22 17,2 1,606 0,678
33 12,3 1,214 0,7566
44 9,5 0,99 0,8015

CA = CA0(1-XA) = CA0 - CA0XA = 4,897(1-XA)


CB = CB0 - CA0XA = 18,9984 - 4,897 XA
CC = CA0XA = 4,897 XA
CD = CA0XA = 4,897 XA
0 18,9984
= = = 3,8796
0 4,897

= = 1 2


= = 1 ( ) dengan = 1
2

0 = 1 ( )

(0 )(0 )
0 = 1 (0 (1 ). (0 0 )

B-2
P2

2
0 0 2
0 = 1 (0 (1 )0 ( ) )
0

2
0 2
0 = 1 . 0 ((1 ) ( ) )
0

0 2
= 1 . 0 ((1 ) ( ) )
0

2
= 1 . 0 ((1 )( )
)

Mencari nilai XA
2
= 1 . 0 ((1 )( )
)

2
= 1 . 4,897((1 )(3,8796 ) )
5,026

= 1 . 4,897( 0,8012 4,8796 + 3,8796)


= 1 . 3,9225( 2 6,0919 + 4,8435)


1
= 1
3,9225 0 ( 2 6,0919 + 4,8435) 0

Rumus ABC

( 2 6,0919 + 4,8435) = ( 5,1517)( 0,9402)




0,2549 = +
0 ( 5,1517)( 0,9402) 5,1517 0,9402

+ = 0,2411
5,1517 0,9402
( 0,9402) + ( 5,1517)
+ =
5,1517 0,9402 ( 5,1517)( 0,9402)
0,9402 + 5,1517
=
( 5,1517)( 0,9402)
( + ) 0,9402 5,1517
=
( 5,1517)( 0,9402)
A+B=0
B = -A
0,9402 5,1517 = 1
0,9402 + 5,1517 = 1
4,2115 = 1
A = 0,2375
B = - 0,2375

Sehingga persamaan menjadi



0,2375 0,2375
0,2549 [ + ] = 1
0 5,1517 0 0,9402

0,2549(0,2375)[ln( 5,1517)0 ln( 0,9402)0 ] = 1
( 5,1517)(0,9402)
0,0605 [ ] = 1 =
( 0,9402)(5,1517)

B-3
P2

t (x) XA Y XY X2
0 0,4983 0,1163 0 0
11 0,5368 0,1263 1,3893 121
22 0,678 0,1884 4,1448 484
33 0,7566 0,2643 8,7219 1089
44 0,8015 0,3463 15,2372 1936
X= 110 Y= 1,0416 XY= 29,4932 X2= 3630

xy
= = 5,4364 103 /
2 (x)2

1
=
2
1 5,4364 103
2 = = = 1,0817 103 /
5,026

Pada saat kesetimbangan


(0 )(0 )
= =
(0 (1 ))(0 0 )
Konstanta Kesetimbangan
2 (0,8015)2
= = = 1,0514
(1 )( ) (1 0,8015)(3,8796 0,8015)

2. Variabel 2 (55oC)
Wasam asetat =xVx%
= 1,1949 gr/ml x 62,095 ml x 0,99
= 73,455 gr
1000
CA0 =
73,455 1000
= 250
60

= 4,897 mol/L
Wmetanol =xVx%
= 0,9032 gr/ml x 186,243 ml x 0,96
= 161,4861 gr
1000
CB0 =
161,4861 1000
= 250
34

= 18,9984 mol/L
(.)( 2 4 )
CA =
(.0,4)(5 0,23 )
= 5
= 0,08V 0,23

XA = 1-
0
Arah Kesetimbangan Teoritis
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
Gof reaksi = Gof produk - Gof reaktan

B-4
P2

Diketahui data Hof standar (Smith dkk, 2001) :


Hof 298 CH3COOH = - 484500 J/mol
Hof 298 C2H5OH = - 277690 J/mol
Hof 298 CH3COOC2H5 = - 480000 J/mol
Hof 298 H2O = - 285830 J/mol
Hof 298 = (Hof 298 CH3COOC2H5 + Hof 298 H2O)-( Hof 298 CH3COOH + Hof 298
C2H5OH)
= (-480000 285830) (-484500 277690)
= -3640 J/mol

Diketahui data Go standar (Yaws, 1997) :


Gof 298 CH3COOH = - 389900 J/mol
Gof 298 C2H5OH = - 174780 J/mol
Gof 298 CH3COOC2H5 = - 332200 J/mol
Gof 298 H2O = - 237129 J/mol
Maka :
Gof 298 = (Gof 298 CH3COOC2H5 + Gof 298 H2O)-( Gof 298 CH3COOH + Gof 298
C2H5OH)
= (-332200 237129) (-389900 1774780)
= -4649 J/mol

Dari persamaan Vant Hoff :


Gof 298 = -RT ln K
298
ln K =
1
(4649 )

ln K = 1
8,314 . 298

K = 6,5302

Variabel 1 55oC (328 K)


298 1 1
ln = ( )
2
1
(3640) 1 1

ln = 1 (328 298)
2 8,314

328
ln 6,5302 = 0,1344

K328 = 4,7921

B-5
P2

t (menit) Volume titran (ml) CA = 0,08V+0,23 XA


0 28,4 2,2720 0,4983
11 15,8 1,2640 0,7004
22 15,6 1,2480 0,7036
33 14,7 1,1760 0,7181
44 14,2 1,1360 0,7261

CA = CA0(1-XA) = CA0 - CA0XA = 4,897(1-XA)


CB = CB0 - CA0XA = 18,9984 - 4,897 XA
CC = CA0XA = 4,897 XA
CD = CA0XA = 4,897 XA
0 18,9984
= = = 3,8796
0 4,897

= = 1 2


= = 1 ( ) dengan = 1
2

0 = 1 ( )

(0 )(0 )
0 = 1 (0 (1 ). (0 0 )

2
0 0 2
0 = 1 (0 (1 )0 ( ) )
0

2
0 2
0 )
= 1 . 0 ((1 ( ) )
0

0 2
= 1 . 0 ((1 ) ( ) )
0

2
= 1 . 0 ((1 )( ) )

Mencari nilai XA
2
= 1 . 0 ((1 )( ) )

2
= 1 . 4,897((1 )(3,8796 ) )
4,7921

= 1 . 4,897( 0,79132 4,8796 + 3,8796)


= 1 . 3,8749( 2 6,1666 + 4,9028)


1
= 1
3,8749 0 ( 2 6,1666 + 4,9028) 0

B-6
P2

Rumus ABC
( 2 6,1666 + 4,9028) = ( 5,2289)( 0,9376)


0,2581 = +
0 ( 5,2289)( 0,9376) 5,2289 0,9376

+ = 0,2581
5,2289 0,9376
( 0,9376) + ( 5,2289)
+ =
5,2289 0,9376 ( 5,2289)( 0,9376)
0,9376 + 5,2289
=
( 5,2289)( 0,9376)
( + ) 0,9376 5,2289
=
( 5,2289)( 0,9376)
A+B=0
B = -A
0,9376 5,2289 = 1
0,9376 + 5,2289 = 1
4,2913 = 1
A = 0,233
B = - 0,233

Sehingga persamaan menjadi



0,233 0,233
0,2581 [ + ] = 1
0 5,2289 0 0,9376

0,2581(0,233)[ln( 5,2289)0 ln( 0,9376)0 ] = 1
( 5,2289)(0,9376)
0,0601 [ ] = 1 =
( 0,9376)(5,2289)

t (x) XA Y XY X2
0 0,4983 0,116 0 0
11 0,7004 0,2057 2,2627 121
22 0,7036 0,2084 4,5848 484
33 0,7181 0,2215 7,3095 1089
44 0,7261 0,2294 10,0936 1936
X= 110 Y= 0,981 XY= 24,2506 X2= 3630

xy
= = 2,2055 103 /
2 (x)2
1
=
2
1 5,4364 103
2 = = = 4,6024 104 /
5,026
Pada saat kesetimbangan
(0 )(0 )
= =
(0 (1 ))(0 0 )
Konstanta Kesetimbangan
2 (0,7261)2
= = = 0,6104
(1 )( ) (1 0,7261)(3,8796 0,7261)

B-7
P2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring sedang berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
bidang perindustrian di Indonesia, beragam industri terus melakukan inovasi dan
perkembangan salah satunya adalah industri kimia. Perkembangan tersebut memacu
kebutuhan produksi industri kimia yang terus meningkat, baik itu kebutuhan baku
maupun bahan penunjang lainnya. Bahan baku maupun bahan penunjang di industri
kimia sangatlah beragam. Salah satu bahan yang digunakan adalah etil asetat yang
merupakan salah satu jenis pelarut yang memiliki rumus molekul CH3COOC2H5
(Haritsah, 2013).
Esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dari asam karboksilat dan
alkohol. Produk reaksi berupa ester dan air. Persamaan umum reaksi ini dapat ditentukan
sebagai berikut: R-COOH + HO-R* R-COOR* + H2O.
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi eksotermis, bersifat reversibel dan
umumnya berjalan sangat lambat sehingga memerlukan katalis agar diperoleh ester yang
maksimal sehingga perlu dipelajari faktor-faktor menurut berbagai tinjauan dan
melakukan berbagai percobaan guna mengetahui berbagai variabel proses yang
berpengaruh terhadap proses esterifikasi tersebut (Haritsah, 2013).

1.2. Rumusan Masalah


Seiring sedang berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
bidang perindustrian di Indonesia, beragam industri terus melakukan inovasi dan
perkembangan salah satunya adalah industri kimia. Perkembangan tersebut
membutuhkan jumlah bahan baku dan bahan penunjang yang lebih banyak, seperti ester
sebagai pelarut.
Karena kebutuhan ester sebagai bahan penunjang dalam industri. Sebagai
Mahasiswa Teknik Kimia mampu meningkatkan jumlah dan efisiensi produksi dengan
memanfaatkan variabel-variabel yang berpengaruh pada operasi esterifikasi.

1.3. Tujuan Percobaan


1. Mengetahui pengaruh suhu operasi terhadap konversi pada proses esterifikasi.
2. Mengetahui pengaruh suhu operasi terhadap arah kesetimbangan (K) pada proses
esterifikasi.
3. Mengetahui pengaruh suhu operasi terhadap konstanta laju reaksi (k) pada proses
esterifikasi.
4. Mengetahui pengaruh waktu reaksi terhadap konversi pada proses esterifikasi.

1
P2

1.4. Manfaat Percobaan


1. Dapat memahami pengaruh suhu operasi terhadap konversi ester yang terbentuk.
2. Dapat mempelajari cara menentukan dan pengaruh variabel suhu operasi
terhadap arah kesetimbangan (K) dan konstanta laju reaksi (k)
3. Dapat melakukan kajian numerik dari percobaan yang telah dilakukan

2
P2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinetika Reaksi


Esterifikasi atau pembuatan ester merupakan reaksi antara asam karboksilat dan
alkohol dengan hasil reaksi ester dan air. Contohnya yaitu reaksi antara asam asetat dan
etanol. Reaksi esterifikasi antara lain sebagai berikut:
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
A + B C + D
Persamaan kecepatan reaksi kimia:

= = 1 [][] 2 [][]

Keterangan:
rC = kecepatan reaksi pembentukan ester
[A] = konsentrasi asam asetat [CH3COOH]
[B] = konsentrasi etanol [C2H5OH]
[C] = konsentrasi etil asetat [CH3COOC2H5]
[D] = konsentrasi air [H2O]
k1 = konstanta kecepatan reaksi ke kanan (arah produk)
k2 = konstanta kecepatan reaksi ke kiri (arah reaktan)
t = waktu reaksi

Ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi pembentukan ester akan makin
besar dengan kenaikan suhu, adanya pengadukan dan ditambahakan katalis. Hal ini
dapat dijelaskan oleh persamaan Arrhenius yaitu:

=
dengan :
k = kontanta laju reaksi
A = faktor frekuensi tumbukan
T = suhu
EA = energi aktivasi
R = konstanta gas ideal

Berdasarkan persamaaan Arrhenius dapat dilihat bahwa konstanta laju reaksi


dipengaruhi oleh nilai A, EA, dan T, semakin besar faktor tumbukan (A) maka konstanta
laju reaksinya semakin besar. Nilai energi aktivasi (EA) dipengaruhi oleh penggunaan
3
P2

katalis, adanya katalis akan menurunkan energi aktivasi sehingga nilai k semakin besar.
Semakin tinggi suhu (T) maka nilai k juga semakin besar. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kirbaskar dkk (2001) untuk reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol
menggunakan katalis asam dengan ion exchange resin diperoleh bahwa untuk reaksi ke
arah pembentukan produk (k1) memiliki nilai EA = 104129 kJ/kmol dan A = 2,6.1014
(m3)2 kmol-2 s-1.

2.2. Tinjauan Termodinamika


Berdasarkan tinjauan termodinamika kita dapat mengetahui apakah reaksi
tersebut searah atau bolak-balik dengan meninjau memalui perubahan energi Gibbs
(G). Reaksi esterifikasi antara asam asetat dan etanol terjadi menurut reaksi berikut :
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
Gof reaksi = Gof produk - Gof reaktan

Diketahui data Hof standar (Smith dkk, 2001) :


Hof 298 CH3COOH = - 484500 J/mol
Hof 298 C2H5OH = - 277690 J/mol
Hof 298 CH3COOC2H5 = - 480000 J/mol
Hof 298 H2O = - 285830 J/mol

Hof 298 = (Hof 298 CH3COOC2H5 + Hof 298 H2O)-( Hof 298 CH3COOH + Hof 298
C2H5OH)
= (-480000 285830) (-484500 277690)
= -3640 J/mol

Berdasarkan tinjauan termodinamika juga dapat diketahui bahwa reaksi tersebut


endotermis atau eksotermis dengan meninjau perubahan entalpi. Dari perhitungan
perubahan entalpi H bernilai negatif yang menandakan bahwa reaksi esterifikasi asam
asetat dengan etanol bersifat eksotermis.

Diketahui data Go standar (Yaws, 1997) :


Gof 298 CH3COOH = - 389900 J/mol
Gof 298 C2H5OH = - 174780 J/mol
Gof 298 CH3COOC2H5 = - 332200 J/mol
Gof 298 H2O = - 237129 J/mol
Maka :
Gof 298 = (Gof 298 CH3COOC2H5 + Gof 298 H2O)-( Gof 298 CH3COOH + Gof 298
C2H5OH)

4
P2

= (-332200 237129) (-389900 1774780)


= -4649 J/mol
Dari persamaan Vant Hoff :
Gof 298 = -RT ln K
298
ln K =
1
(4649 )

ln K = 1
8,314 . 298

K = 6,5302

Misalkan suhu operasi sebesar 54oC


Menghitung harga K pada suhu operasi 54oC (327 K) dapat dihitung:
298 1 1
ln = ( )
2
1
(3640) 1 1
ln = ( )
2 1 327 298
8,314

323
ln = 0,1303
6,5302
K323 = 5,732

Dari perhitungan energi Gibbs di dapat nilai K pada asumsi suhu 54oC didapat
nilai sebesar 5,732, maka dapat disimpulkan reaksi esterifikasi asam asetat dengan
etanol merupakan reaksi reversible.

Menghitung nilai konversi teoritis


Asumsi suhu 54oC didapatkan K = 5,732
Pada saat kesetimbangan
. (0 )(0 )
= =
. (0 (1 )). (0 0 )
( )2
=
(1 ). ( )
( )2
5,732 =
(1 ). ( )
XAe = 0,92
Sehingga pada saat kesetimbangan dengan suhu operasi 54oC secara teoritis
didapatkan nilai konversi sebesar 92%.

2.3. Mekanisme Reaksi


Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester

5
P2

asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2R dengan R dapat
berbentuk alkil ataupun aril (Pratiwi, 2011).
Katalis yang digunakan dalam esterifikasi dapat berupa katalis asam atau katalis
basa dan berlangsung secara reversible (Supardjan, 2004). Pada percobaan ini,
menggunakan asam karboksilat berupa asam asetat yang direaksikan dengan sebuah
alkohol berupa etanol menggunakan katalis asam. Untuk pembuatan etil asetat, reaksi
esterifikasi yang terjadi dalam percobaan ini dan mekanisme katalis asam pada hidrolisa
ester adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Reaksi esterifikasi

Mekanisme reaksi esterifikasi merupakan reaksi substitusi antara asil nukleofil


dengan katalisator asam (biasanya HCl atau H2SO4). Gugus karbonil dari asam
kaboksilat tidak cukup kuat sebagai elektrofil untuk diserang oleh alkohol. Katalisator
asam akan memprotonasi gugus karbonil dan mengaktivasinya ke arah penyerangan
nukleofil. Pelepasan proton akan menghasilkan hidrat dari ester, kemudian terjadi

transfer proton.

Mekanisme esterifikasi dengan katalis asam, meliputi :

6
P2

1. Pada tahap pertama, gugus karbonil akan terprotonasi oleh asam. Transfer proton
dari katalis asam menuju ke atom oksigen karbonil, sehingga terjadi peningkatan
elektrofisilitas pada atom karbon karbonil.
2. Tahap kedua, melibatkan adisi nukleofil yakni gugus OH pada alkohol
menyerang karbon karbonil yang telah terprotonasi. Sehingga ikatan C-O yang
baru (ikatan ester) terbentuk.
3. Tahap ketiga adalah tahap kesetimbangan dimana terjadi penghilangan gugus H+
pada ikatan ester yang baru. Deprotonasi dilakukan untuk membentuk ikatan C-
O yang stabil.
4. Pada tahap ke empat, salah satu gugus hidroksil harus terprotonasi, karena kedua
gugus hidroksilnya identik.
5. Tahap ke lima, melibatkan pemutusan ikatan C-O dan lepasnya air. Agar
peristiwa ini dapat terjadi, gugus hidroksil harus diprotonasi agar kemampuannya
sebagai gugus bebas/lepas lebih baik.
6. Tahap terakhir, ester yang berproton melepaskan protonnya.

2.4. Variabel yang Berpengaruh


Reaksi esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa variabel. Variabel-variabel yang
dimaksud antara lain (Hakim dan Irawan, 2010):
1. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin
besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan
reaksi sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan
menguntungkan karena tidak memperbesar hasil.
2. Perbandingan zat pereaksi
Dikarenakan sifatnya yang reversibel, maka salah satu reaktan harus
dibuat berlebih agar optimal dalam pembentukan produk ester yang ingin dihasilkan.
Pada penelitian ini, salah satu reaktan yang harus dibuat berlebih adalah metanol
3. Pengadukan
Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat
pereaksi dengan zat yang bereaksi semakin baik sehingga mempercepat reaksi
dan reaksi terjadi sempurna. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius :

=
Keterangan:
k = kontanta laju reaksi
A = faktor frekuensi tumbukan
T = suhu
EA = energi aktivasi

7
P2

R = konstanta gas ideal


Semakin besar tumbukan, maka semakin besar pula harga konstanta
kecepatan reaksi, sehingga reaksi dapat berjalan lebih optimal.
4. Suhu
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi
yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius, bila suhu naik
maka harga k semakin besar, sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin
besar.
5. Katalisator
Sifat reaksi esterifikasi yang lambat membutuhkan katalisator agar
berjalan lebih cepat. Katalisator berfungsi untuk mengurangi energi aktivasi pada
suatu reaksi, sehingga pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin
besar.

8
P2

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Waktu terhadap Konversi Esterifikasi


Tabel 4.1 Hasil praktikum variabel 1 (suhu reaksi 50oC)
t (menit) Volume titran (ml) CA = 0,08V+0,23 XA
0 28,4 2,042 0,4983
11 26 1,85 0,5368
22 17,2 1,146 0,6780
33 12,3 0,754 0,7566
44 9,5 0,53 0,8015

Tabel 4.2 Hasil praktikum variabel 2 (suhu reaksi 55oC)


t (menit) Volume titran (ml) CA = 0,08V+0,23 XA
0 28,4 2,042 0,4983
11 15,8 1,034 0,7004
22 15,6 1,018 0,7036
33 14,7 0,946 0,7181
44 14,2 0,906 0,7261

0.9000
0.8500
0.8000
0.7500
Konversi (XA)

0.7000
0.6500 Variabel 1
0.6000 Variabel 2
0.5500
0.5000
0.4500
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)

Gambar 4.1 Hubungan waktu dan variabel suhu terhadap konversi

Pada tabel 4.1, tabel 4.2 dan gambar 4.1 menunjukan konversi esterifikasi
mengalami peningkatan searah dengan semakin lamanya reaksi berlangsung pada kedua
variabel. Pada variabel 1, suhu reaksi 50oC, nilai konversi esterfikasi saat menit ke-0
sebesar 0,4983 dan saat menit ke-44 sebesar 0,8015. Pada variabel 2, suhu reaksi 55oC,

14
P2

nilai konversi esterfikasi saat menit ke-0 sebesar 0,4983 dan saat menit ke-44 sebesar
0,7261.
Secara teoritis, Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat
semakin besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan
reaksi sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan
menguntungkan karena tidak memperbesar hasil (Hakim dan Irawan, 2010).
Pada hasil praktikum yang kami dapat, semakin lama waktu reaksinya semakin
besar nilai konversinya. Hal ini sesuai dengan teori dimana semakin lama waktu
reaksinya, maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar sehingga menghasilkan
konversi yang besar (Hakim dan Irawan,2010).

4.2.2 Pengaruh Variabel Suhu terhadap Konversi Esterifikasi


Pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 menunjukan nilai konversi pada variabel 1 lebih
besar dibandingkan pada Variabel 2. Pada variabel 1, suhu reaksi 50oC, nilai konversi
esterfikasi saat menit ke-0 sebesar 0,4983 dan saat menit ke-44 sebesar 0,8015. Pada
variabel 2, suhu reaksi 55oC, nilai konversi esterfikasi saat menit ke-0 sebesar 0,4983
dan saat menit ke-44 sebesar 0,7261.
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar
sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah
tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan karena
tidak memperbesar hasil. Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak
konversi yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius, bila suhu naik
maka harga k semakin besar, sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin
besar (Hakim dan Irawan, 2010). Persamaan Arhenius :

=
Keterangan :
k = Konstanta Laju Reaksi
A = Frekuensi Tumbukan
R = Konstanta Gas
T = Suhu
EA = Energi Aktivasi (Levenspiel, 1985)
Pada hasil praktikum yang kami dapatkan, menunjukan bahwa nilai konversi
pada variabel 1 di menit ke-33 dan menit ke-44 , suhu reaksi 50oC, lebih besar daripada
nilai konversi pada variabel 2 di menit ke-33 dan menit ke-44. Hal ini disebabkan
kesetimbangan reaksi sudah tercapai. Nilai kesetimbangan pada variabel 1 sebesar 5,026
dan variabel 2 sebesar 4,7921. Hal ini yang menyebabkan variabel 2 mencapai
kesetimbangan lebih dulu dibandingkan variabel 1, dan pada variabel 2 tidak mengalami
peningkatan konversi yang signifikan (Hakim dan Irawan, 2010).

15
P2

4.2.3 Pengaruh Variabel Suhu terhadap Arah Kesetimbangan (K)


Harga Konstanta Kesetimbangan pada variabel 1 lebih besar daripada variabel 2.
Pada Variabel 1, suhu reaksi 50oC, harga Qc sebesar 1,0514 dan nilai K sebesar 5,026.
Sedangkan pada Variabel 2, suhu reaksi 55oC, harga Qc 0,6104 dan nilai K sebesar
4,7921.
Berdasarkan tinjauan termodinamika juga dapat diketahui bahwa reaksi tersebut
endotermis atau eksotermis dengan meninjau perubahan entalpi. Dari perhitungan
entalpi esterifikasi H bersifat negatif yang menandakan bahwa reaksi esterifikasi asam
asetat dengan etanol bersifat eksotermis maka semakin tinggi suhu reaksi yang
digunakan maka konstanta kesetimbangan semakin kecil (Smith, 2001).
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O Hof 298 = -3640 J/mol
Arah reaksi dapat dilihat berdasarkan perbandingan dengan Qc. Qc (reaction
quitient) adalah nilai yang diperoleh dengan cara mensubtitusikan konsentrasi awal ke
persamaan konstanta kesetimbangan (Kc). Jika Kc lebih besar dibandingkan Qc berarti
perbandingan konsentrasi awal produk terhadap reaktan terlalu kecil. Untuk mencapai
kesetimbangan, reaktan harus diubah menjadi produk. Sehingga sistem bergeser
cenderung ke arah produk hingga Qc=Kc (Harun, 2004).
Pada hasil praktikum yang kami lakukan, harga konstanta kesetimbangan pada
Variabel 1 lebih besar daripada Variabel 2, dikarenakan suhu reaksi pada variabel 1
(50oC) lebih kecil suhu pada variabel 2 (55oC) dan reaksi Esterifikasi merupakan reaksi
eksotermis yang ditunjukan dari nilai entalpi reaksinya yang negatif. Sehingga nilai
Konstanta Kesetimbangan pada variabel 2 lebih kecil dibandingkan pada variabel 1.
Nilai Kc pada kedua variabel lebih besar dibandingkan nilai Qc. Hal ini menunjukan
bahwa reaksi bergerak ke arah produk, tetapi belum mencapai kesetimbangan karena
nilai Qc = Kc (Harun, 2004).

4.2.4 Pengaruh Variabel Suhu terhadap Konstanta Laju Reaksi (k)

0.006

0.005
Konstanta Laju Reaksi (k)

0.004

0.003

0.002

0.001

0
Variabel 1 Variabel 2

k1 k2

16
P2

Gambar 4.2 Hubungan variabel suhu terhadap konstanta laju reaksi


Gambar 4.2 menunjukan hubungan variabel suhu terhadap konstanta laju reaksi
(k1 dan k2). Pada variabel 1 , suhu reaksi 50oC, harga k1 sebesar 5,4364 x 10-3 mol.menit
dan k2 sebesar 1,0817 x 10-3 mol/menit. Sedangkan pada Variabel 2, suhu reaksi 55 oC
harga k1 sebesar 2,2055 x 10-3 mol.menit dan k2 sebesar 4,6024 x 10-4 mol/menit.
Ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi pembentukan ester akan makin
besar dengan kenaikan suhu, adanya pengadukan dan ditambahkannya katalis. Hal ini
dapat dijelaskan oleh persamaan Arrhenius yaitu:

=
dengan :
k = kontanta laju reaksi
A = faktor frekuensi tumbukan
T = suhu
EA = energi aktivasi
R = konstanta gas ideal (Levenspiel, 1985)
Berdasarkan persamaaan Arrhenius dapat dilihat bahwa konstanta laju reaksi
dipengaruhi oleh nilai A, EA, dan T. Semakin tinggi suhu (T) maka nilai k juga semakin
besar (Kibaskar,2001). Pada reaksi esterifikasi :
CH2COOH + C2H2OH CH3COOC2H5 + H2O
A + B C + D
Persamaan kecepatan reaksi kimia:

= = 1 [][] 2 [][]

Dimana k1 merupakan konstanta kecepatan reaksi ke kanan atau ke arah produk,
dan k2 merupakan konstanta kecepatan reaksi ke kiri atau ke arah reaktan. Sehingga
semakin besar nilai dari k1 maka reaksi kearah produk akan semakin cepat.
Pada hasil praktikum yang kami dapat, harga konstanta kecepatan reaksi pada
variabel 1 lebih besar daripada pada variabel 2. Hal ini tidak sesuai dengan teori
dikarenakan reaksi esterifikasi merupakan reaksi eksotermis yang ditunjukan oleh
entalpi reaksinya :
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O Hof 298 = -3640 J/mol
Semakin tinggi suhu operasi yang digunakan maka nilai konversinya akan
semakin kecil (Smith, 2001). Hal akan berpengaruh pada nilai kecepatan reaksinya.
Semakin besar nilai konversinya maka nilai kecepatan reaksinya semakin besar yang
ditunjukan oleh persamaan :
( 5,1517)(0,9402)
0,0605 [(0,9402)(5,1517)] = 1 = pada Variabel 1 (50oC)

( 5,2289)(0,9376)
0,0601 [ ] = 1 = pada Variabel 2 (55oC)
( 0,9376)(5,2289)

17
P2

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan nilai pengali dan konversi per waktu
pada variabel 1 (50oC) lebih besar daripada pada variabel 2 (55oC) sehingga nilai y akan
semakin besar dengan korelasi dengan persamaan :
=
xy
=
2 (x)2
Bahwa semakin besar nilai y maka didapat nilai m ( k = kecepatan reaksi) yang lebih
besar.

18

You might also like