Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa saja alternatif pemecahan masalah dalam menangani rendahnya
cakupan kunjungan diare pada balita?
2. Bagaimana prioritas pemecahan masalah rendahnya cakupan kunjungan
diare pada balita?
3. Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan rendahnya
cakupan kunjungan diare pada balita?
3
b. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah
yang ditemukan didalam program puskesmas.
2. Bagi Puskesmas
a. Membantu Puskesmas untuk mengetahui pencapaian yang belum
maksimal.
b. Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya
puskesmas yang belum memenuhi target SPM.
c. Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian
terhadap masalah tersebut.
3. Bagi Masyarakat
Manfaat evaluasi ini bagi masyarakat adalah meningkatkan
cakupan kunjungan penderita diare pada balita untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat kelurahan Jati Padang.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1 Pengertian Diare
Definisi diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali perhari, disertai
dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah. Berdasarkan lama terjadinya, diare dibagi menjadi diare akut apabila
berlangsung kurang dari 14 hari dan diare presisten apabila berlangsung lebih dari
14 hari.1,2
2.1.2 Epidemiologi
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, jumlah
penderita diare di Indonesia sebanyak 4.128.256 dengan 633 kasus kejadian luar
biasa (KLB) dan case fatality rate untuk diare adalah 1,1/100 penduduk. Lima
provinsi di Indonesia dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua
(9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%) dan Banten (8,0%) serta
kelompok umur balita adalah kelompok yang paling sering mengalami diare dengan
insidensinya 6,7% dan karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok
umur 12-23 bulan (7,6%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%), laki-laki (5,5%).
Menurut survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, proporsi penderita diare pada usia balita
yaitu sebesar 21,65% pada kelompok usia 6 11 bulan, 14,43% pada kelompok
usia 12 17 bulan dan 12,37% pada kelompok usia 24 29 bulan. Diperkirakan 2
sampai 2,5 juta kematian pada balita di Indonesia berhubungan dengan terjadinya
diare.3,4
Di negara berkembang seperti Indonesia, anak balita mengalami rata-rata 3-4
kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali
5
kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk
diare.1
6
2. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
Ensefalitis dan sebagainya.
B. Faktor malabsorpsi
1. Malabsorpsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.
2. Malabsorpsi lemak terutama lemak jenuh
3. Malabsorpsi protein
C. Faktor makanan
- Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
D. Faktor psikologis
- Rasa takut dan cemas
Disamping faktor tersebut di atas ada beberapa faktor dari penderita yang
dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare, antara lain : kurang gizi/
malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/ imunosupresi dan
penderita campak.8
9
Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh 9 :
a. Malabsorpsi makanan
b. KKP (kekurangan kalori protein)
c. BBLR (bayi berat badan lahir rendah) dan bayi baru lahir
11
c. Nilai 7 -12 : dehidrasi berat
B. Asidosis Metabolik
Pada saat diare sejumlah besar bikarbonat dapat hilang melalui tinja.
Bila ginjal berfungsi normal ; kehilangan bikarbonat banyak diganti dan
kehilangan basa yang berat tidak akan terjadi. Bila mekanisme kompensasi
ini gagal akibat fungsi ginjal menurun aliran darah ke ginjal kurang karena
hipovolemi. Kemudian kekurangan basa dan asidosis terjadi dengan cepat.
Akibat produksi asam laktat yang berlebihan ketika penderita megalami
syok hipovolemik.
C. Hipokalemia
Penderita diare sering mengalami penurunan kadar kalium karena
kehilangan banyak melalui tinja. Kehilangan ini paling banyak pada bayi
dan dapat menjadi berbahaya pada anak yang kurang gizi, yang sebelumnya
sudah mengalami kekurangan kalium.
D. Hipoglikemia
12
Hipoglikemi terjadi pada 2- 3% dari anak-anak yang menderita diare.
Pada anak-anak dengan gizi cukup/baik, hipoglikemi jarang terjadi, lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya menderita KKP (Kurang Kalori
Protein). Gejala ini timbul bila kadar glukosa turun sampai 40 mg % pada
bayi dan 50mg% pada anak-anak.
E. Gangguan gizi
Pada pasien diare biasanya terjadi penurunan berat badan karena
makanan yang dihentikan, pengenceran susu atau gangguan pencernaan
makanan.
F. Gangguan sirkulasi
Berupa renjatan syok hipovolemik akibat gangguan perfusi jaringan.
13
Tabel 2.3 Gejala Klinis 5-7,10
Gejala klinis Derajat dehidrasi
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
dan kondisi
- Bayi & anak Haus, sadar, gelisah Haus, gelisah, atau Mengantuk,lemas,
kecil letargi tetapi ekstremitas dingin,
iritabel. sianotik berkeringat,
mungkin koma.
14
% kehilangan 4-5 % 6-9 % > 10 %
berat
Perkiraan 40-50 ml/kg 60-90 ml/kg 100-110 ml/kg
kehilangan cairan
1. Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi
dehidrasi. Para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan
tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih
mendekati osmolaritas plasma,sehingga kurang menyebabkan risiko
11
terjadinya hipernatremia.
Tabel 2.4 Komposisi Oralit Baru.11
Oralit baru (osmolaritas rendah) Mmol/liter
Natrium 75
Klorida 65
Glucose, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
3. Pemberian ASI/Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus
lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan
lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang
telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah
dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare
berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan.11
17
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya
bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), suspek kolera.11
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di
anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi
ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar
menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat
anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba,
giardia).11
11
Tabel 2.5 Pemilihan Antibiotik.
Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif
Kolera Tetracycline 12,5 mg/kgBB Erythromycin 12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari
Shigella Disentri Ciprofloxacin 15 mg/kgBB Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB
2x sehari selama 3 hari 1x sehari IM selama 2-5 hari
Amoebiasis Metronidazole 10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari (10 hari
pada kasus berat)
Giardiasis Metronidazole 5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
18
Rencana Terapi Diare
1. Rencana Terapi A : Terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi
dan malnutrisi
a. Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan
cairan dan garam untuk mengganti kehilangan cairan dan
elektrolit akibat diare. Jika ini tidak diberikan, tanda-tanda
dehidrasi dapat terjadi.
b. Ibu harus diajarkan cara untuk mencegah dehidrasi di rumah
dengan memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya,
bagaimana mencegah kekurangan gizi dengan terus memberi
makan anak, dan mengapa tindakan-tindakan ini penting. Mereka
harus juga tahu apa tanda-tanda menunjukkan bahwa anak harus
dibawa ke petugas kesehatan. Langkah-langkah tersebut
dirangkum dalam empat aturan Rencana Terapi A.11
19
Tabel 2.7 Penentuan jumlah cairan berdasarkan usia dan berat badan
Jumlah cairan yang harus diberikan dalam 4 jam pertama
Usia 4-11 bulan 12-23 bulan 2-4 tahun 5-14 tahun >15 tahun
Berat Badan 5-7,9 kg 8-10,9 kg 11-15,9 kg 16-29,9 kg >30 kg
Jumlah (ml) 200-400 400-600 600-800 800-1200 1200-2200 2200-4000
2.1.9 Komplikasi
Diare berakibat pada kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak
dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti 6,9:
1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam - basa (asidosis metabolik, hipokalemia dan
sebagainnya).
2. Hipokalemia (dengan gejala meterorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram)
3. Hipoglikemia
4. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktosa
karena kerusakan vili mukosa usus halus.
5. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
21
6. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.
2.2.3 Sejarah
Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilens Terpadu (SST)
berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan
Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami beberapa kali
perubahan dan perbaikan. Sistem tersebut disesuaikan dengan ketetapan
Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah; Undang
Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom; dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1116/MENKES/SK/VIII/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilens Epidemiologi Kesehatan
serta kebutuhan informasi epidemiologi untuk mendukung upaya
13
pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular.
23
Perubahan nomenklatur ditjen P2M dan PL menjadi Ditjen PP dan PL atas
dasar Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2005 tentang
kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Negara Republik Indonesia dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon 1 Kementerian
Negara Republik Indonesia dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan.13
24
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
memantapkan jejaring lintas program, lintas sektor, serta kemitraan
dengan masyarakat termasuk swasta untuk percepatan program
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular melalui pertukaran
informasi, pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat guna, dan
pemanfaatan sumber daya lainnya.
f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan
melalui penyusunan, review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum
penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan penyakit di
tingkat pusat hingga desa.
g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia di bidang
pencegahan dan pemberantasan penyakit sehingga mampu
menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat secara
berjenjang hingga ke desa.
h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk menyiapkan,
mengadakan, dan mendistribusikan bahan-bahan yang esensial untuk
mendukung penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan
penyakit hingga ke desa.
i. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
meningkatkan cakupan, jangkauan, dan pemerataan pelayanan
penatalaksanaan kasus penyakit secara berkualitas hingga ke desa.
BAB III
DATA UMUM DAN KHUSUS PUSKESMAS JATI PADANG
26
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kelurahan Jati Padang
E. Fasilitas Pendidikan
Tabel 3.1. Fasilitas pendidikan
Fasilitas
No. Jumlah
Pendidikan
1. TK 9
2. SD 10
3. MI 3
4. SLTP 3
5. SMU 3
6. SMK 3
7. UNIVERSITAS 2
Total 33
F. Fasilitas Kesehatan
Tabel 3.2. Fasilitas kesehatan
Sumber : Data Laporan Statistik Penduduk Kelurahan Jati Padang Juni Agustus tahun 2017
Tabel 3.4. Perincian Menurut Jumlah KK dan Kepadatan Penduduk bulan Juni - Agustus tahun
2017
Jumlah Jumlah Luas Kepadatan
No. Kelurahan
KK Penduduk Wilayah (2 ) Pend/Km
2
1 Jati Padang (Juni 2017) 14,210 42,870 2,5 17,148
2 Jati Padang (juli 2017) 14,200 42,895 2,5 17,158
3 Jati Padang(Agustus 2017) 14,209 42,902 2,5 17,160
Jumlah 42,619 128,667 2,5 17,155
Sumber: Data Laporan Statistik Penduduk Kelurahan Jati Padang bulan Juni Agustus tahun
2017
Tabel 3.5. Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Jati Padang bulan Juni Agustus tahun 2017
Sumber: Data Laporan Statistik Penduduk Kelurahan Jati Padang bulan Juni - Agustus tahun
2017
29
Dari tabel tersebut diatas, didapatkan bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio)
laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Dari tabel tersebut juga didapatkan
dependency ratio dari populasi di Kelurahan Jati Padang sebesar 0,46%, atau
dengan kata lain setiap 100 orang usia produktif mengandung beban 1 orang usia
non-produktif.
Tabel 3.10 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Jati Padang Bulan Juni -
Agustus 2017
No. Diagnosis Penyakit Jumlah Kunjungan Persentase (%)
1. Infeksi akut lain pernafasan atas 552 25,1 %
2. Penyakit pulpa & jaringan periodontal 342 15,5%
31
3. Hipertensi 297 13,5%
4. Diare 172 7,8%
5. Penyakit kulit alergi 168 7,6%
6. Penyakit lain-lain 156 7,1%
7. Penyakit sistem otot/tulang/sendi 144 6,5%
8. Gastritis 132 6,0%
9. Gingivitis 129 5,8%
10. Karies gigi 105 4,7%
Total 2.197 100%
Sumber: Laporan Bulanan Data Kesakitan Puskesmas Kelurahan Jati Padang Bulan Juni-Agustus
2017
32
3. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar ISO 9001-2008 yang
meliputi, Loket, Poli Umum, Poli Gigi, rekam medis, KIA, KB, Gizi, jiwa,
Askes, Gakin, Laboratrium sederhana, apotik dan penyuluhan kesehatan
serta klinik lain sesuai kebutuhan.
4. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
meliputi keder kesehatan, posyandu, RS, BPS, PKK, RT/RW, karang
taruna dll.
5. Mengkoordinasi program, temu litas sektoral dalam penanggulangan
masalah kesehatan masyarakat.
6. Menilai dan melaporkan kinerja, terjangkau, berksinambungan, mandiri
dan mengutamakan kepuasan pelanggan.
3.1.6 Tujuan
a. Mengembangkan profesionallisme SDM medis dan non medis
b. Terwujudnya penempatan karyawan sesuai dengan ahlinya
c. Meningkatkan prestasi kerja dan kinerja karyawan
d. Terwujudnya mutu pelayanan kesehatan yang paripurna untuk kepuasan
pelanggan sesuai standar ISO 9001-2008
e. Terwujudnya sistem manajemen puskesmas
f. Terwujudnya kerjasama dengan mitra kerja, lintas sektoral dan institusi baik
pemerintah maupun swasta
g. Terwujudnya pengetahuan masyarakat tentang betapa pentingnya masalah
kesehatan.
34
Sesuai Inpres Kesehatan Nomor 5 Tahun 1974, Nomor 7 Tahun 1975 dan
Nomor 4 Tahun 1976. Sejak tahun 1979, mulai dirintis pembangunan Puskesmas
di daerah-daerah tingkat Kelurahan atau Desa yang memiliki jumlah penduduk
sekitar 30.000 jiwa. Dan untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berada di
suatu kecamatan, maka salah satu Puskesmas tersebut ditunjuk sebagai
penanggung jawab dan disebut dengan nama Puskesmas Tingkat Kecamatanatau
Puskesmas Pembina. Sedang Puskesmas yang ada di tingkat Kelurahan atau Desa
disebut Puskesmas Kelurahan atau Puskesmas Pembantu. Pengkategorian
Puskesmas seperti ini, hingga sekarang masih digunakan.
Puskesmas Jati Padang merupakan puskesmas tingkat kelurahan yang
berada langsung dibawah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.Puskesmas Jati
Padang berdiri pada tahun 2012. Sebelum menjadi Puskesmas, merupakan balai
pengobatan yang hanya bergerak dibidang upaya kesehatan perorangan yang
hanya fokus pada poli umum, poli gigi, kesehatan ibu dan anak serta KB (KIA-
KB). Di tahun pertama lokasi Puskemas Jati Padang berada di Jalan Jati Padang
1A dan dikepalai oleh dr. Titi. Di tahun kedua (2013) Puskesmas Jati Padang
relokasi ke Jalan Jati Padang Raya RT/RW 07/03 dengan dr. Desi sebagai kepala
Puskesmas. Pada bulan Juli 2016 Puskesmas Jati Padang relokasi tempat untuk
yang keempat kalinya ke Jalan Raya Ragunan No. 25 dengan drg. Erna sebagai
Kepala Puskesmas. Status daripada sarana fisik Puskesmas Jati Padang masih
berupa sistem sewa. Sarana dan prasarana Puskesmas Jati Padang terdiri dari 2
lantai:
a. Lantai I
- Loket
- BPU dan ruang tindakan
- BPG
- KB-KIA, MTBS, Imunisasi
- Ruang Obat dan Apotik
- Ruang TU, Konsultasi Gizi dan Kesehatan Reprodusi Remaja
- Dapur
- Toilet
35
b. Lantai II
- Poli Paru
- Musholla
- Toilet
- Ruang pertemuan
- Gudang obat
3.2.2 P1 (Perencanaan)
a. Man
Sebagaimana tercantum pada Tabel 3.11, Puskesmas Kelurahan Jati
Padang memperkerjakan 9 orang, dengan 8 orang tenaga kesehatan didalamnya,
diantaranya ialah 1 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 2 orang bidan, 2
orang perawat, 1 orang perawat gigi, 1 orang administrasi dan 1 orang petugas
gizi.
36
Tabel 3.11 Jumlah Tenaga Kerja di Puskesmas Kelurahan Jati Padang
Gol/Status Kepegawaian
No. Tenaga Kerja Jumlah
PNS Non-PNS
37
Diagram 3.1. Struktur Organisasi Puskesmas
b. Money
Pendanaan Puskesmas DKI bersifat mandiri dan langsung, yang dikelola
oleh BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) berdasarkan keputusan Gubernur
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 366/2012, terdiri dari :
a. Dana kapitasi, pendanaan gaji dan obat
b. APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah), sebagai sumber dana BOK
(Badan Operasional Kesehatan) yang diperuntukkan untuk cakupan program
Puskesmas
c. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) ditujukan untuk inventory
Puskesmas Jati Padang sebagai Puskesmas tingkat Kelurahan menerima
hasil inventory yang dibutuhkan sesuai dengan POA (Plan of Action) langsung
dari kecamatan sejak program e-billing diterapkan.
38
Diagram 3.2. Skema Pendanaan Puskesmas Kelurahan Jati Padang
c. Material
Puskesmas Kelurahan Jati Padang memiliki sarana dan prasarana yang
berasal dari alokasi logistik Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dengan
penambahan aset pada tahun 2015 bersumber dari belanja modal dana APBD.
39
No Jenis Sarana Uraian Kondisi
Dental Unit (1), Meja (1), Kursi (3),
Lemari Alkes (1), Kompresor (1),
Sterilisator (1), Alat-alat Kesehatan lain
Lemari obat (1 ), Meja (1), meja obat (1),
Ruang Obat
Filing kabinet (1)
Baik
Rak Status (1), Meja (1), Komputer (2),
Ruang TU dan Gizi Baik
Filling Kabinet (1), Lemari (1), Kursi (4)
Tabel 3.13 Data Inventoris Wajib dimiliki Puskesmas Kelurahan Jati Padang
Komputer/PC 3 Unit
40
Meja Kerja 11 Unit
d. Method
Tabel 3.14 Data Program Puskesmas dimiliki Puskesmas Kelurahan Jati Padang
41
Kunjungan Neonatal (KN) 97
Cakupan (PKN) 100
Peserta KB Aktif 76,92
Imunisasi
HB-0 80
BCG 95
DPT HB Total (1) 95
DPT HB Total (2) 95
DPT HB Total (3) 95
Polio 1 95
Polio 2 90
Polio 3 90
Polio 4 90
Campak 95
4. Gizi Cakupan Balita yang datang dan ditimbang 85
5. P2P TB PARU
1. Pengobatan penderita TB Paru (DOTS) BTA 94
Positif (baru)
2. Angka Kesembuhan (TB) 85
Kusta
1. Penemuan tersangka penderita Kusta 18
2. Pengobatan penderita Kusta 4
3. Pemeriksaan kontak penderita 22
Pelayanan Imunisasi
1. Imunisasi DPT 1 pada bayi 95
2. Imunisasi HB - 1 < 7 hari 80
3. Imunisasi campak pada bayi 95
4. Imunisasi DT pada anak kelas 1 SD 95
42
5. Imunisasi TT pada anak SD kelas 2 & 3 95
Cakupan pasien (semua umur) dengan diare yang 63
ditangani (sesuai standar)
ISPA
1.Cakupan pasien (semua umur) datang dengan ISPA 95
yang ditemukan/ditangani
2. Balita dengan pneumonia yang 55
ditemukan/ditangani (sesuai standar)
Target 2016
No Program Identifikasi Program
(%)
6. PERKESMA Presentae kasus keluarga resiko tinggi / prioritas yang Sesuai Kasus
S dibina
1 UKS Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan 100
setingkat
2 Jiwa Presentase kunjungan pasien jiwa ke puskesmas 15
Tabel 3.15 Program Puskesmas yang dimiliki Puskesmas Kelurahan Jati Padang
45
Tabel 3.16
PLANNING OF ACTION (POA) TAHUN 2016 PUSKESMAS KELURAHAN JATI PADANG
46
47
48
3.2.3 P2 (Pelaksanaan dan Pengorganisasian)
3.2.3.1 Lintas Program
Penggalangan kerja sama lintas program dilaksanakan dalam bentuk
Lokakarya Mini Tahunan. Pada lokakarya ini dibahas pembagian tugas masing-
masing staf berupa:
1. Tugas Pokok merupakan tugas pelayanan dan pembinaan kesehatan
masyarakat, yaitu tugas yang berhubungan dengan fungsi Puskesmas dan
berhubungan dengan pelayanan dan pembinaan kesehatan masyarakat di
Puskesmas yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pokok.
2. Tugas integrasi merupakan tugas pengembangan peran serta masyarakat,
yaitu tugas yang dibebankan kepada seseorang yang berkaitan dengan
pengembangan dan pembinaan peran serta masyarakat.
3. Tugas tambahan merupakan tugas yang dibebankan kepada setiap petugas
berdasarkan kesepakatan bersama serta atas perintah pimpinan.
49
Tabel 3.17. Gantt Chart dalam Pembagian Tugas dan Wilayah Kerja
Sasaran Cakupa Persen
Nama Pencapaia
No Targe 3 bulan n Cakupa Jadwal Lokas
Petuga Upaya Kegiatan Sasaran n
. t (%) berjala Kegiata n Kerja i
s (%)
n n
Kunjungan bumil K1 100 801 200 378 189,00 189,00 Juni -
Kunjungan bumil K4 96 801 200 242 121,00 126,04 Agustu
Ibu hamil dengan 164 41 40 97,56 110,86 s 2017
komplikasi yang 88
ditangani
1. KIA
Berlian Pertolongan persalinan 763 190 152 80,00 81,63 R.
98
a oleh tenaga kesehatan KIA
Kunjungan neonates 97 184 184 113 61,41 63,33
Kunjungan bayi (<1 thn) 97 184 184 147 79,89 82,36
Kunjungan balita 92 3071 767 611 79,66 86,59
KB Aktif 76 7313 1541 1396 90,60 119,21
2. KB
KB Baru Tidak ada data
3. Linda Gizi Balita yang datang dan 85 3131 3131 2584 82,53 97,08
ditimbang
Bayi (6-11 bulan) yang R.Gizi
diberi kapsul vitamin A 100 - 300 395 131,67 131,67
dosis tinggi 1x/tahun
Balita (12-59 bulan)
yang diberi kapsul
100 - 1500 2195 146,33 146,33
vitamin A dosis tinggi
2x/tahun
50
Sasaran Cakupa Persen
Nama Pencapaia
No Targe 3 bulan n Cakupa Jadwal Lokas
Petuga Upaya Kegiatan Sasaran n
. t (%) berjala Kegiata n Kerja i
s (%)
n n
Cakupan pasien (semua 95 350 305 87,14 91,72
R. Poli
umur) datang dengan
TB
ISPA yang ditemukan /
Paru
ditangani
Cakupan pasien (semua 63 300 111 37,00 38,94
umur) dengan diare
yang ditangani (sesuai R.
standar) KIA/
Balita dengan TB yang 55 160 32 20,62 22,91 BP
ditangani (sesuai
3. Diana P2M standar)
Angka Bebas Jentik Tidak ada data
51
Sasaran Cakupa Persen
Nama Pencapaia
No Targe 3 bulan n Cakupa Jadwal Lokas
Petuga Upaya Kegiatan Sasaran n
. t (%) berjala Kegiata n Kerja i
s (%)
n n
Polio(3) 90 184 70 38,04 42,27
Polio (4) 90 184 71 38,59 42,87
Campak 95 184 55 29,89 31,46
Kesehatan Tidak ada data
Ibu dan Ibu &
Anak Anak
Keluarga
Berencana PUS
Gizi Semua
Kalangan Dalam
PromKe Penyuluha Imunisasi <1 /Luar
4. Wismar 100 Tahun
s n gedun
Diare Balita g
52
Sasaran Cakupa Persen
Nama Pencapaia
No Targe 3 bulan n Cakupa Jadwal Lokas
Petuga Upaya Kegiatan Sasaran n
. t (%) berjala Kegiata n Kerja i
s (%)
n n
ISPA
Kusta/ Semua
Frambusia Kalangan
Kesehatan
53
Sasaran Cakupa Persen
Nama Pencapaia
No Targe 3 bulan n Cakupa Jadwal Lokas
Petuga Upaya Kegiatan Sasaran n
. t (%) berjala Kegiata n Kerja i
s (%)
n n
Gigi dan
Mulut
Kesehatan
Mata
Kesehatan
Jiwa
Kecacinga Anak
n sekolah
54
3.2.3.2 Lintas Sektoral
Lintas sektoral Puskesmas Kelurahan Jati Padang dibangun berdasarkan
kerjasama antar beberapa tokoh yang ada di masyarakat kelurahan seperti kader
(jumantik, lansia dan posyandu), Ibu-ibu PKK, pihak sekolah-sekolah, kepala
RT,RW, Kelurahan dan juga masyarakat Jati Padang. Total kader jumatik, sebagai
sukarelawan di Kelurahan Jati Padang berjumlah 101 ditiap RT sementara kader
posyandu berjumlah 30. Dari total 28 sekolah yang dilibatkan, terjalin kerjasama
di 7 TK, 6 SD, 3 MI, 5 SMP/MTS, 2 SMU/MA dan 1 SLB.
a. Komunikasi Internal
55
c. Evaluasi Kinerja Pegawai
56
berkesinambungan
Langkah Kegiatan
57
pedoman pelaksanaan supervisi untuk puskesmas kelurahan jati padang seperti
tabel diatas.
3.2.4.3 Evaluasi
58
BAB IV
PERENCANAAN
59
4.1.2. Kerangka Pikir Masalah
Pada penelitian ini ditemukan adanya masalah yang terjadi pada program-
program Puskesmas Kelurahan Jati Padang. Dasar untuk memutuskan adanya
masalah, yaitu:
1. Adanya kesenjangan antara target dan pencapaian dari program.
2. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut,
dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat dalam mencegah dan
melakukan tindakan pertolongan pertama terhadap kejadian diare.
60
Tabel 4.1. Daftar Pencapaian Program Puskesmas Kelurahan Jati Padang bulan Juni - Agustus
2017
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Indikator Target Sasaran dalam 3 Cakupan Pencapaian
(%) bulan Kegiatan Persen (%)
(%)
KIA
Kunjungan K1 100 200 378 189,00 189,00
Kunjungan K4 96 200 242 121,00 126,04
Ibu hamil dengan 88 41 40 97,56 110,86
komplikasi yang
ditangani
Pertolongan persalinan
98 190 152 80,00 81,63
oleh tenaga kesehatan
Kunjungan neonatus 97 184 113 61,41 63,33
Kunjungan bayi ( < 1thn) 97 184 147 79,89 82,36
Kunjungan balita 92 767 611 79,66 86,59
KB
61
Gizi
Perbaikan Gizi Masyarakat
Bayi (6-11 bulan) yang
diberi kapsul vitamin A 100 300 395 131,67 131,67
dosis tinggi 1x/tahun
Balita (12-59 bulan) yang
diberi kapsul vitamin A 100 1500 2195 146,33 146,33
dosis tinggi 2x/tahun
Balita yang datang dan
85 3131 2584 82,53 97,09
ditimbang
62
Polio 4 90 42,87 47,13
DPT/HB-Hib 1 95 68,65 26,35
DPT/HB-Hib 2 95 64,07 30,93
DPT/HB-Hib 3 95 56,06 38,94
Campak 95 31,46 63,54
Cakupan pasien (semua umur) datang dengan ISPA 95 91,69 3,31
yang ditemukan/ditangani
Cakupan pasien (semua umur) dengan diare yang 95 39,03 55,97
ditangani (sesuai standar)
Cakupan pasien dengan TB yang ditangani (sesuai 90 22,91 67,09
standar)
Bayi (6-11 bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis 31,67
100 131,67
tinggi 1x/tahun
Balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A 46,33
100 146,33
dosis tinggi 2x/tahun
Balita yang datang dan ditimbang 85 97,09 12,09
Tabel 4.2. Program yang Belum Mencapai Target di Puskesmas Jati Padang bulan Juli-Agustus 17
Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
Masukkan ke rumus : k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 23
= 1+ 3,3 (1,36)
= 5,5 dibulatkan menjadi 6
Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar
dengan terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah : terbesar adalah 89% dan terkecil adalah 3,28%
Nilai terbesar Nilai terkecil
Interval =
89 3,28
: = 14,3
6
63
Langkah 4. Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah
kolom/kelas:
64
Cakupan pasien
(semua umur)
19. dengan diare yang X 4
ditangani (sesuai
standar)
Cakupan pasien
dengan TB yang
20. X 5
ditangani (sesuai
standar)
Bayi (6-11 bulan)
yang diberi kapsul
21. X 2
vitamin A dosis
tinggi 1x/tahun
Balita (12-59 bulan)
yang diberi kapsul
22. X 4
vitamin A dosis
tinggi 2x/tahun
Balita yang datang
24. X 1
dan ditimbang
65
b. Mudah menyebar/meluas :4
c. Cukup menyebar/meluas :3
d. Sulit menyebar/meluas :2
e. Tidak menyebar/meluas :1
4. Sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan (potency)
dinilai sebagai berikut :
a. Sangat banyak :5
b. Banyak :4
c. Cukup banyak :3
d. Kurang banyak :2
e. Tidak banyak :1
66
23. Balita yang datang dan ditimbang 2 2 2 4 10
67
Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling
menentukan dapat atau tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Kesesuaian (Propriety)
2. Secara Ekonomis murah (Economic)
3. Dapat diterima (Acceptability)
4. Tersedianya sumber (Resources availability)
5. Legalitas terjamin (Legality)
68
Setelah nilai dari kriteria A, B, C, dan D didapat, hasil tersebut dimasukan
dalam formula nilai prioritas dasar (NPD), serta nilai prioritas total (NPT)
untuk menentukan prioritas masalah yang dihadapi:
NPD = (A+B) x C NPT = (A+B) x C xD
69
Setelah dilakukan penentuan prioritas masalah dengan teknik Hanlon
Kuantitiatif, didapatkan urutan prioritas masalah yang terdapat di Puskesmas
Kelurahan Jati Padang.
70
proses, output, outcome dan environtment sehingga dapat ditemukan hal-hal yang
dapat menyebabkan munculnya suatu masalah.
Tabel 4.10. Analisis kemungkinan penyebab masalah kurangnya cakupan pasien dengan diare
yang ditangani
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN -Tersedia tenaga kesehatan -Minimnya SDM untuk
(Tenaga Kerja) yang terlatih dalam melakukan promosi
melakukan diagnosis dan kesehatan
tatalaksana diare -Terlalu banyak program
-Tersedia tenaga kerja yang yang dipegang oleh seorang
mampu membuat penanggung jawab program
pendataan dan pencatatan
data -Pengetahuan kader yang
-Terdapat kader yang siap masih minim mengenai
membantu petugas diare
kesehatan
MONEY -Pemeriksaan dan -
(Pembiayaan) tatalaksana diare
disediakan oleh pemerintah
secara gratis
METHOD -Terdaapat bagan -Kurangnya penyuluhan
(Metode) tatalaksana diare sesuai rutin mengenai diare
dengan 5 langkah tuntaskan kepada masyarakat dan
diare dan derajat keparahan sosialisasi kepada para kader
dehidrasi akibat diare -Kurangnya evaluasi rutin
dalam hal pengendalian
penyakit diare
MATERIAL -Material yang diperlukan -Tidak ada media
(Perlengkapan) untuk melakukan penyampaian yang menarik
penyuluhan, pemeriksaan, seperti pamphlet, poster dan
penanganan diare serta brosur
pendataannya sudah -Kurangnya pengadaan
tersedia alat dan barang untuk
program pojok diare
MARKET -Puskesmas mudah di -Kurangnya kesadaran
(Masyarakat) jangkau masyarakat masyarakat untuk datang
71
melakukan pemeriksaan dan
pengobatan di puskesmas
Tabel 4.11. Analisis kemungkinan penyebab masalah ditinjau dari faktor proses dan
lingkungan
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
P1 -Terdapat program -Tidak dilakukan case
(Perencanaan) penemuan dam pendataan finding aktif
penyakit diare serta standar -Tidak terdapatnya jadwal
oprasional program tertulis mengenai
penyuluhan
P2 -Adanya kerjasama
(Penggerakan dan multisektoral yang. -Masyarakat yang kurang
Pelaksanaan ) -Adanya kader-kader yang kooperatif
membantu penyuluhan dan -Kurangnya penyuluhan
pendataan mengenai penyakit diare
-Terdapat pengawasan
P3 terhadap penemuan
(Penilaian, Pengawasan dan penderita diare yang -Tidak dilakukannya proses
Pengendalian) dilakukan oleh penanggung evaluasi program
jawab program -Tdak terdapat monitoring
-Terdapat sistem tentang prilaku dan pola
pencatatan dan pelaporan hidup sehat terkait
tentang cakupan pencegahan diare.
penanganan diare
Lingkungan
-Puskesmas yang dapat -Kurangnya kesadaran
dijangkau oleh masyarakat masyarakat akan bahaya
-Pemeriksaan dan diare sehingga sering
penanganan gratis yang dianggap remeh
disediakan oleh pemerintah -Kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai
prilaku dan pola hidup sehat
sebagai pencegahan diare
72
PROSES Kurangnya evaluasi berkala
terhadap hasil cakupan P3
program yang dijalankan
MONEY
METHOD
1. Kurangnya penyuluhan
MAN
rutin mengenai diare kepada
masyarakat dan sosialisasi 1. Minimnya SDM untuk
kepada para kader melakukan promosi LINGKUNGAN
2. Kurangnya monitoring rutin kesehatan
1. Kurangnya kesadaran masyarakat
dalam hal pengendalian 2. Terlalu banyak program
penyakit diare yang dipegang oleh seorang akan bahaya diare sehingga sering
penanggung jawab program dianggap remeh
3. Pengetahuan kader yang 2. Kurangnya pengetahuan
minim masyarakat mengenai prilaku dan
MATERIAL pola hidup sehat sebagai
1. Tidak ada media
pencegahan diare
MARKET
penyampaian seperti
pamphlet, poster dan Kurangnya kesadaran masyarakat
brosur mengenai diare untuk datang melakukan
2. Kurangnya pengadaan pemeriksaan dan pengobatan di
alat dan barang untuk INPUT
puskesmas
program pojok diare
Masyarakat Kurangnya
Tidak kurang kesadaran untuk
Sistem pendataan Rendahnya Kurangnya kooperatif datang melakukan
tersedianya
dan pelaporan pengetahuan monitoring pemeriksaan dan
media promosi
belum maksimal kader mengenai pengendalian pengobatan di
yang menarik
untuk diare penyakit diare puskesmas
penyuluhan
Kurangnya
Kurangnya pengetahuan
evaluasi berkala Kurangnya Rendahnya tentang pola
terhadap hasil penyuluhan dan kesadaran prilaku hidup
cakupan program pelatihan kepada masyarakat akan sehat
para kader
Terlalu banyak
program yang Minimnya jumlah
tenaga kesehatan Taraf
dipegang seorang Kurang Informasi yang
untuk melakukan pendidikan
penanggung informasi diperoleh salah
promosi kesehatan rendah
jawab program
2 Tidak ada media penyampaian yang menarik mengenai diare Membuat media promosi menarik seperti
brosur, poster dan pamphlet mengenai diare
3 Kurangnya evaluasi berkala terhadap hasil cakupan program yang dijalankan Menjalankan evaluasi cakupan program per
3 bulan
4 Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bahaya diare sehingga minimnya Penyuluhan mengenaia diare yang lebih
kesadaran untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan diare di puskesmas mendalam dan menarik
5 Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pola hidup sehat Penyuluhan mengenai hidup sehat serta
konseling agar terciptanya prilaku dan pola
hidup sehat
75
4.2.3. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks
Setelah menentukan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan kriteria
matriks dengan rumus MxIxV/C.
Masing-masing penyelesaian masalah diberi nilai berdasarkan kriteria:
1. Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
Dengan nilai 1-5 dimana semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan
maka nilainya mendekati angka 5.
2. Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan
maka nilainya mendekati angka 5.
3. Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah
maka nilainya mendekati angka 5.
4. Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan
Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya
mendekati angka 1.
76
melakukan pemantauan terhadap lingkungan
dan kebiasaan masyarakat yang menjadi faktor
resiko diare
77
4.3.2. Metode Diagnostik
4.3.2.1. Jenis Data
Jenis data pada evaluasi program ini menggunakkan kualitatif dan
kuantitatif.
a. Data kualitatif:
Data ini diperoleh dari hasil wawancara kepala program,
wawancara dengan koordinator pelaksana Program
Penanggulangan Penyakit Menular, dokter puskesmas, kader dan
orang tua balita di Puskesmas Kelurahan Jati Padang.
b. Data kuantitatif:
Data ini diperoleh dari data laporan bulanan cakupan pasien dengan
diare yang pada bulan Juni Agustus 2017.
Keterangan
: jumlah sampel minimal yang dibutuhkan
: tingkat kemaknaan, dengan nilai 1.96
: prevalensi diare, pada studi ini didapatkan sebesar 21,65% =
0,2165.4
:1 , pada studi ini didapatkan 1 0,2165 = 0,7835
: kesalahan absolut yang dapat diterima, berdasarkan pustaka yang
ada pada studi ini digunakan 5%
N : jumlah balita yang berada di RW 06 dan 08 adalah sebanyak 1022
orang.
79
260
Populasi Finite = 260 = 207 sampel
(1+ )
1022
80
4.4 Rencana Kegiatan (Plan of Action)
81
Penanggung Kriteria
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Dana Metode
Jawab Keberhasilan
Tabel 4.14. Plan of Action Peningkatan Cakupan Kunjungan Diare di Puskesma Kelurahan Jati Padang
Penanggung Kriteria
No Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Dana Metode
Jawab Keberhasilan
1 Melakukan penyuluhan Meningkatkan Orangtua RW 08 Kepala Kepala Oktober Dana Metode Meningkatnya
kepada orangtua balita pengetahuan balita di dan RW Puskesmas Program, 2017 swadaya penyuluhan pengetahuan
mengenai diare, serta kesadaran lingkungan 06 Bidan, langsung. orangtua balita
pencegahan dan masyarakat kerja Kelurahan Dokter Pelaksana mengenai diare
penanganannya serta mengenai diare Puskesmas Jati muda penyuluhan dengan
memberikan dan mengubah Kelurahan Padang bertatap melakukan
demonstrasi mengenai perilaku Jati Padang muka pembandingan
cara pembuatan oralit masyarakat dengan skor pre-test
dan dilakukakan agar sasaran dan dan post-test.
didepan pelaksana. menerapkan didengar
pola hidup oleh
sehat di orangtua
keluarga balita. Dan
dilakukan
pengisian
kuesioner
pre-test dan
post-test
82
2 Membuat poster Meningkatkan Orangtua RW 08 dan Kepala Kepala Okt-17 Dana Metode Masyarakat
dan leaflet pengetahuan serta balita di RW 06 Puskesmas Program, swadaya pembagian menerima
sebagai media kesadaran lingkungan Kelurahan Bidan, leaflet diberikan leaflet serta
promosi masyarakat kerja Jati Padang Dokter kepada posyandu
mengenai diare mengenai diare dan Puskesmas muda masyarakat menerima poster
dan mengubah perilaku Kelurahan yang mengenai diare
penanganannya masyarakat agar Jati Padang berkunjung ke
kepada orangtua menerapkan pola bagian
balita hidup sehat di pelayanan
keluarga Puskesmas
Kelurahan Jati
Padang
3 Melakukan Meningkatkan Kader di RW 08 dan Kepala Kepala Okt-17 Dana Wawancara Meningkatnya
pelatihan dan pengetahuan kader lingkungan RW 06 Puskesmas Program, swadaya dengan kader pengetahuan
wawancara agar dapat kerja Kelurahan Bidan, kader mengenai
kepada kader menyampaikan Puskesmas Jati Padang Dokter diare ditinjau
mengenai diare, informasi mengenai Kelurahan muda, dari wawancara
pencegahan diare dengan baik Jati Padang secara langsung
diare dan dan benar kepada kepada para
penanganannya orangtua balita serta kader setelah
dapat melakukan pelatihan
pemantauan terhadap
lingkungan dan
kebiasaan
masyarakat yang
menjadi faktor
resiko diare
83
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENGORGANISASIAN
84
5.2 Evaluasi Data Kuantitatif
5.2.1 Data Univariat Responden
Berdasarkan hasil analisis kegiatan berupa pembagian kuisioner kepada
orangtua balita di posyandu RW 008 dan posyandu RW 006 di Kelurahan
Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu didapatkan data sosiodemografi subjek
penelitian, yaitu usia, pendidikan dan perkerjaan.
85
Tabel 5.4 Pekerjaan responden
Pekerjaan Jumlah Persen
responden
Pegawai Negeri 13 orang 5,46 %
Pegawai Swasta 36 orang 15,12 %
Wiraswasta 67 orang 28,15 %
Ibu rumah tangga 114 orang 47,89 %
Lain-lain 8 orang 3,36 %
Berdasarkan data hal yang dilakukan saat anak diare didominasi oleh
mengobati anak sendiri sebanyak 166 orang (69,75%), diikuti dengan
membawa anak ke faskes primer (30,25%).
Sedangkan mengenai fasilitas kesehatan yang didatangi jika anak
mengalami diare didominasi oleh Puskesmas sebanyak 105 orang (44,12%),
bidan sebanyak 75 orang (31,51%), Klinik 24 Jam sebanyak 32 orang
(13,45%), dan Rumah Sakit sebanyak 26 orang (10,92%).
86
Tabel 5.6 Fasilitas kesehatan yang didatangi jika anak sakit
Hal yang dilakukan Jumlah responden Persen
pertama jika anak diare
Puskesmas 105 orang 44,12 %
Bidan 75 orang 31,51 %
Klinik 24 Jam 32 orang 13,45 %
Rumah Sakit 26 orang 10,92 %
87
6,7,8 Tatalaksana 48 233
10 pencegahan 238 238
Berikut hasil deskriptif data pengetahuan orang tua saat pre-test dan post-test.
Metode
Variabel Mean Standar p value
Analisis
Deviasi
Paired Samples Pre Test 6,96 1,16
0.000
T Test Post Test 9,56 0,55
Hal ini seperti yang terdapat pada kuotasi berikut. Menurut salah satu
responden ketika ditanyai apa itu diare katanya sih, anak dibilang diare kalo
udah 2 hari mencret gak berenti-berenti, sedangkan ketika ditanya mengenai
kapan membawa anak ke dokter, salah satu responden menjawab yah saya
bawa kalo anak saya udah rewel banget. Dari hasil wawancara ini juga
didapatkan pendapat responden yang bervariasi mengenai penanganan awal
diare dan pencegahan dehidrasinya, kebanyakan responden menjawab dengan
dilakukan pemberian air teh hangat, oralit, ASI, kuah kaldu, susu formula dan
air kunyit. Hal ini seperti yang terdapat pada kuotasi berikut. Menurut
responden 1 saya cuma kasih ASI karena anak saya baru 5 bulan atau oralit
dari dokter kalo udah gedean dan menurut responden 2 biasanya saya kasih
the manis anget sama air kunyit dok.
89
balita. Wawancara kepada kader Posyandu dilakukan saat acara arisan kader
RW 08 dan RW 06 Kelurahan Jati Padang.
Dari hasil wawancara kepada kader didapatkan kemungkinan
penyebab masalah yang utama dari faktor input, proses dan lingkungan,
yaitu:
1) Kurangnya pengetahuan kader mengenai diare pada anak, terutama dalam hal
kapan harus membawa anak diare ke Puskesmas.
2) Tidak adanya media promosi sebelumnya.
3) Tidak adanya penyuluhan yang spesifik dari kader mengenai diare pada balita
di Posyandu.
Seperti yang tertera pada hasil wawancara dengan salah satu kader
Biasanya yang penyuluhan sih dari dokternya dok. Kalo kami jarang
karena kan udah sibuk bagi-bagi tugas dan toh kami juga kurang ngerti
dok, sementara menurut kader lain, penyuluhan tidak selalu dilakukan
karena menurutnya informasi yang akan disampaikan sudah diketahui oleh
orantua balita, Ya suka dilakuin penyuluhan, tapi nggak selalu diare. Kalo
diare sih, kayaknya ibu-ibunya udah pada tau. Tergantung ibu-ibunya lagi
pingin tanya apa, klo ada perntanyaan ya kita jawab semampunya. Paling
itu aja sih dok.
Setelah wawancara, dilakukan pembekalan dan pelatihan kepada
kader mengenai diare pada balita. Materi pembekalan berisikan:
1) Definisi diare
2) Penyebab diare infeksi maupun non infeksi
3) Gejala klinis yang sering menyertai diare
4) Gejala dehidrasi akibat diare dan derajat dehidrasi
5) Komplikasi diare
6) Pertolongan pertama pada diare
7) Kapan anak dengan diare harus dibawa ke fasilitas kesehatan
8) Pencegahan diare
Kemudian dilakukan sesi tanya jawab, dimulai dari para kader yang
bertanya kepada si pemberi materi apabila penyajian materi kurang jelas
90
dimengerti oleh pada kader dan dilanjutkan dengan si penyaji materi
bertanya kepada para kader untuk mengetahui tingkat pemahaman para
kader mengenai materi yang diberikan.
Beberapa pertanyaan dari kader tercatum dalam kuotasi berikut, dok,
tadikan dibilang kalo diare bikin dehidrasi, nah kalo anaknya diare terus
dikasi oralit apa masih bisa dehidrasi ?, susu formula boleh gak sih dok
dikasi ke anak yang diare, kan tadi dibilang kalo ASI bisa dikasi ? dan
dok ada yang bilang kalo obat bisa bikin diare, bener ga sih dok ?.
Ada beberapa pertanyaan yang sulit dijawab oleh para kader saat
diberi pertanyaan dari penyaji, yaitu mengenai gejala klinis yang sering
menyertai diare, penyebab-penyebab diare dan derajat dehidrasi. Hal ini
mungkin disebabkan banyaknya poin-poin yang harus dihafalkan oleh para
kader, namun setelah diberikan waktu dan sedikit bantuan dalam cara
menghafal, akhirnya para kader dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Sesi pembekalan dan pelatihan baru usai apabila sebagian besar kader
yang hadir dalam acara tersebut telah memahami materi yang disampaikan,
ditinjau dari jawaban yang diberikan para kader kepada si penyaji materi
saat sesi tanya jawab.
91
diberikan puskesmas kecamatan biasanya sedikit dan jarang posyandu
kebagian. Sedangkan penyuluhan mengenai diare kepada masyarakat
sudah dilaksanakan, meskipun belum terjadwal dengan baik seperti yang
dilampirkan pada kuotasi berikut. Memang ada penyuluhan tentang diare
ke masyarakat, tapi karena di Puskesmas Kelurahan Jati Padang
petugasnya terbatas jadi untuk penyuluhan emang jarang, kalo ada juga
biasanya digabung dengan acara-acara lain. Memang sih, sebaiknya
dilakukan penyuluhan yang fokus mengenai diare setiap 6 bulan sekali.
Dalam proses pencatatan dan pelaporan kasus diare juga sudah
dilakukan oleh pemegang program P2M sesuai dengan prosedur. Dalam hal
pelaporan juga dilakukan setiap bulannya ke Kecamatan. Hal ini seperti
yang tertera pada kuotasi berikut: Pasien yang datang dengan diare pasti
selalu kita didata dan nantinya data itu kita rekapitulasi dan kirim ke
Kecamatan setiap bulannya.
Mengenai pencarian kasus diare secara aktif belum dapat dilakukan
oleh pihak puskesmas, namun puskesmas biasanya datang mengunjungi
wilayah yang memiliki penderita diare yang banyak, berdasarkan data
keterangan jumlah pasien diare di salah satu wilaya yang datang berkunjung
ke puskesmas dan berdasarkan laporan dari para kader. Pada
pelaksanaannya dilakukan penilaian kepada beberapa aspek. Tetapi terdapat
aspek yang sulit diubah yaitu sifat dari masyarakat itu sendiri. Hal ini tertera
pada kuotasi berikut Kalau memang banyak laporan diare dari kader atau
dari data pasien poli, kami bakal turun ke lapangan buat lihat faktor
lingkungan di wilayah itu. Yang dinilai biasanya adalah pembuangan
sampah, saluran got, serta binatang yang berada di lingkungan tersebut.
Kemudian kami bakal melaporkan ke pihak kelurahan, nanti kelurahan
yang menuntaskan. Biasanya sih bakal berulang lagi, meskipun udah
dilakukan perbaikan dari kelurahan, karena sifat warganya sendiri yang
sulit diubah. Mengenai peran dari kader kesehatan sendiri dalam
menanggulangi masalah diare dinilai belum cukup baik kadernya tidak
92
semuanya aktif kalau mengenai diare. Tapi bila ada laporan dari kader,
pasti langsung kami tindaklanjuti.
Dari hasil wawancara kepada pemegang program P2M, dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya
cakupan penanganan diare di Puskesmas Kelurahan Jati Padang. Dari faktor
man (tenaga kerja) didapatkan bahwa kurangnya tenaga kesehatan yang
bergerak di bidang P2M sehingga penyuluhan mengenai diare pada balita
jarang dilakukan, serta kurangnya keaktifan petugas kesehatan dan kader
dalam case finding diare secara aktif. Untuk material, kurangnya pengadaan
alat dan barang untuk program pojok diare dan media promosi seperti leaflet
dan poster. Selain itu juga telah didiskusikan dengan pemegang program
P2M, seperti tercantum pada hasil perolehan data univariat mengenai
fasilitas kesehatan yang sering didatangi pasien sewaktu anak sakit, dimana
diperoleh sebanyak 31,51% pasien datang ke bidan dan 13,45 % pasien ke
klinik 24 jam. Angka tersebut cukup bermakna, oleh karena itu diharapkan
kedepannya Puskesmas dapat berkerjasama dengan klinik 24 jam dan bidan
di lingkungan kerja Puskesmas Kelurahan Jati Padang yang nantinya dapat
membantu Puskesmas dalam pendataan mengenai balita yang menderita
diare dan meningkatkan angka cakupan balita dengan diare yang
ditatalaksana sesuai prosedur.
93
BAB VI
PENGAWASAN, PENGENDALIAN, DAN PENILAIAN KINERJA
94
mengerti tentang materi pelatihan yang diberikan. Tujuan pelatihan ini adalah
untuk menambah wawasan dan mengingatkan kembali akan bahaya diare.
Diharapkan nantinya, ilmu yang diberikan dalam pelatihan ini dapat diterapkan
oleh para kader untuk mengedukasi para masyarakat dilingkungan kerjanya
tentang diare dan dapat membantu para petugas kesehatan dalam mencegah
kejadian diare serta melakukan case finding aktif penderita diare terutama
balita.
95
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) yang menunjukkan hasil
kegiatan puskesmas pada bulan Juni Agustus 2017, didapatkan masalah
dengan prioritas cakupan kunjungan balita dengan diare. Hasil cakupan
penanganan diare yang sesuai dengan SPM bulan Juni - Agustus 2017 sebesar
39,03%. Dari jumlah sampel yang ada didapatkan hanya 18,52% ibu yang
membawa balita dengan diare ke fasilitas kesehatan primer.
Hasil cakupan yang tidak sesuai dengan target disebabkan oleh berbagai
faktor. Diantara faktor tersebut yaitu, faktor man didapatkan kurangnya tenaga
kerja baik dalam jumlah maupun keterampilan. Dari faktor market, kurangnya
kesadaran ibu membawa balita berobat ke puskesmas wilayah tempat
tinggalnya dengan alasan dapat menangani penyakitnya dengan sendiri, dari
faktor material, kurangnya pengadaan alat dan barang untuk program pojok
diare dan media promosi seperti leaflet dan poster serta dari faktor method
berupa minimnya evaluasi rutin dalam hal pengendalian penyakit diare serta
kurangnya sosialisasi kepada masyarakat dan kader. Diare merupakan salah
satu dari 10 besar penyakit terbanyak di Puskesmas Kelurahan Jati Padang
tahun 2017, hal ini dikarenakan pencegahan penyakit menular yang masih
kurang dan berkaitan erat dengan sulitnya perubahan perilaku pada masyarakat
yang berkaitan dengan hidup bersih dan sehat guna pencegahan diare.
Alternatif pemecahan masalah yang akan dilakukan antara lain dengan
memberikan pelatihan secara terpadu mengenai kasus diare kepada para kader
serta penerapannya. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat melalui
media promosi yang menarik, interaktif dan edukatif serta memberikan materi
yang bervariasi serta mengevaluasi penerapannya di masyarakat dengan
memberdayakan sumber daya yang ada.
96
7.2 Saran
A. Terhadap Puskesmas Kelurahan Jatipadang:
1. Meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja sumber daya manusia
yang ada.
2. Mengadakan kerjasama dengan klinik 24 jam dan bidan di lingkungan
kerja Puskesmas Kelurahan Jati Padang yang nantinya dapat
membantu Puskesmas dalam pendataan mengenai balita yang
menderita diare dan meningkatkan angka cakupan balita dengan diare
yang ditatalaksana sesuai prosedur.
3. Memberikan penyuluhan secara rutin mengenai diare, dapat
disertakan dengan pembagian media promosi agar informasi dapat
mudah menyebar di masyarakat.
B. Terhadap kader
1. Meningkatkan pengetahuan kader mengenai diare agar lebih pro-aktif
terhadap kasus diare yang beredar di masyarakat.
2. Melakukan edukasi mengenai diare, pengobatan dan pencegahannya
secara rutin kepada masyarakat pada setiap kegiatan seperti posyandu.
C. Terhadap Masyarakat:
1. Masyarakat diharapkan dapat menerapkan cara-cara pengobatan dan
pencegahan penyakit menular pada balita, khususnya kasus diare, dan
tahu kapan harus membawa anak ke fasilitas kesehatan.
2. Masyarakat diharapkan untuk menyebarkan informasi yang sudah
didapat dari kegiatan tersebut kepada masyarakat yang tidak hadir
agar program penanganan diare dapat terlaksana dengan baik.
3. Masyarakat diharapkan untuk aktif melakukan pelaporan kepada
kader, ataupun Puskesmas bila terdapat kasus diare di lingkungan
tempat tinggalnya.
97
Daftar Pustaka
1. Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. In : Juffrie M, Soenarto SSY, Oswarni H, Arief S,
Rosalina I, Mulyani NS. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Anak. 1th ed. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015. p. 87-118.
2. Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th
ed. Philadelphia: Elsevier; 2016.p.1761-63
3. Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan: Jakarta.
4. Hermawan L, Hendro L, Loho T, Kuswenda D, Putri A, Yussianto A, et al. 2010.
Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan
Ibu p. 10-8.
5. Bambang S, Nurtjahjo BS, Juffrie M, et al. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi jilid
I Jakarta: UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI. 2010. P 87-121.
6. Arif M, Kuspuji T, Rakmi S, et al. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keempat Jilid 1.
Jakarta : Media Aesculapius. 2016. P 500-504.
7. Suharyono. Diare Akut: Klinik dan Laboratorik. 1st ed. Jakarta: Rinek Cipta. 2008.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.
Available at: http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf. Accessed 15 september 2017.
9. Hendarwanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. 6th ed. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2014. P 451-57.
10.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Ed:
Husein A, Rusepno H. FKUI: Jakarta. 1985. P 283-312.
11.Kementrian Kesehatan RI. Situasi diare di Indonesia. Jakarta. 2011.
12.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Available at: http://pptm.depkes.go.id/cms/frontend/. Accessed 15 september 2017.
13.Sejarah Pemberantasan Penyakit di Indonesia. Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Pemeliharaan Lingkungan Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
2007.
98
Lampiran.
A. Media Promosi Penyakit Diare
a. Leaflet
99
b. Poster
100
B. Foto Foto Penyuluhan
101
C. Foto Foto Pelatihan Kader
102
D. Kuesioner pre test dan post test
1. Nama Responden :
2. Alamat Responden :
3. Umur Responden :
a). < 20 tahun b). 21-30 tahun
c). 31-40 tahun d). >40 tahun
5. Pekerjaan Responden :
a). Pegawai Negeri
b). Pegawai Swasta
c). Wiraswasta
d). Ibu rumah tangga
e). Lain-lain
7. Fasilitas kesehatan manakah yang anda sering datangi untuk mengobati peyakit
anak anda.(jelaskan ALASANNYA?)
a). Puskesmas b). Bidan
c). Klinik 24 jam d). Rumah Sakit
103
Petujuk Pengisian Tes: Isilah kuesioner dengan mencontreng () pada jawaban
yang anda anggap pilihan yang benar.
No Pertanyaan Benar Salah
Diare adalah suatu keadaan dimana seseorang buang air besar
encer lebih dari 3x dalam sehari. Kadang-kadang disertai
1
mual muntah, badan panas, lemah lesu, tidak selera makan
serta keluar darah atau lendir dari kotoran
Diare merupakan penyakit yang salah satu faktor
penyebabnya adalah lingkungan dan kebiasaan yang buruk
2
seperti sarana air bersih yang tidak terpenuhi dan
pembuangan tinja sembarangan
104