You are on page 1of 104

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Definisi diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali perhari, disertai
dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah. Berdasarkan lama terjadinya, diare dibagi menjadi diare akut apabila
berlangsung kurang dari 14 hari dan diare presisten apabila berlangsung lebih
dari 14 hari. Secara klinis penyebab diare terbagi menjadi enam kelompok, yaitu
infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan makanan, imunodefisiensi dan penyebab
lainnya, seperti gangguan fungsional dan malnutrisi. Diare merupakan masalah
global dengan lebih dari satu milyar kasus di dunia tiap tahunnya dan dengan 3,3
juta kasus kematian sebagai akibatnya.1,2
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, jumlah
penderita diare di Indonesia sebanyak 4.128.256 dengan 633 kasus kejadian luar
biasa (KLB) dan case fatality rate untuk diare adalah 1,1/100 penduduk. Lima
provinsi di Indonesia dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua
(9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%) dan Banten (8,0%) serta
kelompok umur balita adalah kelompok yang paling sering mengalami diare
dengan insidensinya 6,7% dan karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada
kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%), laki-laki
(5,5%). Menurut survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, proporsi penderita diare
pada usia balita yaitu sebesar 21,65% pada kelompok usia 6 11 bulan, 14,43%
pada kelompok usia 12 17 bulan dan 12,37% pada kelompok usia 24 29
bulan. Diperkirakan 2 sampai 2,5 juta kematian pada balita di Indonesia
berhubungan dengan terjadinya diare.3,4
Di negara berkembang seperti Indonesia, anak balita mengalami rata-rata
3-4 kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9
kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan
untuk diare.1
1
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan
dan kematian karena diare antara lain, melaksanakan tata laksana penderita diare
yang sesuai standar, baik di sarana kesehatan maupun di rumah tangga,
melaksanakan surveilans epidemiologi & Penanggulan Kejadian Luar Biasa,
mengembangkan Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam pengelolaan program yang meliputi
aspek manejerial dan teknis medis, mengembangkan jejaring lintas sektor dan
lintas program, pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian
penyakit diare, dan melaksanakan evaluasi sabagai dasar perencanaan
selanjutnya. Adapun strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan
pemerintah adalah melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di
sarana kesehatan melalui lima langkah tuntaskan diare ( LINTAS Diare),
meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar,
meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB diare, melaksanakan upaya
kegiatan pencegahan yang efektif, melaksanakan monitoring dan evaluasi.4
Meskipun telah digalakan program yang sistematis dalam
penanggulangannya, diare masih merupakan salah satu penyakit yang masuk
dalam daftar 10 penyakit terbanyak di pelayanan kesehatan primer dan masih
menjadi beban ekonomi yang tinggi disektor kesehatan Indonesia oleh karena
sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit ditempati pasien
dengan penyakit diare.1
Di puskesmas kelurahan Jati Padang sendiri, pada tahun 2017 diare
menempati 10 besar penyakit yang paling sering dialami oleh pasien. Oleh
karenanya, puskesmas kelurahan Jati Padang harus memiliki upaya yang
berkelanjutan, menyeluruh, terpadu, sistematis dan objektif dalam
menanggulangi penyakit diare dan menjalankan peran serta fungsinya dalam hal
promotif, preventif, dan kuratif, sebagai pusat pelayanan kesehatan primer dan
sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa saja alternatif pemecahan masalah dalam menangani rendahnya
cakupan kunjungan diare pada balita?
2. Bagaimana prioritas pemecahan masalah rendahnya cakupan kunjungan
diare pada balita?
3. Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan rendahnya
cakupan kunjungan diare pada balita?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari evaluasi program ini adalah untuk meningkatkan cakupan
kunjungan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jati
Padang.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui hasil pencapaian program kunjungan dan penanganan diare
pada balita di Puskesmas Kelurahan Jati Padang pada bulan Juni-Agustus
2017.
b. Menentukan alternatif pemecahan masalah dan solusi dari program
kunjungan dan penanganan diare pada balita di Puskesmas Kelurahan Jati
Padang.
c. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan cakupan dari kunjungan
penderita diare pada balita di Puskesmas Kelurahan Jati Padang masih
rendah.
d. Membuat rencana kegiatan untuk pemecahan prioritas masalah di
Puskesmas Kelurahan Jati Padang.

1.4 Manfaat Kegiatan


1. Bagi Mahasiswa
a. Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.

3
b. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah
yang ditemukan didalam program puskesmas.
2. Bagi Puskesmas
a. Membantu Puskesmas untuk mengetahui pencapaian yang belum
maksimal.
b. Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya
puskesmas yang belum memenuhi target SPM.
c. Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian
terhadap masalah tersebut.
3. Bagi Masyarakat
Manfaat evaluasi ini bagi masyarakat adalah meningkatkan
cakupan kunjungan penderita diare pada balita untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat kelurahan Jati Padang.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare
2.1.1 Pengertian Diare
Definisi diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali perhari, disertai
dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah. Berdasarkan lama terjadinya, diare dibagi menjadi diare akut apabila
berlangsung kurang dari 14 hari dan diare presisten apabila berlangsung lebih dari
14 hari.1,2

2.1.2 Epidemiologi
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, jumlah
penderita diare di Indonesia sebanyak 4.128.256 dengan 633 kasus kejadian luar
biasa (KLB) dan case fatality rate untuk diare adalah 1,1/100 penduduk. Lima
provinsi di Indonesia dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua
(9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%) dan Banten (8,0%) serta
kelompok umur balita adalah kelompok yang paling sering mengalami diare dengan
insidensinya 6,7% dan karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok
umur 12-23 bulan (7,6%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%), laki-laki (5,5%).
Menurut survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, proporsi penderita diare pada usia balita
yaitu sebesar 21,65% pada kelompok usia 6 11 bulan, 14,43% pada kelompok
usia 12 17 bulan dan 12,37% pada kelompok usia 24 29 bulan. Diperkirakan 2
sampai 2,5 juta kematian pada balita di Indonesia berhubungan dengan terjadinya
diare.3,4
Di negara berkembang seperti Indonesia, anak balita mengalami rata-rata 3-4
kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali

5
kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk
diare.1

2.1.3 Klasifikasi Diare


A. Lama Waktu Diare
1. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.5
2. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.5
3. Diare persisten, merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang
menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan
kelanjutan dari diare akut (peralihan antara diare akut dan kronik, dimana
lama diare kronik yang dianut yaitu yang berlangsung lebih dari 30
hari).5
B. Mekanisme Patofisiologik
1. Diare osmotik dimana terjadi peningkatan osmotik isi lumen usus.
2. Diare sekretorik dimana terjadi peningkatan sekresi cairan usus.5

2.1.4 Etiologi Diare


Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam beberapa
golongan. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi.6,7
A. Faktor infeksi
1. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
a. Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella dan sebagainya
b. Infeksi virus : Enterovirus ( virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus dan sebagainya
c. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis ), Jamur ( Candida albicans)

6
2. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
Ensefalitis dan sebagainya.
B. Faktor malabsorpsi
1. Malabsorpsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.
2. Malabsorpsi lemak terutama lemak jenuh
3. Malabsorpsi protein
C. Faktor makanan
- Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
D. Faktor psikologis
- Rasa takut dan cemas

2.1.5 Cara Penularan dan Faktor Risiko


Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak
langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).8
Faktor risiko terjadinya diare adalah :
1. Faktor perilaku
2. Faktor lingkungan
3. Faktor perilaku antara lain :
a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ ASI (ASI eksklusif), memberikan
Makanan Pendamping/ MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi
kontak terhadap kuman.
b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.
c. Tidak menerapkan Kebiasaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum
member ASI/ makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak.
d. Penyimpanan makanan tidak higienis.
7
4. Faktor lingkungan antara lain :
a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan
Mandi Cuci Kakus (MCK)
b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

Disamping faktor tersebut di atas ada beberapa faktor dari penderita yang
dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare, antara lain : kurang gizi/
malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/ imunosupresi dan
penderita campak.8

2.1.6 Mekanisme Diare


Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekretorik dan
osmotik. Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik
lebih sering ditemukan pada infeksi saluran cerna. Begitu pula kedua mekanisme
tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu anak. 7,9
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi absorpsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida
di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi cairan
yang mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagian tinja cair.
Hal ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada diare infeksi, perubahan ini
terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin bakteri
seperti toksin Escherichia coli dan Vibrio cholera 01 atau virus (rotavirus). Pada
diare sekretorik, toksin merangsang c-AMP atau c-GMP untuk mensekresikan
secara aktif air dan elektrolit ke dalam lumen usus sehingga terjadi diare. 9
Diare osmotik (osmotic diarrhea), disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti terlihat
pada bagan I.
b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan
kimia, makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas,
terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf,
hawa dingin, alergi dan sebagainya.
8
c. Difesiensi imun terutama SIgA (Secretory Immunoglobulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flora usus dan
jamur, terutama Candida.
d. Kenaikan tekanan osmotik dalam lumen usus akibat fermentasi
makanan yang tidak diserap akan menarik air sel kedalam lumen usus
sehingga terjadi diare. Diare jenis ini terjadi karena kita menelan
makanan yang sulit diserap, baik karena memang makanan tersebut
sulit diserap (magnesium, fosfat, laktulosa, sorbitol) atau karena
terjadi gangguan penyerapan di usus (penderita defisiensi laktose yang
menelan laktosa). Karbohidrat yang tidak diserap di usus ini akan
difermentasi di usus besar, dan kemudian akan terbentuk asam lemak
rantai pendek. Meskipun asam lemak rantai pendek ini dapat diserap
oleh usus, tetapi jika produksinya berlebihan, akibatnya jumlah yang
diserap kalah banyak dibandingkan jumlah yang dihasilkan, sehingga
menyebabkan peningkatan osmolaritas di dalam usus. Peningkatan
osmolaritas ini akan menarik air dari dalam dinding usus untuk keluar
ke rongga usus. Akibatnya, terjadi diare cair yang bersifat asam,
dengan osmolaritas yang tinggi (> 2x[Na + K]), tanpa disertai adanya
leukosit di feses. Contoh diare jenis ini adalah diare pada penderita
defisiensi enzym laktase yang mengkonsumsi makanan yang
mengandung laktosa. Ciri diare jenis ini adalah diare akan berhenti
jika penderita puasa (menghentikan memakan makanan yang
menyebabkan diare tersebut). 7,9

Gambar 2.1 Mekanisme diare osmotik9

9
Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh 9 :
a. Malabsorpsi makanan
b. KKP (kekurangan kalori protein)
c. BBLR (bayi berat badan lahir rendah) dan bayi baru lahir

Tabel 2.1 Perbedaan Diare Osmotik dan Sekretorik9


Osmotic Diarrhea Secretory Diarrhea
Volume of stool <200 mL/24 hr >200 mL/24 hr
Response to fasting Diarrhea stops Diarrhea continues
Stool Na* <70 mEq/L >70 mEq/L
Reducting substances * Positive Negative
Stool Ph <5 >6

2.1.7 Manifestasi Klinis


Diare merupakan keadaan dimana tinjanya encer, dan dapat bercampur
darah dan lendir. Diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar
melalui tinja. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka
10
hal ini dapat menyebabkan kematian. Gejala diare biasanya timbul yang di
awali dengan gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada, dan kemudian timbul diare, tinjanya cair dan di sertai lendir
atau lendir dan darah.
A. Dehidrasi
Pada orang yang terkena diare dapat menyebabkan terjadinya
dehidrasi yang dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, dapat pula terjadi
hipoglikemi, intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus dan
defisiensi enzim laktosa. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang
hilang 5%. Jika cairan yang hilang lebih dari 10% disebut dehidrasi berat.5,6
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada
pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
Untuk menilai tingkat keparahan dari dehidrasi ini dapat kita nilai melalui
gejala-gelaja yang ada, untuk dapat menilainya sistematis maka bisa di
gunakan nilai skor Maurice King atau Kehilangan berat badan.5,6

Tabel 2.2 Skor Maurice King.10

Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan


yang diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau,
apatis, mengantuk koma/syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
UUB Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi/menit Kuat < 120 Sedang (120-140) Lemah > 140

Berdasarkan nilai skor dapat ditentukan derajat dehidrasi 10 :


a. Nilai 0 -2 : dehidrasi ringan

b. Nilai 3 -6 : dehidrasi sedang

11
c. Nilai 7 -12 : dehidrasi berat

Kehilangan berat badan :

a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan BB 2 %


b. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan BB 2 - 5 %
c. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan BB 5 -10 %
d. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan BB > 10%

Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi


renjatan hipovolemik dengan gejala gejala yaitu denyut jantung menjadi
cepat, denyut nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, penderita
menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen sampai
soporokomatous). Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai
anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, tampak pucat dengan pernafasan
yang cepat dan dalam (pernafasan Kussmaul).5-7

B. Asidosis Metabolik
Pada saat diare sejumlah besar bikarbonat dapat hilang melalui tinja.
Bila ginjal berfungsi normal ; kehilangan bikarbonat banyak diganti dan
kehilangan basa yang berat tidak akan terjadi. Bila mekanisme kompensasi
ini gagal akibat fungsi ginjal menurun aliran darah ke ginjal kurang karena
hipovolemi. Kemudian kekurangan basa dan asidosis terjadi dengan cepat.
Akibat produksi asam laktat yang berlebihan ketika penderita megalami
syok hipovolemik.

C. Hipokalemia
Penderita diare sering mengalami penurunan kadar kalium karena
kehilangan banyak melalui tinja. Kehilangan ini paling banyak pada bayi
dan dapat menjadi berbahaya pada anak yang kurang gizi, yang sebelumnya
sudah mengalami kekurangan kalium.

D. Hipoglikemia

12
Hipoglikemi terjadi pada 2- 3% dari anak-anak yang menderita diare.
Pada anak-anak dengan gizi cukup/baik, hipoglikemi jarang terjadi, lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya menderita KKP (Kurang Kalori
Protein). Gejala ini timbul bila kadar glukosa turun sampai 40 mg % pada
bayi dan 50mg% pada anak-anak.

E. Gangguan gizi
Pada pasien diare biasanya terjadi penurunan berat badan karena
makanan yang dihentikan, pengenceran susu atau gangguan pencernaan
makanan.

F. Gangguan sirkulasi
Berupa renjatan syok hipovolemik akibat gangguan perfusi jaringan.

13
Tabel 2.3 Gejala Klinis 5-7,10
Gejala klinis Derajat dehidrasi
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
dan kondisi
- Bayi & anak Haus, sadar, gelisah Haus, gelisah, atau Mengantuk,lemas,
kecil letargi tetapi ekstremitas dingin,
iritabel. sianotik berkeringat,
mungkin koma.

- Anak lebih Haus, sadar, gelisah Haus, sadar, Biasanya sadar,


besar merasa pusing gelisah, ekstremitas
dan dewasa pada perubahan dingin, sianotik dan
posisi berkeringat, kulit jari-
jari tangan da kaki
keriput, kejang otot.
Nadi radialis Normal (frekuesi & Cepat dan lemah Cepat, halus, kadang
isi) tak teraba.
Pernafasan Normal Dalam, mungkin Dalam dan cepat.
cepat.
Ubun-ubun besar Normal Cekung Sangat cekung
Elastisitas kulit Pada pencubitan, Lambat Sangat lambat (<2)
elastisitas kembali
segera.
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Kering Sangat kering
Selaput lendir Lembab Kering Sangat kering
Pengeluaran urin Normal Berkurang dan Tidak ada urin untuk
warna tua beberapa jam, kandung
kencing kosong,
Tekanan darah Normal Normal-rendah > 80 mmHg, mungkin
sistolik tidak teratur.

14
% kehilangan 4-5 % 6-9 % > 10 %
berat
Perkiraan 40-50 ml/kg 60-90 ml/kg 100-110 ml/kg
kehilangan cairan

2.1.8 Penatalaksanaan diare


Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi
semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun
sedang dirawat di rumah sakit, yaitu 11 :
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua

1. Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi
dehidrasi. Para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan
tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih
mendekati osmolaritas plasma,sehingga kurang menyebabkan risiko
11
terjadinya hipernatremia.
Tabel 2.4 Komposisi Oralit Baru.11
Oralit baru (osmolaritas rendah) Mmol/liter
Natrium 75
Klorida 65
Glucose, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10

Ketentuan pemberian oralit formula baru :


15
a) Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b) Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk
persediaan 24 jam
c) Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
d) Ketentuan:
Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk anak 2 tahun atau lebih: berikan 100-200ml tiap BAB
e) Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka
sisa larutan harus dibuang.

2. Berikan obat Zinc


Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Pemberian zinc yang dilakukan di awal
masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas
dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada
pasien anak penderita kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah
tinja/cairan yang dikeluarkan. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak
dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah
yang sangat kecil, dari segi fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan
dan pembelahan sel, anti oksidan, perkembangan seksual, kekebalan
seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan
dalam system kekebalan tubuh dan meripakan mediator potensial
pertahanan tubuh terhadap infeksi. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam
pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau
terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan
epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat
meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus,meningkatkan
kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border
apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan
pathogen dari usus.11
Dosis zinc untuk anak-anak :
16
1) Anak di bawah umur 6 bulan : 10mg ( tablet) per hari
2) Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah
sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air
matangatau oralit, Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah
atau dilarutkan dalam air matang atau oralit. 11

3. Pemberian ASI/Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus
lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan
lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang
telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah
dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare
berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan.11

4. Pemberian Antibiotik Hanya Atas Indikasi


Indikasi pemberian antibiotik misalnya diare berdarah atau kolera.
Pemberian antibiotic yang tidak rasional justru akan memperpanjang
lamanya diare karena akan megganggu keseimbangan flora usus dan
Clostridiumdifficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit
disembuhkan. Selain itu,pemberian antibiotic yang tidak rasional akan
mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotic, serta menambah biaya
pengobatan yang tidak perlu. Pada penelitian multiple ditemukan bahwa
telah terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotic yang sering dipakai
seperti ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan trimetoprim
sulfametoksazole dalam 15 tahun ini. 11

17
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya
bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), suspek kolera.11
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di
anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi
ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar
menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat
anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba,
giardia).11

11
Tabel 2.5 Pemilihan Antibiotik.
Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif
Kolera Tetracycline 12,5 mg/kgBB Erythromycin 12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari
Shigella Disentri Ciprofloxacin 15 mg/kgBB Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB
2x sehari selama 3 hari 1x sehari IM selama 2-5 hari
Amoebiasis Metronidazole 10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari (10 hari
pada kasus berat)
Giardiasis Metronidazole 5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari

5. Nasihat pada ibu atau pengasuh


Segera kembali jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau
minum sedikit, sangat halus, diare makin sering, atau belum membaik
dalam 3 hari.11

18
Rencana Terapi Diare
1. Rencana Terapi A : Terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi
dan malnutrisi
a. Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan
cairan dan garam untuk mengganti kehilangan cairan dan
elektrolit akibat diare. Jika ini tidak diberikan, tanda-tanda
dehidrasi dapat terjadi.
b. Ibu harus diajarkan cara untuk mencegah dehidrasi di rumah
dengan memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya,
bagaimana mencegah kekurangan gizi dengan terus memberi
makan anak, dan mengapa tindakan-tindakan ini penting. Mereka
harus juga tahu apa tanda-tanda menunjukkan bahwa anak harus
dibawa ke petugas kesehatan. Langkah-langkah tersebut
dirangkum dalam empat aturan Rencana Terapi A.11

Tabel 2.6 Jumlah cairan yang harus diberikan sesuai umur


Umur (tahun) Jumlah cairan yang harus diberikan

<2 50-100 ml cairan


2-10 100-200 ml cairan
>10 >200 ml atau sebanyak yang mereka
mau

2. Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan


dehidrasi ringan-sedang
Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan
untuk menentukan jumlah larutan yang tepat. Jumlah larutan
ditentukan dari berat badan (Kg) dikalikan 75 ml. Jika berat badan
anak tidak diketahui maka penentuan jumlah cairan ditentukan
berdasarkan usia anak. Seperti yang terlihat pada tabel. 11

19
Tabel 2.7 Penentuan jumlah cairan berdasarkan usia dan berat badan
Jumlah cairan yang harus diberikan dalam 4 jam pertama
Usia 4-11 bulan 12-23 bulan 2-4 tahun 5-14 tahun >15 tahun
Berat Badan 5-7,9 kg 8-10,9 kg 11-15,9 kg 16-29,9 kg >30 kg
Jumlah (ml) 200-400 400-600 600-800 800-1200 1200-2200 2200-4000

Edema (bengkak) kelopak mata adalah tanda dari over-hidrasi.


Jika hal ini terjadi, hentikan penggunaan oralit, tapi dapat diberi ASI
atau air putih, dan makanan. Jangan beri diuretik. Bila edema telah
hilang, lanjutkan pemberian oralit atau cairan rumah sesuai dengan
Rencana Terapi A. 11
Keluarga harus diajarkan cara memberikan larutan oralit.
Larutan dapat diberikan pada anak-anak menggunakan sendok atau
cangkir. Botol minum tidak boleh digunakan. Untuk bayi dapat
digunakan pipet atau syringe.Jika tanda-tanda dehidrasi parah telah
muncul, terapi intravena (IV) harus dimulai sesuai Rencana Terapi C.
11

Jika anak masih memiliki tanda-tanda yang menunjukkan


dehidrasi beberapa, teruskan terapi rehidrasi oral dengan mengulangi
Rencana Terapi B. Pada saat yang sama dimulai pemberian makanan,
susu dan cairan lain, seperti yang dijelaskan dalam Rencana Terapi A,
dan terus menilai kembali anak. 11

3. Rencana Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi Berat


Pengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah
rehidrasi intravena cepat, mengikuti Rencana Terapi C. Jika mungkin,
anak harus dirawat di rumah sakit.Anak-anak yang masih dapat
minum, walaupun buruk, harus diberikan oralit secara peroral sampai
infus berjalan. Selain itu, ketika anak dapat minum tanpa kesulitan,
20
semua anak harus mulai menerima larutan oralit (sekitar 5 ml/kg/jam),
yang biasanya dalam waktu 3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk
pasien yang lebih tua). Ini memberikan tambahan dasar dan potasium,
yang mungkin tidak dapat secara memadai disediakan oleh cairan
infus.11
Mulai diberi cairan i.v segera. Bila pasien dapat minum berikan
oralit sampai cairan i.v dimulai. Berikan 100 ml/Kg cairan Ringer
Laktat (atau cairan normal salin bila ringer laktat tidak tersedia). Lihat
dan rasakan untuk semua tanda-tanda dehidrasi:
a. Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV
seperti yang diuraikan dalam Rencana terapi C.
b. Jika anak membaik (dapat minum), tetapi masih menunjukkan
tanda-tanda dari dehidrasi sedang, hentikan infus IV dan berikan
larutan oralit selama empat jam, sebagaimana ditetapkan dalam
Rencana terapi B.
c. Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A.
Ingatlah bahwa anak membutuhkan terapi dengan larutan oralit
sampai diare berhenti.

2.1.9 Komplikasi
Diare berakibat pada kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak
dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti 6,9:
1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam - basa (asidosis metabolik, hipokalemia dan
sebagainnya).
2. Hipokalemia (dengan gejala meterorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram)
3. Hipoglikemia
4. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktosa
karena kerusakan vili mukosa usus halus.
5. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
21
6. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.

2.1.10 Pencegahan Diare


Pemberantasan penyakit diare dapat dilakukan dengan melibatkan
berbagai lapisan masyarakat mulai dari ibu rumah tangga, petugas kesehatan
dan masyarakat umum. Usaha pertama untuk mencegah diare adalah dengan
melakukan alih tekhnologi dari tenaga kesehatan kepada ibu rumah tangga atau
keluarga dengan mampu melaksanakan beberapa pencegahan
sepertimemberikan ASI, memperbaiki makanan pendamping ASI,
menggunakan air bersih yang cukup, menggunakan jamban, membuang tinja
bayi dengan baik, dan memberi imunisasi campak.Intervensi air bersih dapat
menurunkan insiden penyakitdiare sebesar 17-27%, sedangkan dampak
penyediaan jamban terhadap penurunan penyakit diare yaitu sebesar 22-24%.
Intervensi cuci tangan dapat menurunkan kejadian diare sebesar 33%. Jika
ketiga upaya tersebut dilaksanakan bersama-sama secara intensif sangat
mungkin sebagian besar penyakit diare disebabkan oleh mikroba.11

2.2 Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)


2.2.1 Definisi
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau
toksinnya, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/
ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan. Penyakit menular
(Communicable Desease) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen
penyebab yang mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang
atau hewan yang terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan (potential
host), baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara (vector)
atau lingkungan hidup.12

2.2.2 Tujuan Program


Tujuan Program ini bertujuan menurunkan angka kesakitan, kematian, dan
22
kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular. Penyakit menular yang
diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria, demam berdarah dengue,
tuberkulosis paru, HIV/ AIDS, diare, polio, filaria, kusta, pneumonia, dan
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), termasuk
penyakit karantina dan risiko masalah kesehatan masyarakat yang memperoleh
perhatian dunia internasional (public health risk of international concern).
Penyakit tidak menular yang diutamakan adalah: penyakit jantung, kanker,
diabetes melitus dan penyakit metabolik, penyakit kronis dan degeneratif, serta
gangguan akibat kecelakaan dan cedera. Tujuan Khusus program P2M 12 :
1. Terlaksananya kegiatan pengamatan penyakit menular dan penyakit tidak
menular.
2. Terlaksananya kegiatan pencegahan penyakit dan imunisasi.
3. Terlaksananya kegiatan pemberantasan penyakit menular langsung (TBC,
Kusta, Diare dan kecacingan, ISPA, serta Penyakit menular Seksual dan
HIV AIDS).
4. Terlaksananya kegiatan pemberantasan penyakit bersumber vektor dan
rodent. (DBD, Malaria, Rabies, dan filaria).

2.2.3 Sejarah
Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilens Terpadu (SST)
berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan
Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami beberapa kali
perubahan dan perbaikan. Sistem tersebut disesuaikan dengan ketetapan
Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah; Undang
Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom; dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1116/MENKES/SK/VIII/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilens Epidemiologi Kesehatan
serta kebutuhan informasi epidemiologi untuk mendukung upaya
13
pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular.
23
Perubahan nomenklatur ditjen P2M dan PL menjadi Ditjen PP dan PL atas
dasar Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2005 tentang
kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Negara Republik Indonesia dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon 1 Kementerian
Negara Republik Indonesia dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan.13

2.2.4 Kebijakan Pelaksanaan di Indonesia 12


a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong
peran, membangun komitmen, dan menjadi bagian integral
pembangunan kesehatan dalam mewujudkan manusia Indonesia yang
sehat dan produktif terutama bagi masyarakat rentan dan miskin hingga
ke desa.
b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui
penatalaksanaan kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat, serta pengendalian faktor risiko baik di
perkotaan dan di perdesaan.
c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
mengembangkan dan memperkuat jejaring surveilans epidemiologi
dengan fokus pemantauan wilayah setempat dan kewaspadaan dini,
guna mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit antar daerah
maupun antar negara yang melibatkan masyarakat hingga ke desa.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
mengembangkan sentra rujukan penyakit, sentra pelatihan
penanggulangan penyakit, sentra regional untuk kesiapsiagaan
penanggulangan KLB/ wabah dan bencana maupun kesehatan matra,
serta kemampuan untuk melakukan rapid assessement dan rapid
respons.

24
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
memantapkan jejaring lintas program, lintas sektor, serta kemitraan
dengan masyarakat termasuk swasta untuk percepatan program
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular melalui pertukaran
informasi, pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat guna, dan
pemanfaatan sumber daya lainnya.
f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan
melalui penyusunan, review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum
penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan penyakit di
tingkat pusat hingga desa.
g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia di bidang
pencegahan dan pemberantasan penyakit sehingga mampu
menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat secara
berjenjang hingga ke desa.
h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk menyiapkan,
mengadakan, dan mendistribusikan bahan-bahan yang esensial untuk
mendukung penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan
penyakit hingga ke desa.
i. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
meningkatkan cakupan, jangkauan, dan pemerataan pelayanan
penatalaksanaan kasus penyakit secara berkualitas hingga ke desa.

2.2.5 Penatalaksanaan P2M di Indonesia


Secara umum, pemberantasan penyakit menular di Indonesia dilakukan
melalui upaya-upaya: kewaspadaan dini, penemuan penderita, penanganan
penderita, pemberantasan sumber penyakit, upaya kekebalan (imunisasi), dan
penyuluhan masyarakat. Upaya upaya secara sistematis yang dilakukan antara
lain dengan pencanangan gerakan nasional pemberantasan penyakit dan
kesepakatan-kesepakatan regional maupun internasional. Gerakan nasional
pemberantasan penyakit menular di Indonesia antara lain: Gerakan Berantas
25
Kembali Malaria (Gebrak Malaria), Gerakan Naional Terpadu Pemberantasan
Tuberkulosis (Gerdunas), Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang salah satu nya
untuk imunisasi polio, dan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
untuk demam berdarah dengue.13

BAB III
DATA UMUM DAN KHUSUS PUSKESMAS JATI PADANG

3.1 Data Umum Puskesmas


3.1.1. Data Demografi
A. Lokasi
Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Kotamadya Jakarta Selatan,
Puskesmas Kelurahan Jati Padang terletak di Jalan Raya Ragunan no.25 RT
04/ RW 05,.
B. Wilayah Kerja
Meliputi seluruh wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jati Padang , yang terdiri
dari 10 RW dan 101 RT.
C. Batas wilayah
1. Sebelah Utara : Kelurahan Pejaten Barat
2. Sebelah Selatan : Kelurahan Pasar Minggu
3. Sebelah Timur : Kelurahan Kebagusan
4. Sebelah barat : Kelurahan Ragunan
D. Keadaan Tanah
1. Luas wilayah Kelurahan Jati Padang : 249,77 Ha
2. Terlampir seluruhnya untuk pemukiman

26
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kelurahan Jati Padang
E. Fasilitas Pendidikan
Tabel 3.1. Fasilitas pendidikan
Fasilitas
No. Jumlah
Pendidikan
1. TK 9
2. SD 10
3. MI 3
4. SLTP 3
5. SMU 3
6. SMK 3
7. UNIVERSITAS 2
Total 33

Berdasarkan tabel 3.1. fasilitas pendidikan di Kelurahan Jati Padang sebanyak


33 fasilitias. Terbanyak adalah fasilitas SD dengan jumlah 10 sekolah. Untuk
MI, SLTP, SMU, SMK masing-masing terdapat 3 fasilitas. Selain itu, juga
terdapat 2 universitas di kelurahan jati padang.

F. Fasilitas Kesehatan
Tabel 3.2. Fasilitas kesehatan

No. Fasilitas Jumlah


1. Rumah sakit -
2. Puskesmas -
3. Rumah Bersalin -
27
4. Dokter 24 jam 2
5. Dokter Gigi 4
6. Balkesmas -
7. Bidan Swasta 6
8. Laboratorium -
9. Apotik -
10. Klinik 3
11. Posyandu 30

Posyandu merupakan pelayanan kesehatan yang terbanyak, yaitu sebanyak 30.


Puskesmas kelurahan Jati Padang tidak mempunyai gedung sendiri melainkan
mengontrak per tahun.

3.1.2 Gambaran Umum Puskesmas Kelurahan Jati Padang


Tabel 3.3. Data Jumlah Penduduk Kelurahan Jati Padang Bulan Juni Agustus Tahun 2017

Kelurahan Jati Padang


No. Kelurahan
Laki Laki Perempuan Jumlah
1 Jati Padang (Juni 2017) 21,353 21,357 42,710
2 Jati Padang (Juli 2017) 21,350 21,352 42,702
3 Jati Padang(Agustus 2017) 21,358 21,544 42,902
Jumlah 64,061 64,253 128,314

Sumber : Data Laporan Statistik Penduduk Kelurahan Jati Padang Juni Agustus tahun 2017

Tabel 3.4. Perincian Menurut Jumlah KK dan Kepadatan Penduduk bulan Juni - Agustus tahun
2017
Jumlah Jumlah Luas Kepadatan
No. Kelurahan
KK Penduduk Wilayah (2 ) Pend/Km
2
1 Jati Padang (Juni 2017) 14,210 42,870 2,5 17,148
2 Jati Padang (juli 2017) 14,200 42,895 2,5 17,158
3 Jati Padang(Agustus 2017) 14,209 42,902 2,5 17,160
Jumlah 42,619 128,667 2,5 17,155

Sumber: Data Laporan Statistik Penduduk Kelurahan Jati Padang bulan Juni Agustus tahun
2017

Tabel 3.5. Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Jati Padang bulan Juni Agustus tahun 2017

No Kelurahan Lahir Mati Datang Pindah


28
1 Jati Padang (Juni 2017) 55 19 145 100
2 Jati Padang (Juli 2017) 45 24 74 80
3 Jati Padang (Agustus 2017) 50 22 157 142
Jumlah 150 65 376 322

Sumber: Data Laporan Statistik Penduduk Kelurahan Jati Padang bulan Juni - Agustus tahun
2017

Data pertumbuhan penduduk Kelurahan Jati Padang tahun 2017,


didapatkan angka pertumbuhan populasi total (total population growth, TPG)
ialah sebesar 1,02%. Dari data tersebut pula didapatkan angka kelahiran kasar
(crude birth rate, CBR) ialah sebesar 1,16% angka kematian kasar (crude death
rate, CDR) ialah sebesar 0,50%. Dari angka angka tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan penduduk di Kelurahan Jati Padang termasuk tinggi (TPG 1% - 2%).

Tabel 3 . 6 Perincian Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Gol. Umur LakiLaki Perempuan Jumlah


04 2.207 2.213 4.420
59 1.937 1.939 3.876
1014 1.811 1.837 3.648
1519 1.527 1.599 3.126
2024 1.529 1.579 3.108
2529 1.675 1.745 3.420
3034 2.013 2.131 4.144
3539 1.990 1.968 3.958
4044 1.816 1.712 3.528
4549 1.435 1.529 2.964
5054 1.118 1.183 2.301
5559 857 487 1.345
6064 626 626 1.252
6569 312 380 692
7074 226 240 466
75+ 166 201 367
Jumlah 21,245 21,369 42,614
Sumber: Data Laporan Susunan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kelurahan Jati
Padang bulan Agustus tahun 2017

29
Dari tabel tersebut diatas, didapatkan bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio)
laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Dari tabel tersebut juga didapatkan
dependency ratio dari populasi di Kelurahan Jati Padang sebesar 0,46%, atau
dengan kata lain setiap 100 orang usia produktif mengandung beban 1 orang usia
non-produktif.

Tabel 3.7 Jumlah Penduduk Kelurahan Jati Padang Berdasarkan Pendidikan


No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Belum sekolah 1,710
2. Tidak Tamat SD 3,738
3. Tamat SD 3,670
4. Tamat SMP 3,826
5. Tamat SMA 14,785
6. Akademi Perguruan Tinggi 8,648
7. Total 36,377
Sumber: Laporan Penduduk Kelurahan Jati Padang Berdasarkan Pendidikan

Tabel diatas menunjukkan mayoritas penduduk Kelurahan Jati Padang


memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 14.785 siswa/i (40,6%). Sebanyak
3.738 jiwa (10,3%) tidak tamat SD dan 1.710 (4,7%) orang belum sekolah.

Tabel 3.8 Jumlah Penduduk Kelurahan Jati Padang Berdasarkan Agama


No. Agama Jumlah
1. Islam 39,625
2. Katholik 866
3. Protestan 1,543
4. Hindu 76
5. Budha 65
Aliran
6. 5
Kepercayaan
7. Total 42,180
Sumber: Laporan Penduduk Kelurahan Jati Padang Berdasarkan Agama

Islam merupakan agama yang mayoritas dianut oleh penduduk Kelurahan


Jati Padang, sebanyak 39,625 jiwa atau 77,3% dari total penduduk kelurahan Jati
Padang berdasarkan agama. Data ini sama dengan mayoritas agama yang dianut
oleh penduduk Indonesia.
30
Tabel 3.9 Jumlah Penduduk Kelurahan Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah
1. Bekerja 17,187
2. Tidak bekerja 56
3. Ibu Rumah Tangga 7672
4. Pelajar/ Mahasiswa 5638
5. Pensiunan 646
6. Total 31,199
Sumber: Laporan Penduduk Puskesmas Kelurahan Jati Padang berdasarkan Pekerjaan

Mayoritas penduduk kelurahan Jati Padang mempunyai pekerjaan


sebanyak 17.187 (55,1%) berdasarkan jumlah penduduk kelurahan jati padang
berdasarkan pekerjaan. Hanya terdapat 56 orang (0,17%) yang tidak bekerja dari
total jumlah penduduk 31,199 orang yang didata berdasarkan pekerjaan. Sebanyak
5638 orang (18,1%) berstatus sebagai pelajar/ mahasiswa.

3.1.3. Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Jati


Padang Tahun 2017
Pendataan tahun 2016 dari bulan Juni sampai dengan Agustus, infeksi
akut lain pada saluran pernafasan atas mempunyai frekuensi tertinggi sebesar
552 penderita (25,1%) dari total.
Penderita diikuti oleh penyakit pulpa dan jaringan periodontal sebanyak
342 penderita (15,5%), penyakit hipertensi sebanyak 297 penderita (13,5%),
Diare 172 penderita (7,8%), penyakit kulit alergi 168 penderita (7,6%), penyakit
156 penderita (7,1%), penyakit sistem otot 144 penderita (6,5%), Gastritis 132
penderita (6,0%), Gingivitis sebanyak 129 penderita (5,8%), dan Karies gigi
sebanyak 105 penderita (4,7%).

Tabel 3.10 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Jati Padang Bulan Juni -
Agustus 2017
No. Diagnosis Penyakit Jumlah Kunjungan Persentase (%)
1. Infeksi akut lain pernafasan atas 552 25,1 %
2. Penyakit pulpa & jaringan periodontal 342 15,5%

31
3. Hipertensi 297 13,5%
4. Diare 172 7,8%
5. Penyakit kulit alergi 168 7,6%
6. Penyakit lain-lain 156 7,1%
7. Penyakit sistem otot/tulang/sendi 144 6,5%
8. Gastritis 132 6,0%
9. Gingivitis 129 5,8%
10. Karies gigi 105 4,7%
Total 2.197 100%
Sumber: Laporan Bulanan Data Kesakitan Puskesmas Kelurahan Jati Padang Bulan Juni-Agustus
2017

3.1.4 Visi Dan Misi Puskesmas


a. Visi Puskesmas
Menjadi puskesmas dengan pelayanan prima menuju masyarakat jati padang
sehat 2020.
b. Misi Puskesmas
1. Mewujudkan upaya kesehatan masyarakat yang bermutu,dengan
mengutamakan pelayanan promotif,preventive,dan tidak mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif.
2. Membina upaya kesehatan berbasis masyarakat dengan meningkatkan
kerjasama lintas sector.
3. Mewujudkan kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat.
c. Fungsi:
1. Puskesmas Kelurahan merupakan unit pelaksanan teknis Dinas Kesehatan
yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, pengendalian,
pengembangan upaya kesehatan, pendidikan, dan pelatihan diwilayah
kerjanya.
2. Melakukan pembinaan, pengawasan, pengendalian terhadap pengelolaan
dan pelayanan kesehatan.

32
3. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar ISO 9001-2008 yang
meliputi, Loket, Poli Umum, Poli Gigi, rekam medis, KIA, KB, Gizi, jiwa,
Askes, Gakin, Laboratrium sederhana, apotik dan penyuluhan kesehatan
serta klinik lain sesuai kebutuhan.
4. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
meliputi keder kesehatan, posyandu, RS, BPS, PKK, RT/RW, karang
taruna dll.
5. Mengkoordinasi program, temu litas sektoral dalam penanggulangan
masalah kesehatan masyarakat.
6. Menilai dan melaporkan kinerja, terjangkau, berksinambungan, mandiri
dan mengutamakan kepuasan pelanggan.

3.1.5 Program Pokok Puskesmas


1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global, serta yang
mempunyai daya tingkat tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut
adalah :
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
b. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
d. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
e. Promosi Kesehatan
f. Upaya Pengobatan Dasar
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemapuan
puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya
kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni:
33
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Perawatan Kesehatan masyarakat
c. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
d. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

3.1.6 Tujuan
a. Mengembangkan profesionallisme SDM medis dan non medis
b. Terwujudnya penempatan karyawan sesuai dengan ahlinya
c. Meningkatkan prestasi kerja dan kinerja karyawan
d. Terwujudnya mutu pelayanan kesehatan yang paripurna untuk kepuasan
pelanggan sesuai standar ISO 9001-2008
e. Terwujudnya sistem manajemen puskesmas
f. Terwujudnya kerjasama dengan mitra kerja, lintas sektoral dan institusi baik
pemerintah maupun swasta
g. Terwujudnya pengetahuan masyarakat tentang betapa pentingnya masalah
kesehatan.

3.2. DATA KHUSUS PUSKESMAS


3.2.1 Infrastruktur Puskesmas
Puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat
pertama, di Indonesia. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika
dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) I di Jakarta,
melalui Rakerkesnas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan
tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas pada waktu itu, dibedakan dalam 4 macam, yaitu:
1. Puskesmas tingkat Desa.
2. Puskesmas tingkat Kecamatan.
3. Puskesmas tingkat Kewedanan.
4. Puskesmas tingkat Kabupaten.

34
Sesuai Inpres Kesehatan Nomor 5 Tahun 1974, Nomor 7 Tahun 1975 dan
Nomor 4 Tahun 1976. Sejak tahun 1979, mulai dirintis pembangunan Puskesmas
di daerah-daerah tingkat Kelurahan atau Desa yang memiliki jumlah penduduk
sekitar 30.000 jiwa. Dan untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berada di
suatu kecamatan, maka salah satu Puskesmas tersebut ditunjuk sebagai
penanggung jawab dan disebut dengan nama Puskesmas Tingkat Kecamatanatau
Puskesmas Pembina. Sedang Puskesmas yang ada di tingkat Kelurahan atau Desa
disebut Puskesmas Kelurahan atau Puskesmas Pembantu. Pengkategorian
Puskesmas seperti ini, hingga sekarang masih digunakan.
Puskesmas Jati Padang merupakan puskesmas tingkat kelurahan yang
berada langsung dibawah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.Puskesmas Jati
Padang berdiri pada tahun 2012. Sebelum menjadi Puskesmas, merupakan balai
pengobatan yang hanya bergerak dibidang upaya kesehatan perorangan yang
hanya fokus pada poli umum, poli gigi, kesehatan ibu dan anak serta KB (KIA-
KB). Di tahun pertama lokasi Puskemas Jati Padang berada di Jalan Jati Padang
1A dan dikepalai oleh dr. Titi. Di tahun kedua (2013) Puskesmas Jati Padang
relokasi ke Jalan Jati Padang Raya RT/RW 07/03 dengan dr. Desi sebagai kepala
Puskesmas. Pada bulan Juli 2016 Puskesmas Jati Padang relokasi tempat untuk
yang keempat kalinya ke Jalan Raya Ragunan No. 25 dengan drg. Erna sebagai
Kepala Puskesmas. Status daripada sarana fisik Puskesmas Jati Padang masih
berupa sistem sewa. Sarana dan prasarana Puskesmas Jati Padang terdiri dari 2
lantai:
a. Lantai I
- Loket
- BPU dan ruang tindakan
- BPG
- KB-KIA, MTBS, Imunisasi
- Ruang Obat dan Apotik
- Ruang TU, Konsultasi Gizi dan Kesehatan Reprodusi Remaja
- Dapur
- Toilet
35
b. Lantai II
- Poli Paru
- Musholla
- Toilet
- Ruang pertemuan
- Gudang obat

3.2.2 P1 (Perencanaan)
a. Man
Sebagaimana tercantum pada Tabel 3.11, Puskesmas Kelurahan Jati
Padang memperkerjakan 9 orang, dengan 8 orang tenaga kesehatan didalamnya,
diantaranya ialah 1 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 2 orang bidan, 2
orang perawat, 1 orang perawat gigi, 1 orang administrasi dan 1 orang petugas
gizi.

36
Tabel 3.11 Jumlah Tenaga Kerja di Puskesmas Kelurahan Jati Padang

Gol/Status Kepegawaian
No. Tenaga Kerja Jumlah
PNS Non-PNS

1. Dokter umum 1 orang - 1 orang


2. Dokter gigi 1 orang - 1 orang
3. Bidan 2 orang - 2 orang
4. Perawat 2 orang - 2 orang
5. Perawat Gigi 1 orang - 1 orang
6. Petugas Gizi 1 orang - 1 orang
7. Administrasi/ TU 1 orang 1 orang

8 orang 1 orang 9 orang

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Jati Padang tahun 2017

37
Diagram 3.1. Struktur Organisasi Puskesmas

b. Money
Pendanaan Puskesmas DKI bersifat mandiri dan langsung, yang dikelola
oleh BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) berdasarkan keputusan Gubernur
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 366/2012, terdiri dari :
a. Dana kapitasi, pendanaan gaji dan obat
b. APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah), sebagai sumber dana BOK
(Badan Operasional Kesehatan) yang diperuntukkan untuk cakupan program
Puskesmas
c. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) ditujukan untuk inventory
Puskesmas Jati Padang sebagai Puskesmas tingkat Kelurahan menerima
hasil inventory yang dibutuhkan sesuai dengan POA (Plan of Action) langsung
dari kecamatan sejak program e-billing diterapkan.
38
Diagram 3.2. Skema Pendanaan Puskesmas Kelurahan Jati Padang

APBN Kecamatan Kelurahan Jati


Padang

BLUD BOK POA

c. Material
Puskesmas Kelurahan Jati Padang memiliki sarana dan prasarana yang
berasal dari alokasi logistik Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dengan
penambahan aset pada tahun 2015 bersumber dari belanja modal dana APBD.

Tabel 3.12. Sarana dan Prasarana


No Jenis Sarana Uraian Kondisi
1. Lantai I
Rak Status (2), Meja (1), Komputer (1
Ruang Loket Baik
set), Filing kabinet (1), buku status dll
Tempat tidur periksa (1), Meja (1), kursi
Ruang Balai Pengobatan
(3), Lemari alkes (1), Filing kabinet (1), Baik
(BP)
Alkes (1set)

Tempat Tidur Periksa (1), Meja (2),


Kursi (4), Kulkas (1), Lemari Alkes (2),
Ruang KIA Lemari Buku (1), AC (2) Tensi meter (2) Baik
Stetoscope, (2) Timbangan bayi (1),
Timbangan dws
(1)
Ruang Gigi Baik

39
No Jenis Sarana Uraian Kondisi
Dental Unit (1), Meja (1), Kursi (3),
Lemari Alkes (1), Kompresor (1),
Sterilisator (1), Alat-alat Kesehatan lain
Lemari obat (1 ), Meja (1), meja obat (1),
Ruang Obat
Filing kabinet (1)
Baik
Rak Status (1), Meja (1), Komputer (2),
Ruang TU dan Gizi Baik
Filling Kabinet (1), Lemari (1), Kursi (4)

Ruang Cuci Meja Baik


Ruang Tunggu Bangku Tunggu Baik
Ruang Panel - Baik
Ruang Pompa Jet Pump Baik
Toilet - Baik
2. Lantai II
Tempat Tidur Periksa (1), Meja (1),
Ruang Poli TB Kursi (2), Lemari Buku (1), 1 Baik
Timbangan dws (1)
Mushola Karpet, sajadah, kipas angin Baik

Tabel 3.13 Data Inventoris Wajib dimiliki Puskesmas Kelurahan Jati Padang

Nama Alat Modal Jumlah


Alat Pendingin (AC) 4 Unit

Alat Kedokteran Umum (Brankar) 1 Unit

Alat Farmasi (Cold Chain) 1 Unit

Alat Kedokteran Gigi (Dental Unit) 1 Unit

Bangku Tunggu 5 Unit

Filling Kabinet 3 Unit

Komputer/PC 3 Unit

Lemari obat 3 Unit

40
Meja Kerja 11 Unit

Tempat Tidur 2 Unit

d. Method
Tabel 3.14 Data Program Puskesmas dimiliki Puskesmas Kelurahan Jati Padang

No Program Identifikasi Program Target 2016 (%)

UPAYA KESEHATAN WAJIB


1. Promosi Kelurahan Siaga Aktif 100
Kesehatan
RW Siaga Aktif 80

Rumah Tangga PHBS 80

Penyuluhan dalam gedung 100

Penyuluhan luar gedung 100

2. Kesehatan Pengawasan tempat-tempat potensial perindukan 100


Lingkungan vektor di pemukiman penduduk dan sekitarnya
Pemberdayaan sasaran / kelompok / pokja potensial 100
dalam upaya pemberantasan tempat perindukan
vektor penyakit di pemukiman penduduk dan
sekitarnya
Desa/lokasi potensial yang mendapat intervensi 100
pemberantasan vektor penyakit menular
3. KIA KB Kunjungan Ibu Hamil K1 100

Kunjungan Ibu Hamil K4 96

Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 88

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga 98


kesehatan
Kunjungan Bayi 97

Pelayanan Anak Balita 92

Cakupan Kunjungan Balita sakit 92


Pelayanan Ibu Nifas (KF3) 98

41
Kunjungan Neonatal (KN) 97
Cakupan (PKN) 100
Peserta KB Aktif 76,92
Imunisasi
HB-0 80
BCG 95
DPT HB Total (1) 95
DPT HB Total (2) 95
DPT HB Total (3) 95
Polio 1 95
Polio 2 90
Polio 3 90
Polio 4 90
Campak 95
4. Gizi Cakupan Balita yang datang dan ditimbang 85

Gizi Buruk mendapat Perawatan

Distribusi tablet Fe Ibu Hamil 85

Cakupan ASI Eksklusif 40

Distribusi vitan A bulan Agustus dan Februari dengan


sasaran:
- Bayi 6 - 11 bulan - 85
- Balita 12 - 59 bulan - 85

5. P2P TB PARU
1. Pengobatan penderita TB Paru (DOTS) BTA 94
Positif (baru)
2. Angka Kesembuhan (TB) 85

Kusta
1. Penemuan tersangka penderita Kusta 18
2. Pengobatan penderita Kusta 4
3. Pemeriksaan kontak penderita 22

Pelayanan Imunisasi
1. Imunisasi DPT 1 pada bayi 95
2. Imunisasi HB - 1 < 7 hari 80
3. Imunisasi campak pada bayi 95
4. Imunisasi DT pada anak kelas 1 SD 95

42
5. Imunisasi TT pada anak SD kelas 2 & 3 95
Cakupan pasien (semua umur) dengan diare yang 63
ditangani (sesuai standar)

ISPA
1.Cakupan pasien (semua umur) datang dengan ISPA 95
yang ditemukan/ditangani
2. Balita dengan pneumonia yang 55
ditemukan/ditangani (sesuai standar)

Demam Berdarah Dengue (DBD)


1. Angka Bebas Jentik (ABJ) 95

UPAYA KESEHATAN DASAR

5. P2P 2. Cakupan Penyelidikan Epidemiologi (PE) 100


3. Pelaksanaan fogging focus 100
4. IR DBD 55 / 100,000

Pencegahan dan Penanggulangan IMS dan


HIV/AIDS
1. Kasus IMS yang diobati 100
2. Klien yang mendapat penanganan HIV/AIDS 100

Target 2016
No Program Identifikasi Program
(%)
6. PERKESMA Presentae kasus keluarga resiko tinggi / prioritas yang Sesuai Kasus
S dibina
1 UKS Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan 100
setingkat
2 Jiwa Presentase kunjungan pasien jiwa ke puskesmas 15

3 Lansia Pembinaan kelompok lansia sesuai standar 100

4 PTM Presentase perempuan usia 30 - 50 thn yang dilakukan 10


deteksi Ca Cerviks dan Payudara

Tabel 3.15 Program Puskesmas yang dimiliki Puskesmas Kelurahan Jati Padang

Unit Pendukung Target


No. Sasaran Indikator Kegiatan
Layanan (%)
43
Unit Pendukung Target
No. Sasaran Indikator Kegiatan
Layanan (%)
1 Program Pembinaan Upaya Kesehatan

Peningkatan UKBM Masyarakat Presentasi 60 Promkes,


melalui Pemberdayaan Kelurahan Perkesmas,
Masyarakat Siaga Kelurahan Siaga
Aktif
Aktif, UKBM,
Lansia, PSM, UKS
dan PKPR, UKGS,
Sosialisasi program
prioritas, Pelayanan
hari sabtu

2 Program Bina Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak

Pengembangan Masyarakat AKI per 40 PMT Bumil KEK,


Pelayanan Kesehatan Umum 100.000 Pengembangan
Ibu Pelayanan
Kesehatan Bumil,
Bulin, Bufas

Pengembangan dan Masyarakat AKB per 7.3 MP - ASI Baduta,


Pelayanan Kesehatan umum 1000 Pengembangan
Anak Pelayanan
Kesehatan Anak
Balita dan
Prasekolah
3 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Pencegahan dan Masyarakat Angka 59 PE, PJB, Fogging


Pengendalian DBD kesakitan Focus
penyakit
DBD (per
100.000)
Penatalaksanaan TB Masyarakat Persentase 92 Penemuan kasus
Paru penemuan baru TB,
kasus TB Croscheck BTA,
Paru BTA Pemberian PMT
Positif
Penatalaksanaan dan Masyarakat Presentase 50 IMS / HIV AIDS
Pengelolaan HIV / cakupan
AIDS akses
layanan
kesehatan
pada
44
Unit Pendukung Target
No. Sasaran Indikator Kegiatan
Layanan (%)
ODHA

Penatalaksanaan Masyarakat Presentase 100 Penatalaksanaan


imunisasi cakupan kipi, bias campak,
universal bias DT, TT, WUS
Child
Immunizat
ion (UCI)
Penatalaksanaan Masyarakat Jumlah 40 Kelompok Peduli
penyakit tidak menular Puskesmas PTM / Posbindu
yang
melakukan
tindakan
penangana
n penyakit
tidak
menular
Peningkatan kualitas Masyarakat Jumlah 30 Pembinaan TTU,
kesehatan lingkungan kelurahan Diare
di masyarakat dan yang
sarana kesehatan menerapka
n Sanitasi
Total
berbasis
Masyaraka
t (STBM)

45
Tabel 3.16
PLANNING OF ACTION (POA) TAHUN 2016 PUSKESMAS KELURAHAN JATI PADANG

46
47
48
3.2.3 P2 (Pelaksanaan dan Pengorganisasian)
3.2.3.1 Lintas Program
Penggalangan kerja sama lintas program dilaksanakan dalam bentuk
Lokakarya Mini Tahunan. Pada lokakarya ini dibahas pembagian tugas masing-
masing staf berupa:
1. Tugas Pokok merupakan tugas pelayanan dan pembinaan kesehatan
masyarakat, yaitu tugas yang berhubungan dengan fungsi Puskesmas dan
berhubungan dengan pelayanan dan pembinaan kesehatan masyarakat di
Puskesmas yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pokok.
2. Tugas integrasi merupakan tugas pengembangan peran serta masyarakat,
yaitu tugas yang dibebankan kepada seseorang yang berkaitan dengan
pengembangan dan pembinaan peran serta masyarakat.
3. Tugas tambahan merupakan tugas yang dibebankan kepada setiap petugas
berdasarkan kesepakatan bersama serta atas perintah pimpinan.

Masing-masing petugas sesuai tugas pokok, integrasi dan tambahan


dibuatkan uraian tugas dan uraian kegiatan. Untuk memudahkan pelaksanaan
tugas dibuatkan prosedur kerja yang merupakan rangkaian kerja yang berkaitan
satu sama lain. Selain itu juga dibuatkan protap-protap baik medis teknis maupun
teknis administratif.
Lokakarya Mini Tahunan kemudian dilanjutkan dengan rapat kerja
bulanan, yang membahas pencapaian kegiatan tiap bulan, masalah-masalah yang
dihadapi serta rencana kegiatan pada bulan berikutnya. Pada rapat ini juga dibahas
mengenai masalah individu berkaitan dengan motivasi kerja. Yang paling penting
dari Lokakarya Mini tahunan ini adalah keluarannya, yaitu mengenai pembagian
tugas dan masukan program.

49
Tabel 3.17. Gantt Chart dalam Pembagian Tugas dan Wilayah Kerja
Sasaran Cakupa Persen
Nama Pencapaia
No Targe 3 bulan n Cakupa Jadwal Lokas
Petuga Upaya Kegiatan Sasaran n
. t (%) berjala Kegiata n Kerja i
s (%)
n n
Kunjungan bumil K1 100 801 200 378 189,00 189,00 Juni -
Kunjungan bumil K4 96 801 200 242 121,00 126,04 Agustu
Ibu hamil dengan 164 41 40 97,56 110,86 s 2017
komplikasi yang 88
ditangani
1. KIA
Berlian Pertolongan persalinan 763 190 152 80,00 81,63 R.
98
a oleh tenaga kesehatan KIA
Kunjungan neonates 97 184 184 113 61,41 63,33
Kunjungan bayi (<1 thn) 97 184 184 147 79,89 82,36
Kunjungan balita 92 3071 767 611 79,66 86,59
KB Aktif 76 7313 1541 1396 90,60 119,21
2. KB
KB Baru Tidak ada data
3. Linda Gizi Balita yang datang dan 85 3131 3131 2584 82,53 97,08
ditimbang
Bayi (6-11 bulan) yang R.Gizi
diberi kapsul vitamin A 100 - 300 395 131,67 131,67
dosis tinggi 1x/tahun
Balita (12-59 bulan)
yang diberi kapsul
100 - 1500 2195 146,33 146,33
vitamin A dosis tinggi
2x/tahun

50
Sasaran Cakupa Persen
Nama Pencapaia
No Targe 3 bulan n Cakupa Jadwal Lokas
Petuga Upaya Kegiatan Sasaran n
. t (%) berjala Kegiata n Kerja i
s (%)
n n
Cakupan pasien (semua 95 350 305 87,14 91,72
R. Poli
umur) datang dengan
TB
ISPA yang ditemukan /
Paru
ditangani
Cakupan pasien (semua 63 300 111 37,00 38,94
umur) dengan diare
yang ditangani (sesuai R.
standar) KIA/
Balita dengan TB yang 55 160 32 20,62 22,91 BP
ditangani (sesuai
3. Diana P2M standar)
Angka Bebas Jentik Tidak ada data

BCG 95 184 91 49,46 52,05


DPT/HB- 95 120 65,22 68,65 120
Hib (1)
DPT/HB- 95 112 60,87 64,07 112
Hib (2)
DPT/HB- 95 98 53,26 56,06 98
Hib (3)
Polio(1) 95 184 86 46,73 49,19
Polio(2) 90 184 90 48,91 54,35

51
Sasaran Cakupa Persen
Nama Pencapaia
No Targe 3 bulan n Cakupa Jadwal Lokas
Petuga Upaya Kegiatan Sasaran n
. t (%) berjala Kegiata n Kerja i
s (%)
n n
Polio(3) 90 184 70 38,04 42,27
Polio (4) 90 184 71 38,59 42,87
Campak 95 184 55 29,89 31,46
Kesehatan Tidak ada data
Ibu dan Ibu &
Anak Anak

Keluarga
Berencana PUS

Gizi Semua
Kalangan Dalam
PromKe Penyuluha Imunisasi <1 /Luar
4. Wismar 100 Tahun
s n gedun
Diare Balita g

Demam Tidak ada data


Berdarah
Dengue Kelompo
k
AIDS Beresiko
Hepatitis

52
Sasaran Cakupa Persen
Nama Pencapaia
No Targe 3 bulan n Cakupa Jadwal Lokas
Petuga Upaya Kegiatan Sasaran n
. t (%) berjala Kegiata n Kerja i
s (%)
n n
ISPA

Rokok, Tidak ada data


Narkoba/ Remaja
obat &
berbahaya Dewasa

Keganasan Kelompo Tidak ada data


, kanker k
Beresiko
Penyakit Tidak ada data
Degenerati Lansia
f

Air dan Tidak ada data


kesehatan Rumah
lingkungan Tangga

TBC Tidak ada data

Kusta/ Semua
Frambusia Kalangan

Kesehatan

53
Sasaran Cakupa Persen
Nama Pencapaia
No Targe 3 bulan n Cakupa Jadwal Lokas
Petuga Upaya Kegiatan Sasaran n
. t (%) berjala Kegiata n Kerja i
s (%)
n n
Gigi dan
Mulut

Kesehatan
Mata

Kesehatan
Jiwa

Kesehatan Tidak ada data


Kerja

Kecacinga Anak
n sekolah

54
3.2.3.2 Lintas Sektoral
Lintas sektoral Puskesmas Kelurahan Jati Padang dibangun berdasarkan
kerjasama antar beberapa tokoh yang ada di masyarakat kelurahan seperti kader
(jumantik, lansia dan posyandu), Ibu-ibu PKK, pihak sekolah-sekolah, kepala
RT,RW, Kelurahan dan juga masyarakat Jati Padang. Total kader jumatik, sebagai
sukarelawan di Kelurahan Jati Padang berjumlah 101 ditiap RT sementara kader
posyandu berjumlah 30. Dari total 28 sekolah yang dilibatkan, terjalin kerjasama
di 7 TK, 6 SD, 3 MI, 5 SMP/MTS, 2 SMU/MA dan 1 SLB.

3.2.4 P3 (Monitoring dan Evaluasi)


Berdasarkan rencana Manajemen Puskesmas yang diambil dari buku
laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2015 dan juga hasil
wawancara dengan pihak puskesmas, 3 dari 6 poin manajemen puskesmas untuk
melakukan tahap monitoring dan evaluasi. Beberapa diantaranya seperti yang
dilakukan dibawah ini :

a. Komunikasi Internal

Berupa pemantauan penanggung jawab program, yaitu Puskesmas kecamatan


sebagai koordinator Program dan pelaksana pada masing-masing Puskesmas
kelurahan serta menyusun jadwal kegiatan yang telah disusun.
b. Pemantauan dan Pengendalian Program

Untuk meningkatkan kerjasama dalam tim antar petugas Puskesmas dalam


rangka pemantauan hasil kegiatan dan mutu pelayanan kesehatan, maka setiap
bulan dilakukan minilokakarya dan rapat staf. Setiap hambatan / masalah
pelayanan yang ditemukan di setiap kegiatan dibahas dan dibuat rencana
tindak lanjut. Sedangkan penggalangan kerjasama lintas sektor dilakukan
minimal 2 kali dalam setahun untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan di
lapangan, meliputi identifikasi masalah pada pelaksanaan program, hasil
kegiatan dan dampak pelaksanaan program bila ditemukan tenaga pelaksana
pengendalian program, dilaksanakan oleh masing-masing koordinator
Program tingkat Kecamatan.

55
c. Evaluasi Kinerja Pegawai

Untuk meningkatkan produktifitas dan kinerja pegawai, setiap pegawai


dituntut bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dan selalu
berorientasi pada pemberian pelayanan prima kepada masyarakat. Penilaian
kinerja dilakukan melalui penilaian kinerja bulanan dan kinerja tahunan oleh
kepala puskesmas.

3.2.4.1 Komunikasi Internal


Di Puskesmas Kelurahan Jati Padang komunikasi internal sudah
dijalankan, terbukti dari berjalannya program ditambah dengan adanya buku
kegiatan harian sebagai media pencatatan kendala yang dimiliki pada kegiatan
harian Puskesmas yang dapat diisi oleh seluruh staff.

3.2.4.2 Pemantauan dan Pengendalian Program


Pada buku epidemiologi manajerial didapatkan beberapa panduan
untuk tahap monitoring. Tahap monitoring terdiri dari 5 tahapan menurut WHO
2008:11

Tabel 3.18. Tahapan Pelaksanaan Monitoring


Langkah Kegiatan

Pertama Monitoring dan evaluasi, menjamin diperolehnya perencanaan


dan pengembangan strategi serta pengalokasian dana yang
layak

Kedua Diperolehnya keluaran aktivitas yang relevan untuk kebijakan


dan pelaksanaan program

Ketiga Mengidentifikasi kesesuaian indikator proses, output, outcome


antara realisasi dengan standar yang telah ditetapkan

Keempat Aktivitas monitoring dan evaluasi menghasilkan data dasar


sebagai bahan perencanaan selanjutnya

Kelima Monitoring dan evaluasi merupakan sistem yang

56
berkesinambungan

Sumber: Buku Epidemiologi Manajerial 2011


Dari data tersebut pada puskesmas kelurahan Jati Padang didapatkan data:

Tabel 3.19. Tabel kegiatan monitoring Puskesmas kelurahan Jati Padang

Langkah Kegiatan

Pertama Monitoring dan evaluasi, menjamin diperolehnya


perencanaan dan pengembangan strategi serta
pengalokasian dana yang layak. Dilakukan dalam
bentuk lokakarya mini.

Kedua Diperolehnya keluaran aktivitas yang relevan untuk


kebijakan dan pelaksanaan program

Ketiga Mengidentifikasi kesesuaian indikator proses, output,


outcome antara realisasi dengan standar yang telah
ditetapkan

Keempat Aktivitas monitoring dan evaluasi menghasilkan data


dasar sebagai bahan perencanaan selanjutnya

Kelima Monitoring dan evaluasi merupakan sistem yang


berkesinambungan. Dilakukan dalam bentuk audit
internal dan eksternal setiap tahun.

Selain monitoring puskesmas kelurahan jati padang juga melakukan


supervisi dalam melaksanakan UKM dan UKP. Supervisi dilakukan secara
internal dan eksternal. Dari pihak eksternal supervisi dilakukan oleh kecamatan
dan juga suku dinas kesehatan. Supervisi internal dilakukan oleh kepala
puskesmas. Menurut buku epidemiologi manajerial ketika penyelenggaraan
supervisi ke sarana pelayanan kesehatan diperlukan upaya yang sistematis
sebagaimana diuraikan di bawah ini11:
1. Mengumpulkan informasi
2. Membimbing memecahkan masalah
3. Melaksanakan on the job training
4. Menyusun laporan hasil pelaksanaan supervisi
Berdasarkan data yang terdapat dilapangan puskesmas kelurahan Jati
Padang dari hasil wawancara, data collecting dan observasi tidak didapatkan

57
pedoman pelaksanaan supervisi untuk puskesmas kelurahan jati padang seperti
tabel diatas.

3.2.4.3 Evaluasi

Proses yang dilakukan pada tahap evaluasi dan monitoring tersebut


didapatkan dari pihak Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Sedangkan untuk
evaluasi yang sudah ada di Puskesmas Kelurahan Jati Padang hanya mengikuti
pihak kecamatan meskipun dikatakan ada yang di modifikasi untuk menyesuaikan
dengan program dan penjadwalan yang ada di Puskesmas Kelurahan Jati Padang.

Tabel 3.20 Jenis Evaluasi Program dan Realisasi di Puskesmas


Kelurahan Jati Padang
Jenis Evaluasi Uraian Realisasi

Evaluasi Formatif Rumusan masalah / tantangan Dilakukan dengan


yang dihadapi brainstorming masalah, audit
internal berdasarkan ISO

Evaluasi Proses Identifikasi masalah pada audit internal berdasarkan ISO


aspek input, proses dan output
(matriks temuan masalah)
Evaluasi Outcome Evaluasi 1-3 tahun jika Laporan tahunan
terdapat perubahan pada aspek
input, proses maupun output
Evaluasi Impact Evaluasi terhadap dampak Laporan tahunan
yang terjadi akibat perubahan
input, proses maupun output

58
BAB IV
PERENCANAAN

4.1. Analisis Masalah


4.1.1. Alur Pemecahan Masalah
Alur kerangka pemecahan masalah dalam studi ini menggunakan
algoritma problem solving cycle seperti gambar dibawah, dimulai dari
identifikasi masalah. Melalui tehnik Hanlon Kuantitatif dipilih prioritas
masalah, kemudian dilakukan identifikasi penyebab masalah menggunakan
metode pendekatan sistem.

Gambar 4.1. Alur Pemecahan Masalah

59
4.1.2. Kerangka Pikir Masalah
Pada penelitian ini ditemukan adanya masalah yang terjadi pada program-
program Puskesmas Kelurahan Jati Padang. Dasar untuk memutuskan adanya
masalah, yaitu:
1. Adanya kesenjangan antara target dan pencapaian dari program.
2. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut,
dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat dalam mencegah dan
melakukan tindakan pertolongan pertama terhadap kejadian diare.

Untuk memecahkan masalah tersebut digunakan kerangka pendekatan


sistem yang terdiri dari input, proses, output, dan lingkungan yang
mempengaruhi input dan proses. Input terdiri dari Man (Tenaga Kerja), Money
(Pembiayaan), Material (Perlengkapan), Method (Metode), Market
(Masyarakat) Sedangkan dari proses terdiri dari P1 (Perencanaan), P2
(Penggerakan dan Pelaksanaan), P3 (Penilaian, Pengawasan, dan
Pengendalian).
Setelah ditentukan penyebab masalah, selanjutnya menentukan alternatif
pemecahan masalah dan menentukan prioritas pemecahan masalah yang
terbaik dengan kriteria matrix menggunakan rumus M x I x V/C. Kemudian
membuat rencana penerapan pemecahan masalah yang dibuat dalam bentuk
POA (plan of action). Kegiatan tersebut dipantau apakah penerapannya sudah
baik dan apakah masalah tersebut sudah dapat dipecahkan.

4.1.3. Identifikasi Cakupan Program


Dari hasil analisis data Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Kelurahan
Jati Padang tahun 2017 diperoleh beberapa komponen program belum
mencapai hasil yang ditargetkan. Komponen-komponen program tersebut
tercantum dalam tabel 4.1.

60
Tabel 4.1. Daftar Pencapaian Program Puskesmas Kelurahan Jati Padang bulan Juni - Agustus
2017
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Indikator Target Sasaran dalam 3 Cakupan Pencapaian
(%) bulan Kegiatan Persen (%)
(%)
KIA
Kunjungan K1 100 200 378 189,00 189,00
Kunjungan K4 96 200 242 121,00 126,04
Ibu hamil dengan 88 41 40 97,56 110,86
komplikasi yang
ditangani
Pertolongan persalinan
98 190 152 80,00 81,63
oleh tenaga kesehatan
Kunjungan neonatus 97 184 113 61,41 63,33
Kunjungan bayi ( < 1thn) 97 184 147 79,89 82,36
Kunjungan balita 92 767 611 79,66 86,59
KB

KB Aktif 76 1541 1396 90,60 119,21


KB Baru Tidak ada data
Imunisasi
BCG 95 184 91 49,46 52,05
Polio 1 95 184 86 46,73 49,19
Polio 2 90 184 90 48,91 54,35
Polio 3 90 184 70 38,04 42,27
Polio 4 90 184 71 38,59 42,87
DPT/HB-Hib 1 95 184 120 65,22 68,65
DPT/HB-Hib 2 95 184 112 60,87 64,07
DPT/HB-Hib 3 95 184 98 53,26 56,06
Campak 95 184 55 29,89 31,46
Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
Cakupan pasien (semua 95 450 392 87,11 91,69
umur) datang dengan
ISPA yang
ditemukan/ditangani
Cakupan pasien (semua 95 418 155 37,08 39,03
umur) dengan diare yang
ditangani (sesuai standar)
Cakupan pasien dengan 90 160 32 20,62 22,91
TB yang ditangani
(sesuai standar)
Angka bebas jentik Tidak ada data
PromKes (Penyuluhan)
Kesehatab Ibu dan Anak Tidak ada data
Keluarga Berencana
Imunisasi
Diare
Demam Berdarah
Dengue

61
Gizi
Perbaikan Gizi Masyarakat
Bayi (6-11 bulan) yang
diberi kapsul vitamin A 100 300 395 131,67 131,67
dosis tinggi 1x/tahun
Balita (12-59 bulan) yang
diberi kapsul vitamin A 100 1500 2195 146,33 146,33
dosis tinggi 2x/tahun
Balita yang datang dan
85 3131 2584 82,53 97,09
ditimbang

4.1.4. Penentuan Prioritas Masalah (Berdasarkan Hanlon Kuantitatif)


Untuk penentuan prioritas masalah digunakan metode Hanlon Kuantitatif.
Kriteria dalam Hanlon Kuantitatif adalah sebagai berikut : (A + B) x C x D
1. Kriteria A: Besarnya masalah
2. Kriteria B: Kegawatan masalah
3. Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan
4. Kriteria D: Faktor PEARL

Kriteria A: Besarnya masalah


Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:
Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih persentase
pencapaian hasil kegiatan dengan pencapaian 100%.

Program Target Pencapaian Besarnya masalah


(%) (%) (%)
Kunjungan K1 100 189,00 89,00
Kunjungan K4 96 126,04 30,04
Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 88 110,86 22,86
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 98 81,63 16,37
Kunjungan neonates 97 63,33 33,67
Kunjungan bayi ( < 1thn) 97 82,36 14,64
Kunjungan balita 92 86,59 5,41
KB Aktif 76 119,21 43,21
BCG 95 52,05 42,95
Polio 1 95 49,19 45,81
Polio 2 90 54,35 35,65
Polio 3 90 42,27 47,73

62
Polio 4 90 42,87 47,13
DPT/HB-Hib 1 95 68,65 26,35
DPT/HB-Hib 2 95 64,07 30,93
DPT/HB-Hib 3 95 56,06 38,94
Campak 95 31,46 63,54
Cakupan pasien (semua umur) datang dengan ISPA 95 91,69 3,31
yang ditemukan/ditangani
Cakupan pasien (semua umur) dengan diare yang 95 39,03 55,97
ditangani (sesuai standar)
Cakupan pasien dengan TB yang ditangani (sesuai 90 22,91 67,09
standar)
Bayi (6-11 bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis 31,67
100 131,67
tinggi 1x/tahun
Balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A 46,33
100 146,33
dosis tinggi 2x/tahun
Balita yang datang dan ditimbang 85 97,09 12,09
Tabel 4.2. Program yang Belum Mencapai Target di Puskesmas Jati Padang bulan Juli-Agustus 17

Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
Masukkan ke rumus : k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 23
= 1+ 3,3 (1,36)
= 5,5 dibulatkan menjadi 6

Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar
dengan terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah : terbesar adalah 89% dan terkecil adalah 3,28%
Nilai terbesar Nilai terkecil
Interval =
89 3,28
: = 14,3
6

63
Langkah 4. Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah
kolom/kelas:

Tabel 4.3. Pembagian Interval Kelas


Kolom/Kelas Skala Interval Nilai
Skala 1 3,28 17,58 1
Skala 2 17,59 31,89 2
Skala 3 31,9 46.,2 3
Skala 4 46,3 60,6 4
Skala 5 60,7 75 5
Skala 6 75,1 89,3 6

Langkah 5 : Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya


Tabel 4.4. Penentuan Nilai Tiap Masalah Berdasarkan Kelas
Besarnya masalah terhadap presentasi pencapaian
No. Masalah 3,28- 17,58 17,59 31,89 31,9 46,2 60,7-75 75,1 -89 Nilai
46,3 60,6
(1) (2) (3) (5) (6)
(4)
1. Kunjungan K1 X 6
2. Kunjungan K4 X 2
Ibu hamil dengan
3. komplikasi yang X 2
ditangani
Pertolongan
4. persalinan oleh X 1
tenaga kesehatan
5. Kunjungan neonates X 3
Kunjungan bayi ( <
6. X 1
1thn)
7. Kunjungan balita X 1
8. KB Aktif X 3
9. BCG X 3
10. Polio 1 X 3
11. Polio 2 X 3
12. Polio 3 X 4
13. Polio 4 X 4
14. DPT/HB-Hib 1 X 2
15. DPT/HB-Hib 2 X 2
16. DPT/HB-Hib 3 X 3
17. Campak X 5
Cakupan pasien
(semua umur)
18. datang dengan ISPA X 1
yang
ditemukan/ditangani

64
Cakupan pasien
(semua umur)
19. dengan diare yang X 4
ditangani (sesuai
standar)
Cakupan pasien
dengan TB yang
20. X 5
ditangani (sesuai
standar)
Bayi (6-11 bulan)
yang diberi kapsul
21. X 2
vitamin A dosis
tinggi 1x/tahun
Balita (12-59 bulan)
yang diberi kapsul
22. X 4
vitamin A dosis
tinggi 2x/tahun
Balita yang datang
24. X 1
dan ditimbang

Kriteria B: Kegawatan Masalah


Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan tingkat urgensi (U),
besarnya masalah (S), tingkat penyebaran/meluasnya (G) dan sumber daya (P)
yang dimiliki untuk mengatasi tiap masalah dengan sistem scoring dengan skor 1-
5.
1. Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut :
a. Sangat mendesak :5
b. Mendesak :4
c. Cukup mendesak :3
d. Kurang mendesak :2
e. Tidak mendesak :1
2. Tingkat besar kecilnya masalah (seriousness) dinilai sebagai berikut :
a. Sangat gawat :5
b. Gawat :4
c. Cukup gawat :3
d. Kurang gawat :2
e. Tidak gawat :1
3. Tingkat penyebaran/meluasnya masalah (growth) dinilai sebagai berikut:
a. Sangat mudah menyebar/meluas :5

65
b. Mudah menyebar/meluas :4
c. Cukup menyebar/meluas :3
d. Sulit menyebar/meluas :2
e. Tidak menyebar/meluas :1
4. Sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan (potency)
dinilai sebagai berikut :
a. Sangat banyak :5
b. Banyak :4
c. Cukup banyak :3
d. Kurang banyak :2
e. Tidak banyak :1

Tabel 4.5. Penilaian Masalah Berdasarkan Kegawatan


No. Masalah U S G P Jumlah
1. Kunjungan K1 2 3 3 3 11
2. Kunjungan K4 3 2 3 3 11
3. Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 5 5 4 4 18
4. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 5 5 4 4 18
5. Kunjungan neonates 1 2 2 2 7
6. Kunjungan bayi ( < 1thn) 1 1 2 3 7
7. Kunjungan balita 1 1 2 3 7
8. KB Aktif 1 2 2 3 8
9. BCG 3 3 3 4 13
10. Polio 1 3 3 3 4 13
11. Polio 2 3 3 3 4 13
12. Polio 3 3 3 3 4 13
13. Polio 4 3 3 3 4 13
14. DPT/HB-Hib 1 3 3 3 4 13
15. DPT/HB-Hib 2 3 3 3 4 13
16. DPT/HB-Hib 3 3 3 3 4 13
17. Campak 3 3 3 4 13
Cakupan pasien (semua umur) datang dengan ISPA yang
18. ditemukan/ditangani
4 4 5 5 18
Cakupan pasien (semua umur) dengan diare yang
19. ditangani (sesuai standar)
4 4 5 5 18
Cakupan pasien dengan TB yang ditangani (sesuai
20. standar)
4 5 5 5 19
Bayi (6-11 bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis
21. tinggi 1x/tahun
1 1 2 4 8
Balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis
22. tinggi 2x/tahun
1 1 2 4 8

66
23. Balita yang datang dan ditimbang 2 2 2 4 10

Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan


Kemudahan penganggulangan masalah diukur dengan scoring
dengan nilai 1 5 dimana:
1. Sangat mudah :5
2. Mudah :4
3. Cukup mudah :3
4. Sulit :2
5. Sangat sulit :1
Tabel 4.6. Penilaian Masalah Berdasarkan Kemudahan Dalam Penanggulangan
No. Masalah Nilai
1. Kunjungan K1 5
2. Kunjungan K4 5
3. Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 3
4. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 3
5. Kunjungan neonates 4
6. Kunjungan bayi ( < 1thn) 4
7. Kunjungan balita 4
8. KB Aktif 2
9. BCG 2
10. Polio 1 2
11 Polio 2 2
12. Polio 3 2
13. Polio 4 2
14. DPT/HB-Hib 1 2
15. DPT/HB-Hib 2 2
16. DPT/HB-Hib 3 2
17. Campak 2
Cakupan pasien (semua umur) datang dengan ISPA yang
18. ditemukan/ditangani
3
19. Cakupan pasien (semua umur) dengan diare yang ditangani (sesuai standar) 3
20. Cakupan pasien dengan TB yang ditangani (sesuai standar) 3
21. Bayi (6-11 bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 1x/tahun 3
22. Balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 2x/tahun 3
23. Balita yang datang dan ditimbang 5

Kriteria D. PEARL faktor

67
Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling
menentukan dapat atau tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Kesesuaian (Propriety)
2. Secara Ekonomis murah (Economic)
3. Dapat diterima (Acceptability)
4. Tersedianya sumber (Resources availability)
5. Legalitas terjamin (Legality)

Tabel 4.7. Kriteria D (PEARL FAKTOR)


Hasil
No. Masalah P E A R L
Kali
1. Kunjungan K1 1 1 1 1 1 1
2. Kunjungan K4 1 1 1 1 1 1
3. Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 1 1 1 1 1 1
4. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 1 1 1 1 1 1
5. Kunjungan neonates 1 1 1 1 1 1
6. Kunjungan bayi ( < 1thn) 1 1 1 1 1 1
7. Kunjungan balita 1 1 1 1 1 1
8. KB Aktif 1 1 1 1 1 1
9. BCG 1 1 1 1 1 1
10. Polio 1 1 1 1 1 1 1
11. Polio 2 1 1 1 1 1 1
12. Polio 3 1 1 1 1 1 1
13. Polio 4 1 1 1 1 1 1
14. DPT/HB-Hib 1 1 1 1 1 1 1
15. DPT/HB-Hib 2 1 1 1 1 1 1
16. DPT/HB-Hib 3 1 1 1 1 1 1
17. Campak 1 1 1 1 1 1
Cakupan pasien (semua umur) datang dengan 1
18. ISPA yang ditemukan/ditangani
1 1 1 1 1
Cakupan pasien (semua umur) dengan diare 1
19. yang ditangani (sesuai standar)
1 1 1 1 1
Cakupan pasien dengan TB yang ditangani 1
20. (sesuai standar)
1 1 1 1 1
Bayi (6-11 bulan) yang diberi kapsul vitamin 1
21. A dosis tinggi 1x/tahun
1 1 1 1 1
Balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul 1
22. vitamin A dosis tinggi 2x/tahun
1 1 1 1 1
23. Balita yang datang dan ditimbang 1 1 1 1 1 1

4.1.5 Penilaian Prioritas Masalah

68
Setelah nilai dari kriteria A, B, C, dan D didapat, hasil tersebut dimasukan
dalam formula nilai prioritas dasar (NPD), serta nilai prioritas total (NPT)
untuk menentukan prioritas masalah yang dihadapi:
NPD = (A+B) x C NPT = (A+B) x C xD

Tabel 4.8. Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon Kuantitatif


Urutan
Masalah A B C D NPD NPT
Prioritas
Kunjungan K1 6 11 5 1 85 85 II
Kunjungan K4 2 11 5 1 65 65 IV
Ibu hamil dengan komplikasi yang
ditangani
2 18 3 1 60 60 V
Pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan
1 18 3 1 57 57 VI
Kunjungan neonates 3 7 4 1 40 40 IX
Kunjungan bayi ( < 1thn) 1 7 4 1 32 32 XIV
Kunjungan balita 1 7 4 1 32 32 XV
KB Aktif 3 8 2 1 22 22 XXIII
BCG 3 13 2 1 32 32 XVI
Polio 1 3 13 2 1 32 32 XVII
Polio 2 3 13 2 1 32 32 XVIII
Polio 3 4 13 2 1 34 34 XII
Polio 4 4 13 2 1 34 34 XIII
DPT/HB-Hib 1 2 13 2 1 30 30 XXI
DPT/HB-Hib 2 2 13 2 1 30 30 XX
DPT/HB-Hib 3 3 13 2 1 32 32 XIX
Campak 5 13 2 1 36 36 X
Cakupan pasien (semua umur) datang
dengan ISPA yang ditemukan/ditangani
1 18 3 1 57 57 VII
Cakupan pasien (semua umur) dengan
diare yang ditangani (sesuai standar)
4 18 3 1 66 66 III
Cakupan pasien dengan TB yang
ditangani (sesuai standar)
5 19 4 1 96 96 I
Bayi (6-11 bulan) yang diberi kapsul
vitamin A dosis tinggi 1x/tahun
2 8 3 1 30 30 XXII
Balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul
vitamin A dosis tinggi 2x/tahun
4 8 3 1 36 36 XI
Balita yang datang dan ditimbang 1 10 5 1 55 55 VIII

4.1.6. Urutan Prioritas Masalah

69
Setelah dilakukan penentuan prioritas masalah dengan teknik Hanlon
Kuantitiatif, didapatkan urutan prioritas masalah yang terdapat di Puskesmas
Kelurahan Jati Padang.

Tabel 4.9. Urutan Prioritas Masalah


No Program Urutan
Prioritas
1 Cakupan pasien dengan TB yang ditangani (sesuai standar) I
2 Kunjungan K1 II
3 Cakupan pasien (semua umur) dengan diare yang ditangani (sesuai standar) III
4 Kunjungan K4 IV
5 Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani V
6 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan VI
7 Cakupan pasien (semua umur) datang dengan ISPA yang ditemukan/ditangani VII
8 Balita yang datang dan ditimbang VIII
9 Kunjungan neonates IX
10 Campak X
11 Balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 2x/tahun XI
12 Polio 3 XII
13 Polio 4 XIII
14 Kunjungan bayi ( < 1thn) XIV
15 Kunjungan balita XV
16 BCG XVI
17 Polio 1 XVII
18 Polio 2 XVIII
19 DPT/HB-Hib 3 XIX
20 DPT/HB-Hib 2 XX
21 DPT/HB-Hib 1 XXI
22 Bayi (6-11 bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 1x/tahun XXIII
23 KB Aktif XXIII

4.2. Analisis Pemecahan Masalah


4.2.1 Analisis Penyebab Masalah
Terdapat beberapa penyebab yang mungkin menimbulkan kesenjangan
antara standar atau tolak ukur yang sudah ditetapkan terhadap hasil yang telah
tercapai. Dalam mempermudah menentukan kemungkinan penyebab, digunakan
diagram fishbone yang berdasarkan pada pendekatan sistem meliputi input,

70
proses, output, outcome dan environtment sehingga dapat ditemukan hal-hal yang
dapat menyebabkan munculnya suatu masalah.

Tabel 4.10. Analisis kemungkinan penyebab masalah kurangnya cakupan pasien dengan diare
yang ditangani
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN -Tersedia tenaga kesehatan -Minimnya SDM untuk
(Tenaga Kerja) yang terlatih dalam melakukan promosi
melakukan diagnosis dan kesehatan
tatalaksana diare -Terlalu banyak program
-Tersedia tenaga kerja yang yang dipegang oleh seorang
mampu membuat penanggung jawab program
pendataan dan pencatatan
data -Pengetahuan kader yang
-Terdapat kader yang siap masih minim mengenai
membantu petugas diare
kesehatan
MONEY -Pemeriksaan dan -
(Pembiayaan) tatalaksana diare
disediakan oleh pemerintah
secara gratis
METHOD -Terdaapat bagan -Kurangnya penyuluhan
(Metode) tatalaksana diare sesuai rutin mengenai diare
dengan 5 langkah tuntaskan kepada masyarakat dan
diare dan derajat keparahan sosialisasi kepada para kader
dehidrasi akibat diare -Kurangnya evaluasi rutin
dalam hal pengendalian
penyakit diare
MATERIAL -Material yang diperlukan -Tidak ada media
(Perlengkapan) untuk melakukan penyampaian yang menarik
penyuluhan, pemeriksaan, seperti pamphlet, poster dan
penanganan diare serta brosur
pendataannya sudah -Kurangnya pengadaan
tersedia alat dan barang untuk
program pojok diare
MARKET -Puskesmas mudah di -Kurangnya kesadaran
(Masyarakat) jangkau masyarakat masyarakat untuk datang

71
melakukan pemeriksaan dan
pengobatan di puskesmas

Tabel 4.11. Analisis kemungkinan penyebab masalah ditinjau dari faktor proses dan
lingkungan
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
P1 -Terdapat program -Tidak dilakukan case
(Perencanaan) penemuan dam pendataan finding aktif
penyakit diare serta standar -Tidak terdapatnya jadwal
oprasional program tertulis mengenai
penyuluhan

P2 -Adanya kerjasama
(Penggerakan dan multisektoral yang. -Masyarakat yang kurang
Pelaksanaan ) -Adanya kader-kader yang kooperatif
membantu penyuluhan dan -Kurangnya penyuluhan
pendataan mengenai penyakit diare

-Terdapat pengawasan
P3 terhadap penemuan
(Penilaian, Pengawasan dan penderita diare yang -Tidak dilakukannya proses
Pengendalian) dilakukan oleh penanggung evaluasi program
jawab program -Tdak terdapat monitoring
-Terdapat sistem tentang prilaku dan pola
pencatatan dan pelaporan hidup sehat terkait
tentang cakupan pencegahan diare.
penanganan diare
Lingkungan
-Puskesmas yang dapat -Kurangnya kesadaran
dijangkau oleh masyarakat masyarakat akan bahaya
-Pemeriksaan dan diare sehingga sering
penanganan gratis yang dianggap remeh
disediakan oleh pemerintah -Kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai
prilaku dan pola hidup sehat
sebagai pencegahan diare

72
PROSES Kurangnya evaluasi berkala
terhadap hasil cakupan P3
program yang dijalankan

1. Tidak dilakukan case


fnding aktif 1. Masyarakat yang kurang
2. Tidak terdapatnya jadwal kooperatif P2
P1 2. Kurangnya penyuluhan
tertulis mengenai
mengenai penyakit diare
penyuluhan
Cakupan pasien diare
yang ditangani

MONEY
METHOD

1. Kurangnya penyuluhan
MAN
rutin mengenai diare kepada
masyarakat dan sosialisasi 1. Minimnya SDM untuk
kepada para kader melakukan promosi LINGKUNGAN
2. Kurangnya monitoring rutin kesehatan
1. Kurangnya kesadaran masyarakat
dalam hal pengendalian 2. Terlalu banyak program
penyakit diare yang dipegang oleh seorang akan bahaya diare sehingga sering
penanggung jawab program dianggap remeh
3. Pengetahuan kader yang 2. Kurangnya pengetahuan
minim masyarakat mengenai prilaku dan
MATERIAL pola hidup sehat sebagai
1. Tidak ada media
pencegahan diare
MARKET
penyampaian seperti
pamphlet, poster dan Kurangnya kesadaran masyarakat
brosur mengenai diare untuk datang melakukan
2. Kurangnya pengadaan pemeriksaan dan pengobatan di
alat dan barang untuk INPUT
puskesmas
program pojok diare

Gambar 4.2. Fishbone 73


RENDAHNYA CAKUPAN PASIEN
DENGAN DIARE YANG DITANGANI

Faktor Puskesmas Faktor Masyarakat

Masyarakat Kurangnya
Tidak kurang kesadaran untuk
Sistem pendataan Rendahnya Kurangnya kooperatif datang melakukan
tersedianya
dan pelaporan pengetahuan monitoring pemeriksaan dan
media promosi
belum maksimal kader mengenai pengendalian pengobatan di
yang menarik
untuk diare penyakit diare puskesmas
penyuluhan
Kurangnya
Kurangnya pengetahuan
evaluasi berkala Kurangnya Rendahnya tentang pola
terhadap hasil penyuluhan dan kesadaran prilaku hidup
cakupan program pelatihan kepada masyarakat akan sehat
para kader

Terlalu banyak
program yang Minimnya jumlah
tenaga kesehatan Taraf
dipegang seorang Kurang Informasi yang
untuk melakukan pendidikan
penanggung informasi diperoleh salah
promosi kesehatan rendah
jawab program

Gambar 4.3. Pohon Masalah


74
4.2.2. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah diperoleh daftar masalah, maka langkah selanjutnya ialah menyusun alternatif pemecahan penyebab masalah. Alternatif
penyebab masalah tersebut di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.12. Alternatif pemecahan masalah
No Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1 Kurangnya SDM untuk melakukan promosi kesehatan serta minimnya pembinaan Membuat pelatihan atau pembinaan
kepada kader mengenai diare mengenai penyakit diare dan pencegahannya
kepada para kader.

2 Tidak ada media penyampaian yang menarik mengenai diare Membuat media promosi menarik seperti
brosur, poster dan pamphlet mengenai diare

3 Kurangnya evaluasi berkala terhadap hasil cakupan program yang dijalankan Menjalankan evaluasi cakupan program per
3 bulan

4 Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bahaya diare sehingga minimnya Penyuluhan mengenaia diare yang lebih
kesadaran untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan diare di puskesmas mendalam dan menarik

5 Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pola hidup sehat Penyuluhan mengenai hidup sehat serta
konseling agar terciptanya prilaku dan pola
hidup sehat

75
4.2.3. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks
Setelah menentukan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan kriteria
matriks dengan rumus MxIxV/C.
Masing-masing penyelesaian masalah diberi nilai berdasarkan kriteria:
1. Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
Dengan nilai 1-5 dimana semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan
maka nilainya mendekati angka 5.
2. Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan
maka nilainya mendekati angka 5.
3. Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah
maka nilainya mendekati angka 5.
4. Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan
Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya
mendekati angka 1.

Tabel 4.13. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah


Penyelesaian masalah Nilai Kriteria Hasil akhir Urutan
M I V C (MxIxV)/C
Membuat pelatihan atau pembinaan mengenai 4 5 3 3 20 II
penyakit diare dan pencegahannya kepada
para kader.
Membuat media promosi menarik seperti 4 3 3 4 9 IV
brosur, poster dan pamphlet mengenai diare
Penyuluhan mengenaia diare, bahaya diare, 4 5 3 2 30 I
pencegahan dan tatalaksana diare yang lebih
mendalam dan menarik serta penyuluhan
mengenai peningkatan kesadaran akan pola
hidup sehat
Memberdayakan kader untuk mendata dan 4 4 3 4 12 III

76
melakukan pemantauan terhadap lingkungan
dan kebiasaan masyarakat yang menjadi faktor
resiko diare

Dari tabel hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah, maka


didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan masalah cakupan pasien
dengan diare yang ditangani:
1) Mengadakan penyuluhan mengenaia bahaya diare, pencegahan dan
tatalaksana diare yang lebih mendalam dan menarik serta penyuluhan
mengenai peningkatan kesadaran akan pola hidup sehat
2) Membuat pelatihan atau pembinaan mengenai penyakit diare dan
pencegahannya kepada para kader.
3) Memberdayakan kader untuk mendata dan melakukan pemantauan
terhadap lingkungan dan kebiasaan masyarakat yang menjadi faktor resiko
diare
4) Membuat media promosi menarik seperti brosur, poster dan pamphlet
mengenai diare

4.3. Metode Diagnostik Komunitas


4.3.1. Rancangan Diagnostik Komunitas
Jenis penelitian ini adalah penelitian mixed method, dimana penelitian
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan mendeskripsikan serta
menganalisis data dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran mengenai
suatu hal secara objektif . Metode kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian ini
dilakukan dengan pengambilan data melalui wawancara terhadap sampel
(orang tua balita) mengenai diare, wawancara kepada kepala pelaksana
program penyakit menular, wawancara dengan dokter puskesmas, dan
wawancara dengan kader di Puskesmas Kelurahan Jati Padang mengenai diare
serta melalui laporan bulanan Puskesmas Kelurahan Jati Padang mengenai
pasien dengan diare yang ditangani

77
4.3.2. Metode Diagnostik
4.3.2.1. Jenis Data
Jenis data pada evaluasi program ini menggunakkan kualitatif dan
kuantitatif.
a. Data kualitatif:
Data ini diperoleh dari hasil wawancara kepala program,
wawancara dengan koordinator pelaksana Program
Penanggulangan Penyakit Menular, dokter puskesmas, kader dan
orang tua balita di Puskesmas Kelurahan Jati Padang.
b. Data kuantitatif:
Data ini diperoleh dari data laporan bulanan cakupan pasien dengan
diare yang pada bulan Juni Agustus 2017.

4.3.2.2. Sumber Data


Sumber data berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara kepala program, wawancara dengan
koordinator pelaksana Program Penanggulangan Penyakit Menular, dokter
puskesmas, kader dan orang tua balita di Puskesmas Kelurahan Jati
Padang. Data sekunder diperoleh dari laporan bulanan Puskesmas
Kelurahan Jati Padang mengenai pasien dengan diare yang ditangani

4.3.3. Lokasi dan Waktu


Lokasi penelitian dilakukan di RW 8 dan RW 6 di wilayah Kelurahan
Jati Padang pada bulan Oktober 2017.

4.3.4. Sampel Diagnostik Komunitas

Tehnik purposive sampling dipilih sebagai tehnik pengambilan sampel


pada penelitian ini. Berdasarkan jumlah penderita diare yang datang ke
Puskesmas Kelurahan Jati Padang, didapatkan bahwa berdasarkan usia
persentase jumlah penderita balita (0-59 bulan) sebanyak 49 orang (31,62%),
usia 5-11 tahun sebanyak 20 orang (12,9%), usia 12-25 tahun sebanyak 23
78
orang (14,84%), usia 26-45 tahun sebanyak 35 orang (22,58%), usia 46-65
tahun sebanyak 24 orang (15,48%), dan usia diatas 65 tahun sebanyak 4 orang
(2,58%). Sehingga didapatkan penderita diare di Puskesmas Kelurahan Jati
Padang terbanyak adalah usia 0-59 bulan sebanyak 31,62%. Sehingga sasaran
kegiatan adalah orangtua dari balita yang bertempat di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Jati Padang.
Sampel yang digunakan pada evaluasi program rencana peningkatan
cakupan balita dengan diare yang ditangani memiliki kriteria inklusi sebagai
berikut : Orang tua balita yang bertempat tinggal di RW 08 atau RW 06
Kelurahan Jati Padang. Kriteria eksklusi nya adalah orangtua balita yang
bertempat tinggal diluar RW 08 atau RW 06 Kelurahan Jati Padang dan orang
tua balita yang menolak untuk berpartisipasi.
Perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan menggunakan rumus
2
0 =
2
0
= 0
(1 + )

Keterangan
: jumlah sampel minimal yang dibutuhkan
: tingkat kemaknaan, dengan nilai 1.96
: prevalensi diare, pada studi ini didapatkan sebesar 21,65% =
0,2165.4
:1 , pada studi ini didapatkan 1 0,2165 = 0,7835
: kesalahan absolut yang dapat diterima, berdasarkan pustaka yang
ada pada studi ini digunakan 5%
N : jumlah balita yang berada di RW 06 dan 08 adalah sebanyak 1022
orang.

Maka perhitungan jumlah sampel tersebut adalah:


1,962 0,21650,7835
Populasi Infinite 0 = = 260 sampel
0,052

79
260
Populasi Finite = 260 = 207 sampel
(1+ )
1022

Untuk mengantisipasi kejadian drop out sampel karena tidak sesuai


kriteria yang diinginkan maka jumlah sampel ditambah 15% dari nilai n yang
didapatkan sehingga jumlah sampel keseluruhan yang dibutuhkan menjadi
n1 = n + 15%
= 238 orang
Sehingga berdasarkan perhitungan tersebut, jumlah sampel yang
dibutuhkan adalah 238 orang.

4.3.5. Analisis Komunitas


Berdasarkan data yang didapatkan dari pelaporan tahunan yang ada di
Puskesmas Kelurahan Jati Padang diketahui bahwa cakupan program
penanganan diare dalam jangka waktu 3 bulan mulai dari bulan Juni hingga
bulan Agustus 2017 belum memenuhi sasaran yang telah ditetapkan. Melalui
algoritma problem solving cycle, diupayakan cara pemecahan masalah cakupan
program penanganan diare yang belum mencapai target yang sudah ditentukan.
Kemudian dilakukan survei secara kualitatif dengan pendekatan sistem yang
diawali dari input yang meliputi 5M, yaitu man, money, method, material,
machine, dilanjutkan dengan proses yang meliputi fungsi manajeman (P1, P2,
P3) dan manajemen mutu yang semua terangkum dalam Fish Bone Analysis,
sehingga didapatkan output. Input dan proses dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Data kemudian diolah untuk mengidentifikasi dan mencari
penyebab masalah, lalu ditentukan alternatif pemecahan masalah. Metode
kriteria matriks (MIV/C) digunakan untuk membantu menentukan prioritas
pemecahan masalah. Setelah pemecahan masalah terpilih, dibuat rencana
kegiatan dalam bentuk POA (Plan Of Action) dan diaplikasikan pada subjek
penelitian.

80
4.4 Rencana Kegiatan (Plan of Action)

Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah


menggunakan metode matriks didapatkan hasil prioritas pemecahan masalah
berupa mengadakan penyuluhan mengenaia bahaya diare, pencegahan dan
tatalaksana diare yang lebih mendalam dan menarik serta penyuluhan
mengenai peningkatan kesadaran akan pola hidup sehat, membuat pelatihan
atau pembinaan mengenai penyakit diare dan pencegahannya kepada para
kader, memberdayakan kader untuk mendata dan melakukan pemantauan
terhadap lingkungan dan kebiasaan masyarakat yang menjadi faktor resiko
diare dan membuat media promosi menarik seperti brosur, poster dan pamphlet
mengenai diare. Tujuan dari rencana kegiatan ini adalah meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai penanganan awal diare, meningkatkan
inisiatif masyarakat untuk datang ke Puskesmas bila mengalami diare serta
menumbuhkan kebiasaan hidup sehat dalam mencegah terjadinya diare.
Kriteria keberhasilan dari rencana kegiatan ini berupa telah terlaksananya
pembuatan poster dan leaflet dan disebarkan ke pasien yang bertempat di
wilayah kerja Puskesmas Jati Padang, melakukan penyuluhan yang terlaksana
sesuai jadwal, pemantauan hasil penyuluhan sehingga masyarakat dapat
memahami materi penyuluhan dan dapat menerapkannya serta dilakukannya
evaluasi hasil kinerja kader dalam melakukan pemantauan terhadap lingkungan
dan kebiasaan masyarakat yang menjadi faktor resiko diare.

81
Penanggung Kriteria
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Dana Metode
Jawab Keberhasilan

Tabel 4.14. Plan of Action Peningkatan Cakupan Kunjungan Diare di Puskesma Kelurahan Jati Padang
Penanggung Kriteria
No Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Dana Metode
Jawab Keberhasilan
1 Melakukan penyuluhan Meningkatkan Orangtua RW 08 Kepala Kepala Oktober Dana Metode Meningkatnya
kepada orangtua balita pengetahuan balita di dan RW Puskesmas Program, 2017 swadaya penyuluhan pengetahuan
mengenai diare, serta kesadaran lingkungan 06 Bidan, langsung. orangtua balita
pencegahan dan masyarakat kerja Kelurahan Dokter Pelaksana mengenai diare
penanganannya serta mengenai diare Puskesmas Jati muda penyuluhan dengan
memberikan dan mengubah Kelurahan Padang bertatap melakukan
demonstrasi mengenai perilaku Jati Padang muka pembandingan
cara pembuatan oralit masyarakat dengan skor pre-test
dan dilakukakan agar sasaran dan dan post-test.
didepan pelaksana. menerapkan didengar
pola hidup oleh
sehat di orangtua
keluarga balita. Dan
dilakukan
pengisian
kuesioner
pre-test dan
post-test

82
2 Membuat poster Meningkatkan Orangtua RW 08 dan Kepala Kepala Okt-17 Dana Metode Masyarakat
dan leaflet pengetahuan serta balita di RW 06 Puskesmas Program, swadaya pembagian menerima
sebagai media kesadaran lingkungan Kelurahan Bidan, leaflet diberikan leaflet serta
promosi masyarakat kerja Jati Padang Dokter kepada posyandu
mengenai diare mengenai diare dan Puskesmas muda masyarakat menerima poster
dan mengubah perilaku Kelurahan yang mengenai diare
penanganannya masyarakat agar Jati Padang berkunjung ke
kepada orangtua menerapkan pola bagian
balita hidup sehat di pelayanan
keluarga Puskesmas
Kelurahan Jati
Padang

3 Melakukan Meningkatkan Kader di RW 08 dan Kepala Kepala Okt-17 Dana Wawancara Meningkatnya
pelatihan dan pengetahuan kader lingkungan RW 06 Puskesmas Program, swadaya dengan kader pengetahuan
wawancara agar dapat kerja Kelurahan Bidan, kader mengenai
kepada kader menyampaikan Puskesmas Jati Padang Dokter diare ditinjau
mengenai diare, informasi mengenai Kelurahan muda, dari wawancara
pencegahan diare dengan baik Jati Padang secara langsung
diare dan dan benar kepada kepada para
penanganannya orangtua balita serta kader setelah
dapat melakukan pelatihan
pemantauan terhadap
lingkungan dan
kebiasaan
masyarakat yang
menjadi faktor
resiko diare

83
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENGORGANISASIAN

5.1 Intervensi Kegiatan


Intervensi kegiatan yang dilakukan pada program peningkatan cakupan
penanganan diare pada balita di Puskesmas Kelurahan Jati Padang adalah:

Tabel 5.1 Daftar Kegiatan


No Tanggal Kegiatan
1. 13, 14 dan 18 September Melakukan wawancara dengan pemegang
program Penanggulangan Penyakit Menular
mengenai cakupan balita dengan diare di
Puskesmas Kelurahan Jati Padang
Melakukan pendataan kuantitas dan kualitas dari
angka cakupan balita dengan diare di Puskesmas
Kelurahan Jati Padang
2. 27 September 2017 dan 6, 10, 13, 17, Penyuluhan mengenai diare, pencegahannya dan
18 Oktober 2017 tatalaksananya serta mendemonstrasikan cara
pembuatan oralit dan penggunaanya kepada
balita di Posyandu lingkungan RW 06 dan RW
08, wilayah Kelurahan Jati Padang
Memberikan pre-test sebelum penyuluhan dan
post-test sesudah penyuluhan, dan dilakukan
tanya jawab kepada orangtua balita.
Pembagian leaflet kepada orang tua balita yang
berkunjung ke Posyandu.
3. 3, 10 Oktober 2017 Memberikan pembekalan ilmu dan tanya jawab
kepada para kader kesehatan dalam acara arisan
kader kesehatan Kelurahan Jati Padang mengenai
tanda, gejala, faktor resiko, pencegahan dan
tatalaksana diare serta pembekalan ilmu
mengenai gejala dan tanda dehidrasi sebagai
akibat diare serta pencegahan dan pertolongan
awalnya.

Dari semua kegiatan intervensi yang direncanakan, semua kegiatan sudah


berhasil dilaksanakan.

84
5.2 Evaluasi Data Kuantitatif
5.2.1 Data Univariat Responden
Berdasarkan hasil analisis kegiatan berupa pembagian kuisioner kepada
orangtua balita di posyandu RW 008 dan posyandu RW 006 di Kelurahan
Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu didapatkan data sosiodemografi subjek
penelitian, yaitu usia, pendidikan dan perkerjaan.

Tabel 5.2 Usia responden


Usia Jumlah responden Persen
<20 tahun 19 orang 7,98 %
20-30 tahun 102 orang 42,86 %
31-40 tahun 66 orang 27,73 %
>40 tahun 51 orang 21,43 %

Berdasarkan data usia subjek penelitian, maka penelitian ini didominasi


oleh kelompok usia 20-30 tahun sebanyak 102 orang (42,86%), diikuti
kelompok usia 31-40 tahun sebanyak 66 orang (27,73%), di atas 40 tahun
sebanyak 51 orang (21,43%) dan kurang dari 20 tahun sebanyak 7,98 %

Tabel 5.3 Pendidikan responden


Pendidikan Jumlah Persen
responden
Tidak sekolah / tidak tamat SD 11 orang 4,62 %
SD 54 orang 22,69 %
SMP 39 orang 16,38 %
SMA 98 orang 41,18 %
Akademi 36 orang 15,13 %

Berdasarkan data pendidikan responden, sebanyak 11 orang (4,62%)


tidak bersekolah / tidak tamat SD, 54 orang (22,69%) berpendidikan sekolah
dasar, 39 orang (16,38%) berpendidikan sekolah menengah pertama, 98 orang
(41,18%) berpendidikan sekolah menengah atas dan 36 orang (15,13%)
berpendidikan Akademi.

85
Tabel 5.4 Pekerjaan responden
Pekerjaan Jumlah Persen
responden
Pegawai Negeri 13 orang 5,46 %
Pegawai Swasta 36 orang 15,12 %
Wiraswasta 67 orang 28,15 %
Ibu rumah tangga 114 orang 47,89 %
Lain-lain 8 orang 3,36 %

Berdasarkan data pekerjaan responden, sebanyak 13 orang (5,46%)


bekerja sebagai pegawai negeri, 36 orang (15,12%) bekerja sebagai pegawai
swasta, 67 orang (28,15%) bekerja sebagai wiraswasta, 114 orang (47,89%)
merupakan ibu rumah tangga dan 8 orang pekerja lainnya (3,36%).

Tabel 5.5 Hal yang dilakukan pertama jika anak diare


Hal yang dilakukan Jumlah responden Persen
pertama jika anak diare
Mengatasi sendiri 166 orang 69,75 %
Membawa ke faskes primer 72 orang 30,25 %

Berdasarkan data hal yang dilakukan saat anak diare didominasi oleh
mengobati anak sendiri sebanyak 166 orang (69,75%), diikuti dengan
membawa anak ke faskes primer (30,25%).
Sedangkan mengenai fasilitas kesehatan yang didatangi jika anak
mengalami diare didominasi oleh Puskesmas sebanyak 105 orang (44,12%),
bidan sebanyak 75 orang (31,51%), Klinik 24 Jam sebanyak 32 orang
(13,45%), dan Rumah Sakit sebanyak 26 orang (10,92%).

86
Tabel 5.6 Fasilitas kesehatan yang didatangi jika anak sakit
Hal yang dilakukan Jumlah responden Persen
pertama jika anak diare
Puskesmas 105 orang 44,12 %
Bidan 75 orang 31,51 %
Klinik 24 Jam 32 orang 13,45 %
Rumah Sakit 26 orang 10,92 %

5.2.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Berikut ini digambarkan hasil deskriptif pengetahuan orang tua balita


tentang penyakit diare pada saat pre-test atau sebelum diberikan penyuluhan dan
pada saat post-test, yaitu pada saat setelah diberi penyuluhan tentang diare pada
balita. Soal soal yang diberikan pada pre-test sama dengan soal soal yang
diberikan pada saat post-test dan terlampir dalam makalah ini, berisikan 10 soal
dengan 6 komponen penting tentang diare yaitu definisi, penyebab, gejala,
komplikasi, tatalaksana dan pencegahan. Hasil dari perolehan benar menjawab
pre-test dan post-tes disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 5.7 Perolehan poin benar dalam pre-test dan post-test


Jumlah Peserta Benar Jumlah Peserta Benar
Soal Nomor Pertanyaan
Pre test Post test
1 Definisi 224 238
2 Penyebab 10 0
4 Penyebab 6 0
2,4 Penyebab 221 238
3 Komplikasi 129 0
9 Komplikasi 16 2
3,9 Komplikasi 33 236
5 Gejala 217 238
6 Tatalaksana 96 1
7 Tatalaksana 35 4
8 Tatalaksana 12 0

87
6,7,8 Tatalaksana 48 233
10 pencegahan 238 238
Berikut hasil deskriptif data pengetahuan orang tua saat pre-test dan post-test.

Metode
Variabel Mean Standar p value
Analisis
Deviasi
Paired Samples Pre Test 6,96 1,16
0.000
T Test Post Test 9,56 0,55

Untuk mengetahui perbedaan yang bermakna dari sebelum dan sesudah


dilakukan penyuluhan, maka dilakukan uji-t, yaitu paired sample t-test. Dari tabel
hasil uji-t diatas, terlihat bahwa t-hitung (t-value) adalah -5,65 dengan nilai
probabilitas p = 0.000. Oleh karena nilai p <0,05, maka H0 ditolak sehingga
terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan, yang diukur dengan pre-test dan post-test.
Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan yang telah dilakukan kepada
orangtua balita RW 08 dan RW 06 Kelurahan Jatipadang sangat berguna untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian orang tua balita mengenai
penyakit diare pada balita.
Penyuluhan yang telah dilakukan bertujuan agar warga di Kelurahan
Jatipadang khususnya kepada orang tua balita RW 08 dan RW 06 dapat
mengetahui pencegahan, penyebab serta tatalaksana diare. Selain penyuluhan,
juga dilakukan demonstrasi pembuatan oralit agar orangtua balita mengetahui cara
pembuatan oralit yang baik dan benar. Untuk itu diharapkan dengan
bertambahnya pengetahuan, kesadaran dan kepedulian warga di Kelurahan
Jatipadang dapat segera datang ke pelayanan kesehatan untuk melakukan
pemeriksaan dan pengobatan diare. Sehingga dapat membantu program kesehatan
dalam meningkatkan cakupan penanganan diare pada balita sesuai standar.

5.3 Evaluasi Data Kualitatif


5.3.1 Hasil Wawancara Orang Tua Balita
Pada kegiatan wawancara ini dilakukan kepada responden, yaitu orangtua
balita yang menghadiri acara pemeriksaan balita di posyandu RW 06 dan RW
88
08 Kelurahan Jati Padang. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tingkat
pemahaman dan pengetahuan dari orangtua mengenai diare pada balita.
Kegiatan wawancara dimulai dari perkealan diri kepada orang tua balita
dan menanyakan pengertian diare, penyebab diare, hal-hal yang dilakukan bila
anak menderita diare, serta bahaya dari diare. Hal ini bertujuan selain
mengetahui tingkat pemahaman orangtua, juga untuk mengetahui langkah-
langkah penanganan terhadap anak dengan diare dirumah, serta meningkatkan
pengetahuan orangtua mengenai kapan harus membawa balita dengan diare ke
Puskesmas. Dari hasil wawancara kepada orangtua balita didapatkan minimnya
pengetahuan orangtua dalam hal :
1) Menentukan kapan balita yang BAB cair telah mengalami diare
2) Gejala-gejala dehidrasi akibat diare
3) Kapan anak dengan diare harus dibawa ke tempat pelayanan kesehatan

Hal ini seperti yang terdapat pada kuotasi berikut. Menurut salah satu
responden ketika ditanyai apa itu diare katanya sih, anak dibilang diare kalo
udah 2 hari mencret gak berenti-berenti, sedangkan ketika ditanya mengenai
kapan membawa anak ke dokter, salah satu responden menjawab yah saya
bawa kalo anak saya udah rewel banget. Dari hasil wawancara ini juga
didapatkan pendapat responden yang bervariasi mengenai penanganan awal
diare dan pencegahan dehidrasinya, kebanyakan responden menjawab dengan
dilakukan pemberian air teh hangat, oralit, ASI, kuah kaldu, susu formula dan
air kunyit. Hal ini seperti yang terdapat pada kuotasi berikut. Menurut
responden 1 saya cuma kasih ASI karena anak saya baru 5 bulan atau oralit
dari dokter kalo udah gedean dan menurut responden 2 biasanya saya kasih
the manis anget sama air kunyit dok.

5.3.2 Hasil Wawancara, Pembekalan Materi dan Pelatihan Kader


Posyandu
Wawancara kepada kader dilakukan untuk melihat seberapa penting
keikutsertaan kader untuk berperan aktif dalam penemuan kasus diare pada

89
balita. Wawancara kepada kader Posyandu dilakukan saat acara arisan kader
RW 08 dan RW 06 Kelurahan Jati Padang.
Dari hasil wawancara kepada kader didapatkan kemungkinan
penyebab masalah yang utama dari faktor input, proses dan lingkungan,
yaitu:
1) Kurangnya pengetahuan kader mengenai diare pada anak, terutama dalam hal
kapan harus membawa anak diare ke Puskesmas.
2) Tidak adanya media promosi sebelumnya.
3) Tidak adanya penyuluhan yang spesifik dari kader mengenai diare pada balita
di Posyandu.
Seperti yang tertera pada hasil wawancara dengan salah satu kader
Biasanya yang penyuluhan sih dari dokternya dok. Kalo kami jarang
karena kan udah sibuk bagi-bagi tugas dan toh kami juga kurang ngerti
dok, sementara menurut kader lain, penyuluhan tidak selalu dilakukan
karena menurutnya informasi yang akan disampaikan sudah diketahui oleh
orantua balita, Ya suka dilakuin penyuluhan, tapi nggak selalu diare. Kalo
diare sih, kayaknya ibu-ibunya udah pada tau. Tergantung ibu-ibunya lagi
pingin tanya apa, klo ada perntanyaan ya kita jawab semampunya. Paling
itu aja sih dok.
Setelah wawancara, dilakukan pembekalan dan pelatihan kepada
kader mengenai diare pada balita. Materi pembekalan berisikan:
1) Definisi diare
2) Penyebab diare infeksi maupun non infeksi
3) Gejala klinis yang sering menyertai diare
4) Gejala dehidrasi akibat diare dan derajat dehidrasi
5) Komplikasi diare
6) Pertolongan pertama pada diare
7) Kapan anak dengan diare harus dibawa ke fasilitas kesehatan
8) Pencegahan diare
Kemudian dilakukan sesi tanya jawab, dimulai dari para kader yang
bertanya kepada si pemberi materi apabila penyajian materi kurang jelas

90
dimengerti oleh pada kader dan dilanjutkan dengan si penyaji materi
bertanya kepada para kader untuk mengetahui tingkat pemahaman para
kader mengenai materi yang diberikan.
Beberapa pertanyaan dari kader tercatum dalam kuotasi berikut, dok,
tadikan dibilang kalo diare bikin dehidrasi, nah kalo anaknya diare terus
dikasi oralit apa masih bisa dehidrasi ?, susu formula boleh gak sih dok
dikasi ke anak yang diare, kan tadi dibilang kalo ASI bisa dikasi ? dan
dok ada yang bilang kalo obat bisa bikin diare, bener ga sih dok ?.
Ada beberapa pertanyaan yang sulit dijawab oleh para kader saat
diberi pertanyaan dari penyaji, yaitu mengenai gejala klinis yang sering
menyertai diare, penyebab-penyebab diare dan derajat dehidrasi. Hal ini
mungkin disebabkan banyaknya poin-poin yang harus dihafalkan oleh para
kader, namun setelah diberikan waktu dan sedikit bantuan dalam cara
menghafal, akhirnya para kader dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Sesi pembekalan dan pelatihan baru usai apabila sebagian besar kader
yang hadir dalam acara tersebut telah memahami materi yang disampaikan,
ditinjau dari jawaban yang diberikan para kader kepada si penyaji materi
saat sesi tanya jawab.

5.3.3 Wawancara dengan Pemegang Program P2M di Puskesmas Kelurahan


Dari hasil wawancara dengan pemegang program P2M di Puskesmas
Kelurahan Jati Padang (Bu Diana Lorence), didapatkan bahwa untuk kasus
diare sendiri terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan program.
Salah satunya adalah adanya hambatan dari pelaksanaan pojok diare yang
harusnya diadakan di Puskesmas Kelurahan Jati Padang. Letak
permasalahan berada di bidang pengadaan alat dan bahan. Hal ini
disebutkan dalam kuotasi sebagai berikut Di pojok diare, pasien yang
sudah di diagnosa mengalami diare, diharuskan meminum oralit saat itu
juga, biar bisa dipantau. Tapi untuk pengadaan alat dan bahannya belum
kami dapatkan dari kecamatan sampai sekarangi. Nah, beda lagi untuh
media promosi poster dan leaflet, sebenarnya kami sudah dapat tapi yang

91
diberikan puskesmas kecamatan biasanya sedikit dan jarang posyandu
kebagian. Sedangkan penyuluhan mengenai diare kepada masyarakat
sudah dilaksanakan, meskipun belum terjadwal dengan baik seperti yang
dilampirkan pada kuotasi berikut. Memang ada penyuluhan tentang diare
ke masyarakat, tapi karena di Puskesmas Kelurahan Jati Padang
petugasnya terbatas jadi untuk penyuluhan emang jarang, kalo ada juga
biasanya digabung dengan acara-acara lain. Memang sih, sebaiknya
dilakukan penyuluhan yang fokus mengenai diare setiap 6 bulan sekali.
Dalam proses pencatatan dan pelaporan kasus diare juga sudah
dilakukan oleh pemegang program P2M sesuai dengan prosedur. Dalam hal
pelaporan juga dilakukan setiap bulannya ke Kecamatan. Hal ini seperti
yang tertera pada kuotasi berikut: Pasien yang datang dengan diare pasti
selalu kita didata dan nantinya data itu kita rekapitulasi dan kirim ke
Kecamatan setiap bulannya.
Mengenai pencarian kasus diare secara aktif belum dapat dilakukan
oleh pihak puskesmas, namun puskesmas biasanya datang mengunjungi
wilayah yang memiliki penderita diare yang banyak, berdasarkan data
keterangan jumlah pasien diare di salah satu wilaya yang datang berkunjung
ke puskesmas dan berdasarkan laporan dari para kader. Pada
pelaksanaannya dilakukan penilaian kepada beberapa aspek. Tetapi terdapat
aspek yang sulit diubah yaitu sifat dari masyarakat itu sendiri. Hal ini tertera
pada kuotasi berikut Kalau memang banyak laporan diare dari kader atau
dari data pasien poli, kami bakal turun ke lapangan buat lihat faktor
lingkungan di wilayah itu. Yang dinilai biasanya adalah pembuangan
sampah, saluran got, serta binatang yang berada di lingkungan tersebut.
Kemudian kami bakal melaporkan ke pihak kelurahan, nanti kelurahan
yang menuntaskan. Biasanya sih bakal berulang lagi, meskipun udah
dilakukan perbaikan dari kelurahan, karena sifat warganya sendiri yang
sulit diubah. Mengenai peran dari kader kesehatan sendiri dalam
menanggulangi masalah diare dinilai belum cukup baik kadernya tidak

92
semuanya aktif kalau mengenai diare. Tapi bila ada laporan dari kader,
pasti langsung kami tindaklanjuti.
Dari hasil wawancara kepada pemegang program P2M, dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya
cakupan penanganan diare di Puskesmas Kelurahan Jati Padang. Dari faktor
man (tenaga kerja) didapatkan bahwa kurangnya tenaga kesehatan yang
bergerak di bidang P2M sehingga penyuluhan mengenai diare pada balita
jarang dilakukan, serta kurangnya keaktifan petugas kesehatan dan kader
dalam case finding diare secara aktif. Untuk material, kurangnya pengadaan
alat dan barang untuk program pojok diare dan media promosi seperti leaflet
dan poster. Selain itu juga telah didiskusikan dengan pemegang program
P2M, seperti tercantum pada hasil perolehan data univariat mengenai
fasilitas kesehatan yang sering didatangi pasien sewaktu anak sakit, dimana
diperoleh sebanyak 31,51% pasien datang ke bidan dan 13,45 % pasien ke
klinik 24 jam. Angka tersebut cukup bermakna, oleh karena itu diharapkan
kedepannya Puskesmas dapat berkerjasama dengan klinik 24 jam dan bidan
di lingkungan kerja Puskesmas Kelurahan Jati Padang yang nantinya dapat
membantu Puskesmas dalam pendataan mengenai balita yang menderita
diare dan meningkatkan angka cakupan balita dengan diare yang
ditatalaksana sesuai prosedur.

93
BAB VI
PENGAWASAN, PENGENDALIAN, DAN PENILAIAN KINERJA

6.1. Penyuluhan dan Sosial ke Orangtua Balita


Penyuluhan dan sosialisasi yang diberikan adalah mengenai diare pada
balita. Penyuluhan dan sosialisasi ditujukan kepada orangtua balita. Pada
kegiatan penyuluhan diberikan penjelasan mengenai definisi diare, pencegahan
dan penanganannya serta melakukan demonstrasi cara pembuatan dan
pemberian oralit kepada balita dengan diare. Setelah itu dilakukan sosialisasi
mengenai kapan balita dengan diare harus dibawa ke pusat pelayanan
kesehatan, dalam hal ini adalah Puskesmas dan Rumah Sakit.
Kegiatan penyuluhan dan sosialisasi ini dilakukan di RW 06 dan RW 08
pada setiap kegiatan Posyandu dan satu kali dalam kegiatan peresmian Ruang
Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Seruni. Dari hasil paired samples t-test
didapatkan nilai p <0,05, yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna
antara nilai rata-rata sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan, yang diukur
dengan pre-test dan post-test. Sehingga dapat diketahui bahwa penyuluhan
yang telah dilakukan sangat berguna untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai penyakit diare. Maka untuk kedepannya sosialisasi kepada
masyarakat perlu dilakukan secara rutin agar pengetahuan dan perhatian
terhadap penyakit diare dapat meningkat dan tersebar merata kepada seluruh
masyarakat Kelurahan Jati Padang terutama kepada orangtua balita.

6.2. Pelatihan Kader


Pelatihan kader kesehatan RW 08 dan RW 06 Kelurahan Jati Padang
berisikan materi mengenai penyakit diare yang lebih mendalam, mencakup
definisi, penyebab, pencegahan, tatalaksana awal, deteksi dan derajat dehidrasi
serta komplikasi jangka panjang yang terutama berkaitan dengan gizi balita.
Pelatihan ini dilakukan bersamaan dengan acara arisan kader atau acara arisan
RW di Kelurahan Jati Padang. Setelah dilakukan pelatihan, kemudia dilakukan
tanya jawab kepada para kader untuk mengetahui apakah para kader sudah

94
mengerti tentang materi pelatihan yang diberikan. Tujuan pelatihan ini adalah
untuk menambah wawasan dan mengingatkan kembali akan bahaya diare.
Diharapkan nantinya, ilmu yang diberikan dalam pelatihan ini dapat diterapkan
oleh para kader untuk mengedukasi para masyarakat dilingkungan kerjanya
tentang diare dan dapat membantu para petugas kesehatan dalam mencegah
kejadian diare serta melakukan case finding aktif penderita diare terutama
balita.

6.3. Pembuatan Media Promosi


Pada tanggal tanggal 26 September 2017 dilakukan pembuatan media
promosi kesehatan berupa leaflet dan poster. Media promosi ini berisikan
materi mengenai diare yang dibawakan dengan bahasa yang mudah dimengerti
oleh masyarakat awam dan juga menggunakan gambar-gambar yang
membantu dalam memahami isi dari media promosi kesehatan tersebut. Leaflet
dibagikan kepada masyarakat terutama orangtua balita yang datang ke
Puskesmas Kelurahan Jati Padang atau yang datang dalam acara posyandu di
RW 08 dan 06, leaflet ini dapat dibawa pulang sehingga dapat membatu
memberikan informasi mengenai diare kepada orangtua balita dirumah.
Sedangkan poster dibagikan ke posyandu posyandu di RW 06 dan 08
Kelurahan Jati Padang. Tujuan pembuatan dan pembagian media promosi
kesehatan ini adalah untuk menyebarkan informasi mengenai diare terutama
kepada masyarakat yang tidak sempat hadir dalam acara penyuluhan.

95
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) yang menunjukkan hasil
kegiatan puskesmas pada bulan Juni Agustus 2017, didapatkan masalah
dengan prioritas cakupan kunjungan balita dengan diare. Hasil cakupan
penanganan diare yang sesuai dengan SPM bulan Juni - Agustus 2017 sebesar
39,03%. Dari jumlah sampel yang ada didapatkan hanya 18,52% ibu yang
membawa balita dengan diare ke fasilitas kesehatan primer.
Hasil cakupan yang tidak sesuai dengan target disebabkan oleh berbagai
faktor. Diantara faktor tersebut yaitu, faktor man didapatkan kurangnya tenaga
kerja baik dalam jumlah maupun keterampilan. Dari faktor market, kurangnya
kesadaran ibu membawa balita berobat ke puskesmas wilayah tempat
tinggalnya dengan alasan dapat menangani penyakitnya dengan sendiri, dari
faktor material, kurangnya pengadaan alat dan barang untuk program pojok
diare dan media promosi seperti leaflet dan poster serta dari faktor method
berupa minimnya evaluasi rutin dalam hal pengendalian penyakit diare serta
kurangnya sosialisasi kepada masyarakat dan kader. Diare merupakan salah
satu dari 10 besar penyakit terbanyak di Puskesmas Kelurahan Jati Padang
tahun 2017, hal ini dikarenakan pencegahan penyakit menular yang masih
kurang dan berkaitan erat dengan sulitnya perubahan perilaku pada masyarakat
yang berkaitan dengan hidup bersih dan sehat guna pencegahan diare.
Alternatif pemecahan masalah yang akan dilakukan antara lain dengan
memberikan pelatihan secara terpadu mengenai kasus diare kepada para kader
serta penerapannya. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat melalui
media promosi yang menarik, interaktif dan edukatif serta memberikan materi
yang bervariasi serta mengevaluasi penerapannya di masyarakat dengan
memberdayakan sumber daya yang ada.

96
7.2 Saran
A. Terhadap Puskesmas Kelurahan Jatipadang:
1. Meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja sumber daya manusia
yang ada.
2. Mengadakan kerjasama dengan klinik 24 jam dan bidan di lingkungan
kerja Puskesmas Kelurahan Jati Padang yang nantinya dapat
membantu Puskesmas dalam pendataan mengenai balita yang
menderita diare dan meningkatkan angka cakupan balita dengan diare
yang ditatalaksana sesuai prosedur.
3. Memberikan penyuluhan secara rutin mengenai diare, dapat
disertakan dengan pembagian media promosi agar informasi dapat
mudah menyebar di masyarakat.

B. Terhadap kader
1. Meningkatkan pengetahuan kader mengenai diare agar lebih pro-aktif
terhadap kasus diare yang beredar di masyarakat.
2. Melakukan edukasi mengenai diare, pengobatan dan pencegahannya
secara rutin kepada masyarakat pada setiap kegiatan seperti posyandu.

C. Terhadap Masyarakat:
1. Masyarakat diharapkan dapat menerapkan cara-cara pengobatan dan
pencegahan penyakit menular pada balita, khususnya kasus diare, dan
tahu kapan harus membawa anak ke fasilitas kesehatan.
2. Masyarakat diharapkan untuk menyebarkan informasi yang sudah
didapat dari kegiatan tersebut kepada masyarakat yang tidak hadir
agar program penanganan diare dapat terlaksana dengan baik.
3. Masyarakat diharapkan untuk aktif melakukan pelaporan kepada
kader, ataupun Puskesmas bila terdapat kasus diare di lingkungan
tempat tinggalnya.

97
Daftar Pustaka

1. Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. In : Juffrie M, Soenarto SSY, Oswarni H, Arief S,
Rosalina I, Mulyani NS. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Anak. 1th ed. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015. p. 87-118.
2. Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th
ed. Philadelphia: Elsevier; 2016.p.1761-63
3. Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan: Jakarta.
4. Hermawan L, Hendro L, Loho T, Kuswenda D, Putri A, Yussianto A, et al. 2010.
Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan
Ibu p. 10-8.
5. Bambang S, Nurtjahjo BS, Juffrie M, et al. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi jilid
I Jakarta: UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI. 2010. P 87-121.
6. Arif M, Kuspuji T, Rakmi S, et al. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keempat Jilid 1.
Jakarta : Media Aesculapius. 2016. P 500-504.
7. Suharyono. Diare Akut: Klinik dan Laboratorik. 1st ed. Jakarta: Rinek Cipta. 2008.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.
Available at: http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf. Accessed 15 september 2017.
9. Hendarwanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. 6th ed. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2014. P 451-57.
10.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Ed:
Husein A, Rusepno H. FKUI: Jakarta. 1985. P 283-312.
11.Kementrian Kesehatan RI. Situasi diare di Indonesia. Jakarta. 2011.
12.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Available at: http://pptm.depkes.go.id/cms/frontend/. Accessed 15 september 2017.
13.Sejarah Pemberantasan Penyakit di Indonesia. Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Pemeliharaan Lingkungan Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
2007.

98
Lampiran.
A. Media Promosi Penyakit Diare
a. Leaflet

99
b. Poster

100
B. Foto Foto Penyuluhan

101
C. Foto Foto Pelatihan Kader

102
D. Kuesioner pre test dan post test
1. Nama Responden :
2. Alamat Responden :
3. Umur Responden :
a). < 20 tahun b). 21-30 tahun
c). 31-40 tahun d). >40 tahun

4. Pendidikan formal terakhir :


a). Tidak sekolah/ tidak tamat SD
b). Sekolah Dasar/ sederajat
c). Sekolah Menengah Pertama/ sederajat
d). Sekolah Menengah Atas/ sederajat
e). Perguruan Tinggi/ Akademi

5. Pekerjaan Responden :
a). Pegawai Negeri
b). Pegawai Swasta
c). Wiraswasta
d). Ibu rumah tangga
e). Lain-lain

6. Saat anak anda mengalami diare :


a). Saya akan mengatasinya sendiri
jelaskan ALASANNYA?
b). Saya akan membawa anak saya ke fasilitas kesehatan
sebutkan WAKTU dan ALASANNYA?

7. Fasilitas kesehatan manakah yang anda sering datangi untuk mengobati peyakit
anak anda.(jelaskan ALASANNYA?)
a). Puskesmas b). Bidan
c). Klinik 24 jam d). Rumah Sakit

103
Petujuk Pengisian Tes: Isilah kuesioner dengan mencontreng () pada jawaban
yang anda anggap pilihan yang benar.
No Pertanyaan Benar Salah
Diare adalah suatu keadaan dimana seseorang buang air besar
encer lebih dari 3x dalam sehari. Kadang-kadang disertai
1
mual muntah, badan panas, lemah lesu, tidak selera makan
serta keluar darah atau lendir dari kotoran
Diare merupakan penyakit yang salah satu faktor
penyebabnya adalah lingkungan dan kebiasaan yang buruk
2
seperti sarana air bersih yang tidak terpenuhi dan
pembuangan tinja sembarangan

3 Diare tidak dapat menyebabkan dehidrasi


Cara penularan diare dikenal dengan istilah Finger (Jari),
4
Food (makanan), Feces (tinja), Fly (serangga)
Haus, cengeng, gelisah, mata cekung, kencing berkurang
5
bukan merupakan gejala akibat diare
Larutan garam-gula/oralit, banyak minum merupakan
6
penanganan awal diare di rumah

7 Apakah pemberian oralit saja cukup menghentikan diare

8 Anak yang mengalami diare harus dipuasakan


9 Diare tidak menyebabkana gizi kurang
Pencegahan diare dapat dilakukan dengan menjaga makanan
10
dan lingkungan tetap bersih.

104

You might also like