You are on page 1of 342
Prof. Dr. Charles J.D. Siregar, M.Sc. RB Rumah Sakit Teori & Penerapan. ’ PENDIDIKAN/ PELATIHAN, APOTEKER RS ViS|- Visi, MANAJEMEN — PELAYANAN FILOSOF! PELAYANAN PROFESIONAL, KEMITRAAN, KOMPETENSI PROGRAM RS FORMAL DAN TERSTRUKTUR PROSES PENGGUNAAN ‘OBaT SPESIALISASI PROGRAM RS. MENYELURUH PENERBIT BUKU KEDOKTERAN i EGC BUKU ASLI BERSTIKER HOLOGRAM:3 DIMENSI EGC 1549 FARMASI RUMAH SAKIT: TEORI DAN PENERAPAN Oleh: Prof. Dr. Charles J.P. Siregar, M.Sc & Dra. Lia Amalia, M.Si Copy Editor: Lia Astika Sari Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Buku Kedokteran EGC © 2003 Penerbit Buku Kedokteran EGC P.O. Box 4276/Jakarta 10042 Telepon : 6530 6283 Anggota IKAPI Desain kulit muka: Samson P. Barus Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip, memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Cetakan I: 2004 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Siregar, Charles J. P. Farmasi rumah sakit : teori dan, penerapan / Charles J.P. Siregar, Lia Amalia. — Jakarta : EGC, 2003. xviii, 387 him. ; 15,5 x 24. om. ISBN 979-448-667-1 1, Farmasi, Pelayanan. I. Judul. 11. Amalia, Lia. 362.178 2 isi di war tanggung jawab percetakan Daftar isi ix * Pelayanan yang Diberikan RumahSakit 20 * Pola Organisasi Rumah Sakit 22 * Alur Seorang Penderita Rawat Tinggal Masuk Rumah Sakit 22 BAB 3.__Instalasi Farmasi Rumah Sakit _24 ¢ Pendahuluan 25 ¢ Perbedaan Antara IFRS dan Farmasi Komunitas (Apotek) 26 sVisi a ¢ Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit 32 ¢ Tugas dan Tanggung Jawab IFRS 33 Lingkup Fungsi IFRS 33 ¢ IFRS Sebagai Unit Produksi__ 34 IFRS Sebagai Unit Pelayanan 35 aa 7 ERS 37 * Struktur Organisasi IFRS 48 BAB 4. _ Inti Prosedur Operasional Baku (POB) Minimal Instalasi Farmasi Rumah Sakit 53 # Pendahuluan 54 ° Pengadaan Perbekalan Kesehatan 54 © Distribusi Perbe G 5 ¢ Pelayanan Farmasi Klinik 56 ® Peranan IFRS dalam PFT 57 © Peranan IFRS dalam Program Edukasi dan Penelitian di Rumah Sakit 58 BAB 5. Pedoman Tentang Kompetensi Minimal dalam Praktik Instalasi Farmasi Rumah Sakit _59 ¢ Pendahuluan __60 * Administrasi dan Manajemen IFRS 60 Pemahaman dan Penyediaan Informasi Obat 61 ¢ Pengembangan dan Pelaksanaan Formulasi Produk dan Program Pengemasan 62 ¢ Pelaksanaan dan Partisipasi dalam Penelitian 62 Pengembangan dan Pelaksanaan Pelayanan yang Berorientasi Penderita 62 ¢ Pelaksanaan dan Partisipasi dalam Kegiatan Edukasi__ 63 Pengembangan dan Pelaksanaan Program Jaminan Mutu. elayanan IF} 4 BAB 6. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) 66 » Pendahulu 7 2 Kegunaan 68 x Daftar Isi » Anggota dan Kriteria Keanggotaan 69 2 Pelaksanaan 70 ¢ Struktur Organisasi__71 © FungsidanLingkup 71 * Agenda Rapat PFT 73 © Kewenangan PFT 75 © Kebijakan PFT 75 ¢Peranan KhususPFT 80 © Peranan PFT dalam KeamananObat 82 © Pemberdayaan Panitia FarmasidanTerapi 84 © Berbagai Kebijakan yang Perlu Dikembangkan dan Ditetapkan oleh SuatuPFT 86 BABY. Si E ais ae 2 Pendahuluan 89 ¢ Keuntungan Sistem Formularium 91. © Pengadaan Suatu Sistem Formularium 92 * Asas Pedoman 92 ° Asas Pengelolaan Sistem Formularium 94 ° Isidan Organisasi Formularium 100 ¢ Format dan Penampilan Formularium _104 ¢ Teknik Meningkatkan Penampilan dan Kemudahan Menggunakan Formularium _105 | #2 Pendekatan Pembuatan Suatu Formularium Rumah Sakit 110 ¢ Kriteria untuk Penerimaan dan Penghapusan Produk Obat ke dan dari Formularium Rumah Sakit 111 e Penggunaan Nama Generik 114 © Metode Peningkatan Kepatuhan Penggunaan Formularium Rumah Sakit 116 BAB 8. Sistem Distribusi Obat untuk Penderita Rawat Tin; 19 2 Pendahuluan 120 © Sistem Distribusi Obat —_121 . * Sistem Distribusi Obat Resep Individual Sentralisasi__ 122 * Sistem Distribusi Obat Persediaan Lengkap di Ruang 123 * Sistem Distribusi Obat Kombinasi Resep Individual dan PersediaandiRuang 125 Si Distribusi OhatDosis Unit 126 » Alur Distribusi lisasi__1 Daftar Isi_ xi BAB 9. # Perencanaan Suatu Sistem Distribusi Obat Bagi Penderita Rawat Tinggal 136 * Pelaksanaan Program Percobaan Sistem Distribusi Obat yang Dipilih 138 Pelayanan dan Pengendalian Obat Rumah Sakit 140 BAB |0. BAB II. 2 Pendahuluan 141 ¢ Kebijakan, Prosedur, dan Komunikasi__143 Sistem Manajemen Obat 143 ¢ Pertimbangan Khusus yang Berkontribusi pada Pengendalian Obat 159 Tanggung Jawab Profesional Apoteker dalam Pelayanan Penderita di Rumah Sakit 163 *Pendahuluan 164 * Pelayanan Farmasi yang Baik (PFB) 164 + Pelayanan Profesi Apoteker yang, Baik dalam Proses Penggunaan Obat__ 168 + Praktik Dispensing yang Baik 172 * Pelayanan Profesional Apoteker yang Proaktif dalam Berbagai Kegiatan dan Kepanitiaan di Rumah Sakit 178 Pelayanan Farmasi_ untuk Penderita Ambulatori_ 180 *Pendahuluan 181 ¢ Tanggung Jawab Apoteker dalam Pelayanan Penderita Ambulatori 183 © Pedoman Pelayanan Farmasi untuk PenderitaAmbulatori 188 © Dispensing Obat oleh Non-apoteker 194 eResep 196 * Daerah Lokasi Dispensing untuk PenderitaAmbulatori__199 * MemprosesOrder/Resep 200 * Prosedur Efisiensi Pelayanan Penderita Ambulatori 200 BAB (2. Inf i Obat di R h Sal 202 2 Pendahuluan 203 * Definisi 205 © Sumber InformasiObat 206 * PustakaSebagai Sumber InformasiObat 206 Evaluasi PustakaSumberInformasiObat 208 ¢ Pendekatan Pengadaan/Perencanaan Kebutuhan Pustaka Sumber InformasiObat 214 ¢ Sasaran Informasi Obat _215 © Lingkup Pelayanan InformasiObat 221 xii Daftar Isi BAB 13. * Sentra InformasiObat (SIO) 225 * Tujuan Sentra Informasi Obat 229 * Kriteria Prioritas Untuk Pelayanan Informasi 230 * Ringkasan Kegiatan SIO 230 * Fungsi Pelayanan SIO _ 231 * Hubungan Pertanyaan Informasi Obat dengan Pelayanan Farmasi Klinik 233 * Persyaratan Kemampuan Apoteker Spesialis Informasi Obat 233 * Kegiatan Pendidikan 234 © Kegiatan Penelitian 235 * Sumber 235 * PengelolaanSuatuSIO 237 * Perluasan yang Proaktif 237 *BuletinObat 238 ¢Pelatihan 239 «Evaluasi 239 Pengemasan Sediaan Obat di Rumah Sakit 241 BAB 14. * Pendahuluan 243 Jenis Proses Pengemasan 243 * Fungsi Kemasan 244 * Persyaratan Praktis untuk Wadah 244 * Bahan Kemasan 245 © Persyaratan Wadah untuk PenggunaanTertentu 248 ¢Tutup Wadah 251 ¢ Pemilihan Wadah 252 * Beberapa Pernyataan Farmakope Indonesia EdisiIV 253 Pengemasan Kembali(Ulang) 253 * Kemasan Obat untuk Penderita__271 Perwakilan Perusahaan Farmasi (PPF) 274 BAB I5. *Pendahuluan 275 « Fungsi Pemasaran dan Perwakilan Perusahaan Farmasi (PPF) 275 © Kebijakandan Prosedur 277 * Contoh Prosedur/Pedoman bagi PPF di Rumah Sakit 280 * Peningkatan Hubungan 285 Pemasok Obat/Sediaan Obat untuk Rumah Sakit 288 «Pendahuluan 289 ¢ Kriteria Umum Pemilihan Pemasok 289 « Proses Mengidentifikasi Pemasok Sediaan Farmasi yang Mungkin untuk Rumah Sakit 289 Daftar Isi_ xi BAB 16. Beberapa Hal yang Perlu Disepakati Antara IFRS dan Pemasok 290 * Kewajiban dari Pemasok 291 © Hubungan IFRS dengan Pemasok 292 * Pemasok Sebagai MitraIFRS 294 Pedoman—Kebijakan—Prosedur Instalasi_Farmasi BAB I7. BAB 18. BAB 19. Rumah Sakit 295 *Pendahuluan 296 * Manfaat yang Mungkin dari SuatuPedoman 296 © Keadaan Dokumentasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit 297, * Definisi 298 * Dokumen Sistem Mutu 298 « Tugas—Fungsi—Kegiatan IFRS yang Memerlukan Kebijakan dan Prosedur 14 © Berbagai Kebijakan dan Prosedur yang Diadakan oleh PFT Bersama IFRS, Jika Perlu dengan Perwakilan Disiplin Lain 306 Uraian Tugas Apoteker Rumah Sakit 308 Bagian Pertama: Manajemen dan Administrasi UmumIFRS — 308 * Bagian Kedua: Kegiatan yang Berkaitan dengan Pengolahan Resep/OrderObat 310 * Bagian Ketiga: Fungsi Perawatan Penderita 311 * Bagian Keempat: Edukasi Profesional Pelayanan Kesehatan dan Penderita 312 * Bagian Kelima; Penelitian dan Pengembangan Produk — 312 Jaminan Mutu Instalasi Farmasi Rumah Sakit 314 *Pendahuluan 315 * Sistem Manajemen Mutu Menyeluruh(S3M) 316 + Penerapan S3M dalam Instalasi Farmasi Rumah Sakit 316 + Persyaratan Umum Kompetensi Instalasi Farmasi Rumah Sakit 318 * Ringkasan dari Persyaratan Umum Kompetensi IFRS 339 Fungsi dan Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Paripurna 345 #@ Pendahuluan 346 © Lingkup Fungsi dan Pelayanan IFRS 347 © IFRS Sebagai Organisasi Produksi 347 * IFRS Sebagai Organisasi Jasa/Pelayanan 349 « IFRS Sebagai Organisasi Pengembangan 349 xiv. Daftar Isi BAB 20. * Pengembangan dan Penerapan Fungsi dan Pelayanan IFRS yangStrategis 350 + Kriteria Penggolongan Pelayanan FarmasiKlinik 350 * Kriteria Penetapan Prioritas Pelayanan Farmasi 351 Fungsi dan Pelayanan Farmasi Prioritas 351 Keadaan Fungsi dan Pelayanan IFRS diNegaraIni__ 352 © Masalah dan Hambatan Pengembangan Fungsi dan Pelayanan TERS 353 © Upaya Peningkatan dan Penyempurnaan Fungsi dan Pelayanan IFRS 356 ¢Ringkasan 359 Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik 362 *Pendahuluan 363 Pelayanan IFRS Berbasis Farmasi Klinik 364 ¢ Konsep FarmasiKlinik 364 ¢ Penggolongan Pelayanan Farmasi Klinik 365 © Kriteria Penetapan Prioritas Pelayanan Farmasi Klinik 367 ¢ Pelayanan Farmasi Klinik Prioritas 368 * Menyiapkan Sumber Daya Manusia 371 * Upaya Penyempurnaan Mutu Pelayanan IFRS 372 Indeks 374 Gambar I.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 6.1 Gambar 6.2 Gambar 6.3 Gambar 6.4 Gambar 6.5 Gambar 6.6 Gambar 7.1 Gambar 7.2 Gambar 8.1 Gambar 8.2 Gambar 8.3 Gambar 8.4 Gambar 8.5 Gambar 13.1 Gambar 14.1 Gambar 14.2 Gambar 15.1 Gambar 16.1 Gambar 18.1 Gambar 19.1 DAFTAR GAMBAR Proses pelayanan kesehatan 3. Rangkaian mutu pelayanan IFRS 36 Contoh struktur organisasi IFRS 50 Contoh struktur organisasi suatu panitia farmasi dan terapi 72 Struktur organisasi Panitia Farmasi dan Terapi RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung = 74 Contoh formulir permohonan evaluasi status obat formularium 76 Contoh formulir permohonan obat nonformularium = — 79 Contoh formulir pengumpulan dataROM 82 Contoh formulir pelaporanROM 83 Contoh formulir yang digunakan staf medik untuk memperoleh suatu obat nonformularium untuk digunakan oleh penderita 109 Model untuk proses keputusan formularium — 115 Sistem distribusi obat resep individual sentralisasi 123 Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang—sistem tradisional 125 Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan persediaan diruang 126 Sistem distribusi obat dosis unit sentralisasi 128 Sistem distribusi obat dosis unit desentralisasi_ 128 Lembar kendali pengemasan kembali dan pengemasan selamaterapi 264 Formulir permohonan untuk peragaan 284 Lembaran Informasi Produk 286 Manajemen prosesmutu 293 Segitiga dokumentasisistem mutu 300 Rangkaian mutu pelayanan instalasi farmasi rumah sakit 331 Pelayanan IFRS paripurna 348 xv Tabel 11.1 Tabel 12.1 Tabel 12.2 Tabel 12.3 Tabel 12.4 Tabel 13.1 DAFTAR TABEL Contoh Sarana Pelayanan Ambulatori 182 Daftar Periksa untuk MengevaluasiSuatu Studi 210 Sumber Informasi Obat: Acuan Sekunder 212 Kategori Pertanyaan UtamaInformasiObat 216 Sumber Informasi Obat: Teks dan Referensi Diorganisasikan Berdasarkan KategorilInformasiObat 218 Karakteristik Bahan Kemasan untuk Pengemasan Kembali Sediaan Obat 269 DAFTAR SINGKATAN CD-ROM = Compact Disk-Read Only Memory CPOB Cara Pembuatan Obat yang Baik EPO Evaluasi Penggunaan Obat FEFO irst Expiry First Out FI = Farmakope Indonesia FIFO = First In First Out ICD-10 = International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems, Edisi 10 IFRS = Instalasi Farmasi Rumah Sakit IK Instruksi Kerja im intramuskular INN International Nonproprietary Name Iso international Organization for Standardization iv intravena NPL Nutrisi Parenteral Lengkap P-3 Profil Pengobatan Penderita PBF Pedagang Besar Farmasi PDB Praktik Dispensing yang Baik PFB Praktik Farmasi yang Baik PFT Panitia Farmasi dan Terapi PKO Pemantauan Kesalahan Obat POB Prosedur Operasional Baku POM Pengawasan Obat dan Makanan PPF Perwakilan Perusahaan Farmasi PPOB Praktik Pengadaan Obat yang Baik PR] Penderita Rawat Jalan PRT Penderita Rawat Tinggal PTO Pemantauan Terapi Obat ROM Reaksi Obat yang Merugikan $3M Sistem Manajemen Mutu Menyeluruh sDO Sistem Distribusi Obat xvii xviii Daftar Singkatan SIK = Sentra Infromasi Keracunan sIO = Sentra Informasi Obat SMF = Staf Medik Fungsional SWOT = Strength, Weakness, Opprotunity, Threath UGD = Unit Gawat Darurat UPPA = Unit Pelayanan Penderita Ambulatori DRM = Dokumen Rekaman Medik KOP = Kemasan Obat Penderita SNI = Standar Nasional Indonesia PENDAHULUAN ‘aa GARIS BESAR BAB | | Upaya Kesehatan dan Sarana Kesehatan || Farmasi Institusional || Proses Pelayanan Farmasi dan Proses Pelayanan Kesehatan Peranan Apoteker dalam Proses Pelayanan Kesehatan Sistem Pelayanan Kesehatan Komponen Obat dalam Pelayanan Kesehatan UPAYA KESEHATAN DAN SARANA KESEHATAN Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkat- kan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya di- sebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan dan/atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu, sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk ke- pentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Sesuai dengan uraian diatas, 2 Farmasi Rumah Sakit sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), rumah sakit umum, rumah sakit khusus, praktik dokter, praktik dokter gigi, praktik dokter spesialis, praktik doktet gigi spesialis, praktik bidan, toko obat, apotek, instalasi farmasi rumah sakit (IFRS), pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium kesehatan, sekolah dan akademi kesehatan, balai pelatihan kesehatan, dan sarana kesehatan lainnya. Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan diperlukan perbekalan kesehatan yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya, sedangkan sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik. Dalam beberapa sarana kesehatan itu, seperti rumah sakit, pabrik obat, apotek, IFRS, dilakukan pekerjaan kefarmasian yang mencakup pem- buatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, pe- nyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.’ FARMASI INSTITUSIONAL Menurut sejarahnya, layanan medis diberikan terutama melalui praktik dokter di luar dan di dalam rumah sakit. Layanan farmasi untuk penderita yang berkunjung ke praktik dokter diberikan oleh farmasi komunitas (apotek), sedangkan penderita dalam rumah sakit menerima layanan farmasi dari IFRS. Perubahan sifat dari penghantaran pelayanan kesehatan telah memperluas peranan rumah sakit dengan program pelayanan ambulatori dan fasilitas pelayanan lanjutan (intermediate), seperti rumah rawatan (nursing home). Jadi, istilah peiayanan “institusional” diciptakan untuk merefleksikan peranan ru- mah sakit yang diperluas tersebut. Secara bersamaan farmasi rumah sakit “institusional” juga diciptakan untuk memenuhi perkembangan ini. Meski- pun demikian, farmasi “institusional” pada dasarnya adalah IFRS. Farmasi “institusional” atau IFRS adalah tempat praktik kefarmasian di rumah sakit, termasuk organisasinya yang berkaitan dengan fasilitas dan pelayanan. IFRS adalah suatu departemen atau suatu bagian atau suatu unit rumah sakit, yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa apoteker sesuai kebutuhan, yang secara hukum memenuhi syarat dan kompeten secara pro- fesional, tempat pengadaan, formulasi, manufaktur, pengemasan, pengen- dalian, pemeriksaan mutu, penyimpanan, dispensing, distribusi, pemantauan semua obat dan sediaan obat yang digunakan di rumah sakit, baik untuk penderita rawat tinggal maupun untuk penderita ambulatori. Selain dari semua fungsi tradisional tersebut, praktik farmasi dalam suatu rumah sakit juga mencakup tanggung jawab besar terhadap keamanan dan ketepatan penggunaan obat pada penderita, antara lain seleksi obat yang rasional, pemantauan, dan pengendalian program terapi obat menyeluruh dari penderita. Dimensi tambahan ini mensyaratkan penerapan layanan ber- orientasi penderita sebagai ilmu tambahan pada ilmu farmasetik yang sa- sarannya adalah terapi yang rasional. Pendekatan ini disebut “farmasi klinik” yang benar-benar merupakan layanan farmasi yang baik, profesional dan ber- orientasi penderita? Bab I/Pendahuluan 3 PROSES PELAY ANAN FARMASI DAN PROSES PELAYANAN KESEHATAN Walaupun apoteker biasanya berpraktik dalam suatu lokasi khusus, seperti IFRS, kegiatan mereka saling berhubungan dengan staf pelayanan kesehatan lainnya dan dipengaruhi oleh aneka ragam pengaruh dalam sistem pelayanan keseha- tan. Interaksi orang-orang yang membutuhkan pelayanan kesehatan dengan praktisi kesehatan yang memberi pelayanan demikian dapat dianggap sebagai suatu proses yang terdiri atas serangkaian peristiwa, mulai dengan perasaan perlunya layanan perawatan kesehatan dan kemudian diakhiri dengan solusi akhir. Dengan mengkaji proses pelayanan kesehatan secara rinci dapat memberi- kan suatu gambaran dan suatu struktur yang memperjelas pentingnya pelayan- an farmasi dalam sistem pelayanan kesehatan menyeluruh.> KEBUTUHAN ¥ v Perilaku penderita Sistem rujukan Sistem rujukan —_Perilaku praktisi Pengakuan kebutuhan. orang awam profesional Proses diagnosis Keputusan mencari pelayanan + Teman * Dokter Proses mencari pelayanan + Keluarga * Apoteker Menerima peraran rumah sakit * Tetangga * Perawat Proses terapi a nae Penggunaan pelayanan + Kunjungan ke dokter * Hospitalisasi + IFRS—Terapi obat Hasil penderita (“outcomes”) * Bebas dari gejala * Sembuh * Efek merugikan GAMBAR I.1 _ Proses pelayanan kesehatan.’ 4 Farmasi Rumah Sakit PERANAN APOTEKER DALAM PROSES PELAYANAN KESEHATAN Apoteker adalah praktisi kesehatan yang merupakan bagian dari sistem ru- jukan profesional. Karena mudah didatangi (aksesibilitas), apoteker sering kali merupakan titik kontak pertama antara seorang penderita dan sistem pelayanan kesehatan. Sekarang ini banyak IFRS yang memberikan pelayanan 24 jam untuk gawat darurat dan perawatan kritis, oleh karena itu IFRS sering digunakan sebagai pintu gerbang masuk ke dalam sistem pelayanan kese- hatan yang menuntun penderita ke dokter untuk diagnosis dan pengobatan formal. Apoteker berurusan dengan penerapan terapi, dengan menyediakan produk obat yang perlu untuk pengobatan kondisi yang didiagnosis oleh dokter, dan memastikan penggunaan obat yang tepat. Farmasi adalah profesi yang harus selalu berinteraksi dengan profesional kesehatan lainnya, dan penderita untuk pemberian konsultasi serta informasi, di samping mengen- dalikan mutu penggunaan terapi obat dalam bentuk pengecekan atau inter- pretasi pada resep atau order dokter. Dengan ketersediaan sistem informasi penderita (profil pengobatan penderita—P3) berbasis komputer dalam IFRS modern, semakin lazim bagi apoteker memainkan peranan yang lebih aktif dalam seleksi atau perbaikan terapi obat setelah berkonsultasi dengan penulis resep atau order. Selain itu, apoteker memberi konsultasi dan/atau konseling bagi penderita tentang cara terbaik mengonsumsi obat dan apoteker berada dalam posisi untuk membantu penderita memantau pengaruh positif dan negatif dari terapi mereka.> SISTEM PELAYANAN KESEHATAN Proses pelayanan kesehatan mengutaikan interaksi antara penderita dan prak- tisi kesehatan dalam situasi medis. Mempelajari cara mengoptimasi interaksi satu per satu memerlukan banyak waktu dari profesional kesehatan, baik dalam pelatihan maupun dalam praktik. Akan tetapi, sering kali dilupakan suatu kenyataan bahwa kegiatan-kegiatan itu dipengaruhi secara mendalam oleh banyak hal, di samping karakteristik dari orang tertentu yang terlibat atau aspek teknik dari keluhan yang sedang ditangani. Hal lain, termasuk organisasi dan pendanaan layanan pelayanan kesehatan, lingkungan pe- layanan kesehatan, dan faktor masyarakat serta budaya, merembes dan me- mengaruhi interaksi penderita dengan praktisi kesehatan. Banyak organisasi lain yang terlibat dalam sistem pelayanan kesehatan. Sistem pendidikan termasuk pendidikan dokter, dokter gigi, apoteker, dan juga akademi kesehatan, menyediakan generasi praktisi kesehatan yang akan datang dan yang akan banyak dilibatkan dalam memberikan layanan lang- sung perawatan penderita. KOMPONEN OBAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN Apoteker mempunyai perhatian utama pada salah satu aspek proses pelayanan kesehatan, yaitu penggunaan obat, yang merupakan suatu komponen penting, karena kira-kira 80% kunjungan penderita ke dokter menghasilkan resep dan/ Bab 1/Pendahuluan 5 atau injeksi. Penderita rawat tinggal menerima 6 sampai 8 jenis obat berbeda selama tinggal di rumahsakit. Dalam semua situasi ini, apoteker terlibat bukan saja dalam menyediakan sediaan obat, tetapi juga membantu untuk memasti- kan penggunaannya yang tepat. Walaupun proses penulisan resep dan dis- pensing, sepertinya sangat sederhana, akan tetapi hal itu mempunyai berbagai karakteristik yang tidak biasa yang perlu dimengerti. Ada dua perangkat pela- yanan profesional yang terlibat. Penulis resep melakukan suatu fungsi profe- sional dengan menetapkan lama terapi obat tertentu yang diperlukan oleh penderita tertentu dalam suatu situasi tertentu pula. Fungsi apoteker secara profesional memastikan bahwa lama terapi yang ditulis adalah aman, efektif, dan benar bagi penderita. Pendidikan dan pengalaman bertahun-tahun me- mengaruhi unjuk kerja apoteker yang seharusnya dalam fungsi pengendalian penggunaan obat ini. Penyediaan obat secara fisik oleh apoteker adalah sebagi- an kecil dari tanggung jawabnya secara menyeluruh. Tanggung jawab menye- luruh apoteker dalam pelayanan farmasi adalah kepedulian farmasi, yaitu pengadaan pelayanan langsung berkaitan dengan obat, dan bertanggung jawab untuk maksud pencapaian hasil pasti yang meningkatkan mutu kehidupan penderita* PUSTAKA 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992, tentang Kesehatan. 2. Gennaro, A.R: Remington's Pharmaceutical Sciences, Mack Publ. Co., 1990, 1737. 3. Smith, M.C and Knapp, D.A: Pharmacy, Drugs and Medical Care, 5" ed., William and Wilkins, 1992, 1-13. 4. Hicks, W.E.: Practice Standards of ASHP 1994-95, ASHP Inc,, 1994, 24. RUMAH SAKIT GARIS BESAR BAB 2 Pendahuluan || Definisi || Visi dan Misi Rumah Sakic + Pengembangan Visi || + Pengembangan Misi || Tugas Rumah Sakic Fungsi Rumah Sakie “+ Pelayanan Penderita + Pendidikan dan Pelatihan + Penelitian * Kesehatan Masyarakat | + Pelayanan Rujukan Upaya Kesehatan | Klasifikasi Rumah Sakit + Klasifikasi Berdasarkan Kepemilikan + Klasifikasi Berdasarkan Jenis Pelayanan + Klasifikasi Berdasarkan Lama Tinggal di Rumah Sakit + Klasifikasi Berdasarkan Kapasitas Tempat Tidur + Klasifikasi Berdasarkan Afiliasi Pendidikan | + Klasifikasi Berdasarkan Status Akreditasi Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah Ketentuan Umum Bab 2/Rumah Sakit 7 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta | Jenis Penderita dan Pelayanan yang Diberikan Rumah Sakit i * Jenis Penderita | + Jenis Perawatan Jenis Perawatan Penderita di Rumah Sakit Jangka Pendek Rekaman Medik * Pendahuluan + Kegunaan Rekaman Medik * Ketentuan Umum * Isi Rekaman Medik Pelayanan yang Diberikan Rumah Sakit + Pelayanan Medik/Keperawatan + Pelayanan IFRS + Pelayanan Pendukung i Pola Organisasi Rumah Sakit i Alur Seorang Penderita Rawat Tinggal Masuk Rumah Sakit . I) PENDAHULUAN Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelengga- rakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk meme- lihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pen- cegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Di negara kita ini, rumah sakit merupakan rujukan pela- yanan kesehatan untuk pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), terutama upaya penyembuhan dan pemulihan, sebab rumah sakit mempunyai fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi penderita; yang berarti bahwa pelayanan rumah sakit untuk penderita rawat jalan dan rawat tinggal hanya bersifat spesialistik atau sub- spesialistik, sedang pelayanan yang bersifat nonspesialistik atau pelayanan dasar harus dilakukan di Puskesmas.? Hal tersebut diperjelas dalam Kepu- tusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 983/Menkes/SK/X1/ 1992, tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, yang menyebutkan bahwa tugas rumah sakit mengutamakan upaya penyembuhan dan pemu- lihan yang dilaksar akan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan 8 Farmasi Rumah Sakit DEFINISI Berbagai definisi rumah sakit terdapat dalam beberapa pustaka. Ada yang memberi definisi berdasarkan bentuk fisik, ada yang berdasarkan sifat kuanti- tatif dari pelayanannya, dan adapula yang berdasarkan maksud atau misinya. Definisi yang umum sebagai berikut: Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan ga- bungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik*, Sekarang ini rumah sakit adalah suatu lembaga komunitas yang merupa- kan instrumen masyarakat. la merupakan titik fokus untuk mengkoordinasi dan menghantarkan pelayanan penderita pada komunitasnya. Berdasarkan hal tersebut, rumah sakit dapat dipandang sebagai suatu struktur terorgani- sasi yang menggabungkan bersama-sama semua profesi kesehatan, fasilitas diagnostik dan terapi, alat dan perbekalan serta fasilitas fisik ke dalam suatu sistem terkoordinasi untuk penghantaran pelayanan kesehatan bagi masya- rakat. Dulu rumah sakit dianggap hanya sebagai suatu tempat penderita di- tangani, sekarang ini rumah sakit dianggap sebagai suatu lembaga yang giat memperluas layanannya kepada penderita di mana pun lokasinya. Misalnya rumah sakit memberikan layanannya kepada penderita rawat tinggal dan ambulatori di dalam rumah sakit itu sendiri; di klinik, di ruang gawat darurat, sentra pelayanan darurat, praktik dokter di rumah sakit, pelayanan dalam Puskesmas, dalam klinik komunitas, dan dalam fasilitas pelayanan yang, diperluas seperti rumah rawatan (“nursing home”), baik yang berafiliasi atau- pun milik rumah sakit; serta di rumah penderita yang memerlukan layanan perawatan kesehatan.* Klinik adalah suatu fasilitas atau lokasi tempat penderita ambulatori di- periksa dan ditangani oleh suatu kelompok dokter yang berpraktik bersama- sama. Istilah Klinik juga digunakan untuk menyatakan fasilitas diagnosis penderita rawat jalan yang dioperasikan oleh suatu rumah sakit> Di luar tiga dasar pokok kebutuhan manusia (pangan, sandang, naungan), rumah sakit telah menjadi suatu instrumen yang perlu untuk mengadakan unsur dasar keempat, yaitu kelangsungan hidup dan kesehatan. Rumah sakit berlaku sebagai suatu instrumen utama yang dengannya, profesi kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada orang-orang dari komunitas. Disebabkan meningkatnya kerumitan pelayanan kesehatan—diagnosis— pencegahan dan terapi—maka diperlukan personel terlatih, fasilitas dan alat digabung menjadi apa yang dikenal sebagai rumah sakit, untuk memberikan pelayanan bermutu yang diharapkan, diminta, dan patut diperoleh masya- rakat. Pelayanan kesehatan sudah ditetapkan menjadi hak bagi semua.” VISI DAN MIS] RUMAH SAKIT Agar suatu rumah sakit dapat hidup dan tumbuh subur dalam persaingan pasar secara global, rumah sakit harus mengadopsi suatu strategi luas yang memberinya suatu keuntungan kompetitif berkelanjutan. Bab 2/Rumah Sakit 9 Manajemen strategi yang berkaitan dengan mutu total adalah untuk me- ningkatkan kemampuan rumah sakit guna memperoleh keuntungan kompetitif dalam pasar. Pendekatan mutu total adalah cara terbaik untuk meningkatkan efisiensi secara terus-menerus dan penghematan biaya di seluruh-rantai biaya—kegiatan rumah sakit, sementara secara simultan meningkatkan sifat pelayanan yang membedakannya dalam pasar. Mutu total juga dapat men- ingkatkan kesempatan suatu rumah sakit menjadi pemimpin dalam suatu segmen pasar tertentu. Untuk mengerti manajemen strategi, pertama-tama seseorang harus mengerti konsep strategi organisasi. Strategi organisasi ialah pendekatan-pendekatan yang diadopsi organisasi guna memastikan unjuk kerja yang berhasil dalam pasar. Pendekatan ini dinyatakan sebagai peren- canaan strategi. Jadi, manajemen strategi adalah manajemen yang merupakan dasar dari semua tindakan, kegiatan, dan keputusan tentang apa yang paling mungkin dalam suatu kerangka kerja yang layak, guna memastikan keber- hasilan unjuk kerja dalam pasar.° Agar suatu rumah sakit bethasil dalam pelayanannya secara menyeluruh, pimpinan rumah sakit perlu melakukan perencanaan strategi. Perencanaan ‘strategi adalah proses yang dilakukan rumah sakit mengembangkan visi, misi, menetapkan tujuan jangka panjang (kecenderungan masa depan), pe- ngembangan program strategis, penetapan prioritas, analisis “SWOT”, ana- lisis celah, masalah strategis, rencana tindakan terpadu, dan penerapan. Pengembangan Visi Rumah sakit perlu mengembangkan visinya. Visi itu merupakan kekuatan memandu rumah sakit untuk mencapai status masa depan rumah sakit, se- perti lingkup dan posisi pasar, keuntungan, efikasi, penerimaan masyarakat, reputasi, mutu produk dan/atau pelayanan, dan keterampilan tenaga kerja. Visi rumah sakit merupakan pernyataan tetap (permanen) untuk mengomuni- kasikan sifat dari keberadaaan rumah sakit, berkenaan dengan maksud, ling- kup usaha/kegiatan dan kepemimpinan kompetitif; memberikan kerangka kerja yang mengatur hubungan antara rumah sakit dan “stakeholders” utama- nya; dan untuk menyatakan tujuan luas dari unjuk kerja rumah sakit.” Jadi, visi itu suatu inspirasi dari status masa depan rumah sakit yang cukup jelas dan sangat kuat menimbulkan dan mendukung tindakan yang perlu agar impian atau visi menjadi suatu kenyataan.’ Suatu pernyataan visi yang ditulis baik, mempunyai karakteristik, seperti mudah dimengerti oleh semua stake- holders; dinyatakan singkat, tetapijelas dan luas dalam pengertian; menantang tetapi tercapai; agung, tetapi nyata (“tangible”); mampu menggerakkan rang- sangan bagi semua stakeholders; mampu menciptakan kesatuan maksud di antara semua stakeholders; tidak berkaitan dengan angka; dan menentukan suasana bagi karyawan.® Pengembangan Misi Misi merupakan suatu pernyataan singkat dan jelas tentang alasan keber- adaan rumah sakit, maksud, atau fungsi yang diinginkan untuk memenuhi pengharapan dan kepuasan konsumen dan metode utama untuk memenuhi 10 Farmasi Rumah Sakit maksud tersebut. Pernyataan misi memberikan suasana untuk memformulasi berbagai jenis kegiatan tertentu dari semua upaya yang dilakukan rumah sakit dan strategi yang digunakan rumah sakit beroperasi. Misi itu menentu- kan arena persaingan rumah sakit dan menetapkan cara sumber dialokasikan oleh rumah sakit dan menetapkan pola umum pertumbuhan dan arah masa depan. Dalam memformulasi misinya, rumah sakit harus menjawab empat pertanyaan utama, seperti apa fungsi yang dilakukan rumah sakit; untuk siapa rumah sakit melakukan fungsi itu; bagaimana cara rumah sakit me- menuhi fungsi itu; dan mengapa rumah sakit ini ada? Maksud utama rumah sakit memiliki suatu pernyataan misi adalah memberi kejelasan fokus kepada seluruh personel rumah sakit, dan memberikan pengertian bahwa cara dan apa yang dilakukan mereka adalah terikat pada maksud yang lebih besar. Jadi, fokus misi harus internal rumah sakit, sedang fokus visi adalah eksternal untuk stakeholders. TUGASRUMAH SAKIT Pada urmumnya tugas rumah sakit ialah menyediakan keperluan untuk peme- liharaan dan pemulihan kesehatan.’ Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 983/Menkes/SK/XI/1992,) tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan ber- hasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan. FUNGSI RUMAH SAKIT Guna melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik; pelayanan penunjang medik dan nonmedik; pelayanan dan asuhan keperawatan; pelayanan rujukan; pen- didikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan, serta administrasi umum dan keuangan.? Secara tradisional, maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah meng- obati dan perawatan penderita sakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit melakukan pendidikan terutama bagi mahasiswa ke- dokteran, perawat, dan personel lainnya. Penelitian telah juga merupakan fungsi penting, Dalam zaman modern ini fungsi keempat, yaitu pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat juga telah menjadi fungsi rumah sakit. Jadi, empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayanan pen- derita, pendidikan, penelitian, dan kesehatan masyarakat. Pelayanan Penderita Pelayanan penderita yang langsung di rumah sakit terdiri atas pelayanan medis, pelayanan farmasi, dan pelayanan keperawatan. Disamping itu, untuk mendukung pelayanan medis, rumah sakit juga mengadakan pelayanan ber- bagai jenis laboratorium. Bab 2/Rumah Sakic 11 Rumah sakit modern dibebani dengan pemeliharaan dan pemulihan kese- hatan komunitasnya. Fungsi lain (seperti pendidikan dan penelitian) sebenamya merupakan pelayanan penderita karena kedua fungsi tersebut berkontribusi langsung pada perawatan orang sakit dan terluka. Pelayanan darurat pada yang terluka membutuhkan perhatian utama di setiap rumah sakit, sama penting dengan pelayanan penderita rawat tinggal. Pelayanan penderita rawat jalan, dewasa ini semakin penting sebagai fungsi dan tanggung jawab rumah sakit kepada komunitas karena pelayanan ini juga bersifat pencegahan pe- nyakit yang lebih parah dan juga untuk peningkatan kesehatan. Pelayanan penderita melibatkan pemeriksaan dan diagnosis, pengobatan kesakitan atau luka, pengobatan pencegahan, rehabilitasi, perawatan, pemulihan, dan pe- layanan tertentu lainnya. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan pelatihan merupakan fungsi penting dari rumah sakit modern, baik yang berafiliasi atau tidak dengan suatu universitas. Pendidikan sebagai suatu fungsi rumah sakit terdiri atas dua bentuk utama, yaitu: 1. Pendidikan dan/atau pelatihan profesi kesehatan, yang mencakup dokter; apoteker; perawat; pekerja sosial pelayanan medik; personel rekaman medik; ahli gizi, teknisi sinar-X, dan laboratorium; teknologis medik; terapis pernapasan, terapis fisik, dan okupasional; dan administrator rumah sakit. Program pendidikan rumah sakit bagi kelompok tersebut mencakup program formal (kedokteran dan perawat); program “in-ser- vice training” untuk personel profesional, seperti residen dan program “on the job training” untuk personel nonprofésional. Program pendi- dikan yang demikian sangat penting karena hanya di rumah sakit tersedia fasilitas terkonsentrasi demikian untuk memberikan penga- laman pembelajaran praktik yang perlu dalam penyelamatan hidup manusia.? 2. Pendidikan dan/atau pelatihan penderita, merupakan suatu fungsi rumah sakit yang penting dalam suatu lingkup yang jarang disadari oleh masyarakat. Hal itu mencakup pendidikan umum bagi anak-anak yang terikat pada hospitalisasi jangka panjang; pendidikan khusus dalam bidang rehabilitasi—psikiatri, sosial, fisik, dan okupasional; pendidikan khusus dalam perawatan kesehatan, misalnya mendidik penderita dia- betes atau penderita kelainan jantung untuk merawat penyakitnya; atau penderita kolostomi (pembentukan anus buatan pada dinding perut depan), yang memerlukan reorientasi dalam melakukan keperluan pribadinya.° Pendidikan tentang obat sangat penting diberikan kepada penderita, untuk peningkatan kepatuhan, mencegah penyalahgunaan obat dan salah penggunaan obat, dan untuk meningkatkan hasil terapi yang optimal dengan penggunaan obat yang sesuai dan tepat. Penelitian Rumah sakit melakukan penelitian sebagai suatu fungsi vital untuk dua maksud utama, yaitu memajukan pengetahuan medik tentang penyakit dan

You might also like